Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH STUDI AL-KUTUB AL-TIS’AH FI AL-HADIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadist

Dosen Pengampu : M. Abdullah Charis, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 4 Kelas B

Nuris hari pramadhana (210203110079)

Imro'atul Afifah (22020311002)

Hillary Fitri Olganova (220203110043)

PRODI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji beserta syukur marilah sama-sama kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT
Yang Maha Mengetahui Segala Ilmu Pengetahuan, karena dengan segala Qudrat dan Iradah-
Nya, kita dapat menyelesaikan sebuah karya tulis ilmiah berjenis makalah yang
berjudul “Studi al-Kutub al-Tis'ah fi al-Hadis” sebagai salah satu pemenuhan tugas mata
kuliah Ulumul Hadist. Sholawat serta salam tidak lupa kita panjatkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, tidak lupa kepada Sahabatnya, para Tabiin, dan kepada kita selaku
umatnya. Aamiin ya robbal alamin.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ulumul
Hadist yakni Bapak M. Abdullah Charis, M.Pd yang telah membimbing kami selama masa
perkuliahan, sehingga makalah ini dapat tersusun sesuai waktu yang telah ditetapkan dan
berjalan tanpa kendala apapun.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik
sistematika penulisannya maupun isi pembahasannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan bantuan, kritikan dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah
ini.
Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 4 April 2023

Penulis Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................5
A. Latar Belakang……………………………………………………………………...5
B. Rumusan Makalah…………………………………………………………………..5
C. Tujuan…………………………………………………………………………….. ..5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................6
A. Pengertian Kutub al-Tis’ah……………………………………………………........6
1. AL – JAMI’ AS-SAHIH AL-BUKHARI..............................................................6
a. Profil Kitab………………………………………………………………………... .6
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun…………………………………….................7
c. Sistematika Penyusunan………………………………………………………….....8
d. Penilaian Ulama………………………………………………………………….....9
2. AL-JAMI‘ AS-SAHIH MUSLIM..........................................................................10
a. Profil Kitab……………………………………………………………………….…10
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun……………………………………….............10
c. Sistematika Penyusunan………………………………………………………....…11
d. Penilaian Ulama………………………………………………………………… …12
3. SUNAN AN-NASA’I………………………………………………………….…12
a. Profil Kitab…………………………………………………………………………12
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun…………………………………………….…13
c. Sistematika Penyusunan…………………………………………………….…...…13
d. Penilaian Ulama…………………………………………………............................14
4. SUNAN ABU DAWUD........................................................................................15
a. Profil Kitab……………………………………………………………………….. .15
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun…………………………………………........15
c. Sistematika Penyusunan………………………………………………………….. .16
d. Penilaian Ulama…………………………………………………………………....17
5. SUNAN AT-TIRMIZI...........................................................................................18
a. Profil Kitab………………………………………………………………………... 18
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun……………………………………………....18

3
c. Sistematika Penyusunan……………………………………………………….......19
d. Penilaian Ulama……………………………………………………………………19
6. SUNAN IBN MAJAH..........................................................................................20
a. Profil Kitab………………………………………………………………………... 20
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun……………………………………................20
c. Sistematika Penyusunan……………………………………………………...........21
d. Penilaian Ulama…………………………………………………………………....22
7. MUSNAD AHMAD.............................................................................................22
a. Profil Kitab…………………………………………………………………………22
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun…………………………………....................23
c. Sistematika Penyusunan……………………………………………………...........23
d. Penilaian Ulama…………………………………………………………………....24
8. AL MUWATTA’ AL MALIK................................................................................24
a. Profil Kitab…………………………………………………………………………24
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun……………………………………................25
c. Sistematika Penyusunan…………………………………………………………...26
d. Penilaian Ulama…………………………………………………………………...26
9. SUNAN AD-DARIMI..........................................................................................26
a. Profil Kitab………………………………………………………………………... 26
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun………………………………………............27
c. Sistematika Penyusunan………………………………………………………….. .27
d. Penilaian Ulama……………………………………………………………………28
BAB III................................................................................................................................29
PENUTUP...........................................................................................................................29
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….. .29
B. Saran………………………………………………………………………………. 29
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................30

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat Islam sepakat menjadikan Nabi Muhammad saw. Sebagai sumber kedua
ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Masalah-masalah hukum yang ada dalam Al-Qur’an
banyak dijelaskan secara rinci di dalam hadits. Pada abad ke-1 sampai abad ke-4 H
merupakan waktu yang paling gencar untuk pembukuan hadits. Terbukti banyak mucul
mukharij (orang yang mengeluarkan meriwayatkan) hadist.

Di antara sekian banyak kitab hadis yang tersebar di kalangan umat Islam, mereka
paling banyak memedomani kitab yang sembilan atau yang lebih dikenal dengan al-kutub
al-Tis’ah yakni Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan at-Tirmizi, Sunan Abi Dawud,
Sunan an-Nasa’i, dan Sunan Ibn Majah, Imam Ahmad, Imam Malik bin Anas, Imam Ad
Darimi Dalam hal ini, penulis memaparkan bagaimana profil kitab, apa saja latar
belakang nama dan penyusun, bagaimana sistematika penyusunan, serta bagaimana
penilaian ulama terhadap kitab-kitab tersebut.

B. Rumusan Masalah
1) Apa itu al-Kutub al-Tis'ah?
2) Bagaimana Profil Kitab al-Kutub al-Tis'ah?
3) Bagaimana Latar Belakang Nama dan Penyusunan al-Kutub al-Tis'ah?
4) Bagaimana Sistematika Penyusunan al-Kutub al-Tis'ah?
5) Bagaimana Penilaian Ulama tentang al-Kutub al-Tis'ah?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan menjelaskan tentang studi al-Kutub al-Tis'ah fi al-Hadis yang
mencakup profil Kitab, latar belakang nama dan penyusunan, sistematika penyusunan, dan
penilaian ulama terhadap al-Kutub al-Tis'ah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kutub al-Tis’ah


Kutub al-Tis’ah yang berasal dari 2 kata dalam bahasa Arab kitab-kitab dan kata al-
Tis’ah berasal yang berarti sembilan. Jadi secara istilah, kutub al-Tis’ah adalah kitab yang
memuat hadits-hadits yang populer yang diriwayatkan oleh 9 (sembilan) imam dalam kitab
hadits yang telah disusun oleh mereka masing-masing. Adapun sembilan Imam yang
dimaksud yaitu antara lain :

