Anda di halaman 1dari 12

NAMA : Regina Titisya Nur Cahyani

NIM : 235080307111055

KELAS/ABSEN : T02/41

DOSEN PENGAMPU : Heder Djamaludin S.Pd, M.Si

MATKUL : Bahan Tambahan Pangan

TUGAS BAHAN TAMBAHAN PANGAN FOAMING AGENT

 Soal :

1. Inventarisir produk pangan yang mengandung foaming agent

2. Karakteristik fisiokimia produk tersebut

3. Efek bila terakumulasi dalam dosis tinggi akut dan kronis

 Jawaban :

1. Inventarisir produk pangan dengan penambahan foaming agent

 Bubuk minuman instan stroberi ( albumin, maltodekstrin)

Pengolahan buah stroberi dengan metode foam-mat drying (pengeringan busa) bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan. Pada penelitian yang dilakukan (Darniadi, et al., 2020), bubuk
minuman instan stroberi dibuat melalui proses foam-mat drying (pengeringan sampel cair).
Foam-mat drying merupakan cara pengeringan bahan berbentuk cair dan peka terhadap panas
yang sebelumnya dijadikan busa terlebih dahulu dengan menambahkan zat pembuih dengan
diaduk atau dikocok, kemudian dituangkan di atas loyang atau wadah. Selanjutnya, dikeringkan
dengan oven blower atau tunnel dryer sampai larutan kering dan proses berikutnya adalah
penepungan untuk menghancurkan lembaran-lembaran kering Kestabilan busa pada metode
foam-mat drying dengan suhu pengeringan antara 50-80oC serta penambahan Methyl cellulose
(0,25-2%), putih telur (3-20%), maltodextrin (5,0-15%) dan gum arabic (2-9%) yang dapat
digunakan secara bersamaan atau digunakan satu per satu untuk memberikan pengaruh yang
paling baik terhadap produk yang dihasilkan. Penambahan putih telur 10% (b/b) yang sebagai
foaming agent, dan maltodekstrin 12 % (b/b) serta Tween 80 0,1% (b/b) yang sebagai
stabilizer foam pada sari buah stroberi. Sebagai penentu umur simpan bubuk minuman stroberi
instan maka pengujian dilakukan melalui metode ASLT (Accelerated Shelf Life Testing)
berdasarkan model persamaan Arrhenius, dengan kondisi suhu penyimpanan 35, 45, dan 55
oC. Hasil pendugaan umur simpan produk bubuk minuman instan stroberi pada suhu
penyimpanan 35, 45, dan 55 0C yaitu: berdasarkan kadar air (11, 10, 9 hari), vitamin C (779, 773,
766 hari), dan mutu hedonik warna (35, 30, 26 hari). foam-mat drying (pengeringan busa) dengan
suhu 50o C telah berhasil dilakukan pada penelitian ini. Produk akhir berupa bubuk minuman
instan stroberi dibuat dengan bahan tambahan agent (putih telur) dan foam stabilizer
(maltodekstrin dan Tween 80). (Darniadi, 2020).

Gambar 1.1 Minuman Serbuk stoberi


Sumber : (cookpad.com, 2023).

 Minuman bubuk dari buah naga merah (albumin dan maltodekstrin)


Pada pembuatan minuman bubuk dari buah naga ini juga menggunakan salah satu
metode yang sering digunakan dalam pembuatan produk pangan berbentuk serbuk
lainnya, yaitu pengeringan busa (foam-mat drying). Bahan foaming agent yang digunakan
adalah putih telur 10% (b/b) yang sebagai foaming agent, dan maltodekstrin 12 % (b/b)
serta Tween 80 0,1% (b/b) yang sebagai stabilizer foam. Pemakaian tween 80 ini berada
pada konsentrasi 0,4-1,0 % dapat bekerja sebagai bahan pendorong pembentukan foam,
tetapi pada konsentrasi 0,5% tween 80 bekerja sebagai pemecah buih. Pembuatan
minuman serbuk buah naga merah dengan metode foam-mat drying membutuhkan emulsi
untuk mengikat air dan membentuk foam agar produk ketika dilakukan pengeringan dapat
kering karena air terikat oleh emulsi. Emulsi yang digunakan berupa emulgator buatan,
yang masuk kelompok non ionik dimana berperan sebagai zat pembasah yaitu tween 80.
Tween dibagi menjadi 6 antara lain tween 20, 40, 60, 80, 65 dan 85. Perbedaan diantara
tween yaitu terdapat pada nilai HLB, fungsi, ikatan rantai, dan bentuk fisik. Sedangkan
bahan pengisi yang dapat ditambahkan untuk memberikan rendemen tinggi adalah
maltodekstrin. (Nurfadilah, 2019).

