Anda di halaman 1dari 13

PEMERTAHANAN IDENTITAS ETNIK BUGIS-MELAYU DI KELURAHAN

LOLOAN, KECAMATAN NEGARA, KABUPATEN JEMBRANA, BALI DAN


POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI MA
Nurus Maulida1, Dr. Tuty Maryati, M.Pd2, Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd3
Jurusan Pendidikan Sejarah
Universitas Pendidikan Ganesha
Email: nurus.maulida@gmail.com, tuty.maryati@undiksha.ac.id,
ketut.sedana@undiksha.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) pemertahanan identitas Bugis Melayu di Kelurahan
Loloan (2) upaya pemertahanan identitas Bugis-Melayu oleh masyarakat Kelurahan Loloan
secara umum (3) aspek-aspek hasil penelitian sebagai sumber sejarah di MA. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Lokasi penelitian ini adalah di kelurahan Loloan Barat,
Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Informan ditentukan dengan menggunakan teknik
purposive dan snowball. Uji validitas data dilakukan dengan metode triangulasi data dan
analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pemertahanan identitas Bugis-
Melayu telah ada sejak dahulu dan diwariskan secara turun temurun (2) upaya pemertahanan
identitas Bugis-Melayu adalah untuk pelestarian kebudayaan dan menambah khazanah
budaya di Kabupaten Jembrana supaya identitas tersebut tidak hilang (3) hasil penelitian ini
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah di MA
Kata kunci: Bugis-Melayu, Pemertahanan Identitas, Upaya Pemertahanan Identitas, Sumber
Belajar
ABSTRACT
The purpose of this aim to know: (1) the defense identity Bugis-Malay in Loloan (2) attemps
to preserve the identity of Bugis-Malay by community Loloan in general (3) aspect of research
as a source of learning history in the MA. This research is a descriptive qualitative research.
The location of this research is in west Loloan sub-district Jembrana state informant in the set.
Informans were determined by purposive dan snowball. The data validitytest was done by
triangulation data of source and analysis data. The result of this study indicate is: (1) defense
identity of Bugis-Malay has excited long ago and passed down from generation to generation
(2) attemps to preserve the identity of the Bugis-Malay id for the preservation of culture and
add culture treasures in Jembrana’s district so the identity of Bugis-Malay not lost by the time
(3) the result of study can be in benefit an as a source of learning history in the MA.
Key word: Bugis-Malay, Identity Preservation, Efforts Identity Preservation, Source of
Learning
PENDAHULUAN identitas etnik Bugis-Melayu, uoaya
pemertahanan identitas etnik Bugis-
Berbicara mengenai pulau Bali
Melayu serta pemanfaatan hasil penelitian
tidak bisa dilepaskan dari berbagai
ini sebagai sumber belajar sejarah di MA.
kebudayaan Hindu yang masih sangat
kental. Hal ini juga tak menutup
kemungkinan bahwa Bali juga menjadi
METODE
tempat berbaurnya keangekaragaman
identitas para pendatang yang bermukim di Penelitian ini merupakan penelitian
Bali sejak ratusan tahun yang lalu. Adanya kualitatif yakni penelitian yang
keanekaragaman identitas tersebut salah menghasilkan data deskriptif berupa kata-
satunya berada di Kelurahan Loloan yang kata tertulis maupun non tertulis. Lokasi
letaknya di ujung Barat pulau Bali yakni penelitain ini di Kelurahan Loloan Barat,
tepatnya di Kabupaten Jembrana. Loloan Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana,
berada di Kabupaten Jembrana Bali. Lokasi ini dipilih karena
merupakan pemukiman Islam yang telah pemertahanan identitas Bugis Melayu
ada di Pulau Bali sejak lama. Wilayah ini masih bisa ditemukan di Kelurahan ini.
sejak lama juga menjadi tujuan migrasi
orang-orang pelarian suku Mandar Penentuan Infoman dalan
maupun Bugis. penelitian ini menggunakan teknik
purposive yang kemudian dikembangkan
Berbagai etnis hidup dan dengan teknik snowball. Adapun
berkembang di Loloan ini, meskipun pengumpulan data yakni menggunakan
mayoritas penduduknya beragama Hindu. teknik observasi, wawancara mendalam
Masing-masing etnis tersebut membawa dan studi dokumen. Uji validitas data
ciri khas daerahnya yang nantinya berbaur menggunakan teknik triangulasi data dan
menjadi suatu identitas tersendiri bagi analisis data.
masyarakat keturunan Bugis-Melayu ini.
Salah satunya dilihat dari arsitektur Data-data yang telah terkumpul
bangunan rumah, yang dikenal dengan maka perlu dilakukan reduksi data (data
namarumah panggung. Tetap dilestarikan reduction). Reduksi data adalah proses
“Base Loloan” atau Bahasa Loloan yang mengolah data dari lapangan dengan
merupakan perpaduan dari bahasa Bugis, memilah dan memilih, dan
Melayu, dan Bali. Base Loloan ini juga menyederhanakan data dengan
tersebar tidak hanya di Loloan saja namun merangkum yang hal-hal penting sesuai
hampir di seluruh desa di Kabupaten dengan fokus masalah penelitian
Jembrana dan lain sebagainya (Suharsaputra, 2012:218). Untuk
menganalisis data dalam penelitian selama
Pemertahanan identitas etnik terjun ke lapangan, peneliti menggunakan
Bugis-Melayu juga dapat dijadikan sumber analisis data Model Miles dan Huberman.
belajar sejarah di MA maupun SMA, kelas
X semester II dalam mata pelajaran
Sejarah Indonesia (Wajib) kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN
pada materi “bukti-bukti kehidupan
pengaruh islam di indonesia yang ada PEMERTAHANAN IDENTITAS BUGIS-
sampai masa kini” yang termuat MELAYU DI KELURAHAN LOLOAN
YANG BERTAHAN HINGGA SAAT INI
Penelitian ini berusaha untuk
mengetahui apa saja pemertahanan Identitas Bugis-Melayu masih bisa
dilihat dan diamati di Kelurahan Loloan,
Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. gabah dan lain-lain, kolong tengah
Berbagai peninggalan identitas tersebut berfungsi sebagai ruang tamu, kamar
meliputi Bahasa Melayu Loloan, Rumah tengah dan ruang makan, sedangkan
Panggung, Upacara Siklus Hidup Bugis- kolong bawah multifungsi.
Melayu Loloan, Kesenian Burdah,
Ciri khas rumah panggung yakni
Kesenian Silat Bugis Loloan, Tradisi
pintu masuk berada di sebelah timur dan
Meboreh Anak Dare Loloan, Makanan
rumah panggung itu sendiri mengadap ke
Khas Loloan, dan Pakaian Adat Loloan.
utara. Hal ini disebabkan karena
BAHASA MELAYU LOLOAN menunaikan ibadah sholat menghadap ke
barat. Jadi jika masuknya lewat sebelah
Bahasa Melayu Loloan atau biasa
timur tidak lewat didepan orang yang
disebut “Base Loloan” aslinya merupakan
sedang melakukan sholat, jika lewat
percampuran dari 3 bahasa yakni bahasa
didepan orang sholat, hal ini dianggap hal
Bali, Melayu dan Bugis. Namun,
yang tidak baik. Simbol jumlah 9 anak
penggunaan bahasa Bugis dalam bahasa
tangga menandai bahwa rumah panggung
melayu Loloan kini sudah hampir tidak
tersebut lebih tua yakni berumur 200
digunakan.
tahunan, dan jumlah 7 anak tangga
Bahasa Bugis sudah tidak lagi menandai bahwa rumah panggung
gunakan dalam bahasa Melayu Loloan. tersebut berumur lebih muda yakni 100
Hal ini dikarenakan kebanyakan para tahunan.
pendakwah menggunakan bahasa
Khasnya setiap rumah panggung
pengantar yakni bahasa Melayu. Selain
dahulunya selalu ada geladak/serambi
bahasa Melayu, banyak kata serapan
depan dan sebelum masuk ke serambi ada
bahasa Bali yang digunakan, melihat
cerek (tempat air) untuk membasuh kaki
bahwa sebelum perkembangan Islam di
karena serambi merupakan tempat suci
Jembrana banyak masyarakat Jembrana
dari najis (kotoran). Jika seseorang akan
yang masih memeluk agama Hindu. Untuk
masuk ke serambi dan cerek tersebut
mempermudah percakapan sehari-hari
kosong dan tidak berisi air, orang tersebut
dengan masyarakat Hindu, digunakan pula
harus mengisi cerek tersebut dengan air.
bahasa Bali yang dipadupadankan dengan
Jadi cerek tersebut selalu penuh dengan
bahasa Melayu. Hingga saat ini bahasa
air. Karena zaman dahulu rumah
Melayu Loloan tetap digunakan hingga
panggung difungsikan juga sebagai tempat
sekarang sebagai bahasa sehari-hari
mengaji agama Islam. Hingga sekarang
masyarakat Loloan,
cerek masih bisa ditemui dibeberapa
RUMAH PANGGUNG LOLOAN rumah panggung maupun pondok
pesantren di Loloan Barat.
Rumah panggung Loloan
merupakan salah satu bukti bertahannya
bangunan-bangunan peninggalan para
eskuardon Bugis (Kesultanan Wajo) pada
tahun 1669. Hingga saat ini eksistensi
rumah panggung Loloan sudah mengalami
banyak perubahan dalam hal
arsitekturnya. rumah panggung terbagi
menjadi 3 kolong yakni kolong atas di sebut
atas pare yang berfungsi sebagai tempat
menyimpan barang-barang seperti beras,
bahan kayu). Seni Burdah dimainkan
dengan 10 orang sampai 12 orang, dengan
membaca kitab Al-Barzanji secara
bergiliran (Sabara, 6:2017).

