Anda di halaman 1dari 22

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL “LITTLE

WOMEN” KARYA LOUISA MAY ALCOTT : MEMBANGUN


POLA MINDSET, AMBISI SERTA JATI DIRI PEREMPUAN

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat ujian


guna memperoleh gelar Sarjana Sastra
pada Program Studi Sastra Inggris

oleh
Meli Ismaya
NIM 2030921001

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS


FAKULTAS ILMU ADMINISTARSI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
SUKABUMI
2023

1
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunianya yang begitu besar saya dapat menyelesaikan proposal ini
dengan tepat waktu dalam kondisi sehat wal afiat. Bagi saya kesehatan adalah
kunci utama yang tidak terhitung nilainya hingga proposal ini dapat saya susun
sebagaimana mestinya. Adapun proposal ini merupakan tugas dari mata kuliah
Pragmatik yang saya beri judul “Tindak tutur direktif dalam novel Little Women
karya Louisa May Alcott : membangun pola mindset, ambisi serta jati diri
perempuan”. Saya sadar bahwa proposal ini tentunya belum sempurna dan msih
butuh proses perbaikan, namun tentunya saya sebagai penulis sudah semaksimal
mungkin untuk menyusun proposal ini sesuai apa yang diharapkan.
Adapun dalam penyusunan proposal ini saya juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Bapak Ramdan Sukmawan, M.HUM. di semester VI
Karena tanpa beliau saya yakin akan begitu kesulitan dalam upaya penyusunan
proposal ini khususnya pada upaya perancangan rumusan masalah serta berbagai
konteks pandangan yang lebih luas.
Saya harap proposal ini dapat berguna bukan hanya untuk saya tetapi juga
khalayak umum untuk menjadi acuan contoh penelitian novel sastra yang dikaji
dengan menggunakan analisis pragmatik. Saya juga sadar bahwa proposal ini
belum sempurna oleh karena itu saya sangat terbuka lebar bagi semua pihak
dalam hal kritik maupun saran yang membangun agar saya bisa menyusun
proposal lebih baik ke kedepannya.

Penulis

Meli Ismaya

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
Bab I.........................................................................................................................................
1
Pendahuluan.........................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................................
Bab II ....................................................................................................................................
Kajian Literatur...................................................................................................................
2.1. penelitian terdahulu.........................................................................................................
2.2 Kajian teori.......................................................................................................................
2.3 Kerangka pemikiran.......................................................................................................
Bab III.................................................................................................................................
Objek dan Metode Penelitian............................................................................................
3.1 Objek Penelitian..................................................................................................
3.2 Metode Penelitian................................................................................................
3.2.1 Pendekatan penelitian.......................................................................................
3.2.2 Teknik pengumpulan data................................................................................
3.2.3 Teknik analisis data..........................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perilaku sosial dianggap sebagai asumsi pola pikir serta orientasi berdasarkan
nilai-nilai kehidupan suatu masyarakat yang menempati cakupan wilayah tertentu
berdasarkan zamannya. Hal ini mempengaruhi kehidupan sosial tetapi tidak
menentukan interpretasinya pada setiap anggota kelompok yang ada di
masyarakat.
Strategi yang dilakukan setiap individu terhadap individu lainnya ikut menjadi
pola pengembangan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan begitu
sikap dan tindakan yang dilakukan tentu akan berkaitan terhadap orang yang
bertindak sebagai penutur maupun orang yang menerima tuturan. Tuturan tersebut
dapat berupa frasa, kalimat maupun berupa dialog antar perorangan yang terjadi
secara langsung maupun tidak langsung.
Penggunaan bahasa dalam komunikasi merupakan wujud dari bentuk interaksi
sosial yang memiliki fungsi untuk dapat melihat bahasa yang di tuturkan lebih
jauh dari sekedar konteks tuturan. Hal ini terjadi berulang kali sehingga
memperkuat konsepsi hubungan diantara makna kata yang lebih spesifik diantara
para penutur bahasa.
Berbagai cara yang digunakan masing-masing individu untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain memiliki fungsinya sendiri-sendiri seperti untuk
melakukan perintah, larangan, berjanji akan suatu hal, memohon, berterimakasih
maupun menjelaskan atau menyarankan suatu hal agar dapat dilakukan orang lain.
Komunikasi yang terjadi antara penutur dan penerima tuturan dapat
menimbulkan respon yang fositif maupun negatif, mempengaruhi atau justru
merubah tindakan seseorang untuk dapat mengambil satu keputusan. Menurut
Austin (dalam Leech, 1993 :28) menyatakan bahwa semua tuturan adalah sebuah
bentuk tindakan dan tidak sekedar sesuatu tentang dunia tindak ujar atau tutur
(Speech Act) adalah fungsi bahasa sebagai sarana penindak. Oleh karena itu

