Anda di halaman 1dari 11

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tradisi lisan sansana Bandar adalah tradisi lisan yang lahir dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Ia berupa cerita
yang dituturkan dalam Bahasa Dayak Ngaju oleh seorang penutur yang disebut
panyansana. Sansana Bandar bagi masyarakat Dayak Ngaju tidak hanya
memiliki fungsi hiburan tetapi juga fungsi ritual yaitu sebagai media untuk
memanjatkan cita-cita. Berbagai macam keinginan dan cita-cita dapat dipanjatkan
oleh warga masyarakat Dayak Ngaju ketika melaksanakan sansana Bandar.
Sansana memiliki makna sebagai dongeng suku, hikayat, epik, wiracarita yang
didendangkan layaknya karungut dan bersifat legendaris (Mihing, 1978:60;
Bingan, 2005:355). Adapun sansana Bandar adalah cerita lisan yang berisi
kehidupan seorang tokoh bernama Bandar. Bandar di dalam sansana Bandar
diceritakan sebagai seorang laki-laki Dayak yang hebat.
Terdapat beberapa jenis sansana yang lahir dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Dayak Ngaju. Sansana Bandar adalah jenis sansana yang
paling terkenal dan masih dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat Dayak
Ngaju pada masa sekarang. Kisah kehidupan Bandar yang dituturkan oleh
panyansana dalam sansana Bandar dilakukan dalam bentuk murni tuturan lisan
tanpa iringan alat musik dan gerakan tertentu. Pelaksanaan acara sansana Bandar
dilengkapi dengan berbagai macam benda sebagai sesajen. Sansana Bandar pada
umumnya dilakukan pada malam hingga menjelang pagi hari. Seorang
panyansana dalam satu acara sansana Bandar akan menyampaikan satu judul
cerita tentang Bandar. Kisah kehidupan tokoh Bandar pada umumnya diceritakan
sejak Bandar lahir hingga dewasa.
Kehebatan Bandar yang diceritakan di dalam sansana Bandar sangat berbeda
jika dibandingkan dengan kehebatan tokoh dalam cerita-cerita legenda lainnya
yang juga lahir dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju.
Penokohan Bandar berbeda apabila dibandingkan dengan penokohan Nyai
commit to user

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Undang dalam Cerita Nyai Undang yang berkembang di wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS) Kapuas (Putro, 2018:315—322). Penokohan Bandar juga berbeda
apabila dibandingkan dengan tokoh Nyai Balau dalam Cerita Nyai Balau yang
berkembang di wilayah DAS Kahayan (Nahan, 2001:5) Perbedaan yang penting
antara cerita Bandar dalam sansana Bandar dengan cerita-cerita lainnya adalah
tidak ditemukannya konflik fisik untuk membangun karakter Bandar sebagai
seorang tokoh yang hebat. Sebaliknya, kehebatan Bandar di dalam sansana
Bandar dibangun melalui penokohan Bandar sebagai manusia dengan
kemampuan intelektualitas yang baik.
Gambaran kehidupan tokoh Bandar yang diceritakan di dalam sansana
Bandar juga sangat berbeda apabila dibandingkan dengan gambaran kehidupan
masyarakat Dayak secara umum yang dapat ditemukan dalam berbagai teks-teks
tertulis masa lalu baik berupa catatan perjalanan dari para penjelajah, hasil studi
bidang antropologi, arkeologi, maupun juga mitos yang berkembang tentang asal-
usul masyarakat Dayak. Maunati (2004:6—14) menyebutkan ada beberapa citra
tentang Dayak yang dapat diperoleh dari berbagai literatur-literatus tertulis di
masa lalu. Pertama, masyarakat Dayak sering dicitrakan sebagai bangsa pemburu
kepala. Representasi tersebut antara lain dapat ditemukan dalam buku The Head
Hunters of Borneo yang ditulis Bock tahun 1881. Beberapa tulisan lain yang
membahas praktik perburuan kepala dalam kehidupan masyarakat Dayak antara
lain juga ditulis oleh Miller (1946), McKinley (1976), Freeman (1979), Janowski
(2007), Saunders (1993), Putra (2011), dan Hanifi (2016). Sementara itu, praktik
tersebut telah disepakati untuk tidak dilakukan lagi pada pertemuan besar
masyarakat Dayak se-Borneo di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah, pada tahun
1894 yang difasilitasi Pemerintah Kolonial Belanda (Putra, 2011:110; Hanifi,
2016:49).
Meskipun praktik perburuan kepala (kayau) telah disepakati untuk diakhiri,
tulisan mengenai hal tersebut masih dapat ditemukan kembali dalam beberapa
tulisan media massa setelah tahun 1990. Maunati (2004:6—14) menyebutkan
beberapa media massa asing seperti The Age edisi 23 Maret 1999 dan 3 April
1999 dan Inside Indonesia edisi commit to user 1999 yang melaporkan adanya
Juli—September