Hikmah dari seni Burdah itu sendiri


yakni agar para generasi muda yang
memegang tongkat penerus perjuangan
Rasulullah, tidak akan melupakan bahwa
dari mana dia berasal, dimana dia
dilahirkan dan dengan apa dia dibesarkan,
sehingga kelak jika sudah dewasa menjadi
saleh dan bijaksana.
Gambar 1. Arsitektur Rumah Panggung
Loloan

Sumber: Dokumentasi Bapak Eka Sabara

UPACARA SIKLUS HIDUP BUGIS-


MELAYU

Upacara siklus hidup masyarakat


Loloan masih dilaksanakan hingga saat ini,
adapun beberapa upacara tersebut
meliputi Upacara
Melenggang/Ngelenggang, Upacara
pembacaan Abda’u, Upacara Nelai/Kepus
Pungsed, Upacara Lepas Kambuhan,
Upacara Akekah/Ngekah, Upacara Motong
Rambut, Upacara Sunatan/ Khitan/
Mesunat/ Buang Supit, Upacara Akil Baliq/
Naek Terune, dan Upacara Pernikahan. Gambar 2. Syair Burdah

Hingga saat ini upacara siklus Sumber: Dokumentasi Nurus Maulida


hidup Bugis-Melayu Loloan masih bisa
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Loloan maupun desan
disekitarnya.

