Disusun Oleh :
TIM MUTU
KLINIK PRATAMA NALA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan bimbingan dan
petunjuk kepada kita semua sehingga kami berhasil menyusun buku Pedoman Internal Mutu di
Klinik Pratama Nala.
Panduan ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk memberikan acuan dan kemudahan
dalam pelaksanaan persiapan akreditasi baik oleh pimpinan maupun seluruh staff Klinik Pratama
Nala .
Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi
kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan Pedoman Mutu Klinik Pratma Nala.
Semoga dengan digunakannya panduan ini dapat mempermudah pembaca dalam menyiapkan
dokumen akreditasi Klinik Pratama Nala serta mengimplementasikannya dalam kegiatan sehari-
hari dalam rangka peningkatan mutu di Klinik Pratama Nala.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Visi Indonesia Sehat tahun 2025 adalah tercapainya hak hidup sehat bagi seluruh
lapisan masyarakat melalui sistem kesehatan yang dapat menjamin hidup dalam
lingkungan yang sehat, perilaku masyarakat yang proaktif memelihara kesehatannya serta
mampu akses dalam pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai yang tertera dalam
kebijakan pembangunan jangka panjang bidang kesehatan tahun 2005-2025.
Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan Kesehatan berperan
penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
Visi misi Kota Bogor menuangkan prioritas pembangunan yaitu peningkatan
pelayanan publik dalam mengembangkan daya saing daerah menuju Kota Termaju di
Indonesia. Salah satu pencirinya adalah Peningkatan Mutu Dan Aksesibilitas Pelayanan
Pendidikan dan Kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas adalah pelayanan yang sesuai
dengan peraturan dan perundangan dan pada sisi lain mampu memenuhi harapan dan
kebutuhan masyarakat. Beberapa dimensi pelayanan yang berkualitas adalah berkaitan
dengan persyaratan bangunan, sarana dan prasarana, administrasi dan manajeman,
pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan perseorangan.
Pada pelaksanaan harus tetap memperhatikan hak dan kewajiban pasien dan
sasaran serta senantiasa menjaga keselamatan pasien. Seluruh upaya tersebut
diperlakukan panduan dalam penyelenggaraannya yang menjadi pedoman. Dalam rangka
visi Klinik Pratama Nala yaitu menjadikan klinik Pratama Nala sebagai pusat layanan
kesehatan yang profesional, terpercaya dan terbaik di Kota Bogor dan sekitarnya. dengan
meletakkan misi meningkatkan pelayanan yang professional dan unggul, memberikan
pelayanan kesehatan berorientasi pada keselamatan dan kenyamanan, meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan terbaik mengutamakan kepercayaan dan
kepuasan pasien dengan memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan ramah.
Pedoman Mutu layanan Klinik Pratama Nala yang saat ini menjadi acuan kualitas
pelayanan dirasa masih banyak memerlukan perbaikan dan tambahan sehingga dapat
dijadikan perbaikan dan peningkatan mutu selanjutnya. Semua ketentuan/persyaratan
2
serta kebijakan yang tertuang dalam manual mutu ini merupakan acuan untuk
menjalankan kegiatan operasional Klinik Pratama Nala.
B. PROFIL KLINIK
C. PETA KLINIK
D. VISI
E. MISI
F. NILAI
G. MOTTO
H. LOGO
I. KEPEMILIKAN, NAMA, DAN KEDUDUKAN (ALAMAT)
J. KETERANGAN LUAS LAHAN DAN BANGUNAN
K. PELAYANAN
L. FASILITAS YANG TERSEDIA
3
A.Kebijakan Mutu
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 menegaskan fungsi Klinik sebagai
berikut: menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis
dasar dan atau spesialistik. Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Klinik
didukung oleh jaringan pelayanan Klinik dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Jaringan
pelayanan Klinik mencakup fasilitas berikut:
B. Ruang Lingkup
Lingkup Pedoman Mutu ini disusun berdasarkan Standar Akreditasi Klinik yang meliputi
: persyaratan umum sistem manajemen mutu, tanggung jawab manajemen, maanjemen sumber
C. Tujuan
Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi Klinik dalam peningkatan mutu dan
4
D. Landasan Hukum dan Acuan
Landasan hukum yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini adalah:
1. Kepmenkes Nomor 828 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal di
2. Permenkes Nomor 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Tindakan korektif : tindakan yang dilakukan untuk mencegah supaya tidak terulang
3. Tindakan preventif : tindakan yang dilakukan untuk mendorong pegawai menaati standar dan
peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran atau bersifat mencegah tanpa ada yang
6. Pasien : orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga kesehatan lainnya di tempat praktek.
7. Dokumen : kumpulan data yang berbentuk nyata dan diperoleh berdasarkan sistem
9. Efektivitas : suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai
dan sarana atau peralatan yang digunakan, disertai tujuan yang diinginkan dapat dicapai
5
dengan hasil yang memuaskan.
