Anda di halaman 1dari 1

Abstrak

Penelitian ini mendeskripsikan kebudayaan yang ada di daerah Banyuwangi tepatnya di desa Benelan, yakni
tradisi mudun lemah. Tradisi mudun lemah ialah adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang
dilakukan bagi anak berusia tujuh bulan dengan maksud memperkenalkan si anak untuk pertama kalinya
menginjakan tanah atau bumi. Tradisi ini dilaksanakan karena masyarakat menganggap bahwa tradisi tersebut
adalah suatu kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan dan bertujuan untuk menghindari kesialan. Penelitan ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Data dalam penelitian ini adalah hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi yang di dalamnya terkandung : (1) wujud mitos dalam tradisi mudun
lemah masyarakat Osing di desa Benelan Kabupaten Banyuwangi, (2) nilai budaya yang berkaitan dengan
mitos tradisi mudun lemah masyarakat Osing di desa Benelan Kabupaten Banyuwangi, (3) fungsi mitos tradisi
mudun lemah masyarakat Osing di desa Benelan Kabupaten Banyuwangi, (4) pemanfaatan mitos dalam tradisi
mudun lemah masyarakat Osing desa benelan Kabupaten Banyuwangi sebagai alternatif materi pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sesepuh atau orang yang
mengetahui tentang tradisi mudun lemah desa Benelan Kabupaten Banyuwangi dan silabus kurikulum 2013
revisi 2017. Teknik pengumpul data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data
diawali dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dan pebahasan wujud mitos tradisi
mudun lemah terdapat pada cerita suci dan tindakan prosesinya.

Kata kunci: mitos, tradisi mudun lemah, materi pembelajaran

Abstract
This study describes the culture in Banyuwangi, East Java, precisely in the village of Benelan, which is a
tradition of mudun lemah. Mudun lemah tradition is a tradition passed down from ancestors to a seven-month-
old child with the intention of introducing the child for the first time to land or earth. This tradition is carried out
because the community considers that the tradition is an obligation that cannot be abandoned and aims to avoid
bad luck. This research used a type of qualitative research with an ethnographic approach. The data in this study
were the results of observations, interviews, and documentation that containing the results such as: (1) the form
of myth mudun lemah tradition of Osing villagers in Benelan village, Banyuwangi Regency, (2) cultural values
related to the myth mudun lemah tradition of Osing villagers in the Benelan village, Banyuwangi Regency, (3)
the function of the myth mudun lemah tradition of Osing villagers in Benelan village, Banyuwangi Regency, (4)
utilization of myths mudun lemah tradition of Osing villagers in Benelan village Banyuwangi Regency as an
alternative material for learning Indonesian language and literature in Senior High School. The data sources in
this study included elders or people who knew about the tradition of the mudun lemah of Benelan village,
Banyuwangi Regency and the revised 2013 curriculum syllabus in 2017. Data collection techniques used
observation, interview, documentation techniques. Data analysis begins with data reduction, data presentation,
and conclusion. The results and achievements of the mythical form of the mudun lemah tradition were found in
the sacred story and the procession.

Keywords: myths, tradition of mudun lemah, learning material

Anda mungkin juga menyukai