Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

YANG DISEBUT AURAT

Dosen Pengampu : Ahmad Yasin, S.H.I.,M.Pd.

Disusun Oleh :

Diah Ayu Permata Sari


2311018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BATURAJA
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.Makalah ini disusun guna untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Agama.

Terima kasih kami ucapkan atas bimbingan serta pengarahan


dalam penyusunan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak
langsung dari pengumpulan data makalah ini dibuat.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


Untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini dapat
berguna bagi kita semua.

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Baturaja, 18 November 2023

Penyusun

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Setiap muslim tentu ingin menjadi seorang mukmin yang baik,


untuk menjadi muslim yang baik setiap orang perlu menaati aturan-aturan
yang telah diperintahkan oleh Allah. Salah satunya adalah perintah untuk
menutup aurat muslim serta muslimah, terdapat beberapa batasan aurat
seorang muslim dibedakan menjadi dua jenis aurat, yaitu aurat laki-laki
dan aurat perempuan.

Bagi laki-laki, batasan aurat dimulai dari pusar sampai lutut, bagian
yang menjadi batasan aurat ini wajib ditutup, sedangkan untuk perempuan
batasan aurat mulai dari ujung kepala hingga kaki. Bagian tubuh
perempuan yang wajib ditutupi mulai dari kepala yaitu rambut, tangan
hingga pergelangan dan kaki.

Budaya manusia tidak selalu sama antara satu tempat dengan


tempat lainnya, bahkan kebudayaan itu senantiasa berubah dari generasi
ke generasi secara turun temurun.Kalau ajaran Islam benar-benar diyakini
keuniversalannya, tentu keberlakuannya tidak terikat oleh tempat dan
waktu tertentu dari generasi ke generasi. Hanya saja, Nabi saw yang
diutus untuk membawa ajaran Islam ituharus dilihat posisinya yang
multidimensi. Syariat Islam mewajibkan kaum muslimin memakai busana
yang menutup aurat dan sopan, baik laki-laki maupun perempuan.

iii
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aurat
Dalam fiqih, aurat adalah bagian anggota badan yang tidak boleh
ditampakkan atau terlihat oleh orang yang bukan muhrimnya. Sedangkan
menurut salah satu ulama fiqih, yaitu Al-Khatib As-Syirbini menyebutkan
bahwa aurat merupakan bagian tubuh yang harus ditutupi serta tidak
boleh terlihat oleh orang yang tidak muhrim dan bagian yang harus
ditutupi ketika melakukan shalat. Dari pengertian menurut ulama serta ahli
fiqih, dapat disimpulkan bahwa aurat adalah bagian tubuh seseorang yang
tidak boleh terlihat ketika salat dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang
yang bukan mahramnya.

Menurut pengertian bahasa (literal), aurat adalah al-nuqshaan al-


syai' al-mustaqabbih (kekurangan dan sesuatu yang mendatangkan
celaan). Diantara bentuk pecahan katanya adalah 'awara`, yang bermakna
qabiih (tercela); yakni aurat manusia dan semua yang bisa menyebabkan
rasa malu. Disebut aurat, karena tercela bila terlihat atau di tampakkan.

B. Tujuan Menutup Aurat.


Menutup aurat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
setiap muslim, selain kewajiban menutup aurat memiliki beberapa tujuan
lain, yaitu sebagai berikut.

1. Terlihat berbeda dari makhluk lain


Tujuan pertama ini dijelaskan dalam Al-Quran yaitu pada surat Al-A’raf
ayat 26 yang berbunyi : “Wahai anak Adam, telah kami turunkan buat
kamu pakaian yang boleh menutup aurat-aurat kamu dan untuk
perhiasan”. Dari surat Al- A’raf tersebut Allah telah memberi perintah
kepada anak Adam atau manusia untuk menutup aurat, dalam ayat

iv
tersebut tidak disebutkan makhluk ciptaan Allah lain yang diperintahkan
untuk menutup aurat. Oleh karena itu, menutup aurat dapat membedakan
manusia dari makhluk lain.

