Anda di halaman 1dari 10

E-Prodenta Journal of Dentistry. 2023.

7(1) 788-797

DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.eprodenta.2023.007.01.7

E-ISSN : 2597-4912

KITOSAN-GELFOAM KULIT KAKAO SEBAGAI TERAPI LUKA PASCA EKSTRAKSI GIGI TIKUS WISTAR
DENGAN TERAPI ANTIKOAGULAN

Astika Swastirani1, Nurul Lail Adha Mutia2


1Departemen Radiologi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Brawijaya
2Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Brawijaya

Korespondensi : Astika Swastirani; Email : drgrani_pm@ub.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Antikoagulan sebagai terapi profilaksis pasien stroke memiliki efek antitrombosis. Ekstraksi gigi
pasien dengan terapi antikoagulan menyebabkan perdarahan berkepanjangan. Agen hemostatik lokal diperlukan untuk
menstimulasi koagulasi serta memfasilitasi agregasi platelet. Kitosan-gelfoam ekstrak kulit kakao merupakan agen
hemostatik lokal yang dapat mempercepat proses hemostasis tanpa mempengaruhi konsumsi antikoagulan. Kitosan
mempercepat penyembuhan luka dengan memfasilitasi proliferasi fibroblast dan limfosit, mempercepat pertumbuhan
jaringan granulasi dan epitel, serta menginduksi proliferasi tulang. Komponen fitokimia ekstrak kulit kakao
mengandung alkaloid sebagai antioksidan. Tujuan : memahami pengaruh kitosan-gelfoam kulit kakao dalam
penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi pada tikus wistar dengan terapi antikoagulan. Metode : Penelitian dilakukan
pada 24 ekor tikus Wistar jantan dengan terapi antikoagulan, kemudian dibagi menjadi delapan kelompok yaitu,
kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif yang diberi terapi asam traneksamat oral, kelompok perlakuan 1
dengan terapi kitosan gelfoam ekstrak kulit kakao 1ml, dan kelompok perlakuan 2 dengan terapi kitosan gelfoam
ekstrak kulit kakao 10ml. Hewan uji didekaputasi pada hari ke 3 dan 7 kemudian dilakukan pengambilan sampel dan
pembuatan preparat histologi. Pengamatan histologi dilakukan dengan software LC Micro dengan analisis One Way
Anova, Post Hoc Turkey, Kruskal Wallis, dan Mann Whitney. Hasil : Kitosan gelfoam ekstrak kulit kakao pada
konsentrasi 1,6% dan 15% terbukti efektif dalam menggantikan asam traneksamat sebagai gold standart
penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi dengan konsentrasi paling efektif yaitu 15%. Kesimpulan : Kitosan-gelfoam
ekstrak kulit kakao terbukti efektif untuk mempercepat penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi pada tikus wistar
dengan terapi antikoagulan

Kata kunci : kitosan, kakao, antikoagulan, penyembuhan luka, limfosit

CHITOSAN-GELFOAM COCOA PODHUSK EXTRACT AS POST EXTRACTION THERAPY IN WISTAR RAT


WITH ANTICOAGULANT THERAPY

ABSTRACT

Background : Anticoagulants as prophylactic therapy in stroke patients have antithrombotic effect. Extraction of
patient's with anticoagulant therapy causes prolonged bleeding. Local hemostatic agents required to stimulate
coagulation formation and platelet aggregation. Chitosan-gelfoam cocoa podhusk extract is a local hemostatic agent,
accelerates hemostasis without affecting anticoagulants by facilitating proliferation of fibroblasts and lymphocytes,
granulation and epithelial tissue, and induce bone proliferation. Phytochemical components of cocoa podhusk extract
contain alkaloids as potential antioxidants. Objective: to understand the effect of chitosan gelfoam cocoa podhusk
extract in promoting healing process in the tooth socket after extraction in wistar rats with anticoagulant therapy.
Methods: The study was conducted on 24 male Wistar rats with anticoagulant therapy divided into eight groups, a
negative control group, a positive control group that was given oral tranexamic acid therapy, treatment group 1 with
1ml chitosan-gelfoam podhusk extract theraphy, and the treatment group 2 with 10ml chitosan-gelfoam podhusk
extract therapy. Animals were decapitated on the 3rd and 7th days, samples were taken and histology preparations
were made. Histological observations were carried out using LC Micro software, analyzes One Way Anova, Post Hoc
Turkey, Kruskal Wallis, and Mann Whitney. Results : Chitosan-gelfoam cocoa podhusk extract 1.6% and 15% proved
effective in replacing tranexamic acid as the gold standard for wound healing after tooth extraction with the most
effective concentration of 15%. Conclusion : Chitosan-gelfoam cocoa podhusk extract effective in accelerating wound
healing after tooth extraction in Wistar rats with anticoagulant therapy

