Disusun Oleh:
Kelompok II
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas dengan judul ”Asuhan Keperawatan Pada Tn.R Dengan
Penyakit Infeksi Saluran Kemih”. Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang telah memberikan dukungan. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit pembelajaran dan menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
Kelompok II
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
KONSEP MEDIS ..................................................................................................................... 2
A. Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ......................................................................... 2
B. Etiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ......................................................................... 2
C. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ................................................................. 4
D. Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih (ISK) ....................................................... 4
E. Pemeriksaan Penunjang Infeksi Saluran Kemih (ISK) ............................................ 5
F. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK) .................................................................. 5
G. Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK) ......................................................... 6
H. Pencegahan Primer dan Sekunder .............................................................................. 7
BAB III ...................................................................................................................................... 9
KONSEP KEPERAWATAN .................................................................................................. 9
A. Pengkajian ..................................................................................................................... 9
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................... 20
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 21
D. Implementasi Keperawatan ....................................................................................... 25
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................................................ 29
BAB IV .................................................................................................................................... 34
PENUTUP ............................................................................................................................... 34
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 34
B. Saran ............................................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi dimana terdapat
mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan
infeksi pada saluran kemih (Dipiro et al., 2015). Infeksi Saluran Kencing (ISK) adalah
infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang
dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita
dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita
infeksi ini daripada pria (Michael J & Wanda C, 2021).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih
dapat mengenai baik laki-laki atau perempuan dari semua umur termasuk anak-anak
(Prabowo, E. & Andi, E.P, 2014). Infeksi saluran kemih adalah peradangan pada
bagian system yang mengeluarkan urin dari tubuh. Infeksi saluran kemih anak adalah
infeksi bakteri umum yang meli- batkan saluran kemih bagian bawah (sistitis), saluran
kemih bagian atas (pielonefritis) atau keduanya yang menyebabkan penyakit pada
anak-anak (Mansur, A.R., 2021).
Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan oleh adanya pertumbuhan
mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih (ISK) dapat berupa
keberadaan bakteri dalam urin (bakteriuria) dengan gejala atau tanpa gejala.
Organisme yang dominan sebagai penyebab ISK adalah Escherichia coli yang
terhitung 80-90% dari infeksi dan bakteri International Conference for Midwives
(ICMid) 338 gram-negatif yang berkembang secara cepat dalam urine (Bazzaz, 2021).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2. Bagaimana konsep keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi pada uretra (uretritis),
kandung kemih (sistitis) dan ginjal (pyelonefritis) yang disebabkan oleh bakteri.
Infeksi saluran kemih diklasifikasikan menjadi ISK komplikata dan ISK non
komplikata. Infeksi saluran kemih komplikata didefinisikan sebagai keadaan ketika
adanya kelainan pada saluran kemih yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
seperti kateterisasi, retensi urin, kehamilan dan sebagainya sedangkan ISK non
komplikata merupakan keadaan ketika infeksi terjadi pada individu yang sehat tanpa
adanya kelainan struktural atau neurologis dari saluran kemih. Bakteri penyebab ISK
umumnya merupakan bakteri gram negatif yang berasal dari family
Enterobacteriaceae meliputi Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter dan Proteus.
Escherichia coli merupakan bakteri paling sering penyebab ISK
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri penyebab ISK menempel pada
permukaan urothelial melalui aksi adhesin spesifiknya. Apabila respon imun tidak
dapat mengeliminasi semua bakteri maka bakteri tersebut akan berkembang biak dan
menghasilkan enzim yang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Infeksi
Saluran Kemih (ISK) adalah masalah klinis yang sering terjadi, ditandai dengan
disuria, sering buang air kecil atau nyeri perut bagian bawah yang menyebabkan
sekitar 150 juta kematian akibat komplikasi ISK.
Bakteri penyebab ISK bisa bertahan hidup dengan cara menyerang epitel
kandung kemih lalu menghasilkan toxin atau racun. Dengan memperbanyak diri dan
melawan sistem kekebalan tubuh, selanjutnya Uropatogen naik ke ginjal melalui
ureter, melekat melalui adhesin, menghasilkan toxin yang dapat merusak jaringan di
ginjal. Jika ISK tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan gagal ginjal kronik
yang membutuhkan tindakan dialysis
B. Etiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Berbagai jenis organisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%
kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan organisme yang
paling sering menyebabkan ISK kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus
dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan ISK antara lain Proteus,
2
Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus
koagulse negatif.
