Anda di halaman 1dari 3

Silahkan analisis secara filosofis tentang kebijakan Gubernur NTT yang menganjurkan

siswa SMA dan SMK untuk masuk pukul 05.00 WITA!

Gubernur NTT Viktor Laiskodat menginstruksikan agar siswa SMA masuk


sekolah pukul 05.00 Wita. Instruksi itu disampaikan Viktor dalam agenda pertemuan bersama
kepala sekolah pada Kamis, 23 Februari lalu. Alasan Viktor meminta aturan itu diterapkan
untuk mengasah kedisiplinan dan etos kerja para peserta didik. Selain itu, menurut beliau,
rata-rata anak SMA tidur paling malam pukul 22.00. Sehingga, dia mengklaim siswa sudah
cukup tidur untuk memulai sekolah pukul 05.00. Selain itu, beliau menuturkan 50% APBD
provinsi NTT diperuntukkan untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, jadi beliau
mempunyai desain khusus untuk mempertanggungjawabkan uang tersebut. Salah satunya
adalah dengan bekerjasama dengan lembaga yang bisa membuat siswa bisa masuk Perguruan
Tinggi ternama seperti Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM)
bahkan universitas internasional seperti Harvard University. Sehingga diharapkan anak anak
NTT bisa bersaing dengan anak kota seperti anak Jakarta.
Terkait dengan banyak yang merasa terlalu pagi buta untuk memulai sekolah,
beliau mengatakan bahwa “Di NTT matahari terbit pukul 05.48, filosofi seorang yang mau
disiapkan adalah sebelum matahari itu terbit dia telah siap untuk hidup di dalam
pembangunan aktivitas sehari-hari.” Terlebih lagi beliau mengatakan bahwa hanya ada 2
sekolah yang diuji cobakan yaitu SMA 1 dan SMA 6. Selama ujicoba ini juga akan diadakan
analisis apakah kebijakan ini ada kendala atau tidak. Prinsip beliau adalah ‘Try and fix it’.
Sebelum kita menganalisis kebijakan tersebut secara filosofis, terlebih dahulu kita
pahami apa itu filosofis? Landasan filosofis adalah pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup,
kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia
yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Berdasarkan pengertian tersebut,
kebijakan gubernur NTT tentang dua sekolah yang masuk pukul 05.00 menurut saya
peraturan tersebut kurang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional sebagai pandangan
hidup dunia pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman da bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan
memiliki budi pekerti yang luhur. Manusia seutuhnya disini berarti individu bisa
mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian yaitu emosional, intelektual,
sosial, moral, dan religius. Pada kebijakan gubernur NTT tersebut bisa jadi dimensi
intelektual bisa berkembang namun pada dimensi emosional, sosial bisa terganggu karena
siswa merasa terpaksa dalam menjalankan kebijakan tersebut. Ditambah lagi ada siswa yang
terpaksa menginap agar tidak terlambat datang ke sekolah diakrenakan rumahnya jauh dan
harus melewati hutan belantara. Hal tersebut tentunya sangat mempengaruhi dimesi
emosional seorang siswa. Dimensi dimensi yang tidak berkembang justru juga akan
mempengaruhi dimensi intelektual dan individu tersebut terhambat untuk menjadi seorang
manusia seutuhnya.
Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan adalah penguasaan diri, sebab
disinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi). Penguasaan diri merupakan
langkah yang dituju untuk tercapainya pendidikan yang memanusiawikan manusia. Ketika
peserta didik mampu menguasai dirinya, maka mereka akan mampu untuk menentukan
sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Jika kita kaitkan
dengan kebijakan masuk sekolah pukul 05.00 di NTT, tentu hal tersebut sangat bertentangan
karena kurang memanusiakan manusia. Idealnya pukul 05.00 pagi itu anak masih bersiap
untuk sekolah seperti mandi atau bahkan masih ada yang terlelap tidur, tapi menurut
kebijakan gubernur NTT tersebut anak dituntut sudah sampai sekolah. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas, bahwa ia ingin mempersiapkan generasi muda yang sudah siap sebelum
matahari terbit, namun belum ada penelitian ilmiah tentang semakin pagi seseorang belajar
maka semakin banyak ilmu yang ia pelajari. Jika kita tengok pada negara Finlandia yang
pendidikannya nomor 1 di dunia mempunyai jam masuk sekolah pukul 09.00-09.45. Dan
sebagian besar penelitian memberikan bukti bahwa menunda waktu mulai sekolah lebih siang
dapat meningkatkan durasi tidur siswa di malam hari lebih panjang. Waktu mulai sekolah
yang lebih siang juga umumnya juga meningkatkan jumlah kehadiran, lebih sedikit anak
yang terlambat, lebih sedikit pelajar yang tertidur di kelas, nilai lebih baik, dan lebih sedikit
kecelakaan di perjalanan.
Ki Hadjar Dewantara juga menunjukkan bahwa tujuan diselenggarakannya
pendidikan adalah membantu peserta didik menjadi manusia yang merdeka. Menjadi manusia
yang merdeka berarti tidak hidup terperintah, berdiri tegak dengan kekuatan sendiri, dan
cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Dengan kata lain, pendidikan menjadikan seseorang
mudah diatur, tetapi tidak dapat disetir. Kebijakan gubernur NTT tentang masuk sekolah
pukul 05.00 pagi bisa menghambat siswa menjadi manusia merdeka jika siswa tersebut
merasa terpaksa dengan kebijakan tersebut. Mereka kurang menyadari alasan mereka untuk
sekolah, mereka hanya terpaksa menjalankan aturan tanpa tau esensi dari tujuan tersebut.
Kesehatan anak juga terganggu karena sarapan pagi terlalu pagi sehingga sebelum
siang mereka sudah lapar. Ini bisa menyebabkan lambung, dan masih banyak persoalan
lainnya. Maka seharusnya Gubernur NTT mempertimbangkan berbagai teori, fakta, dan
masukan dari masyarakat yang langsung berhadapan dengan berbagai situasi dan persoalan
tersebut. Gubernur NTT harus membuka ruang ruang diskusi dengan orang tua, sekolah, dan
para akademisi dari berbagai interdisipliner ilmu untuk membedah persoalan persoalan
tersebut lalu mencari solusi yang bijak dan membawa dampak bagi kemajuan pendidikan di
NTT.

Anda mungkin juga menyukai