Keywords: chitosan, cocoa, anticoagulant, wound healing, lymphocytes

788
PENDAHULUAN mengkonsumsi obat antikoagulan
Penyakit kardiovaskular dengan efek antitrombosis dapat
merupakan salah satu penyebab mengalami penghambatan pembekuan
kematian tertinggi di seluruh dunia. Data darah dan menurunkan agregasi platelet
WHO tahun 2019 menunjukkan tercatat sehingga hemostasis tidak tercapai. Oleh
32% kematian di seluruh dunia karena itu, diperlukan agen hemostatik
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular lokal sebagai solusi terapi pasca ekstraksi
dengan 85% diantaranya disebabkan gigi3.
oleh serangan jantung dan stroke. Kitosan dapat digunakan sebagai
Pengobatan mendasar untuk pasien agen hemostatik pada tindakan
dengan penyakit kardiovaskular adalah kedokteran gigi. Kitosan memiliki lima
dengan menggunakan heparin sebagai mekanisme utama, yaitu hemostasis dan
antikoagulan untuk mencegah adanya koagulasi, peran pada fase inflamasi,
pembekuan darah terutama pada fase proliferasi, serta fase modeling dan
penderita stroke. Terapi antiplatelet remodeling. Pada proses hemostasis dan
terbukti efektif untuk pencegahan dan koagulasi, kitosan diperlukan terutama
manajemen trombosis arteri. Perawatan pada pasien koagulopati karena dapat
gigi dan mulut pada pasien menginduksi koagulasi secara
kardiovaskular dengan terapi heparin elektrostatik. Kitosan menginduksi
yang membutuhkan ekstraksi gigi aktivasi platelet dan membentuk bekuan
biasanya dilakukan dengan darah yang stabil dan melindungi area
menghentikan sementara konsumsi luka serta mempercepat waktu
heparin sebelum dilakukan pencabutan perdarahan secara signifikan4.
gigi. Namun, praktik tersebut merupakan Kakao merupakan produk
faktor predisposisi dari adverse perkebunan yang melimpah di Indonesia
thromboembolic event seperti cerebro yaitu sebanyak 809.583 ton. Pengolahan
cervical accident dan infark miokard yang biji kakao kering dan produk coklat
menyebabkan perdarahan semakin menghasilkan produk sampingan berupa
parah1. Hampir 40% thrombosis terjadi kulit biji kakao yang belum banyak
setelah dilakukan operasi dan tingkat dimanfaatkan. Uji fitokimia ekstrak kulit
kematian menjadi lebih tinggi2. kakao dengan menunjukkan bahwa
Tindakan invasif ekstraksi gigi kandungan alkaloid berupa kafein dan
dapat menyebabkan perdarahan dan theobromine ditemukan pada ekstrak
komplikasi lainnya. Pasien yang kulit kakao sebanyak 23,51% dan
789
65,99%. Kafein dan theobromine kelompok dengan 8 kelompok perlakuan
berpotensi untuk dimanfaatkan dalam yaitu kontrol positif H+3, kontrol positif
bidang farmakologi sebagai antimikotik H+7, kontrol negatif H+3, kontrol negatif
dan antibakteri. Uji flavonoid kulit kakao H+7, perlakuan 1 H+3, perlakuan 1 H+7,
menunjukkan hasil positif dan memiliki perlakuan 2 H+3 dan perlakan 2 H+7
potensi sebagai antibiotik, menghambat sebanyak 3 hewan uji tiap kelompok.
perdarahan, antimikroba, dan Persiapan alat dan bahan berupa
menghambat perkembangan virus5. kulit kakao (Theobroma cacao) berupa
Peneliti menyebutkan bahwa kitosan- sediaan bubuk sebanyak 200 gram,
gelfoam yang diberi kandungan herba kitosan (cangkang udang Black Tiger)
dapat mempercepat penyembuhan dengan tingkat destilasi 70-87.5%, asam
luka6. Oleh karena itu, penulis asetat 1%, CMC-Na, ethanol 70% 1400