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

praktik perburuan kepala di kalangan orang Dayak dalam peristiwa konflik


antaretnis dalam kurun waktu tersebut. Pemberitaan di berbagai media asing
tersebut membuktikan bahwa pencitraan Dayak dengan praktik kayau masih terus
berlangsung.
Kedua, masyarakat Dayak juga dicitrakan sebagai masyarakat yang memiliki
kebiasaan berburu dan mengumpulkan. Representasi tersebut antara lain dapat
ditemukan dalam tulisan Hoffman (1986) yang menyebutkan adanya dua kategori
masyarakat Dayak sebagai pemburu dan pengumpul. Dua kategori tersebut
adalah pemburu dan pengumpul primer dan pemburu dan pengumpul sekunder.
Ketiga, masyarakat Dayak dalam berbagai literatur tertulis juga dicitrakan sebagai
masyarakat yang tinggal di rumah-rumah panjang bersama-sama dengan beberapa
keluarga inti (Whitter,1978; Appell,1978; Kedit dan Sabang,1993, dan
Zeppel,1993).
Staal (1940:55—82) menggambarkan masyarakat Dayak sebagai masyarakat
yang pemalu, tertutup, menghuni wilayah-wilayah di tepian sungai, dan berada
dibawah kekuasaan masyarakat Melayu. Mereka memiliki sistem kepercayaan
yang disebut Kaharingan (Scharer, 1968; Schiller,1996; Baier,2007), menjalani
kehidupan secara nomadik (Sellato,1993), memiliki sistem pengobatan tradisional
(Klokke,1998), dan menggunakan simbol-simbol dalam membedakan kelas sosial
(King, 1985). Sementara itu, beberapa tulisan hasil studi terhadap kehidupan
masyarakat Dayak di masa sekarang menggambarkannya sebagai masyarakat
yang masih memiliki persoalan dengan pendefinisian identitas etnisitas mereka
(King,1982; King,1991; Maunati,2004; Sidenden,2013).
Penggambaran tentang masyarakat Dayak tidak hanya dapat ditemukan di
dalam teks-teks tertulis masa lalu tetapi juga dapat diperoleh dari mitos yang
berkembang di masyarakat. Terdapat dua mitos yang cukup penting untuk
diperhatikan terkait hal tersebut yaitu mitos 41 Nabi Keturunan Datu Adam dan
Datu Tihawa dan mitos Datu Ayuh dan Datu Bambang Sirawa. Kedua mitos
tersebut berkembang dalam kehidupan masyarakat Dayak Meratus yang tinggal
di bagian wilayah Kalimantan Selatan dan menggambarkan relasi genealogis
antara Dayak dan Banjar. Kedua commit to usermenceritakan relasi yang terkesan
mitos tersebut