10. Efisiensi : suatu proses internal atau sumber daya yang diperlukan oleh organisasi untuk
menghasilkan satu satuan output. Oleh sebab itu efisiensi dapat diukur sebagai ratio output
terhadap input.
11. Proses : adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain,
mungkin menggunakan waktu, ruang, keahliaan atau sumber daya lainnya, yang
menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan
12. Sasaran mutu : sesuatu yang dicari atau dituju, berkaitan dengan mutu.
13. Perencanaan mutu : penetapan dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta
14. Kebijakan mutu : suatu maksud atau arahan secara menyeluruh sebuah organisasi tentang
mutu.
15. Sarana : segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan.
16. Prasarana : segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses
17. Ruang Lingkup: Pedoman ini disusun berdasarkan standar akreditasi Klinik yang meliputi
pedoman dalam upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan, dan Administrasi
6
BAB II
A. Persyaratan umum
B. Pengendalian Dokumen
Prosedur pengendalian dokumen di Klinik Pratama Nala harus ditetapkan oleh Kepala Klinik
Pratama Nala dan dijadikan acuan oleh seluruh unit di Klinik.
unit upaya atau pelaksana yang memerlukan dokumen tersebut agar dapat
dilakukan oleh tim mutu atau bagian Administrasi dan manajemen Klinik sesuai
8
pedoman tata naskah
c) Distribusi dokumen bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi juga bisa untuk unit
kerja lainnya
e. Menarik dokumen lama apabila dokumen yang baru adalah dokumen pengganti serta
f. Mengarsipkan dokumen induk yang sudah tidak berlaku dengan membubuhkan stempel
a. Dokumen asli (master dokumen yang sudah dinomori dan sudah ditandatangani) agar
disimpan di tempat yang telah ditentukan atau tim mutu. Penyimpanan dokumen yang asli
harus rapi, sesuai metode pengarsipan sehingga mudah dicari kembali bila diperlukan.
tersebut dipergunakan. Bila tidak berlaku lagi atau tidak dipergunakan maka unit kerja
wajib mengembalikan dokumen yang sudah tidak berlaku tersebut ke Tim Mutu, sehingga
di Unit Kerja hanya ada dokumen yang masih berlaku saja. Tim Mutu dapat memusnahkan
fotokopi dokumen yang sudah tidak berlaku tersebut, namun untuk dokumen asli tetap
7. Penataan Dokumen
a. Dilakukan setelah proses pengkajian serta harus mendapat pengesahan dari kepala klinik
b. Isi revisi atau perubahan harus tercatat pada Riwayat Perubahan Dokumen
9
Secara umum dokumen-dokumen dalam sistem manajemen mutu yang disusun meliputi:
1) Kebijakan
2) Pedoman/Manual
1. Seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk dilakukannya verifikasi mutu terhadap kegiatan-
kegiatan yang saling berhubungan harus dikendalikan dan diperlakukan sebagai bukti
a. Cap dengan tulisan “TERKENDALI” berwarna merah untuk dokumen copy/ salinan
b. Cap dengan tulisan “TIDAK TERKENDALI” berwarna merah untuk dokumen yang
tidak dikendalikan.
c. Cap “KEDALUWARSA” dengan tulisan berwarna merah untuk dokumen Asli yang
3. Dokumen yang terkait dengan setiap kegiatan yang ada di dalam Klinik Pratama Nala
harus berada di tempat yang telah ditentukan serta terjamin keabsahannya. Setiap
pemegang dokumen bertanggung jawab untuk menjamin bahwa hanya dokumen yang
masih berlaku saja yang digunakan, sedangkan dokumen yang tidak berlaku lagi harus
segera disingkirkan.
10
4. Ketua Tim Mutu bertanggung jawab untuk membuat dan memelihara Daftar Induk
penggunaan dokumen yang tidak sah atau penggunaan dokumen kadaluwarsa tanpa ijin.