2. Agama Islam adalah agama yang sempurna


Tujuan kedua menutup aurat adalah untuk menunjukan bahwa agama
Islam merupakan agama yang sempurna, karena setiap aspek kehidupan
telah diatur secara jelas dalam Al-Quran dan Allah sebagai pencipta maha
mengetahui setiap kebutuhan makhluknya.

3. Terhindar dari dosa-dosa


Menutup aurat merupakan perintah Allah yang wajib ditaati, oleh karena
itu apabila seorang hamba melakukan perintah dan menjauhi larangan
Allah maka hamba itu akan terhindar dari dosa-dosa.

4. Sebagai ujian ketaatan


Melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya merupakan
wujud dari ujian ketaatan. Allah ingin melihat muslim mana yang akan
melaksanakan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya oleh karena itu
tidak setiap orang dapat mengaku sebagai seorang mukmin.

5. Sebagai identitas seorang muslim


Menutup aurat dapat menjadi identitas atau pembeda seorang muslim dari
manusia dengan agama lain. Melalui pakaiannya atau dengan cara
melihat orang akan mengetahui bahwa seseorang beragama Islam atau
tidak. Hal ini dijelaskan pula pada surat Al Ahzab ayat 59.

6. Melindungi diri seorang wanita


Tujuan keenam dari menutup aurat adalah untuk melindungi diri seorang
perempuan dari fitnah maupun bahaya lain seperti kejahatan. Zaman

v
sekarang banyak terjadi kejahatan dan target korbannya adalah
perempuan, dengan memakai pakaian tertutup, perempuan dapat
terhindar kejahatan yang tidak diinginkan tersebut.

7. Mencegah penyakit
Terdapat beberapa penyakit yang penularannya bermula dari sentuhan.
Untuk itu dengan menutup aurat dapat mencegah muslim dari tertular
penyakit tersebut.

8. Dapat meningkatkan ketakwaan


Dengan mentaati segala perintah Allah seorang muslim dapat
meningkatkan ketakwaannya, dengan menutup aurat seorang muslim
dapat selalu menjaga hati dan termotivasi untuk senantiasa meningkatkan
imannya.

C. Batas Aurat Laki-Laki


Menurut Imam Nawawi, mengenai aurat laki-laki terdapat lima
pendapat dalam mazhab, namun yang tertulis dan dinilah shohih
kebenarannya sesuai dengan kitab yang ditulis oleh Imam Syafii, aurat
laki-laki adalah antara pusar dan lutut, namun pusar dan lutut bukanlah
aurat laki-laki. Kemudian lebih lanjut dijelaskan bahwa apabila seorang
laki-laki sedang shalat dan lututnya terlihat, maka shalat laki-laki tersebut
masih sah dan tidak batal.,
Terdapat hadist yang menjelaskan mengenai aurat laki-laki, Abu
Darda berkata bahwa, “Saya duduk dekat Nabi Muhammad SAW.
Kemudian Abu Bakar menghadap sambil mengangkat pakaiannya sampai
terlihat lututnya.” Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sahabatmu ini
sedang dalam pertikaian.” Kemudian Abu Bakar mengucapkan
salam. (HR. Bukhari Muslim).
Dari hadist tersebut dapat diketahui lebih jelas bahwa lutut seorang
laki-laki bukanlah aurat. Walaupun begitu Rasul selalu menutup bagian

vi
lututnya, hal ini dijelaskan pula pada hadis riwayat Bukhari, berikut
hadisnya.

Dari Abu Musa Al-Asy’ari, Nabi Muhammad SAW duduk pada


suatu tempat yang ada airnya dalam keadaan pakaiannya tersingkap
hingga sampai kedua lutut atau salah satu lutut beliau, tatkala Utsman
sudah datang, beliau menutupnya. (HR. Bukhari).

D. Batas Aurat Perempuan


Berbeda dengan laki-laki batasan aurat perempuan lebih luas,
beberapa berpendapat bahwa muka dan telapak tangan adalah aurat
perempuan, sehingga harus ditutupi beberapa berpendapat pula bahwa
muka dan telapak tangan bukan aurat dan tidak wajib ditutupi. Hal
tersebut bergantung pada mazhab apa yang dianut oleh seorang muslim,
sehingga tidak bingung dalam menerapkannya. Menurut Imam Nawawi,
aurat wanita adalah seluruh badan selain wajah dan kedua telapak
tangan. Beliau mengatakan pula bahwa perempuan boleh menunjukkan
wajah serta kedua telapak tangan sampai pergelangan tangannya, begitu
pula ketika shalat.

Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Ibnu Hajar Al Haitami,


beliau mengatakan bahwa batas wajah yang menjadi aurat perempuan
dimulai dari tempat tumbuhnya rambut sampai tempat bertemunya dua
rahang atau dagu yang menghadap ke depan, sedangkan bagian bawah
wajah atau dagu dan janggut bukanlah termasuk dalam batasan
aurat.Dijelaskan pula batas wajah secara horizontal yaitu apa yang
muncul atau terlihat (dhohir) di antara dua telinga. Makna terlihat berarti
yang berbentuk fisik seperti hidung. Dari penjelasan tersebut, maka
menurut Ibnu Hajar wajah adalah sesuatu yang tampak serta muncul di
permukaan wajah dan tidak termasuk dalam aurat yang wajib ditutupi.

vii
Penjelasan tersebut merupakan batasan aurat yang haram
diperlihatkan kepada seseorang yang bukan mahramnya, namun dalam
islam diatur pula batasan aurat yang tidak boleh diperlihatkan kepada
kerabat atau saudaranya.

Menurut mazhab syafii dan hanafi aurat perempuan yang tidak


boleh diperlihatkan kepada kerabatnya adalah antara pusar dan lututnya,
namun menurut Mazhab Hambali aurat perempuan yang tidak boleh
diperlihatkan kepada kerabatnya adalah seluruh badan selain wajah,
kepala, leher, tangan, kaki, serta betis.

Berbeda dengan mazhab hanbali, menurut mazhab Maliki aurat


perempuan yang tidak boleh diperlihatkan kepada kerabat adalah seluruh
badan kecuali wajah, kepala, leher serta kedua tangan dan kaki.
Perbedaannya terletak pada betis yang menjadi batasan aurat. Peraturan
mengenai batasan aurat perempuan dengan kerabat atau saudara terebut
juga merupakan batasan aurat perempuan dengan sesama perempuan

E. Batas Aurat Anak Perempuan


Selain aurat perempuan dan laki-laki beberapa ulama berpendapat
bahwa aurat anak perempuan yang masih kecil juga perlu dijaga. Dalam
mazhab Hanafi, anak perempuan berusia empat tahun atau kurang tidak
memiliki aurat, namun setelah umur itu yaitu usia sepuluh tahun maka
aurat anak perempuan adalah dubur dan kemaluan serta sekitarnya.

Sedangkan menurut madzhab Syafi’i aurat anak kecil dari bayi


hingga dewasa sama dengan aurat perempuan dewasa yaitu seluruh
tubuhnya kecuali bagian telapak tangan hingga pergelangan tangan,
wajah dan kaki.

viii
F. Dalil Menutup Aurat
Perintah menutup aurat telah diatur dalam Al-Qur’an serta hadis,
berikut adalah dalil-dalil tentang menutup aurat. Perintah menutup aurat
turun melalui surat Al Mu’minun ayat 5-6, ayat tersebut berbunyi, “(Orang
beriman) adalah orang yang menjaga kemaluan mereka. Kecuali kepada
istri-istri mereka atau budak-budak wanita mereka, jika demikian maka
mereka tidak tercela.” (QS. Al Mu’minun: 5-6).

Ketika ayat tersebut turun, orang-orang mukmin berlomba-lomba


menarik kain yang ada di sekitar mereka serta mencari kain atau benda
yang dapat menutupi auratnya. Surat tersebut juga turun untuk
memberikan perintah kepada umat muslim agar segera menutup serta
menjaga aurat agar tidak terlihat oleh seseorang yang bukan mahram
atau tidak memiliki hak untuk melihat aurat tersebut.

Dalil lain tentang menutup aurat adalah sebagai berikut:

1. Hadits riwayat Muslim no 338


“Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki (lainnya), dan janganlah
pula seorang wanita melihat aurat wanita (lainnya). Seorang pria tidak
boleh bersama pria lain dalam satu kain, dan tidak boleh pula seorang
wanita bersama wanita lainnya dalam satu kain.”