No. Nama Kitab Pengarang Jumlah Hadits

1. Shahih Al-Bukhari Imam Al-Bukhari 7397

2. Shahih Muslim Imam Muslim 7275

3. Sunan An-Nasa’i Imam An-Nasa’i 5774

4. Sunan Abu Dawud Imam Abu Dawud 5274

5. Sunan At-Tirmidzi Imam At-Tirmidzi 3956

6. Sunan Ibnu Majah Imam Ibnu Majah 4341

7. Musnad Ahmad Imam Ahmad 40.000

8. Al-Muwatha’ Malik Imam Malik bin Anas 1942

9. Sunan Ad Darimi Imam Ad Darimi 3455

6
1. AL – JAMI’ AS-SAHIH AL-BUKHARI
a) Profil Kitab

Kitab al – jami’ as-sahih karya Imam al-Bukhari ini merupakan karya


pertama yang memfokuskan pada hadis-hadis sahih saja. Maka sesuai dengan
namanya, kitab yang disusun oleh al-Bukhari ini hanyalah memuat hadis-hadis
yang menurutnya berkualitas sahih. Namun, harus diakui bahwa sejatinya Imam
al- Bukhari tidak pernah mengungkapkan secara eksplisit pengertian dan kriteria
hadis sahih menurutnya. Hanya saja berdasarkan penelitian para ulama dalam
menstudi kitab al – jami’ as-sahih karya al-Bukhari ini dinyatakan bahwa suatu
hadis dinilai sahih apabila terjadi persambungan sanad yang mengharuskan
adanya pertemuan langsung (subut al-liqa’) antara guru dan murid atau setidaknya
ditandai bahwa guru dan murid memang hidup pada era yang sama
Kitab al – jami’ as-sahih ini disusun oleh Imam al-Bukhari di Masjidil
Haram selama 16 tahun dan merupakan hasil seleksi dari 600.000 hadis. Dan,
dalam rangka memastikan kesahihan sebuah hadis untuk dimasukkan dalam
kitabnya, al-Bukhari melakukan shalat istikharah dua rakaat terlebih dahulu. Jika
kemudian ia merasa yakin bahwa hadis tersebut adalah hadis sahih, barulah
kemudian al-Bukhari memasukkan dalam kitabnya.
b) Latar Belakang Nama dan Penyusun
Kitab ini diberi judul Al-Jami’ Ash-Shahih oleh penyusunnya. Beliau
menyeleksi hadits yang tercantum dalam kitab ini dari 600 ribu hadits. Beliau
rahimahullaah bersusah payah dalam memilih, menyeleksi, dan mencari hadits yang
shahih sehingga setiap kali hendak menulis hadits (dalam kitab ini), beliau selalu
berwudhu dan mngerjakan shalat dua rakaat sembari memohon petunjuk kepada
Allah.1
Penyusun kitab ini memiliki nama lengkap Muhammad bin Isma’il bin
Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari. Kunyah beliau adalah Abu Abdillah. Beliau
dilahirkan pada tahun 194 H. Beliau berkelana mencari hadits hingga akhirnya
menjadi imam di bidang ilmu hadits. Imam Al-Bukari wafat pada tahun 256 H di
Khartanak, salah satu wilayah di Samarkand.2

1
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, (Jogjakarta: Media Hidayah, 2008), hlm. 100.
2
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2014), hlm. 371.

7
Imam Bukhari tidak menulis kecuali yang telah benar bersumber dari
Rasulullah dengan sanad bersambung dan terdiri dari muslimin yang sehat
pemikirannya, jujur, adil, hafal serta menguasai apa yang diriwayatkannya.3

c) Sistematika Penyusunan

Karya al-Bukhari merupakan salah satu kitab yang digelari kitab jami‘.
Sebuah kitab disebut jami‘ jika mengandung minimal delapan bidang, yakni:
akidah, hukum, sikap hidup orang-orang salih, adab, tafsir, tarikh, fitnah-fitnah
yang muncul di akhir masa, dan biografi serta keutamaan seseorang (manaqib).16
Al-Jami’ as-Sahih karya al-Bukhari disusun dengan pembagian beberapa judul.
Judul-judul tersebut dikenal dengan istilah ‘kitab’ Adapun jumlah‘kitab’ yang ada
di dalamnya berjumlah 97 ‘kitab’. Masing-masing ‘kitab’ memiliki sub judul yang
dinamai bab, yang keseluruhannya berjumlah 4550 bab. Judul yang pertama yaitu
kitab bad’u al-wahy, dilanjutkan kitab al-iman, kemudian kitab al-‘ilm, kitab al-
wudu’ dan seterusnya.
Namun demikian, ada sejumlah hadis yang tidak dimuat dalam bab. Ada
pula sejumlah bab yang berisi banyak hadis, dan ada bab yang isinya hanya sedikit
hadis. Di sisi lain, ada bab yang isinya ayat-ayat al-Qur’an tanpa disertai hadis,
bahkan ada pula bab yang tidak diisi apapun, baik ayat al-Qur’an ataupun
hadis.Adapun jumlah keseluruhan hadis sahih yang ada dalam kitab al-Bukhari ini
menurut Ibn as-Salah sebagaimana dikutip Dzulmani17 sebanyak 7275 buah
hadis, termasuk hadis yang disebutkan secara berulang, atau sebanyak 4000 hadis
tanpa pengulangan. Menurut Fuad Abd al-Baqi, jumlah keseluruhan hadis dalam
karya al-Bukhari disertai pengulangan sebanyak 7563 hadis, sedangkan tanpa
pengulangan sejumlah 2607 hadis. Menurut Ajjaj al-Khatib, keseluruhan hadis
disertai pengulangan sejumlah 9082 hadis (Dar al-Fikr, 1997).

Adapun menurut Ibn Hajar, jumlah hadis sahih dalam kitab al-Jami’ as-
Sahih al- Bukhari yang memiliki sanad bersambung (mausul) sejumlah 2602
hadis, tanpa pengulangan. Adapun jumlah hadis yang sanadnya tidak mausul
sebanyak 159 hadis. Tetapi, jika dijumlah keseluruhan hadis disertai dengan
pengulangannya maka berjumlah 7397 hadis. Jumlah ini diluar hadis yang mauquf
yakni yang berupa ucapan atau pernyataan sahabat dan tabi’in.

3
Sahliono, Biografi dan Tingkatan Perawi Hadits, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), hlm. 169.

8
Adapun nama-nama judul ‘kitab’ yang ada dalam al-Jami’ as-Sahih adalah
sebagai berikut:
1) Kitab bad’ u al-wahy (kitab tentang permulaan turunnya wahyu)
2) Kitab al-iman (kitab tentang keimanan)
3) Kitab al-‘ilm (kitab tentang ilmu/pengetahuan)
4) Kitab al-wudu’ (kitab tentang wudHu)
5) Kitab al-ghusl (kitab tentang mandi)
6) Kitab al-haid (kitab tentang haid)
7) Kitab at-Tayammum (kitab tentang tayamum)
8) Kitab as-Salah (kitab tentang salat)
9) Kitab Mawaqit as-Salah (kitab tentang waktu-waktu salat)
10) Kitab al-Azan (kitab tentang azan) Dan
masih banyak kitab-kitab lainnya.

d. Penilaian Ulama

Sebagus apapun suatu karya, pasti tidak akan lepas dari penilaian, baik
yang bernada memuji ataupun mengkritisi, demikian halnya dengan Kitab al-
Jami’ as-Sahih. Penilaian memuji di antaranya berasal dari Ibn as-Salah dan a n-
Nawawi. Ibn as-Salah mengatakan, “Karya al-Bukhari dan Muslim merupakan
dua kitab yang paling sahih setelah al-Qur’an. Adapun kitabnya al-Bukhari
merupakan kitab yang paling sahih di antara keduanya dan yang paling banyak
faedahnya”.
Senada dengan Ibn as-Salah, Imam an-Nawawi juga menyatakan, “Telah
terjadi kesepakatan di antara para ulama bahwa kitab yang paling sahih setelah al-
Qur’an yaitu as-Sahihan (Sahih karya Imam al-Bukhari dan Sahih karya Imam
Muslim). Sedangkan yang paling sahih di antara keduanya yaitu kitab al-
Bukhari”.

At-Tirmizi mengungkapkan, “Tidak pernah saya lihat seseorang yang


memiliki pengetahuan yang komprehensif dalam bidang sejarah, sanad, dan ‘ilal
hadis di Iraq dan Khurasan kecuali Imam al-Bukhari.”
Ibn Khuzaimah mengatakan, “Tidak saya temui seorang pun di dunia ini
yang lebih mengetahui hadis Nabi Saw. dan lebih hafal selain Muhammad ibn
Ismail al-Bukhari.”

9
Penilaian yang mengkritisi di antaranya yaitu penilaian ad- Daruqutni
(306-385 H.) yang menilai bahwa di dalam al-Jami’ as- Sahih} nya al-Bukhari ini
ditemukan 80 periwayat dan 110 buah hadis yang tidak memenuhi standar tinggi
sebagaimana hadis- hadis Imam al-Bukhari lainnya.22 Seperti, status hadis yang
mu’allaq yakni hadis yang pada awal sanadnya terbuang satu atau lebih periwayat
secara berturut-turut.

