Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN RUMUS Fisika Kelas XII SMA

A. JENIS-JENIS GELOMBANG C. GELOMBANG STASIONER


A.1. Berdasarkan arah getar Ujung Terikat Ujung Bebas
a. Gelombang transversal, yaitu gelombang yang arah Persamaan y P = 2 A sin kx cos(t p ) y P = 2 A cos kx sin(t p )
getarnya tegak lurus terhadap arah perambatannya, Umum
misalnya gelombang pada tali,permukaan air, dan cahaya. Amplitudo
AP = 2 A sin kx AP = 2 A cos kx
b. Gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang arah Gelombang
getarnya sejajar dengan arah perambatannya, misalnya Letak Perut ke-n Pn = (2n − 1) 14  Pn = (2n − 2) 14 
gelombang bunyi
Letak Simpul ke-
S n = (2n − 2) 14  S n = (2n − 1) 14 
n
A.2. Berdasarkan amplitudo
Keterangan :
a. Gelombang berjalan, yaitu gelombang yang amplitudonya
tetap di setiap titik yang dilalui gelombang, misalnya • tp = waktu dihitung dari ujung pantul t p = t − L
v
gelombang yang merambat pada tali yang sangat panjang. • x = jarak titik dari ujung pantul (m)
b. Gelombang stationer (diam), yaitu gelombang yang • n = 1, 2, 3, ... (perut dan simpul diukur dari ujung pantul (m))
amplitudonya berubah-ubah, misalnya gelombang pada
senar gitar.
+
D. EFEK DOPPLER
A.3. Berdasarkan medium (v  v a )  v p
a. Gelombang mekanik, yaitu gelombang yang memerlukan fp = fs P S
medium perambatan, misalnya bunyi. (v  v a )  v s -
b. Gelombang elektromagnet, yaitu gelombang yang tidak • Perjanjian tanda untuk vp dan vs :
memerlukan medium perambatan, misalnya cahaya (+) untuk arah yang sesuai dari P ke S
matahari. (−) untuk arah yang sesuai dari S ke P
• Perjanjian tanda untuk va :
B. GELOMBANG BERJALAN (+) jika angin berhembus dari S ke P
B.1. Persamaan Umum Simpangan (−) jika angin berhembus dari P ke S
y P =  A sin(t  kx)
E. PELAYANGAN GELOMBANG
• A positif apabila titik asal pertama kali digetarkan ke atas Layangan adalah variasi kuat-lemahnya bunyi secara periodik
• kx negatif apabila gelombang merambat ke arah sumbu x dan dihasilkan oleh superposisi dari dua gelombang bunyi
dengan frekuensi berbeda sedikit.
positif
1 layangan = keras – lemah – keras = lemah – keras – lemah
• A = amplitudo gelombang (m) f p = f1 − f 2
• t = lamanya titik asal telah bergetar fp = frekuensi layangan (banyak layangan / sekon)
•  = frekuensi sudut (rad/s)  = 2f
F. GELOMBANG PADA DAWAI DAN PIPA ORGANA
2
• k = bilangan gelombang (m−1) k = Dawai Organa Terbuka Organa Tertutup
 𝐹 𝐹ℓ
𝑣= √𝜇 = √𝑚
• x = jarak titik terhadap titik asal gelombang Cepat v = cepat rambat v = cepat rambat
rambat 𝐹 bunyi (340 m/s) bunyi (340 m/s)
=√ 𝜌𝐴

B.2. Persamaan Kecepatan Getaran (vp) Frekuen 𝑣 𝑣 𝑣 𝑣 𝑣 𝑣


si nada 𝑓𝑜 = 𝑜
= 2𝐿 𝑓𝑜 = 𝑜
= 2𝐿 𝑓𝑜 = 𝑜
= 4𝐿
dy
v P = P = A cos(t − kx) dasar
dt fo : f1 : f2
1 : 2 : 3 : ... 1 : 2 : 3 : ... 1 : 3 : 5 : ...
: ...

B.3. Persamaan Percepatan Getaran (ap) fn 𝑓𝑛 = (𝑛 + 1)𝑓𝑜 𝑓𝑛 = (𝑛 + 1)𝑓𝑜 𝑓𝑛 = (2𝑛 + 1)𝑓𝑜