5
tuturan seseorang akan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan oleh orang
yang menuturkan maupun orang yang diberi tuturan.
Mindset manusia dapat berupa pandangan setiap individu akan dirinya sendiri
yang berhubungan dengan dimensi fisik, karakteristik individual maupun motivasi
diri yang tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual tetapi juga
kelemahan bahkan kegagalan. Jati diri manusia meliputi berbagai komponen
seperti gambaran diri, harga diri maupun diri ideal. Masing-masing dari individu
tentu memiliki Self-concept yang berbeda-beda dengan cara pandang yang
berbeda diantara satu individu dengan individu lainnya yang dapat merujuk pada
keseluruhan keyakinan dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dari berbagai interaksi dengan orang lain. Mindset seseorang bisa terjadi
akibat suatu kecerdasan, pengalaman, emosi, tingkat aspirasi dan ambisi maupun
status sosial dalam keluarga. Hal ini akan berpengaruh terhadap suatu tindakan
yang dilakukan hingga seseorang benar-benar dapat mengenali dirinya sendiri, hal
apa yang ingin ia kejar dan butuhkan dalam hidup termasuk dalam konteks
berinteraksi.
Perempuan dilahirkan sebagai rahim bagi suatu negara. Jika seseorang ingin
menghancurkan suatu bangsa maka hancurkanlah perempuannya. Karena itu
perempuan merupakan identitas terpenting dalam suatu wilayah untuk membentuk
karakter peradaban selanjutnya. Namun pada era tertentu perempuan dibatasi
untuk dapat mengembangkan pemikiran serta cita-cita yang ingin dia capai.
Perempuan seringkali menjadi alasan runtuhnya ambisi-ambisi itu sebelum
mereka memulai untuk bangkit maupun membangunnya. Perempuan dianggap
lebih lemah daripada laki-laki. Perempuan tidak akan bisa mensejajarkan dirinya
dengan posisi laki-laki. Dengan alasan-alasan demikian. Maka era baru muncul
untuk mengangkat posisi perempuan jauh lebih tinggi. Banyak novel sastra yang
mulai bermunculan untuk mengulik kekuatan-kekuatan perempuan dengan
mengangkat masalah feminism. Adanya ambisi menimbulkan mindset baru
muncul didalam konsep diri perempuan, beberapa problematika mulai
mempengaruhi pemikiran perempuan agar jauh lebih terbuka terhadap sekitarnya
agar bertumbuh tidak sesuai dengan perintah dan ekspektasi orang lain.

