1. Pasien yang menggunakan alat bantu apa jika terkena osteoporosis : Tongkat, walker,
rollator
2. Tujuan PHBS : Menjadikan sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan
agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari-hari dengan tujuan hidup bersih dan
sehat
3. Eutanasia yang memperbolehkan : agama Hindu, Shinto, jainisme
4. Triase pasien bencana : bahwa dengan sumber daya minimal dapat menyelamatkan korban
sebanyak mungkin
5. Masker yang dipakai di IGD saat pandemic : N95
6. Contoh phbs PAUD : 1. Mencuci tangan pakai sabun, 2. BAB dan BAK di jamban, 3.
Membuang sampah pada tempatnya, 4. Minum air yang layak konsumsi
7. Alasan tidak di suction pada bayi : hipoksia
8. PHBS Keluarga : 1. Persalinan dittolong oleh Nakes, 2. Bayi mendapat asi eksklusif, 3.
Menimbang bayi dan balita, 4. Menggunakan air bersih, 5. Mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun, 6. Menggunakan jamban sehat, 7. Memberantas jentik di rumah, 8. Makan buah
sayur setiap hari, 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, 10. Tidak merokok di rumah
9. Berapa jam bayi bias keluar bila px datang dengan pembukaan 6 : tergantung G berapa kalau
anak pertama atau G1 (Kehamilan pertama jika pembukaan aktif maka satu jam normal nya
pembukaan 1 cm, kalau G2 ( kehamilan ke 2 dan seterusnya berarti dalam jarak 1 jam
pembukaannya 2 cm, jadi umpama yang ditanyakan pasien datang sudah buka 6, dan G2
maka diperkirakan bayi akan lahir
10. Macam-macam triase : 1. Merah : mengancam jiwa jika tidak ditangani, 2. Kuning : bias
menunggu tapi tetap ditangani, 3. Hijau : masih bias berjalan, 4 hitam : meninggal ( lebih
lengkap nya lihat di materi )
TUJUAN:
Tujuan triase pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat
menyelamatkan korban sebanyak mungkin.
KEBIJAKAN:
1. Memilah korban berdasar:
a. Beratnya cidera
b. Besarnya kemungkinan untuk hidup
c. Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan tindakan
2. Triase tidak disertai tindakan
3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus dilakukan
sesegera mungkin.
PROSEDUR:
1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan derajat kegawatannya. Oleh paramedis yang terlatih / dokter.
3. Namun bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna :
Segera- Immediate (I)- MERAH. Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang
kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax,
distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal vasa besar dsb.
Tunda-Delayed (II)-KUNING. Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada
ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada
ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas="" permukaan="" tubuh=""
dsb="" br="">
Minimal (III)-HIJAU. Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri
sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar
superfisial.
Expextant (0)-HITAM. Pasien menglami cedera mematikan dan akan meninggal meski
mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan
organ vital, dsb.
Macam macam dehidrasi yang tergolong ringan akan kehilangan cairan tubuh sekitar 5% dari
total berat badan.
Dehidrasi Sedang
Ciri-ciri dehidrasi yang sudah cukup parah atau termasuk dehidrasi sedang adalah
detak jantung meningkat dan terasa berdebar kencang.
Tidak hanya itu, tubuh juga akan terasa lemas serta air seni kuning/coklat pekat dengan
jumlah yang sedikit.
Macam macam dehidrasi yang tergolong sedang biasanya akan kehilangan cairan tubuh
sekitar 5-10% dari berat badan.
Dehidrasi Berat
Dehidrasi berat adalah tingkat terparah dari macam macam dehidrasi yang ada.
Dehidrasi berat menyebabkan seseorang kehilangan cairan diatas 10% dari total berat badan.
Ciri-ciri dehidrasi berat adalah kram otot, lidah membengkak, tubuh menjadi tidak berdaya
dan kehilangan kesadaran atau pingsan.
17. Indeks Ketz : Instrumen penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan fungsional
sebagai pengukuran kemampuan klien untuk melakukan kegiatan secara mandiri
Skala yang ditetapkan Katz Index dalam ADL terdiri dari dua kategori yaitu
kemandirian tinggi (index A, B, C, D) dan kemandirian renda (E, F dan G).
Indeks Katz A yaitu kemandirian dalam 6 aktivitas yaitu makan, kontinen, berpindah,
kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
Katz Index B yaitu kemandirian dalam 5 aktivitas.
Katz Index C yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan.
Katz Index D yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu
fungsi tambahan.
Katz Index E yaitu kemandiri dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, kekamar
kecil dan satu fungsi tambhan.
Katz Index F yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, kekamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
Katz Index G yaitu ketergantungan terhadap keenam fungsi tersebut.
19. Tindakan keperawatan pada pasien diare : cari di intervensi keperawatan pelajari tentang
diare pertanyaannya lingkup luas,,bingung jawabnya takut salah. Tergantung kasus di soal
20. Pencegahan secara primer pasien TBC : Pemberian vaksin BCG pada bayi baru lahir , anak
dibawah 5 tahun
Pencegahan dengan skrining (Active Case Finding ) pada orang dengan resiko HIV ,
PENGGUNA NARKOBA
Pencegahan Sekunder : hindari kontak langsung dengan orang yang mendapat pengobatan
TBC, menutup hidung dan mulut saat bersin, pakai masker, pengawasan langsung saat
minum obat sampai selesai
24. Komunikasi terapeutik : 1. Tatap klien ketika berbicara, 2. Pertahankan kontak mata, 3. Tidak
menyilangkan kaki dan tangan, 4. Hindarkan tindakan yang tidak perlu, 5. Memerlukan
umpan balik, 6. Condongkan tubuh ke arah lawan
a. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari
informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan
oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin
dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
b. Tahap Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.
Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang
telah lalu (Stuart. G. W, 2009). Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi
terbuka.
2. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan)
bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali
kontrak yang telah disepakati bersama.
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang
umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan
terbuka.
4. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien Sangat penting bagi perawat untuk
melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi
hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
c. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,
G. W, 2009). Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk
memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu
perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray, B. & Judith, P, 2011
dalam Suryani, 2010). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat
maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah
disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.
d. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi
dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G. W, 2009).
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal
ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang
berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan
terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses
keperawatan. Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi
objektif). Brammer dan McDonald (2009) menyatakan bahwa meminta klien
untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu
yang sangat berguna pada tahap ini.
2. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut
yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau
dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi
dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.
26.
27. SP KEJIWAAN
30. BB bayi dalam kandungan : Apabila sudah masuk PAP : TFU – 11 X 155, Apabila belum masuk
PAP : TFU – 12 X155
31. Terapi komplementer : jenis jenis nya menurut permenkes RI Nomor 1109/Menkes
/Per/2007
a. intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi,
mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati,
homeopati, aromaterapi, ayurved
c. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu,
osteopati, pijat urut
d. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient,
mikro nutrient
f. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik, EEC
Kepala: 9%
Ekstremitas atas kanan: 9%
Ekstremitas atas kiri: 9%
Dada: 9%
Perut: 9%
Punggung: 18%
Perineum: 1%
Ekstremitas bawah kanan: 18%
Ekstremitas bawah kiri: 18%
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
36. Kebutuhan cairan luka bakar : Rumus Baxter: 4 ml x kg BB x luas luka bakar
Contoh kasus: seorang laki-laki berusia 24 tahun masuk UGD dengan keluhan tersiram air
panas. Hasil pengkajian terdapat luka bakar dengan luas 25%. TD 110/70 mmHg, nadi 100
x/m, frekuensi napas 24 x/m. BB 50 dan TB 160 cm.
Maka kebutuhan cairan yang dibutuhkan penderita tersebut dalam 24 jam dengan rumus
baxter adalah
Pemberian 8 jam pertama adalah 50% dari total kebutuhan cairan sehingga pada 8
jam pertama diberikan 50% x 5.000 = 2.500 ml, sisanya pada 16 jam selanjutnya yakni
25% pada 8 jam kedua dan 25% pada 8 jam ketiga.
38. Hipotermi pada bayi : masalah yang penting yang sering terjadi. Hipotermia
penyebab utama kesakitan dan kematian bayi baru lahir di negara
berkembang, suhu normal bayi : 36,5
42. Posisi pemasangan neck collar : pemasangan neck collar dimulai dengan cara satu tangan
memegang bagian kanan dan kiri kepala mulai dari mandibula kearah temporalis, kemudian
masukkan neck collar perlahan lahan dari bagian belakang leher dan tekuk neck collar pada dagu,
rekatkan dua sisi neck collar satu sama lain
43. PHBS remaja di kampus : PHBS kampus kayaknya sama dengan PHBS SEKOLAH
PHBS Sekolah
44. Komunikasi terapeutik: yang tahapan komunikasi terapeutik udah di bahas di fr fix ke satu. Di
sini akan dibahas teknik teknik komunikasi terapeutiknya
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)
Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti
seluruh
pesan verbal dan nonverbal yang sedang dikomunikasikan.
4. Mengulang (restating/repeating)
Mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien dengan bahasa
perawat.
Teknik ini dapat memberikan makna bahwa perawat memberikan umpan balik
sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi
berlanjut.
5. Klarifikasi (clarification)
Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien.
Teknik ini
digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak jelas, atau tidak mendengar apa
yang
dibicarakan klien. Perawat perlu mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi
dengan
klien. Contoh, “Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan
kegagalan hidup?
6. Memfokuskan (focusing)
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga
lebih
spesifik dan dimengerti.
7. Merefleksikan (reflecting/feedback)
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien.
Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi
lebih
jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
9. Diam (silence)
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi
pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketetapan
waktu.
Diam berarti memberikan kesempatan klien untuk berpikir dan
berpendapat/berbicara.
15. Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
16. Humor
Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan untuk
menjaga
keseimbangan antara ketegangan dan rela
45. Keperawatan paliatif:: Perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan
keluarganya yang memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara
memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu,
selain itu juga melalui pengurangan nyeri, dengan memperhatikan aspek psikologis dan
spiritual pasien
46. langkah surveilens :
57. Diagnosa
Menarik diri ,merasa tdk dianggap itu apa dx = harga diri rendah
58. Tranfusi 15 menit pertama brpa kecepatannya: 10tetes permenit
59. SOP Pemasangan Infus :
a. Perawat cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
b. Memberi motivasi pada pasien dan keluarga, bila keluarga dan
pasien setuju diberikan persetujuan tindakan medik.
c. perawat memakai sarung tangan 4. Perlak dan pengalas dipasang.
d. Memeriksa ulang cairan yang akan diberikan
e. Cairan digantungkan pada standar
f. Tutup botol cairan didesinfeksi dengan kapas alkohol lalu ditusukkan
slang infus, kemudian alirkan sampai udara keluar.
g. Menentukan vena yang akan ditusuk.
h. Disinfeksi area yang akan ditusuk dnegan diameter 5 s/d 10 cm.
i. Menusuk jarum infus/abocath/scalpen pada vena yang telah
ditentukan.
j. Bila berhasil darah akan keluar, maka pembendungan dilepas,
penjepit dilonggarkan untuk melihat kelancaran cairan.
k. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan
plester kemudian mengatur tetesan.
l. Menutup bagian yang ditusuk dengan kasa steril
m. Gunakan spalk bila perlu.
n. Merapikan pasien dan mengatur senyaman mungkin.
o. Memperhatikan reaksi pasien.
p. Mencatat waktu pemasangan, jenis, jumlah tetesan.
q. Alat-alat dibereskan.
r. Perawat cuci tangan.
60. SOP Perawatan Luka :
61. Fungsi Keluarga :
Peran Keluarga :
Tipe Keluarga :
3. Level 3 : Pelindung Mata (Face Shiled), Pelindung Kepala, Masker N95, Gown,
Handscone, Sepatu Karet (boots)
72.
86. Terapi 5 jari.. Utk ibu jari dan kelingking sugesti apa yg harus disampaikan
3. Takikardi brp kali per menit
4. Hitung G.. P.. A.. ini adalah istilah kebidanan, ini biasanya soal kasus. Contoh ibu hamil datang
dengan keluhan nyeri mau melahirkan, sebelumnya tahun 2018 ibu hamil itu melahirkan anak
pertama dan hidup, tahun 2020 ibu itu keguguran saat usia kandungan 4 minggu, bagaimana
menghitung GPA NYA
Istilah G.P.A dalam dunia kebidanan mengarah pada status paritas, dimana G (Gravida)
menunjukkan jumlah kehamilan , P (Paritas) adalah jumlah kelahiran, serta A (Abortus) atau
jumlah keguguran.
JADI JAWABANNYA G3A1P1, mengapa demikian, ibu hamil itu lagi mengalami kehamilan sebanyak 3
kali, yaitu hamil anak pertama, hamil anak kedua tapi gugur, dan hamil saat ini ditulis G1,trus Jumlah
kelahirannya yang masih hidup masih satu yaitu anak pertama aja, yang sekarang kan masih
belum, jadi ditulis P1, trus A1 dari mana dapatanya? Dari pasien pernah abortus satu kali saat
tahun 2020, trus
6.logo obat
8.berapa kali minimal bayi di bawa ke posyandu / ukur berat badannya? jangan ragu lagi
untuk membawa Si Kecil usia 0-5 tahun ke Posyandu secara rutin.Pemeriksaan anak
dan balita sangat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin sekali dalam sebulan ke
Posyandu terdekat.
9. Pasien Parkinson.. Dikasi alat bantu apa.. Salah satu opsi nya..
Nah karena bingung kita bahas semua alat bantu jalan an bisa memikirkan sendiri mana yang tepat
untuk Parkinson, berikut contoh nama alat beserta gambarnya
1. Crutch (Kruk)
Crutch sangat berguna untuk membantu keseimbangan seseorang dan mengurangi beban
pada anggota gerak yang bermasalah. Namun, crutch membutuhkan energi lebih besar dan
butuh kekuatan tangan serta bahu sehingga kurang cocok pada usia lanjut.(1).
Crutch dapat digunakan pada sisi kanan dan kiri ataupun salah satu sisi saja. Penggunaan 1
sisi saja dapat menurunkan beban yang diterima dari anggota gerak yang cedera sebanyak
80%. Sedangkan penggunaan crutches pada dua sisi dapat menurunkan beban tersebut hingga
100%. Namun, perlu diperhatikan juga tinggi kruk, tinggi pegangan, dan kekuatan lingkup
gerak anggota gerak atas seseorang sebelum digunakan.(9).
Terdapat beberapa jenis crutch. Tapi yang paling sering digunakan adalah axillary crutches
(kruk ketiak) dan Lofstrand / forearm crutches.(2,9).
a. Axillary crutch
Crutch tipe ini umumnya lebih murah dibandingkan yang lain. Penggunaan yang kurang tepat
dapat menekan beberapa saraf terutama daerah ketiak dan dapat menyebabkan kompresi
saraf, terutama di bagian ketiak.(1,2,9). Beberapa orang ditemukan sulit koordinasi cara
berjalan dengan crutch. Kekurangan lainnya adalah ukuran dari alat yang cukup besar dan
penggunaan tangan menjadi terbatas.(9).
Keunggulan alat tipe ini adalah tangan lebih leluasa melakukan aktivitas tanpa meletakkan
tongkat dan dapat digunakan lebih nyaman bila menaiki atau menuruni tangga dibandingkan
yang lain.(1,2,9). Selain kekuatan anggota gerak atas, penggunaan alat ini juga membutuhkan
punggung yang seimbang agar menggunakan Lofstrand crutch dengan lebih aman.(9).
Gambar 1. Axillary Crutch.(1).
Gambar 2. Penggunaan Lofstrand Crutch/Forearm Crutch.(1).
2. Walker
Walker merupakan alat bantu jalan yang paling stabil karena ukurannya yang lebih lebar.
Walker juga memberikan kesimbangan yang baik dengan melebarkan alas, membantu
menahan berat seseorang, dan kestabilan bagian samping.(1,2,4). Penggunaan alat ini
sebaiknya dipakai oleh orang dengan kekuatan dan ketahanan kedua tangan dan genggaman
yang baik.
Alat ini memberikan dampak melambatnya kecepatan jalan dari pengguna dan gerakan
menjadi terbatas termasuk menaiki atau menuruni tangga. Walker membutuhkan ruang lebih
dibandingkan alat bantu jalan lain sehingga sulit digunakan di tempat sempit. Karenanya,
pengguna walker membutuhkan perhatian lebih.(1,2,4).
Secara garis besar, walker dapat dibagi menjadi tipe yang beroda dan tidak beroda. Walker
dengan roda empat atau yang disertai dengan tempat duduk memberikan keuntungan
seseorang dapat beristirahat. Walker dengan roda (rolling walker) meringankan beban
seseorang dengan gangguan kekuatan tangan atau mempunyai gangguan
koordinasi/keseimbangan. Sayangnya, walker beroda mempunyai kestabilan lebih rendah
disbanding walker tidak beroda.(1,4).
a. Standard walker
Tipe ini adalah walker paling stabil. Berguna pada orang dengan gangguan keseimbangan
dan koordinasi yang diakibatkan oleh gangguan di otak. Namun, kecepatan berjalan menjadi
menurun karena perlu mengangkat walker terlebih dahulu untuk melangkah. Alat ini juga
sulit digunakan pada orang usia lanjut dengan kelemahan anggota gerak atas.(1,4).
Walker tipe ini dapat memelihara cara berjalan yang lebih normal dibandingkan standard
walker dan cocok digunakan pada seseorang yang berjalan dengan cepat saat penggunaan
standard walker atau kurang kekuatan mengangkat standard walker. Tapi, walker ini kurang
stabil dibandingkan standard walker.(1,2,4). Pada seseorang dengan parkinson, walker ini
membantu mengurangi waktu freezing dari standard walker. Dengan adanya roda, membuat
seseorang yang menggunakan alat ini perlu pengawasan lebih.(1,4).
c. Four-wheeled walker/Rollator
Rollator aman digunakan pada orang yang tidak membutuhkan bantuan untuk mengurangi
beban pada anggota gerak dan dapat berjalan cukup jauh.(2). Meski walker jenis ini nyaman
digunakan, tapi kurang cocok digunakan oleh orang dengan gangguan keseimbangan atau
gangguan kognitif karena dapat menyebabkan jalan tak terarah dan rentan jatuh.
Desain walker ini bervariasi, ada keranjang dan tempat duduknya. Namun saat digunakan
untuk duduk, rem harus dalam keadaan mengunci dan sebaiknya menempel pada dinding.
Karena dapat digunakan untuk istirahat, walker ini berguna pada orang dengan gangguan
pernapasan atau kardiovaskular.(1,2,4)
Pilihan nya
13. Pemeriksaan lab utk pasien susp ginjal apa jawabannya BUN KREATININ
14. terapi yoga
ree pose. Gerakan yoga tree pose adalah pose dasar untuk melatih keseimbangan dan
juga meningkatkan kelenturan tubuh. ...
2. Downward-facing dog. Sumber: Yoga International. ...
3. Cat-cow. ...
4. Mountain pose. ...
Gerakan yoga child's pose.
Artinya cari sendiri ya?
1. Hitung gcs
Mata (eye)
Berikut ini adalah panduan pemeriksaan mata untuk menentukan angka GCS:
Poin 1: mata tidak bereaksi dan tetap terpejam meski telah diberi rangsangan, seperti cubitan pada
mata.
Poin 3: mata terbuka hanya dengan mendengar suara atau dapat mengikuti perintah untuk
membuka mata.
Suara (verbal)
Poin 1: tidak mengeluarkan suara sedikit pun meski sudah dipanggil atau diberi rangsangan.
Poin 3: suara terdengar tidak jelas atau hanya mengeluarkan kata-kata, tetapi bukan kalimat yang
jelas.
Poin 4: suara terdengar dan mampu menjawab pertanyaan, tetapi orang tersebut tampak
kebingungan atau percakapan tidak lancar.
Poin 5: suara terdengar dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan benar serta
sadar penuh terhadap lokasi, lawan bicara, tempat dan waktu
Motorik
Poin 1: tidak mampu menggerakkan tubuhnya sama sekali walau sudah diperintahkan atau diberi
rangsangan nyeri.
Poin 2: hanya dapat mengepalkan jari tangan dan kaki atau meluruskan kaki dan tangan saat diberi
rangsangan nyeri.
Poin 3: hanya mampu menekuk lengan dan memutar bahu saat diberi rangsangan nyeri.
Poin 4: mampu menggerakkan tubuh menjauhi sumber nyeri ketika dirangsang nyeri. Misalnya,
orang tersebut merespons dengan menarik tangannya ketika dicubit.
Poin 5: mampu menggerakkan tubuhnya ketika diberikan rangsangan nyeri dan orang tersebut dapat
menunjukkan lokasi nyeri.
Sebelum membuka sarung tangan, apabila sarung tangan yang dikenakan adalah sarung tangan yang
akan disterilkan ulang, perhatikan apabila sarung tangan terkontaminasi oleh cairan tubuh pasien
maka celupkan terlebih dahulu kedua tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan clorin dan bersihkan dengan membasuh kedua tangan tersebut dengan larutan clorin hingga
benar-benar bersih.
Dengan menggunakan tangan yang dominan, ambil ujung sarung tangan yang lain dengan cara
membalikkannya, dengan daerah yang terkontaminasi pada sebelah dalam. Pegang sarung tangan
yang sudah terlepas pada tangan yang dominan.
Maukkan jari tangan yang sudah tidak menggunakan sarung tangan ke dalam sarung tangan yang
masih terpasang. Pegang bagian dalam sarung tangan dan lepaskan dengan bagian dalam sarung
tangan disebelah luar.
Masukkan kembali sarung tangan ke dalam ember berisi larutan clorin atau bila tidak dipergunakan
lagi buang langsung ke dalam tempat sampah infeksius.
Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk
membantu mengurangi sesak napas. Posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 45°, yaitu dengan
menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari
abdomen pada diafragma.
Zigot yang tumbuh biasanya akan menempel pada dinding rahim. Proses penempelan zigot pada
dinding kandungan disebut dengan proses implantasi. Waktu yang diperlukan zigot menuju rahim
adalah kurang lebih 3-5 hari setelah pembuahan.
6. faktor hais
Dalam Permenkes RI No. 27 Tahun 2017 di sebutkan bahwa yang tergolong HAIs adalah VAP
(Ventilator Associated Pneumonia), IAD (Infeksi Aliran Darah), ISK (Infeksi Saluran Kemih), dan IDO
(Infeksi Daerah Operasi).
Proses terjadinya HAIs melibatkan 3 faktor yang saling berinteraksi. Faktor tersebut terdiri dari:
faktor penyebab penyakit (agent), faktor manusia (host), dan faktor lingkungan. Tiga faktor tersebut
akan saling mempengaruhi satu sama lain dalam terjadinya HAIs
Biasanya ditanyakan jenis penyakit TBC SARS, COVID DILETAKKAN DI RUANG ISOLASI MANA?
Lok penyakit auto imun biasanya diletakkan di ruang isolasi bertekanan positif missal HIV, penyakit
yang imun lemah
1. Cara edukasi..misal cara edukasi ke keluarga iti gimana cara pendekatan nya gimana
Kalau uda pasien terminal sikap nya kita harus gimana? Apa memanggil keluarga untuk berdoa
bersama, apa perlu dipanggil pemuka agama apa..banyak pilihan dan penalaran