Jumlah
dv P  𝑠𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙  𝑠𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙  𝑠𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙
aP = = − 2 A sin(t − kx) = − 2 y P simpul
= (𝑛 + 2) = (𝑛 + 1) = (𝑛 + 1)
dt pada fn
Jumlah
 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑡  𝑝𝑒𝑟𝑢𝑡  𝑝𝑒𝑟𝑢𝑡
perut
= (𝑛 + 1) = (𝑛 + 2) = (𝑛 + 1)
B.4. Sudut Fase (), Fase () dan Beda Fase () pada fn
t x t x x Keterangan :
 P = t − kx = 2 ( − ) P = −  = F = gaya tegangan pada dawai (N)
T  T  
 = m/L= massa per satuan panjang (kg/m)
Dimana : t = waktu getar (s)  = massa jenis dawai (kg/m3)
T = periode (s) A = luas penampang dawai (m2)
x = jarak antar dua titik (m) f0 = frekuensi nada dasar (harmonik pertama) ; n = 0
 = panjang gelombang (m) f1 = frekuensi nada atas pertama (harmonik kedua) ; n = 1
f2 = frekuensi nada atas kedua (harmonik ketiga) ; n = 2
L = panjang dawai atau panjang pipa organa (m)
B.5. Cepat Rambat Gelombang

v=
k
1 PS2 Pascal Study Square | Astina 35b (Dursasana depan Pasar Pamoyanan) | 0812-2020-2525
RANGKUMAN RUMUS Fisika Kelas XII SMA

G. ENERGI , INTENSITAS DAN TARAF INTENSITAS GELOMBANG


BUNYI D. KISI DIFRAKSI
F.1. Energi Gelombang 1
• Tetapan kisi : d =
E = 12 kA2 = 12 m 2 A2 = 2 2 mf 2 A2 N
E = energi gelombang (Joule) • Garis terang kisi difraksi terjadi jika : d sin  = (2n ) 12 
k = tetapan gaya (N/m) n = 1, 2, 3, ...
m = massa (kg) n = 0 untuk pita terang pusat
A = amplitudo gelombang (m) y
• Untuk sudut  kecil (kurang dari 10) sin  = tan =
F.2. Intensitas Gelombang L
P P I 2 r1 2 sehingga :
I= = = Jarak pita terang ke-n dari titik tengah terang pusat adalah :
A 4r 2 I 1 r2 2
y
I = intensitas bunyi (W/m2) d n = (2n) 12 
P = daya gelombang (W) L
r1 = jarak sumber bunyi ke posisi 1 (m)
r2 = jarak sumber bunyi ke posisi 2 (m) B. DIFRAKSI CAHAYA
F.3. Taraf Intensitas Bunyi B.1. Difraksi Celah Tunggal
I Untuk difraksi celah tunggal yang kita amati adalah pita gelap.
TI = 10 log • Pita gelap ke-n terjadi jika : d sin  = (2n ) 12 
Io
y
TI = taraf intensitas (desibel = dB) • Untuk sudut  kecil (kurang dari 10) sin  = tan =
L
I0 = intensitas ambang pendengaran = 10−12 W/m2
• TI oleh n sumber bunyi yang sama : sehingga :
Jarak pita gelap ke-n dari terang pusat adalah :
TI 2 = TI1 + 10 log n
y
• TI apabila jarak sumber bunyi diubah dari r 1 menjadi r2 : d n = (2n) 12 
L
r
TI 2 = TI 1 − 20 log 2 L
r1 • Lebar pita terang pusat : y =
d
dimana :
G. APLIKASI GELOMBANG BUNYI d = lebar celah (m)
• Kacamata tunanetra  = sudut simpang (deviasi)
• Mengukur kedalaman laut  = panjang gelombang (m)
• Mendeteksi retak-retak pada struktur logam yn = jarak pita gelap ke-n dari terang pusat (m)
• Mencuci benda dengan gelombang ultrasonik L = jarak celah tunggal ke layar (m)
• Survei geofisika n = orde = 1, 2, 3, ...
• Kamera dan perlengkapan mobil
• USG (ultrasonografi) Ringkasan Gelombang Elektromagnetik
• Menggunakan efek Doppler untuk mengukur laju aliran Interferensi Difraksi
darah Celah Ganda Kisi Difraksi Celah Tunggal
Young d = N1
C. INTERFERENSI CAHAYA
Terang ke-2 Gelap ke-2
C.1. Interferensi Celah Ganda Young Gelap ke-2 Terang ke-2
y y
• Interferensi maksimum yang menghasilkan pita terang Terang ke-1 Gelap ke-1
y y
terjadi jika : Pola yang Gelap ke-1 Terang ke-1 Lebar
Terang Pusat pita
Terang Pusat
d sin  = (2n ) 12  ; n = 1, 2, 3, ... teramati pada
terang
layar Gelap ke-1 Terang ke-1
pusat
n = 0 untuk pita terang pusat Terang ke-1 Gelap ke-1
Gelap ke-2
• Interferensi minimum yang menghasilkan pita gelap terjadi Terang ke-2
Terang ke-2 Gelap ke-2
jika :
d sin  = (2n − 1) 12  ; n = 1, 2, 3, ... Pita Terang d sin  = (2n ) 12  d sin  = (2n − 1) 12 
y d sin  = (2n − 1) 12  d sin  = (2n ) 12 
• Untuk sudut  kecil (kurang dari 10) sin  = tan = Pita Gelap
L y y
Jika  kecil sin  = tan = sin  = tan =
sehingga : L L
(<10)
Jarak pita terang ke-n dari titik tengah terang pusat adalah :
Jarak antar pita
y terang dan pita L L
d n = (2n) 12  ; n = 1, 2, 3, ... y = y =
L gelap yang 2d 2d
Jarak pita gelap ke-n dari titik tengah terang pusat adalah : berdekatan

y
d n = (2n − 1) 12  ; n = 1, 2, 3, ... E. POLARISASI CAHAYA
L • Polarisasi adalah terserapnya sebagian arah getar cahaya.
• Jarak antara pita terang dan pita gelap berdekatan adalah : • Empat cara memperoleh cahaya terpolarisasi :
L 1. penyerapan selektif
y =
2d 2. pemantulan