Gambar 1.2 Minuman Serbuk buah naga


Sumber : (Youvit.com, 2023).

 Sup krim patin instan (albumin)


Salah satu metode pengeringan yang digunakan untuk membuat sup krim instan adalah
metode foam- mat drying. Metode foam- mat drying (pengeringan busa) adalah suatu
teknik pengeringan dengan pembentukan busa pada bahan cair atau semi cair yaitu
dengan penambahan foaming agent (bahan pembusa), serta perlakuan pengeringan pada
suhu rendah sekitar 50-75oC Pengeringan dengan bentuk busa (foam) mampu memperluas
area interface, sehingga mengurangi waktu pengeringan dan mempercepat proses
penguapan serta dilakukan pada suhu rendah, sehingga tidak merusak jaringan sel dengan
demikian nilai gizi dapat dipertahankan. (Nurjanah, 2022).
Gambar 1.3 Sup krim patin instan
Sumber : (mommyasia, 2023).

 Minuman serbuk umbi ungu (albumin dan dekstrin )


Foam-mat drying merupakan cara pengeringan bahan berbentuk cair yang sebelumnya
dijadikan foam atau busa terlebih dahulu dengan menambahkan zat pembuih dengan
diaduk atau dikocok, kemudian dikeringkan. Bahan yang dikeringkan dengan metode
foam-mat drying mempunyai ciri khas yaitu struktur remah, mudah menyerap air dan
mudah larut dalam air (Kumalaningsih et al., 2005). Pada proses pembuatan serbuk
pewarna alami ubi jalar ungu diperlukan juga bahan pengisi. Bahan pengisi yang akan
digunakan yaitu dekstrin. (Amalia, 2022).

Gambar 1.4 Minuman Serbuk ubi ungu


Sumber : (Denusa store.com, 2023).

 Serbuk bawang lanang dan bunga rosella (albumin dan metil selulosa)
pembuatan formula minuman fungsional serbuk instan dari bawang lanang hitam yang
dikombinasi dengan bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) menggunakan metode foam
mat drying. Putih telur digunakan sebagai foaming agent dan metil selulosa sebagai foam
stabilizer. Formula yang dibuat terdiri dari serbuk bawang lanang hitam, serbuk bunga
rosella, serbuk kombinasi bawang hitam lanang dan bunga rosella (30:70) dan (50:50).
Warna, bau, rasa, dan kadar air pada keempat formula telah memenuhi standar mutu SNI
01-4320-1996. Uji peredaman radikal bebas DPPH dengan parameter IC50 menunjukkan
bahwa serbuk kombinasi bawang hitam lanang dan bunga rosella (30:70) memiliki
aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan kombinasi (50:50). Pembuatan formula
serbuk instan kombinasi BLH (bawang lanang hitam) dan BR (bunga rosella)
menggunakan metode foam mat drying menghasilkan parameter organoleptis warna, rasa
dan aroma serta kadar air yang memenuhi standar mutu SNI 01-4320-1996. (Krisnawan,
2022).

Gambar 1.5 Serbuk bawang lanang


Sumber : (bukalapak.com, 2023).

Gambar 1.6 Serbuk bunga rosella


Sumber : (antaranews.com, 2023).