5. Ketua Tim Mutu bertanggung jawab atas penyimpanan semua dokumen asli, baik yang
masih berlaku maupun kadaluwarsa, yang meliputi Pedoman, Prosedur, dan dokumen
terkait lainnya.
Dokumen Internal yang harus dikendalikan dengan menggunakan tanggal berlaku meliputi:
a. Kebijakan
b. Pedoman
c. Prosedur
1. Dokumen Internal yang dikendalikan dengan tidak menggunakan tanggal berlaku adalah
2. Ketua Tim Mutu harus memeriksa Pedoman Mutu, dan Standar Operasional Prosedur di
3. Setiap perubahan atau penambahan terhadap dokumen merupakan tanggung jawab Ketua
Tim Mutu.
4. Dokumen mutu Asli yang tidak berlaku lagi (kedaluwarsa) disimpan oleh Ketua Tim
tidak sesuai.
a. Peraturan Perundang-Undangan
c. Buku-buku panduan
2. Dokumen eksternal yang digunakan dicatat dalam Buku Dokumen Eksternal dan
11
Tanggung jawab dan Wewenang:
1. Setiap personil dapat mengajukan dokumen baru atau mengusulkan perubahan atas
dokumen mutu yang sudah ada yang kemudian diserahkan kepada personel yang
Jenis
Dokumen
Mutu
Kepala Klinik
masing - masing
Koordinator
Pokja
Kepala Klinik
12
Distribusi dokumen dilaksanakan dengan cara:
1. Ketua Tim Mutu bertanggung jawab atas distribusi dokumen seperti Pedoman/Kebijakan,
2. Ketua Tim Mutu harus menjamin bahwa dokumen yang berlaku senantiasa tersedia di
bagian atau fungsi yang kegiatan nya sangat erat kaitannya dengan sistem manajemen
mutu.
Perubahan Dokumen
1. Usulan perubahan dokumen yang terjadi dapat berasal dari hasil audit internal maupun
2. Setiap perubahan terhadap dokumen harus dicatat dalam Catatan Perubahan yang
menjelaskan perubahan yang terjadi antara revisi 00 dengan revi 01, demikian juga untuk
3. Dokumen mutu yang telah direvisi harus ditarik dari peredaran dan dimusnahkan,
sedangkan dokumen Asli revisi lamanya tetap disimpan oleh Ketua Tim Mutu dan diberi
4. Pejabat yang mempersiapkan dan menyetujui dokumen revisi adalah sama dengan
dokumen sebelumnya. Persetujuan oleh pejabat lain hanya dimungkinkan atas dasar
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Identifikasi Dokumen
13
a. SK : Surat Keputusan
c. Pengendalian Rekaman
Pengendalian rekaman yang dimaksud adalah semua rekaman pelaksanaan atau bukti
1. Identifikasi
Setiap rekaman harus dapat dengan mudah diidentifikasi dan dapat dengan mudah
2. Penyimpanan
Rekaman harus disimpan dalam keadaan baik dan aman baik berupa rekaman tertulis
3. Keamanan
Bila rekaman dalam bentuk hard copy, dokumen disimpan dalam lemari yang terkunci.
Untuk data elektronik, terdapat upaya yang sesuai untuk menjamin data tidak hilang.
4. Mudah Diperoleh
Setiap rekaman harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat diambil kapan saja
5. Masa Simpan
Setiap rekaman ditentukan masa simpannya yaitu sesuai kebutuhan rekaman tersebut.
6. Pemusnahan
Untuk menjamin rekaman yang sudah lewat masa simpannya dapat dimusnahkan dengan
14
BAB III
A. Komitmen Manajemen
Kepala Klinik, Penanggung Jawab Manajemen Mutu, Penanggung Jawab Klinis, dan seluruh
karyawan Klinik bertanggung jawab untuk menerapkan seluruh persyaratan yang terdapat
Pelayanan yang disediakan oleh Klinik dilakukan dengan berfokus pada pelanggan.
Pelanggan dilibatkan mulai dari identifikasi kebutuhan dan harapan pelanggan, perencanaan
C. Kebijakan Mutu
berkelanjutan. Kebijakan mutu dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Klinik yang
2. Memberikan pelayanan yang merata dan sebaik mungkin untuk mencapai kepuasan
pelanggan dan keselamatan untuk pasien dan pegawai dan terus melakukan upaya
15
3. Mencapai masyarakat yang sehat dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Tata nilai dalam menyediakan pelayanan disepakati bersama dan menjadi acuan dalam
Profesional
Adil
Ramah
U Unggul
4. Kebijakan mutu dan tata nilai Klinik dalam memberikan pelayanan disusun secara
5. Pedoman mutu dan perencanaan mutu/kinerja disusun berdasarkan visi, misi, dan tujuan
Klinik.