2. AL-JAMI‘ AS-SAHIH MUSLIM


a. Profil Kitab

Secara lengkap, nama kitab yang disusun oleh Imam Muslim ini adalah al-
Jami’ al- Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min as-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl
‘an Rasulillah Saw. tetapi lebih dikenal dengan al-Jami‘ as-Sahih atau Sahih
Muslim. Sebagaimana Imam al-Bukhari, Imam Muslim juga memfokuskan pada
hadis-hadis sahih saja yang dimasukkan dalam kitabnya. Imam Muslim sendiri
pernah menyatakan bahwa ia tidak memasukkan semua hadis sahih dalam
kitabnya. Namun, jika dikomparasikan hadis- hadis sahih yang ada dalam kitab al-
Bukhari dan Muslim, pada umumnya ulama menilai bahwa kualitas hadis- hadis
dalam Sahih Muslim menempati ranking kedua setelah Sahih al-Bukhari. Ini
dikarenakan kriteria kesahihan hadis yang dipedomani Imam Muslim menurut
pandangan para ulama dinilai lebih longgar daripada kriteria Imam al-Bukhari.
Dalam hal ini, al- Bukhari mensyaratkan adanya pertemuan (liqa’) antara guru dan
murid bagi hadis-hadis yang termuat dalam kitabnya. Sedangkan Imam Muslim
hanya mencukupkan dengan kesezamanan (mu‘asarah) saja antara guru dan
murid, meski tidak ada indikator yang menunjukkan bahwa keduanya pernah
bertemu satu sama lain. Hal ini diketahui dari penerimaan Imam Muslim terhadap
hadis mu‘an‘an yang dinilai muttasil meski tidak diperoleh data mengenai
kepastian bertemu antara satu periwayat dengan periwayat lainnya.
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun
Penyusun kitab ini adalah Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi.
Julukan beliau adalah Abul Husain an-Naisaburi, al-Hafidz. Beliau dikenal sebagai
salah seorang imam ahli hadits yang tsiqah lagi mulia. Penulis kitab shahih yang

10
tingkatannya menurut mayoritas para ulama, berada tepat di bawah Shahihul Bukhari.
Imam Muslim lahir pada tahun 204 H, dan wafat pada tahun 261 H di Naisabur.4
Imam Muslim mengumpulkan hadits-hadits shahih dari Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam menurut penilaiannya. An-Nawawi berkata, “Di dalam
kitab ini beliau menerapkan metode yang sangat bagus dalam hal ketelitian,
kesempurnaan, wara’, dan ma’rifah dimana sangat jarang seorang mendapatkan
petunjuk untuk melakukan hal tersebut kecuali beberapa orang saja di beberapa
masa.”
Setiap bab kitab ini telah diberi judul oleh sejumlah ulama yang
menjelaskannya. Di antara syarah yang paling bagus adalah yang disusun oleh Imam
An-Nawawi. Jumlah hadits dalam kitab ini 7275 buah, termasuk hadits yang terulang
dan jika tidak terulang terdapat 4000 hadits.5

c. Sistematika Penyusunan

Kitab al-Jami‘ as-Sahih Imam Muslim ini diawali dengan pendahuluan


(muqaddimah) yang sangat bermanfaat dan memberikan maklumat kepada
pembaca tentang ilmu hadis. Dalam muqaddimahnya, Imam Muslim memaparkan
pembagian dan macam-macam hadis, penjelasan mengenai hadis-hadis yang
dimuat dalam kitabnya, uraian mengenai para periwayat yang digunakannya, serta
anjuran untuk berhati-hati dalam meriwayatkan hadis dari Nabi Saw.
Sebagaimana dalam al-Jami‘ as-Sahih karya al-Bukhari, kita dapat
menemukan karya Imam Muslim ini disusun dengan pembagian beberapa judul
yang juga disebut dengan istilah ‘kitab’. Namun ternyata yang melakukan
sistematisasi ‘kitab’ ini bukanlah Imam Muslim sendiri, melainkan dibuat oleh
para pengkaji kitab ini pada masa-masa berikutnya, di antaranya yaitu Imam an-
Nawawi yang juga memberikan syarh atas hadis- hadis yang terangkum dalam al-
Jami‘ as-Sahih Imam Muslim disamping melakukan sistematisasi judul kitab.
Judul ‘kitab’ ini diletakkan setelah muqaddimah dan masing-masing
‘kitab’ memiliki sub judul yang dinamai bab, yang keseluruhannya berjumlah
1409 bab. Judul yang pertama yaitu kitab al-iman, kemudian kitab at-taharah,
kitab al-haid dan seterusnya. Tetapi ada juga kitab yang tidak dibuat satu nomor
kitab tersendiri, seperti kitab ar-riqaq (kitab tentang berbagai hal melembutkan

4
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 383.
5
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 102.

11
hati). Berbeda dari al-Jami‘ as- Sahih nya Imam al-Bukhari, dalam al-Jami‘ as-
Sahih} Imam Muslim ini fada’il al- Qur’an tidak dibuat dalam judul kitab
tersendiri, melainkan dimasukkan di bawah judul kitab salat al-musafirin wa
qasriha.

d. Penilaian Ulama

Sebagai seorang hafiz dan pakar dalam bidang hadis, Imam Muslim juga
memperoleh sanjungan dari ulama lainnya. Komentar positif yang bernada pujian
sebagaimana dinyatakan Abu Zahw dari Ahmad ibn Salamah yang mengatakan,
“Saya melihat Abu Zur‘ah dan Abu Hatim sering mendahulukan Imam Muslim
dalam bidang pengetahuan hadis sahih dari ulama-ulama lainnya pada masa itu.”(
Abu Zahw,)
Ibn Taimiyyah mengungkapkan, “Tidak ada kitab di bawah langit ini yang
lebih sahih setelah al-Qur’an kecuali kitab Sahih} al- Bukhari dan Sahih Muslim.”
Senada dengan Ibn Taimiyyah, Imam ad-Dihlawi mengatakan, “Adapun Sahih
al-Bukhari dan Sahih Muslim telah disepakati bahwa hadis-hadis yang ada di
dalamnya berstatus muttasil marfu‘ dan dipastikan kesahihannya. Sedangkan yang
merendahkan posisi kedua kitab itu adalah sesuatu yang mengada-ada.”
Meski diakui kapabilitasnya dalam bidang hadis, tetapi Imam Muslim
tetap rendah hati (tawadu‘), ramah, tidak mementingkan pendapatnya sendiri dan
sangat toleran, serta menghormati pendapat orang lain. Meski derajat hadis Sahih}
Muslim berada di bawah Sahih al-Bukhari, tetapi Sahih Muslim memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki Sahih al- Bukhari.

3. SUNAN AN-NASA’I
a. Profil Kitab

Kitab Sunan an-Nasa’i memuat 5761 hadis Nabi Saw. Dalam menyeleksi
hadis, an- Nasa’i hanya mau menerima hadis dari orang yang telah terpercaya.
Kualitas hadis yang ada dalam Sunan an-Nasa’i (as-Sunan as-Sugra) berkualitas
sahih, dan tidak terdapat hadis yang berkualitas da‘if, dan jika pun ada, maka
hadis yang da‘if itu sangat minim sekali jumlahnya. Berbeda halnya dengan as-
Sunan al-Kubra, kualitas hadis yang ada di dalamnya memiliki kualitas hadis yang
beragam, dari sahih, hasan, hingga da‘if.

12
Ditinjau dari namanya, maka kitab Sunan an-Nasa’i ini juga disusun
berdasarkan abwab fiqhiyyah dan hanya mencantumkan hadis-hadis marfu‘ (hadis
yang bersumber dari Nabi Saw.). Adapun hadis yang bersumber dari sahabat
(mauquf) dan tabi’in (maqtu‘) jumlahnya hanya sedikit.
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun
Imam An-Nasai menyusun kitabnya As-Sunan Al-Kubra dan memasukkan ke
dalamnya berbagai hadits yang shahih dan cacat. Kemudian beliau meringkasnya
dalam kitab As-Sunan Ash-Sughra dan beliau beri judul Al-Mujtaba yang di dalamnya
beliau hanya mengumpulkan berbagai hadits shahih menurut penilaiannya.
Al-Mujtaba adalah kitab Sunan yang paling sedikit mengandung hadits dla’if
dan perawi yang di jarh. derajat kitab ini berada setelah Ash-Shahihain. Ditinjau dari
sisi para perawinya, kitab ini didahulukan daripada Sunan Abu Dawud dan Sunan At-
Tirmidzi karena beliau sangat berhati-hati dalam memilih para perawi. Al-Hafidz Ibnu
Hajar rahimahullaah mengatakan, “Banyak perawi yang dipakai oleh Abu dawud dan
At-Tirmidzi yang ditinggalkan oleh An-Nasa’i dalam meriwayatkan haditsnya.
Bahkan, dalam meriwayatkan haditsnya dia meninggalkan sejumlah perawi yang
terdapat dalam Ash-Shahihain.”6

c. Sistematika Penyusunan

Imam an-Nasa’i juga membagi bukunya dalam beberapa kitab, dan


masing-masing kitab dibagi lagi dalam beberapa bab. Adapun sistematika
penulisan dalam kitab Sunan an-Nasa’i ini adalah sebagai berikut:
1) Kitab at-Taharah (kitab tentang bersuci)

2) Kitab al-Miyah (kitab tentang air)

3) Kitab al-Haidwa al-Istihadah (kitab tentang haid dan istihadah)

4) Kitab al-Gusl wa at-Tayammum (kitab tentang mandi dan tayammum)

5) Kitab as-Salat (kitab tentang salat)

6) Kitab al-Mawaqit (kitab tentang waktu-waktu salat)

7) Kitab al-Azan (kitab tentang azan)

8) Kitab al-Masajid (kitab tentang masjid)

6
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 106.