Infeksi saluran kemih disebabkan invasi mikroorganisme ascending dari uretra
ke dalam kandung kemih. Invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal dipermudah
dengan refluks vesikoureter. Pada wanita, mula-mula kuman darianal berkoloni di
vulva kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara spontan
atau mekanik akibat hubungan seksual dan perubahan pH dan flora vulva dalam siklus
menstruasi
Beberapa faktor menyebabkan munculnya Infeksi saluran kemih sebagian
besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang sering menjadi
penyebabnya.
1. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain
adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter.Selain penyebab
terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis mikroba terdapat
2. Faktor risiko ISK dalam penggunaan antibiotik sebelumnya disebabkan akibat
resisten terhadap berbagai obat antibiotic (sulfamethoxazoletrimetropim) dan
dalam penggunaan katerisasi, organisme gram negatif bakteri “Pseudomonas
Aeruginosa” adalah patogen yang paling umum yang bertanggung jawab untuk
pengembangan infeksi saluran kemih diantara klien kateter yang didapatkan
dari pemasangan kateter dalam jangka panjang, serta bisa diakibatkan juga
oleh hygine kateter, disfungsi bladder pada usia lanjut dan pemasangan kateter
yang tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
Proses berkemih merupakan proses pembersihan bakteri dari kandung
kemih, sehingga kebiasaan menahan kencing atau berkemih yang tidak sempurna
akan meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi. Refluks vesikoureter (RVU)
dan kelainan anatomi adalah gangguan pada vesikaurinaria yang paling sering
menyebabkan sulitnya pengeluaran urin dari kantung kemih.Ketika urin sulit
keluar dari kantung kemih, terjadi kolonisasi mikroorganisme dan memasuki
saluran kemih bagian atas secara ascending dan merusak epitel saluran kemih
sebagai host. Hal ini disebabkan karena pertahanan tubuh dari host yang menurun
dan virulensi agen meningkat.
3
C. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Menurut (Yelvita, 2022) Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman)
masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari
kandung kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal. Kuman ini biasanya memasuki
saluran kemih melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat
bergerak naik ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis. ISK
terjadi karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi
(uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host.
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup
secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar
anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih
bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke
ginjal.
Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu
ascending, hematogen seperti penularan M.tuberculosis atau S.aureus, limfogen dan
langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi . Sebagian
besar klien ISK mengalami penyakit komplikasi. ISK komplikasi adalah ISK yang
diperburuk dengan adanya penyakit lainya seperti lesi, obstruksi saluran kemih,
pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta
menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran yang normal dan perlindungan
saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK komplikasi membutuhkan terapi yang
lebih lama
D. Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Menurut (Rahmawati, 2023) Tanda gejala pada ISK yaitu :
1. keinginan buang air kecil yang terus terasa,
2. Rasa nyeri atau sensasi panas ketika buang air kecil (kumpulan kondisi ini
disebut anyang – anyang )
3. Urin keruh dan berbau tajam,
4. Sering buang air kecil,
5. Urin yang berdarah atau bernanah,
6. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(di iringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah).
Pada wanita umumnya klien akan merasakan nyeri panggul, terutama di pusat
panggul dan area tulang di sekitar kelamin. Ketika klien mengalami tanda – tanda
4
tersebut dan dibiarkan tanpa diobati lebih lanjut, maka bisa menimbulkan komplikasi
seperti gangguan gagal ginjal, sepsis (terjadi ketika infeksi bakteri ISK menyebar ke
dalam aliran darah), penyempitan uretra pada klien pria.
E. Pemeriksaan Penunjang Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1. Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase,
protein, dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya
bakteriuria, leukosituria biasanya ditemukan pada anak dengan ISK (80-90%)
pada setiap episode ISK simtomatik, tetapi tidak adanya leukosituria tidak
menyingkirkan ISK. Bakteriuria dapat juga terjadi tanpa leukosituria.
