Anda di halaman 1dari 50

KESALAHPAHAMAN BERMULA

“Hallo, apakah ini Billy?” sebuah nomor tak


dikenal dan suara laki-laki yang terdengar serius membuat
Billy kebingungan. Pasalnya ia tak pernah menyebarkan
nomor ponselnya kepada siapapun kecuali pada orang
terdekatnya. Setelah menyimak penjelasan dari pria yang
bernama Dana itu, ia mendapatkan penjelasan mengenai
peristiwa ganjil yang dia alami bersama teman-temannya.
Billy makin bingung menanggapi panggilan tersebut
namun pada intinya ia harus menemui Dana di sebuah
Museum Barang Antik yang terkenal di kota untuk
mengakhiri kejadian buruk yang telah menimpa dirinya
berserta teman-temannya itu. Akhirnya percakapan satu
arah itu terhenti tanpa ada respon balik dari Billy.
***
Jauh sebelum kejadian telpon misterius dari Dana,
Billy adalah seorang siswa SMA yang menjalani
kehidupannya dengan berat. Ia adalah seorang anak laki-
laki yang tinggal di perkampungan kecil bersama dengan
ibunya. Sejak kecil, ia harus merawat ibunya yang sakit
keras sementara ayahnya sibuk bekerja di luar kota
sehingga hanya bisa memberikan uang kiriman di setiap
bulannya. Billy terpaksa hidup mandiri sejak SD karena
kondisi kesehatan ibunya yang mulai memburuk saat itu.
Kini di usianya yang ke 16 tahun, Ia sudah terbiasa dengan
kerasnya hidup meskipun hal tersebut berdampak pada
kemampuan akademiknya di sekolah. Sering sekali ia
mendapat teguran dari guru karena ketahuan tidur di saat
pembelajaran berlangsung. Hal tersebut sudah menjadi
rutinitas Billy sehingga guru-guru mulai memaklumi
perilakunya tersebut. Sebenarnya bukan tanpa alasan ia
tidur di kelas tetapi pekerjaan sampingan menjaga toko di
malam harilah yang membuat dirinya mengantuk setiap
pagi. Faktanya uang yang dikirimi ayahnya hanya bisa
untuk menebus biaya berobat ibunya, sementara untuk
memenuhi kebutuhan keseharian, ia harus bekerja
sepulang sekolah. Pekerjaannya itu sudah dari SMP ia
lakukan untuk menyambung hidupnya.
***
Suatu hari, hal yang tak biasa terjadi setelah Billy
bangun dari tidurnya di kelas. Ia merasakan perutnya
mulai nyeri kesakitan dan tak ada orang sama sekali di
kelasnya. Ia pun teringat jadwal pelajaran yang
sebenarnya sudah ia tunggu sejak tadi. Hanya di pelajaran
olah raga, ia bisa menunjukkan antusias dan prestasinya.
Namun ia harus mengindahkan pelajaran itu kali ini sebab
perutnya semakin terasa sakit.
Billy pun berusaha berjalan menuju toilet dengan
perasaan kecewa sebab baru pertama kalinya ia tidak
hadir mengikuti pelajaran olah raga di lapangan. Ia tak
menyadari ketidakhadirannya itu nanti akan membuat
insiden besar terjadi di kelasnya. Setelah dirasa sakit
diperutnya sudah mendingan, Billy pergi ke UKS untuk
mengambil obat kemudian kembali menuju ke kelas.
Kelas begitu ribut karena Richard, teman sekelas
Billy merasa kehilangan hp terbaru miliknya di dalam tas.
Ia begitu bingung dan panik karena hpnya tidak
ditemukan meskipun sudah mengacak-acak isi dalam tas
dan lokernya. Ia menyesal karena meninggalkan
handphonenya di kelas tadi. Ia pun murka dan mulai
menginterogasi satu persatu siswa yang ada di kelas.
Akibatnya kelas menjadi ramai karena perdebatan antara
Richard yang mulai menuduh teman-temannya mencuri
hpnya itu. Perdebatan itu juga memancing siswa kelas lain
yang penasaran dengan kejadian tersebut. Kejadian
tersebut menjadi semakin pelik ketika Billy datang.
“Jangan asal tuduh mentang-mentang kau anak
orang kaya,” teriak salah satu siswa di kelas.
“Gimana aku gak nuduh kalau hp terbaruku hilang
dalam sekejap. Apa mungkin kau yang sudah
mencurinya,” ucap Richard sambil menunjuk ke arah
Billy yang baru saja datang dari UKS.
Beruntung guru-guru datang ke kelas untuk
menenangkan kegaduhan siswa. Para siswa dari kelas lain
pun berhamburan pergi ke kelasnya masing-masing
setelah guru mereka sudah masuk di kelas. Tak terkecuali
kelas XI-B tempat dimana kejadian kehilangan itu terjadi.
“Eh ada apa ini ribut-ribut, sudah duduk dulu
kalian semua. Akan bapak bantu selesaikan masalah ini
sampai tuntas. Billy silahkan duduk dan coba Richard
kesini sebentar jelaskan kronologinya pada bapak,” ujar
Pak Ronny selaku guru BK dan wali kelas XI-B.
Richard pun kemudian menceritakan semua
kejadian yang dia ingat mulai dari ketika hpnya masih di
tangan hingga saat ia meninggalkan hpnya tersebut untuk
mengikuti pembelajaran olah raga di lapangan. Selepas
pelajaran tersebut, ia sadar bahwa hpnya yang awalnya
diletakkan di dalam tas sudah tak lagi ada.
“Hp saya gak mungkin hilang kalau tidak dicuri
seseorang yang ada di kelas ini pak. Coba deh bapak cek
atau gak langsung aja geledah si Billy. Terakhir kali
kulihat dia tidak ikut pelajaran olah raga. Padahal
biasanya dia yang paling semangat ikut pelajaran itu
daripada yang lain,” ucap Richard dengan nada emosi.
“Tenang Richard, kamu tidak boleh menuduh
seseorang tanpa bukti. Kan bapak sudah bilang dari awal
akan menuntaskan masalah ini sampai selesai. Jadi untuk
kalian semua, coba letakkan seluruh tas kalian di meja.
Bapak akan coba periksa tas kalian satu persatu untuk
menemukan Hp Richard yang hilang,” terang Pak Ronny.
Richard pun terpaksa mengiyakan perintah Pak
Ronny dan mulai memandang sinis kepada Billy karena
ia yakin hpnya pasti diambil oleh dia. Sementara siswa
lainnya mulai meletakkan tas mereka masing-masing di
atas meja menuruti perintah wali kelasnya itu.
“Sebelumnya maafkan kami pak karena sudah
membuat kegaduhan di kelas. Saya malu sebagai ketua
OSIS seharusnya saya bisa membantu Richard agar lebih
tenang bukannya justru membuat suasana kelas menjadi
pusat perhatian karena kami saling tuduh menuduh
masalah kehilangan hp tersebut. Tenang saja Billy, aku
percaya bukan kamu pencurinya,” ujar Steve, si ketua
OSIS dan juga teman dekat Billy.
“Halah udah diem aja kau Steve. Jangan cari muka
dihadapan Pak Ronny dan membela pencuri itu deh,”
teriak Richard yang makin emosi mendengar ucapan
Steve barusan.
“Huuuu…. ” Para siswa hanya bisa berseru
mengejek ucapan Richard barusan.
“Sudah-sudah tenang anak-anak. Richard sekali
lagi bapak tekankan kamu diam saja dan jangan asal tuduh
sembarangan. Cukup bapak saja yang akan memproses
kejadian ini sampai tuntas. Bapak harap kamu sabar.
Bapak yakin hpmu pasti ketemu kalau kamu bisa tenang
dan tidak asal tuduh temanmu saja. Mengerti! Bisa
dipahami tidak Richard!” terang Pak Ronny
menenangkan suasana di kelas.
“Bisa Pak,” jawab Richard sambil tetap menatap
sinis Billy yang duduk di bangku paling belakang.
Satu persatu tas dan tubuh anak-anak mulai
diperiksa oleh Pak Ronny tapi tetap saja hp Richard masih
tidak dapat ditemukan hingga akhirnya pemeriksaan itu
berhenti di tempat Billy. Awalnya Pak Ronny memeriksa
tubuh Billy dan memang terbukti tidak ditemukan hp
tersebut namun ketika memeriksa tas Billy, ia terkejut
karena menemukan hp Iphone keluaran terbaru yang pasti
bukan milik Billy.
“Apakah ini hp yang kamu maksud Richard,” ujar
Pak Ronny sambil menunjukkan hp yang digenggamnya.
“Ya pak betul sekali itu hp Iphone saya yang
hilang. Dasar maling. Udah miskin ga tau diri juga ya lu
jadi anak. Bisa-bisanya mencuri hpku yang baru saja
dibelikan papa dari Singapur. Udah pak bawa aja maling
itu ke ruang BK dan hukum saja dia biar ga ada lagi kasus
kehilangan semacam ini lagi di kelas,” cela Richard
sambil menghampiri Pak Ronny untuk menggambil
hpnya.
“Sumpah pak bukan saya pencurinya. Saya tadi
tidak ikut pelajaran olah raga karena sakit perut.
Meskipun saya miskin tapi tidak pernah dalam pikiran
saya untuk mencuri apalagi mencuri hp milik teman
sekelas. Saya juga tidak tau kenapa bisa Hp itu ada di
dalam tas saya. Kumohon pak percayalah,” terang Billy
memelas.
“Udah pencuri gak mau ngaku lagi lu…” ucap
Richard dan kemudian diikuti siswa yang lainnya yang
menyoraki Billy yang kini ketahuan menyembunyikan hp
Richard di dalam tasnya.
“Sudah-sudah diam dulu kalian. Karena jam
mengajar bapak sudah habis dan hp Richard sudah ketemu
maka bapak pamit dulu dan membawa Billy ke ruang BK.
Untuk kamu Richard lain kali hati-hati kalau membawa
barang berharga. Dijaga betul-betul agar tidak ada kasus
kehilangan seperti ini lagi dan ini juga berlaku untuk
kalian semua anak-anak. Paham dan bisa dimengeri?” ujar
Pak Ronny menyampaikan saran.