6
Mindset serigkali dihubungkan dengan sekumpulan kepercayaan atau cara
berfikir yang dapat mempengaruhi perilaku dan sifat seseorang dalam menghadapi
situasi dalam hidup. Pemikiran dan perilaku tersebut akhirnya dapat berubah
menjadi aksi yang nantinya berhubungan dengan konteks bahasa.
Linguistik merupakan salah satu cabang studi yang mempelajari bahasa
dalam konteks kehidupan manusia sedangkan pragmatik merupakan ilmu
linguistik yang mempelajari maksud dari ujaran yang di ucapkan. Zamzani
(2007 :18-23) mengatakan kajian pragmatik terarah pada masalah bahasa dalam
suatu masyarakat.
Bidang ini mempelajari tentang pemahaman apa yang orang maksudkan dalam
situasi tertentu dan bagaimana situasi itu mempengaruhi apa yang mereka
tuturkan atau katakan. Bidang ini mempelajari kondisi penggunaan bahasa
manusia karena ditentukan oleh konteks sosial.
Salah satu bagian terpenting dari pragmatik yaitu tindak tutur. Komunikasi
bukan hanya sekedar penyampaian bahasa atau tuturan tetapi hal ini menyebabkan
adanya perilaku atau tindakan. Tindakan manusia ketika melakukan tuturan atau
ujaran disebut dengan tindak tutur yaitu bagian dari interaksi sosial yang
berfungsi sebagai sarana penindak. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap apa
yang dituturkannya. Si penutur tidak hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa
tetapi juga memaksudkan tuturan dapat direspon agar si lawan bicara dapat
menduga apakah si penutur sedih, marah atau gembira.
Tindak tutur dapat ditemukan dalam peristiwa komunikasi sehari-hari atau
dapat juga ditemukan melalui sastra contohnya yaitu novel sastra. Novel juga
banyak menceritakan kehidupan sosial , menceritakan suatu peristiwa yang terjadi
di masa lalu atau hanya sekedar imajinasi penulis yang di tuangkan dalam bentuk
tulisan. Pengkajian karya sastra dalam bentuk novel sangat kompleks dan luas
namun dari sekian banyaknya masalah kebahasaan, masalah tindak bahasa
(Tindak tutur) merupakan masalah paling penting karena dengan begitu
komunikasi yang terjadi baik secara lisan maupun tulisan dapat difahami secara
tepat apabila sudah memahami faktor-faktor non linguistiknya. Sedangkan tindak
tutur juga dapat terjadi karena beberapa faktor. Menurut Hymes (Dalam Rustono,
1999 :21) faktor itu berjumlah delapan yakni : (1) Setting atau Scene yaitu tempat

7
dan suasana peristiwa tutur, (2) Participan, yaitu penutur, mitra tutur atau tempat
pihak lain (3) End atau tujuan, (4) Act yaitu tindakan yang dilakukan penutur di
dalam peristiwa tutur, (5) Key, yaitu nada suara dana ragam bahasa yang
digunakan di dalam mengekspresikan tuturan dan cara mengekspresikannya, (6)
Instrument, yaitu alat atau tulisan melalui telepon atau bersemuka, (7) Norma atau
norma yaitu aturan permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur, (8)
Genre, yaitu jenis kegiatan seperti wawancara, diskusi, kampanye dan sebagainya.
Dengan berdirinya National Organization for Woman (NOW) pada tahun
1966 yang didirikan oleh Betty Freidan maka munculah gerakan yang bertujuan
untuk memperjuangkan partisipasi perempuan di seluruh kehidupan sosial di
Amerika dengan hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Gerakan ini juga
mulai bermunculan di abad-abd berikutnya dengan adanya femenisme gelombang
kedua dan ketiga.
Little Women merupakan novel sastra karya Louisa May Alcott yang terbit
pada tahun 1868 bertepatan dengan perang saudara atau yang disebut dengan
lahirnya gerakan feminism di Amerika pada abad ke-19.
Peneliti memilih novel Little Women sebagai objek penelitian karena banyak
sekali tindak tutur yang perlu dikaji sebagai bahan penting yang tidak pernah
diulik sebelumnya. Melihat bahwa dialog antar tokoh merupakan bagian penting
dari sebuah novel sastra maka penulis berharap ekspresi tuturan yang dikaji ini
dapat memberikan konsep pemikiran baru yang sangat menarik untuk dipelajari
lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang saya ambil adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana jenis tindak tutur direktif yang ada dalam novel Little Women
karya Louisa May Alcott ?
2. Bagaimana fungsi tindak tutur direktif yang ada dalam novel Little Women
karya Louisa May Alcott?

8
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana jenis tindak tutur direktif yang ada


dalam novel Little Women karya Louisa May Alcott.
2. Untuk mengetahui bagaimana fungsi tindak tutur direktif dalam
novel Little Women karya Louisa May Alcott?
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian serta dapat menjadi


pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya serta dapat
menjadi bahan kajian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat praktis


Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan
kesadaran perempuan terhadap nilai-nilai jati dirinya yang perlu di
kembangkan.