KESENIAN BURDAH

Kesenian Burdah saat ini masih


bisa ditemui dalam upacara-upacara siklus
hidup Bugis-Melayu seperti Ngelenggang,
dan Nelai. Seni Burdah merupakan salah
satu bentuk ekspresi pembacaan Qasidah
(syair-syair) Burdah yang terdapat dalam
kitab Al Barzanji yang diiringi dengan
menabuh rebana ukuran besar (jenis alat Gambar 3. Kesenian Burdah
music berbentuk lingkaran kulit yang Sumber: Dokumentasi Bapak Eka Sabara
berdiameter 50 cm dengan pelapis sisi dari
KESENIAN SILAT BUGIS LOLOAN tubuh, karena Silat Bugis mengutamakan
gerakan kaki dan menarikan senjata
Menurut Buku karangan I Wayan
belebat dengan mengikuti irama tetabuhan
Reken yang bersumber pada Lontar Arya
kempul gendang Bugis.
Pancoran, pada tahun 1690 M Raja
Buleleng yakni I Gusti Ngurah Panji Sakti TRADISI MEBOREH ANAK DARE
ingin memperluas wilayah daerah LOLOAN (TRADISI LULURAN PEMUDI
kerajaannya sampai ke Jembrana. I Gusti LOLOAN)
Ngurah Panji Sakti mengerahkan pasukan
Meboreh wajah bagi sebagian anak
Goak yang terkenal kebal-kebal yang
dare di Loloan dengan melulurkan boreh/
dipimpin oleh Ki Tamblang Sampun dan
ramuan yang sudah dicairkan dengan air
menyerang dari hutan gelar, penyerangan
secukupnya di muka/ wajah anak dare.
ini dihadang oleh pasukan Pancoran
Wajah yang sudah dilulurkan boreh
Wisnu Murti yang dibantu oleh pasukan
tersebut didiamkan hingga mengering,
meriam Bugis dipimpin oleh Daeng
biasanya memakan waktu kurang lebih
Nachkoda. Sesungguhnya musuh tidak
sekitar 30 menit. Setelah waktu boreh
mengetahui kekuatan inti pasukan
mengering terpenuhi, kemudian boreh
Jembrana yang berdestar hitam itu adalah
yang telah mengering diwajah dibersihkan
orang-orang Muslimin Bugis-Makassar
dengan dibilas air secukupnya.
yang merupakan anak buah dari Daeng
Nachkoda yang ”mempunyai gerakan- PAKAIAN TRADISIONAL BUGIS-
gerakan aneh dalam pertempuran, itulah MELAYU LOLOAN
pertama kali pasukan Goak melihat
sebuah gerakan Silat Bugis yang sangat Pakaian khas Melayu Loloan
khas dan berbau magis”. Panglima Daeng berwarna hijau yang dipadukan dengan
Nachkoda dibantu oleh perwira-perwira pakaian khas Bugis Loloan berwarna
veteran perang Bugis-Makassar yaitu merah yang merupakan pakaian khas para
Daeng Si Kuda Dempet, Daeng Marema, pengantin mempelai perempuan.
dan Daeng Bira. Penggunaan pakaian tradisional Bugis
Melayu saat ini sudah tidak pernah
Adapun peranan Seni Silat Bugis digunakan lagi oleh para pengantin
antara lain: pada masa kerajaan Jembrana perempuan. Pengantin di Loloan pada saat
sebagai pasukan khas alat bela Jembrana, ini sudah menggunakan pakaian pengantin
Sebagai media dakwah dalam bidang modern. Namun, pakaian tradisional Bugis
kesenian yang menggambarkan ajaran- Melayu ini lebih sering dipamerkan dalam
ajaran agama, selain itu pendekar Silat festival Loloan Zaman Lame yang
Bugis adalah seseorang yang taat diadakan oleh Gerakan Pemuda Loloan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi pada peringatan hari tahun baru Islam (1
larangan-Nya. Gerakan pembuka dengan Muharam) sebagai upaya pelestarian
telapak tangan membuka ke atas yang budaya dan seni serta upaya untuk
melambangkan bahwa manusia memperkenalkannya kepada khalyak
senantiasa memohon kepada Allah agar ramai dan para pemuda dan pemudi di
diberikan kekuatan dan pengampunan- Kelurahan Loloan khususnya.
Nya. Gerakan penutup dengan duduk
bersimpuh bersila, Melatih kesabaran, MAKANAN TRADISIONAL KHAS
dalam Silat Bugis tidak mau menyerang LOLOAN
duluan tetapi menghindar sehingga lawan Makanan tradisional di Kelurahan
menjadi kelelahan sendiri. dan melatih Loloan sangatlah beraneka ragam.
kebugaran dan kelenturan semua anggota
Makanan tradisional ini biasanya disajikan
dalam upacara-upacara siklus hidup
Bugis-Melayu di Loloan maupun daerah
sekitarnya seperti Desa Airkuning,
Pengambengan, dan Tegal Badeng.
Menurut Eka Sabara salah satu makanan
khas di Kelurahan Loloan yakni Plecing
Loloan.