13
9) Kitab al-Qiblah (kitab tentang qiblat)

10) Kitab al-Imamah (kitab tentang imam)


Dan beberapa kitab-kitab lainnya.
d. Penilaian Ulama

Abu Bakr al-Haddad asy-Syafi’i mengatakan, “Saya telah rela dan ikhlas
an-Nasa’i menjadi hujjah antara aku dan Allah swt.”
Abu Ya’la al-Khalili menilai an-Nasa’i adalah orang yang hafiz mutqin,
kekuatan hafalan dan kepintarannya telah diakui, serta pendapatnya sangat
diandalkan dalam ilmu al-jarh wa at- ta‘dil.
Az-Zahabi menyatakan, “An-Nasa’i merupakan ulama yang padanya
terkumpul lautan ilmu, disertai pemahaman dan kepintaran, dan sangat kritis
terhadap seorang periwayat serta memiliki karya yang sangat bagus, serta banyak
orang yang datang berguru kepadanya.” Ia juga menyatakan, “Tidak ada di antara
300 orang yang lebih hafal tentang hadis Nabi selain an-Nasa’i. Ini dikarenakan
an-Nasa’i adalah orang yang paling tajam pengetahuannya dalam bidang hadis,
paling tahu mengenai cacat hadis dan periwayat yang meriwayatkannya jika
dibandingkan dengan Imam Muslim, Abu Dawud,

Abu Isa, serta dapat menjadi penolong atas ketidakjelasan dan kesamaran
yang ada pada Imam al-Bukhari dan Abu Zur’ah.”
Ad-Daruqutni mengatakan, “Imam an-Nasa’i adalah orang yang
didahulukan selangkah dalam bidang ilmu hadis pada masanya ketika orang
membicarakan keilmuan hadis dan al-jarh wa at-ta’dil. Ia adalah orang yang
sangat hafal dan wara‘”
Demikian pula dengan Ibn Kasir yang menilai an-Nasa’i sebagai seorang
imam pada masanya dan orang yang paling utama dalam bidangnya.
Selain diakui kepakarannya dalam bidang hadis dan ilmu hadis, Imam an-
Nasa’i juga dikenal sebagai kritikus yang sangat teliti dan tiada bandingannya. Ia
menjarh dan menta’dil dengan ungkapan yang jelas dan sopan. An-Nasa’i juga
sangat piawai dalam bidang penyakit dan cacat hadis (‘ilal hadis), sebab ia sangat
menguasai segala hal yang berhubungan dengan sanad-sanad periwayatan hadis,
perbedaan redaksi antara hadis satu dengan lainnya, serta memiliki pengetahuan
yang luas tentang para periwayat dan tingkatan- tingkatannya.
Terhadap kitab Sunannya, Abu Abdillah membuat penilaian, “Kitab an-
14
Nasa’i adalah kitab Sunan yang paling bagus sistematika penyusunannya. Secara
umum, kitab ini paling sedikit memuat hadis-hadis da‘if dan para periwayat yang
dijarh setelah Sahihain, dan hampir setara dengannya, kitab Abu Dawud dan at-
Tirmizi.”

4. SUNAN ABU DAWUD


a. Profil Kitab

Sunan Abu Dawud ini disusun secara abwab fiqhiyyah (berdasarkan bab-
bab fiqh), ini dikarenakan ia memang memfokuskan pada hadis-hadis yang terkait
dengan masalah hukum dan atau fiqh saja. Sedangkan hadis-hadis yang berhungan
dengan fada’il al- a‘mal , kisah-kisah, sirah, adab, dan tafsir tidak dihadirkan
dalam bukunya. 60 Jika dicermati, maka metode penyusunan kitab yang dipegangi
Abu Dawud memiliki perbedaan dari Sahihayn karya al- Bukhari dan Muslim
yang memang memfokuskan

pada hadis-hadis sahih, sementara Abu Dawud tidak hanya


mengkhususkan hadis-hadis sahih saja, melainkan termasuk di dalamnya hadis
sahih dan da‘if.
Dalam menyusun kitabnya, Abu Dawud mencukupkan diri dengan
memaparkan satu atau dua buah hadis dalam setiap babnya, meski masih
didapatkan sejumlah hadis sahih lainnya. Bahkan, secara tegas, ia menyatakan
bahwa umat Islam jika hanya berpegang pada empat hadis saja, maka sudah
cukuplah untuk menjadi pegangan hidupnya. Sejatinya hadis-hadis yang tertuang
dalam Sunan Abi Dawud ini merupakan hasil seleksi dari sekitar 500.000 hadis.
Ini dapat terlihat dari ungkapan Abu Dawud sendiri dalam al- Khatib, “Aku
menulis hadis Nabi Saw. sebanyak 500.000 hadis. Dari jumlah itu aku seleksi
menjadi 4800 hadis yang kemudian aku tuliskan dalam kitab Sunan ini. Dalam
kitab tersebut aku himpun hadis-hadis sahih, menyerupai sahih, dan mendekati
sahih, serta yang tidak disepakati ulama untuk meninggalkannya. Semua hadis
yang mengandung kelemahan, maka aku akan menjelaskannya. Sedangkan hadis
yang tidak aku jelaskan sedikitpun, maka hadis tersebut adalah sahih.
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun
Nama lengkap penyusun kitab ini adalah Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq bin
Basyir Abu dawud as-Sijistani, beliau salah seorang hafidz umat Islam, yang

15
menguasai ilmu dan celah-celah hadits. Beliau biasa berkelana ke berbagai penjuru
negeri. Beliau tinggal di Bashrah dan juga pernah tinggal di Baghdad. Imam Abu
Dawud wafat di Bashrah pada tahun 275 H.7
Sunan Abu Dawud adalah kitab yang berisi 4800 hadits yang diseleksi oleh
penyusunnya dari 500.000 hadits. Beliau hanya menyebutkan hadits-hadits tentang
hukum. Beliau mengatakan, “ Di dalamnya saya menyebutkan hadits yang berderajat
shahih, yang serupa (mirip) atau yang mendekati derajat shahih. Jika dalam kitabku
ini ada hadits yang mengandung kelemahan yang berat, pasti saya jelaskan. Di
dalam kitab ini tidak terdapat riwayat yang berasal dari seorang perawi matruk.
Hadits yang tidak saya komentari, berarti hadits tersebut hadits yang shahih (baik)
dan sebagian hadits lebih shahih dari yang lainnya. Dan hadits-hadits yang saya
cantumkan dalam kitab Sunan sebagian besar merupakan hadits-hadits yang
populer.”8
Sunan Abu Dawud sangat populer di kalangan ahli fiqih (fuqaha’) karena kitab
ini mengumpulkan hadits-hadits hukum. Para ulama memuji Abu Dawud dan
menyebutkan bahwa beliau memiliki hafalan yang sempurna, pemahaman yang kuat,
dan seorang yang wara’.9

c. Sistematika Penyusunan

Abu Dawud dalam menyusun Sunan membagi hadisnya dalam beberapa


kitab dan bab-bab fiqh. Secara keseluruhan, jumlah kitab yang ada dalam Sunan
Abu Dawud sebanyak 35 kitab, 1871 bab, dan 4800 hadis. Namun, menurut Muhy
ad-Din Abd al- Hamid, jumlah keseluruhan hadis dalam Sunan Abi Dawud
sebanyak 5274 hadis. Perbedaan penghitungan ini disebabkan Abu Dawud
terkadang mencantumkan sebuah hadis dalam beberapa tempat yang berbeda
untuk menjelaskan suatu hukum dari hadis tersebut.
Adapun pembagian kitab yang ada dalam Sunan Abi Dawud adalah
sebagai berikut:

a. Kitab at-Taharah (kitab tentang bersuci)

b. Kitab as-Salat (kitab tentang salat)

c. Kitab az-Zakat (kitab tentang zakat)


7
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 372.
8
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 107.
9
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 108.