9
BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga penelitian sebagai bahan


perbandingan dan kajian. Pertama, Hikmah (2020) dengan judul Tindak tutur
direktif dalam novel 5 Cm karya Donny Dirgantoro (Kajian Pragmatik). Hasil dari
penelitian tersebut menyatakan beberapa tindak tutur direktif yang terdapat dalam
novel 5 Cm dari para tokoh di dalamnya, Adapun tindak tutur direktif yang dikaji
meliputi tindak tutur direktif Requestives (meminta, mengemis, memohon,
menekan, mengundang, mendoa, mengajak, mendorong), Question (bertanya,
menyelidik, menginterogasi), Requirements (memerintah, menghendaki,
mengkomando, menuntut, mendikte, mengarahkan, mengintruksi, mengatur,
mensyaratkan), Prohibitives (melarang, membatasi), Permissives (menyetujui,
membolehkan, memberi wewenang, menganugrah, mengabulkan, membiarkan,
mengijinkan, melepaskan, memaafkan,memperkenankan), dan Advisories
(menasehatkan, memperingatkan, mengkonseling, mengusulkan, menyarankan,
mendorong).
Kedua, Wijayanti (2014) dengan judul Tindak tutur tokoh dalam novel
Bekisar Merah karya Ahmad Tohari. Hasil dari penelitian tersebut membahas
seputar beberapa jenis tindak tutur meliputi Tindak tutur lokusi seperti bentuk
pernyataan (deklaratif), bentuk pertanyaan (interogatif), bentuk perintah
(impertaif). Tindak tutur Ilokusi seperti ilokusi asertif, ilokusi direktif, ilokusi
komisif, ilokusi ekspresif, dan ilokusi deklarati. Tindak tutur perlokusi
diantaranya perlokusi verbal, perlokusi nonverbal, dan perlokusi verbal nonverbal
yang dinyatakan dalam konteks tuturan langsung dan tidak langsung serta
dinyatakan dalam konteks tindak tutur literal dan tidak literal.
Ketiga, Wahyuni (2018) dengan judul Stategi guru pendidikan islam
dalam membentuk self Concept peserta didik pada SDN 278 Belawa kec. Belawa
Kab. Wajo. Hasil dari penelitian tersebut adalah mengupayakan timbulnya self

10
Concept dalam diri siswa dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya
secara negatif maupun fositif serta membahas tentang stategi apa yang perlu
dilakukan untuk membentuk karakteristik siswa disana.
Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu diatas terdapat persamaan maupun
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaan penelitian yang
dilakukan oleh kedua penelitian tersebut adalah tentang tindak tutur dalam kajian
pragmatik, namun perbedaan terletak pada objek yang berbeda dan fokus yang
ada ada didalam kajian tersebut. Dan satu penelitian terdahulu membahas objek
yang sama namun dengan fokus yang berbeda. Secara keseluruhan penelitian-
penelitian tersebut dapat menjadi referensi bagi penulis dalam menganalisis dan
mengkaji tindak tutur direktif sebagai pola perubahan mindset, ambisi serta jati
diri perempuan dalam novel Little Women karya Louisa may Alcott.

2.2 Kajian teori


2.2.1. Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Watak, perwatakan dan
karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh
pembaca., lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan
karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-
watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgyantoro, 2013: 247)
Sedangkan Wiyanti (2006 : 50) bahwa tokoh dalam drama mengacu pada
watak sifat pribadi seorang pelaku, sementara aktor atau pelaku mengacu pada
peran yang bertindak atau dalam berbicara dalam hubungannya dengan alur cerita.
Tokoh cerita (character) adalah orang-orang yag ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki

kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilaukan dalam tindakan (Abrams, via

Nurgiyantoro , 2013: 247). Sedangkan menurut Baldic (via Nurgiyantoro, 2013:247) tokoh adalah orang yang menjadi pelaku dalam cerita

fiksi atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan

tindakannya.