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tidak seimbang antara Dayak dan Banjar. Sebuah studi yang dilakukan Rafiq
(2013:117—146) menyebutkan bahwa pada mitos yang pertama mengandung tiga
makna sekaligus: (1) adanya hubungan genetis antara orang Dayak dan orang
Banjar. (2) Anak-anak Adam yang menurunkan orang-orang Dayak adalah anak
pertama yang menunjukkan klaim historis bahwa orang Dayak lebih dahulu
menempati wilayah tersebut (Kalimantan) daripada orang Banjar meskipun
mereka berasal dari orang tua yang sama. (3) Anak Adam yang menurunkan
orang Dayak tidak sempat diberi nama dan tinggal di gunung memberikan makna
tentang eksistensi orang Dayak yang sempat dilupakan baik dari wacana yang
disimbolkan dengan tidak adanya nama maupun dalam interaksi sosial yang
disimbolkan dengan tinggal di gunung.
Mitos yang kedua menggambarkan relasi antara Datu Ayuh dan Datu
Bambang Sirawa sebagai dua orang bersaudara. Datu Ayuh kemudian
menurunkan orang Dayak dan Datu Bambang Basirawa menurunkan orang
Banjar. Orang Dayak digambarkan tidak mewarisi tradisi tulis karena pada saat
menerima kitab, Datu Ayuh memilih untuk menelan kitab tersebut. Akhirnya,
orang Dayak digambarkan tidak memahami tradisi tulis tetapi terkenal memiliki
kesaktian. Sebaliknya, orang Banjar digambarkan sebagai masyarakat terpelajar
karena menguasai tradisi tulis melalui penggambaran Datu Bambang Sirawa yang
selalu membawa kitab tertulis tersebut kemanapun dia pergi. Akibatnya, dalam
perkembangan cerita selanjutnya digambarkan bahwa masyarakat Dayak berada
dibawah kekuasaan masyarakat Banjar walaupun tetap saling menolong karena
mereka merasa bersaudara (Rafiq, 2013:125).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa kehidupan masyarakat
Dayak di masa lalu yang diceritakan baik di dalam teks tertulis maupun mitos
adalah masyarakat dengan beberapa ciri khas seperti praktik perburuan kepala,
nomadik, hidup berkelompok dengan menghuni rumah-rumah panjang, dan
berada dibawah dominasi masyarakat lain seperti Melayu atau Banjar.
Penggambaran tersebut sangat bertolak belakang dengan penokohan Bandar
sebagai manusia Dayak yang diceritakan di dalam sansana Bandar. Bandar selain
commit
diceritakan sebagai tokoh dengan to user
kemampuan intelektual yang baik juga

4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diceritakan sebagai tokoh yang mandiri, sukses dalam bidang ekonomi, mampu
beradaptasi dengan masyarakat lain dengan baik hingga sukses dalam perantauan.
Cerita tentang kehidupan Bandar tidak hanya dapat ditemukan dalam bentuk
tuturan yang diceritakan dalam sansana Bandar tetapi juga dapat ditemukan
dalam beberapa cerita rakyat. Beberapa cerita rakyat tersebut telah dituliskan
kembali dan diterbitkan dalam berbagai media massa cetak di Kalimantan Tengah,
yaitu : (1) cerita ”Bandar Pandang Bulan” yang terbit di Dayak Pos edisi Sabtu, 4
Oktober 2003 ; (2) , Cerita ”Bandar Salundik Tarantang” terbit di Dayak Pos
edisi Minggu 15 Desember 2003 ; (3) cerita ”Tunggal Hanjungan” terbit di
Kalteng Pos edisi 11 September 2005 ; (4) cerita ”Pengembaraan Bandar
Bangang” terbit di Kalteng Pos edisi Minggu 16 dan 20 April 2006 ; (5) cerita
”Bandar Huntip Batu Api” terbit di Kalteng Pos edisi Minggu 16 Juli 2006, dan
cerita ”Bandar Pandang Uei Sigi” terbit Kalteng Pos edisi Minggu 16 Juli 2006.
Keenam cerita tentang Bandar tersebut ditulis oleh Abdul Fattah Nahan dan
semua menceritakan kehidupan Bandar sebagai seorang tokoh yang hebat.
Kehebatan Bandar yang diceritakan di dalam keenam cerita rakyat tersebut juga
sama dengan yang diceritakan dalam tuturan sansana Bandar yaitu sebagai tokoh
yang cerdas, sukses, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat luar.
Sama sekali tidak ditemukan gambaran manusia Dayak yang nomadik, tertutup,
dan pemalu seperti yang dituliskan di dalam beberapa teks tertulis masa lalu.
Uraian tersebut memperlihatkan adanya pertentangan antara konteks
kehidupan masyarakat Dayak yang ditemukan di dalam berbagai teks tertulis dan
mitos dengan kehidupan masyarakat Dayak yang dituturkan dalam sansana
Bandar. Pertentangan itulah yang kemudian menjadi latar belakang penelitian
disertasi ini. Sementara, titik tolak kajian terhadap tradisi lisan di Indonesia pada
umumnya berangkat dari pemahaman bahwa sebuah tradisi lisan merupakan
gambaran (refleksi; mirror) masyarakatnya seperti yang dikemukakan oleh
Bronner (2007:54). Adanya pertentangan tersebut kemudian mengarahkan pada
persoalan keberadaan sansana Bandar sebagai bagian dari tradisi lisan Dayak
tetapi di sisi yang lain ia menceritakan kehidupan masyarakatnya secara berbeda.
commitdibandingkan
Situasi tersebut sangat berbeda apabila to user dengan karakteristik tradisi-