16
berkesinambungan.
masyarakat.
12. Tim audit internal wajib menyusun rencana audit tahunan, unit kerja yang diaudit secara
periodik dilakukan audit ulang untuk memonitor tindak lanjut terhadap audit sebelumnya.
13. Pertemuan tinjauan manajemen dilakukan paling tidak dua kali dalam setahun.
14. Perencanaan mutu/kinerja pelayanan klinis dan keselamatan pasien berisi paling tidak:
a. Area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik dari hasil monitoring dan
masalah.
pengumpulan data, untuk kemudian dianalisis dan ditindak lanjuti dalam upaya
17
e. Indikator meliputi indikator manajerial dan indikator klinis.
keselamatan pasien (KPC, KNC, KTD, KTC) dan sigap mengambil tindakan.
pasien.
h. Berperan aktif dalam peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien di
Klinik melalui pencapaian layanan mutu klinis dan sasaran keselamatan pasien.
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut program-
a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Klinik, dan perencanaan Klinik,
dan berbagai panduan dari profesi maupun panduan dari Kementerian Kesehatan,
18
16. Seluruh kegiatan mutu/kinerja Klinik dan keselamatan pasien harus didokumentasikan.
17. Hasil-hasil peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus disosialisasikan kepada pihak-
18. Penanggung jawab Manajemen Mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu dan
mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial bermasalah, maka area prioritas
yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan mutu/kinerja pelayanan klinis dan
Sasaran mutu ditetapkan berdasarkan standar kinerja/ standar pelayanan minimal yang
Perencanaan disusun dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan, hak dan
kewajiban pelanggan, serta upaya untuk mencapai sasaran kinerja yang ditetapkan.
1. Penggalangan komitmen
19
5. Sosialisasi dan koordinasi dengan unit kerja terkait tentang pedoman mutu, kebijakan mutu
13. Melaksanakan kegiatan pertemuan upaya perbaikan mutu layanan klinis dan keselamatan
pasien
14. Laporan hasil monitoring, evaluasi, dan rencana tindak lanjut indikator mutu layanan klinis
Kepala Klinik, Penanggung Jawab Mutu, Penanggung Jawab Klinis, dan seluruh karyawan
Kepala Klinik menunjuk seorang Penanggung Jawab Mutu yang bertanggung jawab untuk
2. Melaporkan kepada manajemen kinerja dari sistem manajemen mutu dan kinerja
pelayanan
sasaran/pasien
G. Komunikasi Internal
20
Whatsapp, zoom meeting untuk melakukan komunikasi internal dengan
➢ Wewenang
Memiliki wewenang penuh untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
➢ Tanggung Jawab
➢ Tugas
peningkatan mutu.
21
keselamatan pasien dan pelaksanaan manajemen resiko.
pasien.
• Melakukan koordinasi tentang program patient safety dengan tim terkait dalam
Kendali mutu.
kompetensi petugas.
➢ Tugas Tambahan
➢ Wewenang
Memiliki wewenang penuh untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
➢ Tanggung Jawab
➢ Tugas :
infeksi.
karyawan klinik.
22
• Membuat pedoman, prosedur tetap pencegahan dan pengendalian
infeksi di Klinik
Klinik
infeksi;
➢ Tugas Tambahan
➢ Wewenang
Memiliki wewenang dalam proses pengukuran dan penilaian secara sistematik, objektif
dan terdokumentasi untuk memastikan bahwa kegiatan manajemen mutu telah sesuai
dengan pengaturan
➢ Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada tim mutu atas hasil audit internalnya untuk menyelesaikan
permasalahan organisasi, terutama ditinjau dari perspektif mutu dan kepuasan pelanggan
➢ Tugas
23
• Menyusun program Audit
• Mengkoordinasi rapat Audit (Ruang lingkup, metode, teknik, kriteria dan aturan)
• Melaksanakan audit secara periodik di setiap unit kerja sesuai rencana audit
• Membuat laporan pelaksanaan audit dan menyampaikan kepada ketua Tim Mutu
➢ Wewenang
➢ Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada ketua tim mutu atas hasil manajemen fasilitas dan
➢ Tugas
keselamatan (MFK).
