Anda di halaman 1dari 9

Literasi Pemikiran Politik Islam Di Nusa Tenggara

Oleh :

Ridho Ilham

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

Sub Tema : Pengaruh Ulama dan Peran TGB dalam Literasi Pemikiran Politik
Islam di NTB

Latar Belakang

Ulama adalah salah satu entitas yang memiliki pengaruh besar dalam
aras social politik di Indonesia. Pengaruh itu menurut Fealy (2011) terutama
dibangun oleh para ulama dengan menyandarkan diri pada insti-tusi yang
berbasis pada pendidikan (Islam) yang bernama pesantren yang
menempatkan diri ulama; kyai di Jawa Timur dan Madura; buya di Sumatera
Barat; atau tuan guru di Nusa Tenggara Barat, sebagai patron dengan modal
pengetahuan agamanya. Terlebih pe-santren-pesantren tersebut kebanyakan
dibangun di kampung-kampung, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi
yang in-tens antara ulama, pesantren, dengan masyarakat sekitar. Modal
pengetahuan dan posisi ulama sebagai entitas tertinggi di insti-tusi pesantren
tersebut, menempatkan para ulama sebagai sosok dengan ketokohan yang
sentral, terutama di masyarakat berbasis Islam tradisional (Aziz dalam Fealy,
2011). Pengaruh ulama tersebut, tetap terjaga hingga pada masa Orde Baru.
Pasalnya, pemerintah Orde Baru kala itu menekan sedemikian rupa pengaruh
ulama di ranah politik praktis, dengan hanya menempatkan mereka sebagai
aktor yang memobilisasi massa ketika musim pemilihan umum tiba.
Pembatasan peranan para ulama di politik, justru menjadikan peranan
mereka di ranah kultural sebagai entitas yang mendominasi ilmu
pengetahuan tetap terjaga. Sebab dengan dibarikadenya para ulama dari
politik oleh negara (Orba), ulama justru dapat tetap menjaga perannya
sebagai sentrum “di habitat” yang merupakan ruang utama yang Di Nusa
Tenggara Barat,

Muhammad Zai-nul Majdi atau lebih dikenal dengan Tuan Guru Bajang
(TGB), berhasil menjadi gu-bernur pada 2008. Dengan hanya disokong oleh
dua partai kecil, yakni Partai Bulan Bin-tang (PBB) dan Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) TGB, cucu Tuan Guru Kyai Haji Mu-hammad Zainuddin Abdul
Majid atau lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Pancor (TGP)-pendiri
Nadhlatul Wathan, Organisasi Islam terbesar di NTB. Ia berhasil mengalahkan
gubernur incumbent yakni, Lalu Serinata. Padahal, Serinata diusung oleh
Partai Golongan Karya (Golkar), yang pada masa itu adalah partai berkuasa
di Nusa Tenggara Barat. Pada Pemilu legislatif NTB tahun 2004, partai
beringin tersebut berhasil menang dengan mengantongi 24,86%.
Kemenangan TGB pada 2008 membuatnya Mencatatkan rekor sebagai
gubenur termuda dan gubernur pertama yang berlatar organisasi massa.

Pembahasan

A. Politik dan islam

Pembicaraan tentang politik Islam adalah topik penting dalam


khazanah pemikiran Islam. Hal ini karena Islam adalah pakan agama yang
mengatur berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, sosial dan
budaya Islam adalah yang paling kaya dalam pemikiran politik Pemikiran
politik Islam dirakit secara utuh. Kajian politik Islam yang diterapkan di
Indonesia telah banyak diadopsi oleh para pemikir politik di dunia, khususnya
Islam itu sendiri dan telah melahirkan banyak tokoh politik di berbagai
bidang. Jika indikasi politik digunakan, maka proses pergeseran (politik)
dalam hubungan antara Islam dan negara dapat diamati dengan jelas.