5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tradisi lisan lainnya yang pada umumnya mencerminkan atau menggambarkan


kehidupan masyarakatnya. Konteks sosio-historis masyarakat Dayak Ngaju juga
menjadi hal penting untuk menguraikan sebab munculnya pertentangan tersebut.
Pertentangan tersebut juga mengarahkan pada persoalan lain yaitu terkait
dengan fungsi sansana Bandar dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju.
Apakah sansana Bandar tetap menduduki fungsi yang sama seperti fungsi-fungsi
tradisi lisan pada umumnya yang telah dirumuskan oleh Bascom (1965) dan
Dundes (1965). Bagaimanakah fungsi ‘proyeksi’ seperti yang dikemukakan oleh
Bascom dapat dilihat dalam sansana Bandar sementara ia menceritakan
masyarakatnya secara berbeda dengan apa yang telah diceritakan di dalam
literatur tertulis dan juga mitos. Persoalan lain terkait dengan fungsi juga
menyangkut apakah fungsi ritual yang selama ini ditemukan dalam setiap
pelaksanaan sansana Bandar masih bertahan dalam kehidupan masyarakat Dayak
Ngaju di masa kini. Persoalan-persoalan yang muncul karena adanya
pertentangan itulah yang kemudian menjadi latar belakang penelitian disertasi ini.

B. Kebaruan Penelitian
Penelitian terhadap tradisi lisan Dayak Kalimantan Tengah telah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya yang
bersinggungan dengan fokus penelitian ini akan diuraikan secara ringkas pada
subbab ini. Persinggungan tersebut bukan hanya terkait langsung dengan sansana
Bandar sebagai bagian dari tradisi lisan Dayak Ngaju Kalimantan Tengah tetapi
juga penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan fokus kajian penelitian dan
kerangka teori serta metode yang diterapkan. Pemaparan berikut bertujuan untuk
menunjukkan orisinalitas dan kebaruan penelitian ini.
Penelitian terhadap sansana telah diilakukan oleh Muriyat (2015) dalam
bentuk penelitian disertasi dan Asi (2016) dalam bentuk artikel ilmiah. Tujuan
penelitian Muriyat adalah mendeskripsikan budaya Dayak Ngaju dalam Karungut
Sansana Bandar Huntip Batu Api. Hasil penelitian Muriyat menyebutkan bahwa
Karungut Sansana Bandar Huntip Batu Api memuat ikon-ikon budaya yang
commit tomasyarakat
menggambarkan jangkauan persepsi user Dayak Ngaju terhadap

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lingkungan kehidupan mereka. Sementara itu, penelitian yang dilakukan Asi


adalah penelitian terhadap sansana secara umum dan tidak dikhususkan pada
sansana Bandar. Penelitian yang dilakukan Asi tersebut berhasil
mendeskripsikan bahwa sansana merupakan salah satu tradisi lisan yang masih
ada dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju di Desa Pulau Kaladan,
Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Kontribusi
kedua penelitian tersebut terhadap penelitian disertasi ini bahwa tradisi lisan
sansana dan sansana Bandar masih dapat ditemukan dalam kehidupan
masyarakat Dayak Ngaju hingga saat ini.
Perbedaan penelitian yang telah dilakukan oleh Muriyat (2015) dan Asi
(2016) dengan penelitian ini terlihat pada beberapa hal yang bersifat mendasar dan
konseptual. Pertama, penelitian Muriyat menggunakan terminologi karungut
sansana sedangkan penelitian ini menggunakan istilah sansana tanpa
menyertakan kata karungut. Hal itu mengindikasikan bahwa penelitian ini
memandang sansana sebagai sebuah tradisi lisan yang mandiri dan berbeda
dengan genre karungut atau karungut sansana. Kedua, terkait fokus kajian
penelitian, penelitian Asi terfokus pada sansana secara umum dan penelitian
Muriyat pada Karungut Sansana Bandar Huntip Batu Api. Adapun fokus
penelitian ini adalah sansana Bandar dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju
Kalimantan Tengah di masa sekarang.
Penelitian lain terhadap tradisi lisan Dayak Kalimantan Tengah antara lain
telah dilakukan oleh Misnawati (2013), Wijanarti, Elis Setiati, dan Nurhadi
(2014), Sigai (2016), Putro (2018), Arnisyah, et al (2018) dan Sion & Affandi
(2018). Perbedaan antara penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian disertasi
ini terletak pada subjek kajian. Jenis tradisi lisan Dayak yang menjadi subjek
kajian dalam penelitian-penelitian tersebut lain adalah hyang wadian, deder, dan
karungut. Perbedaan lainnya juga dapat ditemukan pada kerangka teori dan
metode yang diterapkan. Penelitian-penelitian terhadap berbagai jenis tradisi lisan
masyarakat Dayak Kalimantan Tengah tersebut semua menggunakan motode
kualitatif secara umum. Belum ditemukan kajian yang mengaplikasikan metode
commit
dan beberapa teori kritis seperti yang to user di dalam penelitian disertasi ini.
digunakan