2. Hadits riwayat At-Tirmidzi no 2794


“Wahai Rasulullah, mengenai aurat kami, kepada siapa boleh kami
tampakkan dan kepada siapa tidak boleh ditampakkan? Rasulullah
menjawab: “tutuplah auratmu kecuali kepada istrimu atau budak
wanitamu.” Mu’awiyah berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana jika
seseorang berada di tengah orang banyak yang saling melihat?
Rasulullah menjawab:

ix
“Jika engkau mampu untuk menjaga auratmu agar tidak terlihat, maka
hendaknya lakukanlah. Yaitu engkau tidak melihat aurat orang lain, dan
orang lain tidak melihat auratmu.” Mu’awiyah berkata: Wahai Rasulullah,
bagaimana jika seseorang sedang sendirian? Rasulullah menjawab:
“Allah lebih berhak untuk malu kepada-Nya daripada kepada manusia.”
3. Hadits riwayat Baihaqi no 3362
“Yang dibawah pusar dan di atas kedua lutut adalah aurat” hadist satu ini
merupakan hadis tentang batasan aurat laki-laki.
4. Hadits riwayat Abu Daud no 4017
“Jagalah (tutuplah) auratmu kecuali pada istri atau budak yang engkau
miliki.”
5. Quran surat Al-Ahzab ayat 59
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya
ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. “
6. Hadits riwayat Abu Daud no 41440
“Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu‘alaihi
wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah
shallallahu‘alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, “wahai
Asma’, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haid (sudah baligh),
tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk
wajahnya dan kedua telapak tangannya.”
7. Quran surat An-Nur ayat 31
“Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengatahui
apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman,
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,

x
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan.”
8. Quran surat Al-A’raf ayat 31
“Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”
9. Quran surat Al-Ahzab ayat 59
“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya
ke seluruh tubuh mereka !”
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
10. Quran surat Al-Maarij ayat 29-30
“Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-
istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya
mereka dalam hal ini tidak tercela.
11. Hadits riwayat At-Tirmidzi no 1173
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaitan akan
menghiasinya”.

xi
12. Quran surat Al-a’raf ayat 22
“Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan
tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan
daun-daun surga. Kemudian Rabb mereka menyeru mereka, “Bukankah
Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan
kepadamu, bahwa sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi kamu berdua ?

Itulah dalil-dalil tentang menutup aurat. Dari dalil tersebut dapat


ditarik kesimpulan bahwa aurat merupakan batasan yang wajib ditutupi
oleh seorang muslim baik perempuan maupun laki-laki. Batasan-batasan
tersebut telah diatur dengan jelas dalam Al-Quran serta hadits. Memang
ada beberapa pendapat ulama yang berbeda pandangan mengenai aurat
perempuan, namun hal tersebut adalah pilihan Anda sebagai seorang
muslim dan boleh mengikuti mazhab manapun yang dipercayai.

G. Pendapat Ulama Klasik tentang Aurat

Secara normatif aturan hukum baku berkenaan dengan perintah


berpakaian dan menutup aurat beserta batasan-batasannya diungkapkan
secara eskplisit dalam al-Qur’an. Beberapa ayat yang terkait dengan hal
tersebut memberikan rambu-rambu bagi para wanita mukallaf untuk
memenuhi batasan yang diberikan oleh kitab yang diturunkan pada Nabi
akhir zaman. Islam mengajarkan bahwa pakaian adalah penutup aurat,
bukan sekedar perhiasan. Islam mewajibkan setiap wanita dan pria untuk
menutupi anggota tubuhnya yang menarik perhatian lawan jenisnya.
Bertelanjang adalah suatu perbuatan yang tidak beradab dan tidak
senonoh. Langkah pertama yang diambil Islam dalam usaha
mengokohkan bangunan masyarakatnya, adalah melarang bertelanjang
dan menentukan aurat laki-laki dan perempuan.

xii
Inilah mengapa fiqih mengartikan bahwa aurat adalah bagian tubuh
seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan. Menurut
syariat Islam menutup aurat hukumnya wajib bagi setiap orang mukmin
baik laki-laki maupun perempuan terutama yang telah dewasa dan
dilarang memperlihatkannya kepada orang lain dengan sengaja tanpa ada
alasan yang dibenarkan syariat, demikian juga syariat Islam pada
dasarnya memerintahkan kepada setiap mukmin, khususnya yang sudah
memiliki nafsu birahi untuk tidak melihat dan tidak memperlihatkan
auratnya kepada orang lain terutama yang berlainan jenis.