Hubungan Islam dan Negara selalu menjadi wacana aktual di


Indonesia, meskipun telah diperdebatkan beberapa tahun yang lalu, dan
telah mengalami wacana yang fluktuatif dalam kancah politik di Indonesia,
namun wacana ini selalu bertahan pada momen-momen tertentu.mHampir
dipastikan ketegangan dan perdebatan ini akan muncul menjelang pemilu
karena momen ini merupakan peluang besar bagi semua kelompok yang
ingin memperjuangkan aspirasi politiknya, baik yang berideologi nasionalis
maupun Islam. Sejak Pancasila digunakan sebagai dasar ideologi formal
Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1945 oleh Soekarno,
Pancasila telah menjadi bagian tak terelakkan dari perdebatan politik oleh
para politisi dan ulama, khususnya Islam.

Oleh karena itu, bagaimana mencari artikulasi dari kepentingan Islam


yang tepat guna meningkatkan cita-cita politik Islam yang masih menjadi PR
umat Islam. Dalam hal ini bagaimana representasi Islam secara adil dan
proporsional sesuai dengan potensi Islam agar tidak menimbulkan reaksi
negatif baik dari internal umat Islam sendiri maupun dari kalangan non-
Islam, yang pada akhirnya dapat merugikan kepentingan politik Islam sendiri.
Islam memiliki dua dimensi, yakni dimensi ketuhanan dan dimensi
kemanusiaan, sebagaimana konsep ini juga ada di Pancasila. “pancasila
adalah kemanusiaan dan ketuhanan”. Kemanusiaan ujiannya ada kepada
kemanusiaan. Jika ada umat islam yang melaksanakan agama namun dengan
menyakiti orang lain, maka pada dasarnya ia keluar dari nilai-nilai agama.

B. Tuan Guru dan Politik

Lahir dari keluarga tokoh Islam di Nusa Tenggara Barat, Muhammad


Zainul Majdi mencoba mengikuti jejak kakeknya sebagai tuan guru. Tak
sekadar itu, ia juga sukses sebagai gubernur. Muhammad Zainul Majdi atau
yang biasa dipanggil Tuan Guru Bajang lahir di Pancor, Selong, NTB, 31 Mei
1972. Tuan Guru Banjang merupakan putera ketiga dari pasangan HM
Djalaluddin SH dan Rauhun Zainnuddin Abdul Majid. Ayahnya seorang
pensiunan birokrat Pemda NTB. Sementara kakeknya adalah tokoh Islam dan
pendiri ormas Nahdlatu Al-Wathan. Zainul Majdi mengenyam pendidikan
dasarnya di SDN Mataram. Lalu ia melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah,
Madrasah Aliyah Mu’allimin Pancor, dan lulus pada tahun 1990. Setelah itu, ia
melanjutkan pendidikannya di Ma’had Darul Qur’an Wal–Hadits Pancor,
setahun kemdian ia lulus tepatnya di tahun 1991.Tuan Guru Bajang
melanjutkan pendidikan di perguruan tingginya di luar negeri mengambil
program S1 Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Fakultas Ushuluddin di
Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Ia lulus mendapat gelar sarjana pada tahun
1995. Pendidikannya tak hanya berhenti di sana, ia melanjutkan program S2
dan S3 pada bidang dan perguruan tinggi yang sama. Ia berhasil meraih
gelar doktor pada tahun 2010. Dalam perjalanan kariernya Zainul Majdi
adalah seorang dai yang ia lakukan sejak tahun 1999. Dia sendiri bergabung
dalam ormas Islam Nahdlatu Al-Wathan, bahkan dia menjadi Ketua Umum PB
Nahdlatu Al-Wathan tersebut.
Di Nusa Tenggara Barat, Muhammad Zainul Majdi atau lebih dikenal
dengan Tuan Guru Bajang (TGB), berhasil menjadi gubernur pada 2008.
Dengan hanya disokong oleh dua partai kecil, yakni Partai Bulan Bintang
(PBB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), TGB yang merupakan cucu Tuan
Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid atau lebih dikenal dengan
sebutan Tuan Guru Pancor (TGP)-pendiri Nadhlatul Wathan, Organisasi Islam
terbesar di NTB berhasil mengalahkan Gubernur petahana, Lalu Serinata.
Padahal, Serinata diusung oleh Partai Golkar, yang merupakan partai
berkuasa di Nusa Tenggara Barat dengan menguasai pemilu legislatif pada
tahun 2004 dengan mengantongi 24,86% suara. Kemenangan TGB pada
2008 mencatatkan “rekor” sebagai gubernur termuda dan gubernur pertama
yang berlatar organisasi Nahdlatul Wathan di NTB. Semenjak Tuan Guru
Bajang menduduki kursi Gubernur NTB pada 2008, pengaruh para Tuan
Guru, justru terlihat meningkat serta secara tidak langsung membuat
pengaruh Tuan Guru dan organisasi keagamaan Nahdlatul Wathan di NTB
semakin meningkat. Hal ini terlihat pada Pilgub di 2013 di mana TGB berhasil
kembali memenangkan pertarungan dengan memperoleh suara yang cukup
signifikan, yakni 44,37%. Bahkan pada gelaran Pilpres 2014, dukungan TGB
ke Prabowo-Hatta berdampak pada kemenangan mutlak hingga 72,45%.
Dalam perkembangannya, pengaruh Tuan Guru ini justru menguasai jabatan
struktural politik di Lombok baik di tingkatan legislatif dan eksekutif bahkan
berkembang dengan memunculkan fenomena politik kekerabatan dan
membangun basis ekonomi dalam jabatan politiknya.

Semenjak Tuan Guru Bajang (TGB) menduduki kursi Gubernur NTB


pada 2008, pengaruh para tuan guru, justru terlihat meningkat. Keberhasilan
TGB menjadi orang nomor satu di NTB secara tak langsung membuat
pengaruh mereka di NTB semakin meningka, terutama di Lombok yang
menjadi kantung Pada pemilihan gubernur di 2013. TGB berhasil kembali
memenangkan pertarungan dengan memperoleh suara yang cukup
signifikan, yakni 44,37%. Oleh sebab itu, menarik untuk melihat faktor sosio-
kultural yang membuat pengaruh tuan guru di NTB signifikan dan secara
khusus membuat TGB menang pemilihan gubernur pada 2008, dan secara
umum membuat peranan para tuan guru kuat di NTB hingga saat ini.

Cita-cita untuk mewujudkan NTB yang beriman, berbudaya, berdaya


sain dan sejahterah. Untuk mewujudkan NTB yang beriman, kita tidak masuk
formalisasi, tapi kita melihat nilai-nilai dalam islamyang dapat masuk di
dalamnya, misalnya dengan pembuatan Pergub pemberian asi ekslusif dan
program perlindungan ibu dan anak oleh TGB. Program tersebut sebenarnya
di dasarkan pada nilai-nilai islamyang memiliki sifat universal yang sama
dengan ide yang di bawa demokrasi. Siapa yang bisa mengatakan bawha
program perlindungan ibu dan anak itu bukan wujud dari politik demokrasi.

Pada masa jabatannya TGB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)


kembali dipercaya menjadi tuan rumah konferensi Internasional Moderasi
Islam "Wasathiyyat" untuk kedua kalinya. Kegiatan yang diselenggarakan
atas kerjasama antara Pemerintah Provinsi NTB, Forum Komunikasi Alumni
Timur Tengah NTB dan Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA)
cabang Indonesia, rencananya akan berlangsung di masjid Hubbul Wathan
Islamic Center Mataram, 26-29 Juli 2018. Konferensi ini merupakan kegiatan
lanjutan dari tahun 2017 lalu, yang bertujuan untuk menggali dan
mengembangkan nilai-nilai islam yang moderat, toleran, ramah dan damai
seperti tercermin dalam wasathiyyat islam dalam upaya membendung
ekstremisme dan radikalisme dalam beragama, menghadirkan konsep
wasathiyyat islam dan implementasinya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, serta mengukuhkan pandangan Ahlussunah Wal Jamaah yang
bercirikan moderat dalam pemikiran dan sikap keberagamaan. Terlebih NTB
dikenal sebagai salah satu destinasi halal terbaik tingkat dunia. "

Rektorat Universitas Darussalam Gontor Kabupaten Ponorogo Jawa


Timur mengundang Gubernur Dr. TGH. M. Zainul Majdi memberikan kuliah
umum tentang politik perspektif Islam Sabtu, (9/9/2017). Dalam kuliah
umum tersebut, Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan Gubernur NTB itu
mengupas tema: Peran strategis dan politik dalam memandirikan bangsa
Indonesia dari perspektif Islam. TGB memaparkan kepemimpinan yang efektif
adalah yang memenuhi tiga kriteria. Antara lain, pertama, pemimpin yang
dapat memberikan keadilan merata bagi masyarakatnya sehingga tidak ada
ketimpangan dalam segala aspek. Kemudian, Pemimpin juga harus dapat
memberikan rasa aman yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan
masyarakatnya. Dengan demikian, akan tercipta rasa aman dan kedamaian
dalam setiap aktivitas apapun dalam kehidupan sehari-harinya. Pemimpin
yang efektif juga harus dapat melahirkan kesuburan dalam aktivitas ekonomi
sehingga akan melahirkan hal-hal efektif dan terasa manfaatnya.

Salah satu aspek yang menarik adalah undangan Rektorat Universitas


Darussalam Gontor kepada Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi, untuk
memberikan kuliah umum tentang politik dalam perspektif Islam. Dalam
kuliah tersebut, TGB mengupas peran strategis dan politik dalam
memandirikan bangsa Indonesia dari perspektif Islam, serta kriteria
kepemimpinan yang efektif. TGB juga menekankan pentingnya peran santri
dan ulama dalam dunia politik untuk kemajuan bangsa. dapat disimpulkan
bahwa literasi pemikiran politik Islam di NTB, terutama melalui peran ulama
dan TGB sebagai gubernur, memiliki dampak yang signifikan dalam
mempromosikan nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran. Selain itu, upaya
untuk mengintegrasikan perspektif Islam dalam politik juga menjadi fokus,
dengan penekanan pada peran strategis dan kepemimpinan yang efektif
dalam memandirikan bangsa

Penutup

Kesimpulannya literasi pemikiran politik Islam di Nusa Tenggara Barat,


dengan fokus pada pengaruh ulama, peran Tuan Guru Bajang (TGB) sebagai
gubernur, dan konferensi internasional mengenai moderasi Islam. Artikel juga
membahas hubungan antara politik dan Islam, serta peran TGB dalam
mempromosikan nilai-nilai Islam yang moderat, toleran, dan damai. Selain
itu, Rektorat Universitas Darussalam Gontor mengundang Gubernur NTB,
TGH. M. Zainul Majdi, untuk memberikan kuliah umum tentang politik dalam
perspektif Islam. Dalam kuliah tersebut, TGB mengupas peran strategis dan
politik dalam memandirikan bangsa Indonesia dari perspektif Islam, serta
kriteria kepemimpinan yang efektif. TGB juga menekankan pentingnya peran
santri dan ulama dalam dunia politik untuk kemajuan bangsa.

TGB meyakini bahwa politik adalah alat perjuangan untuk mewujudkan


kebaikan bagi masyarakat, dan melalui politik, sistem besar yang
memberikan kebaikan untuk umat dapat terbangun . Pendekatan ini
mencerminkan keyakinan TGB Zainul Majdi bahwa kebijakan politik
merupakan legitimasi hukum yang kuat untuk kepentingan publik, dan
melalui kekuasaan politik, perubahan cepat dapat terjadi dalam masyarakat,
tidak hanya dalam hal kesadaran tetapi juga dalam perilaku dan gaya hidup
masyarakat

Anda mungkin juga menyukai