Leukosituria dengan biakan urin steril perlu dipertimbangkan pada infeksi oleh
kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan Ureaplasma urealitikum. Neutrophil
gelatinase associated lipocalin urin (uNGAL) dan rasio uNGAL dengan
kreatinin urin (uNGAL/Cr) merupakan petanda adanya ISK. Peningkatan
uNGAL dan rasio uNGAL/Cr > 30 ng/mg merupakan tanda ISK (Pardede,
2018). Parameter pemeriksaan urine yang utama digunakan sebagai
pemeriksaan skrining dan penunjang diagnosa infeksi saluran kemih adalah
leukosit esterase dan nitrit (Gaw, A dkk, 2011). Dan Menurut Roring, A.G dkk
(2016) bahwa salah satu parameter yang bermakna dalam mendiagnosis ISK
adalah jumlah leukosit dalam sedimen urine.
2. Pemeriksaan darah
Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan laju
endap darah (LED), C-Reactive Protein (CRP) yang positif, merupakan
indikator non-spesifk ISK atas. Kadar prokalsitonin yang tinggi dapat
digunakan sebagai prediktor yang valid untuk pielonefritis akut pada anak
dengan ISK febris (febrile urinary tract infection) dan skar ginjal. Sitokin
merupakan protein kecil yang penting dalam proses inflamasi. Prokalsitonin,
dan sitokin proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β) meningkat pada fase akut
infeksi, termasuk pada pielonefritis akut (Pardede, 2018).
F. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,
komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8-
40% klien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya parut
5
ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata laksana
ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih (Pardede et al, 2011).
Sedangkan menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal
dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik
secara akut dan kronik.
G. Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Terapi antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran kemih
Antibiotik
Pemberian antibiotik merupakan hal yang sangat penting untuk menangani
penyakit infeksi, selain pemberian obat-obatan simtomatik dan suportif. Dengan
tingginya angka kejadian infeksi, khususnya yang disebabkan oleh bakteri
penggunaan antibiotik pun semakin meluas. Untuk itu diperlukan pemahaman
mengenai dasar-dasar pemilihan antibiotik yang rasional sehingga penggunaannya
dapat lebih efektif dan efisien. Penggunaan antibiotik secara rasional mencakup tepat
indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis regimen dan waspada terhadap efek
samping obat yang dalam arti konkritnya adalah :
1. Pemberian resep yang tepat
2. Penggunaan dosis yang tepat
3. Lama pemberian obat yang tepat
4. Interval pemberian obat yang tepat
5. Kualitas obat yang tepat
6. Efikasi obat yag tepat
7. Aman pada pemberiannya
8. Tersedia bila diperlukan 10
9. Terjangkau oleh penderita.
Kriteria dalam penggunaan antibiotik secara rasional yang telah disebutkan di
atas mengandung pengertian :
1. Tepat indikasi adalah pemberian antibiotika yang sesuai dengan keluhan atau
diagnosa.
6
2. Tepat obat adalah kesesuaian pemilihan jenis obat dengan memperhatikan
efektifitas obat yang bersangkutan.
3. Tepat dosis regimen adalah pemberian obat yang :
4. Tepat takarannya (misal; tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil).
5. Tepat rute pemberiannya (misal; peroral, suppositoria, subkutan,
intramuskular, intravena) tergantung keadaan klien.
6. Tepat saat pemberiannya (misal; perut kosong, perut isi, sesaat sebelum
operasi).
7. Tepat interval pemberiannya (misal; 6 jam sekali, 8 jam sekali, 12 jam sekali).
8. Tepat lama pemberiannya (misal; sehari saja, 2 hari, 3 hari, 5-7 hari).
9. Tepat klien adalah ketepatan pemberian antibiotik sesuai dengankondisi klien
infeksi saluran kemih. Kondisi klien ini dapat dilihat dari hasildata
laboratorium klien yang mencantumkan hasil tes fungsi hati dan fungsiginjal
klien. Tes fungsi hati yang digunakan adalah SGOT (AST) dan SGPT (ALT).
Penggunaaan obat yang tidak rasional yang mencakup penulisan obat yang
tidak perlu, obat yang tidak aman, obat yang tidak efektif serta obat yang digunakan
kurang tersedia. Ketidakrasionalan tersebut dapat menyebabkan kegagalan terapi
terutama penggunaan antibiotik yang akan menimbulkan bahaya-bahaya lain,
misalnya resistensi, supra infeksi dan efek samping negatif.