“Iya pak…” sahut anak-anak kelas XI-B
bersamaan.
Pak Ronny pun pergi mengajak Billy ke ruang
BK. Di sepanjang perjalanan Billy hanya tertunduk lemas
dan bingung harus menjelaskan apa lagi agar dirinya
terbebas dari tuduhan pencurian hp tersebut. Di kejauhan
terlihat Steve yang menatap sedih Billy. Kini ia tak bisa
lagi membantu temannya itu sebab bukti sudah jelas
memojokkan Billy saat ini tapi sebenarnya ia yakin bahwa
bukan Billy pelaku pencurian itu karena ia sudah
mengenal sahabatnya itu sejak dari SD.
Sesampainya di ruang BK, Billy hanya terduduk
lemas dan menatap sekitar dengan pandangan kosong.
Pikirannya kini mulai berkecambuk dan tak lagi ada jalan
keluar untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.
“Billy, coba cerita saja pada bapak, apakah kamu
butuh banyak uang sampai-sampai berpikiran hendak
mencuri hp temanmu di kelas. Tenang saja jika ada
masalah keuangan, bapak akan coba bantu tapi bukan
dengan cara mencuri seperti ini nak,” ujar Pak Donny
sambil memegang pundak Billy yang mulai tegang.
“Sumpah pak demi Allah saya tidak mencuri Hp
Richard. Saya tidak ikut pelajaran olah raga tadi karena
sakit perut. Saya tidak tau siapa yang tega meletakkan hp
Richard ke dalam tas saya. Tapi saya berani bersumpah
kalau memang bukan saya pencurinya. Saya tau meskipun
saya miskin saya tidak mungkin tega mencuri hp teman
saya sendiri. Saya lebih baik banting tulang bekerja
dengan cara yang halal daripada mencuri pak. Kumohon
percayalah ucapan saya,” terang Billy yang mulai
menangis karena perkataan Pak Donny kepadanya.
“Jadi kamu masih tidak mau mengaku. Baiklah
kalau begitu jika benar bukan kamu pelakunya lalu siapa
yang iseng meletakkan hp Richard ke dalam tasmu. Billy
dalam hal ini kamu diposisi yang sulit. Bapak juga tidak
bisa membela kamu jika bukti sudah jelas mengarah
padamu. Apa boleh buat sekarang kamu kembali ke kelas
dulu. Besok akan bapak umumkan hukuman yang tepat
untuk kamu. Bapak tidak mau dituduh pilih kasih karena
membela kamu. Maafkan bapak ya. Bapak harap kamu
mengerti dan bersabar serta intropeksi diri dan berhati-
hati agar tidak ada kejadian seperti ini terulang kembali.
Paham… Bisa dimengerti Billy!” ujar Pak Donny sambil
tersenyum menenangkan tangisan Billy.
“Paham pak. Baiklah kalau begitu saya pamit
kembali ke kelas. Terima kasih dan maaf pak. Selamat
siang,” balas Billy yang kemudian berpamitan dan pergi
menuju ke kelas.
Pak Donny hanya tersenyum menatap muridnya
Billy meskipun ia juga bingung mengenai hukuman apa
yang pantas ia berikan kepada muridnya tersebut. Sebagai
wali kelas dan guru BK ia harus adil kepada siapapun.
Untung saja hpnya bisa ditemukan sehingga tidak sampai
memperpanjang masalah di kelasnya. Ia juga ingin
mempercayai ucapan Billy tetapi karena bukti sudah
mengarah pada muridnya itu membuat dia jadi kesulitan
untuk memutuskan keputusan yang terbaik untuk Billy.
Pak Ronny pun akhirnya berkonsultasi kepada rekannya
sesama guru BK untuk mencari solusi terbaik untuk
masalah di kelasnya tersebut.
***
Sementara itu situasi di kelas XI-B makin ramai
karena tidak ada guru yang mengajar di kelas. Hal tersebut
dijadikan kesempatan untuk Richard dan kawan-
kawannya memulai aksi balas dendamnya. Ia pun
mencoreti meja dan kursi milik Billy dengan Tipe-X
dengan kata-kata pencuri. Steve sebagai ketua osis sudah
berusaha mencegah perbuatan mereka tapi sayangnya
Jaka dan Zaki justru mengunci kedua tangan Steve
sehingga ia tak bisa menganggu Richard yang kini tengah
asyik mencoreti tempat duduk Billy.
“Kumohon hentikan teman-teman. Richard…
Please… Stop…. Belum tentu terbukti kalau Billy
pelakunya, Bisa saja ada anak lain yang iseng meletakkan
hpmu ke tas Billy. Cukup kau jangan kotori meja dan
kursi sekolah ini dengan emosi sesaatmu itu,” pinta Steve
sambil berusaha melepaskan jeratan tangannya yang
digenggam erat oleh Jaka dan Zaki.
“Sudah diam kau Steve. Sebagai ketua osis,
harusnya kau bersikap adil. Sudah jelas ada bukti kalau
Billy yang mengambil hpku. Masih sempat saja kau
membelanya mentang-mentang dia sahabatmu atau
jangan-jangan kalian berdua bersengkongkol dan sengaja
mecuri hpku ini. Dasar munafik,” hardik Richard yang
semakin emosi mendengar pembelaan dari Steve.
“Cukup, Richard. Jangan dilanjutkan fitnah
kejammu itu. Jelas-jelas aku dari tadi juga ikut berolah
raga bersama kalian di lapangan. Mana mungkin aku bisa
melakukan hal yang kau tuduhkan itu,” balas Steve
membela dirinya.
“Makanya kau diam saja. Ga usah banyak bacot.
Jika kau melawan berarti kau mengakui bahwa dirimu
adalah komplotan Billy yang tadinya ingin mencuri hpku.
Untung saja ada Pak Ronny yang mengeledah isi tas dia.
Jika tidak, bisa saja hpku lenyap dicurinya hari ini,” ujar
Richard yang masih sibuk mencoreti tempat duduk Billy.
Steve pun kini hanya bisa terdiam dan tak lagi
membalas perkataan Richard. Ia begitu kesal karena tak
ada siapapun teman sekelas yang sependapat dan
membantunya. Ia yakin kejadian ini hanya
kesalahpahaman saja. Ia sangat percaya dengan Billy
meskipun bukti sudah jelas di depan mata. Ia pun semakin
tak berdaya ketika melihat Billy masuk ke kelas. Billy
disambut dengan cemooh dan juga siraman air yang
sengaja ditujukan padanya. Bajunya pun kini basah kuyup
karena tak sempat menghindar dari guyuran air yang
sengaja dilempar oleh Richard.
“Sudah cukup Richard. Hentikan…!” teriak Steve
sambil melepaskan diri dari gengaman Jaka dan Zaki
kemudian berlari menuju Billy.
“Huuu…Payah!” ejek Richard bersama
komplotannya.
Billy begitu terkejut karena mendadak diguyur air
ketika ia baru datang memasuki kelas. Sontak Steve
datang menghampirinya dengan membawa sapu tangan
yang disimpan di saku celananya untuk membantu
membersihkan bekas air di tubuh Billy.
“Lebih baik bersihkan tubuhmu di toilet. Nanti
disana akan kubawakan baju olah ragamu untuk ganti
baju. Situasi disini masih panas karena kejadian tadi.
Tenang saja aku percaya kok bukan kamu pelaku
pencurian itu. Segera pergi ke toilet nanti kuantar bajumu
disana,” bisik Steve sembari menyuruh Billy pergi
meninggakan kelas.
“Baiklah Steve… Terima kasih banyak atas
bantuannya. Sepertinya cuma kamu saja yang percaya
padaku. Sungguh demi apapun aku memang tadi di toilet
karena sakit perut waktu olah raga. Aku juga tak tau siapa
yang sengaja meletakkan hp Richard ke dalam tasku,”
sahut Billy yang kemudian bergegas pergi meninggalkan
kelas.
“Hei… Mau kemana kau pencuri. Baru diguyur air
aja udah kabur. Harusnya kalau pencuri tuh enaknya
dihajar massa atau gak dilaporkan ke polisi skalian biar
dimasukkan ke penjara. Udah miskin maling lagi. Dasar
memalukan,” hina Richard sambil melempari sobekan
kertas ke arah Billy.
Billy sudah tak mempedulikan ejekan dan hinaan
dari Richard. Ia lebih memilih pergi ke toilet seperti yang
diperintahkan Steve. Harapannya hari itu hanya segera
menyelesaikan pembelajaran dan pulang ke rumah. Ia
sudah pasrah dengan hukuman yang akan diberikan Pak
Donny kepadanya besok. Untung saja masih ada sahabat
terbaiknya Steve yang percaya kepadanya. Ia kini hanya
bisa menunggu kedatangan Steve mengantarkan baju
olahraganya di toilet.
***
Beberapa menit kemudian, Steve datang
menghampiri Billy ke toilet. Dia pun membawakan baju
olah raga untuk digunakan Billy. Ketika Steve hendak
kembali ke kelas tiba-tiba pintu toilet tertutup dari luar
dan mengunci mereka berdua yang masih berada di dalam
toilet. Steve pun jadi kesal karena tindakan teman-teman
sekelasnya yang seperti ini. Jabatannya sebagai ketua osis
tidaklah berguna di situasi saat ini. Kini Billy dan Steve
hanya bisa pasrah menunggu bantuan dari luar untuk
membukakan pintu toilet sambil mengetuk pintu dari
dalam dan berteriak minta tolong berharap ada seseorang
yang mendengar suara mereka.
“Maafkan aku Steve. Gara-gara aku, kamu juga
ikut terkena imbasnya. Sudah cukup aku saja yang jadi
sasaran mereka. Jangan sampai kau juga ikut sial
sepertiku. Mungkin ini juga hukuman padaku karena tiap
pagi selalu tidur di kelas. Andaikan uang kiriman ayah
cukup untuk kebutuhanku sehari-hari, pasti aku tidak akan
menjadi penjaga toko setiap malam. Sorry ya, aku malah
jadi curhat kepadamu. Semoga saja segera ada orang yang
membuka pintu toilet ini,” ucap Billy sambil terus
mengetuk pintu toilet.