menginisiasi penelitian kitosan-gelfoam ml, masker, handscoon, shaker, gelas
kulit kakao untuk penyembuhan luka beker, jar, rotary evaporator, water bath,
pasca ekstraksi gigi tikus wistar dengan kain penyaring, botol penyimpanan
terapi antikoagulan. Penelitian ini ekstrak, aquades, gelas kimia, magnetic
bertujuan untuk membuktikan adanya stirrer, heparin, ketamine, Nacl, lecron,
perbedaan pengaruh konsentrasi ekstrak needle holder, syringe, kapas steril, kasa
kulit kakao terhadap hasil proses steril, pakan tikus, kandang tikus, tikus
penyembuhan luka ditinjau dari jumlah putih Strain WIstar jantan (200-250 gr),
limfosit pada tikus wistar jantan dengan digitalscale, erlenmeyer, pengaduk kaca,
terapi antikoagulan. mikroskop cahaya, rotary evaporator,
freeze dryer, petridisk, deck glass,
METODE PENELITIAN mikrotom, objek kaca, mikropipet,
Penelitian ini menggunakan tikus bovine gelatin, dan corong.
putih jantan galur Wistar berusia 4 bulan
dengan berat badan 200 – 250 gram. Pembuatan Ekstraksi Kulit Kakao
Pemilihan hewan uji dilakukan secara Alat yang digunakan untuk
seksama dengan memperhatikan pembuatan ekstrak kulit kakao adalah
kebersihan dan kesehatan dari tiap ekor masker, handscoon, toples, shaker, gelas
hewan uji. Aklimatisasi hewan uji baker, kain penyaring, rotary evaporator,
dilakukan selama 2 minggu di Animal waterbath, dan wadah. Bahan yang
House Fakultas Kedokteran Gigi digunakan adalah bubuk kulit kakao
Universitas Brawijaya. Hewan uji tiap sebanyak 700 gram dan ethanol 70%
790
sebanyak 1400 ml. Tahap awal yaitu menjadi 2 bagian dengan masing-masing
pengadukan bubuk kakao 700 gram bagian sebanyak 55 ml8.
dengan ethanol 70% 1400 ml dengan Ekstrak kulit kakao 1 ml
menggunakan shaker selama 3 hari. dicampurkan pada bagian pertama dan
Hasil pengadukan berupa filtrate dan ekstrak kulit kakao 10 ml dicampurkan
cairan disaring dengan menggunakan pada bagian kedua. Masing – masing
kain penyaring kemudian dikumpulkan bagian diaduk kembali dengan
pada wadah. Filtrat cairan diuapkan menggunakan magnetic stirrer dalam
dengan menggunakan rotary evaporator suhu ruangan dengan kecepatan 1000
dan waterbath dengan suhu 50°C rpm hingga homogen. Setelah homogen,
dengan boiling point 30°C dan tekanan dilakukan tes keasaman pada 2 larutan
sebesar 102mbar hingga seluruh ethanol dan didapatkan hasil pH akhir masing-
menguap habis. Hasil ekstrak kemudian masing larutan sebesar 4.5. Larutan
dikemas dalam botol7. kemudian diletakkan pada cawan petri
terpisah untuk selanjutnya dilakukan
Pembuatan Kitosan Gelfoam metode freeze drying untuk
Ekstrak Kulit Kakao pembentukan gelfoam. Gelfoam yang
Larutan pertama dibuat dari telah terbentuk kemudian dilakukan
pencampuran 1 gram kitosan dan larutan pemotongan dengan kondisi steril pada
asam asetat 1% sebanyak 1 ml dalam laminar airflow sesuai dengan ukuran
100 ml aquades dengan menggunakan soket gigi tikus dan kemudian ditutup
magnetic stirrer dengan suhu 60°C dan disimpan dalam pendingin.
dengan kecepatan 500 rpm selama 15
menit. Larutan kedua dibuat dengan Pembuatan Larutan CMC Na 0,5%
melarutkan gelatin (collagen bovine) sebagai Placebo untuk Kelompok
sebanyak 10 gram ke dalam 100 ml Kontrol Positif
aquades dengan menggunakan magnetic Bubuk CMC-Na 25 gram