H. Pencegahan Primer dan Sekunder
Pencegahan Primer
1. Tetap terhidrasi dengan baik dan buang air kecil secara teratur
Siapa saja di anjurkan untuk tidak menahan keinginan untuk kecing dengan
menahan buang air kecil maka bakteri memiliki kesempatan untuk mengendap
dan berpotensi menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih
2. Minum banyak cairan, terutama air minimal 2 liter atau 8 gelas per hari
Minum membantu mencairkan urin dan memastikan akan leboh sering buang
air kecil memungkinkan untuk menghilangkan bakteri dari saluran kemih
sebelum terjadinya infeksi.
3. Bersihkan Dari depan ke belakang,
Melakukannya setelah buang air kecil dan setelah buang air besar membantu
mencegah bakteri di daerah anus menyebar ke vagina dan uretra
4. Diagfragma atau kondom yang di lumasi atau dirawat spermisida semuanya
dapat berkontribusi pada pertumbuhan bakteri.
7
5. Jangan malas ganti celana dalam. Untuk mencegah ifeksi saluran kemih,
mengganti celana dalam secara rutin 2 kali sehari, selain itu hindari memakai
pakaian dalam yang ketat
6. Buang air kecil sebelum dan sesudah seks
Berhubungan seks bisa menjadi salah satu awal mula terjadinya infeksi saluran
kemih baik pada pria maupun wanita misalnya saat penitrasi
7. Batasi konsumsi minuman yang mengandung kafein dan alkohol
Dapat menyebabkan iritasi kandung kemih
Pencegahan Skunder
Pencegahan Terssier
Pencegahan terakhir ialah dengan tetap mengomsumsi anti biotik sesuai resep
dokter, golongan antibiotik yang di resepkan dan berapa lama penggunaan tergantung
pada kondisi kesehatan dan jenis bakteri yang di temukan dalam urine, antibiotik
dapat membunuh bakteri penyebab infeksi di saluran kemih sehingga klien segera
sembuh.
8
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 29 tahun
Tempat/Tanggal lahir : Makassar, 23 -03 - 1973
Jenis kelamin : Laki- laki
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Suku : Makassar
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl. Kakaktua II
Tanggal masuk RS : 25-10-2023
2. Penanggung Jawab/Pengantar
Nama : Ny. T
Umur : 49 Tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Jl. Kakaktua II
9
I. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri pada saat buang air kecil sejak 1 minggu
yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri pada saat buang air kecil sejak 1 minggu yang lalu, setelah
itu pasien datang ke IGD Tn. A pada tanggal 24 Oktober 2023 dengan keluhan
nyeri pada saat BAK dan BAK pasien sedikit, P: nyeri pada saat buang air kecil,
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri di perut bagian bawah, S: skala nyeri 4
dari (1-10), T: Nyeri berlangsung 5 menit. Setelah dilakukan tindakan di IGD
pasien dipindahkan ke ruang penyakit dalam untuk dilakukan perawatan lebih
lanjut sampai pasien pulih.Riwayat keluhan utama :
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
Pasien mengeluh merasa sakit dada saat pasien bersendawa sudah dirasakan
selama 3 tahun yang lalu sampai sekarang.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga pasien memiliki penyakit diabetes
B. Pola Eliminasi:
1. BAB : Pasien BAB 2xsehari
2. BAK : Pasien BAK 5xsehari
3. Kesulitan BAB/BAK : Pasien mengeluh sakit pada saat BAK
4. Upaya/ Cara mengatasi masalah tersebut :dengan cara diberikan obat analgesik
10
C. Pola Makan dan Minum:
1. Jumlah dan jenis makanan :Pasien menghabiskan ½ porsi dari makanan
rumah sakitsebanyak 3x sehari
2. Waktu pemberian makanan : Pasien makan pagi siang dan malam
3. Jumlah dan jenis cairan : Pasien minum air mineral 1,5 liter per hari pada saat
dirumah sakit.