Plecing loloan ini menggunakan


rempah khas Loloan yang bercitarasa
pedas manis. Plecing loloan ini
menggunakan ayam kampung sebagai
bahan utama pembuatannya. Tata cara Gambar 4. Sumping Kelanjang
pembuatannya yakni ayam kampung yang
Sumber: Dokumentasi Bapak Eka
telah dibersihkan lalu dipanggang
Sabara
menggunakan bara api, setelah ayam
kampung tersebut berwarna kuning UPAYA PEMERTAHANAN IDENTITAS
kecoklatan, barulah ayam kampung ETNIK BUGIS-MELAYU DI KELURAHAN
tersebut disuwir dan dimasak bersama LOLOAN
rempah khas Loloan dengan tetap
memasaknya menggunakan bara api. Jika KELUARGA
memasaknya menggunakan kompor, akan Upaya pemertahanan identitas
mengubah citarasa plecing itu sendiri. Ada Bugis-Melayu di Loloan masih
juga sate asam yang terbuat dari daging dipertahankan dalam lingkungan terkecil
sapi disatukan dengan rempah asam dan yakni keluarga. Setiap keluarga di
di kepal lalu dipanggang menggunakan Kelurahan Loloan tidak pernah
pegangan pelepah pisang. Tujuan ayam meninggalkan adat istiadat yang secara
yang disuwir supaya bisa dikonsumsi turun-temurun dilaksanakan, misalnya
bersama-sama dengan porsi yang sangat dalam pelaksanaan upacara siklus hidup
besar. Bugis-Melayu. Upacara ini rutin
Makanan tradisional lainnya dilaksanakan jika ada salah satu anggota
jajanan kuno yakni bernama kole yang keluarga yang melahirkan, hingga
dengan khasnya yakni sejenis bubur menikahkan anaknya.
dengan saus menggunakan tepung beras Selain itu, para orang tua tetap
yang dicampur dengan santan ada yang menggunakan bahasa Melayu sebagai
berwarna merah dan putih. Kole biasanya bahasa utama untuk berkomunikasi
disajikan sebagai hidangan pembuka dengan anak maupun sanak saudara.
dengan didampingi minuman air konde Istilah kekerabatan juga tetap digunakan
berwarna merah muda yang merupakan air dalam berkomunikasi sehari-hari misalnya
campuran dari jahe. Selain itu ada jajanan “Mak” panggilan kepada seorang ibu,
kuno lain bernama sumping kelanjang. “Wak” panggilan seorang Bapak, “Datuk”
Sumping kelanjang ini berwarna merah panggilan kepada kakek, dan
putih memakai dan parutan kelapa yang “Akak”,“Abang” , “Ncu”, “Pak Mude”, “Mak
dipisah. Mude”, “Cik”, dan “Olong” panggilan
kepada sanak saudara dari garis
keturunan Bapak maupun ibu.
MASYARAKAT menghimpun kembali kosa kata (berupa
kamus kecil) yang telah ditinggalkan oleh
Upaya pemertahanan identitas
penggunanya sekarang ini. Beliau
Bugis-Melayu juga tetap dilakukan di
menyadari bahwa asimilasi merupakan
lingkungan masyarakat Loloan, misalnya
proses yang akan merubah tatanan nilai
dalam perayaan hari besar keagaamaan
prilaku hidup dan budaya termasuk
seperti peringatan Maulid Nabi, Ninjo Haji
didalamnya yakni bahasa. Bahasa yang
(mengantar orang pergi haji sampai
menjadi perhatian adalah saat mana
pelabuhan penyebrangan), pemertahanan
kedatangan suku bangsa Melayu datang
rumah panggung, bahasa dan kesenian.
ke tanah Loloan menyebarkan agama
Dalam upaya melestarikan berbagai
islam dengan pengantar bahasa dari
identitas Bugis-Melayu, para remaja
tokoh-tokoh ulama pada saat itu dan pada
Loloan atau yang biasa disebut Gerakan
akhirnya bahasa ibu (Bugis) ditinggalkan
Pemuda Loloan mengadakan festival
oleh anak cucunya sendiri kemudian
Loloan Zaman Lame yang diadakan sekali
beralih menggunakan bahasa Melayu
dalam setahun setiap memperingati tahun
sebagai bahasa pemersatu saat itu. Bapak
baru islam (1 Muharram).
Eka Sabara juga sebagai pemerhati
Festival Loloan Zaman Lame ini
Sejarah Loloan dengan berhasil melacak
menampilkan berbagai kebudayaan dan
silsilah Monyang Guru Gerunuk (1705M).
tradisi khas Bugis-Melayu Loloan yang
memiliki berbagai stand yang meliputi
stand pakaian tradisional Loloan, stand
makanan khas Loloan, stand berbagai
kerajinan tangan maupun tenun khas
loloan, hingga pementasan drama
kreativitas dari para remaja Loloan yang
menampilkan tentang Loloan era 1990 an
dengan menggunakan bahasa Melayu,
penampilan silat Bugis-Melayu Loloan dan
diadakannya perlombaan “Ngotek” (irama
musik sahur yang menggunakan
kentongan untuk membangunkan orang
untuk melakukan sahur) yang diadakan
pada bulan Ramadhan atau 10 hari
sebelum menyambut hari raya Idul Fitri
dengan tujuan untuk melestarikan budaya
“Ngotek” dikalangan remaja di Kabupaten
Jembrana.