stirrer hingga homogen. Larutan dicampurkan dengan aquabidest 50 ml
pertama dan kedua dengan untuk mendapatkan larutan CMC Na
perbandingan 3:1 kemudian 0,5%. Larutan kemudian diberikan pada
dicampurkan dalam gelas beker dengan kelompok kontrol positif sebanyak 2,5 ml
menggunakan magnetic stirrer hingga setiap ekornya
homogen dan terlihat opak. Bagi
campuran larutan yang telah homogen
791
Pembuatan Asam Traneksamat Oral mandibula tikus kemudian dipotong dan
untuk Kelompok Kontrol Positif dimasukkan ke dalam larutan buffer
Bubuk CMC-Na 25 gram formalin 10% ke dalam wadah kecil
dicampurkan dengan aquabidest 50 ml ukuran 20 ml yang telah diberi nama dan
untuk mendapatkan larutan CMC Na kemudian ditutup. Fiksasi jaringan
0,5%. Bubuk asam traneksamat dilakukan selama 24 jam agar terjadi
sebanyak 31,5 gram ditambahkan ke rapid dekalsifikasi. Jasad tikus
dalam larutan CMC Na 0,5% sebanyak 20 dikuburkan dengan layak.
ml kemudian dihomogenkan dengan Pembuatan Preparat
menggunakan vortex mixer lalu Fiksasi jaringan dengan larutan
diberikan kepada hewan uji sebanyak 2,5 buffer formalin 10% selama 24 jam.
ml setiap tikus. Dekalsifikasi dilakukan dengan
memasukkan rahang ke dalam larutan
Induksi Heparin dan Pembedahan dekalsifikasi (asam formiat 10% dalam
Hewan Uji formalin dan asam nitrat 3% dalam
Induksi heparin dilakukan 4 jam formalin) dengan jumlah 30 sampai
sebelum ekstraksi pada seluruh dengan 60 kali volume bahan
kelompok hewan uji dengan dosis 0,09 pemeriksaan. Dehidrasi dilakukan untuk
ml/20 gr BB tikus secara subkutan. menarik air secara bertahap dengan
Sebelum dilakukan ekstraksi, tikus tabung formalin 10% selama 5 – 8 jam,
dianestesi dengan menggunakan dan aseton sebanyak 3x masing-masing
ketamine dengan dosis 0,25mg/200gram selama 0,5 jam. Lakukan tahap clearing
BB tikus. Setelah anestesi bekerja atau penjernihan untuk mengganti
dilakukan pemisahan akar gigi insisif kiri alkohol dari jaringan menggunakan
mandibular dari gingiva dengan tabung berisi Xylol sebanyak 3x selama
menggunakan lecron dan kemudian 0,5 jam.
dilakukan ekstraksi gigi dengan Tahap impregnasi dilakukan untuk
menggunakan needle holder. menyamakan keadaan jaringan dengan
Perdarahan dikontrol dengan bahan blok dengan menggunakan
menggunakan kassa steril. Dekaputasi tabung berisi parafin cair (58 – 60°)
dilakukan pada hari ke 3 dan 7 dengan sebanyak 2x selama 0,5 jam dan 1 jam.
melakukan anestesi ketamine terlebih Embedding atau pengeblokan dilakukan
dahulu sebelum melakukan dekaputasi. untuk memudahkan penyayatan
Setelah dilakukan pengorbanan, menggunakan mikrotom. Tahap hidrasi
792
mengawali pewarnaan jaringan dengan Micro dengan perbesaran 400x.
menggunakan alkohol 96% selama 2 Identifikasi sel dilakukan untuk
menit sebanyak 3x, lalu dimasukkan memastikan bahwa sel yang ditemukan
kedalam air selama 10 menit. sudah tepat dan kemudian dilakukan
Pengecatan utama menggunakan pengambilan sampel gambar
Hematoksilin Eosin selama 10 menit lalu histopatologi sebanyak 3 lapang
dicuci. Lakukan dehidrasi sebanyak 3 kali pandang. Hasil pengamatan ditabulasi
menggunakan alkohol 80%, 96%, dan dalam tabel sebagai data jumlah sel
96% masing-masing selama 2 menit. limfosit.
Lalu, jernihkan sebanyak 3x
40
menggunakan xylol masing-masing
20
selama 5 menit dan lakukan mounting
dengan deckglass. 0
K- K+ KP 1 KP 2