2.2.2 Pragmatik dalam konteks bahasa

Leech (melalui Wijana, 1996 : 3-4) menyatakan bahasa upaya menguak hakikat
bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari dengan

11
pemahaman terhadap pragmatic, yakni bagaimana bahasa itu dapat digunakan
dalam komunikasi. Selain itu, Tarigan, (1987: 32) menyatakan bahwa pragmatik
erat sekali hubungannya dengantindak ujar. Pendapat ini hampir serupa dengan
Ibrahim(1993 : 255) yang memandang tindak tutur sebagai salah satu konsep yang
paling menonjol dalam peneorian linguistik masa kini.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori tindak tutur
merupakan bagian dari pragmatik dari performansi linguistik. Pragmatik
membahas tentang bagaimana bahasa itu dapat difahami lebih dalam, bagaimana
konteks tuturan dapat dibuat serta bagaimana ucapan-ucapan itu dapat di
interpretasikan.

1. Tindak Tutur
Menurut Austin (dalam Ibrahim, 1993 : 106) ujaran bukanlah pernyataan atau
pertanyaan tentang informasi tertentu, tetapi ujaran merupakan tindakan (actions).
Dengan kata lain dalam mengucapkan sesuatu , seseorang melakukan suatu
tindakan. Tindak tutur dapat berupa tuturan lisan atau tulis yang disertai analisa
konteks tuturannya. Percakapan tersebut dapat di tuturkan dengan situasi nyata
penggunaan bahasa. Walau ini terdapat dalam sebuah novel, maka konteks tuturan
bahasanya dapat dikaji melalui kajian pragmatik.
Menurut Searle (melalui Wijana, 1996: 17) secara pragmatic ada tiga
jenis tindak bahasa tau tindak tutur yang dapat di wujudkan oleh seseorang
penutur, yakni tindaak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi.
a. Tindak Lokusi
Tindak lukosi yatu mengaitkan suatu topik dengan komentar dalam ungkapan,
seperti subjek dengan predikat atau penjelasan dalam sintaksis.
b. Tindak Ilokusi
Tindak Ilokusi yaitu ujaran sebagai tindak bahasa. Misalkan memanggil.
Menyatakan setuju, menyampaikan keberatan dan sebagainya.
c. Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu, pada
pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi, pengucapan kalimat itu (Nababan,
dalam Lubis, 1993: 9)

12
Bermacam-macam tuturan dapat mengungkapkan sebuah maksud. Sehubungan
dengan itu Leech (dalam Wijana 1996: 10-11) mengemukakan aspek yang harus
dipertimbangkan dalam situasi pragmatic, yaitu :
1. Penutur dan mitra tutur
Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur adalah usia, latar
belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban.
2. Konteks tuturan
Penutur dan mitra tutur memerlukan latar belakang pengetahuan yang dipahami
bersama untuk membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan.
3. Tujuan tuturan
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud
dan tujuan tertentu. Bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan
untuk menyatakan maksud yang sama atau sebaliknya berbagai macam maksud
dapat diutarakan dengan tuturan yang sama.
4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas
Berhubungan dengan tindak verbal atau performansi verbal yang terjadi dalam
situasi atau waktu tertentu serta jelas penutur dan mitra tuturnya.
5. Tuturan sebagai produk tindak verbal
Tuturan pada aspek ini mengacu pada produk linguistic suatu tindak tutur sebagai
hasil kebahasaan yang diidentifikasikan lewat penggunaannya dalam situasi
tertentu.

2. Jenis Tindak Tutur Ilokusi


Tindak tutur ilokusi yaitu tindak tutur yang didalamnya mengandung maksud
tertentu. Cummings (2007: 9) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah ujaran-
uajaran yang memiliki daya (konvensional) tertentu, seperti memberitahu,
memerintah, mengingatkan, melaksanakan dan sebagainya. Tindak tutur ilokusi
ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terimakasih,
menyuruh, menawarkan, menjanjikan dan sebagainya (Chaer, dalam Cummings
2007: 13). Tindak Ilokusi memiliki fungsi untuk menginformasikan sesuatu tetapi
juga mengacu untuk melakukan sesuatu.

