Charolina 220106050 Laporan 8
Charolina 220106050 Laporan 8
PERCOBAAN KE – 8
SISTEM REPRODUKSI
Disusun oleh :
Charolina
220106050
Kelas FA 22J
I.1 Tujuan
I.1.1 Fungsi-fungsi organ yang terlibat dalam system reproduksi manusia serta
peranannya masing-maing.
I.1.2 Fungsi system reproduksi.
I.1.3 Mengapa harus mempelajari siklus estrus.
I.2 Prinsip
Reprodulsi atau berkembang biak suatu kemampuan suatu organisme untuk
menghasilkan keturunan atau organisme baru agar kelestariannya tetap terjaga.
Proses reproduksi oleh system reproduksi memiliki dua jenis, laki-laki dan
perempuan. Keduanya memiliki system reproduksi yang berlainan dan saling
membutuhkan. Manusia bereproduksi secara kawin atau seksual (Putra, 2021).
Cara kerja dari sistem reproduksi tersebut pun memiliki perbedaan satu
sama lain, dan tenetunya dengan perbedaan masing-masing fungsinya, alat
reproduksi Wanita dan alat reproduksi pada laki-laki. Dengan melakukan
percobaan kali ini diharapkan praktikan dapat memahami dan mengidentifikasi
dengan terperinci apa saja yang menjadi bagian dari alat reproduksi Wanita dan
laki-laki.
BAB II
TEORI DASAR
3.1.2 Bahan
No Nama Bahan Kegunaan Precaution
1. Air Untuk membilas. Aman
2. Metanol Untuk proses fiksasi. Jauhkan dari panas
3. Metilen Biru Untuk mewarnai Awas
sampel cairan vaginal.
4. Mencit/Tikus Sebagai hewan Awas
percobaan.
5. Nacl Untuk membilas Iritasi mata
vagina tikus
percobaan.
3.2 Prosedur
3.2.1 Sistem reproduksi Manusia
Dipelajari dan diamati pemampang melintang tubulus seminiferosa dan
dipelajari dan dilengkapi perkembangan folikel dalam ovarium, dilenngkapi
peristiwa yang terjadi pada setiap perkembangan ovum selama 1 minggu setelah
fertilisasi. Diamati bagian pemyusun plasenta. Dam dijelaskan fungsi masinng-
masing bagian plasenta.
3.2.2 Pembuatan Apusan
Dibilas vagina tikus bebererapa kali dengan pipet yang berisi NaCl
fisiologis, ditempatkan secara terpisah diatas kaca objek dua tetes suspensi carian
vagina, dibiarkan kering di udara, dilakukan fiksasi 3 menit dengan methanol, sisa
methanol dibuang, diwarnai larutan dengan larutan metilen biru selama 2 menit.
Dibilas dengan air selama 1 mneit, diamati apusan, diamati pula kemungkinan
adanya sperma jika hewan sebelumnya telah berkopulasi, dibandingkan dengan
apusan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Pengamatan
Fase Karakteristik (pengamatan preparat apiusan
vagina)
Diestrus Banyak sekali leukosit.
Proestrus Awal Ada sisa-sisa leukosit (polimorpnuklear), sel-sel
beriniti.
Proestrus Akhir Hanya sel berinti.
Esrtrus Penumpukan sel-sel tanduk, tidak ada leukosit.
Metestrus Sel-sel tanduk masih terlihat, mulai terlihat adanya
leukosit.
4 .2 Pembahasan
Sistem reproduksi tidak bertujuan untuk survival individu, tetapi diperlukan
untuk survival species dan berdampak pada kehidupan seseorang. Hanya melalui
sistem reproduksi, blueprint genetik kompleks setiap spesies dapat bertahan di
dunia ini. Meskipun sistem reproduksi tidak berkontribusi pada homeostasis dan
tidak penting untuk bertahan hidup seseorang seperti halnya sistem kardiovaskuler,
tetapi ia berperan penting dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh: pasangan
suami istri yang baru menikah, umumnya sering ditanya apakah sudah
mendapatkan anak. Dengan demikian berarti sistem reproduksi berpengaruh
terhadap perilaku psikososial seseorang secara signifikan. Fungsi reproduksi juga
berdampak pada masyarakat. Organisasi kemasyarakatan membentuk unit yang
membentuk lingkungan yang stabil dan kondusif untuk kehidupan spesies.
Permasalahan yang dapat terjadi antara lain ledakan populasi yang perlu
mendapatkan perhatian sehubungan dengan keterbatasan dunia ini dalam
menampung dan memfasililtasi makhluk hidup. Oleh karena itu, diperlukan
pembatasan atau kontrol sistem reproduksi.
Kemampuan reproduksi tergantung pada hubungan antara hypothalamus,
hipofisis bagian anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis
dasar termasuk prilaku seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosi dan
sossiokultural masyarakat. Di sini, yang akan difokuskan adalah fungsi dasar
seksual sistem reproduksi di bawah kontrol syaraf dan hormon.
Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi. Organ
reproduksi primer atau gonad terdiri dari sepasang testes pada pria dan sepasang
ovarium pada wanita. Gonad yang matur berfungsi menghasilkan gamet
(gametogenesis) dan menghasilkan hormon seks, khususnya testosterone pada pria
dan estrogen & progesteron pada wanita. Setelah gamet diproduksi oleh gonad, ia
akan melalui saluran reproduksi (sistem duktus). Pada wanita juga terdapat
payudara yang termasuk organ pelengkap reproduksi. Bagian eksternal sistem
reproduksi sering juga disebut genitalia eksternal.