H +3 H +7
HASIL PENELITIAN
Interpretasi hasil pembuatan Gambar 1. menunjukkan hasil penghitungan rata
kitosan gelfoam ekstrak kulit kakao rata jumlah limfosit pada hari 3 dan 7 pada

dengan volume ekstrak 1 ml yaitu kelompok kontrol negative, kelompok kontrol


positif, kelompok perlakuan 1, dan kelompok
berwarna hijau muda dan pada ekstrak
perlakuan 2
10 ml berwarna hijau tua. Ketebalan
Tabel 1. Rata-rata jumlah limfosit H+3 dan H+7
kurang lebih 2mm, lebar 1 mm, dan
panjang 2mm. Tidak terdapat aroma Kelompok H +3 H +7
pada kitosan gelfoam. Tekstur kitosan
K- 13.55 13.55
gelfoam kulit kakao padat dan plastis.
K+ 16.88 15.66
Tidak terdapat sensasi lengket apabila
dilekatkan pada kulit maupun mukosa KP 1 21.55 24.22

oral, dapat dilipat ataupun ditambah KP 2 30.22 32.55

ketebalannya karena dapat dilekatkan


satu sama lain sesama sampel kitosan
gelfoam tetapi tidak dapat menyatu
dengan sempurna.
Pengamatan histopatologi
menggunakan mikroskop cahaya yang
telah terhubung dengan software LC
793
A normalitas Shapiro Wilk dilakukan terlebih dahulu
B
untuk menguji normalitas data. Uji Anova Satu
Arah kemudian dilakukan untuk menguji
perbedaan pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan yang dikorbankan pada hari ke tiga
C D dengan asumsi normalnya distribusi data yang
telah diolah. Uji Kruskal-Wallis dilakukan untuk
menguji perbedaan antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan yang dikorbankan pada hari
ke tujuh dengan asumsi tidak normalnya distribusi
Gambar 2. Panah hitam menunjukkan limfosit yang data yang telah diolah.
ditemui pada H+3 a) kelompok kontrol negative b)
Tabel 2. Hasil Uji Post Hoc Tukey H+3
kelompok kontrol positif c) kelompok perlakuan 1,
dan d) kelompok perlakuan 2 (I) (J)
Sig. Kesimpulan
Kelompok Kelompok

A B K+ 0.849 Tidak Signifikan


A K- P1 0.006 Signifikan
P2 0.000 Signifikan
P1 0.657 Tidak Signifikan
K+
P2 0.135 Tidak Signifikan
P1 P2 0.006 Signifikan
C DD Hasil uji Post Hoc Tukey menunjukkan bahwa
hanya kelompok perlakuan 1 dan 2 yang
menunjukkan hasil yang signifikan (sig < 0.05). Hal
ini menunjukkan bahwa penggunaan kitosan
gelfoam kulit kakao memberikan dampak yang
Gambar 3. Panah hitam menunjukkan limfosit
lebih baik dibandingkan kelompok yang diberi
yang ditemui pada H+7 a) kelompok kontrol
terapi lainnya.
negative b) kelompok kontrol positif c) kelompok
perlakuan 1, dan d) kelompok perlakuan 2 Tabel 3. Hasil Uji Mann Whitney H+7

Hasil penghitungan jumlah limfosit (I) (J)