2 PS2 Pascal Study Square | Astina 35b (Dursasana depan Pasar Pamoyanan) | 0812-2020-2525
RANGKUMAN RUMUS Fisika Kelas XII SMA

3. pembiasan ganda B.2.2. Teropong Cermin/Pantul


4. hamburan f
• Pada sistem polarisator-analisator, polarisator berfungsi  = ob
f ok
menghasilkan cahaya terpolarisasi linear dari cahaya alami
dimana : fob = jarak fokus cermin cekung
sedang analisator berfungsi mengurangi intensitas cahaya.
fok = jarak fokus lensa okuler
Jika intensitas cahaya alami Io, maka intensitas cahaya
setelah melewati polarisator adalah I 1 = 12 I o , sedangkan B.2.3. Teropong Bumi
intensitas cahaya yang diteruskan oleh analisator adalah • Mata normal tanpa akomodasi : s’ok = − PR
I 2 = I1 cos2  = 12 I o cos2  dengan  adalah sudut antara s' ok = − PR
s'
 = ob L = s 'ob +4 f p + f ok
sumbu transmisi polarisator dan analisator. f ok
• Jika sudut antara sinar pantul dan bias sama dengan 90
maka sinar pantul akan terpolarisasi sempurna (hanya • Mata berakomodasi maksimum :
memiliki satu arah getar). Sudut polarisasi atau sudut s'
s' ok = − PP  = ob L = s 'ob +4 f p + sok
Brewster (ip) adalah sudut datang yang menghasilkan sinar sok
pantul yang terpolarisasi sempurna.
sin i p n 2 n
i p + r = 90  → = → tan i p = bahan
sin r n1 nmedium

A. MIKROSKOP
A.1.Bagian Mikroskop dan Sifat Bayangan
• Terdiri atas dua lensa cembung. Yang dekat dengan
benda disebut lensa objektif (fob) dan yang dengan mata
disebut lensa okuler (fok). fob < fok
• Sifat bayangan : maya, terbalik dan diperbesar
• Lensa okuler berfungsi seperti lup, jadi rumus yang
berlaku untuk lensa okuler sama seperti lup.
A.2. Rumus untuk Mikroskop :
• Rumus Umum :
s' 𝑃𝑃
M ob = ob 𝑀𝑜𝑘 = 𝑀 = 𝑀𝑜𝑏 × 𝑀𝑜𝑘 L = s'ob + sok
s ob 𝑠𝑜𝑘

M = perbesaran total ; L = panjang mikroskop


• Untuk mata berakomodasi maksimum :
 s'  PP 
s' ok = − PP M =  ob  + 1 L = s'ob + sok
 s ob  f ok 
• Untuk mata tidak berakomodasi :
 s'  PP PP 
s' ok = − PR M =  ob  +  L = s' ob + s ok

 s ob  f ok PR 
Jika mata normal (PR = ) →
 s'  PP 
M =  ob  
 L = s' ob + f ok
 s ob  f ok 
• Untuk mata berakomodasi pada jarak x :
 s'  PP PP 
s' ok = − x M =  ob  +  L = s'ob +sok
 s ob  f ok x 

B. TEROPONG
B.1. Bagian Mikroskop dan Rumus Umum
• Terdiri atas dua lensa cembung. Yang dekat dengan
benda disebut lensa objektif (fob) dan yang dengan mata
disebut lensa okuler (fok). fob > fok
𝑠'
• Rumus Umum : 𝑀 = 𝑜𝑏 L = s'ob + sok
𝑠𝑜𝑘
B.2. Jenis-jenis Teropong
B.2.1. Teropong Bintang
• Mata normal tanpa akomodasi :
𝑓
s' ok = − PR 𝑀 = 𝑜𝑏 L = fob + fok
𝑓𝑜𝑘
• Akomodasi maksimum :
𝑓
s' ok = − PP 𝑀 = 𝑜𝑏 L = fob + sok
𝑠𝑜𝑘

3 PS2 Pascal Study Square | Astina 35b (Dursasana depan Pasar Pamoyanan) | 0812-2020-2525
RANGKUMAN RUMUS Fisika Kelas XII SMA