Salah satu wujud nyata Gambar 5. Sampul depan Kamus


pemertahanan identitas Bugis-Melayu Bahase Loloan
yakni adanya Kamus Bahase Loloan
Sumber: Dokumentasi Nurus Maulida
dalam upaya mempertahankan bahasa
Melayu Loloan sebagai bahasa asli
masyarakat Loloan yang dibuat oleh Bapak
Eka Sabara S.PdI. Beliau merupakan anak
negeri dari suku bangsa Bugis Melayu
Loloan yang mencoba dengan tekun
sekolah di Kecamatan Negara pada
jenjang SD/MI, SMP/MTS atau pun
SMA/MA siswa-siswinya tidak jauh dari
penggunaan bahasa Melayu ini sebagai
alat komunikasi sehari-hari di sekolah.
Salah satunya yakni MA Negeri 1
Jembrana yang siswa-siswinya rata-rata
berasal dari kelurahan Loloan.
Penggunaan bahasa Melayu di sekolah ini
tidak menjadi penghalang dalam proses
belajar mengajar di kelas. Terkadang para
gurunya pun juga menggunakan bahasa
Melayu ini untuk berkomunikasi dengan
siswa diluar jam mengajar. Saat HUT
sekolah pada bulan Januari, dalam
perayaannya juga menampilkan drama
tentang masuknya Islam dan orang-orang
Bugis-Melayu di tanah Loloan yang
ditampilkan oleh sanggar teater sekolah
tersebut. Hal ini merupakan salah satu cara
supaya para siswa-siswi mengetahui
bahwa ada perkampungan Islam di bumi
Gambar 6. Isi Kamus Bahase Loloan
dewata yang telah lama ada dan orang-
Sumber: Dokumentasi Nurus Maulida orangnya mayoritas berasal dari Bugis-
Melayu serta menanamkan berbagai
Dalam karyanya Eka Sabara juga
kebudayaan, tradisi, dan adat-istiadatnya
menambahkan ada 2 manfaat kamus yang
di tanah Loloan agar nantinya para
dihasilkan secara langsung. Pertama,
generasi muda tetap mempertahankan
melestarikan dan menambah serta
serta melestarikannya.
mengembangkan perbendaharaan kata
tidak hanya kata per kata, melainkan juga ASPEK-ASPEK PEMERTAHANAN
kalimat, klausa, frasa, dan bahkan IDENTITAS ETNIK BUGIS-MELAYU DI
peribahasa. Kedua, merangsang 4 KELURAHAN LOLOAN, SEBAGAI
kemampuan utama base Loloan, saat SUMBER BELAJAR SEJARAH DI MA
berada tengah-tengah masyarakat yang
tinggal di Kelurahan Loloan Barat maupun Kurikulum 2013 pembelajaran
di Kelurahan Loloan Timur, meski tidak sejarah kini mengalami perubahan dalam
disadari, masyarakat tengah mengasah 4 bentuK tujuan, sasaran, durasi waktu
kemampuan utama dalam penguasaan pembelajaran dan pembagian lingkup
base Loloan setiap kali memadukannya materi yang tertuang di dalam Kompetensi
dengan menambah perbendaharaan kata. Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan
silabus sejarah. Dalam hal tujuan dan
SEKOLAH sasaran, pemerintah melalui mata
Upaya pemertahanan identitas pelajaran sejarah berharap guru sejarah
Bugis-Melayu di sekolah salah satunya selaku ujung tombak. Upaya tersebut
yakni penggunaan bahasa Melayu untuk didukung oleh pemerintah bahwa ada
berkomunikasi dengan guru maupun antar penambahan waktu pembelajaran sejarah.
siswa diluar jam mengajar. Sebagian besar Kini dalam kurikulum 2013, guru-guru
sejarah mendapatkan kesempatan emas menarik minat siswa dalam proses
untuk mengeksplorasi lebih mendalam pembelajaran sejarah di kelas maupun luar
kegiatan pembelajarannya dengan kelas. Maka dari itu dirasa sangat penting
penambahan waktu pembelajaran sejarah untuk mengetahui aspek-aspek apa saja
yang bertambah dua kali lipat dari KTSP. yang dapat dikembangkan dari
Karena dalam kurikulum 2013 ini mata pemertahanan identitas etnik Bugis-
pelajaran sejarah dibagi menjadi 2 Melayu di Kelurahan Loloan yang dapat
kelompok yakni kelompok sejawah wajin digunakan sebagai sumber belajar sejarah.
dan kelompok sejarah peminatan.
Keberadaan kelurahan Loloan
Madrasah Aliyah Negeri 1 sebagai perkampungan Muslim etnik
Jembrana (MAN 1 Jembrana) merupakan Bugis-Melayu di Jembrana ini dapat
salah satu sekolah setingkat SMA/SMK digunakan sebagai sumber belajar sejarah
yang berbasis sekolah Islam yang di MA kelas X semester II dalam mata
menggunakan kurikulum 2013 hampir pelajaran Sejarah Indonesia (Wajib)
selama 4 tahun. Mata pelajaran sejarah di kurikulum 2013 pada materi “bukti-bukti
sekolah ini mengenai masuknya Islam dan kehidupan pengaruh islam di indonesia
berbagai peninggalannya yang bertahan yang ada sampai masa kini” dan termuat
hingga saat ini hanya bersifat nasional dalam Kompetensi Dasar (KD) ketiga yakni
saja, dan terpaku hanya pada silabus dan “Mengidentifikasi karakteristik kehidupan
buku pegangan guru maupun siswa. masyarakat, pemerintahan dan
Sebenarnya di lingkungan sekitar MAN 1 kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan
Jembrana ada perkampungan Muslim Islam di Indonesia dan menunjukan contoh
