Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN KE – 8
SISTEM REPRODUKSI

Disusun oleh :
Charolina
220106050
Kelas FA 22J

Dosen Pengampu : Zulkaida, M.S.Farm


Asisten Praktikum : Azka Silmi Dzilaalurahmi
Hari/Tanggal : Selasa/ 13 Desember 2022

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Tujuan
I.1.1 Fungsi-fungsi organ yang terlibat dalam system reproduksi manusia serta
peranannya masing-maing.
I.1.2 Fungsi system reproduksi.
I.1.3 Mengapa harus mempelajari siklus estrus.

I.2 Prinsip
Reprodulsi atau berkembang biak suatu kemampuan suatu organisme untuk
menghasilkan keturunan atau organisme baru agar kelestariannya tetap terjaga.
Proses reproduksi oleh system reproduksi memiliki dua jenis, laki-laki dan
perempuan. Keduanya memiliki system reproduksi yang berlainan dan saling
membutuhkan. Manusia bereproduksi secara kawin atau seksual (Putra, 2021).

Cara kerja dari sistem reproduksi tersebut pun memiliki perbedaan satu
sama lain, dan tenetunya dengan perbedaan masing-masing fungsinya, alat
reproduksi Wanita dan alat reproduksi pada laki-laki. Dengan melakukan
percobaan kali ini diharapkan praktikan dapat memahami dan mengidentifikasi
dengan terperinci apa saja yang menjadi bagian dari alat reproduksi Wanita dan
laki-laki.
BAB II
TEORI DASAR