A. HUKUM COULOMB  Cari besarnya EP atau V oleh masing-masing muatan sumber,


qq 1 1 tanda muatan harus dimasukkan ke dalam perhitungan.
F = k 1 22 Fbahan =  Fudara k=  Hitung resultannya dengan cara menjumlahkan seluruh nilai EP
r r 4 o
atau V.
F = gaya listrik/Coulomb (N)
atau dengan rumus berikut ini :
q1,q2 = muatan masing-masing partikel (C)
= tetapan, untuk ruang hampa/udara = 9109 Nm2C−2 qq qq q q 
k EPtotal = k  1 2 + 1 3 + ... + m n 

r = jarak antara kedua muatan (m)  12
r r13 rmn 
o = permitivitas ruang hampa/udara = 8,8510-12 C2/Nm2
q q q 
r = permitivitas relatif bahan Vtotal = k  1 + 2 + ... + n 
 r1 r2 rn 
Arah gaya Coulomb pada dua buah muatan listrik.
E. HUKUM GAUSS
F12 r F21 F12 r F21F12 r F21 F12 r F21
++ + - -− + - - + q
q1 q2 q1 q2 q1 q2 q1 q2  = EA cos =
o
 = fluks listrik (Vm) = jumlah garis gaya yang menembus
B. KUAT MEDAN LISTRIK
bidang
q
E=k 2 F = q.E E = kuat medan listrik (N/C)
r A = luas permukaan yang ditembus oleh medan listrik (m 2)
E = kuat medan listrik (N/C atau V/m)  = sudut yang dibentuk oleh E dengan normal A
F = gaya listrik/Coulomb yang dialami muatan q (N)
q = muatan sumber titik (C) F. KEPING KONDUKTOR SEJAJAR YANG BERMUATAN
q’ = muatan uji (C) q  A B
r = jarak dari muatan sumber (m) = E= E
A o + −
+ −
Arah medan listrik pada titik P (muatan uji q’) : + −
di antara kedua keping ( r  d ) : V = E r + −
P E E P di luar keping ( r  d ) :V = E d
+ r − r + −
d
q q + −
Catatan :  = rapat muatan keping (C/m2) V
Gaya Coulomb dan Kuat Medan Listrik merupakan besaran q = muatan keping (C)
vektor. Maka untuk mencari besarnya gaya coulomb dan kuat A = luas setiap keping (m2)
medan listrik oleh beberapa muatan sumber dilakukan langkah r = jarak terhadap keping B (acuan)
sebagai berikut :
 Gambarkan arahnya G. BOLA KONDUKTOR BERMUATAN
 Cari besarnya, tanda muatan tidak usah dimasukkan ke dalam di dalam bola ( r  R ) : E =0 ; V =k
q
perhitungan. R
 Hitung resultannya dengan rumus vektor atau dengan metode q q
di kulit dan di luar bola ( r  R ) : E = k ; V =k
analitis vektor r2 r

C. ENERGI POTENSIAL LISTRIK H. HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK DALAM MEDAN


qq' LISTRIK
EP = k
r EP1 + EK1 = EP2 + EK2 atau qV1 + 12 mv12 = qV2 + 12 mv2 2
EP = energi potensial muatan uji q’ (Joule)
q’ = muatan uji (C)
q = muatan sumber (C)
r = jarak muatan uji ke muatan sumber (m)

D. POTENSIAL LISTRIK
q
V =k Ep = q'.V
r
V = potensial listrik pada jarak r dari muatan sumber (volt)
q = muatan sumber (C)
r = jarak terhadap muatan sumber (m)

Usaha untuk memindahkan muatan uji q’ dari titik 1 ke titik 2:


W12 = EP2 − EP1 = q' (V2 − V1 ) = q'.V

Catatan :
Energi Potensial Listrik ,dan Potensial Listrik merupakan
besaran skalar. Maka untuk mencari besarnya energi potensial
listrik dan potensial listrik oleh beberapa muatan sumber
dilakukan langkah sebagai berikut :

4 PS2 Pascal Study Square | Astina 35b (Dursasana depan Pasar Pamoyanan) | 0812-2020-2525
RANGKUMAN RUMUS Fisika Kelas XII SMA