dengan berbagai peninggalan budaya dan bukti-bukti yang masih berlaku pada
tradisi dari etnik Bugis-Melayu yang kehidupan masyarakat Indonesia masa
membawa agama Islam ke tanah kini” dan dalam Kompetensi Dasar (KD)
Jembrana yakni Kelurahan Loloan. keempat yakni “Menyajikan hasil
Keberadaan Kelurahan Loloan penalaran dalam bentuk tulisan tentang
sebagai Kampung Islam di Jembrana tentu nilai-nilai dan unsur budaya yang
saja dapat dijadikan sumber belajar berkembang pada masa kerajaan-kerajaan
sejarah karena memiliki berbagai potensi Islam dan masih berkelanjutan dalam
dalam materi sejarah wajib maupun kehidupan bangsa Indonesia pada masa
peminatan. Bisa dijadikan pembelajaran kini”. Adapun aspek-aspek yang dapat
dengan menggunakan metode kontekstual dikembangkan dari pemertahanan
maupun metode discovery, identitas etnik Bugis-Melayu di Kelurahan
mengembangkan keaktifan siswa dalam Loloan yang dapat digunakan sebagai
mengingat terhadap berbagai temuan yang sumber belajar sejarah yakni sebagai
mereka temui sendiri di Kelurahan Loloan berikut:
berkaitan dengan berbagai peninggalan 1. Aspek Kognitif
budaya maupun tradisi etnik Bugis-Melayu
sehingga siswa dapat berfikir lebih kritis- Kurikulum 2013 memberi peluang
analistis dan juga dalam menambah kepada guru untuk mengajak siswa
pengetahuan mereka bagaimana mengasah keaktifan berfikir kritis-analitis.
kerukunan antar umat beragama di Hal ini berhubungan dengan aspek kognitif
Kelurahan Loloan (menyame braye). Para yang mengasah kemampuan berfikir,
guru sejarah bisa menggunakan komunitas termasuk didalamnya kemampuan
Islam etnik Bugis-Melayu ini sebagai menghafal, memahami, mengaplikasi,
sumber belajar sejarah supaya dapat menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Sumber akan menghindarkan kita dari isu SARA
sejarah memuat berbagai fakta-fakta yang dan paham Radikalisme yang akhir-akhir
sudah tersedia di lingkungan sekitar. Guru ini menjadi perbincangan dunia.
seharusnya lebih memperbaharui segala
Untuk menanamkan sikap toleransi
informasi-informasi terbaru mengenai
bisa dimulai dari lingkungan keluarga dan
fakta-fakta sejarah yang ada di lingkungan
masyarakat. Adanya rasa saling
sekitar.
menghargai terhadap teman yang sedang
Salah satu sumber sejarah yang menjalankan ibadah sesuai dengan
bisa di manfaatkan guru dan siswa sebagai keyakinan masing-masing. Di Indonesia
sumber belajar sejarah adalah banyak sekali contoh-contoh sikap
pemertahanan identitas etnik Bugis Melayu toleransi antar umat beragama, hal ini juga
di Kelurahan Loloan Barat. Adanya berlaku di Kabupaten Jembrana, Bali
identitas etnik Bugis Melayu ini erat contohnya seperti kerukunan umat
kaitannya dengan masuknya Islam di beragama di kelurahan Loloan.
Jembrana yang didominasi oleh para Masyarakat di kelurahan Loloan hidup
rombongan yang yang berasal dari Bugis- saling berdampingan dan harmonis
Makassar dari Kesultanan Wajo saat meskipun berbeda agama maupun etnik.
terjadi perebutan wilayah Sulawesi oleh
Kerukunan antar umat beragama di
VOC. Rombongan ini datang dalam 2
kelurahan Loloan sudah terjadi 4 abad
tahap. Tahap pertama pada tahun 1653,
silam saat kedatangan para rombongan
dan tahap kedua pada tahun 1660 tahap
Laskar Hasanudin dari Kesultanan Wajo
kedua ini dipimpin oleh Daeng Nachkoda
(Sulawesi), kedatangan para mubaligh dari
yang saat itu terjadi kejar-kejaran antara
Kocing, Sarawak (Malaysia), dan
rombongan tersebut dengan tentara VOC
kedatangan Sultan Pontianak memasuki
pada tahun ini datang juga para mubaligh
wilayah Jembrana dan diberikan ijin
dari Kocing-Sarawak (Malaysia) yakni
menetap di Bandar Pancoran oleh
salah satunya Datuk Sirajuddin (Buyut
penguasa Jembrana yakni Raja I Gusti
Lebai) untuk berdakwah menyebarkan
Ngurah Arya Pancoran. Mereka diberi
ajaran Islam. Lalu pada tahun 1799 datang
kebebasan untuk berdagang bahkan untuk
juga rombongan dari Kesultanan
berdakwah mengajarkan dan
Pontianak yang dipimpin Sultan
menyebarkan agama Islam kepada
Abdurrahman Yahya Al Qadry dan Sultan
masyarakat Hindu setempat. Sikap
Abdullah Yahya Al Qadry. Kedatangan
toleransi ini terus berlanjut saat Bandar
para rombongan ini menambah khazanah
Pancoran sangat ramai pelabuhan
etnik di Jembrana. Para rombongan ini
dagangnya ditambah dengan kedatangan
masyarakat Hindu sekitar hidup dalam
para pedagang yang berasal dari luar
kerukuran selama 4 abad lamanya hingga
daerah Jembrana seperti Jawa, Sumatera,
saat ini.
dan Madura hingga para pendatang ini
2. Aspek Toleransi diberikan izin oleh penguasa Jembrana
