Materi : Aurat
Dibuat Oleh : Dinar A
A. Pengertian Aurat
Dalam fiqih, aurat adalah bagian anggota badan yang tidak boleh ditampakkan atau
terlihat oleh orang yang bukan muhrimnya. Sedangkan menurut salah satu ulama fiqih,
yaitu Al-Khatib As-Syirbini menyebutkan bahwa aurat merupakan bagian tubuh yang
harus ditutupi serta tidak boleh terlihat oleh orang yang tidak muhrim dan bagian yang
harus ditutupi ketika melakukan shalat.
Dari pengertian menurut ulama serta ahli fiqih, dapat disimpulkan bahwa aurat adalah
bagian tubuh seseorang yang tidak boleh terlihat ketika salat dan tidak boleh
diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya.
7. Mencegah penyakit
Terdapat beberapa penyakit yang penularannya bermula dari sentuhan. Untuk itu
dengan menutup aurat dapat mencegah muslim dari tertular penyakit tersebut.
8. Dapat meningkatkan ketakwaan
Dengan mentaati segala perintah Allah seorang muslim dapat meningkatkan
ketakwaannya, dengan menutup aurat seorang muslim dapat selalu menjaga hati dan
termotivasi untuk senantiasa meningkatkan imannya.
Aurat merupakan batasan atau bagian tubuh seseorang yang tidak boleh dipamerkan
atau terlihat oleh orang yang tidak mahram, baik laki-laki maupun perempuan.
Umumnya, kebanyakan orang lebih fokus pada batasan aurat perempuan, padahal
laki-laki juga memiliki batasan aurat yang perlu diperhatikan.
Terdapat hadist yang menjelaskan mengenai aurat laki-laki, Abu Darda berkata bahwa,
“Saya duduk dekat Nabi Muhammad SAW. Kemudian Abu Bakar menghadap sambil
mengangkat pakaiannya sampai terlihat lututnya.” Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Sahabatmu ini sedang dalam pertikaian.” Kemudian Abu Bakar mengucapkan
salam. (Hadis Riwayat Bukhari Muslim).
Dari hadist tersebut dapat diketahui lebih jelas bahwa lutut seorang laki-laki bukanlah
aurat. Walaupun begitu Rasul selalu menutup bagian lututnya, hal ini dijelaskan pula
pada hadis riwayat Bukhari, berikut hadisnya.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari, Nabi Muhammad SAW duduk pada suatu tempat yang ada
airnya dalam keadaan pakaiannya tersingkap hingga sampai kedua lutut atau salah satu
lutut beliau, tatkala Utsman sudah datang, beliau menutupnya. (HR. Bukhari).
D. Batas Aurat Perempuan
Berbeda dengan laki-laki batasan aurat perempuan lebih luas, beberapa berpendapat
bahwa muka dan telapak tangan adalah aurat perempuan, sehingga harus ditutupi
beberapa berpendapat pula bahwa muka dan telapak tangan bukan aurat dan tidak
wajib ditutupi. Hal tersebut bergantung pada mazhab apa yang dianut oleh seorang
muslim, sehingga tidak bingung dalam menerapkannya.
Menurut Imam Nawawi, aurat wanita adalah seluruh badan selain wajah dan kedua
telapak tangan. Beliau mengatakan pula bahwa perempuan boleh menunjukkan wajah
serta kedua telapak tangan sampai pergelangan tangannya, begitu pula ketika shalat.
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Ibnu Hajar Al Haitami, beliau mengatakan bahwa
batas wajah yang menjadi aurat perempuan dimulai dari tempat tumbuhnya rambut
sampai tempat bertemunya dua rahang atau dagu yang menghadap ke depan,
sedangkan bagian bawah wajah atau dagu dan janggut bukanlah termasuk dalam
batasan aurat.
Dijelaskan pula batas wajah secara horizontal yaitu apa yang muncul atau terlihat
(dhohir) di antara dua telinga. Makna terlihat berarti yang berbentuk fisik seperti hidung.
Dari penjelasan tersebut, maka menurut Ibnu Hajar wajah adalah sesuatu yang tampak
serta muncul di permukaan wajah dan tidak termasuk dalam aurat yang wajib ditutupi.
Penjelasan tersebut merupakan batasan aurat yang haram diperlihatkan kepada
seseorang yang bukan mahramnya, namun dalam islam diatur pula batasan aurat yang
tidak boleh diperlihatkan kepada kerabat atau saudaranya.
Menurut mazhab syafii dan hanafi aurat perempuan yang tidak boleh diperlihatkan
kepada kerabatnya adalah antara pusar dan lututnya, namun menurut Mazhab Hambali
aurat perempuan yang tidak boleh diperlihatkan kepada kerabatnya adalah seluruh
badan selain wajah, kepala, leher, tangan, kaki, serta betis.
Berbeda dengan mazhab hanbali, menurut mazhab Maliki aurat perempuan yang tidak
boleh diperlihatkan kepada kerabat adalah seluruh badan kecuali wajah, kepala, leher
serta kedua tangan dan kaki. Perbedaannya terletak pada betis yang menjadi batasan
aurat. Peraturan mengenai batasan aurat perempuan dengan kerabat atau saudara
terebut juga merupakan batasan aurat perempuan dengan sesama perempuan
Untuk mempelajari bagaimana cara menjadi muslimah yang baik, Grameds dapat
membaca buku Menjadi Muslimah yang Disukai Banyak Orang yang bukan hanya dinilai
dari penampilan saja, namun juga dari dalam dirinya.
E. Batas Aurat Anak Perempuan
Selain aurat perempuan dan laki-laki beberapa ulama berpendapat bahwa aurat anak
perempuan yang masih kecil juga perlu dijaga. Dalam mazhab Hanafi, anak perempuan
berusia empat tahun atau kurang tidak memiliki aurat, namun setelah umur itu yaitu usia
sepuluh tahun maka aurat anak perempuan adalah dubur dan kemaluan serta
sekitarnya.
Sedangkan menurut madzhab Syafi’i aurat anak kecil dari bayi hingga dewasa sama
dengan aurat perempuan dewasa yaitu seluruh tubuhnya kecuali bagian telapak tangan
hingga pergelangan tangan, wajah dan kaki.
Tentu saja semua pendapat mengenai batasan aurat dapat diterapkan sesuai dengan
mazhab yang pembaca anut dan dipercaya kebenarannya.
Ketika ayat tersebut turun, orang-orang mukmin berlomba-lomba menarik kain yang
ada di sekitar mereka serta mencari kain atau benda yang dapat menutupi auratnya.
Surat tersebut juga turun untuk memberikan perintah kepada umat muslim agar segera
menutup serta menjaga aurat agar tidak terlihat oleh seseorang yang bukan mahram
atau tidak memiliki hak untuk melihat aurat tersebut.
“Jika engkau mampu untuk menjaga auratmu agar tidak terlihat, maka hendaknya
lakukanlah. Yaitu engkau tidak melihat aurat orang lain, dan orang lain tidak melihat
auratmu.” Mu’awiyah berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana jika seseorang sedang
sendirian? Rasulullah menjawab: “Allah lebih berhak untuk malu kepada-Nya daripada
kepada manusia.”