1. Struktur/Anatomi organ reproduksi laki-laki


Secara anatomi organ reproduksi laki-laki terdiri dari organ reproduksi
eksternal yaitu skroturn dan penis, dan organ reproduksi internal yaitu testis
(menghasilkan sperma dan hormone), kelenjar aksesoris (mensekresikan produk
esensial bagi pergerakan sperma), dan sekurnpulan duktus yang membawa sperma
dan kelenjar (Johnson, 1988).
SKROTUM
Skrotum merupakan pembungkus testis, dimana. penurunan testis kedalam
skrotum (Decensus testikulorum) terjadi semenjak didalam kandungan , Suhu testis
lebih rendah 2˚C dari suhu tubuh (Johnson, 1988).
TESTIS
Merupakan saluran-saluran yang melilit-lilit yang dikelilingi oleh jaringan
ikat yang disebut Tubulus seminiferus (tempat terbentuknya sperma). Di tubulus
seminiferus juga terdapat sel-sel leydig yang tersebar , dimana sel ini akan
menghasilkan testosteron dan androgen yang merupakan hormone seks pria
(Carola, 1990).
DUKTUS EFERENS
Tubulus serniniferus dibagian atas lobus membentuk tubulus lurus (tubulus
rectus) dan masuk kebagian testis yang disebut Rete testis dan keluar sebagai duktus
eferens (Carola, 1990).
EPIDIDIMIS
Saluran ini menempel pada testis. Saluran epididimis merupakan duktus
eferens bersatu yang berkelok-kelok. Sperma membutuhkan waktu 20 hari di
epididimis yang panjangnya hampir mencapai 6 meter. Selama perjalanan sperma
di epididimis, sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan untuk
membuahi. Lapisan otot saluran ini, makin tebal kearah ekor, ini sesuai dengan
fungsi epididimis untuk mendorong sperma menuju ke vas deferens.
VAS DEFERENS
Merupakan saluran berotot yang keluar dari ekor epididimis menuju ke
uretra, tetapi sebelum sampai di uretra, terjadi pelebaran saluran yang disebut
ampula, diakhir saluran ampula akan bersatu dengan saluran vesika seminalis
membentuk saluran kecil yang disebut duktus ejakulasi, duktus ini masuk kedalam
prostate dan bermuara pada uretra. Saluran uretra disamping merupakan saluran
eksresi juga sebagai saluran reproduksi (Ginka, 1989).
PENIS
Penis manusia terdiri dari 3 silinder jaringan erektil yang mirip spon yang
terdiri dari ruang-ruang dimana pembatasnya disebut trabekula. Jaringan erektil ini
berasal dari vena dan kapiler yang dimodifikasi. Ke-tiga jaringan erektil ini adalah:
a. 2 (dua) buah corpus cavernosum dari penis, pada bagian dorsal dan b. 1 (satu)
buah corpus cavernosum dari uretra (corpus spongiosum). Selama kebangkitan
gairah seks, maka jaringan ini akan terisi penuh oleh darah, dimana akan terjadi
penutupan vena oleh peningkatan tekanan sehingga penis penuh dengan darah yang
menyebabkan terjadinya ereksi. Ereksi sangat penting artinya untuk memasukkan
penis ke dalam vagina saat terjadi kopulasi. Setiap laki-laki normal akan
mengejakulasikan semennya sebanyak 2-5 ml, dan setiap 1 ml mengandung sperma
50-150 juta sperma (normozoospermia : ≥ 20 juta/ml). Pada saat semen berada di
saluran wanita, prostaglandin dalam semen mengencerkan mukus pada permukaan
uterus dan menggerakan otot uterus serta merangsang untuk membantu masuknya
semen ke uterus. Semen yang bersifat alkalis akan membantu menetralkan suasana
lingkungan vagina yang sedikit asam, sehingga melindungi sperma dan
meningkatkan motilitasnya. Saat pertama kali diejakulasikan , semen berkoagulasi
sehingga memudahkan untuk digerakan oleh kontraksi uterus, sampai diuterus
antikoagulan mencairkan semen guna membantu sperma untuk bisa berenang
melalui saluran perempuan menuju sel telur. (Ginka, 1989).
2. Anatomi Organ Reproduksi Perempuan
Secara anatomi organ reproduksi perempuan terdiri dari :
1) organ reproduksi ekstemal yaitu klitoris, dua pasang labia yang mengelilingi
klitoris, dan lubang vagina.
2) Organ reproduksi internal yaitu sepasang ovarium, duktus dan ruang untuk