A. KEGUNAAN KAPASITOR Karena tidak ada muatan yang hilang selama penggabungan,
Dalam rangkaian listrik, penggunaan kapasitor adalah : maka :
(1) untuk mencari gelombang radio muatan total sebelum digabung = muatan total setelah
(2) sebagai salah satu komponen dalam sistem pengapian mobil digabung
(3) sebagai filter dalam catu daya (power supply) q1 + q2
q1 + q2 = q1' + q2 ' V gab =
(4) sebagai penyimpan energi dalam rangkaian penyala C1 + C 2
elektronik q1,q2 = muatan bola 1 dan 2 sebelum digabungkan (C)
q1’,q2’ = muatan bola1 dan 2 setelah digabungkan (C)
B. KAPASITAS KAPASITOR KEPING SEJAJAR C1,C2 = kapasitas bola 1 dan 2 (F)
Kapasitas suatu kapasitor keping sejajar : Vgab= beda potensial gabungan (volt)
 Tidak bergantung pada beda potensial V maupun muatan q
 Berbanding lurus dengan luas keping (A) dan permitivitas E. ENERGI YANG TERSIMPAN DI DALAM KAPASITOR
dielektrik (), tetapi berbanding terbalik dengan jarak keping
q q2
(d) C= W = 12 qV = 12 CV 2 = 1
2
V C
 r o A
C= W = energi yang tersimpan dalam kapasitor (Joule)
d
q = muatan yang tersimpan pada kapasitor (C)
Jika ruang di antara kedua keping kapasitor adalah vakum atau
V = beda potensial kapasitor (volt)
udara, besarnya kapasitas adalah :
C = kapasitas kapasitor (F)
o A C
Co = r =
d Co
F. HUBUNGAN KAPASITOR
C = kapasitas kapasitor (F) Hubungan Seri :
r = permitivitas relatif bahan dielektrik > 1 Pada hubungan seri, muatan tiap kapasitor sama, yaitu sama
o = permitivitas vakum/udara = 8,8510-12 C2/Nm2 dengan muatan kapasitor penggantinya. Bertindak sebagai
A = luas keping (m2) pembagi tegangan.
d = jarak antara keping (m) qseri = q = q1 = q2 = q3 = ... = qn Vseri = V1 + V2 + V3 + ... + Vn
Co = kapasitas kapasitor jika ruang diantara keping adalah
vakum/udara (F)
1 1 1 1 1 1 1 1
= + + + ... + V1 : V2 : V3 = : :
C seri C1 C 2 C3 Cn C1 C 2 C3
C. KAPASITAS KAPASITOR BOLA
Hubungan Pararel :
R
C= Pada hubungan pararel, beda potensial tiap kapasitor sama,
k
yaitu sama dengan beda potensial kapasitor penggantinya.
Jika ke dalam kapasitor bola dimasukkan bahan dielektrik
Bertindak sebagai pembagi muatan.
dengan permitivitas relatif r, maka :
V pararel = V = V1 = V2 = V3 = ... = Vn
R
C = r
k q pararel = q1 + q2 + q3 + ... + qn
C = kapasitas kapasitor (F)
R = jari-jari bola (m) C pararel = C1 + C 2 + C3 + ... + C n q1 : q2 : q3 = C1 : C2 : C3
k = tetapan, untuk ruang hampa/udara = 9109 Nm2C−2

D. KAPASITOR BOLA GABUNGAN


Untuk menggabungkan kapasitor bola, biasanya dilakukan :
(1) dengan cara menyentuhkan (Gambar a)
(2) dengan cara menghubungkan dengan kawat halus (Gambar
b)

R1 R2 R1 R2

C2, q2 C2, q2
C1, q1 C1, q1
Gambar a Gambar b

5 PS2 Pascal Study Square | Astina 35b (Dursasana depan Pasar Pamoyanan) | 0812-2020-2525
RANGKUMAN RUMUS Fisika Kelas XII SMA

A. HUKUM BIOT-SAVART F.3. Gaya Lorentz pada partikel bermuatan


 I dl sin  mv
dB = o F = B.q.v. sin  R=
4 r2 Bq
F = gaya Lorentz (N)
B. INDUKSI MAGNETIK DI SEKITAR PENGHANTAR LURUS I = arus (A)
BERARUS P B L = panjang kawat (m)
 = sudut antara I&B atau v&B
a v = kecepatan (m/s)
  q = muatan (C)
R = jari-jari lintasan partikel (m)
I m = massa partikel (kg)

B.1. Rumus Umum (Kawat pendek) :


 I
B = o (cos + cos  )
4a
B.2. Jika kawatnya sangat panjang ( = 0o dan  = 0o), rumusnya
menjadi :
 I
B= o
2a
B = induksi magnet (Wb/m2=T)
o = 4x10-7 Wb/A.m
I = arus listrik (A)
a = jarak titik dari kawat (m)

C. INDUKSI MAGNETIK YANG DITIMBULKAN OLEH


PENGHANTAR MELINGKAR BERARUS P
C.1. Di pusat lingkaran (titik O) : B
o I 
B= r
2a
C.2. Di titik P (diatas pusat lingkaran):
 I
B = o sin 3  a O
2a
I
D. INDUKSI MAGNETIK DI SOLENOIDA
D.1. Di pusat solenoida :
 .I .N
B= o
L
D.2. Di ujung solenoida :
 .I .N
B= o
2L
N = banyak lilitan
L = panjang solenoida (m)
Kedua rumus diatas berlaku untuk solenoida yang panjangnya
(L) jauh lebih besar dari jari-jarinya (a). Jika tidak, maka induksi
di titik P di dalam solenoida ditentukan dengan rumus:
 .I .N
B= o (cos + cos  )
2L

E. INDUKSI MAGNETIK DI SUMBU TOROIDA


 I .N
B= o
2a
a = jari-jari efektif toroida (m)