4. Waktu pemberian cairan : Saat pasien haus dan ingin minum
5. Pantangan : Tidak ada
6. Masalah Makan dan Minum :
a. Kesulitan mengunyah : Tidak ada
b. Kesulitan menelan : Tidak ada
c. Mual dan muntah : Tidak ada
d. Tidak dapat makan sendiri:Tidak
e. Upaya mengatasi masalah: Tidak ada masalah
D. Personal Hygiene:
1. Pemeliharaan badan : Baik
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Baik
3. Pemeliharaan kuku : Baik
Data Spiritual
A. Ketaatan beribadah : Pasien rajin beribadah
B. Keyakinan tentang sehat/sakit : Pasien yakin akan kesembuhannya
11
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum :
Tanda-tandaVital
Suhu tubuh : 36,4 Nadi :57
Tekanan darah: 103/68 RR : 20
Tinggi badan: 160 BB : 50
12
3. Hidung
h. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi:
Simetris/Normal
i. Lubang Hidung:
Normal
j. Cuping Hidung :Normal
4. Telinga
a. Bentuk Telinga :Simetris
Ukuran Telinga :Normal
Ketegangan telinga :Tidak ada
b. Lubang Telinga :Normal
c. Ketajaman pendengaran :Normal
5. Mulut dan Faring:
a. Keadaan Bibir :Bersih
b. Keadaan Gusi dan Gigi Bersih
c. Keadaan Lidah : Bersih
6. Leher:
a. Posisi trakhea :Normal
b. Tiroid :Tidak ada
c. Suara :Normal
d. Kelenjar lymphe :Tidakada
e. Vena jugularis :Tidak ada pembesaran
f. Denyut nadi coratis :Normal
13
C. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak:
a. Ukuran dan bentuk payudara:
Normal
b. Warna payudara dan Areola:
Coklat
c. Kelainan-kelainan payudara dan putting:
Tidak ada
d. Axila dan Clavicula:
Normal
c. Aukultasi
- BunyiJantung I : lup
- BunyiJantung II : dup
14
- Bising/murmur : Tidak ada
- Frekuensi Denyut Jantung : 57x/menit
4. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi: normal
- Bentuk Abdomen :simetris
- Benjolan/massa: Tidak ada
b. Auskultasi
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Ada pada bagian abdomen bawah
- Benjolan/massa : Tidak ada
- Tanda-tanda Ascites : Tidak ada
- Hepar : Normal
d. Pekusi
- SuaraAbdomen : Normal
15
G. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran (secara kwantitatif )/ GCS : E4 V5 M6
2. Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) :Normal
3. Fungsi Sensorik :Normal
4. Refleks:
a) Refleks Fisiologis : Normal
b) Refleks Patologis :Normal
16
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
17
MCV 76.3 75.0-100.0 fl Analyzer
MCHC 37.3 H 31-37 g/gl calculates
IG 0.7 0.7 % Analyzer
P-LCR 18.3 18.3 % calculates
Analyzer
KIMIA KLINIK calculates
FUNGSI GINJAL
UREUM 24.3 15-45 mg/dl
CREATININE 0.6 0.6-1.0 mg/dl
FUNGSI HATI
SGPT 19 10-32 u/l
SGOT 22 8-31 u/l Urease
METABOLIK (color/uv)
ENDOKRIN 86 70-115 mg/dl Jaffe
GLUCOSE
SEWAKTU IFFC
IFFC
Glucose oxidase
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan USG Hasil:
Ren Dextra : ukuran 8,47x4,8cm, echocortex homogen, batas cortex medulla tegas,
sistempelviocalices melebar grade I. batu/kista (-)
Ren Sinistra : ukuran normal, echocortex homogen, batas cortex
modula tegas, sistem pelviocalices melebar, batu/kista (-)
Vesica urinaria: mukosa regular, batu/clt (-)
Prostat: echoparenkim homogen,
nodul/kista/klasifikasi (-)Kesimpulan:
Hidronefrosis dextra grade
18
ANALISA DATA
19
25 DS: Iritasi kandung kemih Gangguan eliminasi
Oktober Pasien mengatakan urin urin
2023 yangkeluar sedikit.