Albarqah Medika.
• Melakukan koordinasi dengan bidang bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam
24
pelaksanaan perencanaan efektif tanggap terhadap wabah, bencana dan keadaan
emergensi.
➢ Tugas Tambahan
➢ Wewenang
➢ Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada ketua tim mutu atas hasil manajemen komplain untuk
➢ Tugas
• Melaporkan hasil Analisa survei kepada Kepala Klinik, dan penanggung jawab
tim Mutu
25
• Membahas dan menganalisa tindak lanjut bersama dengan Kepala Klinik dan
penanggung jawab tim Mutu dalam Rapat Tim Mutu setiap 3 bulan
medis harus terisi dengan jelas. Subjective dlihat dari kolom keluhan utama, Objective dilihat
dari pengisian odontogram, Asessement dilihat dari pengisian diagnosa utama dan/atau
diagnosa banding dan/atau diagnosa tambahan, Planning dilihat dari obat yang diberikan
Jumlah rekam medis pasien gigi dengan SOAP yang terisi lengkap
x 100
Pengisian Subjective, Objective, Assesment, dan Planning (SOAP) dalam rekam medis harus
terisi dengan jelas. Subjective dlihat dari kolom keluhan utama, Objective dilihat dari
pengisian odontogram, Asessement dilihat dari pengisian diagnosa utama dan/atau diagnosa
banding dan/atau diagnosa tambahan, Planning dilihat dari obat yang diberikan dan/atau
26
tindakan yang dilakukan.
Jumlah rekam medis pasien gigi dengan SOAP yang terisi lengkap
x 100%
BAB IV
TINJAUAN MANAJEMEN
A. Umum
1. Hasil audit
27
3. Pencapaian sasaran mutu
C. Laura Tinjauan
Hasil yang diharap dari tinjauan manajemen adalah peningkatan efektivitas sistem manajemen
mutu, peningkatan pelayanan terkait dengan persyaratan pelanggan, dan identifikasi perubahan-
manajemen.
BAB V
28
Kepala Klinik berkewajiban menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan
pelayanan klinis
Penyediaan sumber daya manusia, proses rekrutmen, proses kredensial, proses pelatihan dan
peningkatan kompetensi.
1. Perencanaan
Perencanaan tenaga kesehatan di Klinik harus sesuai dengan tingkat kebutuhan Klinik dalam
membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan yang baik dimulai dengan menetapkan program
2. Pengorganisasian
daerah yang berlaku dimana setiap karyawan akan ditetapkan pembagian kerja, hubungan
kerja, delegasi wewenang integrasi dan koordinasinya dalam struktur organisasi Klinik.
3. Pengarahan
Pengarahan karyawan Klinik ditentukan dengan kebijakan Kepala Klinik. Tiap karyawan akan
diarahkan agar dapat bekerjasama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu
tercapainya tujuan Klinik. Tiap karyawan diharuskan memliki rencana kerja program masing-
masing dan langkah- langkah strategi untuk pencapaian rencana kegiatan tersebut.
4. Pengendalian
5. Pengembangan
Pengembangan karyawan Klinik dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai
29
dengan kebutuhan pekerjaan.
6. Kompensasi
Kompensasi yang diberikan kepada karyawan Klinik adalah gaji pegawai yang diterima rutin
setiap bulan.
7. Pengintegrasian
Pengintegrasian antara kepentingan Klinik dan kepentingan karyawan selama ini dijalankan
secara demokratis agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Program-
program Klinik yang merupakan tujuan Klinik harus dijalankan oleh setiap karyawan..
8. Kedisiplinan
Kedisiplinan karyawan Klinik adalah kesadaran mereka sebagai pegawai untuk mentaati
Berdasarkan jabatan fungsional yang ada di Klinik, maka uraian jabatan yang
diformasikan adalah:
b. Dokter gigi, lulusan Pendidikan Kedokteran gigi dan Profesi dokter gigi,
d. Asisten apoteker, lulusan pendidikan Diploma I/III Akademi farmasi atau SMK
farmasi,
Keperawatan
30
g. Ahli teknologi laboratorium medik, lulusan Pendidikan Diploma I/III Akademi ahli
h. Asisten ahli teknologi laboratorium medik, lulusan SMK ahli teknologi laboratorium
medik.
