Efusi Pleura
Pembimbing: Dr. dr. Herry Priyanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR
Disusun oleh:
Athirah Nabila | 2207501010206
Status Generalisata
Kulit Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), edema
Kepala/Wajah (-)
Telinga Simetris, edema (-), deformitas (-)
Mata Sklera ikterik (-/-), anemis (-/-)
Hidung Dalam batas normal
Mulut Sekret (-), napas cuping hidung (-)
Sianosis (-), mukosa hiperemis (-), sariawan
(-), faring hiperemis (-), pursedlips
Leher breathing (-), karies (-)
Pembesaran KGB (-), TVJ (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung Ekstremitas
Auskultasi : BJI >BJII, reguler(+), bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-), ikterik (-), venektasi (-)
Auskultasi : Peristaltik usus dalam batas normal
Palpasi : Soepel(+), hepar tidak teraba, spleen tidak teraba,
nyeri tekan(-)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran v
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah
18 Oktober 2023,
RSUD dr. Zainoel Abidin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Thoraks AP
Kesan:
Efusi pleura sinistra
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan
analisa cairan pleura
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tujuan penatalaksanaan pada efusi pleura adalah paliatif atau mengurangi gejala.
Pilihan terapi harus tergantung pada prognosis, kejadian efusi berulang, dan keparahan gejala pada
pasien. Terapi utama yang diberikan untuk mencegah efusi terus meluas adalah terapi sesuai etiologi
yang mendasari.
Terapi drainase perlu dilakukan untuk mengatasi gangguan pernapasan yang terjadi akibat
terganggunya mekanisme pengembangan paru dalam fase inspirasi sehingga menurunkan derajat
pertukaran udara di alveolus.
Terapi yang diberikan dapat berupa thorakosentesis dan pemasangan selang Water Sealed Drainage 17
(WSD).
Thorakosintesis diindikasikan untuk efusi pleura baru yang belum diketahui penyebabnya. WSD dilakukan
jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dan lainnya. C
Terapi pleurodesis dapat dipertimbangkan jika terapi drainase yang diberikan harus berulang akibat
efusi berkelanjutan.
Terapi operatif menjadi solusi jika terapi lainnya belum memberikan hasil yang baik sehingga pasien
perlu dirujuk ke dokter bedah untuk mengatasi efusi pada pasien
TINJAUAN PUSTAKA
Komplikasi
Empyema
Pneumothorax
Atelektasis
Fibrothorax
Efusi berulang
Prognosis
Prognosisnya tergantung pada penyebab efusi pleura. Efusi jinak dapat disembuhkan, namun jika
penyebabnya adalah keganasan, prognosisnya sangat buruk. Ciri lain dari efusi pleura adalah kekambuhan
yang juga dapat terjadi pada penyakit jinak seperti lupus, uremia, dan artritis reumatoid. Jika efusi pleura
tidak terkuras, dapat menyebabkan dispnea dan bahkan empiema
ANALISIS KASUS
Pasien laki-laki dengan inisial Tn. MY usia 62 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan sesak napas yang
dikeluhkan sejak 5 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit dan memberat sejak 10 hari terakhir. Sesak
nafas memberat saat beraktivitas. Sesak napas tidak disertai mengi & tidak dipengaruhi oleh cuaca & debu.
Pasien mengeluhkan sesak napas berkurang ketika tidur dengan posisi miring ke kiri. Sesak yang dialami
pasien tidak berkurang dengan istirahat. Pasien juga mengeluhkan mudah lelah sejak 1 bulan terakhir. Pasien
merasa lelah dengan aktivitas yang ringan seperti saat menaiki tangga. Pasien juga mengeluhkan batuk
sejak 1 bulan yang lalu, batuk tidak berdahak dan tidak berdarah. Mual, muntah, demam serta BAB cair
disangkal. Pasien juga menyangkal riwayat dada berdebar dan gemetaran. Pasien memiliki riwayat ADHF
dan efusi pleura yang sudah diambil cairannya sebelumnya dengan drainage.
ANALISIS KASUS
Dari hasil anamnesis tersebut, pasien mengalami sesak napas, batuk, dan mudah lelah akibat gangguan
pada sistem respirasi yang dicurigai akibat adanya cairan dan bukan karena alergi karena tidak dipengaruhi
oleh cuaca dan debu. Sesak napas juga tidak diakibatkan gangguan kardiovaskular karena tidak ada tanda
masalah pada jantung serta keluhan tidak membaik dengan istirahat. Pada pasien ini terdapat riwayat efusi
pleura berulang dan penyakit kardiovaskular, yaitu ADHF, yang menjadi perberatan penyakit pada pasien ini.