Sig. Kesimpulan
berupa data rekapitulas pada kelompok kontrol Kelompok Kelompok

dan perlakuan akan dianalisis dengan K+ 0.268 Tidak Signifikan


K- P1 0.050 Signifikan
menggunakan uji normalitas, uji statistika One
P2 0.050 Signifikan
Way Anova dan Kruskal-Wallis, dan uji post-hoc
P1 0.046 Signifikan
Turkey dan Mann Whitney dengan menggunakan K+
P2 0.046 Signifikan
Statistical Package for the Social Sciences (SPPS)
P1 P2 0.050 Signifikan
versi 22.0.
Hasil uji Mann Whitney menunjukkan
Pengujian hipotesis dibutuhkan untuk bahwa jumlah rata rata limfosit pada hari ke
mengetahui apakah hipotesis diterima atau tidak tujuh pada kelompok kontrol negative
sekaligus untuk mengetahui perbedaan antara menunjukkan hasil yang tidak signifikan (sig >
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Uji 0.05). Kelompok perlakuan positif, kelompok
794
perlakuan 1, dan kelompok perlakuan 2 Pengamatan jumlah limfosit pada
menunjukkan hasil yang signifikan (sig < 0.05) penyembuhan luka pasca pencabutan gigi
yang menunjukkan bahwa pemberian pada menunjukkan bahwa. Rata-rata jumlah limfosit
kitosan gelfoam kulit kakao pada hari ke tujuh tertinggi terdapat pada kelompok KP 2.6 yaitu,
dapat meningkatkan jumlah proliferasi limfosit kelompok perlakuan 2 dengan ekstrak kulit kakao
dengan kelompok perlakuan 2 merupakan 10ml dan didekaputasi pada hari ke-7. Kelompok
kelompok dengan hasil paling signifikan kontrol negative memiliki jumlah sel limfosit
terendah dengan rata rata 12 limfosit tiap lapang
PEMBAHASAN pandang.
Proses penyembuhan luka pasca Pada kelompok kontrol negative dan
ekstraksi gigi diawali oleh terbentuknya positif jumlah limfosit yang ditemukan jauh lebih
pembekuan darah dan proses penutupan sedikit dibandingan kelompok perlakuan 1 dan 2
pembuluh darah yang rusak oleh jaringan fibrin. yang diberikan kitosan gelfoam kulit kakao.
Vasodilatasi menyebabkan migrasi leukosit Kelompok kontrol negative H+3 dan H+7 yang
disekitar bekuan darah selama 24 hingga 48 jam hanya diberi CMC-Na memiliki rata rata 13.55.
pertama. Aktivasi TGF-β1 dan FGF-2 memodulasi Kelompok perlakuan negative H+7 memiliki nilai
aktivasi dan proliferasi fibroblas dan sintesis serta rata rata yang lebih rendah dibandingkan
maturasi matriks ekstraseluler dan jaringan kelompok perlakuan negative H+3. Sedangkan
granulasi. Komponen utama matriks ekstraseluler kelompok perlakuan 1 dan 2 pada H+7 memiliki
seperti kolagen tipe 1 merupakan komponen bone rata rata yang lebih tinggi dibandingkan pada H+3.
marker yang penting sebagai tanda dari proses Hal ini dipengaruhi oleh peran kitosan dan ekstrak
penyembuhan9. kulit kakao yang terdapat pada terapi yang
Matriks metalloproteinase seperti MMP-2 diberikan pada kelompok perlakuan 1 dan 2.
dan MMP-9 memodulasi pergerakan sel inflamasi Kitosan terbukti aman digunakan pada
bersamaan dengan proses limfosit. Kondisi pasien dengan terapi antikoagulan bahkan tanpa
hipoksia kemudian meningkatkan proliferasi menghentikan terapi antikoagulan. Kitosan pada