SMA/SMK
2. Uraian Jabatan
c. Kepala Unit Program atau pengelola Program , seorang tenaga fungsional yang diberi
tugas tambahan.
C. Infrastruktur
Manajemen infrastruktur yang dilaksanakan meliputi manajemen prasarana yang ada di Klinik.
Perencanaan dimulai dari pengajuan Rencana Umum Kegiatan (RUK) yang berasal dari
Proses pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disusun dan sesuai
dengan rincian anggaran yang telah disetujui. Proses pelaksanaan kegiatan di monitoring secara
langsung oleh bagian rumah tangga dan dilaporkan kepada Kepala Klinik.
Untuk kejadian infrastruktur yang mengalami malfungsi atau, proses perbaikan langsung
D. Lingkungan Kerja
Manajemen lingkungan kerja dilaksanakan sebagai upaya memelihara lingkungan kerja agar
tetap
31
aman, hijau, dan bersih, serta mengupayakan penghematan. Manajemen lingkungan kerja
dikelola
oleh Staf kebersihan klinik yang ditunjuk oleh Kepala Klinik. Dimana dalam pelaksanaan
dilaksanakan dengan menggunakan form ceklist kebersihan yang tersedia di dalam setiap
ruangan
BAB VI
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
A. Pelayanan Klinis
Masukan atau input perencanaan pelayanan klinis berasal dari masukan pasien yang terekam
dalam kotak kritik dan saran yang terdapat dalam area pelayanan klinis Klinik. Hasil atau
masukan dari pasien yang didapatkan kemudian direkap dan dianalisa permasalahannya.
Permasalahan tersebut dapat dijadikan acuan dalam proses perencanaan pelayanan klinis di
Klinik. Yang selanjutnya dapat diusulkan dalam Rencana Umum Kegiatan (RUK) dan
pelayanan di dalam Klinik berupa kegiatan pelayanan rawat jalan dan pelayanan penunjang
medis lainnya. Proses komunikasi juga dilaksanakan melalui kotak kritik dan saran, dan survei
kepuasan pelanggan
32
a. Proses pembelian
Proses pembelian barang dalam hal menunjang pelayanan klinis di Klinik diajukan
Proses pengecekan atau verifikasi barang yang telah dibeli dilaksanakan oleh kepala
sarana dan prasarana Klinik untuk dicek kesesuaian baik spesifikasi maupun jumlah
Proses pelayanan klinis maupun penunjang lainnya yang tidak dapat dilaksanakan di
Klinik dapat dialihkan kepada pihak lain atau pihak ketiga yang telah melalui uji
evaluasi yang dilaksanakan secara berkala setiap bulan. Yang hasilnya dilaporkan kepada
Ketua Tim Mutu dan diketahui oleh Kepala Klinik untuk ditindaklanjuti.
Validasi proses dilaksanakan melalui proses audit internal dengan acuan berupa indikator
Setiap kegiatan pelayanan klinis yang berhubungan dengan pasien harus tercatat dalam
rekam medis pasien. Setiap kegiatan berupa rapat atau pertemuan harus terekam dalam
Hak Pasien:
33
2. Memperoleh pelayanan medik yang layak dan profesional tanpa mengalami
diskriminasi berdasakan ras, suku, agama, jenis kelamin, status sosial, pekerjaan dan
4. Memperoleh informasi tentang tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter baik
5. Menolak atau menyetujui tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter dengan
6. Memperoleh surat keterangan dokter bagi kepentingan pasien yang bersifat non
yustisial, seperti surat keterangan sakit, surat keterangan untuk kepentingan asuransi,