“Sudahlah jangan pikirkan aku. Aku tau bukan
kau pelakunya. Nanti sepulang sekolah aku coba hubungi
wakil ketua osis dan teman-teman osis yang lain untuk
menyelidiki kasus pencurian ini. Kuharap CCTV di depan
kelas kita bisa menjadi bukti untuk menemukan siapa
pelaku sesungguhnya yang iseng meletakkan hpnya ke
dalam tasmu,” terang Steve sambil menepuk pundak
Billy.
“Baiklah nanti akan kubantu mencarinya kalau
begitu,” ujar Billy yang mulai bersemangat.
“Jangan.. Kamu lebih baik pulang. Aku khawatir
Richard dan kawan-kawannya akan mengincarmu jika
kau masih ada di sekolah nanti. Setelah bel pulang
berbunyi kuharap kau bisa segera pulang. Lanjutkan
aktivitasmu. Untuk sementara istirahat dulu di rumah.
Aku takut Richard juga akan menganggumu saat kau
bekerja nanti. Kuharap kau ikuti saranku ini,” terang
Steve meyakinkan sahabatnya itu.
Bel pulang sekolah berbunyi, para siswa
berhamburan pergi menuju ke luar gedung sekolah dan
untungnya ada petugas kebersihan yang datang untuk
membersihkan toilet siswa. Akhirnya petugas tersebut
membuka pintu toilet tersebut. Billy dan Steve pun segera
keluar dari toilet dan berlari menuju ke kelas. Setibanya
di sana mereka pun terkejut melihat kedua bangku mereka
penuh dengan coretan. Kini bangku Steve juga ikut
terkena imbasnya. Tak hanya itu, isi dalam tas mereka
sudah berhamburan keluar. Mau tidak mau akhirnya
mereka pun membereskan kekacauan di kelas.
Sesuai kesepakatan Billy pun pamit kepada Steve
untuk pulang ke rumah sedangkan Steve sudah
menghubungi David, si wakil ketua osis dari kelas XI-A
untuk membantu mengecek CCTV bersamanya. Benar
saja, di depan kelas sudah ada David yang menyapa Steve
dan segera mengajaknya pergi ke ruang keamanan
sekolah.
Sementara itu, Billy berjalan keluar gedung
sekolah menuju ke tempat parkir untuk mengambil
sepedanya. Sekali lagi ia harus menelan kesedihan karena
melihat ban sepedanya robek depan belakang seperti ada
yang sengaja merusaknya. Terpaksa ia pun akhirnya
mendorong sepedanya itu perlahan menuju ke bengkel
terdekat. Beruntung dia masih ada simpanan uang di
dalam tasnya untuk memperbaiki ban sepedanya yang
rusak tersebut.
PERUDUNGAN DIMULAI

Pengumuman di mading sekolah membuat para


siswa berkerumun sebab jarang sekali ada info yang
ditempel di mading jika bukan pengumuman penting.
Namun isi pengumuman itu membuat sebagian siswa
kecewa terutama Richard dan kawan-kawannya.
“Anjir. Kesel banget liat pengumuman tadi. Apa
Pak Donny disuap ya? Bisa-bisanya ngasih hukuman gitu
doang sama pencuri macem Billy. Ah… sial kesel banget.
Kalo ketemu Pak Donny, fiks pasti kuprotes dah tuh,” seru
Richard kesal melihat isi pengumuman hukuman untuk
Billy.
“Betul sekali tuh. Apa jangan-jangan karena
dukungan Steve tuh boss makanya hukumannya
diringankan,” tambah Jaka yang semakin membuat
Richard menjadi murka.
“Tenang saja boss. Nanti kalau sampai Billy
masuk ke sekolah kita kerjain saja dia habis-habisan.
Skalian kalau Steve membantunya kita bully saja mereka
bersama. Osis kok malah membela orang yang salah patut
tuh kalau ikut dihukum juga,” usul Zaki memprovokasi
Richard.
Richard pun akhirnya pergi bersama Jaka dan Zaki
yang sudah menjadi pengikutnya sejak kelas X. Mereka
kini hendak menyiapkan strategi yang tepat untuk
mengerjai Billy. Belum puas mereka kemarin sudah
mengunci pintu toilet dan juga merusak ban sepeda Billy
dengan gunting. Kini mereka masih ingin mengerjai Billy
sampai puas.
***
Sementara itu, Steve terlihat bersyukur karena
melihat pengumuman di mading sekolah. Sayangnya,
rencana mengecek CCTV kemarin gagal sebab rekaman
CCTVnya mengalami eror ketika kejadian pencurian hp
kemarin menurut penjelasan petugas keamanan sekolah.
Steve kini tak bisa membuktikan dan membela Billy jika
barang bukti satu-satunya pun tidak dapat dilihat.
Meskipun kecewa, ia tau Billy bukanlah orang yang
lemah. Ia sudah lama mengenal sahabatnya itu dan
hukuman membersihkan toilet sekolah selama sebulan
termasuk pekerjaan mudah bagi Billy.
Benar saja, ketika Billy sampai ke sekolah dan
melihat pengumuman mengenai hukumannya itu ia jadi
lega. Untungnya pekerjaan itu sudah menjadi
kebiasaannya sehari-hari di rumah. Bersih-bersih adalah
salah satu aktivitas wajibnya selain merawat ibunya yang
sakit di rumah. Hari itu, ia begitu bersemangat menuju ke
kelas padahal sebentar lagi Richard dan komplotannya
sudah mengincarnya untuk menjadi target perudungan
mereka.
Dari kejauhan jaka sudah mengintai kedatangan
Billy. Melihat Billy sudah berjalan di koridor kelas,
segera ia mengaba-aba saudara kembarnya Zaki untuk
memulai aksinya bersama Richard. Ternyata di depan
kelas mereka hendak menuangkan minyak berharap Billy
terpeleset karena minyak tersebut. Benar saja, karena
tidak melihat lantai, Billy pun kehilangan keseimbangan
dan terjatuh. Sontak seisi kelas menertawakan dia dan
bersorak dengan nada tidak senang.
“Astaga, ini kenapa lantai bisa jadi selincin ini.
Baiklah nanti sepulang sekolah akan aku pel ruangan ini
biar tidak ada yang terpeleset sepertiku,” gumam Billy
sambil mencoba berdiri.
Billy pun kemudian berdiri dan terkejutnya
dirinya ketika dihadapannya sudah ada Richard yang
berdiri tepat di depannya. Richard pun tiba-tiba
mendorong Billy sehingga ia terjatuh untuk kedua
kalinya. Richard pun tertawa melihat ekspresi Billy yang
terkejut dan terjatuh di depannya. Ia pun mengulurkan
tangannya ke arah Billy dan Billy pun mencoba meraih
tangan Richard. Namun sayangnya, Richard kemudian
melepaskan gengamannya sehingga membuat Billy
terjatuh untuk ketiga kalinya.
“Mampus… Mana sudi aku membantu pencuri
sepertimu. Awas saja kau lapor perbuatanku ini pada Pak
Ronny. Udah sana bersihkan lantai kelas ini sekarang.
Bukannya mulai hari ini sampai sebulan ke depan kau
bakal jadi cleaning servis ya di sekolah ini,” ejek Richard
yang kemudian melemparkan kain pel mengenai tubuh
Billy.
Billy hanya terdiam dan tidak ingin merespon
ucapan Richard. Segera ia mengepel lantai kelasnya
dengan kain pel yang sudah dilemparkan kepadanya.
Lantai yang kini berminyak memang sudah kering tapi
noda yang dihasilkan justru membuat lantai menjadi kotor
dan menghitam. Sekali lagi para siswa di kelas
menertawakan perbuatan konyol Billy tersebut.
“Dasar bodoh. Udah tau kain pelnya kotor, malah
dipake buat ngebersihin lantai. Bukannya bersih kau
malah makin mengotori lantai yang suci ini. Seperti
perbuatanmu yang kotor itu. Baru beberapa menit jadi
tukang kebersihan, tapi gitu aja kerjanya tidak becus.
Kalau kerja di perusahaan papaku sudah pasti kau dipecat
tanpa penghormatan kalau dirimu seperti ini,” ejek
Richard sambil menginjak-injak lantai yang kini kotor
karena kain pel pemberiannya.
Sekali lagi Billy hanya terdiam dan tidak
merespon ucapan Richard sama sekali. Ia justru
tersenyum dan pergi menuju ke bangkunya. Sekali lagi ia
tak lagi terkejut melihat kursi dan mejanya yang kini
penuh dengan coretan makian. Ia segera duduk dan
menyiapkan beberapa buku untuk pembelajaran jam
pertama. Kali ini, Billy tidak lagi tidur kelas sebab
kemarin malam ia sudah ijin libur sesuai saran Steve. Kali
ini ia mencoba menyimak pelajaran dengan baik dan
bersemangat. Ia saat itu tidak menyadari keisengan yang
masih dilakukan oleh Richard dan komplotannya.
Tak lama Steve datang dari ruang osis. Ia terkejut
melihat lantai kelas yang menghitam. Ia hanya bisa
mengelengkan kepala heran dengan tingkah laku teman-
temannya di kelas. Padahal pagi tadi lantai kelas masih
bersih dan sekarang ia melihat lantai sudah menjadi kotor
dengan noda hitam.
“Ngapain liat-liat segitunya. Salahkan itu semua
sama cleaning servis baru yang ga becus itu. Kau kan
kawannya. Coba ajarin tuh cara mengepel lantai dengan
baik dan benar,” seru Richard sambil menujuk pada Billy.
“Tau ah. Males banget aku pagi-pagi berdebat ama
kamu Richard. Mending aku duduk aja. Toh sebentar lagi
bel pelajaran akan berbunyi,” balas Steve sambil berjalan
menuju ke bangkunya.
Tak lama bel pelajaran pertama berbunyi, para
siswa yang masih berada di koridor kelas bersamaan
masuk ke kelas masing-masing. Bersamaan dengan itu,
para guru juga mulai memasuki kelas.
“Selamat pagi anak-anak,” sapa Pak Donny
dengan senyuman hangatnya.
“Selamat pagi, Pak…” sahut siswa bersamaan.
