id
BAB I
PENDAHULUAN
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Undang dalam Cerita Nyai Undang yang berkembang di wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS) Kapuas (Putro, 2018:315—322). Penokohan Bandar juga berbeda
apabila dibandingkan dengan tokoh Nyai Balau dalam Cerita Nyai Balau yang
berkembang di wilayah DAS Kahayan (Nahan, 2001:5) Perbedaan yang penting
antara cerita Bandar dalam sansana Bandar dengan cerita-cerita lainnya adalah
tidak ditemukannya konflik fisik untuk membangun karakter Bandar sebagai
seorang tokoh yang hebat. Sebaliknya, kehebatan Bandar di dalam sansana
Bandar dibangun melalui penokohan Bandar sebagai manusia dengan
kemampuan intelektualitas yang baik.
Gambaran kehidupan tokoh Bandar yang diceritakan di dalam sansana
Bandar juga sangat berbeda apabila dibandingkan dengan gambaran kehidupan
masyarakat Dayak secara umum yang dapat ditemukan dalam berbagai teks-teks
tertulis masa lalu baik berupa catatan perjalanan dari para penjelajah, hasil studi
bidang antropologi, arkeologi, maupun juga mitos yang berkembang tentang asal-
usul masyarakat Dayak. Maunati (2004:6—14) menyebutkan ada beberapa citra
tentang Dayak yang dapat diperoleh dari berbagai literatur-literatus tertulis di
masa lalu. Pertama, masyarakat Dayak sering dicitrakan sebagai bangsa pemburu
kepala. Representasi tersebut antara lain dapat ditemukan dalam buku The Head
Hunters of Borneo yang ditulis Bock tahun 1881. Beberapa tulisan lain yang
membahas praktik perburuan kepala dalam kehidupan masyarakat Dayak antara
lain juga ditulis oleh Miller (1946), McKinley (1976), Freeman (1979), Janowski
(2007), Saunders (1993), Putra (2011), dan Hanifi (2016). Sementara itu, praktik
tersebut telah disepakati untuk tidak dilakukan lagi pada pertemuan besar
masyarakat Dayak se-Borneo di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah, pada tahun
1894 yang difasilitasi Pemerintah Kolonial Belanda (Putra, 2011:110; Hanifi,
2016:49).
Meskipun praktik perburuan kepala (kayau) telah disepakati untuk diakhiri,
tulisan mengenai hal tersebut masih dapat ditemukan kembali dalam beberapa
tulisan media massa setelah tahun 1990. Maunati (2004:6—14) menyebutkan
beberapa media massa asing seperti The Age edisi 23 Maret 1999 dan 3 April
1999 dan Inside Indonesia edisi commit to user 1999 yang melaporkan adanya
Juli—September
2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tidak seimbang antara Dayak dan Banjar. Sebuah studi yang dilakukan Rafiq
(2013:117—146) menyebutkan bahwa pada mitos yang pertama mengandung tiga
makna sekaligus: (1) adanya hubungan genetis antara orang Dayak dan orang
Banjar. (2) Anak-anak Adam yang menurunkan orang-orang Dayak adalah anak
pertama yang menunjukkan klaim historis bahwa orang Dayak lebih dahulu
menempati wilayah tersebut (Kalimantan) daripada orang Banjar meskipun
mereka berasal dari orang tua yang sama. (3) Anak Adam yang menurunkan
orang Dayak tidak sempat diberi nama dan tinggal di gunung memberikan makna
tentang eksistensi orang Dayak yang sempat dilupakan baik dari wacana yang
disimbolkan dengan tidak adanya nama maupun dalam interaksi sosial yang
disimbolkan dengan tinggal di gunung.
Mitos yang kedua menggambarkan relasi antara Datu Ayuh dan Datu
Bambang Sirawa sebagai dua orang bersaudara. Datu Ayuh kemudian
menurunkan orang Dayak dan Datu Bambang Basirawa menurunkan orang
Banjar. Orang Dayak digambarkan tidak mewarisi tradisi tulis karena pada saat
menerima kitab, Datu Ayuh memilih untuk menelan kitab tersebut. Akhirnya,
orang Dayak digambarkan tidak memahami tradisi tulis tetapi terkenal memiliki
kesaktian. Sebaliknya, orang Banjar digambarkan sebagai masyarakat terpelajar
karena menguasai tradisi tulis melalui penggambaran Datu Bambang Sirawa yang
selalu membawa kitab tertulis tersebut kemanapun dia pergi. Akibatnya, dalam
perkembangan cerita selanjutnya digambarkan bahwa masyarakat Dayak berada
dibawah kekuasaan masyarakat Banjar walaupun tetap saling menolong karena
mereka merasa bersaudara (Rafiq, 2013:125).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa kehidupan masyarakat
Dayak di masa lalu yang diceritakan baik di dalam teks tertulis maupun mitos
adalah masyarakat dengan beberapa ciri khas seperti praktik perburuan kepala,
nomadik, hidup berkelompok dengan menghuni rumah-rumah panjang, dan
berada dibawah dominasi masyarakat lain seperti Melayu atau Banjar.
Penggambaran tersebut sangat bertolak belakang dengan penokohan Bandar
sebagai manusia Dayak yang diceritakan di dalam sansana Bandar. Bandar selain
commit
diceritakan sebagai tokoh dengan to user
kemampuan intelektual yang baik juga
4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diceritakan sebagai tokoh yang mandiri, sukses dalam bidang ekonomi, mampu
beradaptasi dengan masyarakat lain dengan baik hingga sukses dalam perantauan.