13
Searle (dalam Leech, 1993: 163-165) mengelompokan tindak ilokusi menjadi
lima jenis, antara lain :
a. Asertif (Assertives)
Bentuk tutur yang mengikat penuturpada kebenaran proposisi yang diungkapkan,
misalnya menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), membual (basting),
mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming)
b. Direktif (directives)
Bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si
mitra tutur melakukan tindakan. Misalnya, memesan (ordering), memerintah
(commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan
merekomendasi (recommending).
c. Ekspresif (expressives)
Bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap
psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Misalnya, berterimakasih (thanking),
memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan
(blaming), memuoning), menyalahkan (blaming), memuji (praising), dan berbela
sungkawa (condoling).
d. Komisif (commisives)
Bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Misalnya
berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering).
e. Deklarasi (Declaration)
Bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. misalnya
berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membabptis (cristening), memberi
nama (naming), mengangkat (appointing), mengucikan (excommunicating), dan
menghukum (sentencing).

3. Tindak tutur Direktif


Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dapat di sampaikan secara
langsung maupun tidak langsung. Pola tentang hakikat tindak direktif dapat
bermacam-macam sesuai dengan fungsi komunikatifnya.

14
Menurut Levinson (dalam Rani dkk., 2006:234), tindak tutur direktif
adalah tindak tutur yang bermaksud menghasilkan efek melalui suatu tindakan
oleh pendengar. Menurut Suyono (1990:6), Tindak tutur direktif adalah tindak
tutur yang mendorong penanggap tutur melakukan sesuatu, misalnya
mengusulkan, memohon, mendesak, menentang, memerintah dan sejenisnya.
Intinya yang bisa “memerintah” lawan tutur melakukan suatu tindakan baik
verbal maupun non-verbal. Yule (2014:93) mendefiniskan bahwa tindak tutur
direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai penutur untuk menyuruh orang
lain melakukan sesuatu.
Ibrahim membagi tindak tutur direktif menjadi enam jenis, yang terdiri dari :
requstives (permohonan), questions (pertanyaan), requirements (perintah),
prohibitive (larangan), permissives (pemberian izin) dan advisories (nasihat).
Pertanyaan merupakan tindakan yang membutuhkan kejelasan tentang
sesuatu dan penjelasan atau jawaban tersebut diharapkan dapat diberikan oleh
penutur. Cheer dan Agustina (2004:350) membedakan pertanyaan atas lima
bagian, yaitu (a) pertanyaan yang meminta pengakuan atau jawaban ya-tidak
atau ya-bukan, (b) pertanyaan yang meminta keterangan mengenai salah satu
unsur kalimat, (c) pertanyaan yang meminta alasan, (d) permintaan yang
meminta pendapat atau buah pikiran orang lain, dan (e) pertanyaan yang
menyungguhkan.
Perintah merupakan ekpresi penutur kepada mitra tutur sehingga mitra
tutur menyikapi keinginan yang diekspresikan oleh penutur sebagai alasan
untuk bertindak. Terkait dengan hal tersebut Chaer dan Agustina (2004:356-
357), menyatakan bahwa perintah dibedakan atas tiga bagian , yaitu : (a)
perintah yang tegas, (b) perintah biasa, dan (c) perintah halus, selanjutnya
Rahardi (2000:77-82) membedakan perintah menjadi lima macam , yaitu : (a)
perntah biasa, (b) perintah permintaan, (c) perintah pemberian izin, (d) perintah
ajakan, dan (e) perintah suruhan.
Larangan peritah atau suruhan supaya mitra tutur tidak mengerjakan
sesuatu.oleh karena itu, dalam tuturan larangan ini harus digunakan kata jangan
dan tidak atau tidak boleh. Tuturan larangan juga bersifat tegas, bersifat biasa,
dan bersifat halus (Chaer dan Agustina , 2004: 359),.

15
Pemberian izin mengeskpresikan kepercayaan penutur dan maksud
penutur sehingga mitra tutur percaya bahwa ujaran penutur mengandung alasan
yang cukup bagi mitra tutur untuk merasa bebas melakukan tindkan tertentu.
Penasihat berarti apa yang diekspresikan penutur bukanlah keinginan
bahwa mitra tutur melakukan tindkan tertentu tetapi kepercayaan
melakukansesuatu hal yang baik bahwa tindakan itu merupakan kepentingan
penutur.

16
2.3 Kerangka Pemikiran

Hal yang mendasari penelitian ini yaitu hilangnya mindset perempuan


dikarenakan oleh acuan serta stigma orang lain terhadap perempuan . berdasarkan
penelitian tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang tindak tutur dalam
novel Little Women karya Louisa may Alcott. Adapun keterkaitan antara
permasalahan yang ada dalam penelitian ini dengan objek kajiannya yaitu pada
novel Little women karya Louisa May Alcott menceritakan tentang perjuangan
seoarang wanita untuk memperjuangkan hak-haknya di atas miskonsepsi yang
diberian terhadao wanita pada zaman itu. Adapun tindak tutur yang dikaji dalam
penelitian ini adalah tindak tutur direktif, karena analisis tuturan yang dihasilkan
dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap para
pembaca khususnya novel Little Women karya Louisa may Alcott yang
mengajarkan tentang sebuah ambisi perempuan serta kesetaraan yang berlaku
kxzterhadapnya. Hasil analisis tindak tutur direktif dalam novel Little Women
karya Louisa May Alcott dapat dijadikan sebagai alternatif untuk penguatan
pendidikan serta perubahan bagi karakter perempuan di masa kini khususnya
dalam dunia pendidikan.
Penelitian ini merupakan penelitian tentang analisis tindak tutur direktif
dalam novel Little Women karya Louisa May Alcott. Data dalam penelitian ini
berupa tuturan yang bersumber dari novel Little Women karya Louisa May Alcott.
Penelitian dilakukan dengan membaca novel Little Women karya Louisa May
Alcott, kemudian mencatat tuturan yang termasukkedalam tindak tutur direktif.
Kerangka berfikir dalam penelitian ini ditunjukan pada gambar berikut :

17
Terkikisnya mindset Terbatasnya ruang gerak Kurangnya
perempuan akan hak- perempuan dikarenakan pemahaman yang
haknya sebagai pola pemikiran yang membangun
perempuan yang ditunjuk secara permanen pemberdayaan
memiliki ambisi terhadap perempuan. terhadap pemajuan
perempuan.

tindak tutur direktif dalam novel Little Women


karya Louisa May Alcott yang membangun
pola mindset

Tindak tutur Direktif

memohon pertanyaann Perintah Larangan Pemberian Nasihat


izin

Analisis Temuan Hasil

18
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek penelitian


Objek penelitian ini adalah tindak tutur percakapan tokoh utama yang
terdapat dalam novel Little Women. Seperti novel-novel yang lain,
kalimat-kalimat dalam novel Little Women pun berupa kalimat naratif
dan tuturan dialog-dialog para pelaku. Namun demikian, penelitian ini
tidak akan membahas semua kalimat tuturan, tetapi hanya tuturan yang
melibatkan tokoh utamanya yaitu Jo. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa penelitian ini hanya berfokus pada tindak tutur yang pada
prinsipnya yaitu ucapan langsung yang melibatkan tokoh utama pada
novel Little Women.
A. Definisi istilah
Definisi istilah dalam penelitian ini yaitu :
1. Pragmatik adalah pengkajian bahasa yang mengarah pada
keterampilan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dakam
segala situasi tertentu.
2. Tindak tutur merupakan salah satu bidang kajian pragmatic,
sebagai tindakan menelaah mengenai cara melakukan sesuati
dengan memanfaatkan kalimat-kalimat. Kalimat yang tidak hanya
berfungsi menyampaikan informasi, melainkan dengan hal-hal
tertentu juga berfungsi sebagai pelaksana dari tindakan itu sendiri.
3. Tindak tutur ilokusi adalah tindak yang mengatakan sesuatu
dengan maksud isi tuturan untuk meminta pertanggung jawaban
dari penutur. Tindak tutur ilokusi dibagi menjadi lima yakni tindak
asertif, tindak komisif, tindak direktif, tindak ekspresif dan tindak
deklaratif.

19
4. Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai
unsur pembentuk instrinsik dan ekstrinsik.

B. Data dan sumber data


1. Data
Data dalam penelitian ini adalah tindak tutur ilokusi yang terbagi
menjadi lima bentuk tindak tutur yakni asertif, komisif, direktif,
ekspresif, dan deklaratif, dimana masing-masing memiliki
fungsinya sendir-sendiri dalam memaksudkan tuturan.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang diterbitkan
oleh Roberts Brothers tahun 1869
C. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah, dikost.

3.2 Metode penelitian


3.2.1. pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yakni
pendekatan teoretis dan metodologis. Pendekatan secara teoretis dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatis. Pendekatan
pragmatis merupakan pendekatan penelitian dalam ilmu bahasa yang
mengkaji makna ujaran pada situasi tertentu. Pendekatan pragmatic
adalah pendekatan yang memandang pemaknaan karya sastra
ditentukan oleh publik pembaca selaku penerima karya sastra tersebut.
Pendekatan pragmatik ini memandang karya sastra sebagai sarana
untuk menyampaikan tujuan politik dan sosial, pendidikan, moral,
agama maupun tujuan yang lain. Dalam praktiknya pendekatan ini
cenderung menilai karya sastra menurut keberhasilannya dalam
mencapai tujuan tertentu bagi pembacanya. Pendekatan penelitian
kedua yaitu pendekatan secara metodologis yang terbagi menjadi dua
pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan deskriptif.

20
Pendekatan deskriptif adalah pendekatan yang menganalisis suatu
dokumen yang menjabarkan keadaan sebenarnya. Penelitian ini
dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada yaitu
fenomena hadir pada penuturnya sehingga menghasilkan bahasa yang
sering dilakukan. Penelitian ini bertujuan menemukan dan
mendeskripsikan tindak tutur yang terdapat dalam novel Little Women.
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang berkaitan dengan data
yang tidak berupa angkatetapi berupa kualitas bentuk-bentuk verbal
yang berwujud tuturan sehingga data yang dihasilkan berupa kata-kata
tertulis atau lisan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala dari
kelompok tertentu yang diamati (Muhadjir, 2000:44). Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif karena data penelian berupa
bentukk-entuk verbal bahasa yaitu tuturan yang dilakukan oleh
tokotokoh utama dalam novel Little Women.

3.2.2 Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik membaca, teknik menandai dan teknik mencatat. Ketiga teknik
tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Teknik membaca dilakukan dengan membaca dan mengamati
kalimat setiap paragraph novel Little Women karya Louisa May
Alcott secara teliti untuk mendapatkan informasi yang jelas.
2. Teknik menandai yaitu menandai setiap yang dianggap penting
dalam membaca.
3. Teknik mencatat yaitu setiap informasi yang berbentuk tuturan
yang dianggap penting dicatat sebagai bahan informasi yang
dipersiapkan. Setelah data selesai dicatat selanjutnya diklasifikasi
sesuai kategori yang telah ditentukan. Data yang dicatat juga
dilakukan pengecekan ulang terhadap sumber data agar lebih jelas
dan valid dalam rangka analisi data.

21
3.2.3 Teknik Analisis data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini adalah
teknik analisi gaya untuk menentukan tindak tutur ilokusi pda novel
Little Women. Adapun langkah-langkah yang yang ditempuh dalam
menganalisis data sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi data yang menggambarkan tindak tutur direktif
pada novel Little Women karya Louisa May Alcott.
2. Klasifikasi dilakukan ketika mengklasifkasi bentuk ujaran berupa
tindak tutur asertif, komisif, direktif, ekspresif, dan deklaratif.
3. Tahap deskripsi. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan segala
bentuk tindak tutur berdasarkan hasil analisis data kualitatif.

22

Anda mungkin juga menyukai