endotel dan diferensiasi bersamaan dengan pasien dengan terapi antikoagulan menurunkan
limfosit dengan prosesnya ditandai dengan efek samping post operative dan meningkatkan
degradasi lamina basal pada pembuluh, penyembuhan pada jaringan lunak10,11. Kitosan
kemotaksis sel, proliferasi sel, diferensiasi sel, dan efektif meningkatkan penyembuhan luka dan
maturasi serta remodeling sel. Regulasi proses menginisiasi osteogenesis pada soket setelah
seluler distimulasi oleh BMPs dan TGF-β, ekstraksi12. Kitosan sebagai agen hemostatik pada
komponen tersebut juga menstimulasi sintesis dan tindakan kedokteran gigi terdiri atas 5 mekanisme
sekresi VEGF, PDGF, FGF, dan IGF yang meregulasi utama, yaitu hemostasis dan koagulasi, peran pada
limfosit. Ekspresi VEGF mulai terlihat pada hari ke fase inflamasi, fase proliferasi, serta fase modeling
7. Secara keseluruhan GFs berada pada ekspresi dan remodeling. Pada proses hemostasis dan
puncak pada hari ke 3 hingga ke 7 penyembuhan. koagulasi, kitosan diperlukan terutama pada
Dalam hal ini limfosit dapat digunakan sebagai pasien koagulopati karena dapat menginduksi
indikator utama dalam melihat proses koagulasi secara elektrostatik. Kitosan
penyembuhan luka. menginduksi aktivasi platelet dan membentuk
bekuan darah yang stabil dan melindungi area luka
795
serta mempercepat waktu perdarahan secara atau bahkan dibandingkan dengan penggunaan
13
signifikan . Sponge, dressing, gels, foam, film, asam traneksamat sebagai gold standart terapi
dan granula adalah beberapa bentuk utama dari pasca ekstraksi pada pasien dengan konsumsi
kitosan yang digunakan pasca ekstraksi gigi yang antikoagulan.
diletakkan pada area socket. Kitosan tidak memiliki
faktor intrinsic hemostatic sehingga memiliki jalur KESIMPULAN
koagulasi independen sehingga tinggi efikasinya Kitosan-gelfoam ekstrak kulit kakao
terhadap pasien koagulopati. Interaksi terbukti efektif untuk mempercepat penyembuhan
elektrostatis antara membrane sel darah merah luka pasca ekstraksi gigi pada tikus wistar dengan
dengan kitosan akibat beda muatan elektron terapi antikoagulan. Kitosan gelfoam ekstrak kulit
membentuk ikatan jaringan yang kuat untuk kakao pada konsentrasi 1,6% dan 15% terbukti
menutup area luka14. Sedikit penekanan efektif dalam menggantikan asam traneksamat
dibutuhkan selama beberapa menit setelah kitosan sebagai gold standart penyembuhan luka pasca
diletakan pada luka. Growth factor yang dilepas ekstraksi gigi. Dosis kitosan gelfoam ekstrak kulit
berupa Transforming Growth Factor Alpha dan kakao terbaik yang dapat digunakan untuk
Beta (TGF α dan β), Fibroblast Growth Factor penyembuhan luka adalah pada dosis 15% karena
(FGF), dan Epidermal Growth Factor (EGF). terbukti memiliki efektivitas yang lebih baik
Limfosit kemudian muncul pada fase akhir dibandingkan dengan dosis ekstrak kulit kakao
inflamasi. 1,6%.
Alkaloid dalam kulit buah kakao
DAFTAR PUSTAKA
berfungsi sebagai antioksidan potensial yang dapat
menghalangi reactive oxygen sepsis (ROS) agar 1. Chen, T. et al. Risk of Myocardial Infarction and

