BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Norma
2
atau kantor. Jika tidak, sanksinya berupa celaan atau kritikan karena
dianggap sombong dan tidak sopan terhadap tamu.
Menjawab panggilan telepon setelah tiga deringan dan menyapa dengan
salam dianggap sebagai tindakan sopan. Sebaliknya, mengangkat telepon
dengan tidak sopan selama proses berdering dianggap sebagai
"interupsi", menunjukkan ketidaksenangan yang kasar dan kurang
menghormati penelepon atau orang di sekitar.
Seseorang yang mengambil barang milik orang lain tanpa izin
pemiliknya akan menghadapi sanksi yang serius. Pelaku dapat dikenai
sanksi hukuman, termasuk pidana penjara dan ganti rugi perdata sebagai
konsekuensi dari tindakan tersebut.
3
Standar moral ini tidak digunakan untuk mengevaluasi bagaimana
seorang dokter harus memperlakukan pasiennya atau bagaimana seorang
dosen harus mengajar siswa. Sebaliknya, standar ini digunakan untuk
mengevaluasi seberapa kompeten, etis, jujur, dan berbudi luhur mereka
memenuhi kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai profesional.
Terlepas dari seberapa menuntut mereka dalam perlakuan mereka atau
seberapa baik mereka menyajikan informasi dalam kuliah, penekanannya
adalah pada integritas dan kemanusiaan yang bertanggung jawab. Dalam hal
ini, penekanannya adalah pada "sikap atau perilaku" mereka ketika mereka
melakukan tanggung jawab profesional mereka dengan tujuan memajukan
tujuan sosial dan rasa hormat timbal balik terhadap kehidupan manusia.
Pada akhirnya, prinsip-prinsip moral, etika, kode etik, dan kode etik
profesional menawarkan arahan, instruksi, tolok ukur, dan standar untuk
pengambilan keputusan dalam keadaan tertentu dan dalam kondisi yang
berbeda ketika menawarkan layanan profesional atau khusus yang sesuai.
dengan maksud melayani kepentingan masyarakat. Membuat keputusan
moral dan etika adalah komponen dari kompetensi perilaku moral
profesional. Ini memerlukan pemikiran melalui efek, hati-hati menimbang
keuntungan dan kerugian dari suatu tindakan secara objektif, dan memiliki
rasa akuntabilitas dan integritas yang kuat. Kode etik profesi yang
dikembangkan dan disepakati oleh para ahli ini bertujuan untuk secara
obyektif menekankan kepentingan yang lebih luas daripada melindungi
kepentingan pribadi secara subyektif.
2.2.Prinsip Moral
Berasal dari bahasa Latin, kata "moralitas" terdiri dari "mos" tunggal
dan jamak "adat istiadat," keduanya menunjukkan tradisi. Berbeda dengan
"etika," kedua istilah tersebut memiliki etimologi yang sama dan merujuk
pada kebiasaan. Oleh karena itu, istilah "moralitas" dan "etika" mengacu pada
prinsip dan norma yang membantu orang atau organisasi mengendalikan
perilaku mereka. Bahasa adalah satu-satunya sumber perbedaan: "moralitas"
adalah bahasa Latin, sedangkan "etika" adalah bahasa Yunani. Akibatnya,
jika seorang pengedar narkoba dianggap bertindak tidak bermoral, itu
menunjukkan bahwa perilakunya bertentangan dengan norma-norma sosial
dan prinsip-prinsip etika. Di sisi lain, mencirikan seseorang sebagai bejat
secara moral menunjukkan bahwa mereka mematuhi standar dan nilai-nilai
yang tidak tepat.
"Moralitas," berasal dari kata sifat Latin "moralis," pada dasarnya
memiliki makna yang serupa dengan "Moralitas," hanya dengan tingkat
abstraksi yang lebih tinggi. Ketika kita membicarakan "moralitas suatu
tindakan," kita merujuk pada aspek moral dari tindakan tersebut, yaitu apakah
tindakan tersebut dianggap baik atau buruk. Moralitas mencakup budi pekerti,
4
prinsip, dan nilai umum yang terkait dengan konsep benar dan salah. Ajaran
moral mengandung pandangan mengenai nilai dan standar moral dalam suatu
kelompok orang.
Instruksi moral menawarkan arahan tentang cara yang tepat bagi
seseorang untuk hidup. Ini adalah seperangkat praduga teratur yang
mencakup kewajiban dan nilai-nilai manusia. Bidang etika filsafat
mencerminkan prinsip-prinsip moral sebagai ilmu norma, nilai, dan ajaran
moral. Kelima unsur berpikir rasional, kritis, fundamental, sistematis, dan
normatif merupakan karakteristik pemikiran filosofis yang tidak hanya
mencerminkan tetapi juga menggali sudut pandang moral.
Prinsip moral adalah petunjuk atau aturan moral yang membimbing
tindakan individu dalam menilai kebenaran atau kejahatan dalam berbagai
situasi kehidupan. Untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang prinsip
moral, dapat merujuk pada buku "The Elements of Moral Philosophy" karya
James Rachels.
Dalam karyanya, Rachels menjelaskan beberapa prinsip moral yang
menjadi dasar bagi etika:
1. Utilitarianisme: Utilitarianisme merupakan prinsip moral yang memberi
prioritas pada tindakan yang menghasilkan jumlah kebahagiaan terbesar
bagi sebanyak mungkin orang. Dasar dari teori ini adalah keyakinan
bahwa tindakan moral adalah yang mengoptimalkan kebahagiaan dan
mengurangi penderitaan.
2. Deontologi: Deontologi, yang sering dikaitkan dengan filsuf Immanuel
Kant, menitikberatkan pada kewajiban dan ketaatan terhadap aturan
moral yang tetap, tanpa memandang konsekuensinya. Artinya, tindakan
yang baik adalah tindakan yang sesuai dengan kewajiban moral universal
dan tidak boleh dilanggar.
3. Etika Keutamaan: Etika Keutamaan menekankan pada pembentukan
karakter dan sifat-sifat moral yang baik dalam diri individu. Fokusnya
adalah pada pengembangan karakter yang positif, seperti kejujuran,
integritas, dan kebaikan.
4. Etika Keberlanjutan: Etika Keberlanjutan adalah sudut pandang moral
yang memberikan prioritas pada pelestarian lingkungan dan tanggung
jawab sosial dalam konteks bisnis dan masyarakat. Pemikiran ini
menyoroti pentingnya bertindak secara bertanggung jawab terhadap alam
dan generasi mendatang.
5
dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip moral berfungsi sebagai kompas etis
yang membimbing individu dalam membuat keputusan yang benar dan
bertanggung jawab.
2.3.Sumber Etika
6
perilaku manusia dan dengan demikian menetapkan batas-batas untuk apa
yang bisa dan tidak bisa dilakukan.
Meskipun mereka memiliki definisi yang berbeda, etiket dan etika
adalah konsep yang terkadang membingungkan. Seperti disebutkan
sebelumnya, kata etiket mengacu pada pentingnya sopan santun dan
kesopanan dalam pengaturan formal, sedangkan istilah etika mengacu pada
moral atau adat istiadat.
Kesamaan ditemukan dalam sifat etis normatif perilaku manusia, yang
menetapkan standar atau pedoman untuk apa yang dapat dan tidak dapat
diterima. Istilah "etiket" berakar pada Etiket (Prancis), yang menggambarkan
kartu undangan yang digunakan raja-raja di Prancis untuk pertemuan formal,
pesta, dan resepsi untuk bangsawan atau elit kerajaan mereka.
Menurut sudut pandang yang berbeda, etika adalah perilaku yang
diterima secara sosial yang berfungsi sebagai standar dan panutan untuk
berperilaku lurus secara moral dan ramah di masyarakat.
2.4.Macam-macam Etika
7
Dalam ruang lingkup ini, etika normatif berupaya tidak hanya
mengamati, melainkan juga memberikan penilaian nilai terkait dengan
perilaku dan norma-norma moral dalam konteks masyarakat. Selain itu,
etika normatif bertujuan untuk merumuskan norma-norma moral yang
dianggap sesuai atau diinginkan, serta memberikan pedoman tentang
perilaku yang seharusnya diikuti oleh individu atau kelompok dalam
rangka menciptakan suatu tatanan moral yang dianggap ideal. Dengan
demikian, etika normatif tidak hanya menggambarkan, tetapi juga
memberikan arahan nilai terkait dengan bagaimana seharusnya individu
dan masyarakat berperilaku secara moral.
Pengertian etika dapat dibagi menjadi tiga (3) kategori berdasarkan penjelasan
berbeda yang diberikan di atas. Kategori-kategori ini adalah sebagai berikut:
2.5.Fungsi Etika
8
3. Banyak ideologi memberikan prinsip hidup; Setiap ideologi
memiliki sila untuk hidup yang harus ditaati.
Secara umum, ada dua kategori etika: etika khusus, juga dikenal sebagai
etika terapan, yang diterapkan secara khusus, dan etika umum, yang terdiri
dari nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar. Etika individu dan etika sosial
adalah dua kategori di mana etika terapan ini jatuh. Ada beberapa subkategori
dalam bidang etika sosial, antara lain:
1) Sikap terhadap orang lain
Menunjukkan bagaimana seseorang bersikap dan berinteraksi dengan
sesama, mengedepankan nilai-nilai seperti empati, toleransi, dan rasa
hormat.
2) Etika keluarga
Mengacu pada norma-norma dan nilai-nilai moral yang berlaku dalam
lingkup keluarga, termasuk tanggung jawab, kepercayaan, dan saling
mendukung.
3) Etika profesi
Menetapkan standar perilaku moral dalam suatu profesi tertentu,
dengan contoh seperti etika bagi pustakawan, arsiparis, pembuat
dokumentasi, dan perantara informasi.
4) Etika politik
Berkaitan dengan norma-norma moral yang mengatur perilaku dalam
konteks politik, mencakup integritas, transparansi, dan keadilan.
5) Etika lingkungan
Menyentuh aspek-aspek moral dalam interaksi manusia dengan
lingkungan, termasuk tanggung jawab terhadap keberlanjutan dan
pelestarian sumber daya alam.
6) Kritik terhadap ideologi etika
Merupakan pandangan kritis dan rasional dalam filsafat terhadap ajaran
moral, sedangkan moral sendiri mencakup norma-norma umum yang
diterima mengenai baik buruknya tindakan, sikap, dan kewajiban.
Hubungan antara etika dan moralitas perlu dipahami secara jelas.
9
Praktik bisnis yang melanggar aturan dan kewajiban yang telah
ditetapkan oleh pemerintah atau yang tidak beretika dapat mengakibatkan
bisnis tersebut tidak berkelanjutan. Sanksi formal, selain membawa
konsekuensi hukum, juga berpotensi merusak reputasi dan kepercayaan baik
dari pihak eksternal maupun internal terhadap perusahaan.
Perilaku bisnis yang tidak etis akan berdampak eksternal dengan
menurunkan kredibilitas perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini dapat
menimbulkan kekhawatiran mitra bisnis terkait potensi masalah hukum atau
kerugian ekonomi. Secara internal, perilaku tersebut dapat menyebabkan
hilangnya rasa hormat karyawan terhadap pimpinan eksekutif, mengakibatkan
penurunan etos kerja karena kurangnya teladan etis dari puncak
kepemimpinan. Memulihkan kepercayaan masyarakat dan karyawan dalam
memperbaiki etika bisnis perusahaan memerlukan waktu dan biaya yang
signifikan, sebagai bagian integral dari profesionalisme dan tanggung jawab
sosial perusahaan.
Tentu, etika bisnis memiliki peran krusial dalam kelangsungan
perusahaan. Sebagai pebisnis, memiliki etika dan tanggung jawab dalam
menjalankan bisnis sangatlah penting. Para pebisnis dapat memulai
pembelajaran mengenai etika bisnis dan bagaimana mengembangkannya
dalam praktik bisnis mereka. Dengan demikian, diharapkan kesuksesan yang
diraih tidak melibatkan masalah etika yang signifikan di masa mendatang.
10
11