DO:
Pasien BAK 4x
sehari TD: 103/68
Mmhg
N: 57x/ menit
RR: 20x/
menitT: 36,6
SPO2: 99%
Hasil urin 30 ml/ jam
25 DS: peningkatan paparan Risiko infeksi
Oktober Pasien mengatakan BAK organisme patogen
2023 kadang berwarna lingkungan
kemerahan DO: suhu
tubuh pasien meningkat
Pasienterlihat
TD: 103/68
MmhgN:
57x/menit
RR: 20x/
menitT: 37,1
SPO2: 99%
B. Diagnosa Keperawatan
20
C. Intervensi Keperawatan
21
memperberat rasa nyeri nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
3. Fasilitasi isterahat dan
(teknik relaksasi
tidur
napas dalam)
4. Pertimbangkan jenis dan
8. Mengontrol
sumber nyeri dalam
lingkungan yang
pemilihan strategi
memperberat rasa
meredakannyeri
nyeri
Edukasi
9. Memfasilitasi isterahat
1. Jelaskan penyebab,
dantidur
periode, dan pemicu
nyeri 10. Mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
2. Jelaskan strategi
dalam pemilihan
meredakannyeri
strategi meredakan
3. Ajarkan Teknik nyeri
nonfarmakologis untuk
11. Mengkolaborasi
mengurangi rasanyeri
pemberiananalgetik.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik.
22
2. Desakan berkemih atau inkontinensia urin atau inkontinensia urin
menurun
Terapeutik: 3. Mengajarkan tanda
1. Catat waktu-waktu dan gejala infeksi
pengeluaranberkemih salurankemih
2. Batasi asupancairan 4. Mengajarkan
mengukur asupan
3. Ambil sampel urin
cairan dan keluaran
Edukasi: urin
1. Ajarkan tanda dan gejala
5. Menganjurkan minum
infeksi salurankemih
yangcukup
2. Ajarkanmengukur
6. Mengkolaborasi
asupan cairan dan
pemberian obat
keluaranurin
suppositoria, jikaperlu
3. Anjurkan minum yang
cukup
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
suppositoria, jika perlu
3. 25 Risiko infeksi Pencegahan infeksi 1. Membatasi jumlah
Oktober berhubungan dengan Memonitor tanda dan pengunjung
2023 peningkatan paparan gejalainfeksi
organisme patogen 2. Mencuci tangan
lingkungan (D.0142) Terapuetik sebelum dan sesuadah
1. Batasi jumlah kontak dengan pasien
pengunjung dan lingkunganpasien
2. Cuci tangan sebelum dan 3. mempertahankan
sesuadah kontak dengan Teknik aseptik pada
pasien danlingkungan pasien berisikotinggi
23
pasien 4. Menjelaskan tanda dan
gejalainfeksi
3. Pertahankan Teknik
aseptik pada pasien 5. Menganjurkan untuk
berisiko tinggi menigkatkan asupan
cairan
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala 6. Mengkolaborasikan
infeksi dengan pemberian
imunisasi, jikaperlu.
2. Anjurkan untuk
menigkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasikan dengan
pemberian imunisasi, jika
perlu.
24
D. Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : TN. A NoRegister:280xxx
No Diagnosa Jam Implementasi
1. Nyeri Akut 09.00 1. Mengdentifikasi lokasi,karakteristik, durasi,
berhubungandengan frekuensi, kualitas, intensitasnyeri
Pencedera Fisiologis
(D.0077)) 2. Mengidentifikasi skalanyeri
3. Memberikan Teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi napas
dalam)