menghantarkan sperma serta menampung embrio dan fetus (uterus).
OVARIUM
(Ovary) Terletak di dalam rongga abdomen, menggantung dan bertautan
melalui mesenterium ke uterus. Setiap ovarium terbungkus dalam kapsul pelindung
yang keras dan mengandung banyak folikel. Tiap folikel mengandung satu sel telur
dan dikelilingi oleh satu atau lebih sel-sel folikel, yang memberikan makanan dan
melindungi sel telur yang sedang berkembang. Seorang perempuan memiliki kira-
kira 400.000 buah folikel yang dibawanya sejak lahir dan folikel ini sudah terbentuk
sebelum kelahirannya. Dari jumlah folikel tersebut, hanya beberapa, ratus ribu saja
yang dapat membebaskan sel telur selama tahun-tahun reproduksi seorang
perempuan, mulai dari pubertas sampai tercapainya masa menopause. Umumnya
sebuah folikel matang dan membebaskan sel telurnya setiap satu siklus menstruasi.
Sel-sel folikel juga menghasilkan hormon seks utama yaitu ; estrogen. Ovulasi
terjadi apabila sel telur yang matang didorong keluar dari folikel, sedangkan sisa
jaringan folikel akan berkembang di dalam ovarium membentuk massa yang padat
yang disebut korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan tambahan estrogen dan
progesteron yaitu hormon yang mempertahankan dinding uterus selama kehamilan.
Apabila sel telur tidak dibuahi, korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel baru
akan mengalami pematangan selama siklus berikutnya. Sistem reproduksi wanita
tidak sepenuhnya tertutup, sel telur dilepaskan kedalam rongga abdomen dekat
pembukaan oviduk atau saluran telur atau tuba falofi. Oviduk mempunyai
pembukaan yang mirip corong dan silia yang terdapat pada epitelium bagian dalam
yang melapisi duktus akan membantu menarik sel telur dengan cara menarik cairan
dari rongga tubuh kedalam duktus tersebut. Silia (rambut getar) juga mengirimkan
sel telur tersebut menuruni duktus tersebut sampai ke uterus atau rahim. Uterus
adalah organ tebal dan berotot yang dapat mengembang selama kehamilan untuk
menampung fetus dengan bobot 4 kg. Lapisan bagian dalam uterus yang disebut
endometrium dialiri oleh pembuluh darah yang sangat banyak. Leher uterus disebut
serviks, yang membuka ke dalam vagina. Vagina merupakan ruangan berdinding
tebal yang membentuk saluran kelahiran yang dilalui bayi saat lahir, dan juga
merupakan tempat singgah bagi sperma selama kopulasi. Himen merupakan
membran bervaskuler yang menutupi sebagian lubang vagina mulai saat kelahiran
, dan umumnya sampai pada saat pertama kali hubungan kelamin atau kegiatan fisik
yang dapat merobeknya. Lubang vagina dan lubang uretra, yang terpisah terletak
didalam daerah yang disebut vestibula, yang dibatasi oleh sepasang lipatan kulit
tipis yaitu labia minora dan satu pasang tonjolan lagi yang berlemak dan tebal
disebut labia mayora yang merupakan pembungkus dan pelindung dari labia minora
dan vestibula. Dibagian ujung depan dari vestibula terdapat klitoris yang terdiri atas
batang pendek yang menyokong sebuah gland atau kepala, yang bundar, dan
ditutupi oleh tudung kulit kecil yang disebut preputium. Selama proses
perangsangan seksual, klitoris, vagina, dan labia minora dipenuhi dengan darah dan
membesar. Sebagian besar dari tubuh klitoris terdiri dari jaringan erektil. Klitoris
merupakan salah satu titik paling sensitif dalam perangsangan seksual dan
diperkaya oleh saraf. Selarna proses perangsangan seksual, kelenjar Bartholin yang
terletak dilubang vagina, mensekresikan mukus ke dalam vestibula yang
menjaganya tetap terlumasi dan memudahkan hubungan kelamin. (Ginka, 1989).
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
No. Nama Alat Gambar Kegunaan
1. Botol semprot Untuk menyimpan dan
menyalurkan aquadest
yang diguakan untuk
membersihkan alat-alat
laboratorium.