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perbedaan tersebut kemudian juga mengarahkan hasil penelitian yang berbeda


dengan penelitian disertasi ini.
Selanjutnya, penelitian-penelitian lain yang mengkaji keberadaan tradisi lisan
dalam kehidupan masyarakat di masa sekarang juga dipandang memiliki
keterkaitan dengan penelitian disertasi ini. Penelitian-penelitian yang dimaksud
antara lain adalah penelitian yang dilakukan Sutarto (2009), Primadesi (2013),
Sinaga (2014), Banda (2014), Irawati (2014), Mu’jizah (2015), Aisah (2015),
Gunawan et al (2016), Rochmiatun (2017), dan Meigalia & Yerri (2019).
Persinggungan penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian disertasi ini
terletak pada subjek formal penelitian yaitu terkait fungsi tradisi lisan pada
kehidupan masyarakat di masa sekarang. Pada persinggungan tersebut dapat
ditemukan adanya perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian
tersebut. Penelitian disertasi ini memaparkan argumen yang dibangun dari
hubungan antara konteks historis masyarakat Dayak Ngaju, cerita yang terbangun
di dalam sansana Bandar, dan fungsinya dalam kehidupan masyarakat Dayak
Ngaju. Hal itulah yang membedakan antara penelitian-penelitian sebelumnya
dengan penelitian disertasi ini. Perbedaan tersebut kemudian menjadi kebaruan
bagi penelitian disertasi ini.
Berdasarkan tinjauan terhadap beberapa penelitian tersebut, kebaruan
penelitian disertasi ini dapat dilihat dalam beberapa aspek berikut.
1. Kebaruan penelitian ini dapat dilihat pada subjek kajian yaitu sebagai
penelitian pertama yang meneliti secara khusus sansana Bandar di wilayah
Kalimantan Tengah.
2. Kebaruan penelitian dapat dilihat pada latar belakang permasalahan
penelitian yang berangkat dari adanya pertentangan antara konteks
kehidupan masyarakat Dayak Ngaju dalam teks-teks tertulis dengan yang
dituturkan di dalam sansana Bandar. Latar belakang tersebut berbeda
apabila dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Muriyat
(2015) dan Asi (2016) yang juga meneliti sansana dan sansana Bandar.
Perbedaan pada latar belakang tersebut kemudian mengarahkan pada fokus
commit
penelitian yang berbeda. Jika padatopenelitian
user Muriyat (2015) lebih melihat

8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adanya refleksi budaya masyarakat Dayak Ngaju di dalam karungut sansana