penyembuhan luka terjadi lebih cepat dan efektif. Ischemic Stroke after Dental Treatments.

Kandungan flavonoid pada ekstrak kulit kakao Journal of Dental Research. 2019;98(2).

adalah quercetin-3-O-α-D-arabinosid dan 2. Doganay, O. et al. Bleeding frequency of

quercetin-3-O-β-D-glukopuranosid15,16. Flavonoid patients taking ticagrelor, aspirin, clopidogrel,

berfungsi sebagai anti inflamasi dengan and dual antiplatelet therapy after tooth

menghambat asam arakhidonat dan sekresi enzim extraction and minor oral surgery. Journal of

lisosom sel endotel sehingga akan menekan the American Dental Association. 2018;149(2).

siklooksigenase dan lipooksigenase17,18. Flavonoid 3. Dwi RS. Minor Oral Surgery and Dental

dengan efek antioksidan juga dapat mempercepat Extraction Procedures Management of Patients

fase inflamasi melalui proses penyerapan radikal with Antithrombotic Drugs Administration.

bebas dan meningkatkan aktivitas enzim Dentika Dental Journal. 2020;23(1).

Superoxide dismutase (SOD)19,20. 4. Lestari, W. et al. A glimpse on the function of

Perbedaan yang signifikan antara chitosan as a dental hemostatic agent. Journal

kelompok kontrol negatif, positif, kelompok of Japanese Dental Science Review .

perlakuan 1, dan kelompok perlakuan 2 2020;56(1).

menunjukkan bahwa penggunaan terapi kitosan 5. Herman, H. et al. Ekstrak Etanol Limbah Kulit

gelfoam kulit kakao pada pasien dengan terapi Buah Kakao (Theobroma Cacao L.) Sebagai

antikoagulan pasca ekstraksi gigi lebih efektif Bahan Baku Berpotensi Obat. Jurnal Ilmu

dibandingkan tidak menggunakan terapi apapun


796
Pendidikan, Ilmu Kimia, dan Pendidikan socket epithelial thickness post
Kimia. 2020;2(2). toothextraction in wistar rats. Journal of
6. Lan, G. et al. Chitosan/gelatin composite Dentomaxillofacial Science, 2020;5(1).
sponge is an absorbable surgical hemostatic 16. Rachmawaty. et al. Analisis Fitokimia Ekstrak
agent. J Colloids and Surfaces B: Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.)
Biointerfaces. 2015;136. Sebagai Kandidat Antimikroba. J Science.
7. Kurniawati A, Cholid Z, Pertiwi MH. Efektivitas 2016.
Ekstrak Biji Kakao (Theobroma Cacao L.) 17. Yumas M. Pemanfaatan Limbah Kulit Ari Biji
terhadap Penyembuhan Luka Pencabutan Kakao (Theobroma Cacao L) Sebagai Sumber
Gigi pada Sel Makrofag. Jurnal Kedokteran Antibakteri Streptococcus mutans. Jurnal
Gigi. 2020;13(2). Industri Hasil Perkebunan. 2017;12(2).
8. Nguyen VC, Nguyen VB, Hsieh MF. Curcumin 18. Gomes, P. et al. Molecular and Cellular
loaded chitosan/gelatin composite sponge for Aspects of Socket Healing in the Absemce
wound healing application. International amd Presence of Graft Materials and
Journal of Polymer Science. 2013. Autologous Platelet Concentrates : a Focused
9. Srinivas, B. et al. Wound healing and bone Review. Journal of Oral Maxillofacial
regeneration in postextraction sockets with Research. 2019.
and without platelet-rich fibrin. J of 19. Abeysinghe DC, Kumari IPNP. Antioxidant
Maxillofacial Surgery. 2018;8(1) Activity and Phenolic Content of Different Pod
10. Ways TMM, Lau WM, Khutoryanskiy V. Tissues of Five Selected Cocoa Hybrid Lines.
Chitosan and its derivatives for application in Journal of Food and Agriculture. 2012;5(2).
mucoadhesive drug delivery systems. J of 20. Pratyaksa, I. et al. Karakteristik Ekstrak Kulit
Polymers. 2018 Buah Kakao (Theobroma cacao L.) sebagai
11. Radwan, PJ. et al. Chitosan-based bioactive Sumber Antioksidan pada Perlakuan Ukuran
hemostatic agents with antibacterial Partikel dan Waktu Maserasi. Jurnal Rekayasa
properties—synthesis and characterization. dan Manajemen Agroindustri. 2020;8(1).
Journal of Melucules. 2019. 24(14).
12. Nivedhitha S. et al. Encyclopedia of Polymer
Science and Technology : Chitin and Chitosan
as Hemostatic Agents. 2016.
13. Ahmadi, F. et al. Chitosan based hydrogels:
Characteristics and pharmaceutical
applications. Research in Pharmaceutical
Science. 2015;10(1).
14. Zhang, Y. et al. Fabrication of
chitosan/gelatin foams with ordered porous
structures for use in drug release and metal
ion adsorption. J RSC Advances. 2014;4(64).
15. Rahayu YC, Yuwono B, Wandansari A. The
effectiveness of proanthocyanidins cacao
pods (theobroma cacao l) on increasing
797

Anda mungkin juga menyukai