4. Melakukan kontrol lingkungan yang memperberat
rasanyeri
5. Memfasilitasi pasien istirahat dantidur
6. Mengajarkan Teknik nonfarmakologisuntuk
mengurangi rasa nyeri
2. Gangguan eliminasi 09.20 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi atau
urinberhubungan inkontinensia
dengan iritasi
kandung kemih 2. Mengidentifikasi faktor yangmenyebabkan
(D.0040) retensi atau inkontinensiaurin
3. Mencatat waktu-waktu pengeluaranberkemih
4. Membatasi asupan cairan
5. Mengambil sampel urin
6. Mengajarkan tanda dan gejala infeksisaluran kemih
7. Mengajarkan mengukur asupan cairandan keluaran
urin
8. Menganjurkan minum yang cukup
25
CATATAN PERKEMBANGAN
25 Nyeri Akut S:
Oktober berhubungan dengan Pasien mengatakan masih nyeri pada saat
2023 Pencedera Fisiologis BAK.
(D.0077) P: Nyeri pada saat BAK
Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: Nyeri di abdomen bagian bawah
S: Skala nyeri 4 dari(1-10)
T: Nyeri selama 5 menit
O:
Pasien terlihat lemas dan pucat,
TD: 103/68 Mmhg
N: 57x/ menit
RR: 20x/ menit
T: 37,1
SPO2: 99%
26
2. Mengidentifikasi faktor yangmenyebabkan
retensi atau inkontinensiaurin
3. Mencatat waktu-waktu pengeluaranberkemih
4. Membatasi asupancairan
5. Menganjurkan minum yangcukup
25 Risiko infeksi S:
oktober berhubungan dengan Pasien mengatakan BAK kadang berwarna
2023 peningkatan paparan kemerahan
organisme patogen
lingkungan O:
(D.0142) Suhu tubuh pasien meningkat
Pasienterlihat
TD: 103/68 Mmhg
N: 57x/menit
RR: 20x/ menit
T: 37,1
SPO2: 99%
O:
Pasien terlihat lemas dan masih di tempat
tidur
TD: 105/70 Mmhg
N: 62x/ menit
RR: 21x/ menit
T: 36,0
SPO2: 99%
27
P: Lanjutkan intervensi
1. Mengdentifikasi lokasi,karakteristik,durasi, frekuensi,
kualitas, intensitasnyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Memberikan Teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi napas dalam)
26 Gangguan eliminasi S:
Oktober urin berhubungan Pasien mengatakan urin yang keluar masih
2023 dengan iritasi sedikit.
kandung kemih
(D.0040) O:
Pasien BAK 5x sehari
TD: 105/70 Mmhg
N: 62x/ menit
RR: 21x/ menit
T: 36,0
SPO2: 99%
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
28
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal Diagnosa Jam Evaluasi
27 oktober Nyeri Akut berhubungan 09.00 S:
2023 dengan Pencedera Pasien mengatakan nyeri pada saat BAK
Fisiologis (D.0077)) berkurang. Dengan skala nyeri 0-1
A: Masalah teratasi sebagianP:
Intervensi Dihentikan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
29
30
31
32
33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi dimana terdapat
mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu
menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro et al., 2015). Infeksi Saluran
Kencing (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di
dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih
dapat terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi ini daripada pria
(Michael J & Wanda C, 2021).
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan pengetahuan
tentangAsuhan keperawatan pasien dengan Infeksi Saluran Kemih dapat
bertambah. Adapun kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan demi perbaikan penulisan yang akan datang.
34
DAFTAR PUSTAKA
Andres, J. (2023). EFEKTIVITAS PEMBERIAN GREEN TEA DALAM PENGOBATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH. 3(4), 196–201.
(Infeksi & Kemih, 2022)Infeksi, A., & Kemih, S. (2022). No Title. 6, 192–199.
Dobit, R., & Sekarwana, N. (n.d.). Scoping Review : Hubungan Sirkumsisi dalam
Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Anak. 834–839.
Sari, R. P., Kedokteran, F., Lampung, U., Anatomi, B. P., Kedokteran, F., & Lampung, U.
(2018). Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) dan Faktor Resiko Yang
Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita di Universitas Lampung Event Numbers
Urinary Tract Infection ( UTI ) and Risk Factor That Affecting on Female Employees
in University of Lampung. 7, 115–120.
Rahmawati, O. N., Tri Y, D., & Suandika, M. (2023). Asuhan Keperawatan Gangguan
Eliminasi Urin pada Ny. K dengan Infeksi Saluran Kemih di Ruang Ar-Rahman RSI
Purwokerto. Journal of Nursing Education and Practice, 2(3), 253–257.
https://doi.org/10.53801/jnep.v2i3.145
Yelvita, F. S. (2022). Asuhan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Klien
Infeksi Saluran Kemih (ISK) DI RS Bhayangkara Bengkulu tahun 2022.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/KTI%20Tria%20Anisa%20Kusumah%20D3%20Ke
p5.2017, 2003–2005.
Mawaddah,1 (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Infeksi Saluran Kemih (ISK) Dengan
Masalah Gangguan Eliminasi Urine. Program Studi Diploma Iii Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu a kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Muhamad Ridlo, N. I. (2023). Penerapan Teori Model Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan
Pasien Dengan Cholilitiasis Dalam Menurunkan Nyeri: Case Study.
35