F. GAYA LORENTZ
F.1. Gaya Lorentz pada kawat berarus
F = B.I .L. sin 
F.2. Gaya Lorentz antara dua kawat berarus
F  o I1 I 2
=
L 2a

6 PS2 Pascal Study Square | Astina 35b (Dursasana depan Pasar Pamoyanan) | 0812-2020-2525
RANGKUMAN RUMUS Fisika Kelas XII SMA

A. GAYA GERAK LISTRIK (GGL) INDUKASI Menurut hukum Faraday 𝜀 = 𝑁𝐴𝐵 𝜔 sin 𝜔𝑡 = 𝜀𝑚 sin 𝜔𝑡
A.1. Fluks Magnetik dengan :
Untuk menyatakan kuat medan magnetik digunakan induksi  = GGL induksi (volt)
magnetik. Induksi Magnetik (B) adalah ukuran kerapatan m = GGL induksi maksimum (volt)
garis – garis medan. Dengan demikian dapat didefinisikan N = jumlah lilitan
bahwa fluks magnetik () adalah banyaknya garis medan A = luas bidang kumparan (m2 )
magnetik yang dilingkupi oleh suatu luas daerah tertentu (A)  = kecepatan sudut (rad/s)
dalam arah tegak lurus. t = waktu (sekon)
 = AB⊥ = AB cos 
Dalam bentuk vektor, persamaan di atas dapat dinyatakan B. GGL INDUKSI DIRI
dengan perkalian titik, yaitu : B.1. GGL Induksi Diri pada Kumparan
𝑑𝐼
 = A B 𝜀 = −𝐿 dengan L adalah induktansi diri, satuannya henry (H)
𝑑𝑡
Δ𝑙 𝐼2− 𝐼1
𝜀 = −𝐿 = −𝐿 ( ) dengan :
A.2. Hukum Faraday Δ𝑡 𝑡2 −𝑡1
I2 = kuat arus yang melampui kumparan pada keadaan akhir (A)

 = −N I1 = kuat arus yang melalui kumparan pada keadaan awal (A)
t
t = t2 – t1 = selang waktu perubahan kuat arus (s)
Jika perubahan fluks magnetik terjadi dalam waktu singkat,
 d
maka  = − N lim = −N dengan : B.2. Induktansi Diri Solenoida dan Toroida
t t dt

 = GGL Induksi antara ujung – ujung penghantar (volt = V) L=N
I
N = banyak lilitan kumparan
dengan : L = indukstansi diri (H)
 = perubahan fluks magnetik (Wb) N = banyak lilitan
t = selang waktu untuk perubahan fluks magnetik (s)  = fluks magnetik (Wb)
d I = kuat arus yang melalui kumparan (A)
= turunan pertama fungsi fluks magnetik terhadap waktu
dt
0 N 2 A
L=
I
A.3. Hukum Lenz
Bunyi hukum Lenz : Jika GGL induksi timbul pada suatu Dengan :
rangkaian, maka arah arus induksi yang dihasilkan mempunyai L = induktansi diri solenoida atau toroida (H)
arah sedemikian rupa sehingga menimbulkan medan magnet 0 = permeabilitas vakum/udara (4π x 10-7 Wb A-1 m-1 )
induksi yang menentang perubahan medan magnet (arus N = banyak lilitan
induksi berusaha mempertahankan fluks magnet totalnya l = panjang solenoida atau toroida (m)
konstan)  = r 0

A.4. Beberapa Faktor yang dapat mengakibatkan perubahan  N2A


fluks magnetik Lb = = mr L0
l
Fluks magnetik memenuhi hubungan  = AB cos . Dengan
Dengan :
demikian perubahan fluks magnetik  atau d dapat
Lb = induktansi solenoida/toroida dengan bahan/inti (H)
disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
L0 = induktansi solenoida/toroida tanpa inti (H)
• perubahan luas bidang kumparan A
 = B l V , berlaku untuk B tegak lurus v. Apabila B dan v B.3. Energi yang tersimpan dalam induktor
membentuk sudut , maka :  = B l V sin  1 2
W= LI
• perubahan besar induksi magnetik B 2
 = − NA
dB Rapat Energi dalam bentuk medan magnetik
dt B2
U =
Persamaan untuk transformator :
Vs
=
Ns
dengan : 2 0
Vp Np
Vs = tegangan sekunder atau sisi beban (V) C. INDUKTANSI SILANG
Vp = tegangan primer atau sisi sumber (V) d1 dI
Ns = jumlah lilitan kumparan sekunder  2 = − N2 = −M 1
dt dt
Np = jumlah lilitan kumparan primer d 2 dI2
𝑃𝑠  2 = − N2 = −M
Jika efisiensi trafo adalah , dapat ditulis 𝜇 = × 100% dt dt
𝑃𝑝
Mengingat daya sekunder Ps = Vs Is dan daya primer Pp = V p Ip
𝐼𝑠 𝑁𝑝 − 2 −1
maka perbandingan arus pada trafo adalah =𝜇 dengan : M= =
𝐼𝑝 𝑁𝑠 I1 / t I 2 / t
Ip = kuat arus pada kumparan primer (A)
Is = kuat arus pada kumparan sekunder (A)
𝑁𝑝 N 21 N1 2 0 N1N 2 A
Khusus untuk trafo ideal ( = 100%), berlaku :
𝐼𝑠
= M= atau M= atau M=
𝐼𝑝 𝑁𝑠 I2 I2 l
• perubahan sudut antara arah B dengan arah normal bidang n.
∅ = 𝐴𝐵 𝑐𝑜𝑠∅ = 𝐴𝐵 cos 𝜔𝑡
𝑑∅ 𝑑
Sehingga = (𝐴𝐵 cos 𝜔𝑡 ) = −𝐴𝐵 𝜔 sin 𝜔𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
7 PS2 Pascal Study Square | Astina 35b (Dursasana depan Pasar Pamoyanan) | 0812-2020-2525
RANGKUMAN RUMUS Fisika Kelas XII SMA