“Seperti biasa sebelum pembelajaran dimulai,
mari kita awali dulu kegiatan kita dengan berdoa. Berdoa
menurut agama dan kepercayaan masing-masing
dimulai,” ujar Pak Donny memimpin doa.
“Pak kenapa hukuman Billy cuma jadi cleaning
servis sih. Coba liat lantai kelas kita, bukannya
dibersihkan malah dikotori sampai menghitam seperti itu.
Kenapa dia tidak dihukum berdiri di depan tiang bendera
seharian, atau lari seratus kali di lapangan apalagi dia kan
atlet tuh kesayangan pak Dandy. Kemarin aja ga ikut
pelajaran dicariin tuh eh ternyata dia ngilangnya karena
pengen nyuri hpku. Parah banget coba,” seru Richard tak
terima dengan pengumuman hukuman untuk Billy.
“Sudah cukup ya Richard. Hukuman fisik itu tidak
diperbolehkan di sekolah kita. Tugas membersihkan toilet
selama sebulan saja sudah berat. Tuh kamu juga tau toh
bahwa bersih-bersih itu tidak mudah. Jadi itu sudah
hukuman yang cukup adil bagi Billy. Sudah jadi
kesepakatan para guru juga berdasarkan musyawarah
bukan karena keinginan bapak pribadi. Jadi kamu terima
saja atau hp kamu bapak sita saja agar tidak ada kejadian
kehilangan lagi,” terang Pak Donny.
“Lho jangan lah pak. Ya udah deh maaf ya pak
udah protes barusan. Untung saja para guru masih berbaik
hati denganmu Billy. Awas saja kalau kau kerjanya tidak
becus kaya tadi pagi. Pasti akan kulaporkan perbuatanmu
kepada Pak Donny atau guru yang lain biar hukumanmu
diperpanjang skalian,” seru Richard sambil mengancam
Billy.
Billy hanya terdiam menyimak perkataan Pak
Donny. Ia sudah tak mau mengubris ucapan dari Richard
dan kini fokus mendengarkan materi yang akan
disampaikan pak Ronny. Tepat saja materi yang
disampaikan Pak Ronny kali ini membahas tentang
Bullying. Ia jadi semangat mendengarkan materi tersebut
dan berharap penjelasan Pak Ronny dapat menyentil
perbuatan yang selama ini dilakukan Richard dan teman-
temannya terhadapnya saat ini.
“Permisi pak, sebelum materi ini dibahas lebih
jauh, saya ingin bertanya,” ujar Steve yang melambaikan
tangan ketika Pak Donny baru saja mengakhiri
penjelasannya.
“Baik… Silahkan Steve apa yang ingin kamu
tanyakan,” sahut Pak Ronny memberikan kesempatan
Steve bertanya.
“Terima kasih pak untuk kesempatannya. Jadi
saya cuma ingin bertanya, apakah jika seseorang sengaja
memojokkan temannya, mengejek, dan menuliskan
ujaran kebencian, bahkan menjahili temannya merupakan
bentuk pembullyan. Lalu apa hukumannya jika ada salah
satu siswa di kelas ini yang melakukan hal tersebut. Itu
saja pak pertanyaan dari saya. Terimakasih,” terang Steve
sembari melirik ke arah Richard dan komplotannya.
“Nah ini pertanyaan yang bagus ya dari Steve. Jadi
semua yang dikatakan Steve memang benar merupakan
beberapa contoh dari pembullyan patutnya kalian anak-
anak bapak jangan sampai ya melakukan hal ini kepada
temannya. Mulai dari yang sederhana dan dianggap sepele
seperti mengejek itu sudah termasuk bullying apalagi
sampai memojokkan atau mengerjai temannya.
Hukumannya jelas dong akan bapak bawa ke ruang BK
untuk diberi hukuman agar pelaku menjadi jera dan tidak
melakukan hal itu lagi. Namun seandainya perbuatan itu
masih tetap dilakukan, terpaksa bapak akan memberikan
surat undangan kepada orang tua kalian mengenai
perilaku kalian selama di sekolah. Bisa dimengerti Steve
dan juga kalian semua,” terang Pak Ronny.
“Siap, mengerti pak!” ujar siswa XI-B bersamaan.
“Lalu bagaimana dengan kasus Richard ke Billy,
apakah juga termasuk tindakan Bullying pak. Tengok saja
meja dan kursi Billy penuh dengan coretan makian dan
kata-kata kotor dari Richard,” terang Steve sambil
menunjukkan bangku Billy yang penuh coretan.
“Astaga… Lebay amat sih kau Steve. Mana ada
bukti kalau aku yang melakukan itu pada bangku Billy.
Lagian ucapanku juga ekspresi kekesalan dan murni cuma
becanda doang. Sejak kapan aku membully Billy. Ya kan
Bil?” terang Richard mengelak atas kesalahannya.
Billy hanya mengangguk mendengar ucapan
Richard barusan. Ia sudah malas menanggapi ucapan dan
perbuatan Richard kepadanya. Situasi di kelas menjadi
gaduh saat Jaka dan Zaky menyoraki pernyataan yang
disampaikan Steve barusan. Pak Ronny pun segera
menenangkan situasi dalam kelas dan mulai melanjutkan
penjelasannya hingga tak sadar bel pelajaran telah
bordering tanda jam pelajaran BK sudah berakhir.
“Richard, Jaka, dan Zaky…. Ikut bapak sebentar
ada yang mau bapak sampaikan,” ujar Pak Donny yang
kemudian pergi ke luar kelas.
Tak banyak bicara, Richard, Jaka, dan Zaky pun
segera mengikuti Pak Ronny. Mereka jadi kesal dengan
ucapan Steve barusan. Betul saja mereka mendapatkan
nasihat dari Pak Ronny di ruang BK agar tidak membuat
gaduh di kelas apalagi sampai nanti ketahuan membully.
Pak Ronny juga menyuruh Richard berdamai dengan
masalah Hpnya kemarin bukan justru memperpanjang
masalah. Mereka hanya mengangguk dan mengiyakan
semua ucapan pak Ronny. Setelah itu, mereka pun
dipersilahkan kembali ke kelas untuk mengikuti
pembelajaran berikutnya.
“Sialan emang si wakil ketua osis kita. Jaka, Zaky,
sepertinya target pembullyan kita bertambah satu orang.
Sepertinya benar mereka berdua adalah komplotan
pencuri hpku. Awas saja nanti. Tunggu pembalasan kita,”
seru Richard sambil mengepalkan tangannya karena
kesal.
“Siap, laksanakan Boss,” jawab Jaka dan Zaky
bersamaan.
Di sepanjang perjalanan menuju ke kelas, Richard,
Jaka, dan Zaky mulai berdiskusi menentukan cara yang
tepat untuk menjebak dan mengerjai Billy dan Steve.
Mereka akhirnya sepakat akan melakukan aksi mereka
saat bel istirahat berbunyi. Namun di tengah perjalanan
Richard menemukan ide cemerlang ketika mereka
berjalan mendekati arah toilet. Segera, ia menyuruh Jaka
untuk mengambil minyak yang mereka bawa di tas dan
Zaky untuk mengambil obat dan air minum di dalam
tasnya. Sementara, Richard sendiri berencana untuk BAB
dan meninggalkan kotorannya begitu saja tanpa disiram
agar membuat Billy nantinya menjadi tidak nyaman saat
membersihkan toilet.
Setelah puas BAB, Richard pun langsung kabur ke
luar toilet sambil menunggu kedatangan Jaka dan Zaky.
Tak perlu waktu lama, Jaka dan Zaky pun datang
membawa barang yang diperlukannya. Segera minyak itu
dia tuangkan ke dalam toilet untuk membuat lantai
menjadi licin, sementara obat itu ia masukkan ke dalam
air mineralnya yang nantinya hendak ia berikan ke pada
Richard sebagai target pembullyan mereka.
“Boss buruan, tadi Bu Ratna sudah nyariin di
kelas,” seru Jaka sambil menjaga di depan toilet.
“Benar boss, mari kita lanjutkan saja waktu
istirahat biar kita bertiga tidak dimarahi Bu Ratna. Tau
sendiri udah matematika itu susah, trus kena Bu Ratna
yang suka marah-marah. Apa gak pusing nih kepala,”
sahut Zaky mulai panik.
“Iya.. iya… ini dah beres kok. Semoga aja tidak
ada anak lain yang masuk toilet ini. Biarkan saja Billy
yang duluan merasakan licinnya lantai ini. Biar tau
rasanya berhadapan dengan Richard,” seru Richard yang
kemudian mengajak Jaka dan Zaky kembali ke kelas.
Sesampainya di kelas, Richard langsung menuju
ke arah Billy dengan membawa air mineral yang berisi
racikan obatnya. Ia pun langsung menyodorkan minuman
itu kepada Billy. Tanpa basa-basi Billy pun menerima
minuman itu tanpa tau bahwa minuman yang diberikan
sudah terkontaminasi oleh obat dari Richard.
“Terima kasih Richard atas minumannya,” seru
Billy sambil tersenyum menerima air mineral tersebut.
“Sama-sama Billy. Anggap saja ini sebagai kado
permintaan maaf dariku karena selama ini sudah
mengerjaimu. Jangan lupa dihabiskan minumannya,” seru
Richard sambil menjberjalan kembali ke tempat
duduknya.
Dengan polosnya Billy langsung meneguk botol
air mineral pemberian Richard. Terlihat Steve agak curiga
dengan perubahan sikap Richard pada Billy barusan. Baru
saja ia hendak mencegah Billy tapi terlambat, air mineral
itu sudah diminum hingga setengah botol.
“Bagaimana rasanya Bil. Tidak ada yang aneh
kan?” tanya Steve penasaran.
“Rasanya ya seperti air minum biasa kok. Cuma
ga tau ya minuman ini tadi rasanya agak pahit dilidah,”
terang Billy.
“Baiklah kalau begitu. Jika kau mendadak merasa
ada sesuatu yang salah atau aneh di tubuhmu bilang ya.
Aku curiga aja dengan niat baik Steve barusan. Takutnya
itu hanya kedok dia saja,” seru Steve memastikan.
“Iya… Steve. Terima kasih atas perhatiannya.