Bandar Huntip Batu Api maka penelitian disertasi ini justru melihat adanya
pertentangan antara kedua hal tersebut.
3. Kebaruan penelitian disertasi ini dapat dilihat dari aspek metodologis dan
aspek teoretis. Secara metodologis, penelitian disertasi ini menunjukkan
perbedaan apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian lainnya.
Perbedaan yang dapat disampaikan bahwa penelitian ini menerapkan
beberapa metode baik dalam proses pengambilan data maupun analisis data
penelitian. Secara teoretis, penelitian disertasi ini menerapkan beberapa
kerangka teori baik kerangka teori yang berasal dari paham strukturalisme
maupun postrukturalisme. Pemakaian kerangka teori tersebut didasarkan
pada kondisi subjek penelitian yang lahir dalam kehidupan masa lampau
tetapi dikaji keberadaannya dalam kehidupan masyarakat di masa sekarang.
Adanya perbedaan waktu itulah, penelitian ini kemudian memandang
perlunya pemakaian teori secara multidisiplin untuk mencapai tujuan
penelitian. Pemanfaatan kerangka teori secara multidisiplin belum
ditemukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, khususnya penelitian
terhadap tradisi lisan masyarakat Dayak.
4. Kebaruan penelitian ini dapat dilihat pada beberapa rumusan yang
merupakan hasil penelitian. Pertama, penelitian ini berhasil merumuskan
sansana Bandar sebagai salah satu tradisi lisan masyarakat Dayak Ngaju
Kalimantan Tengah. Rumusan tersebut tidak hanya terkait dengan definisi
sansana Bandar secara umum tetapi juga terkait dengan konsep sansana
Bandar meliputi perlengkapan acara, suasana, waktu, penonton, dan peran
penutur dalam setiap pelaksanaannya. Kedua, penelitian ini berhasil
mendeskripsikan struktur naratif salah satu teks cerita sansana Bandar yaitu
teks sansana Bandar Busu Hanyut. Ketiga, berdasarkan struktur naratif
tersebut, penelitian ini berhasil menganalisis beberapa unsur yang bukan
berasal dari kebudayaan masyarakat Dayak Ngaju tetapi dapat ditemukan di
dalam teks cerita. Beberapa unsur serapan itulah yang menyebabkan
commit
terjadinya pertentangan antara to user
konteks kehidupan masyarakat Dayak dalam

9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berbagai literatur tertulis dengan yang diceritakan di dalam sansana Bandar.


Keempat, penelitian ini berhasil mendeskripsikan keberadaan dan fungsi
sansana Bandar dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju di masa kini.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang penelitian, rumusan masalah
penelitian disertasi ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana struktur naratif teks cerita Bandar yang dituturkan di dalam
sansana Bandar ?
2. Mengapa struktur naratif teks cerita Bandar yang dituturkan di dalam sansana
Bandar menunjukkan perbedaan apabila dibandingkan dengan konteks
kehidupan masyarakat Dayak Ngaju seperti yang dapat ditemukan di dalam
berbagai teks tertulis dan cerita lainnya?
3. Bagaimana keberadaan dan fungsi sansana Bandar dalam kehidupan
masyarakat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian disertasi ini
adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini bertujuan menguraikan struktur naratif teks cerita Bandar yang
dituturkan di dalam sansana Bandar.
2. Penelitian ini bertujuan menguraikan berbagai macam situasi dan latar
belakang yang menyebabkan cerita yang dituturkan di dalam sansana Bandar
berbeda dengan konteks kehidupan masyarakat Dayak Ngaju yang dapat
ditemukan baik dalam berbagai sumber tertulis maupun cerita lainnya.
3. Penelitian ini bertujuan menguraikan keberadaan dan fungsi sansana Bandar
dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian disertasi ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. Manfaat
commit to user
secara teoretis adalah sebagai berikut.

10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap studi bidang sastra,


sosial, antropologi, dan kebudayaan. Secara lebih khusus, penelitian ini
diharapkan memberikan kontribusi bagi studi tradisi lisan.
2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap penelitian-
penelitian tradisi lisan dalam wilayah studi cultural studies.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan yang dapat
memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan dan pemertahanan
tradisi lisan dalam kehidupan masa kini.
4. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap penelitian budaya
Dayak yang hingga kini masih terbatas jumlahnya.
Adapun manfaat secara praktis yang dapat diperoleh dari penelitian disertasi
ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya untuk
mengenalkan budaya masyarakat Dayak Ngaju kepada masyarakat luas.
Secara tidak langsung penelitian ini juga bermanfaat untuk mengenalkan
tradisi lisan sansana Bandar kepada masyarakat Dayak dan juga masyarakat
dari luar Dayak.
2. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya penggalian nilai-
nilai lokalitas termasuk identitas budaya masyarakat Dayak, khususnya
masyarakat Dayak Ngaju di wilayah Kalimantan Tengah.
3. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bentuk upaya preservasi
(pelestarian) tradisi lisan sansana Bandar.
4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan referensi terhadap penelitian-
penelitian selanjutnya, khususnya penelitian terhadap tradisi lisan masyarakat
Dayak Ngaju Kalimantan Tengah.
5. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap arah kebijakan dalam
upaya melestarikan tradisi lisan Dayak, khususnya Dayak Ngaju.

commit to user

11

Anda mungkin juga menyukai