LP Isk Ruangan Cemara Ii
LP Isk Ruangan Cemara Ii
S
DENGAN ULKUS DIABETIC
DI RUANGAN CEMARA II
Oleh:
WULAN ANTARIK RAGI
NIM : 202001133
PENYIMPANGAN KDM
F.
G.
H.
I.
J.
K.
F. Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala ISK kompleks hampir sama dengan gejala ISK
simpleks. Tetapi pada ISK kompleks biasanya gejala sistemik lebih
menonjol yaitu demam dan loin tenderness disertai hitung bakteri yang
tinggi (> 100.000 CFU/ml) dan adanya pus dalam urin. Derajat beratnya
gejala dapat bervariasi dari ringan sedang sampai berat. Pada bayi baru
lahir gejala yang timbul biasanya berupa gejala nonspesifik yaitu
penurunan napsu makan, penurunan berat badan, gelisah, muntah dan
diare. Gejala yang lebih berat dapat berupa letargis, kejang atau tanda
sepsis seperti hipo- atau hipertermi. Pada anak yang lebih besar gejala
yang timbul dapat berupa gejala yang mengarah pada saluran kemih
seperti disuri, poliuri, urgensi nyeri perut dan flank pain. Sedangkan gejala
nonspesifik atau sistemik lebih jarang dan tidak terlalu berat. Apabila
infeksi disebabkan adanya obstruksi maka gejala yang timbul adalah
hipertensi, ginjal dan kandung kemih dapat teraba dan nyeri, tanda-tanda
syok, septikemia dan distensi abdomen.
Anak yang tidak mendapat antibiotik pada gejala akut umumnya
berkembang menjadi kronis. Pada beberapa kasus anak yang terinfeksi
tidak menunjukkan gejala tetapi beberapa yang lainnya menunjukan
demam berulang, malaise dan gejala terlokalisir yang menetap yang tidak
terdiagnosis. Anak yang mengalami infeksi dan tidak dieradikasi dengan
antibiotik dapat mengalami ISK berulang dengan proporsi yang tinggi
umumnya akan mengalami rekurensi daripada relaps.
Pada anak laki-laki rekurensi jarang terjadi lebih dari 1 tahun setelah
infeksi pertama. Penelitian yang dilakukan Winberg dkk, 23 % anak laki-
laki yang mengalami ISK pada tahun pertama kehidupan dapat terjadi
rekurensi dalam waktu 12 bulan dan hanya 3% terjadi setelah periode
tersebut. Berbeda dengan anak perempuan, rekurensi yang terjadi
sebanyak 29% dan dapat dialami pada usia periode follow up.
G. Komplikasi
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu :
1. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux
urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau
kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering
berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan
kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri
dan pH meningkat.
b. Urine kultur :
1) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran
kemih misalnya: streptococcus, E. Coli, dll
2) menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
c. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot
pada kandung kemih.
I. Penatalaksanaan
Menurut M. Clevo Rendy TH, 2012, pengobatan infeksi saluran kemih
bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang,
sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi
b. Perubahan pola hidup diantaranya :
- Membersihkan perineum dari depan ke belakang
- Pakaian dalam dari bahan katun
- Menghindari kopi, alkohol
c. Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
- Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu.
- Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama
atau di ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu.
- Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali
sehari sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih
ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi
lebih lanjut.
J. Pencegahan
Secara umum pencegahan ISK dapat dilakukan dengan
mengupayakan anak minum 8 hingga 10 gelas air dan cairan lainnya
sehari. Minum jus cranberry sering dianjurkan sebab mungkin dapat
mencegah melekatnya E.coli pada dinding kandung kemih, pemberian
vitamin C sesuai kebutuhan harian dianjurkan karena menyebabkan
keasaman urin dan membuat lingkungan yang tidak bersahabat untuk
bakteri, menghindari mandi busa dan sabun berparfum karena dapat
menyebabkan iritasi pada uretra, mengganti diaper secara teratur untuk
mencegah kontak yang lama feses dengan daerah genital yang akan
memberikan kesempatan kepada bakteri untuk bergerak naik ke uretra
kemudian ke kandung kemih, membersihkan genital yang benar pada anak
perempuan dengan cara membersihkan genital dari depan ke belakang
setelah BAK/BAB akan mengurangi pajanan uretra terhadap ISK yang
disebabkan oleh bakteri dari feses, menggunakan celana dalam dengan
bahan katun karena dapat mengurangi pertumbuhan bakteri pada daerah
uretra dibandingkan nilon atau bahan lainnya, buang air kecil teratur
untuk membantu mengeluarkan bakteri dari saluran kemih.
Untuk pencegahan ISK kompleks adalah deteksi adanya kelainan pada
ginjal dan saluran kemih sangat penting. Beberapa keadaan yang
merupakan faktor risiko ISK kompleks seperti refluks vesikoureter,
neuropathic bladder atau obstruksi saluran kemih (posterior urethral
valves, ureterokel, ektopik ureter), dapat merupakan kelainan bawaan yang
dapat dideteksi secara dini dengan pemeriksaan USG antenatal. AAP
merekomendasikan pemeriksaan kelainan saluran kemih dengan
menggunakan USG pada anak usia kurang dari 2 tahun yang didiagnosis
ISK pertama kali. Pada anak yang menderita ISK pada 2 tahun pertama
setelah lahir harus dilakukan pemeriksaan VCUG.
Pemberian antibiotik profilaksis jangka panjang juga diberikan pada anak
dengan kelainan saluran kemih untuk mencegah infeksi berulang.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria
maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita dari pada pria (Sudoyo
Aru,dkk,2009).
b. Keluhan utama
penyakit infeksi saluran kemih Keluhan utama yang sering terjadi
pada pasien infeksi saluran kemih ,nyeri saat berkemih, sering bolak
balik kamar mandi tetapi kemih yang di keluarkan hanya sedikit.
c. Riwayat penyakit
sekarang Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit
yang di derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan
sampai klien di bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah
memeriksakan diri ke tempat lain selain Rumah Sakit umum serta
pengobatan apa yang pernah di berikan dan bagaimana perubahan data
yang didapatkan saat periksa.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit infeksi saluran kemih
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga
ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau
penyakit yang lain yang ada di dalam keluarga.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
g. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya
tentang pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih
dengan gangguan eliminasi urine
2) Pola nutrisi
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami
penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah
saat makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali
3) Pola eliminasi
Eliminasi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan
karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar
4) Pola aktivitas/istirahat
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena nyeri
yang di alami
5) Nilai dan keyakinan
Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan penyakit
yang d ideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan
akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
b. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
c. Sistem Neurologi
Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorentasi.
d. Sistem Perkemihan
Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada daerah meatus (
pembukaan yang dilalui urine untuk meninggalkan tubuh) apakah
terjadi adanya oliguria, dan disuria.
Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi
Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian
bawah abdomen dan nyeri saat berkemih
e. Sistem Pencernaan
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dihedrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
f. Sistem Integument
Turgor kulit menurun, kulit kering.
RENCANA KEPERAWATAN
Cempaka (2018) .Asuhan Keperawatan Pada Klien An.S Dengan Infeksi Saluran
Kemih Di Ruangan Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2018: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang Program Studi D III
Keperawatan Tahun 2018
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2019. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediacton
Publishing.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI