Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER

“Islam Politik di Indonesia:


Tantangan dalam Menghadapi Masa Depan Indonesia”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Negara
Dosen Pengampu : Dra. Gefarina Djohan, MA

Disusun oleh:
Laras Santoso
11201120000115

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ujian akhir semester (UAS) mata kuliah Islam dan Negara. Puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah UAS yang berjudul “Islam Politik di
Indonesia dan Diskursus Islam Politik” dengan lancar tanpa halangan dan tepat pada
waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas UAS Islam dan Negara. Makalah
ini bertujuan memberikan wawasan terhadap topik yang diangkat dengan penulisan
yang sistematis, dan menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta juga pembuat
makalah ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Gefarina
Djohan, MA selaku Dosen mata kuliah Islam dan Negara yang selalu membimbing
penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka tempat untuk saran dan
kritik dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, 22 Juni 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam di Indonesia merupakan agama mayoritas penduduk di negeri ini.
1
Masuknya Islam di Indonesia memiliki perjalanan panjang dan bertahan diterima oleh
penduduk Indonesia, hingga mampu menjadi agama dominan yang mencapai lebih dari
85% penduduk Indonesia yang merupakan muslim. Indonesia memiliki sejarah
panjang toleransi agama, di mana Islam hidup berdampingan dengan berbagai tradisi
agama dan kepercayaan lokal. Meskipun mayoritas muslim, Indonesia adalah negara
dengan keragaman agama lain yang hidup secara berdampingan di kehidupan sosial
masyarakat.
Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, memiliki
lembaga keagamaan yang berperan besar dalam menyebarkan dan mendorong nilai
Islam dan perdamaian antar agama di Indonesia, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah.
Meskipun Indonesia memiliki populasi muslim terbesar, pemerintah Indonesia
tetap menjamin kebebasan beragama dan melindungi hak-hak warga neagra dalam
menjalankan praktik keagamaan mereka, sesuai dengan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia yang menghormati seluruh keberagaman agama dan keyakinan. Namun
Islam di Indonesia memiliki berbagai aliran dan berbagai interpretasi Islam. Beberapa
isu tersebut yang kemudian dihadapi oleh umat Islam di Indonesia, termasuk adanya
ancaman gerakan ekstrimisme, radikalisme, dan konflik agama yang timbul atas
kepentingan-kepentingan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan dan penerapan Islam politik di Indonesia?
2. Bagaimana tantangan dan peluang yang terjadi dalam memahami Islam politik di
Indonesia?

1
Bahtiar Effendy, Islam dan Negara (Jakarta: Democracy Project, 2011), h. 224.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam Politik di Indonesia


Perkembangan Islam Politik di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa.
Islam politik di Indonesia mengacu pada peran dan pengaruh agama Islam dalam kehidupan
politik negara. Islam yang merupakan agama mayoritas, memiliki dampak yang signifikan
dalam berbagai aspek kehidupan khususnya politik di Indonesia. Peran Islam dalam
kehidupan politik di Indonesia termasuk dalam pembentukan lembaga pemerintahan dan
politik, seperti pembentukan partai politik, kebijakan publik, proses legalisasi, pemilihan
umum, dan interaksi antar negara dan agama.2
Meskipun Islam bukan merupakan agama resmi negara Indonesia, penerapan
nilai-nilai Islam tetap terlihat dijalankan dalam kehidupan lembaga politik di Indonesia.
Penerapan nilai-nilai Islam di lembaga politik di Indonesia mencakup berbagai aspek dalam
proses pembuatan kebijakan dan tindakan politik. Beberapa hal tersebut dapat dilihat dari
penerapannya di lembaga politik Indonesia adalah berdirinya lembaga berbasis keislaman
seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), partai politik dengan ideologi keislaman, organisasi
keislaman di Indonesia NU dan Muhammadiyah.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan
bernegara di Indonesia. MUI memiliki wewenang untuk mengeluarkan fatwa (pendapat
hukum Islam) dan rekomendasi keagamaan terkait berbagai isu yang relevan dengan
kehidupan masyarakat. Fungsi MUI didasarkan pada otoritas keagamaan dan pengakuan
pemerintah Indonesia terhadap peran MUI sebagai lembaga yang mewakili kepentingan
agama Islam dalam kehidupan bernegara. Contohnya, fatwa MUI memberikan panduan dan
arahan bagi umat Muslim dalam menjalankan kehidupan agama dan sosial mereka.3
Selanjutnya, MUI berfungsi sebagai lembaga konsultatif bagi pemerintah dalam hal-hal yang
berkaitan dengan agama dan kehidupan umat Muslim. MUI memberikan masukan dan saran
kepada pemerintah terkait kebijakan publik, termasuk dalam hal agama, moralitas, dan
keadilan sosial. MUI juga memiliki fungsi untuk mengawasi dan memantau penegakan
hukum yang berkaitan dengan isu-isu agama dan moralitas. MUI dapat memberikan masukan
kepada pemerintah terkait kebijakan hukum yang berhubungan dengan agama Islam. MUI

2
Choirul Anwar, “Islam dan Kebhinekaan di Indonesia: Peran Agama dalam Merawat Perbedaan”, Zawiyah:
Jurnal Pemikiran Islam 4 (Desember 2018): 8-11.
3
Diana Mutia Habibaty, “Peranan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Terhadap Hukum
Positif Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia 14 (Desember 2017): 449-450.
sebagai perangkat pemerintah dalam menjalankan Islam politik di Indonesia, MUI berupaya
untuk membina dan mengembangkan umat Muslim di Indonesia. MUI dapat memberikan
bimbingan dan arahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, ekonomi,
sosial, dan politik.4
Selain insitusi negara dengan basis keislaman, lembaga yang berfungsi sebagai pilar
Islam politik di Indonesia, yaitu partai politik memiliki peran yang besar. Partai seperti Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat
Nasional (PAN) mengusung agenda-agenda politik yang didasarkan pada prinsip-prinsip
Islam.5 Partai politik berbasis Islam juga melibatkan peran ulama sebagai aspek penting
dalam memainkan kehidupan politik Islam di Indonesia. Ulama memiliki pengaruh yang
besar dalam mengarahkan kebijakan politik dan memberikan pandangan Islam tentang isu-isu
politik yang berkembang. Selain itu, partai politik dan ulama saling mendorong agar umat
Islam di Indonesia ikut serta berperan aktif dalam memantau kehidupan politik.
Penerapan nilai-nilai Islam di lembaga politik Indonesia tidak selalu homogen, dan
terdapat variasi dalam cara pandang dan pendekatan yang diambil oleh berbagai kelompok
politik. Faktor-faktor seperti konteks sosial, pengaruh partai politik, dan tafsir individu juga
memengaruhi cara nilai-nilai Islam diterjemahkan dan diimplementasikan dalam konteks
politik Indonesia. Karenanya perbedaan itulah, Indonesia memiliki dua organisasi Islam besar
yang menaungi perbedaan aliran keislaman, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah.6 Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah dua organisasi Islam
terbesar di Indonesia yang memiliki peran signifikan dalam mendorong partisipasi politik
umat Islam, serta menjadi basis penguat adanya Islam politik di Indonesia.
Nahdlatul Ulama (NU) NU memiliki jutaan anggota dan pengikut yang tersebar di
seluruh Indonesia. Mobilisasi Politik yang dilakukan oleh NU berperan dalam memobilisasi
dan mengorganisir umat Muslim untuk berpartisipasi dalam proses politik, seperti pemilihan
umum. Organisasi ini memiliki jaringan yang luas dan mampu menyampaikan pesan politik
kepada anggotanya dan masyarakat umum. NU juga memiliki lembaga-lembaga pendidikan,
termasuk pondok pesantren, yang tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga
memberikan pengetahuan dan pemahaman politik kepada para santri. Hal ini memberikan
kesadaran politik dan keterampilan kepada anggotanya untuk terlibat dalam proses politik.

4
Eko Priadi dan Ismail Nasution, “Peranan Majelis Ulama Indonesia dalam Penerapan Syariah Islam di
Indonesia”, Khazah: Journal of Islamic Studies 3 (Agustus 2022): 85-87.
5
Bakir Ihsan, “Corak Ideologis Partai Politik Islam”, Jurnal Review Politik 7 (Juni 2017): 9.
6
Zakiya Darajat, “Muhammadiyah dan NU: Penjaga Moderatisme Islam di Indonesia”, Hayula: Indonesian
Journal of Multidisciplincy Islamic Studies 1 (Januari 2017): 79.
NU secara aktif berupaya memberdayakan umat Muslim dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk politik. Mereka mendukung kaderisasi politik, melatih kader-kader politik Islam,
dan memberikan bimbingan dan dukungan kepada anggotanya yang terlibat dalam politik.7
Muhammadiyah juga sebagai organisasi Islam modernis memiliki peran dalam
mendorong partisipasi politik umat Islam. Muhammadiyah menekankan pentingnya
pendidikan politik dan pengetahuan umum dalam rangka meningkatkan kesadaran politik
umat Islam. Mereka mendorong pendidikan yang holistik yang mencakup pemahaman politik
dan tanggung jawab warga negara. Muhammadiyah secara aktif melibatkan anggotanya
dalam pengembangan kader politik yang berkualitas.8 Organisasi ini memberikan pelatihan
dan pembinaan kepada para kader untuk terlibat dalam kegiatan politik dan mewakili aspirasi
umat Islam. Muhammadiyah memiliki pengaruh intelektual yang kuat di kalangan umat Islam
Indonesia. Pemikiran dan pandangan Muhammadiyah terkait dengan isu-isu politik
memberikan arahan dan panduan bagi anggotanya dalam berpartisipasi dalam politik. Baik
NU maupun Muhammadiyah secara aktif berupaya mempromosikan partisipasi politik yang
berkesadaran di kalangan umat Islam Indonesia. Keduanya juga berkomitmen untuk
memastikan partisipasi politik yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, keadilan, dan
kemaslahatan Indonesia.9 Organisasi Islam di Indonesia, NU dan Muhammadiyah merupakan
pilar terbesar dalam menguatkan kehidupan Islam politik di Indonesia, karena sejarah dan
perjuangannya untuk Indonesia. Populasi muslim yang sangat besar, pilar organisasi, serta
lembaga politik mendukung Islam dapat berjalan beriringan dengan kehidupan politik
Indonesia. Indonesia tidak menjadikan Islam sebagai nilai utama dalam politik bernegara,
tidak juga memisahkan keduanya dalam ruang yang berbeda. Tetapi Indonesia mengadopsi
nilai dan moral Islam sebagai fungsi menguatkan kehidupan bernegara.
B. Tantangan di Masa Depan
Pada masa kontemporer ini, Islam politik di Indonesia menghadapi beberapa
tantangan yang signifikan. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satu hal yang
paling nyata adalah tantangan akan pluralisme dan keragaman di Indonesia merupakan
negara dengan masyarakat yang heterogen, termasuk dalam hal agama dan suku bangsa.
Tantangan bagi Islam politik adalah memperjuangkan nilai-nilai Islam yang inklusif dalam
konteks yang pluralistik ini, sehingga tidak menimbulkan konflik atau marginalisasi terhadap

7
Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 107.
8
Rajiah Rusydi, “Peran Muhammadiyah (Konsep Pendidikan, Usaha-Usaha di Bidang Pendidikan, dan Tokoh”,
TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 1 (2016): 144-146.
9
Dewi Anggariani, “Politik Kekerabatan”, Jurnal Politik Pofetik 2 (Desember 2013): 5-8.
kelompok agama atau suku bangsa lain.10 Jika Islam politik di Indonesia tidak bersifat
inklusif akan menimbulkan kecemburuan kelompok masyarakat lain. Selain itu, Islam Politik
juga menghadapi tantangan akan ekstremisme dan radikalisme seperti halnya negara-negara
lain di dunia, Indonesia juga menghadapi ancaman ekstremisme dan radikalisme. Islam
politik dihadapkan pada tugas untuk menentang ideologi ekstremis dan mempromosikan
pesan Islam yang moderat, toleran, dan damai.
Islam politik juga rawan dimanfaatkan untuk menjadi alat untuk mendapatkan
kekuasaan lewat politisasi agama. Terdapat kecenderungan untuk memanfaatkan agama,
termasuk Islam, sebagai alat politik. Tantangan bagi Islam politik adalah memastikan bahwa
agama tidak disalahgunakan untuk kepentingan politik sempit, melainkan digunakan sebagai
sumber inspirasi untuk keadilan sosial, kesejahteraan masyarakat, dan perdamaian. Islam
sering kali dimanfaatkan oleh penguasa untuk menjadi alat untuk menarik suara masyarakat
dalam pemilihan umum.11
Islam politik di Indonesia juga dihadapkan pada tuntutan untuk mempromosikan
kesetaraan gender. Tantangan ini meliputi upaya untuk mengatasi diskriminasi gender dalam
hukum dan kebijakan, serta memperjuangkan peran aktif perempuan dalam kehidupan politik
dan sosial. Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, Islam politik di Indonesia perlu
berperan aktif dalam dialog antaragama, membangun kerjasama dengan kelompok-kelompok
sosial dan politik lainnya, serta mengambil peran yang positif dalam proses pembangunan
dan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai aspek.
Masa depan Indonesia yang diprediksikan semakin multikultural, Islam politik di
Indonesia akan menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Islam politik memiliki untuk
mempertahankan identitas Islam dalam masyarakat yang semakin multikultural, tantangan
bagi Islam politik adalah mempertahankan identitas dan prinsip-prinsip Islam dalam
menghadapi pengaruh budaya dan agama lain. Penting bagi Islam politik untuk menjaga
keberagaman dan kesetaraan, sambil mempromosikan nilai-nilai Islam yang inklusif dan
membangun pemahaman yang saling menghormati antara umat Islam dan umat beragama
lain. Kehidupan masyarakat yang semakin multikultural memerlukan adanya pembangun
dialog dan toleransi antar agama dalam masyarakat multikultural. Penting bagi Islam politik
untuk membangun dialog dan toleransi antar agama. Tantangan ini melibatkan upaya untuk
memperkuat hubungan antara pemimpin agama dan komunitas agama yang berbeda, serta

10
Ahmad Fuadi, “Studi Islam (Islam Eksklusif dan Inklusif)”, Wahana Inovasi 7 (Desember 2018): 54-54.
11
Muhammad Habibi, “Analisis Politik Identitas di Indonesia”, Jurnal Sosio Dialektika (Maret 2017): 8-10.
mempromosikan pemahaman yang saling menghormati, kerjasama, dan persaudaraan antar
umat beragama.
Islam politik dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, Islam politik di Indonesia
harus beradaptasi dengan perubahan sosial, menjaga komitmen pada nilai-nilai Islam yang
inklusif, dan bekerja sama dengan aktor-aktor sosial dan politik lainnya untuk membangun
masyarakat multikultural yang harmonis, adil, dan berkeadaban. Dalam menghadapi
tantangan-tantangan ini, Islam politik di Indonesia harus beradaptasi dengan perubahan
sosial, menjaga komitmen pada nilai-nilai Islam yang inklusif, dan bekerja sama dengan
aktor-aktor sosial dan politik lainnya untuk membangun masyarakat multikultural yang
harmonis, adil, dan berkeadaban.
BAB III
KESIMPULAN

Islam politik memiliki peran signifikan dalam kehidupan politik di Indonesia. Dalam
berbagai aspek kehidupan politik, Islam mempengaruhi pembentukan lembaga pemerintahan,
partai politik, kebijakan publik, proses legalisasi, pemilihan umum, dan interaksi antar negara
dan agama. Meskipun Islam bukan agama resmi negara, nilai-nilai Islam tetap diterapkan
dalam lembaga politik di Indonesia. Hal ini tercermin dalam adanya lembaga berbasis
keislaman seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), partai politik dengan ideologi keislaman,
dan organisasi keislaman lainnya. Terdapat variasi dalam cara penerapan nilai-nilai Islam di
lembaga politik Indonesia, dipengaruhi oleh faktor konteks sosial, pengaruh partai politik,
dan tafsir individu.
Tantangan yang dihadapi Islam politik di Indonesia meliputi pluralisme dan
keragaman masyarakat, ekstremisme dan radikalisme, politisasi agama, serta kesetaraan
gender. Islam politik perlu mempromosikan nilai-nilai Islam yang inklusif, menentang
ekstremisme, menghindari politisasi agama yang sempit, dan memperjuangkan kesetaraan
sosial. Dalam menghadapi tantangan tersebut, Islam politik perlu berperan aktif dalam dialog
antaragama, membangun kerjasama dengan kelompok sosial dan politik lainnya, serta
membangun pemahaman dan toleransi antar umat beragama. Islam politik di Indonesia harus
beradaptasi dengan perubahan sosial, menjaga komitmen pada nilai-nilai Islam yang inklusif,
dan bekerja sama dengan aktor-aktor sosial dan politik lainnya untuk membangun masyarakat
multikultural yang harmonis, adil, dan berkeadaban.
Daftar Pustaka

Habibi, Muhammad. “Analisis Politik Identitas di Indonesia.” Jurnal Sosio Dialektika (Maret
2017): 8-10
Fuadi, Ahmad. “Studi Islam (Islam Eksklusif dan Inklusif).” Wahana Inovasi 7(2) (Desember
2018): 54-54.
Anggariani, Dewi. “Politik Kekerabatan.” Jurnal Politik Pofetik 2(1) (Desember 2013): 5-8.
Rusydi, Rajiah. “Peran Muhammadiyah (Konsep Pendidikan, Usaha-Usaha di Bidang
Pendidikan, dan Tokoh.” TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 1(1) (2016):
144-146.
Haidar, Ali. 1994. Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Darajat, Zakiya.“Muhammadiyah dan NU: Penjaga Moderatisme Islam di Indonesia.”
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplincy Islamic Studies 1(1) (Januari 2017): 79.
Ihsan, Bakir. “Corak Ideologis Partai Politik Islam.” Jurnal Review Politik 7(2) (Juni 2017):
9.
Priadi, Eko., dan Ismail Nasution.“Peranan Majelis Ulama Indonesia dalam Penerapan
Syariah Islam di Indonesia.” Khazah: Journal of Islamic Studies 3(3) (Agustus 2022):
85-87.
Habibaty, Diana Mutia. “Peranan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Terhadap Hukum Positif Indonesia.” Jurnal Legislasi Indonesia 14(2) (Desember
2017): 449-450.
Anwar, Choirul. “Islam dan Kebhinekaan di Indonesia: Peran Agama dalam Merawat
Perbedaan.” Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam 4(2) (Desember 2018): 8-11.
Effendy, Bahtiar. 2011. Islam dan Negara. Jakarta: Democracy Project.

Anda mungkin juga menyukai