Sudah sana perhatikan saja penjelasan Bu Ratna. Aku ga
mau gara-gara kita mengobrol malah membuat Bu Ratna
marah pada kita,” terang Billy yang kemudian kembali
fokus menyimak penjelasan dari Bu Ratna.
Benar saja tak lama reaksi obat dalam air mineral
itu bereaksi pada tubuh Billy. Kini ia merasakan sensasi
panas sehingga tubuhnya mulai berkeringat dan perutnya
mendadak menjadi sakit. Tak hanya itu, karena tak kuat
menahan sakit, mendadak terdengar suara dari dalam
perutnya berbunyi dan menghasilkan bau yang tak sedap
di dalam kelas. Seketika, seisi kelas langsung keluar
karena tak tahan dengan bau kentut Billy. Tak mampu
menahan untuk kedua kali, segera Billy ijin pergi ke toilet.
Seisi kelas berseru sinis karena perbuatan Billy tersebut.
Sementara itu jaka dan Zaky hanya terdiam dan seakan
mencoba menahan tawa. Steve yang memperhatikan
ekspresi mereka menjadi semakin yakin bahwa kejadian
barusan ada sangkut pautnya dengan minuman pemberian
Richard barusan.
Billy segera berlari menuju ke toilet, selain karena
sakit perut, ia juga malu karena kentut di dalam kelas
sehingga menyebabkan kelas menjadi gaduh untuk
beberapa saat. Ia berlari hingga tak sadar bahwa lantai
toilet sudah berlumuran minyak. Alhasil Billy pun
langsung terjatuh karena terpeleset.Kini tak hanya
perutnya yang sakit tapi juga pantatnya karena terjatuh
barusan. Meskipun begitu ia berusaha berdiri dan masuk
ke dalam WC untuk BAB dan sekali lagi ia harus terkejut
karena melihat ada kotoran yang belum sempat disiram
oleh pengguna sebelumnya. Segera ia menghidupkan
flush dan membiarkan kotoran itu dibersihkan lalu ia pun
duduk dan mulai BAB. Saat ia masih menahan sakit di
dalam WC terdengar suara langkah kaki dan ternyata di
atasnya Jaka dan Zaky menyiapkan ember berisi air bekas
mengepel lantai yang diguyurkan di atas WC Billy.
Terkejutnya bukan main, tubuh Billy seketika
basah kuyup karena guyuran air tersebut. Sebelum sempat
melihat pelakunya, Jaka dan Zaky sudah kabur
meninggalkan toilet tersebut. Seperti pepatah sudah jatuh
tertimpa tangga, mungkin itu adalah kejadian sial yang
dialami Billy sekarang. Kini tak hanya menahan sakit di
perut tetapi ia harus bertahan dengan tubuhnya yang basah
kuyup disertai bau yang tidak sedap dari air tersebut. Ia
juga belum sempat memberi tau Steve tentang
keadaannya saat ini padahal ia tadi sudah berjanji untuk
memberi tau jika ada masalah yang terjadi pada dirinya.
Baru di kondisi yang menyedihkan itu Billy
tersadar dengan perkataan Steve sebelumnya. Benar saja,
Richard yang selama ini marah besar kepadanya tidak
mungkin semudah itu menjadi baik dalam waktu beberapa
menit setelah dipanggil oleh Pak Donny tadi. Ia pun juga
teringat dengan minuman yang terasa pahit yang sudah
diminumnya barusan. Apalagi dengan lantai berminyak
dan juga guyuran air mendadak. Seperti sengaja
direncanakan sebelumnya untuk menjebak dirinya.
***
Sementara itu, di dalam kelas Steve begitu tidak
tenang memikirkan nasib Billy yang kini berada di dalam
toilet. Ia sebenarnya hendak ijin keluar tapi pasti Bu Ratna
akan marah jika banyak siswa yang ijin keluar saat
pembelajarannya berlangsung. Mau tidak mau ia harus
menunggu bel pergantian pelajaran berbunyi baru ia bisa
ijin untuk mengecek kondisi Billy di sana.
Steve semakin tidak tenang dan fokus belajar di
kelas saat melihat Jaka dan Zaky yang baru saja kembali
ke kelas dengan raut muka gembira. Bukannya tidak
senang dengan kegembiraan teman kembarnya itu, tapi
Steve makin kepikiran saja dengan nasib Billy di dalam
toilet. Pasti si kembar itu sudah disuruh Richard untuk
mengerjai Billy lagi seperti kejadian sebelumnya.
Beruntung bel pergantian pelajaran pun berbunyi.
Setelah Bu Ratna mengakhiri pembelajaran dan pergi
meninggalkan kelas, Steve pun memanfaatkan situasi itu
untuk pergi ke toilet melihat kondisi Billy. Ia pun segera
berlari menghampiri sahabatnya itu. Dan terjadi lagi,
karena antusiasnya berlari, ia pun terpeleset di dalam
toilet sebab lantai masih licin karena minyak yang sengaja
ditumpahkan Richard sebelumnya.
“Aduh sakit,” keluh Steve yang mengaduh
kesakitan karena terpeleset di lantai.
“Steve kaukah itu. Bisa minta tolong gak cari baju
ganti. Tubuhku basah kuyup karena disiram air kotor nih
barusan. Sorry ya kamu juga pasti jatuh sama sepertiku
tadi. Nanti setelah perutku membaik aku akan bersihkan
toilet ini agar tidak ada lagi anak yang terpeleset seperti
kita,” terang Billy dari dalam WC.
“Siap akan kuusahakan ya untuk pakaian ganti.
Apa kamu baik-baik saja Bil? Perut kamu masih sakitkah?
Pasti itu gara-gara minuman yang diberikan Richard.
Kamu sih asal diminum aja,” Tanya Steve khawatir
dengan kondisi Billy.
“Masih agak sakit sih. Rasanya mules aja gitu
perut ini. Kalau udah lega trus sakitnya brasa lagi. Jadi
mungkin aku agak lama di toilet. Maaf ya lagi-lagi aku
merepotkanmu,” sahut Billy.
“Tidak apa kok. Itulah gunanya sahabat. Selalu
ada di saat suka maupun duka. Apa perlu kucarikan obat
sekalian di UKS. Semoga saja ada obat yang bisa
mengatasi sakit perut kamu. Kalau begitu aku pergi dulu
ya,” seru Steve berpamitan pada Billy.
“Terimakasih banyak ya Steve sekali lagi. Aku
beruntung memiliki sahabat sepertimu. Hati-hati ya… aku
tak tau rencana apalagi yang dipikirkan Richard dan
teman-temannya itu. Aku khawatir kamu juga ikut jadi
target pembullian mereka,” seru Billy.
Baru saja Steve hendak pergi menuju ke UKS,
mendadak pintu toilet sekali lagi terkunci dari luar. Baru
kemarin mereka mengalami kejadian ini dan sekarang
untuk kedua kalinya mereka merasakan hal yang sama
ibarat jatuh di lubang yang sama. Steve berusaha berteriak
dan mengetuk pintu dari dalam namun sayangnya tak ada
respon sama sekali dari luar toilet tersebut mengingat jam
pembelajaran di kelas yang masih berlangsung.
“Sialan… Lagi-lagi kita terjebak di dalam toilet
ini. Maaf ya Bil. Baru saja kau peringatkan aku ternyata
mereka lebih cerdik daripada yang kita kira. Entah apa
yang ada dalam pikiran mereka sehingga tega membully
kita seperti ini. Padahal hpnya juga sudah ketemu tapi
kenapa mereka masih dendam padamu. Apa materi dan
nasihat dari Pak Ronny kurang mengetuk isi hati mereka
ya,” gumam Steve yang heran dengan perilaku Richard
dan kawan-kawannya.
“Sudahlah, mari kita tunggu sampai bel istirahat
berbunyi. Semoga saja ada orang yang membukakan pintu
toilet ini. Mungkin sepertinya aku harus meminta maaf
kepada Richard tentang hpnya kemarin, meskipun bukan
aku pelakunya. Mungkin dengan cara itu dia juga akan
memaafkanku dan tak lagi mengerjai kita seperti ini lagi.
Sudah cukup dua hari kita terkunci di dalam toilet seperti
ini.
“Dari pada nganggur mending aku bantu kamu
mengepel lantai ini. Aku takut jatuh lagi kalau lantai toilet
ini tidak segera dibersihkan dari minyak ini,” ujar Steve
yang kemudian beranjak dan mulai mencari kain pel
untuk membersihkan lantai.
Steve pun segera mengepel lantai toilet.
Beruntung peralatan kebersihan masih terususun rapi di
ujung ruangan toilet. Ia pun perlahan membersihkan lantai
dari ujung ke ujung sambil menunggu pintu toilet terbuka.
Tak hanya itu, ia pun juga bernyanyi untuk membuat
suasana di dalam toilet agar tifak sepi. Billy hanya bisa
berterima kasih dengan apa yang dilakukan Steve saat ini.
Jika tidak karena sakit perut, pasti ia akan mengerjakan
semua yang dilakukan Steve saat ini. Ia jadi merasa
berhutang budi pada sahabatnya itu.
***
Bel istirahat pun berbunyi nyaring sehingga
membuat Steve menghentikan nyanyiannya tersebut. Ia
juga sudah selesai menghilangkan noda minyak dan
mengepel lantai toilet tersebut hingga menjadi wangi. Ia
pun kembali ke depan pintu toilet dan berteriak minta
bantuan. Beruntung ada salah satu siswa yang ingin ke
toilet dan mendengar suara Steve. Ternyata siswa itu
adalah David. Ia memang sempat curiga dengan tulisan
toilet rusak yang tertempel di depan pintu toilet apalagi
ditutupi dengan palang sapu sehingga membuat pintunya
tidak bisa terbuka dari dalam.