8. Mengajukan usul atau saran perbaikan atas perlakuan Klinik terhadap dirinya.
9. Mengeluhkan pelayanan Klinik yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang
berlaku
Kewajiban Pasien:
2. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Membayar imbalan jasa atas pelayanan yang didapat sesuai dengan ketatapan yang
Barang milik pelanggan seperti spesimen (darah, urin, dahak, dll) yang telah diambil dari
pasien harus diberi tanda pengenal berupa label yang jelas. Spesimen yang telah tidak
34
f. Manajemen resiko dan keselamatan pasien
Setiap kegiatan pelayanan klinis harus memprioritaskan keselamatan pasien sesuai dengan
kaidah 6 (enam) sasaran keselamatan pasien. Untuk itu diperlukan manajemen resiko
yang memadai agar resiko-resiko yang mungkin terjadi dapat dicegah. Dan jika telah
terjadi dapat segera ditangani. Analisa resiko yang mungkin terjadi berkaitan dengan
proses pelayanan klinis dapat dianalisa dengan menggunakan metode FMEA (Failure
Method and Effect Analysis). Sehingga dapat diketahui resiko-resiko apa saja yang dapat
menggunakan metode 3H dan 1P. Hasil analisa berdasarkan FMEA dan 3H 1P dapat
menunjukkan prioritas area mana saja yang memerlukan perbaikan terlebih dahulu
Indikator kinerja klinis ditetapkan berdasarkan kejadian atau perilaku petugas yang sering
ditemukan di lapangan dan di dinilai beresiko baik untuk pasien maupun petugas
keselamatan pasien
Terkadang insiden keselamatan pasien tidak dapat terhindarkan. Setiap insiden yang terjadi
dilaporkan kepada tim manajemen risiko dan keselamatan pasien, dievaluasi dan dibuat
Analisa dan tindak lanjut dilaksanakan sesegera mungkin terutama jika berkaitan dengan
35
Penerapan manajemen resiko yang telah dilaksanakan direkam dan dilaporkan kepada Kepala
Klinik
1. Umum
Proses pengukuran kinerja pelayanan klinis dilaksanakan dalam proses audit internal
a. Kepuasan pelanggan
survei kepuasan pelanggan. Umpan balik dengan pelanggan dihasilkan dari kritik dan
b. Audit Internal
Audit internal dilaksanakan oleh tim audit internal.. Hasil audit didokumentasikan,
Proses pemantauan dilaksanakan oleh Tim Mutu dalam kegiatan monitoring dan
evaluasi setiap bulan. Dan setiap satu tahun dua kali juga dilaksanakan proses audit
internal untuk mengukur kinerja. Proses perbaikan kinerja akan dianalisa dari hasil
Dalam setiap kegiatan pelayanan klinis diharapkan dapat mencapai hasil kinerja sesuai
dengan standar. Jika ada hasil yang dinilai tidak sesuai dengan standar maka dinilai
yang diperoleh kemudian dianalisa untuk diperoleh penyebab terjadinya dan rencana
tindak lanjut yang akan dilaksanakan. Setiap hasil audit dan rencana tindak lanjut
dilaporkan kepada ketua tim audit internal yang selanjutnya akan dilaporkan kepada ketua
36
tim mutu dan dibahas dalam rapat tinjauan manajemen mutu. Hasil rapat tinjauan
manajemen mutu akan dilaporkan kepada Kepala Klinik dan dibahas dalam lokakarya
mini bulanan staf Klinik untuk disusun tahap-tahap tindak lanjut permasalahan yang
4. Analisis data
Proses analisis data dilaksanakan oleh tim audit internal yang melaksanakan proses
pemantauan (auditor).
5. Peningkatan berkelanjutan
Hasil analisa permasalahan yang telah didapatkan dianalisa dan ditindaklanjuti oleh
masing-masing pokja yang terkait. Proses PDSA ini diharapkan dapat dilaksanakan untuk
6. Tindakan Korektif
Tim mutu diharuskan untuk membuat analisa tindakan korektif atau perbaikan yang akan
7. Tindakan Preventif
Tim mutu pokja dharuskan untuk membuat analisa tindakan preventif atau pencegahan
pengulangan kejadian yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang diperoleh pada saat
audit internal
BAB VII
PENUTUP
A. PENUTUP
Demikian Pedoman Mutu ini dibuat dan telah disahkan oleh Kepala Klinik Pratama Nala
untuk dijadikan acuan dalam bertindak dan mengambil keputusan dalam rangka menjalankan
Sistem
Menejemen Mutu serta tugas dan tanggungjawab masing-masing sesuai dengan kapasitas dan
37
wewenang yang telah diberikan.
Apabila Pedoman Mutu ini dapat lolos audit external dan mendapatkan sertifikasi akreditasi
Fasilitas kesehatan Tingkat pertama, hal tersebut bukanlah merupakan hasil akhir dari proses
implementasi Manajemen Mutu. Tetapi merupakan awal dari penerapan Sistem Manejemen
Mutu yang
berkualitas secara sistematis dan terorganisir serta untuk peningkatan pelayanan secara terus
menerus.
Harapan kami semoga komitmen yang sudah terbentuk tetap terjaga dan tetap kokoh serta dapat
38