Adapun dalil yang menjadi landasan wajibnya menutup aurat ialah ataar
lain firman Allah swt: ‫ َي ا َأيُّـ َه ا الَّن ِبُّي ُق ل‬-٥٩- ‫ًا‬H‫َأن يُـْع َر ْف َن َفَال يُـ ْؤ َذ ْي َن َو َك اَن ُهَّللا َغ ُف ورًا َّر ِح يم‬
‫َِّألْز َو اِج َك َو بَـَن اِتَك َو ِنَس اء اْلُمْؤ ِمِنيَن ُيْد ِنيَن َع َلْي ِه َّن ِمن َج َال ِبيِبِه َّن َذ ِل َك َأْد َن ى‬

Terjemahnya: Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak


perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.
Al Ahzab: 59)

Para ahli hukum Islam berbeda pendapat dalam menentukan


batas- batas aurat itu sendiri, baik aurat laki-laki maupun perempuan.
Akan tetapi, di dalam buku al-Fiqh al Islami wa Adillatuhu karya Dr.
Wahbah al Zuhaily, seperti yang dikutip oleh Prof. Quraish Shihab, bahwa
persoalan aurat disimpulkan sebagai berikut:

“Ulama sepakat menyatakan bahwa kemaluan dan dubur adalah aurat,


sedang pusar laki-laki bukan aurat. Aurat laki-laki adalah antara pusar dan
lututnya sedangkan aurat perempuan dalam shalat adalah selain wajah
dan kedua telapak tangannya (ditambah kedua kakinya dalam Mazhab

xiii
Hanafi). Selanjutnya aurat wanita muslimah di hadapan kerabat yang
mahram dan wanita muslimah adalah antara pusar dan lututnya.” Ini
menurut mazhab Syafi’I dan Hanafi.

Sedangkan menurut mazhab Malik adalah seluruh badannya selain


wajah, kepala, leher, dan kedua tangan serta kakinya. Menurut
pandangan mazhab Hanbali seluruhh badannya kecuali wajah, leher,
kepala, kedua tangan dan kaki seta betis. Adapun aurat perempuan
terhadap pria yang bukan mahramnya menurut sementara ulama adalah
seluruh baadannya, termasuk wajah dan telapak tangannya, banyak juga
ulama yang memperlonggar sehingga berpendapat bahwa wajah dan
kedua telapak tangan bukanlah termasuk aurat. Bahkan, ada juga yang
lebih melonggarkan dengan mengatakan bahwa setengah tangan
bukanlah aurat.

Adapun auratnya terhadap mahramnya – kecuali suami- maka


seluruh badannya kecuali wajah, leher, kedua tangan, lutut, dan kaki.
Masalah aurat sangat erat dengan soal pakaian, karena aurat wajib
ditutup dan alat penutupnya adalah pakaian. Pakaian setiap muslim
adalah harus menutup batas-batas aurat seperti yang dikemukakan di
atas. Namun karena para ulama’ berbeda pendapat mengenai batas-
batas aurat terutama aurat bagi wanita, maka perbedaan pendapat-pun
muncul pula dalam masalah pakaian kaum wanita. Sebagian
mengharuskan menutup seluruh anggota badan selain mata, sedangkan
sebagian yang lain menambahkan selain muka, yaitu kedua telapak
tangan dan kaki.

Muhammad Ibnu Muhammad Ali menyimpulkan bahwa seorang


wanita yang akan keluar dari rumahnya dan berinteraksi dengan pria
bukan mahram, maka ia harus memperhatikan sopan santun dan tata
cara busana yang dikenakan haruslah memenuhi beberapa syarat :

xiv
a. Meliputi seluruh badan kecuali yang diperbolehkan yaitu wajah dan
kedua telapak tangan
b. Bukan berfungsi sebagai perhiasan
c. Tebal tidak tipis
d. Longgar tidak ketat
e. Tidak diberi parfum atau minyak wangi
f. Tidak menyerupai pakaian laki-laki
g. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
h. Bukanlah pakaian untuk mencari popularitas.

H. Pandangan Ulama Kontemporer tentang Aurat

Sebelumnya telah dipaparkan pokok-pokok pendapat para ulama


terdahulu dan yang diikuti oleh banya ulama masa kini menyangkut aurat/
pakaian wanita. Pendapat – pendapat tersebut bertitik tolak pada
penafsiran dari ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis Nabi saw yang
menjadi pegangan masing-masing disertai dengan sikap kehati-hatian.

Selanjutnya penulis akan membahas beberapa pendapat


kontemporer yang berbeda dengan pendapat para imam mazhab.
Menurut Prof. Quraish Shihab, pada garis besarnya para cendekiawan
dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar : Kelompok pertama, berkaitan
masalah aurat, antara lain ada yang berpendapat bahwa, “pakaian
tertutup merupakan salah satu bentuk perbudakan dan lahir ketika laki-laki
menguasai dan memperbudak wanita.” Ada juga yang berkata,”Hijab yang
bersifat material (pakaian tertutup) atau yang bersifat immaterial (atau
keduanya bersama-sama) telah menutup keterlibatan perempuan dalam
kehidupan, politik, agama, akhlak, dan lain-lain”. Ada lagi yang dengan
tegas berkata,”Saya menolak hijab (pakaian tertutup), karena menutup
atau telanjang, keduanya menjadikan wanita sebagai jasad semata. Saya,
ketika menutup badan saya, maka itu mengandung arti bahwa saya

xv
adalah fitnah (penggoda/ perayu) dan akan merayu lelaki bila membuka
pakaian. Ini keliru, karena saya adalah akal dan bukan jasad yang
mengundang syahwat atau rayuan.”

Namun, menurut Quraish pendapat-pendapat tersebut mereka


kemukakan tanpa dalil melainkan hanya subjektifitas mereka. Adapun
kelompok kedua dari cendekiawan yang bahkan ulama kontemporer
mengemukakan pendapat – pendapat mereka atas dasar kaidah-kaidah
yang juga diakui oleh ulama terdahulu, tetapi ketika mereka sampai pada
penerapannya dalam memahami pesan-pesan ayat atau hadis, mereka
mendapat sorotan dan bantahan dari ulama-ulama yang menganut paham
ulama terdahulu.

xvi
BAB 3
PENUTUP

A.Kesimpulan

Aurat adalah yang berarti segala sesuatu yang dapat menjadikan


seseorang malu atau mendapatkan aib (cacat), dan aurat sebagai bentuk
dari suatu kekurangan maka sudah seharusnya ditutupi dan tidak untuk
dibuka atau dipertontonkan di muka umum. 19Muhammad Ibnu
Muhammad Ali, Hijab Risalah Tentang Aurat,

Mengenai pandangan ulama dan cendekiawan kontemporer


mengenai aurat dan busana, Prof Quraish Shihab mengklasifikan ke
dalam dua golongan; mereka yang berpendapat sampai menolak hijab,
namun golongan ini hanya menggunakan subjektifitas mereka, dan
golongan dari cendekiawan yang bahkan ulama kontemporer
mengemukakan pendapat – pendapat mereka atas dasar kaidah- kaidah
yang juga diakui oleh ulama terdahulu, tetapi ketika mereka sampai pada
penerapannya mereka mendapat sorotan dari ulama- ulama yang
menganut paham ulama terdahulu.

B. Saran

Perintah Allah tentang menutup aurat semata-mata adalah perintah


yang baik untuk melindungi hamba-Nya dari kejahatan maupun perbuatan
jelek yang dapat menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, penulis harap

xvii
makalah ini dapat membantu pembaca untuk memahami tentang aurat
laki-laki dan perempuan serta dapat mengamalkan hal ini dengan biak.

xviii

Anda mungkin juga menyukai