16
d. Kitab al-Luqatah (kitab tentang barang temuan)

e. Kitab al-Manasik (kitab tentang manasik haji)

f. Kitab an-Nikah (kitab tentang nikah)

g. Kitab at}-Talaq (kitab tentang perceraian)


Dan beberapa kitab-kitab lainnya.
d. Penilaian Ulama

Al-Hakim menilai Abu Dawud merupakan imam ahli hadis pada masanya,
tidak ada yang menandinginya di Mesir, Hijaz, Syam, Irak dan Khurasan.
Abu Hatim ibn Hibban sebagaimana dikutip al-Asqalani dan al-Khalidi
berkata, “Abu Dawud adalah seorang imam dunia dalam bidang fiqh, ilmu,
hafalan, dan ibadah. Ia telah banyak mengumpulkan hadis-hadis ahkam dan
mempertahankan sunnah.” (Ibn Hajar al-Asqalani,)
Ibrahim al-Harbi dalam Ibn Kasir75 mengungkapkan, “Hadis telah
dilunakkan oleh Abu Dawud, sebagaimana besi telah dilunakkan oleh Nabi
Dawud Alaihissalam.”
Abu Hamid al-Gazali, sebagaimana dikutip al-Husaini Abd al-Majid
Hasyim76 mengungkapkan bahwa sesungguhnya kitab Sunan Abi Dawud telah
mencukupi bagi para mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis hukum.
Adapun pandangan yang terkait dengan Sunan Abi Dawud disampaikan
oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah, “Kitab Sunan Abi Dawud memiliki kedudukan
tinggi dalam dunia Islam dan pemberi keputusan bagi perselisihan pendapat.
Kepada kitab itulah orang- orang jujur mengharapkan keputusan. Mereka merasa
puas atas keputusan dari kitab itu, karena Abu Dawud telah menghimpun segala
macam hadis hukum dan menyusunnya dengan sistematika yang baik dan indah,
serta membuang hadis yang lemah.”
Ibn al-‘Arabi mengungkapkan, “Jika seseorang telah memiliki kitabullah
dan kitab Sunan Abi Dawud, maka ia tidak lagi memerlukan kitab lainnya.”
Sedangkan kritikan yang muncul terhadap karya Abu Dawud ini datang
dari Ibn al- Jauzi yang menilai dalam kitab Sunan Abi Dawud ini terdapat
sembilan hadis yang palsu (maudu‘). Namun kritikan ini disanggah oleh Jalal ad-
Din as-Suyuti dalam kitabnya al- La’ali’ al-Masnu‘ah fi al-Ahadis al-Maudu
‘ah.78 Menurut As-Suyuti, jikalau memang benar apa yang diungkapkan Ibn al-

17
Jauzi tersebut, maka sejatinya hadis-hadis yang dikritik itu sedikit jumlahnya, dan
hampir tidak ada pengaruhnya terhadap ribuan hadis yang terkandung dalam kitab
Sunan tersebut.

5. SUNAN AT-TIRMIZI
a. Profil Kitab

Judul asli Sunan at-Tirmizi adalah al-Jami‘ al-Mukhtasarmin as-Sunan ‘an


Rasulillah. Penamaan Jami‘ ini dikarenakan dalam karya at-Tirmizi ini tidak
hanya memuat hadis-hadis ahkam saja, tetapi termasuk di dalamnya fad}a’il al-
a‘mal, manaqib, fitnah, adab, dan sirah (sejarah hidup Nabi Saw.).83 Bahkan, al-
Khatib al- Baghdadi dan al-Hakim tidak segan menyebutnya dengan al-Jami‘ as-
Sahih atau Sahih at-Tirmizi. Sementara Ibn Kasir dan Ajjaj al-Khatib84 menilai
bahwapenamaan al-Jami‘ as-Sahih atau Sahih at-Tirmizi itu kurang tepat. Ini
dikarenakan kitab yang disusun Imam at- Tirmizi ini tidak hanya memuat hadis
sahih tetapi memuat pula hadis-hadis da‘if, meski at-Tirmizi selalu menjelaskan
sebab-sebab keda‘ifannya. Oleh sebab itu, Ibn Kasir lebih suka menyebutnya
Sunan at- Tirmizi, karena di dalamnya terdapat hadis yang memiliki beragam
kualitas dari sahih sampai da‘if, meski jika ditinjau dari abwabnya lebih
mendekati sistematika Sahih ayn. Adapun jumlah hadis dalam Sunan at-Tirmizi
adalah 3956 hadis, yang terbagi ke dalam 5 juz dan 2376 bab.
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun
Kitab ini juga terkenal dengan nama Jami’ At-Tirmidzi. At-Tirmidzi
rahimahullah menyusun kitab beliau berdasarkan bab-bab fiqih. Beliau menjelaskan
drajat shahih, hasan, atau dla’if setiap hadits pada tempatnya masing-masing dan
menjelaskan sisi kelemahannya. Beliau menjelaskan pula ulama yang beliau ambil
pendapatnya baik dari kalangan sahabat maupun yang lainnya.10 Imam Al-Bukhari
pun bersandar pada periwyatannya dan mengambil riwayat darinya padahal Al-
Bukhari merupakan salah satu guru beliau.11
Nama lengkap beliau adalah Imam al-Hafidz Muhammad bin Isa bin Surah
bin Musa as-Sulami at-Tarmidzi, salah seorang ulama yang menjadi panutan dalam
ilmu hadits. Beliau termasuk teladan dalam kekuatan hafalan, bahkan sosoknya

10
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 109.
11
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 111.

18
disepakati sebagai perawi tsiqah. Beliau juga menjadi salah satu murid al-Bukhari,
dan ikut berguru pada sejumlah guru penulis kitan ash-Shahih. Imam at-Tirmidzi
wafat pada tahun 279 H.12

c. Sistematika Penyusunan

Adapun sistematika penulisan kitab Sunan at-Tirmizi adalah sebagai


berikut:
1. Kitab at-Taharah (kitab tentang bersuci)

2. Kitab as-Salah (kitab tentang salat)

3. Kitab al-Jum’ah (kitab tentang salat Jum’at)

4. Kitab az-Zakah (kitab tentang zakat)

5. Kitab as-Saum (kitab tentang puasa)

6. Kitab al-Hajj (kitab tentang haji)

7. Kitab al-Jana’iz (kitab tentang jenazah)

8. Kitab an-Nikah} (kitab tentang nikah)

9. Kitab ar-Rada‘ (kitab tentang penyusuan)

10. Kitab at-Talaq wa al-Li‘an (kitab tentang perceraian dan li’an)


Dan beberapa kitab-kitab lainnya.
d. Penilaian Ulama

Tidak sedikit ulama yang memberikan sanjungan kepada Imam at-Tirmizi.


Al-Hakim Abu Ahmad mengatakan bahwa dirinya mendengar Imran ibn ‘Alan
berkata, “Sepeninggal al- Bukhari tidak ada ulama yang menyamai ilmunya,
kewara’annya, dan kezuhudannya di Khurasan kecuali Abu Isa at-Tirmizi.”
Al-Mizzi memberikan komentar bahwa at-Tirmizi adalah salah seorang
huffaz yang tersohor, dan Allah menjadikannya bermanfaat bagi umat Islam.
Kapabilitas Imam at-Tirmizi dalam bidang hadis ini ternyata juga tidak
lepas dari kritik. Ibn Hazm berkomentar bahwa at-Tirmizi tidak diketahui
kapabilitas dan kredibilitasnya (majhul) dalam periwayatan hadis. Komentar ini
ditanggapi oleh az- Zahabi yang menilai komentar Ibn Hazm muncul disebabkan
ia tidak mengetahui dan tidak sempat membaca karya at-Tirmizi. Karena pada saat
12
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 372.