1. Arus Listrik
Kuat arus listrik I didefinisikan sebagai besar muatan listrik q 8. Voltmeter
yang mengalir setiap satuan waktu t Agar voltmeter dapat digunakan untuk mengukur tegangan
qI = arus listrik (A) yang besar, dibutuhkan resistor seri (RS) yang dipasang seri
I=
q n = q = muatan listrik (C) dengan galvanometer.
t q e
n = banyak elektron V V
qe = muatan elektron = 1,6.10-19 C RS = (n − 1) RG dimana n = =
VG I G .RG
2. Hukum Ohm dan Hambatan Listrik
a. Hukum Ohm : V = I .R 9. Gaya gerak listrik  dan tegangan jepit Vab

Grafik V terhadap I : Grafik I terhadap V : I= Vab =  − I .r Vab = I .R
V R+r
V

10. Sumber tegangan disusun seri


R = tan  R = cot 
• ggl pengganti seri :  s =  1 +  2 +  3 + ...
 
I I • hambatan dalam pengganti : rs = r1 + r2 + r3 + ...
b. Hambatan Listrik
L • untuk n sumber tegangan identik :  s = n. rs = n.r
R= R = Ro (1 +  .T )
A
R = hambatan listrik () 11. Sumber tegangan disusun pararel
 = hambat jenis kawat (m) a. Untuk sumber tegangan yang identik :
L = panjang kawat (m) • ggl pengganti pararel :  p = 
A = luas penampang kawat (m2) r
 = koefisien muai panjang kawat • hambatan dalam pengganti : r p =
n
b. Untuk sumber tegangan yang tidak identik, hubungan
3. Hukum I Kirchhoff
tersebut tidak berlaku, hubungan ini dapat diperoleh
 I masuk =  I keluar dengan menerapkan hukum II Kirchhoff.

4. Rangkaian Seri 12. Hukum II Kirchhoff


Rs = R1 + R2 + R3 + ...   +  I.R = 0
• Susunan seri bertujuan untuk memperbesar hambatan Tegangan antara dua titik ( misalnya a dan b) dalam suatu
suatu rangkaian dan membagi tegangan. Vab =  +  I.R
• Kuat arus yang melalui tiap komponen sama : rangkaian listrik adalah :
I1 = I 2 = I 3 = ... = I s
13. Jenis-jenis elemen
• Susunan seri berfungsi sebagai pembagi tegangan : • Elemen primer : elemen Volta dan elemen kering
V1 : V2 : V3 :  = R1 : R2 : R3 :  • Elemen sekunder : sel akumulator timbal, sel nikel-
kadmium dan sel bahan bakar
5. Rangkaian Pararel
1 1 1 1 14.Daya dan Energi Listrik
= + + + ...
Rp R1 R2 R3 V2 V2
P = V .I = I 2 R = W = P.t = V .I .t = I 2 R.t = t
• Susunan pararel bertujuan untuk memperkecil R R
hambatan suatu rangkaian dan membagi arus. Daya sebenarnya jika suatu alat dipasang pada tegangan yang
• Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama : berbeda dengan spesifikasi alat tersebut :
V1 = V2 = V3 = ... = V p V 
2

P2 =  2  P1
• Susunan pararel berfungsi sebagai pembagi arus :  V1 
1 1 1
I1 : I 2 : I 3 :  = : : : Di dalam rangkaian listrik, peralatan diwakili oleh hambatannya
R1 R2 R3 yang dapa ditentukan dari hubungan :
V2
6. Jembatan Wheatstone R=
P
R1  R4 = R2  R3
15. Rumus tambahan
7. Amperemeter 1. Kalor (Q) : Q = m.c.T
Agar amperemeter dapat digunakan untuk mengukur kuat arus 2. Energi kinetik : Ek = ½m.v2
yang besar, dibutuhkan resistor shunt (Rsh) yang dipasang 3. Energi potensial : Ep = m.g.h
pararel dengan galvanometer. 4. 1 kWh = 1000 Wh = 3,6 x 106 J
R I
Rsh = G dimana n =
n −1 IG 16. Untuk kasus lampu yang disusun seri maupun pararel, berlaku
hubungan :