Pasien mengatakan lebih nyaman tidur ketika menghadap ke kiri. Pasien dengan efusi pleura akan lebih
nyaman tidur ketika sisi yang sakit berada di bawah, batuk dapat disebabkan oleh rangsangan pada pleura
oleh karena cairan pleura yang berlebihan, proses inflamasi ataupun massa pada paru-paru. Pasien
diketahui tidak mempunyai riwayat batuk & sesak napas disertai mengi sebelumnya.
ANALISIS KASUS
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah foto thoraks, USG thoraks, analisa cairan pleura, dan
pemeriksaan laboratorium darah. Pemeriksaan foto thoraks dilakukan dengan proyeksi AP, ditemukan
adanya perselubungan homogen pada hemithoraks kiri dengan sinus costophrenicus kiri tumpul. Bila masih
meragukan dapat dimintakan pula pada posisi lateral dengan sisi yang sakit di depan. Perselubungan
homogen pada bagian hemithorax sinistra menunjukkan kesan efusi pleura. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan USG thoraks dengan kesan efusi pleura sinistra. Pemeriksaan USG thoraks digunakan sebagai
guide untuk mencari lokasi terjadinya penumpukan cairan pleura yang akan dilakukan punksi. Pemeriksaan
USG thorax kembali dilakukan setelah beberapa hari rawatan dan post torakosintesis untuk mengevaluasi
ulang cairan pada pleura. Pada pemeriksaan analisa cairan pleura didapatkan jenis cairan eksudat.
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini, eksudat diduga diakibatkan oleh keganasan yang dialami pasien yang telah bermetastasis
ke paru-paru. Pada hasil pemeriksaan laboratorium darah, terdapat peningkatan sedikit pada kadar
albumin, D-dimer, dan RDW. Pada pemeriksaan patologi anatomi menunjukan keganasan berupa
adenocarcinoma dengan peradangan dan metastasis. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan pasien didiagnosa dengan efusi pleura sinistra dan
adenocarcinoma stage IV.
ANALISIS KASUS
Efusi pleura pada pasien ini ditandai dengan gejala sesak nafas, serta batuk dan mudah lelah dengan hasil
foto thoraks tampak adanya perselubungan homogen di lapangan paru kiri disertai sinus costophrenicus
yang tumpul. Pasien telah diberikan tatalaksana berupa Codein 10 mg/8 jam PO dan Valsartan 80mg/24 jam
IV serta CPG 75 mg/24 jam PO. Codein merupakan obat golongan opioid yang berfungsi untuk meredakan
nyeri, mulai dari yang ringan hingga sedang, juga dapat digunakan untuk meredakan batuk. Valsartan dan
CPG merupakan obat penghambat reseptor angiotensin / Angiotensin Reseptor Blocker (ARB) yang
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dimana kita tahu pasien memiliki riwayat ADHF sebelumnya.
Pasien juga telah dilakukan pemasangan pig tail dan pleurodesis yang merupakan prosedur untuk
mengeluarkan cairan dari rongga pleura sebanyak 40 cc cairan dengan warna x. xantochrome. Pasien juga
di konsul ke bedah onkologi untuk rencana kemoterapi.
KESIMPULAN
Efusi pelura merupakan suatu manifestasi umum dari penyakit pleura primer dan sekunder.
Efusi pleura terjadi karena adanya suatu cairan berlebih dalam rongga pleura. Akumulasi
cairan pada rongga pleura yang berlebih terjadi karena adanya kondisi yaitu peningkatan
tekanan hidrostatik, peningkatan permeabilitas vaskuler, penurunan tekanan osmotik,
peningkatan tekanan negatif intrapleural, dan penurunan sistem drainase limfatik.
Terapi yang diberikan sesuai dengan etiologi dan suportif untuk mengatasi manifestasi efusi
yang terjadi. Kasus pasien ini didiagnosis dengan efusi pleura sinistra et causa malignancy
yang didukung oleh hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
ditemukan pada pasien sehingga penatalaksanaan utama pada pasien ini adalah berupa
terapi punksi pleura (torakosintesis) evakuasi, terapi simtomatis, dan rencana kemoterapi
sebagai pengobatan kausal.
THANK YOU