Siklus reproduksi pada hewan primata umumnya dan manusia khususnya,
dikenal dengan siklus menstruasi. Siklus ini erat hubungannya dengan
perkembangan folikel telur dan endometrium uterus. Siklus ini dikendalikan oleh
hormon-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis dan
ovarium . Siklus reproduksi yang lain dan identik dengan hewan mamalia primata
juga terjadi pada hewan mamalia nonprimata yang dikenal dengan siklus estrus.
Siklus ini juga memiliki empat fase yaitu : diestrus, proestrus, estrus dan metetrus
(postestrus). Pada fase estrus terjadi ovulasi dan pada fase ini juga terjadi puncak
birahi pada hewan betina dan siap menerima hewan jantan untuk kopulasi. Selain
fase estrus, hewan betina tidak mau melayani hewan jantan untuk kopulasi (Rugh,
1968).
Dalam satu siklus berahi terjadi perubahan-perubahan fisiologik dari alat
kelamin betina. Perubahan ini bersifat sambung menyambung satu sama lain,
hingga akhirnya bertemu kembali pada permulaanya. Pada umumnya yang disebut
permulaan adalah timbulnya gejala berahi itu sendiri. Untuk memperoleh dasar
yang lebih baik dalam menerangkan fisiologi kelamin, sering pula peristiwa ovulasi
yang mengikuti kejadian berahi digunakan sebagai titik permulaan dari siklus
berahi, sedangkan untuk dapat menerangkan siklus berahi berdasarkan gejala yang
terlihat dari luar tubuh, satu siklus berahi terbagi menjadi 4 fase, yaitu: proestrus,
estrus, metetrus dan diestrus (Partodiharjo, 1982).
Proestrus adalah fase persiapan. Fase ini biasanya pendek, gejala yang
terlihat berupa perubahan-perubahan tingkah laku dan perubahan alat kelamin
bagian luar. Tingkah laku betina agak lain dengan kebiasaannya, misalnya menjadi
sedikit gelisah, memperdengarkan suara yang tidak biasa terdengar atau malah diam
saja. Alat kelamin betina luar mulai memperlihatkan tanda-tanda bahwa terjadi
peningkatan peredaran darah di daerah itu. Meskipun telah ada perubahan yang
menimbulkan gairah sex, namun hewan betina ini masih menolak pejantan yang
datang karena tertarik oleh perubahan tingkah laku tersebut (Partodiharjo, 1982).
Estrus adalah fase yang terpenting dalam siklus berahi, karena dalam fase
ini hewan betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan
dan dalam fase ini pula hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi. Ciri
khas dari estrus adalah terjadinya kopulasi (Partodiharjo, 1982).
Metestrus adalah fase dalam siklus berahi yang terjadi segera setelah estrus
selesai. Gejala yang dapat dilihat dari luar tidak terlihat nyata, namun pada
umumnya masih didapatkan sisa-sisa gejala estrus. Bedanya dengan estrus ialah
bahwa meskipun gejala estrus masih dapat dilihat tetapi hewan betina telah menolak
pejantan untuk aktivitas kopulasi. Serviks telah menutup, kelenjar- kelenjar serviks
merubah sifat hasil sekresinya dari cair menjadi kental. Lendir kental ini berfungsi
sebagai sumbat lumen serviks (Partodiharjo, 1982).
Diestrus adalah fase dalam siklus berahi yang ditandai dengan tidak adanya
kebuntingan, tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang. Dari
periode permulaan diestrus, endometrium masih mempelihatkan kegiatan, yaitu
pertumbuhan kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok
dan banyak diantaranya yang berkelok hingga membentuk spiral. Tetapi pada
pertengahan fase diestrus kegiatan-kegiatan endometrium ini berdegenerasi yang
akhirnya hanya tinggal kelenjar-kelenjar permukaan yang cetek. Dalam periode
permulaan diestrus, corpus hemorrhagicum mengkerut karena di bawah lapisan
hemorhagik ini tumbuh sel-sel kuning yang disebut luteum. Diestrus adalah fase
yang terlama diantara fase-fase yang terdapat dalam siklus berahi (Partodiharjo,
1982).
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
5.1.1 Berdasarkan praktikum system reproduksi, praktikan mampu
mengetahui fungsi-fungsi organ yang terlibat dalam system
reproduksi dan peranannya.
5.1.2 Praktikan mampu mengetahui fungsi system reproduksi yaitu salah
satunya untuk menghasilkan keturunan atau organisme baru agar
kelestariannya tetap terjaga.
5.1.3 Praktikan mengetahui siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap
yaitu tahap diestrus, proestrus, dan metestrus.
DAFTAR PUSTAKA
Carola, R.,J.P. Harley and C.R. Naobeck.1990. Human Anatomy and
Physiologi. Mc. Graw-Hill Publishing Company. New York.
Ginka, 1989. Antropologi Ragawi. Universitas Airlangga
Johnson, M. and Everitt B. 1988. Essential Reproduction third edition,
Blackwell Scientifik Publication
Partodiharjo, Soebadi. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara
Putra, 2021, system reproduksi, politeknik Kesehatan Yogyakarta