Setelah mendengarkan cerita dari Steve, David
menjadi kesal dengan tindakan Richard dan kawan-
kawannya. Akan tetapi mereka tidak bisa menuduh
Richard jika tidak ada bukti yang mengarah kepada
kejahatan mereka. Meskipun sekolah sudah membuat
program ramah anak dan gerakan anti bullying tapi tetap
saja ada anak bandel seperti Richard yang melanggar
peraturan tersebut. Sebagai Ketua dan Wakil Osis Steve
dan David sepertinya perlu mempertegas hukuman bagi
para pelaku pembullyan di sekolah dengan bantuan dari
kesiswaan dan guru BK. Steve pun kemudian pergi ke
UKS untuk mengambil obat sedangkan David dengan
senang hati meminjamkan seragamnya yang disimpannya
di dalam loker sebagai baju cadangan. Mereka pun
kemudian pergi ke tujuan masingmasing dan segera
kembali ke toilet untuk membawakan apa yang
dibutuhkan oleh Billy.
***
Dari kejauhan Nampak Richard, Jaka dan Zaky
sedang mengintai perbuatan Steve dan David. Mereka
kini tak lagi berkutik dan takut ketahuan jika mengerjain
Billy di situasi yang ramai seperti ini. Akhirnya mereka
memutuskan untuk pergi ke kelas dan melanjutkan aksi
jahil mereka selanjutnya. Nampaknya para siswa di kelas
XI-B acuh dengan apa yang dilakukan trio pembuat onar
di kelas itu. Mereka lebih fokus mengurusi diri sendiri
ketimbang ikut terlibat dalam situasi yang tidak
menyenangkan itu. Sisi empati mereka terhadap sesama
seakan tak lagi ada. Meskipun beberapa kali Pak Ronny
juga sering membahas manfaat berempati terhadap
lingkungan sekitar terutama teman di dalam kelas tetapi
sisi egois mereka membuat perasaan itu seakan tertutupi
oleh kesibukan mereka masing-masing dengan belajar
atau bahkan hanya fokus bermain game saja.
Kali ini Richard mengeluarkan Lem dari dalam
tasnya. Ia pun kemudian menyuruh jaka dan zaky untuk
meletakkan lem itu di tempat duduk Billy. Sekali lagi
mereka hendak berencana mengerjai Billy jika ia masih
nekat masuk ke kelas dan mengikuti pembelajaran
selanjutnya. Tampak banyak sekali pasang mata yang
melihat aksi mereka tetapi tetap hal tersebut seakan
dianggap biasa dan wajar dilakukan. Bahkan Smith selaku
ketua kelas dan juga siswa terbaik di kelas XI-B pun
hanya mengindahkan tindakan iseng mereka. Ia hanya
duduk sambil menikmati sarapannya sambil membaca
buku. Hal tersebut yang membuat Richard menjadi
semakin bersemangat untuk mengerjai Billy
***
Tak lama kemudian, bel berbunyi tanda untuk
melanjutkan pembelajaran. Para siswa bergegas masuk ke
kelasnya masing-masing berserta guru-guru yang bersiap
untuk mengajar di kelas. Setelah membantu Billy, Steve
pun masuk ke kelas tanpa mengetahui bahwa bangku
Billy sudah diberikan lem oleh Richard. Sementara itu,
Billy masih fokus menuntaskan tugas membersihkan
toilet hingga selesai setelah sakit perutnya sudah mulai
sembuh. Ia juga beruntung bisa menggunakan baju ganti
milik David si wakil ketua osis dari kelas sebelah. Ia
begitu bersyukur karena David sudah membantunya
dengan senang hati dan berperilaku layaknya seorang
pemimpin yang patut dicontoh.
Kelas XI-B begitu ramai karena Pak Sony selaku
guru IPA masih belum masuk kelas. Setelah lima belas
menit menunggu akhirnya Smith pun pergi ke ruang guru
untuk mencari Pak Sony agar kelas tidak ramai tak
terkendali. Ia pun pergi menuju ke ruang guru dan tidak
sengaja berpapasan dengan Billy yang berjalan hendak
menuju ke kelas.
Billy hanya bisa tertunduk malu saat berpapasan
dengan Smith mengingat kejadian sebelumnya saat ia
kentut di kelas. Ia pun bergegas masuk kelas dan berniat
untuk meminta maaf kepada Richard supaya tindakan
bullying yang ditargetkan kepadanya segera dihentikan.
Ia harus melakukan hal itu meskipun sebenarnya apa yang
Richard tuduhkan kepadanya tidak benar.
Seketika kelas menjadi hening saat Billy tiba-tiba
membuka pintu kelas. Banyak diantara mereka mengira
Pak Sony sudah datang. Seketika kelas kembali menjadi
ramai saat melihat sosok Billy yang ada di hadapan
mereka. Billy pun masuk ke kelas menghampiri Richard.
Richard pun agak terkejut ketika Billy tiba-tiba berlutut
dihadapannya.
“Richard aku disini berlutut kepadamu hendak
meminta maaf atas kejadian hp kamu kemarin. Sungguh
meskipun aku bilang bukan aku pelakunya pastinya kau
tidak akan percaya tapi kumohon ijinkan aku meminta
maaf kepadamu agar permasalahan diantara kita segera
berakhir. Aku hanya ingin beraktivitas kembali seperti
biasanya dan menjalani hukumanku dengan ikhlas.
Kuharap kau mengerti dan memaafkanku,” pinta Billy
sambil berusaha mengenggam tangan Richard.
Namun, Billy hanya bisa menelan kekecewaan
ketika tangannya mendadak ditangkis oleh Richard.
Sepertinya permohonan maafnya tidak diterima.
“Enak saja kau bilang maaf dan masih tidak
mengaku kalau bukan kau yang mencuri Hpku ini. Bukti
sudah ada di depan mata saja kamu masih mengelak, lalu
gimana bisa aku memaafkanmu kalau ucapanmu seperti
itu. Sudahlah jangan munafik. Sekali maling ya maling.
Kalau maling mengaku penjara pasti penuh dari jaman
dulu. Sudahlah ga perlu basa-basi pake minta maaf dan
berlutut kepadaku. Dikira dengan perlakuanmu ini aku
bakal iba kepadamu. Jawabannya tentu saja tidak. Aku
justru muak dengan sikapmu. Sudah pergi sana duduk aja
di bangkumu. Sesali perbuatanmu kepadaku karena kau
pasti menyesal telah salah berhadapan dengan orang
sepertiku,” hardik Richard yang kemudian mendorong
Billy yang sedang berlutut kepadanya.
Billy pun terjatuh karena didorong oleh Richard.
Setelah permohonan maafnya ditolak begitu saja oleh
Richard, ia pun bergegas berdiri dan menuju ke tempat
duduknya. Ia tak tau bahwa bangkunya saat ini sudah
diberi lem yang nantinya akan menjadi masalah baru
baginya. Dengan ekspresi sedih, Billy berjalan lemas
menuju tempat duduknya. Steve yang melihat kejadian itu
hanya bisa menepuk pundak Billy menenangkan
sahabatnya itu.
“Sabarlah Billy, ingatlah kebenaran pasti akan
terungkap. Kita tinggal tunggu dan bersabar. Mari kita
hadapi bersama Richard CS. Aku sebenarnya juga muak
dengan sikapnya yang sombong dan arogan semacam
itu,” seru Steve menyemangati Billy.
Beberapa menit kemudian, Smith kembali masuk
ke kelas setelah pergi ke ruang guru. Ia menyampaikan
bahwa Pak Sony sedang ada tugas dinas ke luar kota
sehingga tidak bisa masuk ke kelas dan sebagai gantinya
segera Smith menuliskan tugas yang diberikan Pak Sony
di papan tulis.
“Segera dikerjakan teman-teman, nanti tugasnya
dikumpulkan di meja saja, biar nanti akan aku serahkan
ke ruang Pak Sony jika bel pelajaran berakhir. Itu saja
informasinya. Harap tenang jangan berisik agar guru kelas
sebelah tidak datang memarahi kita,” seru Smith sambil
menuliskan tugas dari Pak Sony.
“Siap laksanakan pak ketu…” jawab anak-anak
kelas XI-B bersamaan.
Sementara itu, Billy sudah mulai merasa ada
kejanggalan pada tempat duduknya. Tubuhnya seakan tak
mau bergerak dan tertahan oleh kursinya. Ia baru sadar
ketika mencoba untuk berdiri. Kursi yang didudukinya
ikut terangkat bersama dan menempel pada pantatnya.
Alhasil satu kelas pun tertawa melihat kekonyolan yang
dilakukan oleh Billy. Bukannya prihatin mereka justru
menertawakan Billy yang saat ini kesulitan untuk
melepaskan diri dari bangku yang menempel di pantatnya.
Steve yang ada di sebelah Billy terkejut. Ia pun
berusaha membantu Billy untuk melepaskan kursi yang
menempel di pantat sahabatnya itu. Ia pun ikut panik
ketika mendengar suara robekan dari celana kain Billy.
Sepertinya karena upaya keras Billy melepaskan diri dari
lem itu membuat celana pinjaman itu robek. Sontak para
siswa yang melihat kejadian itu makin tertawa terbahak-
bahak dan sampai ada yang sengaja merekam aksi konyol
dari Steve dan Billy tersebut.
“Kalian ya bukannya ikut membantu malah justru
tertawa dan merekam kejadian ini. Andai saja peristiwa
ini terjadi kepada kalian, apa bisa kalian tertawa di situasi
tersebut. Dasar ga punya hati,” hardik Steve kesal melihat
perilaku teman-teman sekelasnya.
“Sudahlah Steve jangan memperkeruh suasana.
Memang mungkin ini adalah hari sialku sama seperti
kemarin. Jadi mari bantu lepaskan lem ini saja. Sepertinya
aku besok akan mengganti celana David yang rusak,” ujar
Billy pasrah dengan keadaaannya.
“Huuuu dasar payah,” seru salah satu siswa di
kelas XI-B.
Akhirnya yang menempel berhasil terlepas tapi
benar saja, celana Billy sekarang jadi robek dan sebagian
menempel di kursinya. Segera, Steve mengambil jaketnya
dan melilitkan ke tubuh Billy agar bagian yang robek itu
tidak terlihat. Seketika situasi kelas menjadi hening
kembali dan mereka mulai melanjutkan tugas yang sudah
di berikan pak Sony. Billy dan Steve pun juga
melanjutkan mengerjakan tugas.
***
Hari berlalu dengan cepat hingga tak terasa bel
pulang sekolah pun akhirnya berbunyi. Billy hanya
terduduk lemas di bangkunya. Ia sebenarnya bingung
bagaimana cara menjelaskan masalah celananya yang
robek itu pada David. Baru saja ia dipinjami tapi sudah
sobek seperti ini. Steve yang ada disebelah Billy
membuyarkan lamunannya. Sontak Billy terkejut karena
melihat ruang kelasnya sudah tinggal mereka berdua.
“Ngelamun aja sih, mikirin apa kamu Bil. Yok
pulang,” tegur Steve membuyarkan lamunan Billy.
“Enggak aku cuma kepikiran celana David ini.
Gimana ngomongnya ya, baru aja pinjem udah robek
mace mini,” seru Billy sambil menjinjing tasnya.
“Tenang aja ntar aku jelasin semuanya ke David.
Dia anaknya baik, ga mungkin marah karena hal itu,”
terang Steve menenangkan.
“Tapi.. tetap aja masih ga enak aja akunya Stev,
nanti lah klo abis gajian akan kuganti celananya biar aku
ga merasa bersalah ama dia,” ujar Billy sambil berjalan
bersama Steve ke luar kelas.
“Nah gitu dong. Ide bagus tuh Bil. Ya udah yuk ke
parkiran ambil sepeda. Kita pulang aja dari sini daripada
Richard CS gangguin kita lagi,” ujar Steve mengajak
Billy pergi.
Billy dan Steve pun berjalan menyusuri koridor
sekolah menuju ke tempat parkir dan secara kebetulan
mereka melihat David. David sepertinya sedang sibuk
memasang poster di mading sekolah. Billy sebenarnya
sudah tenang dengan masalah celananya tapi ia mendadak
gugup saat sudah bertemu David. Ia berusaha menghindar
tapi justru Steve mengajaknya menghampiri David.
“Hei Vid, ada yang bisa aku bantu?” tanya Steve
menghampiri David.
“Oh… Hei Steve… gak kok cuma masang poster
ini aja. Disuruh pak, Bayu nempelin info lomba basket.
Nah kebetulan ada jagoan kelasmu nih. Bil jangan lupa
ikutan ya. Lumayan kalau menang hadiahnya jutaan
rupiah,” seru David menerangkan.
“Oh… ya tentu saja aku pasti ikut. Tapi
sebelumnnya aku disini mau meminta maaf kepadamu.
Tadi di kelas ada sedikit kecelakaan jadi ga sengaja celana
yang kau pinjamkan padamu robek. Tapi tenang saja,
setelah aku gajian pasti akan kuganti kok. Sekali lagi
maafkan aku ya Vid,” pinta Billy memelas.
“Oh jadi itu alasannya makanya kamu melilitin
jaket di pinggang karena celanaku robek. Ya udahlah
gapapa. Itu celana cadangan aja kok dan emang udah
using. Ga perlu kamu ganti juga ga masalah Bil,” terang
David sambil tersenyum pada Billy.
“Oh jangan dong. Aku pasti akan ganti celana
kamu meskipun tidak dengan merek yang sama. Aku gam
au merasa bersalah kepadamu. Jadi tunggu ya pasti
celananya akan aku ganti,” terang Billy.
“Baiklah jika kau memaksa begitu. Yuk kalau
begitu kita pergi dari sini. Kerjaan udah beres waktunya
kita Pulang,” seru David yang kemudian mengalungkan
tangannya pada pundak Steve dan Billy.
“Nah gini dong enak jadinya. Tau gak tadi Billy
sampe ngelamun gara-gara celana kamu yang robek. Tapi
lucu juga ya Billy kaya gini penampilannya sperti cewe
yang lagi Haid makanya di tutupin celananya pake jaket,”
gurau Steve yang kemudian mengundang tawa David dan
juga Billy.
Ketika sampai di parkiran lagi-lagi Billy
mengalami kesialan. Ban sepedanya kembali rusak seperti
kejadian kemarin. Kali ini Steve dan David ikut
menyaksikan hal itu. Mereka semakin terkejut saat Billy
menceritakan bahwa kejadian ini adalah kedua kalinya dia
mengalaminya. Sontak Steve semakin geram dengan ulah
Richard CS. Mereka pasti sengaja melakukan ini pada
sepeda Billy.
“Sudahlah Steve kamu tenang dulu. Yang rusak
kan ban sepedaku, kenapa kamu yang malah emosi,”
terang Billy menenangkan sahabatnya itu.
“Gimana bisa tenang. Mereka ini udah keterlaluan
banget kepadamu. Belum puas mereka mengerjaimu di
kelas dan di toilet, mau pulang pun juga sepeda tak
bersalah ini jadi sasarannya,” geram Steve sambil
mengacak-acak rambutnya karena kesal.
“Ya kamu tenang aja lah Stev. Udah Billy kamu
masukin aja sepedamu ke mobilku. Akan kuantar ke
bengkel. Kebetulan rumah kita juga searah kan?” seru
aDavid menawarkan bantuan pada Billy.
“Aduh gimana ya. Aku ga enak banget ngerepotin
kamu terus Vid. Celana ini aja belum kuganti. Masa udah
hutang budi lagi aku kepadamu,’ seru Billy menolak
penawaran David.
“Sudah ah, ikut aja naik mobil David. Lagian jarak
bengkel dari sekolah kita lumayan jauh kalau jalan kaki,
apalagi kamu sambil bawa sepeda. Terima aja ga baik
menolak permintaan orang baik itu,” bujuk Steve
meyakinkan Billy.
“Baiklah kalau begitu. David tolong antar saja aku
sampai ke bengkel nanti setelah itu kamu bisa lanjutkan
perjalanan pulang ke rumah,’ terang Billy yang kemudian
mulai berjalan bersama sepedanya.
“Aku pulang dulu ya… David jagain Billy baik-
baik. Anterin dia sampe bengkel. Besok kamu bareng aku
aja deh Bil. Aku takut sepedamu dibocorin lagi sama
Richard CS. Ga boleh nolak, pokonya besok pagi
kujemput di depan rumahmu,” terang Steve yang menaiki
sepedanya kemudian berpamitan pada David dan Billy.
Billy hanya tersenyum dan melambaikan tangan
kepada Steve yang mulai mengayuh sepedanya. Ia pun
sekarang pergi ke parkiran mobil bersama David. Jujur ini
adalah pengalaman pertama baginya menaiki mobil
mewah. Biasanya, ia hanya naik angkot saja itupun kalau
terpaksa.
Lima menit perjalanan yang dibutuhkan untuk
sampai ke bengkel sepeda. Dibantu Bapak sopirnya David
sepeda Billy pun segera dikeluarkan dari bagasi mobilnya.
Setelah itu, Billy pun turun dari mobil dan berpamitan. Ia
begitu berterima kasih dengan segala kebaikan yang
sudah dilakukan oleh David kepadanya. Sebenarnya
David ini menunggu Billy sampai ban sepedanya selesai
diperbaiki tapi Billy menolaknya. Ia tidak ingin
merepotkan lagi. Padahal Billy bingung uang yang
digunakan saat ini sebenernya akan digunakan untuk
membeli makan dan kue untuk ulang tahunnya nanti
malam. Namun apa boleh buat, ada hal yang jauh lebih
penting dari itu. Tanpa sepeda ini, ia tak bisa pergi
kemana-mana dengan bebas. Akhirnya terpaksa ia harus
merelakan uang simpanannya itu untuk memperbaiki
sepedanya kali ini.
ULANG TAHUN KESEDIHAN

Sepeda usang itu dikayuh Billy dengan cepat


setelah ia selesai menyelesaikan pembayaran dari bengkel
untuk perbaikan ban sepedanya. Ia khawatir dengan
kondisi ibunya, sebab akhir-akhir ini kondisinya
melemah, apalagi obat dari rumah sakit sudah menipis. Ia
lupa menghubungi ayahnya untuk memberikan transferan
uang sebagai biaya berobat ibunya. Maka dari itu, dengan
sekuat tenaga ia mengayuh sepedanya itu pergi menuju ke
rumahnya berharap ada kabar baik juga dari ayahnya.
‘Assalamualaikum, saya pulang bu,” sapa Billy
yang kemudian masuk ke rumahnya.
“Waalaikum salam, selamat datang Bill. Huck…
huck…” jawab ibu Billy sambil terbatuk-batuk.
Mendengar batuk ibunya, Billy pun bergegas
masuk ke kamar untuk mengganti pakaian. Ia kemudian
mengecek kondisi ibunya dan memberikannya obat.
Setelah melihat ibunya beristirahat, ia menggambil hp di
dalam kamarnya dan mencoba menelpon ayahnya.
Sayangnya tak ada respon sama sekali dari ayahnya
tersebut. Ia pun akhirnya memutuskan menyerah dan
berganti cara dengan mengirim pesan lewat sms. Ia
berharap semoga ayahnya segera membalas pesan yang
sudah ia utarakan tersebut.
***
Keesokan harinya ketika surya masih malu-malu
menampakkan wujudnya, terdengar suara telpon
berdering nyaring dari handphone yang membuat Billy
terbangun dari tidurnya. Ia pun seketika terjaga ketika
melihat di layar handphonenya bahwa ayahnya sedang
menghubunginya. Ia pun memulai percakapan terlebih
dahulu ketika mendengar tak ada suara dari ayahnya.
“Halo Ayah, kondisi ibu akhir-akhir ini
memburuk. Obatnya juga sudah habis untuk hari ini. Aku
butuh transferan uang ayah untuk membeli obat ibu lagi.
Tumben sih ayah telat ngirimnya, biasanya sebelum
kutelpon ayah sudah mengirim duluan,” ujar Billy sambil
menunggu jawaban ayahnya.
“Hallo Billy anakku sayang. Sebelumnya maaf
ayah baru bisa memberi kabar. Sebenarnya ayah sudah
menikah lagi. Ayah sudah tidak sanggup membiayai
pengobatan ibumu. Yang ayah butuhkan adalah sosok
wanita yang bisa merawat ayah bukan sebaliknya. Jadi
maaf mungkin ini adalah saat terakhir ayah mengirimi
uang untuk ibumu. Jika kau mau, kamu bisa ikut tinggal
bersama ayah disini. Nanti untuk alamat lengkapnya bisa
ayah sharelock. Kuharap kau mengerti ya nak. I Love
You,” ujar ayahnya dari telpon.
“Jadi ayah ingin aku tinggal bersamamu dan
meninggalkan ibu yang sakit disini. Tidak usah yah.
Meskipun tanpa ayah, Billy akan berjuang mencari cara
untuk mengobati ibu. Ayah jahat… Billy kecewa dengan
ayah. Ayah lebih memilih bersama orang lain
dibandingan dengan kami,” balas Billy yang mulai
menangis mendengarkan berita yang mengejutkan itu.
“Sekali lagi maafkan ayahmu ini nak dan sampaikan
permohonan maafku kepada ibumu. Selamat tinggal,”
ujar ayah yang kemudian mematikan telponnya.
Billy terkejut mendengar ucapan ayahnya barusan,
tapi tidak hanya itu ternyata ibunya juga ikut mendengar
ucapannya di telpon barusan. Seketika ibu langsung
pingsan karena tak kuat mendengar berita tersebut. Billy
pun panik dan segera menelpon ambulans.
“Ibu… kumohon bertahanlah. Biarkan ayah pergi,
aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menghidupi kita
berdua bu… Kumohon jangan tinggalkan aku,” isak Billy.
Tak lama bunyi sirine terdengar kencang di rumah
Billy. Segera ibunya dibawa ke mobil ambulans oleh
petugas ditemani oleh Billy yang setia menemani ibunya
yang kini terbaring lemas. Billy tak kuasa menahan tangis
melihat situasi sulit yang dihadapinya saat ini. Petugas
medis pun mulai memeriksa kondisi ibu Billy dan mulai
memasangkan infus ke tubuh ibunya yang lemas itu.
Beruntung jarak rumah Billy ke rumah sakit hanya
membutuhkan waktu 15 menit saja. Segera ibunya
langsung dibawa ke ruang ICU untuk diperiksa lebih
lanjut oleh dokter. Sementara itu, Billy menunggu di luar
ruangan sambil berdoa untuk kesembuhan ibunya.
***
Waktu terus berlalu, detik berganti menit, menit
berganti jam tapi masih belum nampak pintu ruang ICU
itu terbuka dan menampakkan sosok dokter yang
memberikan kabar pada Billy. Ia kini semakin cemas dan
hanya bisa berjalan bolak balik seperti orang kebingungan
karena tak sabar menunggu hasilnya. Untungnya,
penantian Billy pun berakhir karena nampak pintu ICU
terbuka dan terlihat dokter berjalan keluar
mendatanginya.
“Mohon maaf nak, Ibu kamu mengidap kanker.
Obat jalan yang selama ini dikonsumsi masih belum bisa
mengalahkan kanker yang ada pada tubuh ibumu. Perlu
operasi dan kemoterapi untuk mengobatinya tetapi
biayanya juga cukup besar. BPJS kesehatan pun masih
tidak bisa mengcover semua biaya pengobatan ibumu ini.
Coba hubungi ayah atau keluarga terdekatmu untuk
membahas masalah ini ya nak. Itu saja informasi yang
bisa dokter sampaikan,” terang dokter yang kemudian
pergi menuju ke ruangannya.
Billy terkejut dengan penjelasan dokter barusan.
Tak hanya pernyataan ayahnya yang membuat ia sedih,
kini ia menjadi semakin sedih karena memikirkan nasib
ibunya apabila tidak segera diobati. Ia juga tak ada uang
sepeserpun untuk membantu ibunya. Ayahnya saja sudah
lepas tangan, sementara keluarga besar ibunya juga sudah
tiada. Apakah Billy harus mengikhlaskan kepergian
ibundanya itu?
Hari itu menjadi titik terendah bagi Billy. Ia hanya
bisa terduduk lemas dan menangis meratapi penderitaan
ibunya. Sekali lagi, ia mencoba untuk menghubungi
ayahnya namun panggilannya tak kunjung dijawab. Ia tak
tau harus meminta bantuan kepada siapa lagi jika tidak
pada ayahnya seorang. Billy pun mengikuti suster yang
membawa ibunya ke ruang perawatan setelah diperiksa di
ruang ICU barusan. Disana, ia bisa menemani ibunya
seperti pasien yang lain tapi sebelum itu suster
menyarankan kepadanya untuk menyelesaikan dulu biaya
administrasi ibunya. Billy hanya bisa mengangguk dan
mengikuti intruksi yang diberikan suster kepadanya.
Beruntung keluarga Billy mendapatkan bantuan BPJS
kesehatan dari pemerintah sehingga biaya pemeriksaan
tersebut sudah tercover tanpa memungut biaya lagi.
Namun tetap saja, Ibunya butuh dioperasi dan diobati
secara intensif di rumah sakit ini yang biayanya tidak
semua tercover BPJS. Hal itulah yang membuat Billy kini
menjadi bingung dan sedih.
Di saat kemelut kesedihannya itu, Billy terus
berjalan kembali menuju ke ruangan dimana ibunya saat
ini beristirahat. Akan tetapi, terdengar suara denyut
jantung ibunya semakin melemah. Billy hanya bisa
menggengam erat tangan ibunya dan mencoba memanggil
bantuan dokter untuk memeriksa kondisi ibunya. Namun
sayangnya, suara jantung ibunya akhirnya berhenti
berdetak meskipun dokter sudah berupaya memberikan
segala pertolongan. Seketika itu Billy pun menangis
sejadi-jadinya melihat tangan ibunya yang kini sudah
pucat dalam gengamannya. Dokter yang ada
disampingnya pun dengan sangat menyesal
mengumumkan waktu kematian ibunya di hadapannya.
Hari itu, hari dimana Billy seharusnya bahagia
karena perayaan hari ulang tahunnya justru berganti
menjadi kesedihan yang mendalam. Kini, mau tidak mau
ia harus merelakan kepergian sosok ibu yang selama ini
menjadi panutannya. Beliau adalah orang yang selalu
tersenyum manis berusaha menutupi segala hal yang
menyakitkan. Beliau selama ini begitu tegar dan bertahan
melawan rasa sakit di tubuhnya akan tetapi hari ini adalah
akhir dari perjuangannya tersebut. Beliau kini mungkin
sudah tenang di alam sana, tetapi tidak dengan Billy, anak
yang ditinggalkannya. Billy seakan tak sanggup
menerima semua kesedihan yang bertubi-tubi
menyiksanya.
***
Sementara itu, di kelas XI-B terlihat Steve yang
cemas karena tidak melihat sosok Billy di sekolah. Ia jadi
tak tenang selama mengikuti pembelajaran karena tak ada
kabar dari sahabatnya itu. Akhirnya, ia pun mencoba
menghubungi Billy dengan hpnya dan untungnya
telponnya itu segera diangkat.
“Halo, Bil… Kamu apa kabar? Kenapa hari ini tidak
masuk? Apakah kamu sakit?” tanya Steve cemas.
“Hiks… Aku baik-baik saja. Tapi ibuku Stev…
Ibuku sudah tiada,” isak Billy yang kemudian menutup
telpon karena tak kuasa menahan tangisnya.
“Innailahi wainailahi rojiun” ucap Steve terkejut
mendengar kabar duka dari Billy.
Mendengar berita duka itu, segera Steve pun pergi
ke ruang BK menemui Pak Ronny selaku wali kelasnya.
Pak Ronny pun langsung membuat pengumuman setelah
mendengar berita duka dari Steve. Sebagian anak di kelas
nampak iku bersedih mendengar berita duka yang
disiarkan melalui speaker yang berada di kelas mereka
masing-masing. Akan tetapi, tidak dengan Richard dan
teman-temannya. Mereka justru tersenyum kecut
mendengar informasi tersebut. Seketika ia menyuruh
bawahannya Zaky dan Jaka untuk melanjutkan aksi
bullying mereka. Kini aksi mereka akan dilakukan
melalui grup chat kelas.
Billy oh Billy kenapa kamu suka dibully? - Zaky
Macem mana dia tak dibully, dia maling hp, dia maling hp?-
Richard
Hei kalian ini masih belum cukup bercandanya. Ini ada berita
duka kalian keterlaluan sekali sih ga ada ibanya sama sekali.
Meskipun begitu dia tetap teman kita. – Steve
Udahlah, itu mungkin azab bagi seorang pencuri. Makanya
kalau butuh uang ya kerja yang halal jangan cari yang instan
dengan cara mencuri hp kawannya! – Jaka
Keramaian chat grup membuat hp Billy bergetar.
Ia pun mengecek isi grup kelasnya dan terkejut dengan
kata-kata yang dituliskan Richard, Zaky, dan Jaka. Ia pun
semakin menangis melihat perilaku temannya itu. Saat
itu, ia akhirnya mengetik sesuatu pada grup chat itu.
Sementara itu, Richard nampak antusias melihat Billy
terpancing dengan kata-katanya.
Aku tau aku salah, tapi jangan salahkan ibuku dalam hal ini.
Beliau tidak ikut campur permasalahan kita. Aku sudah tak
tau apa yang kau inginkan. Aku sudah minta maaf dan belum
cukup kau menghakimiku seperti ini. Sepertinya mungkin aku
harus pergi meninggalkan semua hal yang fana ini. – Billy

Steve pun akhirnya menutup grup chat agar tidak


ada kata-kata yang tidak mengenakkan ditulis lagi oleh
Richard dan teman pendukungnya.
Billy, sebagai perwakilan kelas, kami turut berduka cita atas
kepergian ibundamu. Aku sudah memberi tahu Pak Ronny
dan kami pun sepakat sepulang sekolah sebagian dari kami
akan menjadi perwakilan untuk berkunjung ke rumahmu.
Yang tabah temanku. – Steve

Chat grup pun diakhiri. Beberapa siswa di kelas


XI-B mulai menawarkan diri untuk ikut bersama Steve
dan Pak Ronny pergi mengunjungi Billy. Steve pun mulai
meminta sumbangan sebagai uang duka untuk Billy.
Beruntung situasi saat itu begitu tenang, Richard CS tak
lagi mengomentari apapun ketika melihat banyak mata
yang memandang sinis mereka karena chat grup tersebut.

Anda mungkin juga menyukai