19
itu kitab al-Jami‘ as-Sahih Sunan at-Tirmizi belum masuk ke negeri Ibn Hazm,
Andalusia. Juga, Ibn Hajar al- Asqalani yang mengatakan, “Suatu kebodohan bagi
Ibn Hazm yang memberikan penilaian majhul terhadap at-Tirmizi, padahal at-
Tirmizi diakui kehafizannya karyanya telah mendapat respon positif di kalangan
ulama hadis. Sesungguhnya at- Tirmizi termasuk ulama yang siqah hafiz.
Demikian pula, Abd al-Aziz yang menilai kitab karya at- Tirmizi
merupakan kitab yang terbaik, sebab sistematika penulisannya baik, hadis yang
berulang juga hanya sedikit, dijelaskan pemikiran para fuqaha dan cara istidlal
yang ditempuh, dijelaskan kualitas hadisnya, dan disebutkan pula nama-nama
periwayat, baik gelar maupun kunyahnya.
6. SUNAN IBN MAJAH
a. Profil Kitab

Sunan Ibn Majah merupakan kumpulan hadis-hadis yang dapat diterima


(maqbul) yang disusun oleh Ibn Majah. Ia memanfaatkan muqaddimah dalam
kitabnya untuk menjelaskan hal-hal yang terkait dengan hadis Nabi Saw. dan ilmu
hadis. Lazimnya kitab Sunan pada umumnya, Ibn Majah pun ketika menyusun
kitab Sunan nya berorientasi pada hal-hal yang selama ini menjadi pokok bahasan
dalam fiqh. Ini terlihat ketika ia mengawali kitabnya dengan kitab at-taharah,
adapun bahasan seperti zuhud dan etika diletakkan di bagian akhir dari kitabnya.
Kualitas hadis yang ada dalam Sunan Ibn Majah juga tidak seluruhnya
sama, ada hadis yang berkualitas sahih, hasan, bahkan da‘if, namun sayangnya Ibn
Majah tidak menjelaskan sebab-sebab kelemahan dari hadis da‘if yang
dicantumkan dalam kitabnya. Dalam menyeleksi para periwayat hadis pun Ibn
Majah tergolong orang yang mutasahil,

artinya ia mempermudah menerima hadis dari para periwayat yang


tertuduh berdusta (muttaham bi al-kizb) juga periwayat yang ditinggalkan
(matruk) seperti Muhammad ibn Said al-Maslub, Amr ibn Subh, al-Waqidi dan
lainnya. Selain itu, Ibn Majah juga banyak memasukkan hadis yang tidak
dijumpai dalam kitab-kitab al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmizi, dan an-
Nasa’i..
b. Latar Belakang Nama dan Penyusun
Kitab ini disusun berdasarkan urutan bab. Penyusun kitab ini mengumpulkan 4341
buah hadits. Berdasarkan pendapat yang mahsyur di kalangan mutaakhirin, kitab ini

20
termasuk kitab induk ke enam dari enam kitab induk hadits. Mayoritas hadits yang
beliau takhrij, diriwayatkan pula oleh penyusun enam kitab induk hadits. hadits yang
beliau riwayatkan secara bersendirian sebanyak 1339 buah. Meskipun demikian, kitab
ini derajatnya lebih rendah dari Sunan An-Nasa’i, Sunan Abu Dawud, dan Sunan At-
Tirmidzi. Telah banyak pendapat bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
secara bersendirian umumnya adalah hadits dla’if, akan tetapi A-Hafidz Ibnu Hajar
mengatakan, “Hal itu tidaklah bersifat mutlak menurut penelitian saya. Namun,
secara global, di dalam kitab tersebut memang banyak terdapat hadits mungkar.
Wallahul Musta’an.”13
Ibnu Majah adalah Abu’Abdillah Muhammad bin Yazid bin ‘Abdillah bin Majah Ar-
Raba’i Al-Qazwini. Beliau dilahirkan di Qazwin yang termasuk wilayah ‘Iraq pada
tahun 209 H. Beliau melakukan perjalanan dalam mencari hadits sampai ke Ar-Ray,
Bashrah, Kufah, Baghdad, Syam, Mesir, dan Hijaz. Beliau meninggal pada tahun 273
H dalam usia 64 tahun.14

c. Sistematika Penyusunan

Jumlah hadis yang terdapat dalam Sunan Ibn Majah menurut az-Zahabi
sekitar 4000 hadis yang terbagi ke dalam 32 kitab dan 1500 bab. Sedangkan
menurut Fuad Abd al- Baqi, jumlah hadis dalam Sunan Ibn Majah adalah 4341
hadis yang terbagi ke dalam 37 kitab dan 1515 bab. Adapun nama-nama kitab
dalam Sunan Ibn Majah sebagai berikut:
1) Kitab at-Taharah wa Sunaniha (kitab tentang bersuci dan kesunahannya)

2) Kitab as-Salat (kitab tentang salat)

3) Kitab al-Azan wa as-Sunnah fih (kitab tentang azan dan kesunnahannya)

4) Kitab al-Masajid wa al-Jama‘at (kitab tentang masjid dan salat berjamaah)

5) Kitab Iqamah as-Salat wa as-Sunnah fiha (kitab tentang menegakkan salat


dan kesunahannya).
6) Kitab al-Jana’iz (kitab tentang jenazah)

7) Kitab as-Siyam (kitab tentang puasa)

8) Kitab az-Zakat (kitab tentang zakat)

13
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 111.
14
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 112.

21
9) Kitab an-Nikah} (kitab tentang nikah)

10) Kitab at-Talaq (kitab tentang perceraian)


Dan beberapa kitab-kitab lainnya.

d. Penilaian Ulama

Abu Ya‘la al-Khalili berkata: Ibn Majah seorang yang s\iqah (terpercaya),
dapat dijadikan hujjah, memiliki pengetahuan yang banyak tentang hadis dan
menghafalnya, menyusun banyak karya dalam bidang tafsir, hadis, dan sejarah.
Al-Mizzi mengungkapkan bahwa Ibn Majah adalah seorang yang alim,
dan penulis kitab yang memiliki pengalaman yang luas.
Az-Zahabi menilainya sebagai penghafal hadis senior, selain ahli dalam
bidang hadis, ia juga ahli dalam bidang tafsir. (Abu Syahbah, 1994)
Terhadap karya Ibn Majah, banyak ulama memberikan komentar atau
penilaian, namun pada umumnya mereka sepakat menilai bahwa kitab ini
memiliki keunggulan pada aspek sistematisasi penulisannya, demikian juga pada
sangat minimnya hadis yang berulang, sehingga dapat mempermudah siapapun
yang hendak menelusuri dan mempelajari hadis. Ibn Kasir mengatakan, Ibn Majah
yang menyusun kitab Sunan yang terkenal ini maka melalui karyanya
menunjukkan kapabilitas, tingkat keilmuan, kecerdasan, dan ketelitiannya.
Kelebihan lain dari kitab ini adalah dimuatnya hadis-hadis yang tidak
dijumpai dalam kitab-kitab al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmizi, dan an-
Nasa’i. Sehingga, kitab Sunan Ibn Majah dapat melengkapi dan menambah
khazanah hadis-hadis Nabi.138 Ibn Hajar sebagaimana dikutip Akram Diya’ al-
Umri mengungkapkan, “Dalam Sunan Ibn Majah terhadap hadis-hadis taharah
yang tidak aku dapatkan dalam kitab hadis lainnya (Akram, 1994).
Adapun kelemahan yang ditemukan dari Sunan Ibn Majah ini yaitu
minimnya penjelasan dan informasi atas hadis-hadis yang dinilai da‘if dan
maudu‘, serta tidak adanya filterisasi yang jelas dalam memuat sekaligus
menyeleksi hadis-hadis yang ada dalam kitab Sunan ini.
7. MUSNAD AHMAD
a. Profil Kitab
Musnad merupakan kitab yang berisi muatan hadits yang pernah diterima
penulisnya tanpa melalui proses seleksi terhadap kualitas dan kuantitasnya. Ada pula yang

22
mendefinisikan musnad sebagai kitab yang haditsnya disusun hadisnya berdasarkan nama
atau silsilah para sahabat yang masuk Islam. Kitab hadits musnad ahmad ditempatkan
pada peringkat kedua bersama jami’ At-Tirmidzi dan Sunan Abu Dawud berdasarkan
penilaian Subhi Al-Salih. Sedangkan tingkat pertamanya adalah shahih bukhari dan
muslim serta muwattha.’ Hadits dalam mushannaf disusun berdasarkan bab atau tema
sedangkan, mushannad berbeda, karena haditsnya disusun berdasarkan nama ayat
pertama. Buku shahih dan sunan disusun menurut mushnaf.