2.. Kaca Objek Untuk tempat


pengamatan mencit

3. Mikroskop Untuk mengamati


mencit

4. Pipet Untuk mengambil NaCl

5. Torso(Alat peraga Alat peraga untuk


organ reproduksi) menunjukkan bagian-
bagian alat reproduksi
manusia

3.1.2 Bahan
No Nama Bahan Kegunaan Precaution
1. Air Untuk membilas. Aman
2. Metanol Untuk proses fiksasi. Jauhkan dari panas
3. Metilen Biru Untuk mewarnai Awas
sampel cairan vaginal.
4. Mencit/Tikus Sebagai hewan Awas
percobaan.
5. Nacl Untuk membilas Iritasi mata
vagina tikus
percobaan.
3.2 Prosedur
3.2.1 Sistem reproduksi Manusia
Dipelajari dan diamati pemampang melintang tubulus seminiferosa dan
dipelajari dan dilengkapi perkembangan folikel dalam ovarium, dilenngkapi
peristiwa yang terjadi pada setiap perkembangan ovum selama 1 minggu setelah
fertilisasi. Diamati bagian pemyusun plasenta. Dam dijelaskan fungsi masinng-
masing bagian plasenta.
3.2.2 Pembuatan Apusan
Dibilas vagina tikus bebererapa kali dengan pipet yang berisi NaCl
fisiologis, ditempatkan secara terpisah diatas kaca objek dua tetes suspensi carian
vagina, dibiarkan kering di udara, dilakukan fiksasi 3 menit dengan methanol, sisa
methanol dibuang, diwarnai larutan dengan larutan metilen biru selama 2 menit.
Dibilas dengan air selama 1 mneit, diamati apusan, diamati pula kemungkinan
adanya sperma jika hewan sebelumnya telah berkopulasi, dibandingkan dengan
apusan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Pengamatan
Fase Karakteristik (pengamatan preparat apiusan
vagina)
Diestrus Banyak sekali leukosit.
Proestrus Awal Ada sisa-sisa leukosit (polimorpnuklear), sel-sel
beriniti.
Proestrus Akhir Hanya sel berinti.
Esrtrus Penumpukan sel-sel tanduk, tidak ada leukosit.
Metestrus Sel-sel tanduk masih terlihat, mulai terlihat adanya
leukosit.

4 .2 Pembahasan
Sistem reproduksi tidak bertujuan untuk survival individu, tetapi diperlukan
untuk survival species dan berdampak pada kehidupan seseorang. Hanya melalui
sistem reproduksi, blueprint genetik kompleks setiap spesies dapat bertahan di
dunia ini. Meskipun sistem reproduksi tidak berkontribusi pada homeostasis dan
tidak penting untuk bertahan hidup seseorang seperti halnya sistem kardiovaskuler,
tetapi ia berperan penting dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh: pasangan
suami istri yang baru menikah, umumnya sering ditanya apakah sudah
mendapatkan anak. Dengan demikian berarti sistem reproduksi berpengaruh
terhadap perilaku psikososial seseorang secara signifikan. Fungsi reproduksi juga
berdampak pada masyarakat. Organisasi kemasyarakatan membentuk unit yang
membentuk lingkungan yang stabil dan kondusif untuk kehidupan spesies.
Permasalahan yang dapat terjadi antara lain ledakan populasi yang perlu
mendapatkan perhatian sehubungan dengan keterbatasan dunia ini dalam
menampung dan memfasililtasi makhluk hidup. Oleh karena itu, diperlukan
pembatasan atau kontrol sistem reproduksi.
Kemampuan reproduksi tergantung pada hubungan antara hypothalamus,
hipofisis bagian anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis
dasar termasuk prilaku seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosi dan
sossiokultural masyarakat. Di sini, yang akan difokuskan adalah fungsi dasar
seksual sistem reproduksi di bawah kontrol syaraf dan hormon.
Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi. Organ
reproduksi primer atau gonad terdiri dari sepasang testes pada pria dan sepasang
ovarium pada wanita. Gonad yang matur berfungsi menghasilkan gamet
(gametogenesis) dan menghasilkan hormon seks, khususnya testosterone pada pria
dan estrogen & progesteron pada wanita. Setelah gamet diproduksi oleh gonad, ia
akan melalui saluran reproduksi (sistem duktus). Pada wanita juga terdapat
payudara yang termasuk organ pelengkap reproduksi. Bagian eksternal sistem
reproduksi sering juga disebut genitalia eksternal.
Siklus reproduksi pada hewan primata umumnya dan manusia khususnya,
dikenal dengan siklus menstruasi. Siklus ini erat hubungannya dengan
perkembangan folikel telur dan endometrium uterus. Siklus ini dikendalikan oleh
hormon-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis dan
ovarium . Siklus reproduksi yang lain dan identik dengan hewan mamalia primata
juga terjadi pada hewan mamalia nonprimata yang dikenal dengan siklus estrus.
Siklus ini juga memiliki empat fase yaitu : diestrus, proestrus, estrus dan metetrus
(postestrus). Pada fase estrus terjadi ovulasi dan pada fase ini juga terjadi puncak
birahi pada hewan betina dan siap menerima hewan jantan untuk kopulasi. Selain
fase estrus, hewan betina tidak mau melayani hewan jantan untuk kopulasi (Rugh,
1968).
Dalam satu siklus berahi terjadi perubahan-perubahan fisiologik dari alat
kelamin betina. Perubahan ini bersifat sambung menyambung satu sama lain,
hingga akhirnya bertemu kembali pada permulaanya. Pada umumnya yang disebut
permulaan adalah timbulnya gejala berahi itu sendiri. Untuk memperoleh dasar
yang lebih baik dalam menerangkan fisiologi kelamin, sering pula peristiwa ovulasi
yang mengikuti kejadian berahi digunakan sebagai titik permulaan dari siklus
berahi, sedangkan untuk dapat menerangkan siklus berahi berdasarkan gejala yang
terlihat dari luar tubuh, satu siklus berahi terbagi menjadi 4 fase, yaitu: proestrus,
estrus, metetrus dan diestrus (Partodiharjo, 1982).
Proestrus adalah fase persiapan. Fase ini biasanya pendek, gejala yang
terlihat berupa perubahan-perubahan tingkah laku dan perubahan alat kelamin
bagian luar. Tingkah laku betina agak lain dengan kebiasaannya, misalnya menjadi
sedikit gelisah, memperdengarkan suara yang tidak biasa terdengar atau malah diam
saja. Alat kelamin betina luar mulai memperlihatkan tanda-tanda bahwa terjadi
peningkatan peredaran darah di daerah itu. Meskipun telah ada perubahan yang
menimbulkan gairah sex, namun hewan betina ini masih menolak pejantan yang
datang karena tertarik oleh perubahan tingkah laku tersebut (Partodiharjo, 1982).
Estrus adalah fase yang terpenting dalam siklus berahi, karena dalam fase
ini hewan betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan
dan dalam fase ini pula hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi. Ciri
khas dari estrus adalah terjadinya kopulasi (Partodiharjo, 1982).
Metestrus adalah fase dalam siklus berahi yang terjadi segera setelah estrus
selesai. Gejala yang dapat dilihat dari luar tidak terlihat nyata, namun pada
umumnya masih didapatkan sisa-sisa gejala estrus. Bedanya dengan estrus ialah
bahwa meskipun gejala estrus masih dapat dilihat tetapi hewan betina telah menolak
pejantan untuk aktivitas kopulasi. Serviks telah menutup, kelenjar- kelenjar serviks
merubah sifat hasil sekresinya dari cair menjadi kental. Lendir kental ini berfungsi
sebagai sumbat lumen serviks (Partodiharjo, 1982).
Diestrus adalah fase dalam siklus berahi yang ditandai dengan tidak adanya
kebuntingan, tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang. Dari
periode permulaan diestrus, endometrium masih mempelihatkan kegiatan, yaitu
pertumbuhan kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok
dan banyak diantaranya yang berkelok hingga membentuk spiral. Tetapi pada
pertengahan fase diestrus kegiatan-kegiatan endometrium ini berdegenerasi yang
akhirnya hanya tinggal kelenjar-kelenjar permukaan yang cetek. Dalam periode
permulaan diestrus, corpus hemorrhagicum mengkerut karena di bawah lapisan
hemorhagik ini tumbuh sel-sel kuning yang disebut luteum. Diestrus adalah fase
yang terlama diantara fase-fase yang terdapat dalam siklus berahi (Partodiharjo,
1982).
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
5.1.1 Berdasarkan praktikum system reproduksi, praktikan mampu
mengetahui fungsi-fungsi organ yang terlibat dalam system
reproduksi dan peranannya.
5.1.2 Praktikan mampu mengetahui fungsi system reproduksi yaitu salah
satunya untuk menghasilkan keturunan atau organisme baru agar
kelestariannya tetap terjaga.
5.1.3 Praktikan mengetahui siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap
yaitu tahap diestrus, proestrus, dan metestrus.
DAFTAR PUSTAKA
Carola, R.,J.P. Harley and C.R. Naobeck.1990. Human Anatomy and
Physiologi. Mc. Graw-Hill Publishing Company. New York.
Ginka, 1989. Antropologi Ragawi. Universitas Airlangga
Johnson, M. and Everitt B. 1988. Essential Reproduction third edition,
Blackwell Scientifik Publication
Partodiharjo, Soebadi. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara
Putra, 2021, system reproduksi, politeknik Kesehatan Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai