dikenal dan suara laki-laki yang terdengar serius membuat Billy kebingungan. Pasalnya ia tak pernah menyebarkan nomor ponselnya kepada siapapun kecuali pada orang terdekatnya. Setelah menyimak penjelasan dari pria yang bernama Dana itu, ia mendapatkan penjelasan mengenai peristiwa ganjil yang dia alami bersama teman-temannya. Billy makin bingung menanggapi panggilan tersebut namun pada intinya ia harus menemui Dana di sebuah Museum Barang Antik yang terkenal di kota untuk mengakhiri kejadian buruk yang telah menimpa dirinya berserta teman-temannya itu. Akhirnya percakapan satu arah itu terhenti tanpa ada respon balik dari Billy. *** Jauh sebelum kejadian telpon misterius dari Dana, Billy adalah seorang siswa SMA yang menjalani kehidupannya dengan berat. Ia adalah seorang anak laki- laki yang tinggal di perkampungan kecil bersama dengan ibunya. Sejak kecil, ia harus merawat ibunya yang sakit keras sementara ayahnya sibuk bekerja di luar kota sehingga hanya bisa memberikan uang kiriman di setiap bulannya. Billy terpaksa hidup mandiri sejak SD karena kondisi kesehatan ibunya yang mulai memburuk saat itu. Kini di usianya yang ke 16 tahun, Ia sudah terbiasa dengan kerasnya hidup meskipun hal tersebut berdampak pada kemampuan akademiknya di sekolah. Sering sekali ia mendapat teguran dari guru karena ketahuan tidur di saat pembelajaran berlangsung. Hal tersebut sudah menjadi rutinitas Billy sehingga guru-guru mulai memaklumi perilakunya tersebut. Sebenarnya bukan tanpa alasan ia tidur di kelas tetapi pekerjaan sampingan menjaga toko di malam harilah yang membuat dirinya mengantuk setiap pagi. Faktanya uang yang dikirimi ayahnya hanya bisa untuk menebus biaya berobat ibunya, sementara untuk memenuhi kebutuhan keseharian, ia harus bekerja sepulang sekolah. Pekerjaannya itu sudah dari SMP ia lakukan untuk menyambung hidupnya. *** Suatu hari, hal yang tak biasa terjadi setelah Billy bangun dari tidurnya di kelas. Ia merasakan perutnya mulai nyeri kesakitan dan tak ada orang sama sekali di kelasnya. Ia pun teringat jadwal pelajaran yang sebenarnya sudah ia tunggu sejak tadi. Hanya di pelajaran olah raga, ia bisa menunjukkan antusias dan prestasinya. Namun ia harus mengindahkan pelajaran itu kali ini sebab perutnya semakin terasa sakit. Billy pun berusaha berjalan menuju toilet dengan perasaan kecewa sebab baru pertama kalinya ia tidak hadir mengikuti pelajaran olah raga di lapangan. Ia tak menyadari ketidakhadirannya itu nanti akan membuat insiden besar terjadi di kelasnya. Setelah dirasa sakit diperutnya sudah mendingan, Billy pergi ke UKS untuk mengambil obat kemudian kembali menuju ke kelas. Kelas begitu ribut karena Richard, teman sekelas Billy merasa kehilangan hp terbaru miliknya di dalam tas. Ia begitu bingung dan panik karena hpnya tidak ditemukan meskipun sudah mengacak-acak isi dalam tas dan lokernya. Ia menyesal karena meninggalkan handphonenya di kelas tadi. Ia pun murka dan mulai menginterogasi satu persatu siswa yang ada di kelas. Akibatnya kelas menjadi ramai karena perdebatan antara Richard yang mulai menuduh teman-temannya mencuri hpnya itu. Perdebatan itu juga memancing siswa kelas lain yang penasaran dengan kejadian tersebut. Kejadian tersebut menjadi semakin pelik ketika Billy datang. “Jangan asal tuduh mentang-mentang kau anak orang kaya,” teriak salah satu siswa di kelas. “Gimana aku gak nuduh kalau hp terbaruku hilang dalam sekejap. Apa mungkin kau yang sudah mencurinya,” ucap Richard sambil menunjuk ke arah Billy yang baru saja datang dari UKS. Beruntung guru-guru datang ke kelas untuk menenangkan kegaduhan siswa. Para siswa dari kelas lain pun berhamburan pergi ke kelasnya masing-masing setelah guru mereka sudah masuk di kelas. Tak terkecuali kelas XI-B tempat dimana kejadian kehilangan itu terjadi. “Eh ada apa ini ribut-ribut, sudah duduk dulu kalian semua. Akan bapak bantu selesaikan masalah ini sampai tuntas. Billy silahkan duduk dan coba Richard kesini sebentar jelaskan kronologinya pada bapak,” ujar Pak Ronny selaku guru BK dan wali kelas XI-B. Richard pun kemudian menceritakan semua kejadian yang dia ingat mulai dari ketika hpnya masih di tangan hingga saat ia meninggalkan hpnya tersebut untuk mengikuti pembelajaran olah raga di lapangan. Selepas pelajaran tersebut, ia sadar bahwa hpnya yang awalnya diletakkan di dalam tas sudah tak lagi ada. “Hp saya gak mungkin hilang kalau tidak dicuri seseorang yang ada di kelas ini pak. Coba deh bapak cek atau gak langsung aja geledah si Billy. Terakhir kali kulihat dia tidak ikut pelajaran olah raga. Padahal biasanya dia yang paling semangat ikut pelajaran itu daripada yang lain,” ucap Richard dengan nada emosi. “Tenang Richard, kamu tidak boleh menuduh seseorang tanpa bukti. Kan bapak sudah bilang dari awal akan menuntaskan masalah ini sampai selesai. Jadi untuk kalian semua, coba letakkan seluruh tas kalian di meja. Bapak akan coba periksa tas kalian satu persatu untuk menemukan Hp Richard yang hilang,” terang Pak Ronny. Richard pun terpaksa mengiyakan perintah Pak Ronny dan mulai memandang sinis kepada Billy karena ia yakin hpnya pasti diambil oleh dia. Sementara siswa lainnya mulai meletakkan tas mereka masing-masing di atas meja menuruti perintah wali kelasnya itu. “Sebelumnya maafkan kami pak karena sudah membuat kegaduhan di kelas. Saya malu sebagai ketua OSIS seharusnya saya bisa membantu Richard agar lebih tenang bukannya justru membuat suasana kelas menjadi pusat perhatian karena kami saling tuduh menuduh masalah kehilangan hp tersebut. Tenang saja Billy, aku percaya bukan kamu pencurinya,” ujar Steve, si ketua OSIS dan juga teman dekat Billy. “Halah udah diem aja kau Steve. Jangan cari muka dihadapan Pak Ronny dan membela pencuri itu deh,” teriak Richard yang makin emosi mendengar ucapan Steve barusan. “Huuuu…. ” Para siswa hanya bisa berseru mengejek ucapan Richard barusan. “Sudah-sudah tenang anak-anak. Richard sekali lagi bapak tekankan kamu diam saja dan jangan asal tuduh sembarangan. Cukup bapak saja yang akan memproses kejadian ini sampai tuntas. Bapak harap kamu sabar. Bapak yakin hpmu pasti ketemu kalau kamu bisa tenang dan tidak asal tuduh temanmu saja. Mengerti! Bisa dipahami tidak Richard!” terang Pak Ronny menenangkan suasana di kelas. “Bisa Pak,” jawab Richard sambil tetap menatap sinis Billy yang duduk di bangku paling belakang. Satu persatu tas dan tubuh anak-anak mulai diperiksa oleh Pak Ronny tapi tetap saja hp Richard masih tidak dapat ditemukan hingga akhirnya pemeriksaan itu berhenti di tempat Billy. Awalnya Pak Ronny memeriksa tubuh Billy dan memang terbukti tidak ditemukan hp tersebut namun ketika memeriksa tas Billy, ia terkejut karena menemukan hp Iphone keluaran terbaru yang pasti bukan milik Billy. “Apakah ini hp yang kamu maksud Richard,” ujar Pak Ronny sambil menunjukkan hp yang digenggamnya. “Ya pak betul sekali itu hp Iphone saya yang hilang. Dasar maling. Udah miskin ga tau diri juga ya lu jadi anak. Bisa-bisanya mencuri hpku yang baru saja dibelikan papa dari Singapur. Udah pak bawa aja maling itu ke ruang BK dan hukum saja dia biar ga ada lagi kasus kehilangan semacam ini lagi di kelas,” cela Richard sambil menghampiri Pak Ronny untuk menggambil hpnya. “Sumpah pak bukan saya pencurinya. Saya tadi tidak ikut pelajaran olah raga karena sakit perut. Meskipun saya miskin tapi tidak pernah dalam pikiran saya untuk mencuri apalagi mencuri hp milik teman sekelas. Saya juga tidak tau kenapa bisa Hp itu ada di dalam tas saya. Kumohon pak percayalah,” terang Billy memelas. “Udah pencuri gak mau ngaku lagi lu…” ucap Richard dan kemudian diikuti siswa yang lainnya yang menyoraki Billy yang kini ketahuan menyembunyikan hp Richard di dalam tasnya. “Sudah-sudah diam dulu kalian. Karena jam mengajar bapak sudah habis dan hp Richard sudah ketemu maka bapak pamit dulu dan membawa Billy ke ruang BK. Untuk kamu Richard lain kali hati-hati kalau membawa barang berharga. Dijaga betul-betul agar tidak ada kasus kehilangan seperti ini lagi dan ini juga berlaku untuk kalian semua anak-anak. Paham dan bisa dimengeri?” ujar Pak Ronny menyampaikan saran. “Iya pak…” sahut anak-anak kelas XI-B bersamaan. Pak Ronny pun pergi mengajak Billy ke ruang BK. Di sepanjang perjalanan Billy hanya tertunduk lemas dan bingung harus menjelaskan apa lagi agar dirinya terbebas dari tuduhan pencurian hp tersebut. Di kejauhan terlihat Steve yang menatap sedih Billy. Kini ia tak bisa lagi membantu temannya itu sebab bukti sudah jelas memojokkan Billy saat ini tapi sebenarnya ia yakin bahwa bukan Billy pelaku pencurian itu karena ia sudah mengenal sahabatnya itu sejak dari SD. Sesampainya di ruang BK, Billy hanya terduduk lemas dan menatap sekitar dengan pandangan kosong. Pikirannya kini mulai berkecambuk dan tak lagi ada jalan keluar untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. “Billy, coba cerita saja pada bapak, apakah kamu butuh banyak uang sampai-sampai berpikiran hendak mencuri hp temanmu di kelas. Tenang saja jika ada masalah keuangan, bapak akan coba bantu tapi bukan dengan cara mencuri seperti ini nak,” ujar Pak Donny sambil memegang pundak Billy yang mulai tegang. “Sumpah pak demi Allah saya tidak mencuri Hp Richard. Saya tidak ikut pelajaran olah raga tadi karena sakit perut. Saya tidak tau siapa yang tega meletakkan hp Richard ke dalam tas saya. Tapi saya berani bersumpah kalau memang bukan saya pencurinya. Saya tau meskipun saya miskin saya tidak mungkin tega mencuri hp teman saya sendiri. Saya lebih baik banting tulang bekerja dengan cara yang halal daripada mencuri pak. Kumohon percayalah ucapan saya,” terang Billy yang mulai menangis karena perkataan Pak Donny kepadanya. “Jadi kamu masih tidak mau mengaku. Baiklah kalau begitu jika benar bukan kamu pelakunya lalu siapa yang iseng meletakkan hp Richard ke dalam tasmu. Billy dalam hal ini kamu diposisi yang sulit. Bapak juga tidak bisa membela kamu jika bukti sudah jelas mengarah padamu. Apa boleh buat sekarang kamu kembali ke kelas dulu. Besok akan bapak umumkan hukuman yang tepat untuk kamu. Bapak tidak mau dituduh pilih kasih karena membela kamu. Maafkan bapak ya. Bapak harap kamu mengerti dan bersabar serta intropeksi diri dan berhati- hati agar tidak ada kejadian seperti ini terulang kembali. Paham… Bisa dimengerti Billy!” ujar Pak Donny sambil tersenyum menenangkan tangisan Billy. “Paham pak. Baiklah kalau begitu saya pamit kembali ke kelas. Terima kasih dan maaf pak. Selamat siang,” balas Billy yang kemudian berpamitan dan pergi menuju ke kelas. Pak Donny hanya tersenyum menatap muridnya Billy meskipun ia juga bingung mengenai hukuman apa yang pantas ia berikan kepada muridnya tersebut. Sebagai wali kelas dan guru BK ia harus adil kepada siapapun. Untung saja hpnya bisa ditemukan sehingga tidak sampai memperpanjang masalah di kelasnya. Ia juga ingin mempercayai ucapan Billy tetapi karena bukti sudah mengarah pada muridnya itu membuat dia jadi kesulitan untuk memutuskan keputusan yang terbaik untuk Billy. Pak Ronny pun akhirnya berkonsultasi kepada rekannya sesama guru BK untuk mencari solusi terbaik untuk masalah di kelasnya tersebut. *** Sementara itu situasi di kelas XI-B makin ramai karena tidak ada guru yang mengajar di kelas. Hal tersebut dijadikan kesempatan untuk Richard dan kawan- kawannya memulai aksi balas dendamnya. Ia pun mencoreti meja dan kursi milik Billy dengan Tipe-X dengan kata-kata pencuri. Steve sebagai ketua osis sudah berusaha mencegah perbuatan mereka tapi sayangnya Jaka dan Zaki justru mengunci kedua tangan Steve sehingga ia tak bisa menganggu Richard yang kini tengah asyik mencoreti tempat duduk Billy. “Kumohon hentikan teman-teman. Richard… Please… Stop…. Belum tentu terbukti kalau Billy pelakunya, Bisa saja ada anak lain yang iseng meletakkan hpmu ke tas Billy. Cukup kau jangan kotori meja dan kursi sekolah ini dengan emosi sesaatmu itu,” pinta Steve sambil berusaha melepaskan jeratan tangannya yang digenggam erat oleh Jaka dan Zaki. “Sudah diam kau Steve. Sebagai ketua osis, harusnya kau bersikap adil. Sudah jelas ada bukti kalau Billy yang mengambil hpku. Masih sempat saja kau membelanya mentang-mentang dia sahabatmu atau jangan-jangan kalian berdua bersengkongkol dan sengaja mecuri hpku ini. Dasar munafik,” hardik Richard yang semakin emosi mendengar pembelaan dari Steve. “Cukup, Richard. Jangan dilanjutkan fitnah kejammu itu. Jelas-jelas aku dari tadi juga ikut berolah raga bersama kalian di lapangan. Mana mungkin aku bisa melakukan hal yang kau tuduhkan itu,” balas Steve membela dirinya. “Makanya kau diam saja. Ga usah banyak bacot. Jika kau melawan berarti kau mengakui bahwa dirimu adalah komplotan Billy yang tadinya ingin mencuri hpku. Untung saja ada Pak Ronny yang mengeledah isi tas dia. Jika tidak, bisa saja hpku lenyap dicurinya hari ini,” ujar Richard yang masih sibuk mencoreti tempat duduk Billy. Steve pun kini hanya bisa terdiam dan tak lagi membalas perkataan Richard. Ia begitu kesal karena tak ada siapapun teman sekelas yang sependapat dan membantunya. Ia yakin kejadian ini hanya kesalahpahaman saja. Ia sangat percaya dengan Billy meskipun bukti sudah jelas di depan mata. Ia pun semakin tak berdaya ketika melihat Billy masuk ke kelas. Billy disambut dengan cemooh dan juga siraman air yang sengaja ditujukan padanya. Bajunya pun kini basah kuyup karena tak sempat menghindar dari guyuran air yang sengaja dilempar oleh Richard. “Sudah cukup Richard. Hentikan…!” teriak Steve sambil melepaskan diri dari gengaman Jaka dan Zaki kemudian berlari menuju Billy. “Huuu…Payah!” ejek Richard bersama komplotannya. Billy begitu terkejut karena mendadak diguyur air ketika ia baru datang memasuki kelas. Sontak Steve datang menghampirinya dengan membawa sapu tangan yang disimpan di saku celananya untuk membantu membersihkan bekas air di tubuh Billy. “Lebih baik bersihkan tubuhmu di toilet. Nanti disana akan kubawakan baju olah ragamu untuk ganti baju. Situasi disini masih panas karena kejadian tadi. Tenang saja aku percaya kok bukan kamu pelaku pencurian itu. Segera pergi ke toilet nanti kuantar bajumu disana,” bisik Steve sembari menyuruh Billy pergi meninggakan kelas. “Baiklah Steve… Terima kasih banyak atas bantuannya. Sepertinya cuma kamu saja yang percaya padaku. Sungguh demi apapun aku memang tadi di toilet karena sakit perut waktu olah raga. Aku juga tak tau siapa yang sengaja meletakkan hp Richard ke dalam tasku,” sahut Billy yang kemudian bergegas pergi meninggalkan kelas. “Hei… Mau kemana kau pencuri. Baru diguyur air aja udah kabur. Harusnya kalau pencuri tuh enaknya dihajar massa atau gak dilaporkan ke polisi skalian biar dimasukkan ke penjara. Udah miskin maling lagi. Dasar memalukan,” hina Richard sambil melempari sobekan kertas ke arah Billy. Billy sudah tak mempedulikan ejekan dan hinaan dari Richard. Ia lebih memilih pergi ke toilet seperti yang diperintahkan Steve. Harapannya hari itu hanya segera menyelesaikan pembelajaran dan pulang ke rumah. Ia sudah pasrah dengan hukuman yang akan diberikan Pak Donny kepadanya besok. Untung saja masih ada sahabat terbaiknya Steve yang percaya kepadanya. Ia kini hanya bisa menunggu kedatangan Steve mengantarkan baju olahraganya di toilet. *** Beberapa menit kemudian, Steve datang menghampiri Billy ke toilet. Dia pun membawakan baju olah raga untuk digunakan Billy. Ketika Steve hendak kembali ke kelas tiba-tiba pintu toilet tertutup dari luar dan mengunci mereka berdua yang masih berada di dalam toilet. Steve pun jadi kesal karena tindakan teman-teman sekelasnya yang seperti ini. Jabatannya sebagai ketua osis tidaklah berguna di situasi saat ini. Kini Billy dan Steve hanya bisa pasrah menunggu bantuan dari luar untuk membukakan pintu toilet sambil mengetuk pintu dari dalam dan berteriak minta tolong berharap ada seseorang yang mendengar suara mereka. “Maafkan aku Steve. Gara-gara aku, kamu juga ikut terkena imbasnya. Sudah cukup aku saja yang jadi sasaran mereka. Jangan sampai kau juga ikut sial sepertiku. Mungkin ini juga hukuman padaku karena tiap pagi selalu tidur di kelas. Andaikan uang kiriman ayah cukup untuk kebutuhanku sehari-hari, pasti aku tidak akan menjadi penjaga toko setiap malam. Sorry ya, aku malah jadi curhat kepadamu. Semoga saja segera ada orang yang membuka pintu toilet ini,” ucap Billy sambil terus mengetuk pintu toilet. “Sudahlah jangan pikirkan aku. Aku tau bukan kau pelakunya. Nanti sepulang sekolah aku coba hubungi wakil ketua osis dan teman-teman osis yang lain untuk menyelidiki kasus pencurian ini. Kuharap CCTV di depan kelas kita bisa menjadi bukti untuk menemukan siapa pelaku sesungguhnya yang iseng meletakkan hpnya ke dalam tasmu,” terang Steve sambil menepuk pundak Billy. “Baiklah nanti akan kubantu mencarinya kalau begitu,” ujar Billy yang mulai bersemangat. “Jangan.. Kamu lebih baik pulang. Aku khawatir Richard dan kawan-kawannya akan mengincarmu jika kau masih ada di sekolah nanti. Setelah bel pulang berbunyi kuharap kau bisa segera pulang. Lanjutkan aktivitasmu. Untuk sementara istirahat dulu di rumah. Aku takut Richard juga akan menganggumu saat kau bekerja nanti. Kuharap kau ikuti saranku ini,” terang Steve meyakinkan sahabatnya itu. Bel pulang sekolah berbunyi, para siswa berhamburan pergi menuju ke luar gedung sekolah dan untungnya ada petugas kebersihan yang datang untuk membersihkan toilet siswa. Akhirnya petugas tersebut membuka pintu toilet tersebut. Billy dan Steve pun segera keluar dari toilet dan berlari menuju ke kelas. Setibanya di sana mereka pun terkejut melihat kedua bangku mereka penuh dengan coretan. Kini bangku Steve juga ikut terkena imbasnya. Tak hanya itu, isi dalam tas mereka sudah berhamburan keluar. Mau tidak mau akhirnya mereka pun membereskan kekacauan di kelas. Sesuai kesepakatan Billy pun pamit kepada Steve untuk pulang ke rumah sedangkan Steve sudah menghubungi David, si wakil ketua osis dari kelas XI-A untuk membantu mengecek CCTV bersamanya. Benar saja, di depan kelas sudah ada David yang menyapa Steve dan segera mengajaknya pergi ke ruang keamanan sekolah. Sementara itu, Billy berjalan keluar gedung sekolah menuju ke tempat parkir untuk mengambil sepedanya. Sekali lagi ia harus menelan kesedihan karena melihat ban sepedanya robek depan belakang seperti ada yang sengaja merusaknya. Terpaksa ia pun akhirnya mendorong sepedanya itu perlahan menuju ke bengkel terdekat. Beruntung dia masih ada simpanan uang di dalam tasnya untuk memperbaiki ban sepedanya yang rusak tersebut. PERUDUNGAN DIMULAI
Pengumuman di mading sekolah membuat para
siswa berkerumun sebab jarang sekali ada info yang ditempel di mading jika bukan pengumuman penting. Namun isi pengumuman itu membuat sebagian siswa kecewa terutama Richard dan kawan-kawannya. “Anjir. Kesel banget liat pengumuman tadi. Apa Pak Donny disuap ya? Bisa-bisanya ngasih hukuman gitu doang sama pencuri macem Billy. Ah… sial kesel banget. Kalo ketemu Pak Donny, fiks pasti kuprotes dah tuh,” seru Richard kesal melihat isi pengumuman hukuman untuk Billy. “Betul sekali tuh. Apa jangan-jangan karena dukungan Steve tuh boss makanya hukumannya diringankan,” tambah Jaka yang semakin membuat Richard menjadi murka. “Tenang saja boss. Nanti kalau sampai Billy masuk ke sekolah kita kerjain saja dia habis-habisan. Skalian kalau Steve membantunya kita bully saja mereka bersama. Osis kok malah membela orang yang salah patut tuh kalau ikut dihukum juga,” usul Zaki memprovokasi Richard. Richard pun akhirnya pergi bersama Jaka dan Zaki yang sudah menjadi pengikutnya sejak kelas X. Mereka kini hendak menyiapkan strategi yang tepat untuk mengerjai Billy. Belum puas mereka kemarin sudah mengunci pintu toilet dan juga merusak ban sepeda Billy dengan gunting. Kini mereka masih ingin mengerjai Billy sampai puas. *** Sementara itu, Steve terlihat bersyukur karena melihat pengumuman di mading sekolah. Sayangnya, rencana mengecek CCTV kemarin gagal sebab rekaman CCTVnya mengalami eror ketika kejadian pencurian hp kemarin menurut penjelasan petugas keamanan sekolah. Steve kini tak bisa membuktikan dan membela Billy jika barang bukti satu-satunya pun tidak dapat dilihat. Meskipun kecewa, ia tau Billy bukanlah orang yang lemah. Ia sudah lama mengenal sahabatnya itu dan hukuman membersihkan toilet sekolah selama sebulan termasuk pekerjaan mudah bagi Billy. Benar saja, ketika Billy sampai ke sekolah dan melihat pengumuman mengenai hukumannya itu ia jadi lega. Untungnya pekerjaan itu sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari di rumah. Bersih-bersih adalah salah satu aktivitas wajibnya selain merawat ibunya yang sakit di rumah. Hari itu, ia begitu bersemangat menuju ke kelas padahal sebentar lagi Richard dan komplotannya sudah mengincarnya untuk menjadi target perudungan mereka. Dari kejauhan jaka sudah mengintai kedatangan Billy. Melihat Billy sudah berjalan di koridor kelas, segera ia mengaba-aba saudara kembarnya Zaki untuk memulai aksinya bersama Richard. Ternyata di depan kelas mereka hendak menuangkan minyak berharap Billy terpeleset karena minyak tersebut. Benar saja, karena tidak melihat lantai, Billy pun kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Sontak seisi kelas menertawakan dia dan bersorak dengan nada tidak senang. “Astaga, ini kenapa lantai bisa jadi selincin ini. Baiklah nanti sepulang sekolah akan aku pel ruangan ini biar tidak ada yang terpeleset sepertiku,” gumam Billy sambil mencoba berdiri. Billy pun kemudian berdiri dan terkejutnya dirinya ketika dihadapannya sudah ada Richard yang berdiri tepat di depannya. Richard pun tiba-tiba mendorong Billy sehingga ia terjatuh untuk kedua kalinya. Richard pun tertawa melihat ekspresi Billy yang terkejut dan terjatuh di depannya. Ia pun mengulurkan tangannya ke arah Billy dan Billy pun mencoba meraih tangan Richard. Namun sayangnya, Richard kemudian melepaskan gengamannya sehingga membuat Billy terjatuh untuk ketiga kalinya. “Mampus… Mana sudi aku membantu pencuri sepertimu. Awas saja kau lapor perbuatanku ini pada Pak Ronny. Udah sana bersihkan lantai kelas ini sekarang. Bukannya mulai hari ini sampai sebulan ke depan kau bakal jadi cleaning servis ya di sekolah ini,” ejek Richard yang kemudian melemparkan kain pel mengenai tubuh Billy. Billy hanya terdiam dan tidak ingin merespon ucapan Richard. Segera ia mengepel lantai kelasnya dengan kain pel yang sudah dilemparkan kepadanya. Lantai yang kini berminyak memang sudah kering tapi noda yang dihasilkan justru membuat lantai menjadi kotor dan menghitam. Sekali lagi para siswa di kelas menertawakan perbuatan konyol Billy tersebut. “Dasar bodoh. Udah tau kain pelnya kotor, malah dipake buat ngebersihin lantai. Bukannya bersih kau malah makin mengotori lantai yang suci ini. Seperti perbuatanmu yang kotor itu. Baru beberapa menit jadi tukang kebersihan, tapi gitu aja kerjanya tidak becus. Kalau kerja di perusahaan papaku sudah pasti kau dipecat tanpa penghormatan kalau dirimu seperti ini,” ejek Richard sambil menginjak-injak lantai yang kini kotor karena kain pel pemberiannya. Sekali lagi Billy hanya terdiam dan tidak merespon ucapan Richard sama sekali. Ia justru tersenyum dan pergi menuju ke bangkunya. Sekali lagi ia tak lagi terkejut melihat kursi dan mejanya yang kini penuh dengan coretan makian. Ia segera duduk dan menyiapkan beberapa buku untuk pembelajaran jam pertama. Kali ini, Billy tidak lagi tidur kelas sebab kemarin malam ia sudah ijin libur sesuai saran Steve. Kali ini ia mencoba menyimak pelajaran dengan baik dan bersemangat. Ia saat itu tidak menyadari keisengan yang masih dilakukan oleh Richard dan komplotannya. Tak lama Steve datang dari ruang osis. Ia terkejut melihat lantai kelas yang menghitam. Ia hanya bisa mengelengkan kepala heran dengan tingkah laku teman- temannya di kelas. Padahal pagi tadi lantai kelas masih bersih dan sekarang ia melihat lantai sudah menjadi kotor dengan noda hitam. “Ngapain liat-liat segitunya. Salahkan itu semua sama cleaning servis baru yang ga becus itu. Kau kan kawannya. Coba ajarin tuh cara mengepel lantai dengan baik dan benar,” seru Richard sambil menujuk pada Billy. “Tau ah. Males banget aku pagi-pagi berdebat ama kamu Richard. Mending aku duduk aja. Toh sebentar lagi bel pelajaran akan berbunyi,” balas Steve sambil berjalan menuju ke bangkunya. Tak lama bel pelajaran pertama berbunyi, para siswa yang masih berada di koridor kelas bersamaan masuk ke kelas masing-masing. Bersamaan dengan itu, para guru juga mulai memasuki kelas. “Selamat pagi anak-anak,” sapa Pak Donny dengan senyuman hangatnya. “Selamat pagi, Pak…” sahut siswa bersamaan. “Seperti biasa sebelum pembelajaran dimulai, mari kita awali dulu kegiatan kita dengan berdoa. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing dimulai,” ujar Pak Donny memimpin doa. “Pak kenapa hukuman Billy cuma jadi cleaning servis sih. Coba liat lantai kelas kita, bukannya dibersihkan malah dikotori sampai menghitam seperti itu. Kenapa dia tidak dihukum berdiri di depan tiang bendera seharian, atau lari seratus kali di lapangan apalagi dia kan atlet tuh kesayangan pak Dandy. Kemarin aja ga ikut pelajaran dicariin tuh eh ternyata dia ngilangnya karena pengen nyuri hpku. Parah banget coba,” seru Richard tak terima dengan pengumuman hukuman untuk Billy. “Sudah cukup ya Richard. Hukuman fisik itu tidak diperbolehkan di sekolah kita. Tugas membersihkan toilet selama sebulan saja sudah berat. Tuh kamu juga tau toh bahwa bersih-bersih itu tidak mudah. Jadi itu sudah hukuman yang cukup adil bagi Billy. Sudah jadi kesepakatan para guru juga berdasarkan musyawarah bukan karena keinginan bapak pribadi. Jadi kamu terima saja atau hp kamu bapak sita saja agar tidak ada kejadian kehilangan lagi,” terang Pak Donny. “Lho jangan lah pak. Ya udah deh maaf ya pak udah protes barusan. Untung saja para guru masih berbaik hati denganmu Billy. Awas saja kalau kau kerjanya tidak becus kaya tadi pagi. Pasti akan kulaporkan perbuatanmu kepada Pak Donny atau guru yang lain biar hukumanmu diperpanjang skalian,” seru Richard sambil mengancam Billy. Billy hanya terdiam menyimak perkataan Pak Donny. Ia sudah tak mau mengubris ucapan dari Richard dan kini fokus mendengarkan materi yang akan disampaikan pak Ronny. Tepat saja materi yang disampaikan Pak Ronny kali ini membahas tentang Bullying. Ia jadi semangat mendengarkan materi tersebut dan berharap penjelasan Pak Ronny dapat menyentil perbuatan yang selama ini dilakukan Richard dan teman- temannya terhadapnya saat ini. “Permisi pak, sebelum materi ini dibahas lebih jauh, saya ingin bertanya,” ujar Steve yang melambaikan tangan ketika Pak Donny baru saja mengakhiri penjelasannya. “Baik… Silahkan Steve apa yang ingin kamu tanyakan,” sahut Pak Ronny memberikan kesempatan Steve bertanya. “Terima kasih pak untuk kesempatannya. Jadi saya cuma ingin bertanya, apakah jika seseorang sengaja memojokkan temannya, mengejek, dan menuliskan ujaran kebencian, bahkan menjahili temannya merupakan bentuk pembullyan. Lalu apa hukumannya jika ada salah satu siswa di kelas ini yang melakukan hal tersebut. Itu saja pak pertanyaan dari saya. Terimakasih,” terang Steve sembari melirik ke arah Richard dan komplotannya. “Nah ini pertanyaan yang bagus ya dari Steve. Jadi semua yang dikatakan Steve memang benar merupakan beberapa contoh dari pembullyan patutnya kalian anak- anak bapak jangan sampai ya melakukan hal ini kepada temannya. Mulai dari yang sederhana dan dianggap sepele seperti mengejek itu sudah termasuk bullying apalagi sampai memojokkan atau mengerjai temannya. Hukumannya jelas dong akan bapak bawa ke ruang BK untuk diberi hukuman agar pelaku menjadi jera dan tidak melakukan hal itu lagi. Namun seandainya perbuatan itu masih tetap dilakukan, terpaksa bapak akan memberikan surat undangan kepada orang tua kalian mengenai perilaku kalian selama di sekolah. Bisa dimengerti Steve dan juga kalian semua,” terang Pak Ronny. “Siap, mengerti pak!” ujar siswa XI-B bersamaan. “Lalu bagaimana dengan kasus Richard ke Billy, apakah juga termasuk tindakan Bullying pak. Tengok saja meja dan kursi Billy penuh dengan coretan makian dan kata-kata kotor dari Richard,” terang Steve sambil menunjukkan bangku Billy yang penuh coretan. “Astaga… Lebay amat sih kau Steve. Mana ada bukti kalau aku yang melakukan itu pada bangku Billy. Lagian ucapanku juga ekspresi kekesalan dan murni cuma becanda doang. Sejak kapan aku membully Billy. Ya kan Bil?” terang Richard mengelak atas kesalahannya. Billy hanya mengangguk mendengar ucapan Richard barusan. Ia sudah malas menanggapi ucapan dan perbuatan Richard kepadanya. Situasi di kelas menjadi gaduh saat Jaka dan Zaky menyoraki pernyataan yang disampaikan Steve barusan. Pak Ronny pun segera menenangkan situasi dalam kelas dan mulai melanjutkan penjelasannya hingga tak sadar bel pelajaran telah bordering tanda jam pelajaran BK sudah berakhir. “Richard, Jaka, dan Zaky…. Ikut bapak sebentar ada yang mau bapak sampaikan,” ujar Pak Donny yang kemudian pergi ke luar kelas. Tak banyak bicara, Richard, Jaka, dan Zaky pun segera mengikuti Pak Ronny. Mereka jadi kesal dengan ucapan Steve barusan. Betul saja mereka mendapatkan nasihat dari Pak Ronny di ruang BK agar tidak membuat gaduh di kelas apalagi sampai nanti ketahuan membully. Pak Ronny juga menyuruh Richard berdamai dengan masalah Hpnya kemarin bukan justru memperpanjang masalah. Mereka hanya mengangguk dan mengiyakan semua ucapan pak Ronny. Setelah itu, mereka pun dipersilahkan kembali ke kelas untuk mengikuti pembelajaran berikutnya. “Sialan emang si wakil ketua osis kita. Jaka, Zaky, sepertinya target pembullyan kita bertambah satu orang. Sepertinya benar mereka berdua adalah komplotan pencuri hpku. Awas saja nanti. Tunggu pembalasan kita,” seru Richard sambil mengepalkan tangannya karena kesal. “Siap, laksanakan Boss,” jawab Jaka dan Zaky bersamaan. Di sepanjang perjalanan menuju ke kelas, Richard, Jaka, dan Zaky mulai berdiskusi menentukan cara yang tepat untuk menjebak dan mengerjai Billy dan Steve. Mereka akhirnya sepakat akan melakukan aksi mereka saat bel istirahat berbunyi. Namun di tengah perjalanan Richard menemukan ide cemerlang ketika mereka berjalan mendekati arah toilet. Segera, ia menyuruh Jaka untuk mengambil minyak yang mereka bawa di tas dan Zaky untuk mengambil obat dan air minum di dalam tasnya. Sementara, Richard sendiri berencana untuk BAB dan meninggalkan kotorannya begitu saja tanpa disiram agar membuat Billy nantinya menjadi tidak nyaman saat membersihkan toilet. Setelah puas BAB, Richard pun langsung kabur ke luar toilet sambil menunggu kedatangan Jaka dan Zaky. Tak perlu waktu lama, Jaka dan Zaky pun datang membawa barang yang diperlukannya. Segera minyak itu dia tuangkan ke dalam toilet untuk membuat lantai menjadi licin, sementara obat itu ia masukkan ke dalam air mineralnya yang nantinya hendak ia berikan ke pada Richard sebagai target pembullyan mereka. “Boss buruan, tadi Bu Ratna sudah nyariin di kelas,” seru Jaka sambil menjaga di depan toilet. “Benar boss, mari kita lanjutkan saja waktu istirahat biar kita bertiga tidak dimarahi Bu Ratna. Tau sendiri udah matematika itu susah, trus kena Bu Ratna yang suka marah-marah. Apa gak pusing nih kepala,” sahut Zaky mulai panik. “Iya.. iya… ini dah beres kok. Semoga aja tidak ada anak lain yang masuk toilet ini. Biarkan saja Billy yang duluan merasakan licinnya lantai ini. Biar tau rasanya berhadapan dengan Richard,” seru Richard yang kemudian mengajak Jaka dan Zaky kembali ke kelas. Sesampainya di kelas, Richard langsung menuju ke arah Billy dengan membawa air mineral yang berisi racikan obatnya. Ia pun langsung menyodorkan minuman itu kepada Billy. Tanpa basa-basi Billy pun menerima minuman itu tanpa tau bahwa minuman yang diberikan sudah terkontaminasi oleh obat dari Richard. “Terima kasih Richard atas minumannya,” seru Billy sambil tersenyum menerima air mineral tersebut. “Sama-sama Billy. Anggap saja ini sebagai kado permintaan maaf dariku karena selama ini sudah mengerjaimu. Jangan lupa dihabiskan minumannya,” seru Richard sambil menjberjalan kembali ke tempat duduknya. Dengan polosnya Billy langsung meneguk botol air mineral pemberian Richard. Terlihat Steve agak curiga dengan perubahan sikap Richard pada Billy barusan. Baru saja ia hendak mencegah Billy tapi terlambat, air mineral itu sudah diminum hingga setengah botol. “Bagaimana rasanya Bil. Tidak ada yang aneh kan?” tanya Steve penasaran. “Rasanya ya seperti air minum biasa kok. Cuma ga tau ya minuman ini tadi rasanya agak pahit dilidah,” terang Billy. “Baiklah kalau begitu. Jika kau mendadak merasa ada sesuatu yang salah atau aneh di tubuhmu bilang ya. Aku curiga aja dengan niat baik Steve barusan. Takutnya itu hanya kedok dia saja,” seru Steve memastikan. “Iya… Steve. Terima kasih atas perhatiannya. Sudah sana perhatikan saja penjelasan Bu Ratna. Aku ga mau gara-gara kita mengobrol malah membuat Bu Ratna marah pada kita,” terang Billy yang kemudian kembali fokus menyimak penjelasan dari Bu Ratna. Benar saja tak lama reaksi obat dalam air mineral itu bereaksi pada tubuh Billy. Kini ia merasakan sensasi panas sehingga tubuhnya mulai berkeringat dan perutnya mendadak menjadi sakit. Tak hanya itu, karena tak kuat menahan sakit, mendadak terdengar suara dari dalam perutnya berbunyi dan menghasilkan bau yang tak sedap di dalam kelas. Seketika, seisi kelas langsung keluar karena tak tahan dengan bau kentut Billy. Tak mampu menahan untuk kedua kali, segera Billy ijin pergi ke toilet. Seisi kelas berseru sinis karena perbuatan Billy tersebut. Sementara itu jaka dan Zaky hanya terdiam dan seakan mencoba menahan tawa. Steve yang memperhatikan ekspresi mereka menjadi semakin yakin bahwa kejadian barusan ada sangkut pautnya dengan minuman pemberian Richard barusan. Billy segera berlari menuju ke toilet, selain karena sakit perut, ia juga malu karena kentut di dalam kelas sehingga menyebabkan kelas menjadi gaduh untuk beberapa saat. Ia berlari hingga tak sadar bahwa lantai toilet sudah berlumuran minyak. Alhasil Billy pun langsung terjatuh karena terpeleset.Kini tak hanya perutnya yang sakit tapi juga pantatnya karena terjatuh barusan. Meskipun begitu ia berusaha berdiri dan masuk ke dalam WC untuk BAB dan sekali lagi ia harus terkejut karena melihat ada kotoran yang belum sempat disiram oleh pengguna sebelumnya. Segera ia menghidupkan flush dan membiarkan kotoran itu dibersihkan lalu ia pun duduk dan mulai BAB. Saat ia masih menahan sakit di dalam WC terdengar suara langkah kaki dan ternyata di atasnya Jaka dan Zaky menyiapkan ember berisi air bekas mengepel lantai yang diguyurkan di atas WC Billy. Terkejutnya bukan main, tubuh Billy seketika basah kuyup karena guyuran air tersebut. Sebelum sempat melihat pelakunya, Jaka dan Zaky sudah kabur meninggalkan toilet tersebut. Seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin itu adalah kejadian sial yang dialami Billy sekarang. Kini tak hanya menahan sakit di perut tetapi ia harus bertahan dengan tubuhnya yang basah kuyup disertai bau yang tidak sedap dari air tersebut. Ia juga belum sempat memberi tau Steve tentang keadaannya saat ini padahal ia tadi sudah berjanji untuk memberi tau jika ada masalah yang terjadi pada dirinya. Baru di kondisi yang menyedihkan itu Billy tersadar dengan perkataan Steve sebelumnya. Benar saja, Richard yang selama ini marah besar kepadanya tidak mungkin semudah itu menjadi baik dalam waktu beberapa menit setelah dipanggil oleh Pak Donny tadi. Ia pun juga teringat dengan minuman yang terasa pahit yang sudah diminumnya barusan. Apalagi dengan lantai berminyak dan juga guyuran air mendadak. Seperti sengaja direncanakan sebelumnya untuk menjebak dirinya. *** Sementara itu, di dalam kelas Steve begitu tidak tenang memikirkan nasib Billy yang kini berada di dalam toilet. Ia sebenarnya hendak ijin keluar tapi pasti Bu Ratna akan marah jika banyak siswa yang ijin keluar saat pembelajarannya berlangsung. Mau tidak mau ia harus menunggu bel pergantian pelajaran berbunyi baru ia bisa ijin untuk mengecek kondisi Billy di sana. Steve semakin tidak tenang dan fokus belajar di kelas saat melihat Jaka dan Zaky yang baru saja kembali ke kelas dengan raut muka gembira. Bukannya tidak senang dengan kegembiraan teman kembarnya itu, tapi Steve makin kepikiran saja dengan nasib Billy di dalam toilet. Pasti si kembar itu sudah disuruh Richard untuk mengerjai Billy lagi seperti kejadian sebelumnya. Beruntung bel pergantian pelajaran pun berbunyi. Setelah Bu Ratna mengakhiri pembelajaran dan pergi meninggalkan kelas, Steve pun memanfaatkan situasi itu untuk pergi ke toilet melihat kondisi Billy. Ia pun segera berlari menghampiri sahabatnya itu. Dan terjadi lagi, karena antusiasnya berlari, ia pun terpeleset di dalam toilet sebab lantai masih licin karena minyak yang sengaja ditumpahkan Richard sebelumnya. “Aduh sakit,” keluh Steve yang mengaduh kesakitan karena terpeleset di lantai. “Steve kaukah itu. Bisa minta tolong gak cari baju ganti. Tubuhku basah kuyup karena disiram air kotor nih barusan. Sorry ya kamu juga pasti jatuh sama sepertiku tadi. Nanti setelah perutku membaik aku akan bersihkan toilet ini agar tidak ada lagi anak yang terpeleset seperti kita,” terang Billy dari dalam WC. “Siap akan kuusahakan ya untuk pakaian ganti. Apa kamu baik-baik saja Bil? Perut kamu masih sakitkah? Pasti itu gara-gara minuman yang diberikan Richard. Kamu sih asal diminum aja,” Tanya Steve khawatir dengan kondisi Billy. “Masih agak sakit sih. Rasanya mules aja gitu perut ini. Kalau udah lega trus sakitnya brasa lagi. Jadi mungkin aku agak lama di toilet. Maaf ya lagi-lagi aku merepotkanmu,” sahut Billy. “Tidak apa kok. Itulah gunanya sahabat. Selalu ada di saat suka maupun duka. Apa perlu kucarikan obat sekalian di UKS. Semoga saja ada obat yang bisa mengatasi sakit perut kamu. Kalau begitu aku pergi dulu ya,” seru Steve berpamitan pada Billy. “Terimakasih banyak ya Steve sekali lagi. Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu. Hati-hati ya… aku tak tau rencana apalagi yang dipikirkan Richard dan teman-temannya itu. Aku khawatir kamu juga ikut jadi target pembullian mereka,” seru Billy. Baru saja Steve hendak pergi menuju ke UKS, mendadak pintu toilet sekali lagi terkunci dari luar. Baru kemarin mereka mengalami kejadian ini dan sekarang untuk kedua kalinya mereka merasakan hal yang sama ibarat jatuh di lubang yang sama. Steve berusaha berteriak dan mengetuk pintu dari dalam namun sayangnya tak ada respon sama sekali dari luar toilet tersebut mengingat jam pembelajaran di kelas yang masih berlangsung. “Sialan… Lagi-lagi kita terjebak di dalam toilet ini. Maaf ya Bil. Baru saja kau peringatkan aku ternyata mereka lebih cerdik daripada yang kita kira. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka sehingga tega membully kita seperti ini. Padahal hpnya juga sudah ketemu tapi kenapa mereka masih dendam padamu. Apa materi dan nasihat dari Pak Ronny kurang mengetuk isi hati mereka ya,” gumam Steve yang heran dengan perilaku Richard dan kawan-kawannya. “Sudahlah, mari kita tunggu sampai bel istirahat berbunyi. Semoga saja ada orang yang membukakan pintu toilet ini. Mungkin sepertinya aku harus meminta maaf kepada Richard tentang hpnya kemarin, meskipun bukan aku pelakunya. Mungkin dengan cara itu dia juga akan memaafkanku dan tak lagi mengerjai kita seperti ini lagi. Sudah cukup dua hari kita terkunci di dalam toilet seperti ini. “Dari pada nganggur mending aku bantu kamu mengepel lantai ini. Aku takut jatuh lagi kalau lantai toilet ini tidak segera dibersihkan dari minyak ini,” ujar Steve yang kemudian beranjak dan mulai mencari kain pel untuk membersihkan lantai. Steve pun segera mengepel lantai toilet. Beruntung peralatan kebersihan masih terususun rapi di ujung ruangan toilet. Ia pun perlahan membersihkan lantai dari ujung ke ujung sambil menunggu pintu toilet terbuka. Tak hanya itu, ia pun juga bernyanyi untuk membuat suasana di dalam toilet agar tifak sepi. Billy hanya bisa berterima kasih dengan apa yang dilakukan Steve saat ini. Jika tidak karena sakit perut, pasti ia akan mengerjakan semua yang dilakukan Steve saat ini. Ia jadi merasa berhutang budi pada sahabatnya itu. *** Bel istirahat pun berbunyi nyaring sehingga membuat Steve menghentikan nyanyiannya tersebut. Ia juga sudah selesai menghilangkan noda minyak dan mengepel lantai toilet tersebut hingga menjadi wangi. Ia pun kembali ke depan pintu toilet dan berteriak minta bantuan. Beruntung ada salah satu siswa yang ingin ke toilet dan mendengar suara Steve. Ternyata siswa itu adalah David. Ia memang sempat curiga dengan tulisan toilet rusak yang tertempel di depan pintu toilet apalagi ditutupi dengan palang sapu sehingga membuat pintunya tidak bisa terbuka dari dalam. Setelah mendengarkan cerita dari Steve, David menjadi kesal dengan tindakan Richard dan kawan- kawannya. Akan tetapi mereka tidak bisa menuduh Richard jika tidak ada bukti yang mengarah kepada kejahatan mereka. Meskipun sekolah sudah membuat program ramah anak dan gerakan anti bullying tapi tetap saja ada anak bandel seperti Richard yang melanggar peraturan tersebut. Sebagai Ketua dan Wakil Osis Steve dan David sepertinya perlu mempertegas hukuman bagi para pelaku pembullyan di sekolah dengan bantuan dari kesiswaan dan guru BK. Steve pun kemudian pergi ke UKS untuk mengambil obat sedangkan David dengan senang hati meminjamkan seragamnya yang disimpannya di dalam loker sebagai baju cadangan. Mereka pun kemudian pergi ke tujuan masingmasing dan segera kembali ke toilet untuk membawakan apa yang dibutuhkan oleh Billy. *** Dari kejauhan Nampak Richard, Jaka dan Zaky sedang mengintai perbuatan Steve dan David. Mereka kini tak lagi berkutik dan takut ketahuan jika mengerjain Billy di situasi yang ramai seperti ini. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kelas dan melanjutkan aksi jahil mereka selanjutnya. Nampaknya para siswa di kelas XI-B acuh dengan apa yang dilakukan trio pembuat onar di kelas itu. Mereka lebih fokus mengurusi diri sendiri ketimbang ikut terlibat dalam situasi yang tidak menyenangkan itu. Sisi empati mereka terhadap sesama seakan tak lagi ada. Meskipun beberapa kali Pak Ronny juga sering membahas manfaat berempati terhadap lingkungan sekitar terutama teman di dalam kelas tetapi sisi egois mereka membuat perasaan itu seakan tertutupi oleh kesibukan mereka masing-masing dengan belajar atau bahkan hanya fokus bermain game saja. Kali ini Richard mengeluarkan Lem dari dalam tasnya. Ia pun kemudian menyuruh jaka dan zaky untuk meletakkan lem itu di tempat duduk Billy. Sekali lagi mereka hendak berencana mengerjai Billy jika ia masih nekat masuk ke kelas dan mengikuti pembelajaran selanjutnya. Tampak banyak sekali pasang mata yang melihat aksi mereka tetapi tetap hal tersebut seakan dianggap biasa dan wajar dilakukan. Bahkan Smith selaku ketua kelas dan juga siswa terbaik di kelas XI-B pun hanya mengindahkan tindakan iseng mereka. Ia hanya duduk sambil menikmati sarapannya sambil membaca buku. Hal tersebut yang membuat Richard menjadi semakin bersemangat untuk mengerjai Billy *** Tak lama kemudian, bel berbunyi tanda untuk melanjutkan pembelajaran. Para siswa bergegas masuk ke kelasnya masing-masing berserta guru-guru yang bersiap untuk mengajar di kelas. Setelah membantu Billy, Steve pun masuk ke kelas tanpa mengetahui bahwa bangku Billy sudah diberikan lem oleh Richard. Sementara itu, Billy masih fokus menuntaskan tugas membersihkan toilet hingga selesai setelah sakit perutnya sudah mulai sembuh. Ia juga beruntung bisa menggunakan baju ganti milik David si wakil ketua osis dari kelas sebelah. Ia begitu bersyukur karena David sudah membantunya dengan senang hati dan berperilaku layaknya seorang pemimpin yang patut dicontoh. Kelas XI-B begitu ramai karena Pak Sony selaku guru IPA masih belum masuk kelas. Setelah lima belas menit menunggu akhirnya Smith pun pergi ke ruang guru untuk mencari Pak Sony agar kelas tidak ramai tak terkendali. Ia pun pergi menuju ke ruang guru dan tidak sengaja berpapasan dengan Billy yang berjalan hendak menuju ke kelas. Billy hanya bisa tertunduk malu saat berpapasan dengan Smith mengingat kejadian sebelumnya saat ia kentut di kelas. Ia pun bergegas masuk kelas dan berniat untuk meminta maaf kepada Richard supaya tindakan bullying yang ditargetkan kepadanya segera dihentikan. Ia harus melakukan hal itu meskipun sebenarnya apa yang Richard tuduhkan kepadanya tidak benar. Seketika kelas menjadi hening saat Billy tiba-tiba membuka pintu kelas. Banyak diantara mereka mengira Pak Sony sudah datang. Seketika kelas kembali menjadi ramai saat melihat sosok Billy yang ada di hadapan mereka. Billy pun masuk ke kelas menghampiri Richard. Richard pun agak terkejut ketika Billy tiba-tiba berlutut dihadapannya. “Richard aku disini berlutut kepadamu hendak meminta maaf atas kejadian hp kamu kemarin. Sungguh meskipun aku bilang bukan aku pelakunya pastinya kau tidak akan percaya tapi kumohon ijinkan aku meminta maaf kepadamu agar permasalahan diantara kita segera berakhir. Aku hanya ingin beraktivitas kembali seperti biasanya dan menjalani hukumanku dengan ikhlas. Kuharap kau mengerti dan memaafkanku,” pinta Billy sambil berusaha mengenggam tangan Richard. Namun, Billy hanya bisa menelan kekecewaan ketika tangannya mendadak ditangkis oleh Richard. Sepertinya permohonan maafnya tidak diterima. “Enak saja kau bilang maaf dan masih tidak mengaku kalau bukan kau yang mencuri Hpku ini. Bukti sudah ada di depan mata saja kamu masih mengelak, lalu gimana bisa aku memaafkanmu kalau ucapanmu seperti itu. Sudahlah jangan munafik. Sekali maling ya maling. Kalau maling mengaku penjara pasti penuh dari jaman dulu. Sudahlah ga perlu basa-basi pake minta maaf dan berlutut kepadaku. Dikira dengan perlakuanmu ini aku bakal iba kepadamu. Jawabannya tentu saja tidak. Aku justru muak dengan sikapmu. Sudah pergi sana duduk aja di bangkumu. Sesali perbuatanmu kepadaku karena kau pasti menyesal telah salah berhadapan dengan orang sepertiku,” hardik Richard yang kemudian mendorong Billy yang sedang berlutut kepadanya. Billy pun terjatuh karena didorong oleh Richard. Setelah permohonan maafnya ditolak begitu saja oleh Richard, ia pun bergegas berdiri dan menuju ke tempat duduknya. Ia tak tau bahwa bangkunya saat ini sudah diberi lem yang nantinya akan menjadi masalah baru baginya. Dengan ekspresi sedih, Billy berjalan lemas menuju tempat duduknya. Steve yang melihat kejadian itu hanya bisa menepuk pundak Billy menenangkan sahabatnya itu. “Sabarlah Billy, ingatlah kebenaran pasti akan terungkap. Kita tinggal tunggu dan bersabar. Mari kita hadapi bersama Richard CS. Aku sebenarnya juga muak dengan sikapnya yang sombong dan arogan semacam itu,” seru Steve menyemangati Billy. Beberapa menit kemudian, Smith kembali masuk ke kelas setelah pergi ke ruang guru. Ia menyampaikan bahwa Pak Sony sedang ada tugas dinas ke luar kota sehingga tidak bisa masuk ke kelas dan sebagai gantinya segera Smith menuliskan tugas yang diberikan Pak Sony di papan tulis. “Segera dikerjakan teman-teman, nanti tugasnya dikumpulkan di meja saja, biar nanti akan aku serahkan ke ruang Pak Sony jika bel pelajaran berakhir. Itu saja informasinya. Harap tenang jangan berisik agar guru kelas sebelah tidak datang memarahi kita,” seru Smith sambil menuliskan tugas dari Pak Sony. “Siap laksanakan pak ketu…” jawab anak-anak kelas XI-B bersamaan. Sementara itu, Billy sudah mulai merasa ada kejanggalan pada tempat duduknya. Tubuhnya seakan tak mau bergerak dan tertahan oleh kursinya. Ia baru sadar ketika mencoba untuk berdiri. Kursi yang didudukinya ikut terangkat bersama dan menempel pada pantatnya. Alhasil satu kelas pun tertawa melihat kekonyolan yang dilakukan oleh Billy. Bukannya prihatin mereka justru menertawakan Billy yang saat ini kesulitan untuk melepaskan diri dari bangku yang menempel di pantatnya. Steve yang ada di sebelah Billy terkejut. Ia pun berusaha membantu Billy untuk melepaskan kursi yang menempel di pantat sahabatnya itu. Ia pun ikut panik ketika mendengar suara robekan dari celana kain Billy. Sepertinya karena upaya keras Billy melepaskan diri dari lem itu membuat celana pinjaman itu robek. Sontak para siswa yang melihat kejadian itu makin tertawa terbahak- bahak dan sampai ada yang sengaja merekam aksi konyol dari Steve dan Billy tersebut. “Kalian ya bukannya ikut membantu malah justru tertawa dan merekam kejadian ini. Andai saja peristiwa ini terjadi kepada kalian, apa bisa kalian tertawa di situasi tersebut. Dasar ga punya hati,” hardik Steve kesal melihat perilaku teman-teman sekelasnya. “Sudahlah Steve jangan memperkeruh suasana. Memang mungkin ini adalah hari sialku sama seperti kemarin. Jadi mari bantu lepaskan lem ini saja. Sepertinya aku besok akan mengganti celana David yang rusak,” ujar Billy pasrah dengan keadaaannya. “Huuuu dasar payah,” seru salah satu siswa di kelas XI-B. Akhirnya yang menempel berhasil terlepas tapi benar saja, celana Billy sekarang jadi robek dan sebagian menempel di kursinya. Segera, Steve mengambil jaketnya dan melilitkan ke tubuh Billy agar bagian yang robek itu tidak terlihat. Seketika situasi kelas menjadi hening kembali dan mereka mulai melanjutkan tugas yang sudah di berikan pak Sony. Billy dan Steve pun juga melanjutkan mengerjakan tugas. *** Hari berlalu dengan cepat hingga tak terasa bel pulang sekolah pun akhirnya berbunyi. Billy hanya terduduk lemas di bangkunya. Ia sebenarnya bingung bagaimana cara menjelaskan masalah celananya yang robek itu pada David. Baru saja ia dipinjami tapi sudah sobek seperti ini. Steve yang ada disebelah Billy membuyarkan lamunannya. Sontak Billy terkejut karena melihat ruang kelasnya sudah tinggal mereka berdua. “Ngelamun aja sih, mikirin apa kamu Bil. Yok pulang,” tegur Steve membuyarkan lamunan Billy. “Enggak aku cuma kepikiran celana David ini. Gimana ngomongnya ya, baru aja pinjem udah robek mace mini,” seru Billy sambil menjinjing tasnya. “Tenang aja ntar aku jelasin semuanya ke David. Dia anaknya baik, ga mungkin marah karena hal itu,” terang Steve menenangkan. “Tapi.. tetap aja masih ga enak aja akunya Stev, nanti lah klo abis gajian akan kuganti celananya biar aku ga merasa bersalah ama dia,” ujar Billy sambil berjalan bersama Steve ke luar kelas. “Nah gitu dong. Ide bagus tuh Bil. Ya udah yuk ke parkiran ambil sepeda. Kita pulang aja dari sini daripada Richard CS gangguin kita lagi,” ujar Steve mengajak Billy pergi. Billy dan Steve pun berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke tempat parkir dan secara kebetulan mereka melihat David. David sepertinya sedang sibuk memasang poster di mading sekolah. Billy sebenarnya sudah tenang dengan masalah celananya tapi ia mendadak gugup saat sudah bertemu David. Ia berusaha menghindar tapi justru Steve mengajaknya menghampiri David. “Hei Vid, ada yang bisa aku bantu?” tanya Steve menghampiri David. “Oh… Hei Steve… gak kok cuma masang poster ini aja. Disuruh pak, Bayu nempelin info lomba basket. Nah kebetulan ada jagoan kelasmu nih. Bil jangan lupa ikutan ya. Lumayan kalau menang hadiahnya jutaan rupiah,” seru David menerangkan. “Oh… ya tentu saja aku pasti ikut. Tapi sebelumnnya aku disini mau meminta maaf kepadamu. Tadi di kelas ada sedikit kecelakaan jadi ga sengaja celana yang kau pinjamkan padamu robek. Tapi tenang saja, setelah aku gajian pasti akan kuganti kok. Sekali lagi maafkan aku ya Vid,” pinta Billy memelas. “Oh jadi itu alasannya makanya kamu melilitin jaket di pinggang karena celanaku robek. Ya udahlah gapapa. Itu celana cadangan aja kok dan emang udah using. Ga perlu kamu ganti juga ga masalah Bil,” terang David sambil tersenyum pada Billy. “Oh jangan dong. Aku pasti akan ganti celana kamu meskipun tidak dengan merek yang sama. Aku gam au merasa bersalah kepadamu. Jadi tunggu ya pasti celananya akan aku ganti,” terang Billy. “Baiklah jika kau memaksa begitu. Yuk kalau begitu kita pergi dari sini. Kerjaan udah beres waktunya kita Pulang,” seru David yang kemudian mengalungkan tangannya pada pundak Steve dan Billy. “Nah gini dong enak jadinya. Tau gak tadi Billy sampe ngelamun gara-gara celana kamu yang robek. Tapi lucu juga ya Billy kaya gini penampilannya sperti cewe yang lagi Haid makanya di tutupin celananya pake jaket,” gurau Steve yang kemudian mengundang tawa David dan juga Billy. Ketika sampai di parkiran lagi-lagi Billy mengalami kesialan. Ban sepedanya kembali rusak seperti kejadian kemarin. Kali ini Steve dan David ikut menyaksikan hal itu. Mereka semakin terkejut saat Billy menceritakan bahwa kejadian ini adalah kedua kalinya dia mengalaminya. Sontak Steve semakin geram dengan ulah Richard CS. Mereka pasti sengaja melakukan ini pada sepeda Billy. “Sudahlah Steve kamu tenang dulu. Yang rusak kan ban sepedaku, kenapa kamu yang malah emosi,” terang Billy menenangkan sahabatnya itu. “Gimana bisa tenang. Mereka ini udah keterlaluan banget kepadamu. Belum puas mereka mengerjaimu di kelas dan di toilet, mau pulang pun juga sepeda tak bersalah ini jadi sasarannya,” geram Steve sambil mengacak-acak rambutnya karena kesal. “Ya kamu tenang aja lah Stev. Udah Billy kamu masukin aja sepedamu ke mobilku. Akan kuantar ke bengkel. Kebetulan rumah kita juga searah kan?” seru aDavid menawarkan bantuan pada Billy. “Aduh gimana ya. Aku ga enak banget ngerepotin kamu terus Vid. Celana ini aja belum kuganti. Masa udah hutang budi lagi aku kepadamu,’ seru Billy menolak penawaran David. “Sudah ah, ikut aja naik mobil David. Lagian jarak bengkel dari sekolah kita lumayan jauh kalau jalan kaki, apalagi kamu sambil bawa sepeda. Terima aja ga baik menolak permintaan orang baik itu,” bujuk Steve meyakinkan Billy. “Baiklah kalau begitu. David tolong antar saja aku sampai ke bengkel nanti setelah itu kamu bisa lanjutkan perjalanan pulang ke rumah,’ terang Billy yang kemudian mulai berjalan bersama sepedanya. “Aku pulang dulu ya… David jagain Billy baik- baik. Anterin dia sampe bengkel. Besok kamu bareng aku aja deh Bil. Aku takut sepedamu dibocorin lagi sama Richard CS. Ga boleh nolak, pokonya besok pagi kujemput di depan rumahmu,” terang Steve yang menaiki sepedanya kemudian berpamitan pada David dan Billy. Billy hanya tersenyum dan melambaikan tangan kepada Steve yang mulai mengayuh sepedanya. Ia pun sekarang pergi ke parkiran mobil bersama David. Jujur ini adalah pengalaman pertama baginya menaiki mobil mewah. Biasanya, ia hanya naik angkot saja itupun kalau terpaksa. Lima menit perjalanan yang dibutuhkan untuk sampai ke bengkel sepeda. Dibantu Bapak sopirnya David sepeda Billy pun segera dikeluarkan dari bagasi mobilnya. Setelah itu, Billy pun turun dari mobil dan berpamitan. Ia begitu berterima kasih dengan segala kebaikan yang sudah dilakukan oleh David kepadanya. Sebenarnya David ini menunggu Billy sampai ban sepedanya selesai diperbaiki tapi Billy menolaknya. Ia tidak ingin merepotkan lagi. Padahal Billy bingung uang yang digunakan saat ini sebenernya akan digunakan untuk membeli makan dan kue untuk ulang tahunnya nanti malam. Namun apa boleh buat, ada hal yang jauh lebih penting dari itu. Tanpa sepeda ini, ia tak bisa pergi kemana-mana dengan bebas. Akhirnya terpaksa ia harus merelakan uang simpanannya itu untuk memperbaiki sepedanya kali ini. ULANG TAHUN KESEDIHAN
Sepeda usang itu dikayuh Billy dengan cepat
setelah ia selesai menyelesaikan pembayaran dari bengkel untuk perbaikan ban sepedanya. Ia khawatir dengan kondisi ibunya, sebab akhir-akhir ini kondisinya melemah, apalagi obat dari rumah sakit sudah menipis. Ia lupa menghubungi ayahnya untuk memberikan transferan uang sebagai biaya berobat ibunya. Maka dari itu, dengan sekuat tenaga ia mengayuh sepedanya itu pergi menuju ke rumahnya berharap ada kabar baik juga dari ayahnya. ‘Assalamualaikum, saya pulang bu,” sapa Billy yang kemudian masuk ke rumahnya. “Waalaikum salam, selamat datang Bill. Huck… huck…” jawab ibu Billy sambil terbatuk-batuk. Mendengar batuk ibunya, Billy pun bergegas masuk ke kamar untuk mengganti pakaian. Ia kemudian mengecek kondisi ibunya dan memberikannya obat. Setelah melihat ibunya beristirahat, ia menggambil hp di dalam kamarnya dan mencoba menelpon ayahnya. Sayangnya tak ada respon sama sekali dari ayahnya tersebut. Ia pun akhirnya memutuskan menyerah dan berganti cara dengan mengirim pesan lewat sms. Ia berharap semoga ayahnya segera membalas pesan yang sudah ia utarakan tersebut. *** Keesokan harinya ketika surya masih malu-malu menampakkan wujudnya, terdengar suara telpon berdering nyaring dari handphone yang membuat Billy terbangun dari tidurnya. Ia pun seketika terjaga ketika melihat di layar handphonenya bahwa ayahnya sedang menghubunginya. Ia pun memulai percakapan terlebih dahulu ketika mendengar tak ada suara dari ayahnya. “Halo Ayah, kondisi ibu akhir-akhir ini memburuk. Obatnya juga sudah habis untuk hari ini. Aku butuh transferan uang ayah untuk membeli obat ibu lagi. Tumben sih ayah telat ngirimnya, biasanya sebelum kutelpon ayah sudah mengirim duluan,” ujar Billy sambil menunggu jawaban ayahnya. “Hallo Billy anakku sayang. Sebelumnya maaf ayah baru bisa memberi kabar. Sebenarnya ayah sudah menikah lagi. Ayah sudah tidak sanggup membiayai pengobatan ibumu. Yang ayah butuhkan adalah sosok wanita yang bisa merawat ayah bukan sebaliknya. Jadi maaf mungkin ini adalah saat terakhir ayah mengirimi uang untuk ibumu. Jika kau mau, kamu bisa ikut tinggal bersama ayah disini. Nanti untuk alamat lengkapnya bisa ayah sharelock. Kuharap kau mengerti ya nak. I Love You,” ujar ayahnya dari telpon. “Jadi ayah ingin aku tinggal bersamamu dan meninggalkan ibu yang sakit disini. Tidak usah yah. Meskipun tanpa ayah, Billy akan berjuang mencari cara untuk mengobati ibu. Ayah jahat… Billy kecewa dengan ayah. Ayah lebih memilih bersama orang lain dibandingan dengan kami,” balas Billy yang mulai menangis mendengarkan berita yang mengejutkan itu. “Sekali lagi maafkan ayahmu ini nak dan sampaikan permohonan maafku kepada ibumu. Selamat tinggal,” ujar ayah yang kemudian mematikan telponnya. Billy terkejut mendengar ucapan ayahnya barusan, tapi tidak hanya itu ternyata ibunya juga ikut mendengar ucapannya di telpon barusan. Seketika ibu langsung pingsan karena tak kuat mendengar berita tersebut. Billy pun panik dan segera menelpon ambulans. “Ibu… kumohon bertahanlah. Biarkan ayah pergi, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menghidupi kita berdua bu… Kumohon jangan tinggalkan aku,” isak Billy. Tak lama bunyi sirine terdengar kencang di rumah Billy. Segera ibunya dibawa ke mobil ambulans oleh petugas ditemani oleh Billy yang setia menemani ibunya yang kini terbaring lemas. Billy tak kuasa menahan tangis melihat situasi sulit yang dihadapinya saat ini. Petugas medis pun mulai memeriksa kondisi ibu Billy dan mulai memasangkan infus ke tubuh ibunya yang lemas itu. Beruntung jarak rumah Billy ke rumah sakit hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. Segera ibunya langsung dibawa ke ruang ICU untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter. Sementara itu, Billy menunggu di luar ruangan sambil berdoa untuk kesembuhan ibunya. *** Waktu terus berlalu, detik berganti menit, menit berganti jam tapi masih belum nampak pintu ruang ICU itu terbuka dan menampakkan sosok dokter yang memberikan kabar pada Billy. Ia kini semakin cemas dan hanya bisa berjalan bolak balik seperti orang kebingungan karena tak sabar menunggu hasilnya. Untungnya, penantian Billy pun berakhir karena nampak pintu ICU terbuka dan terlihat dokter berjalan keluar mendatanginya. “Mohon maaf nak, Ibu kamu mengidap kanker. Obat jalan yang selama ini dikonsumsi masih belum bisa mengalahkan kanker yang ada pada tubuh ibumu. Perlu operasi dan kemoterapi untuk mengobatinya tetapi biayanya juga cukup besar. BPJS kesehatan pun masih tidak bisa mengcover semua biaya pengobatan ibumu ini. Coba hubungi ayah atau keluarga terdekatmu untuk membahas masalah ini ya nak. Itu saja informasi yang bisa dokter sampaikan,” terang dokter yang kemudian pergi menuju ke ruangannya. Billy terkejut dengan penjelasan dokter barusan. Tak hanya pernyataan ayahnya yang membuat ia sedih, kini ia menjadi semakin sedih karena memikirkan nasib ibunya apabila tidak segera diobati. Ia juga tak ada uang sepeserpun untuk membantu ibunya. Ayahnya saja sudah lepas tangan, sementara keluarga besar ibunya juga sudah tiada. Apakah Billy harus mengikhlaskan kepergian ibundanya itu? Hari itu menjadi titik terendah bagi Billy. Ia hanya bisa terduduk lemas dan menangis meratapi penderitaan ibunya. Sekali lagi, ia mencoba untuk menghubungi ayahnya namun panggilannya tak kunjung dijawab. Ia tak tau harus meminta bantuan kepada siapa lagi jika tidak pada ayahnya seorang. Billy pun mengikuti suster yang membawa ibunya ke ruang perawatan setelah diperiksa di ruang ICU barusan. Disana, ia bisa menemani ibunya seperti pasien yang lain tapi sebelum itu suster menyarankan kepadanya untuk menyelesaikan dulu biaya administrasi ibunya. Billy hanya bisa mengangguk dan mengikuti intruksi yang diberikan suster kepadanya. Beruntung keluarga Billy mendapatkan bantuan BPJS kesehatan dari pemerintah sehingga biaya pemeriksaan tersebut sudah tercover tanpa memungut biaya lagi. Namun tetap saja, Ibunya butuh dioperasi dan diobati secara intensif di rumah sakit ini yang biayanya tidak semua tercover BPJS. Hal itulah yang membuat Billy kini menjadi bingung dan sedih. Di saat kemelut kesedihannya itu, Billy terus berjalan kembali menuju ke ruangan dimana ibunya saat ini beristirahat. Akan tetapi, terdengar suara denyut jantung ibunya semakin melemah. Billy hanya bisa menggengam erat tangan ibunya dan mencoba memanggil bantuan dokter untuk memeriksa kondisi ibunya. Namun sayangnya, suara jantung ibunya akhirnya berhenti berdetak meskipun dokter sudah berupaya memberikan segala pertolongan. Seketika itu Billy pun menangis sejadi-jadinya melihat tangan ibunya yang kini sudah pucat dalam gengamannya. Dokter yang ada disampingnya pun dengan sangat menyesal mengumumkan waktu kematian ibunya di hadapannya. Hari itu, hari dimana Billy seharusnya bahagia karena perayaan hari ulang tahunnya justru berganti menjadi kesedihan yang mendalam. Kini, mau tidak mau ia harus merelakan kepergian sosok ibu yang selama ini menjadi panutannya. Beliau adalah orang yang selalu tersenyum manis berusaha menutupi segala hal yang menyakitkan. Beliau selama ini begitu tegar dan bertahan melawan rasa sakit di tubuhnya akan tetapi hari ini adalah akhir dari perjuangannya tersebut. Beliau kini mungkin sudah tenang di alam sana, tetapi tidak dengan Billy, anak yang ditinggalkannya. Billy seakan tak sanggup menerima semua kesedihan yang bertubi-tubi menyiksanya. *** Sementara itu, di kelas XI-B terlihat Steve yang cemas karena tidak melihat sosok Billy di sekolah. Ia jadi tak tenang selama mengikuti pembelajaran karena tak ada kabar dari sahabatnya itu. Akhirnya, ia pun mencoba menghubungi Billy dengan hpnya dan untungnya telponnya itu segera diangkat. “Halo, Bil… Kamu apa kabar? Kenapa hari ini tidak masuk? Apakah kamu sakit?” tanya Steve cemas. “Hiks… Aku baik-baik saja. Tapi ibuku Stev… Ibuku sudah tiada,” isak Billy yang kemudian menutup telpon karena tak kuasa menahan tangisnya. “Innailahi wainailahi rojiun” ucap Steve terkejut mendengar kabar duka dari Billy. Mendengar berita duka itu, segera Steve pun pergi ke ruang BK menemui Pak Ronny selaku wali kelasnya. Pak Ronny pun langsung membuat pengumuman setelah mendengar berita duka dari Steve. Sebagian anak di kelas nampak iku bersedih mendengar berita duka yang disiarkan melalui speaker yang berada di kelas mereka masing-masing. Akan tetapi, tidak dengan Richard dan teman-temannya. Mereka justru tersenyum kecut mendengar informasi tersebut. Seketika ia menyuruh bawahannya Zaky dan Jaka untuk melanjutkan aksi bullying mereka. Kini aksi mereka akan dilakukan melalui grup chat kelas. Billy oh Billy kenapa kamu suka dibully? - Zaky Macem mana dia tak dibully, dia maling hp, dia maling hp?- Richard Hei kalian ini masih belum cukup bercandanya. Ini ada berita duka kalian keterlaluan sekali sih ga ada ibanya sama sekali. Meskipun begitu dia tetap teman kita. – Steve Udahlah, itu mungkin azab bagi seorang pencuri. Makanya kalau butuh uang ya kerja yang halal jangan cari yang instan dengan cara mencuri hp kawannya! – Jaka Keramaian chat grup membuat hp Billy bergetar. Ia pun mengecek isi grup kelasnya dan terkejut dengan kata-kata yang dituliskan Richard, Zaky, dan Jaka. Ia pun semakin menangis melihat perilaku temannya itu. Saat itu, ia akhirnya mengetik sesuatu pada grup chat itu. Sementara itu, Richard nampak antusias melihat Billy terpancing dengan kata-katanya. Aku tau aku salah, tapi jangan salahkan ibuku dalam hal ini. Beliau tidak ikut campur permasalahan kita. Aku sudah tak tau apa yang kau inginkan. Aku sudah minta maaf dan belum cukup kau menghakimiku seperti ini. Sepertinya mungkin aku harus pergi meninggalkan semua hal yang fana ini. – Billy
Steve pun akhirnya menutup grup chat agar tidak
ada kata-kata yang tidak mengenakkan ditulis lagi oleh Richard dan teman pendukungnya. Billy, sebagai perwakilan kelas, kami turut berduka cita atas kepergian ibundamu. Aku sudah memberi tahu Pak Ronny dan kami pun sepakat sepulang sekolah sebagian dari kami akan menjadi perwakilan untuk berkunjung ke rumahmu. Yang tabah temanku. – Steve
Chat grup pun diakhiri. Beberapa siswa di kelas
XI-B mulai menawarkan diri untuk ikut bersama Steve dan Pak Ronny pergi mengunjungi Billy. Steve pun mulai meminta sumbangan sebagai uang duka untuk Billy. Beruntung situasi saat itu begitu tenang, Richard CS tak lagi mengomentari apapun ketika melihat banyak mata yang memandang sinis mereka karena chat grup tersebut.