8 PS2 Pascal Study Square | Astina 35b (Dursasana depan Pasar Pamoyanan) | 0812-2020-2525
RANGKUMAN RUMUS Fisika Kelas XII SMA

1 1 1 hf h
= + + ... Ppararel = P1 + P2 + ... • momentum (p) : p = =
Pseri P1 P2 c 
dengan syarat : • panjang gelombang foton setelah tumbukan (’):
• dipasang pada sumber tegangan yang sama dengan h
 '− = (1 − cos )
tegangan spesifikasi lampu. mc
• hambatan dalam sumber tegangan sama dengan nol. h = 6,6310−34 Js
h
• biasa disebut sebagai panjang gelombang Compton
17. Untuk kasus elemen pemanas yang disusun seri mc
maupun pararel h
5. Panjang gelombang de Broglie :  =
1 1 1 mv
t seri = t1 + t 2 + ... = + + ...
t pararel t1 t 2 1. Penjumlahan Kecepatan
dengan t1 dan t2 adalah waktu yang diperlukan untuk Berdasarkan Newton : V AB = V AC + VCB
memanaskan air secara sendiri-sendiri. V AC − V BC
Berdasarkan Relativitas Einstein : V AB =
V .V
BAB 8-TEORI ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK BOLAK-BALIK 1 − AC 2 BC
c
Im Vm
1. Arus dan Tegangan Efektif : I ef = Vef = dimana :
2 2
VAB = kecepatan A menurut B
2. Induktor pada Rangkaian Arus Bolak-balik VAC = kecepatan A menurut C
• Tegangan pada induktor murni mendahului 90o dari arusnya. VCB = kecepatan C menurut B
• Reaktansi Induktif ( XL) : X L = .L = 2fL Ingat : VAB = −VBA
1
3. Kapasitor pada Rangkaian Arus Bolak-balik 2. Tetapan Tranformasi :  =
• Tegangan pada induktor murni terlambat 90o dari arusnya. v2
1−
1 1 c2
• Reaktansi Kapasitif ( XC) : X C = =
C 2fC Lo
3. Kontraksi Panjang : L =
4. Rangkaian Seri RLC 
dimana :
• Tegangan ( V ) : V = VR + (VL − VC )
2 2
L = panjang benda bergerak yang diamati oleh kerangka diam
VL − VC Lo = panjang benda sebenarnya
• Beda fase antara arus dengan tegangan () : tan  = 4. Dilatasi Waktu : t = t o .
VR
dimana :
X L − XC R t = selang waktu yang diukur oleh pengamat yang bergerak terhadap
atau tan  = atau cos =
R Z kejadian
to = selang waktu yang diukur oleh pengamat yang diam terhadap kejadian
• Impedansi Rangkaian (Z) : Z = R 2 + ( X L − X C )2 5. Massa, Momentum dan Energi Relativistik
5. Sifat Rangkaian Massa relativistik : m = mo .
• Rangkaian bersifat induktif jika XL > XC , tegangan Momentum relativistik : p = mo .v.
mendahului arus sebesar 
• Rangkaian bersifat kapasitif jika XL < XC , tegangan tertinggal Energi diam : Eo = mo c
2
dari arus sebesar 
• Rangkaian bersifat resistif jika XL = XC , arus sefase dengan Energi total : E = mc = mo c
2 2
 =  .Eo
tegangan & disebut juga rangkaian dalam keadaan resonansi.
Energi kinetik : Ek = E − Eo = ( − 1) Eo
6. Resonansi
Hubungan energi dan momentum relativistik :
1 1
Syarat : XL = XC → f r = E 2 = Eo 2 + p 2 c 2
2 LC
Akibatnya :
• impedansi rangkaian menjadi minimum → Z = R
• kuat arus rangkaian menjadi maksimum → I = V/R
7. Daya pada Rangkaian Arus Bolak-balik
• Daya (P) : P = Vef I ef cos = I R
2

R VR
• Faktor daya (cos ) : cos = =
Z V

Q
1. Radiasi Benda Hitam : P = = eAT 4
t
 = 5,6710−8 W/m2K4
2. Hukum Pergeseran Wien : max .T = 2,898  10 −3
3. Efek Fotolistrik : EK max = hf − Wo EK max = eVo
dimana : Wo = h.fo = fungsi kerja (Joule)
Vo = potensial stop/henti (volt)
e = muatan elektron = 1,610−19 C
4. Efek Comptom (Hamburan Foton)

9 PS2 Pascal Study Square | Astina 35b (Dursasana depan Pasar Pamoyanan) | 0812-2020-2525

Anda mungkin juga menyukai