mendirikan bangunan ibadah berupa
Beragamnya etnik di Indonesia masjid pertama bernama “Baitul Qadim”
menambah kekayaan budaya Nusantara. yang bertempat di pinggir sungai Ijo
Adanya berbagai macam etnik, suku dan Gading yang terletak di Kelurahan Loloan
agama, merupakan tugas dan kewajiban Timur. Hingga saat ini kerukunan umat
setiap warga negara untuk tetap menjaga Muslim Bugis-Melayu dengan keturunan
ikatan persaudaraan dan sikap toleransi penguasa Jembrana terjaga dengan baik.
antar sesama. Sikap toleransi ini nantinya
melestarikan segala identitas asli Loloan
itu sendiri, meskipun kemajuan arus
globalisasi sangat deras dan tidak bisa
dikontrol dengan tangan kosong.
Bagi pemerintah agar selalu
menerima aspirasi masyarakat terkait hal
pelestarian kebudayaan. Supaya
khazanah budaya Kabupaten Jembrana
lebih dikenal lagi diseluruh Nusantara yang
menjadi bukti adanya kerukunan antara
umat Hindu dan Islam khususnya di
Kabupaten Jembrana.
Bagi peneliti agar terus menggali dan
mengembangkan hal-hal yang belum
Gambar 7. Penampilan Burdah di
diketahui untuk menambah pengetahuan
Depan Anak Keturunan Raja Jembrana
terkait tentang penelitian Pemertahanan
ke IX
Identitas Bugis-Melayu di Kelurahan
Sumber: Dokumentasi Bapak Eka Loloan.
Sabara Bagi guru mata pelajaran Sejarah
hendaknya menggali berbagai potensi-
SIMPULAN DAN SARAN potensi di lingkungan sekitar yang dapat
Pemertahanan Identitas Bugis- dijadikan sebagai sumber belajar sejarah,
Melayu di Kelurahan Loloan, Kecamatan supaya siswa tidak jenuh untuk terus
Negara, Kabupaten Jembrana, Bali belajar sejarah.
hingga saat ini masih dilaksanakan oleh
seluruh lapisan masyarakat di Loloan. DAFTAR PUSTAKA
Adapun pemertahanan identitas etnik Agung. S, Leo dan Sri Wahyuni. 2013.
Bugis-Melayu tersebut yang masih Perencanaan Pembelajaran
Sejarah. Yogyakarta: Ombak
bertahan hingga saat ini yakni Bahasa
Melayu Loloan, Rumah Panggung, Ahmadi, Rulam. 2016. Metodologi
Upacara Siklus Hidup, Kesenian Burdah, Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Kesenian Silat Bugis dan Tradisi Meboreh Ar-Ruzz Media
Anak Dare Loloan. Adapun upaya yang Artadi, I Ketut. 2004. Nilai Makna Dan
dilakukan dalam mempertahankan Martabat Kebudayaan. Denpasar:
identitas tersebut salah satunya Sinay
pembuatan Kamus Bahase Loloan oleh Brandan, Arifin. 1995. Loloan Sejumlah
seorang pemerhati budaya yakni Bapak Potret Ummat Islam Di Bali.
Eka Sabara. S.PdI. Pemertahan identitas Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal
etnik Bugis- Melayu ini juga dapat
Hasan, Ali. 2002. Sejarah Keberadaan
dijadikan sebagai sumber belajar sejarah Ummat Islam Di Bali. Denpasar:
di MA dengan meliputi 2 aspek yakni Mui Bali
aspek kognitif dan aspek toleransi.
Hasan, S.H. 2005. Kurikulum Sejarah Dan
Bagi masyarakat Kelurahan Loloan Pendidikan Sejarah Lokal.
Bandung: Universitas Pendidikan
secara keseluruhan agar terus menjaga
Indonesia
ikatan persaudaraan antar umat
beragama meskipun berbeda-beda etnis,
serta tetap terus menjaga dan
Hasan, S.H. 2013. Informasi Kurikulum Sabara, Eka. 2017b. Kamus Bahase
2013. Bandung: Universitas Loloan. Jembrana: Komunitas
Pendidikan Indonesia Ngopi Jembrana
Ismaun. 2005. Pengantar Belajar Sejarah Sabara, Eka. 2017c. Mengupas Seni
Sebagai Ilmu Dan Wahana Burdah Loloan. Jembrana:
Pendidikan. Bandung: Historia Komunitas Ngopi Jembrana
Utama pers Sanjaya, Wina. 2009. Strategi
Khusyairi, Johny Alfian dkk. 2017. Berlayar Pembelajaran Berorientasi
ke Pulau Dewata (Diaspora Standar Proses Pendidikan.
Orang-orang Bugis Makassar dan Jakarta: Kencana
Mandar di Pulau Bali). Yogyakarta: Setiadi, M Elly. 2006. Ilmu Sosial Budaya
Ombak Dasar. Jakarta: Penadamedia
Mahdi, Adnan dan Mujahidin. 2014. Group
Panduan Penelitian Praktis Untuk Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:
Menyusun Skripsi, Tesis, dan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Desertasi. Bandung: Alfabeta dan R&D, cetakan kesebelas
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan (Bandung: Alfabeta, 2010)
Pembelajaran Mengembangkan Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode
Standar Kompetensi Guru. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya dan Tindakan. Bandung: PT
Mashad, Dhurorudin. 2014 Muslim Bali Refika Aditama
Mencari Kembali Harmoni Yang Sumarsono, 1990. Pemertahanan Bahasa
Hilang. Jakarta: Pustaka Al- Melayu Loloan Di Bali. Disertasi
Kautsar (tidak diterbitkan). Fakultas
Moloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Pascasarjana, Universitas
Kualitatif. Bandung: Rosda Indonesia