 Marshmallows pati singkong (polisakarida)


Produk marshmallows ini menggunakan foaming agent yang berasal dari pati singkong.
Pati singkong sendiri merupakan golongan gelatin alternative, bernama polisakarida yang
dapat dapat dikembangkan menjadi foaming agent disebabkan oleh susunan protein yang
tinggi, yaitu sebanyak 85%. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan yang dapat
menciptakan pati singkong ini menjadi foaming agent, untuk itu dilakukannya modifikasi
sifat alami pati singkong dengan enzim a-amilase yang bersumber dari Bacillus sp untuk
menghasilkan maltodekstrin pada produk marshmallows. Bahan kimia yang digunakan
pada produk ini adalah aquades, etanol (80%), PE, alcohol (10%), HCL (25%), reagen
nelson, reagen arsenomolibdat, etanol (95%), NaOH 1 N, asam asetat 1 N, dan larutan
ioid. Perlakuan terbaik diperoleh dari konsentrasi enzim α-amilase 5mg/100g dengan
lama inkubasi 10 menit dengan rendemen 58.77%, kadar air 5.95%, gula reduksi 4.05%,
dextrose equivalent 4.29%, kapasitas buih 12.50%, stabilitas buih 97.22% yang
diaplikasikan pada produk marshmallow. (Suryani, et al., 2015).

Gambar 1.7 Marshmallow pati singkong


Sumber : (Rukita.com, 2023).

Gambar 1.8 Pati singkong


Sumber : (Goodiebake.com, 2023)
2. Sifat fisiokimia masing-masing foaming agent

 Albumin :
Albumin merupakan protein yang berasal dari putih telur. Putih telur mengandung protein
ovomusin yang mampu membentuk lapisan atau film yang tidak larut dalam air dan dapat
menstabilkan busa yang terbentuk.Albumin merupakan bagian telur yang berbentuk seperti
gel, mengandung air dan terdiri atas empat fraksi yang berbeda-beda kekentalannya . Protein
putih telur memberikan sifat pembentukan busa (foaming) karena mampu memperangkap
udara yang masuk dalam matriks protein. Penggunaan albumin dengan jumlah kosentrasi
yang sesuai dapat meningkatkan luas permukaan juga dapat memberikan struktur berpori
pada bahan yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan pengeringan. Albuminlah yang
berfungsi sebagai pengembang volume pada saat proses pengocokan. Albumin ini memiliki
sifat larut dalam air, dapat terkoagulasi oleh panas, dapat diendapkan dengan penambahan
ammonium sulfat berkonsentrasi tinggi 70-100% atau dengan perlakuan Ph isoelektriknya.
Molekul albumin berbentuk elips, sehingga tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan
dapat larut dengan sempurna. (Asiah, et al., 2021).

 Maltodekstrin :
Maltodekstrin merupakan produk dari hidrolisis pati yang pembuatannya ditambahkan enzim
ataupun asam. Maltodekstrin memiliki struktur α-D glukosa sebagian besar saling terikat
dengan ikatan α-1,4-glikosidik. Maltodekstrin terbentuk dari hidrolisis pati tidak sempurna,
dimana terdiri atas campuran 14 sejumlah kecil monosakarida (gula sederhana) dan
disakarida, sejumlah kecil oligosakarida dengan rantai panjang, dan sejumlah besar
oligosakarida rantai pendek. Maltodekstrin adalah suatu polisakarida yang digunakan sebagai
bahan tambahan pangan. Senyawa ini dibuat dari amilum dengan cara hidrolisis parsial, dan
biasanya dijumpai dalam bentuk serbuk putih yang dikeringkan dengan cara spray-drying
yang bersifat higroskopis. Maltodekstrin mudah dicerna, diserap dengan cepat sebagai
glukosa, dan berasa sedikit manis atau hampir tak berasa. Maltodekstrin mempunyai tekstur
lembut, mudah terlarut dibanding pati. Maltodekstrin yang mempunyai sifat hidrofilik yang
mampu membentuk kompleks buih dengan gelembung udara lebih kecil. Buih terbentuk
akibat dari dispersi secara luas dari gas di dalam cairan dimana volume fraksi gas lebih besar.
Buih tersebut terdiri dari kumpulan secara acak dari gelembung-gelembung gas di dalam
cairan yang relatif kecil. maltodekstrin memilki gelembung udara berbentuk wet sperichal,
dan jika dihomogenkan pada cairan murni yang akan menghasilkan buih yang kurang stabil.
Maltodekstrin dapat digunakan pada makanan karena maltodekstrin memiliki kelebihan-
kelebihan seperti mampu melewati proses dispersi yang cepat, memiliki daya larut yang
tinggi, mampu membentuk film, memiliki sifat higroskopis yang rendah, dan mampu
menghambat kristalisasi. Maltodekstrin mempunyai sifat yang mampu mengikat zat-zat yang
bersifat hidrofobik, selain itu maltodekstrin merupakan oligosakarida yang sangat mudah
larut dalam air, sehingga mampu membentuk sistem larutan yang terdispersi merata. Semakin
tinggi maltodekstrin akan menurunkan nilai IC50, hal tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan maltodekstrin dapat berfungsi untuk melindungi terjadinya pelepasan kompenen
nutrisi yang ada dalam bahan dan melindungi senyawa antioksidaan akibat suhu yang
ekstrim. maltodekstrin dapat mempertahankan gelembung yang terbentuk dari putih telur,
sehingga luas kontak sampel dengan media pengering dijaga tetap luas, sampai pengeringan
selesai. Selain itu maltodekstrin dapat mempercepat pengeringan, mencegah kerusakan bahan
akibat panas, melapisi komponen flavor dan memperbesar volume, serta dapat menurunkan
tingkat kerusakan vitamin C selama proses pengolahan dan dapat mempengaruhi aktivitas
antioksidan. Konsentrasi maltodekstrin yang semakin tinggi akan mengikat air semakin besar
sehingga kadar air akan semakin rendah. Penambahan maltodekstrin dapat meningkatkan
total padatan pada bahan yang akan dikeringkan dan menurunkan kadar air produk.
Maltodekstrin tidak memiliki kandungan mineral bahan, sehingga penambahan maltodekstrin
yang lebih sedikit justru membuat kandungan mineral total padatan produk menjadi lebih
banyak dibanding penambahan maltodekstrin dalam jumlah yang lebih besar. Maltodekstrin
juga merupakan foam stabilizer yang digunakan berfungsi untuk mempertahankan konsistensi
busa adonan sehingga proses pengeringan berlangsung cepat dan bahan tidak rusak karena
pemanasan. (Asiah, et al., 2021).

 Monogliserida :
Monogliserida (asilgliserol atau monoasilgliserol) merupakan kelompok gliserida yang terdiri
dari satu molekul gliserol yang berikatan dengan asam lemak melalui ikatan esternya.
Monogliseerida atau lemak merupakan salah satu bagian dari GMS yang mencakup metil
selulosa dan glycerol monnostearat. Agen ini memiliki kapasitas untuk menghasilkan busa
yang sangat halus, sehingga memungkinkan kondisi yang lebih ringan daripada yang bisa
dilakukan dari beberapa agen lainnya. Monogliserida bersifat sebagai pelembab karena
kedua gugus –OH yang dimiliknya bersifat menarik air seperti halnya gliserol. Monogliserida
mengandung asam lemak (RCO 2 H) bewarna putih, berbentuk bubuk, butiran, cairan plastic
lunak. Monogliserida bersifat polimorfik dan dapat berada dalam bentuk kristal yang berbeda
tergantung pada suhu. Mereka tidak larut dalam air tetapi dapat membentuk dispersi terhidrasi
yang stabil. (Asiah, et al., 2021).

 Dekstrin :
Dekstrin mempunyai sifat mudah larut dalam air, memiliki kekentalan yang relatif rendah
dibandingkan dengan pati, dan memiliki struktur spiral helix sehingga menekan 4 kehilangan
komponen volatilselama proses pengolahan. Keberhasilan foam-mat drying juga sangat
ditentukan oleh foaming agent yang digunakan. Dekstrin merupakan karbohidrat tidak
higroskopis, mudah terdispersi dan larut, dapat membentuk lapisan film, mencegah terjadinya
kristalisasi dan mempertahankan tekstur bahan. Dalam proses foam-mat drying, dekstrin
berfungsi sebagai agen pengikat busa dan pembentuk lapisan tipis yang dapat memacu
kecepatan pengeringan serta mencegah kerusakan akibat panas dengan cara melapisi
komponen flavor dalam bahan. Jumlah rata-rata penggunaan dekstrin 5%- 25%. Konsentrasi
dekstrin berpengaruh pada penurunan kadar air pada proses pengeringan. Konsentrasi
dekstrin mempengaruhi kekuatan foam, semakin tinggi konsentrasi dekstrin maka semakin
kental foam yang terbentuk, sehingga kadar air yang dikandung dalam bahan menjadi lebih
kecil. Konsentrasi air yang kecil cenderung lebih cepat menguap sehingga penurunan kadar
airnya juga lebih cepat. (Asiah, et al., 2021).