b. Latar Belakang Nama dan Penyusun


Para ahli hadits dahulu maupun sekarang telah memberi persaksian bahwa
Musnad ini merupakan kitab hadits yang paling lengkap karena setiap muslim
membutuhkannya dalam urusan agama dan dunianya. Ibnu Katsir mengatakan,
“Tidak ada satu kitab Musnad pun yang menandingi Musnad Ahmad dalam jumlah
hadits dan keindahan susunan.”15
Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal asy-Syaibani, yang
terbiasa dipanggil dengan Abu Abdillah. Beliau dilahirkan di Baghdad pada tahun 164
H, lantas berkelana ke berbagai penjuru negeri untuk menuntut ilmu hingga menjadi
imam hadits dan fiqih, teladan ketakwaan serta kezuhudan. Ulama semasanya sangat
memuliakan beliau. Kemuliaannya semakin melambung semenjak sikap tegas
diperlihatkan kepada orang-orang yang menyatakan Al-Qur’an itu makhluk. Madzhab
Hanbali dinisbatkan atas dirinya. Beliau memiliki sejumlah karya tulis dan yang
paling terkenal adalah al-Musnad. Ahmad bin Hanbal wafat pada tahun 241 H.16
Musnad Ahmad ditulis pada periode kelima perkembangan hadits dalam kurun
kejayaan ilmu pada abad ketiga hijriyah. Kitab ini dinilai mampu memnuhi hajat
muslim baik dalam urusan agama maupun dunia.

c. Sistematika Penyusunan
Musnad Imam Ahmad Bin Hambal, sistematika penyusunan yang digunakan Imam
Ahmad dalam menyusun kitabnya kali ini sedikit berbeda dengan mayoritas penyusunan
kitab musnad, perbedaan terdapat pada cara menyusun nama-nama sahabat, yang
umumnya dilakukan berdasarkan alphabet atau urutan masuk islam akan tetapi, ia
memasukkannya dengan menggabungkan cara demikian. Artinya tidak ada standar
khusus yang digunkan Imam Ahmad. Ia memasukkan khulafa rasyidin lalu 6 sahabat

15
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 112.
16
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 384

23
yang dijanjikan surga kemudian para ahlul bayt beserta ketururna Rasulullah bani hasyim
juga dimasukkan. Setelahnya Imam Ahmad mencantumkan sahabat berdasarkan
banyaknya hadits yang diriwayatkan. 17

d. Penilaian Ulama
Ada beberapa ulama yang memberikan tanggapan terkait musnad imam ahmad bin
hambal, khususnya terhadap haditsyang terkandung didalamnya. Komentar dan pendapat
ulama dalam hal ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga: (Rustiana, 2013, pp. 183-184)

Kelompok pertama, memiliki pandangan bahwa semua hadits yang tertulis dalam
musnad ahmad adalah shahih maka, boleh digunakan untuk berhujjah. Ini merupakan
pendapat ibnu madiniy.

Kelompok kedua, berpendapat bahwa dalam musnad ahmad tidak hanya terdapat
hadits shahih namun, adapula hadits dengan kualitas dhaif dan maudhu’. Ibnu Jauzi
mengklaim bahwa dua puluh Sembilan hadits yang ia tulis dlam kitab maudhu’nya diambil
dari hadits-hadits pada musnad ahmad. Al-Iraqiy juga memberikan komentar bahwa
pernyataan imam ahmad bahwa hadits dalam musnadnya dapat dijadikan hujjah bukanlah hal
tersebut berlaku untuk semua hadits yang ia tulis tanpa terkecuali.

Kelompok ketiga, yaitu pandangan dari Adz-zahabi, ibnu hajar, ibnu taymiyah dan as-
suyuthi yang menyatakan dalam musnad ahmad selain adanya hadits shahih adapula hadits
dhaif yang mendekati hasan, pendapat ini dapat dikatakan mengambil jalan tengah dan tidak
condong pada satu sisi. Disamping itu ibnu hajar al-atsqalani juga mengatakan bahwa dalam
musnad ahmad, secara umum sanad haditsnya sampai kepada Rasulullah SAW, tapi ada
beberapa hadits yang sanadnya tidak sampai.

8. AL MUWATTA’ AL MALIK
a. Profil Kitab
Al-Muwaththa’ merupakan kitab pertama tentang hadits dan fiqih. Kitab ini disusun
oleh Imam Malik selama 40 tahun. Imam Syafi’i pernah berkata tentang kitab Al-
Muwaththa’: “Di muka bumi ini tidak ada satu kitab –sesudah kitab Allah yang lebih shahih
daripada kitab Malik.” Terdapat banyak sanad hadits yang oleh para ahli dianggap sebagai

17
(Rustiana, 2013, pp. 181-182)

24
sanad-sanad yang paling shahih diantaranya riwayat Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar
serta riwayat Malik, dari Nafi’ dari Ibnu Umar18

b. Latar Belakang Nama dan Penyusun


Awalnya penulisan kitab ini dilatar belakangi oleh permintaan khalifah dinasti
Abbasiyah saat itu Abu Jafar Al-Mansur kepada Imam Malik untuk menulis kitab yang akan
digunakan sebagai pedoman hukum Negara dan rujukan hakim. Akan tetapi, Imam malik
menolak menjadikan muwattha’ sebagai satu-satunya referensi hukum.

Al-Muwaththa’ merupakan kitab pertama tentang hadits dan fiqih. Kitab ini disusun
oleh Imam Malik selama 40 tahun. Imam Syafi’i pernah berkata tentang kitab Al-
Muwaththa’: “Di muka bumi ini tidak ada satu kitab –sesudah kitab Allah yang lebih shahih
daripada kitab Malik.” Terdapat banyak sanad hadits yang oleh para ahli dianggap sebagai
sanad-sanad yang paling shahih diantaranya riwayat Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar
serta riwayat Malik, dari Nafi’ dari Ibnu Umar.19

Al-Muwaththa’ dimulai dengan shalat kemudian dilanjutkan dengan hadits-hadits


tentang sendi dan rukun Islam lainnya, kemudian membahas berbagai aspek hukum
sebagaimana yang diajarkan melalui perinta-perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, serta dihapami dan diterapkan oleh Shahabat dan Tabi’in.20

Malik bin Anas atau Abu Abdullah al-Madani al-Faqih , salah seorang tokoh Islam
terkemuka. Beliaulah Imam Darul Hijrah (Madinah) pada masanya. Imam Malik
meriwayatkan hadits dari sejumlah Tabi’in, dan sejumlah imam meriwayatkan hadits darinya.
Beliau memiliki keutamaan yang banyak, sehingga tidak sedikit ulama yang memuji. Imam
Malik dikenal sebagai perawi yang tsiqah, ma’mun, tsabit (kuat hafalannya), wara,
faqih,’alim (berilmu), hujjah (dapat dijadikan rujukan). Beliau salah seorang dari empat imam
madzhab, selain penulis kitab al-Muwaththa’. Imam Malik wafat pada tahun 179 H, dan
dimakamkan di Baqi.21

18
Malik bin Anas, Al-Muwaththa Terj. Adib Bisri Musthofa, dkk., (Semarang: CV. Asy’ Syifa’, 1992), hlm. 8.
19
Malik bin Anas, Al-Muwaththa Terj. Adib Bisri Musthofa, dkk., (Semarang: CV. Asy’ Syifa’, 1992), hlm. 8.
20
Abdur Rahman, Inilah Syari’ah Islam,(Jakarta: Panjimas, 1991), hlm. 146.
21
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 384.