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. Sumarsono. 1993. Pemertahanan Bahasa


2005. Komunikasi Antar Budaya. Melayu Loloan di Bali. Jakarta:
Bandung: PT Remaja Rosda Pusat Pembinaan dan
Karya Pengembangan Bahasa.
Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012.
“Sebuah Pendekatan Baru”. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Referensi Yogyakarta: Ombak
Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha. 2016.
Kualitatif dalam Perspektif Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Tugas Akhir, Skripsi, Tesis Dan
Ar-Ruzz Media Disertasi. Singaraja: Undiksha
Rahmatullah. 2011. Pendidikan Widja, I Gede. 1989. Dasar-Dasar
Kewarganegaraan. Makasar: Pengembangan Strategi Serta
Universitas Hasanudin Metode Pengajaran Sejarah.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Dan Kebudayaan Direktorat
Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta Jenderal Pendidikan Tinggi
Sabara, Eka. 2017a. Jejak Ulama Loloan Proyek Pengembangan Lembaga
Di Jembrana Pada abad ke 18 Pendidikan Tenaga Pendidikan
masehi. Negara: Desain dan Wiyanarti, Erlina. 2012. Model
Layout Eka Sabara Pembelajaran Kontekstual dalam
Pengembangan Pembelajaran
Sejarah. Bandung: Universitas Tersedia dalam
Pendidikan Indonesia https://www.google.co.id/amp/s/ok
kyaritamaharani.wordpress.com/20
Yaqin Ainul. 2005. Pendidikan 13/05/07/peranan-sekolah-
Multikultural, Yogyakarta: Pilar sebagai-agen-pembaharuan-
Media kebudayaan/amp/ diunduh pada 13
Zuhdan, Kun Prasetyo, dkk. April 2018
2011. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Sains Terpadu
Untuk Meningkatkan Kognitif,
Keterampilan Proses, Kreativitas
serta Menerapkan Konsep Ilmiah
Peserta Didik .Program
Pascasarjana UNY.

Sumber Internet:
Anggraeni, Astri Widyaruli. (2016).
Pemertahanan Bahasa Using Pada
Masyarakat Multietnis.
Pemertahanan Bahasa Using Pada
Masyarakat Multietnis
Volume 1, No. 2, September 2016.
162-174.
https://jurnal.unmuhjember.ac.id/in
dex.php/BB/Article/view/394/283
diunduh pada 19 Februari 2018

Fakhrunnisa, Dania. (2016). Etnik Bugis


Mandar Di Dusun Mandar Sari,
Desa Sumberkima, Gerokgak,
Buleleng, Bali (Sejarah,
Pemertahanan Identitas Etnik Dan
Kontribusinya Bagi Pembelajaran
Sejarah). Volume 6, No.3 (2016). 1-
13.
https://ejournal.undiksha.ac.id/inde
x.php/JJPS/article/view/8709/5666
diunduh pada 15 Januari 2018
Istriyani, Ratna, dkk. 2011. Teori Identitas.
Tersedia pada
https://sosiologibudaya.wordpress.co
m/2011/04/04/teori-identitas/
diunduh pada 19 Februari 2018
Junia, Meri. 2014. Identitas Etnik. Tersedia
pada
http://merijunia.blogspot.co.id/2014/0
1/identitas-etnik-ii.html diunduh pada
19 Februari 2018
Maharani, Okky Arita. 2013. Peranan
Sekolah Sebagai Agen
Pembaharuan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai