Anda di halaman 1dari 2

Kelahiran MKCH Muhammadiyah Menjadi Solusi Genuine, di Tengah Gejolak

Ideologi tahun 1960-an

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup (MKCH) Muhammadiyah yang diusulkan tahun 1968 dan
ditetapkan pada tahun 1969 saat Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo, adalah solusi genuine dari tokoh-
tokoh Muhammadiyah saat menghadapi gejolak ideologi politik dalam negeri. Tahun pengusulan dan
penetapan MKCH Muhammadiyah sebagai rumusan ideologi resmi Muhammadiyah, berdekatan dengan
awal tahun Orde Baru yang saat itu terjadi perang ideologi di dalam negeri. Di masa awal Orde Baru
(1966-1998), melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia (Tap
MPRS) No XXV/MPRS/1966 menyatakan bahwa, Partai Komunis Indonesia (PKI) dibubarkan. Serta
larangan kegiatan menyebarkan atau mengembangkan paham ajaran komunis/marxisme-leninisme.

“Di sinilah kemudian Muhammadiyah perlu menentukan ke mana arah hidupnya, ke mana
tujuan dari pergerakannya, dan bagaimana Muhammadiyah berpikir terkait dengan kehidupan dan
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya,”

“Membaca MKCH itu kita bisa membayangkan di tahun itu seperti apa. Dan saya kira kalau kita
memahami dinamika sosial-politik di tahun-tahun itu, rumusan MKCH itu adalah rumusan yang
genuine,”

Tiga Perasan Pokok Pikiran MKCH Muhammadiyah

Di dalam MKCH terdapat 5 pokok pikiran yang secara garis besar terbagi menjadi 3. yakni
persoalan ideologis di poin 1 dan 2, persoalan paham agama di poin 3 dan 4, dan fungsi serta misi
Muhammadiyah di poin 5. Secara ideologis Muhammadiyah menjadikan Islam sebagai dasar
gerakannya, yang bercita-cita mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah
sudah menjatuhkan pilihan bahwa gerakan dan cita-cita hidupnya terikat dan terinspirasi dengan Ajaran
Islam.

“Artinya keyakinan Muhammadiyah di dalam berjuang dan cita-cita pergerakan Muhammadiyah


yang diwujudkan lewat kegiatan program dan sebagainya itu, harus tetap bersumber pada Ajaran
Islam,” ungkapnya.

Maka, bagi kader-kader Muhammadiyah tidak perlu galau ataupun risau dengan langkah yang
akan mereka lakukan untuk menyongsong masa depan, karena sudah memiliki Islam sebagai Worldview.
Sementara terkait dengan persoalan paham agama, menurut Muhammadiyah harus berdasar
pemahaman yang benar, dengan ijtihad dan ittiba’. Sedangkan dalam memutuskan tuntunan dilakukan
melalui musyawarah para ahli, dalam Majelis Tarjih. Muhammadiyah melalui MKCH ini juga menyadari
bahwa berdasar keyakinan dan cita-cita hidupnya, memiliki kewajiban berjuang dan mengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara bersama elemen bangsa lain menuju kehidupan adil dan makmur.
Muhammadiyah juga mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah
berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara RI
berdasar Pancasila dan UUD 1945, untuk berusaha bersama-bersama menjadikan suatu bangsa negara
yang baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur.
“Apa yang dipahami dalam ajaran Islam itu dari Muhammadiyah, itu adalah untuk menciptakan
kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila yang menuju kehidupan lebih baik,”

Anda mungkin juga menyukai