25
c. Sistematika Penyusunan
Dalam menyusun al-muwattha’ Imam Malik selalu menyematkan
hadits shahih pada tiap tema pembahasan, lalu dilanjutkan dengan atsar yaitu
perkataan para sahabat atau tabi’in. hadits dalam al-muwattha’ juag suka diberi
penjelasan ma’nawi. Umumnya Imam Malik memberikan pendapat atau ijtihadnya
pada penjelasan hadits-hadits di kitabnya tersebut.
Kitab Al-muwattha’ adalah kitab pertama yang menjadi referensi utama
penyusunan dan penulisan kitab pada masanya karena mempunyai sistematika
penulisan yang dinilai baik. Ulama banyak yang memberikan komentar baik akan
kitab ini bahkan Imam Syafi’I mengakui bahwa Al-Muwattha’ adalah kitab setelah al-
quran yang memberikan banyak manfaat. Ulama yang lain seperti Abu Zar’ah, Abu
Musa Al-Anshari dan Umar bin Abi Salamah juga memberikan pendapat yang senada.
d. Penilaian Ulama
Sedangkan kritik terhadap kitab ini dikemukakan oleh Ali Hasan Abdul Qadir
dalam kitab karangannya “Nadharat ‘Ammah Fi Tarikh Al-Fiqh Al-Islami” dalam
pandangannya kitab al-muwattha’ lebih cocok disebut sebagai kitab fiqh, karena
disamping itu merupakan kitab fiqh pertama yang tersebar dikalangan umat
didalamnya juga dijelaskan pendekatan kodifikasi fiqh pada masa itu. Lalu ia juga
menjelaskan bahwa kitab muwattha’ berbeda dengan kitab hadits yang ditulis saat itu,
yaitu khusus mencakup hadits dengan urutan dari yang paling shahih, akan tetapi
secara substansial muwattha’ merupakan kitab fiqh. Disamping itu tujuan al-
muwattha’ bukanlah untuk meriwayatkan hadits-hadits shahih akan tetapi untuk
membahas pendapat Imam Malik Bin Anas tentang fiqh dan hukum-hukum.

9. SUNAN AD-DARIMI
a. Profil Kitab
Sunan Al-Darimi berisi hadis-hadis marfu’, mauquf, dan maqtu.’ Hadits yang
terdapat dalam kitab tersebut didominasi oleh hadits marfu’. Ini pulalah yang
kemudian menjadi sandaran utama bagi hukum-hukum yang ada di setiap babnya.
Walapun, terkadang Al-Damiri menyematkan atsar dari sahabat ataupun tabi’in.
Al-Darimi ingin menjadikan kitab ini ringkas sehingga ia tak memperbanyak
jalur sanad. Biasanya dalam satu bab hanya dimasukkan satu sampai tiga hadits saja.
Ia juga hanya memasukkan sepuluh hadits mu’allaq. Kitab karya al-Darimi ini

26
memiliki sistematika penyusun yang baik, yang terangkai dalam 24 kitab, artisan bab,
dan 3367 buah hadis yang terdiri dari 89 hadis mursal dan 240 hadis maqtu’ serta
kebanyakan hadis bersandar langsung dari Nabi Muhammad SAW (marfu’).

b. Latar Belakang Nama dan Penyusun


Karya al-Dārimī ini di kalangan muḥaddithīn sering kali disebut sebagai
kitab musnad, namun tampaknya lebih populer dengan penyebutan al-Sunan.
Bahkan menurut al- Suyūṭī, penyebutan al-Sunan lebih tepat dikarenakan kitab
tersebut tersusun dalam bentuk bab bukan berdasarkan pada nama-nama
sahabatsebagaimana umumnya dalam kitab-kitab musnad.22
Dalam hal ini, penamaan karya al-Dārimī sebagai kitab al-Musnad bisa
saja musnad dalam artian bahasa bukan dalam artian terminologi muḥaddith,
sehingga ia disebut sebagai kitab al-Musnad karena di dalamnya dihimpun
hadis-hadis dengan rentetan sanad secara lengkap.23
Sebagai kitab al-Sunan, karya al-Dārimī ini jelas tersusun dalam bentuk kitāb
yang terbagi ke dalam beberapa bāb tertentu. Secara keseluruhan, sunan al-Dārimī
terdiri dari 24 kitāb dan 2686 bab, sedangkan jumlah ḥadīth yang terhimpun di dalam
kitab sunan ini terdiri dari 3498 ḥadis

c. Sistematika Penyusunan
Memiliki nama asli Al-Hadits Al-marfu’ wa al-mauquf wa al-maqthu’didalamnya
termuat kurang lebih 1302 bab dan 2849 hadis. Diawali dengan muqaddimah dan
diakhiri dengan bab tentang keutamaan Al-Qur’an.
Dalam menyusun Sunan Ad-Darimi, beliau terkesan tidak ingin
memperbanyak jalur sanad namun lebih berkeinginan untuk menyusun suatu kitab
yang ringkas. Dalam satu bab beliau hanya memasukkan satu, dua, atau tiga hadits
saja. Inilah alasan beliau hanya memasukkan tidak lebih dari 10 buah hadits
mu’allaq. Kitab ini memiliki 3367 hadits yang terdiri dari 89 hadits mursal dan 240
hadits maqtu’ serta kebanyakan hadits bersandar langsung dari Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.24

22
al-Dā rimī,Sunan al-Dā rimī, hlm 6
23
Ibid
24
Muhammad Qomarullah, Mengenal Kutub Tis’ah dan Biografi Pengarangnya, Jurnal el-Ghiroh. Vol. XII, No.
01. Februari 2017, hlm. 24-25.

27
d. Penilaian Ulama
Ulama memiliki pandangan yang positif tentang Al-Darimi, ia adalah seorang ahli
hadits sekaligus tafsir serta seorang ulama yang sangat pandai dan kompeten di Samarkand.
Muhammad bin Abdullah bin al-mubarak pernah berkata pada penduduk Khurassan untuk
mengutamakan belajar kepada Al-Darimi daripada pada orang lain. Bagi An-Nawawi Al-
Darimi adalah sosok hafidz hadits yang sangat hebat dan nyaris tak tertandingi pada masanya.
Imam Bandar juga pernah menyatakan bahwa penghafal hadits yang paling kompeten di
dunia adalah Abu Zur’ah, Al-Bukhari, Al-Darimi juga Imam Muslim.

Bagi sebagian ulama dalam sunan Al-Darimi terdapat lebih banyak hadits shahih
daripada yang tercantum pada sunan Ibnu Maajah, oleh sebab tersebut mereka menilai kitab
ini mampu menggeser sunan ibnu majaah dari enam kitab pokok tentang hadits Beberapa
ulama yang pernah mengemukakan pendapatnya seperti syekh Sholahuddin Al-Ala’i, ia
berkata jika saja sunan Al-Darimi hadir lebih dulu maka itu pasti akan menempati posisi
sunan ibnu majah sebagai kitab keenam dalam urutan kitab hadits. Bahkan, Al-Mughallathai
berpandangan bahwa seharusnya sunan Al-Darimi lah yang menduduki posisi keenam. Maka,
dapat disimpulkan bahwa ulama memiliki penilaian positif terhadap kitab sunan Al-Darimi.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadis Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam merupakan sumber hukum
kedua setelah al-Qur’an. Diantara hadis yang tersebar di kalangan umat islam, yang
paling mendominasi ialah kitab yang sembilan atau yang lebih dikenal dengan al-
Kutub al-Tis'ah. al-Kutub al-Tis'ah adalah kumpulan sembilan kitab-kitab hadis yang
disusun oleh para ulama pada masa dinasti Abbasiyah. Kitab yang termasuk ialah
Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At Tirmidzi, Sunan An-
Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Imam Ahmad, Imam Malik bin Anas, Imam Ad Darimi

B. Saran
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas tentu saja masih jauh dari yang
namanya kesempurnaan, baik dalam segi penyusunan, pembahasan, dan pengetikan
maupun referensi. Kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sekalian. Sekian makalah ini dapat kami susun selebihnya terima kasih dan
mohon maaf sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, al-Jami‘ as-Sahih, (Cairo: Dar al-Hadis, 1999).

‘Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis: Ulumuh wa Mustalahuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1997).

At-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi, tahqiq Ahmad Muhammad Syakir, (Beirut: Dar al-Fikr,
1994).
Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2008. Musthalah Hadits. Jogjakarta: Media Hidayah.
Anas, Malik bin. 1992. Al-Muwaththa Terj. Adib Bisri Musthofa, dkk. Semarang: CV. Asy’
Syifa’.
Az-Zahrani, Muhammad. 2017. Sejarah dan Perkembangan Pembukuan Hadits-Hadits Nabi.
Jakarta: Darul Haq.
Qomarullah, Muhammad. 2017. Mengenal Kutub Tis’ah dan Biografi Pengarangnya, Jurnal
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. Februari 2017.

29
Rahman, Abdur. 1991. Inilah Syari’ah Islam. Jakarta: Panjimas.

Sahliono. 2000. Biografi dan Tingkatan Perawi Hadits. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Taimiyah, Ibnu. 2014. Wali Allah ataukah Wali Syaitan. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i.

30

Anda mungkin juga menyukai