 Polisakarida :
Polisakarida (poliosa) merupakan karbohidrat majemuk yang mempunyai susunan kompleks
dengan berat molekul. Polisakarida disebut juga dengan (heteropolisakarida). Polisakarida
merupakan polimer dari monosakarida yang tersusun dalam rantai bercabang atau lurus.
Derajat polimerisasi polisakarida dinyatakan dalam DP (Degree Of Polymerization), contoh
DP : selulosa sebesar 7000-15000. Polisakarida juga biasa disebut sebagai (glikan).
Berdasarkan unit pembentuknya, glikan terbagi menjadi dua kelompok : homoglikan
(selulosa, pati, amilopektin) dan heteroglikan (align, guar gum). Polisakarida memiliki
karakteristik, tidak berasa manis, banyak yang tidak larut dalam air, bersifat hidrofilik, tidak
membentuk kristal saat proses pengeringan, dapat diekstraksikan menjadi bubuk putih,
merupakan karbohidrat dengan berat molekul tinggi, serta karbohidrat majemuk yang
tersusun atas hydrogen, karbon, dan oksigen. (Asiah, et al., 2021).

 Metil selulosa :
Metil selulosa adalah senyawa hidropilik turunan selulosa dengan gugus metilen terikat oleh
ikatan eter pada cincin glukosa anhidrat. Metilselulosa merupakan serbuk putih yang larut
dalam air dingin, namum tidak larut dalam air panas. Metil selulosa berbentuk serbuk putih,
tidak berbau, dan tidak berasa. Sebagian besar metil selulosa yang digunakan dengan pelarut
air mempunyai derajat substitusi (DS) antara 1,4 hingga 2,0 atau dengan kandungan metoksi
antara 23,5 hingga 32,5%. Untuk senyawa dengan nilai DS yang tinggi, yaitu antara 2,4
hingga 2,8 tidak larut dalam air, melainkan larut dalam senyawa organik, sedangkan derajat
substitusi rendah, yaitu 0,1 hingga 1,1 senyawa larut dalam larutan NaOH 2 hingga 8%.
(SULIWARNO, A., 2013).

3. Efek akut atau kronis

 Albumin :
Albumin merupakan protein, protein sangat diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan masa
otot. Namun konsumsi albumin berlebih memiliki efek samping. Efek samping dapat berupa
gatal gatal, ruam, pembekakan kulit, diare hingga mutah. Bahkan gejala yang lebih parah
juga bisa terjadi dengan timbulnya keadaan kesulitan bernapas, pembengkakan pada
tenggorokan/mulut/saluran pernapasan, serta adanya penurunan tekanan darah yang
mendadak sehingga dapat menyebabkan pusing dan kehilangan kesadaran. Selain efek
samping yang telah dijelaskna, konsumsi albumin yang berlebih dapat mengganggu proses
kerja ginjal dalam menyaring darah karena terlalu tingginya kadar protein. Oleh karena itu
dalam mengonsumsi albumin diharuskan dalam batas normal sesuai anjuran yang telah
berlaku. (Suprapti, 2021).

 Maltodekstrin :
Maltodekstrin memiliki indeks glimik (IG) tinggi, sehingga dapat mengakibatkan lonjakan
kadar gula darah secara cepat, sehingga menghambat pertumbuhan prebiotic. Sebagai
perbandingan, indeks glumik gula meja adalah 65, sedangkan maltodekstrin berada pada
angka 106-136. Efek maltodekstrin ini bisa berbahaya bagi orang yang memiliki resistensi
insulin atau penyakit diabetes. Namun, psfs kasus tertentu, maltodekstrin juga bisa
memberikan manfaat bagi tubuh. Pertama, karena sifatnya yang cepat diserap tubuh,
maltodekstrin dapat menjadi sumber kalori dan energy bagi mereka yang memiliki aktivitas
tinggi, misalnya atlet atau binaragawan. Kedua karena bia cepat meningkatkan kadar gula
darah maltodekstrin bisa dimanfaatkan untuk mengobati hipoglikemia atau kondisi kurangnya
kadar gula darah dalam tubuh. Kondidi ini sering terjadi pada orang yang mendapatkan
pengobatan diabetes atau sedang menjalani diet ekstrem. Namun bagi anak-anak yang
sensitive terhadap karbohidrat tertentu dapat mengalami gangguan pencernaan seperti gas,
kembung, dan diare. (Afriani, 2015).