Cerita tentang kehidupan Bandar tidak hanya dapat ditemukan dalam bentuk
tuturan yang diceritakan dalam sansana Bandar tetapi juga dapat ditemukan
dalam beberapa cerita rakyat. Beberapa cerita rakyat tersebut telah dituliskan
kembali dan diterbitkan dalam berbagai media massa cetak di Kalimantan Tengah,
yaitu : (1) cerita ”Bandar Pandang Bulan” yang terbit di Dayak Pos edisi Sabtu, 4
Oktober 2003 ; (2) , Cerita ”Bandar Salundik Tarantang” terbit di Dayak Pos
edisi Minggu 15 Desember 2003 ; (3) cerita ”Tunggal Hanjungan” terbit di
Kalteng Pos edisi 11 September 2005 ; (4) cerita ”Pengembaraan Bandar
Bangang” terbit di Kalteng Pos edisi Minggu 16 dan 20 April 2006 ; (5) cerita
”Bandar Huntip Batu Api” terbit di Kalteng Pos edisi Minggu 16 Juli 2006, dan
cerita ”Bandar Pandang Uei Sigi” terbit Kalteng Pos edisi Minggu 16 Juli 2006.
Keenam cerita tentang Bandar tersebut ditulis oleh Abdul Fattah Nahan dan
semua menceritakan kehidupan Bandar sebagai seorang tokoh yang hebat.
Kehebatan Bandar yang diceritakan di dalam keenam cerita rakyat tersebut juga
sama dengan yang diceritakan dalam tuturan sansana Bandar yaitu sebagai tokoh
yang cerdas, sukses, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat luar.
Sama sekali tidak ditemukan gambaran manusia Dayak yang nomadik, tertutup,
dan pemalu seperti yang dituliskan di dalam beberapa teks tertulis masa lalu.
Uraian tersebut memperlihatkan adanya pertentangan antara konteks
kehidupan masyarakat Dayak yang ditemukan di dalam berbagai teks tertulis dan
mitos dengan kehidupan masyarakat Dayak yang dituturkan dalam sansana
Bandar. Pertentangan itulah yang kemudian menjadi latar belakang penelitian
disertasi ini. Sementara, titik tolak kajian terhadap tradisi lisan di Indonesia pada
umumnya berangkat dari pemahaman bahwa sebuah tradisi lisan merupakan
gambaran (refleksi; mirror) masyarakatnya seperti yang dikemukakan oleh
Bronner (2007:54). Adanya pertentangan tersebut kemudian mengarahkan pada
persoalan keberadaan sansana Bandar sebagai bagian dari tradisi lisan Dayak
tetapi di sisi yang lain ia menceritakan kehidupan masyarakatnya secara berbeda.
commitdibandingkan
Situasi tersebut sangat berbeda apabila to user dengan karakteristik tradisi-
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Kebaruan Penelitian
Penelitian terhadap tradisi lisan Dayak Kalimantan Tengah telah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya yang
bersinggungan dengan fokus penelitian ini akan diuraikan secara ringkas pada
subbab ini. Persinggungan tersebut bukan hanya terkait langsung dengan sansana
Bandar sebagai bagian dari tradisi lisan Dayak Ngaju Kalimantan Tengah tetapi
juga penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan fokus kajian penelitian dan
kerangka teori serta metode yang diterapkan. Pemaparan berikut bertujuan untuk
menunjukkan orisinalitas dan kebaruan penelitian ini.
Penelitian terhadap sansana telah diilakukan oleh Muriyat (2015) dalam
bentuk penelitian disertasi dan Asi (2016) dalam bentuk artikel ilmiah. Tujuan
penelitian Muriyat adalah mendeskripsikan budaya Dayak Ngaju dalam Karungut
Sansana Bandar Huntip Batu Api. Hasil penelitian Muriyat menyebutkan bahwa
Karungut Sansana Bandar Huntip Batu Api memuat ikon-ikon budaya yang
commit tomasyarakat
menggambarkan jangkauan persepsi user Dayak Ngaju terhadap
6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang penelitian, rumusan masalah
penelitian disertasi ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana struktur naratif teks cerita Bandar yang dituturkan di dalam
sansana Bandar ?
2. Mengapa struktur naratif teks cerita Bandar yang dituturkan di dalam sansana
Bandar menunjukkan perbedaan apabila dibandingkan dengan konteks
kehidupan masyarakat Dayak Ngaju seperti yang dapat ditemukan di dalam
berbagai teks tertulis dan cerita lainnya?
3. Bagaimana keberadaan dan fungsi sansana Bandar dalam kehidupan
masyarakat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian disertasi ini
adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini bertujuan menguraikan struktur naratif teks cerita Bandar yang
dituturkan di dalam sansana Bandar.
2. Penelitian ini bertujuan menguraikan berbagai macam situasi dan latar
belakang yang menyebabkan cerita yang dituturkan di dalam sansana Bandar
berbeda dengan konteks kehidupan masyarakat Dayak Ngaju yang dapat
ditemukan baik dalam berbagai sumber tertulis maupun cerita lainnya.
3. Penelitian ini bertujuan menguraikan keberadaan dan fungsi sansana Bandar
dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian disertasi ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. Manfaat
commit to user
secara teoretis adalah sebagai berikut.
10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11