 Monogliserida :
Monogliserida merupakan golongan lemak jenuh. Konsumsi lemak jenuh diatas 10% dari
energy total, selain dapat mengakibatkan penambahan lemak pada tubuh, juga dapat
meningkatkan kadar LDL yang berperan membawa kolestrol ke pembuluh darah coroner.
Kemudian pembuluh darah coroner ini akan mengalami penyempitan dan dalam keadaan
tertentu dapat memicu serangan jantung dan stroke. (Fauzi, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, Y., Hadjam, N. R., & Farmawati, A. (2015). Hubungan Antara Marah dan Kecemasan
Setelah Mengonsumsi Minuman Kombinasi Maltodekstrin Dan Vitamin C pada Atlet
Sepak Bola. Medika Respati: Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(2).
Amalia, A. (2022). PENGARUH KONSENTRASI DEKSTRIN DAN JENIS PEMBUIH
TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK PEWARNA ALAMI UBI JALAR UNGU
(Ipomoea batatas var. Ayamurasaki) DENGAN METODE FOAM-MAT
DRYING (Doctoral dissertation, Fakultas Teknik Unpas).
Asiah, N., & Djaeni, M. (2021). Konsep Dasar Proses Pengeringan Pangan. AE Publishing
Darniadi, S., Rachmat, R., Luna, P., Purwani, W., & Sandrasari, D. A. (2020). Penentuan Umur
Simpan Menggunakan Metode Accelerated Shelf Life Test (ASLT) pada Bubuk Minuman
Instan Stroberi Foam-Mat Drying. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 9(4), 151-157.
Fauzi, N. I., Ulfah, M., & Yunis, Y. F. (2019). Efek Antiobesitas Ekstrak Etanol Bawang Dayak
(Eleutherine Bulbosa (Mill.) Urb) Pada Tikus Model Obesitas. Jurnal Ilmiah Farmako
Bahari, 10(2), 123-131.
Krisnawan, A. H., Dharmawati, A. G., & Mallaleng, H. R. (2022). Formulation of Instan Powder
from the Combination of Single-bulb Black Garlic (Allium sativum L.) and Rosella
Flower (Hibiscus sabdariffa L.) with Foam Mat Drying Method. Journal Pharmasci
(Journal of Pharmacy and Science), 7(1), 15-20.
Nurfadilah, G. (2019). PENGARUH PERBANDINGAN NIRA AREN (Arenga pinnata merr)
DENGAN BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) DAN KONSENTRASI TWEEN
80 TERHADAP KARAKTERISTIK MINUMAN SERBUK INSTAN BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus) (Doctoral dissertation, Fakultas Teknik Unpas).
Nurjanah, A. S. (2022). Pengaruh Perbandingan Tepung Jagung (Zea mays) Dengan Daging
Ikan Patin Dan Konsentrasi Putih Telur Terhadap Karakteristik Sup Krim Jagung Instan
Dengan Metode Foam-Mat Drying (Doctoral dissertation, Fakultas Teknik Unpas).
SULIWARNO, A., (2013). Orientasi Sifat Mekanik Dan Persen Pengembangan Hidrogel
Metilselulosa SM-100 Iradiasi dengan Berkas Elektron, Jurnal Sains Materi Indonesia, 14,
Suprapti, N. L. E. (2021). EFEK EKSTRAK CHANNA STRIATA TERHADAP NILAI ALBUMIN
PADA TIKUS HIPERGLIKEMIA YANG MENGALAMI PERLUKAAN AKUT= THE
EFFECTS OF CHANNA STRIATA EXTRACTS ON ALBUMIN VALUE IN
HYPERGLYCEMIC RATS WITH ACUTE INJURY (Doctoral dissertation, Universitas
Hasanuddin).
Suryani, R., & Nisa, F. C. (2015). MODIFIKASI PATI SINGKONG (Manihot esculenta)
DENGAN ENZIM α-AMILASE SEBAGAI AGEN PEMBUIH SERTA APLIKASINYA
PADA PROSES PEMBUATAN MARSHMALLOW [IN PRESS APRIL 2015]. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai