Anda di halaman 1dari 21

( Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Leadership )

Dosen Pengampu
Dr. Robiyati Podungge, S.,Pd.,MAP

Disusun Oleh Kelompok 7:

LIDYA SEPTINA SIDABUTAR (931421143)

AMIRUDIN HAMSAH (931421144)

ARIF RAMADHAN HUMULUNGO (931421189)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kewibawaan Pemimpin dan Bawahan Dalam Organisasi” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tuga mata kuliah Manajemen Leadership.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Robiyati


Podungge, S.,Pd.,MAP selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Leadership. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini, Penulis berharap Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni Penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun makalah ini. Kritik dari pembaca yang
sangat penulis harapkan akan bermanfaat untuk menyempurnakan makalah
selanjutnya.

Gorontalo, 2 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.2. Tujuan Penulisan....................................................................................... 5
1.3. Manfaat Penulisan.....................................................................................5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
2.1. KEWIBAWAAN PEMIMPIN...................................................................6
A. Perilaku manusia dalam Keorganisasian...................................................6
B. Kepemimpinan.......................................................................................... 9
C. Kewibawaan............................................................................................ 11
2.2. Kinerja Bawaan dalam Organisasi.......................................................... 14
BAB III 19
PENUTUP 19
3.1. Kesimpulan............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA 21

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumberdaya manusia dalam suatu organisasi mempunyai peranan yang
sangat penting, yaitu sebagai pemain yang akan mengelola semua sumberdaya
lain yang ada dalam organisasi, dan memanfaatkan untuk mencapai tujuan
organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia memiliki tugas atau fungsi untuk
mengelola manusia seefektif mungkin agar diperoleh suatu satuan SDM yang
merasa puas dan memuaskan Menurut (Veithzal Rivai Zainal 2015, 13)
mengatakan bahwa fungsi manajemen sumber daya manusia merupakan tugas
manajemen sumber daya manusia untuk mengelola manusia secara selektif
mungkin agar di peroleh suatu satuan sumber daya manusia yang merasa puas dan
memuaskan. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari
manajemen umum yang memfokuskan diri pada sumber daya manusia.
Setiap perusahaan maupun instansi dalam berbagai bidang memiliki
sejumlah karyawan yang memiliki kinerja berbeda-beda. Setiap karyawan
memiliki skill dan talent yang berbeda-beda, sehingga perlu ada satu orang yang
dapat memimpin semua sumber daya manusia yang terdapat dalam oraganisasi
tersebut. menjadi seorang leader atau pemimpin dalam sebuah organisasi
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena dalam hal ini, seorang
pemimpin dituntut untuk menjalankan 4 fungsi dari manajemen yaitu Planning,
Organizing, Actuating, dan Controlling. Bukan hanya itu saja menjadi seorang
pemimpin juga membutuhkan sikap atau karakter yang siap untuk menjadi teladan
atau contoh yang baik dalam oraganisasi tersebut, sehingga setiap karyawan yang
terdapat dalam organisasi tersebut bisa merasakan kenyamanan pada saat bekerja.

Gea (2014) Mengatakan bahwa seorang pemimpin selalu menjadi pusat


perhatian, pedoman, dan acuan bagi semua anggota dalam organisasi.
Hal-hal yang diputuskan atau dilakukannya selalu menjadi referensi bagi
para anggota dalam bertindak. Hal-hal yang diperhatikan khususnya
menyangkut konsistensi antara perkataan dan tindakannya, cara dia

4
menangani masalah, menghadapi keluhan karyawan dan pelanggan, dan
pertimbangan-pertimbangan yang digunakannya ketika hendak memutuskan
sesuatu. Ketika seorang pemimpin membuat suatu kebijakan berarti dia
hendak menggiring organisasi secara keseluruhan untuk melakukan atau
memerhatikan hal tertentu dalam menjalankan aktivitas harian mereka.
Ketika kebijakan yang diambil ternyata keliru, dimana secara
terang-terangan atau samar-samar mengabaikan aspek-aspek etis, maka
seluruh karyawan atau bawahan ikut terbawa untuk mewujudkan keburukan
atau kekeliruan yang terkandaung dalam kebijakan itu.
Dalam dunia kerja, seorang pemimpin harus memiliki karakter atau sikap
wibawa yang benar, yang dapat menandung semua aspek positif yang
sebagaimana terdapat nilai-nilai lebih baik lagi dimata setiaap karyawa. Namun
pada kenyataannya bahwa keibawaan yang terdapat dalam diri seorang pemimpin
saat ini masih terdapat kekurang pahaman tentang hubungan yang baik antara
karyawan dengan seorang leader atau pemimpin. Padahal sesungguhnya kedua hal
tersebut haruslah mamiliki satu pemikiran, satu tujuan, dan satu arah dalam
mewujudkan visi, misi dan tujuan dari organisasi tersebut.

1.2. Tujuan Penulisan


2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen leadership
3. Untuk mengetahui dan memahami kewibawaan pemimpin dan
bawahan dalam organisasi
4. Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja
karyawan

1.3. Manfaat Penulisan


2. Sebagai bentuk sumber dan sebagai bahan masukan kepada penulis
lain
3. Memberikan pengertian yang jelas terkait kewibawaan pemimpin dan
bawahan dalam organisasi

5
4. Meberikan pemahaman terkait hubungan gaya kepemimpinan dengan
kinerja karyawan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KEWIBAWAAN PEMIMPIN
A. Perilaku manusia dalam Keorganisasian
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Dari kerangka dasar mengenai perilaku organisasi ada tiga komponen yang
mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan keorganisasian: Karakteristik
pribadi, latar belakang pribadi, pengalaman masa lalu.
1. Karakteristik Pribadi
Karakteristik pribadi manusia dibentuk dri nilai agama, etnis dan tradisi.
Nilai agama, sangat besar pengaruhnya kepada kepribadian manusia. Manusia
tidak bisa menjalani kehidupan yang lebih baik atau mencapai sesuatu yang
bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban manusia, tanpa memiliki keyakinan
terhadap nilai agama. M. Muthanhari, berpendpat, "keyakinan agama dapat
menciptakan kebahagiaan, kegembiraan, memperbaiki hubungan sosial manusia
(1922:86)".
Etnis, dapat pula mempengaruhi kepribadian manusia. R. Mahdi Salvatore
menyatakan, "Kepribadian manusia, kecenderungan dan perangai sebagian besar
dibentuk oleh faktor keturunan, faktor sosial, kebudyaan dan lingkungan (Gibson,
1992:63)", Sondang P. Siagian, berpendpat, "faktor keturunan ini adalah segala
hal yang oleh seseorang dibawa sejak lahir dan bahkan merupakan warisan dri
kedua orang tuanya, misalnya sitat marah, dan kecerdasan (1991:54)". Etnis yang
berbeda, dapat menimbulkan karakteristik yang berbeda masing-masing orang

6
Melayu misalnya, dianggap sebagian orang mempunyai sifat malas bekerja atau
orang Cina dapat dianggap punya sifat bekerja atau ulet. Sejalan dengan
pernyataan diatas, Onong Uchjana Efendy juga menyatakan, "Sifat tabiat manusia
yakni pembawaan sejak manusia dilahirkan merupakan warisan dari orang tuanya
(heredity) dan dari nenek moyangnya (1986:54)".
2. Latar Belakang Pribadi
Latar belakang pribadi manusia dapat dibentuk dari nilai- nilai agama dan
etnis. Selain itu dapat dipengaruhi lingkungan dan pendidikan. Yang dimaksud
dengan lingkungan disini adalah situasi dan kondisi yang dihadapi oleh seseorang
pada masa muda dalam rumah, disekolah dan lingkungn masyarakat dekat yang
dilihat dan dihadapinya sehari hari. Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan
sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan
pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain, bersifat formal maupun non
formal (Sondang P. Siagian, 1991:54-57)".
3. Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman yang dimaksud adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik
oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilaluinya dalam perjalanan
hidupnya (Sandang P Siagian, 1991 60). Bertitik tolak dari pengertian tersebut
dapat dikatakan bhwa pengalaman seseorang sejak kecil turut membentuk
perilaku yang bersangkutan.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini tingkat persaingan bisnis semakin
meningkat, oleh sebab itu sebuah perusahaan harus bisa mengelola manajemen
dengan baik terutama dalam mengelola sumber daya manusianya. Sumber daya
manusia merupakan salah satu aspek terpenting dalam sebuah bisnis karena
berperan langsung dalam segala kegiatan serta sebagai penggerak roda kehidupan
dari perusahaan tersebut.
Dalam diri seorang manusia terdapat perilaku atau behavior yang berasal
dari oleh dalam diri seseorang tersebut yang nantinya akan mempengaruhi
perilaku bekerja di sebuah perusahaan ataupun organisasi seperti yang
diungkapkan oleh Siagian dalam bukunya “Organisasi, Kepemimpinan, dan
Perilaku Organisasi” (2006, p.54) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa

7
faktor yang mempengaruhi perilaku kerja seseorang seperti faktor genetic yang
merupakan sifat-sifat yang dibawa sejak lahir dan merupakan turunan atau
bawaan dari kedua orang tuanya seperti kecerdasan, sifat pemarah atau penyabar
dan sebagainya. Selain faktor genetik atau faktor turunan, lingkungan pergaulan
yang dihadapi seseorang pada masa hidupnya baik didalam rumah atau
lingkungan diluar rumah juga dapat membentuk pola pikir dan kerja seseorang,
termasuk lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang dijumpai
sehari-hari.
Perilaku kerja inilah yang akan menjadi faktor dasar yang wajib dan harus
diketahui oleh perusahaan agar dapat mengerti serta memahami perilaku kerja
yang ditimbulkan saat karyawan bekerja karena hal ini akan mempengaruhi
kesuksesan sebuah perusahaan atau organisasi dalam perjalanan bisnisnya.
Menurut Theedens (1996, p.16) perilaku kerja adalah tanggapan atau reaksi
individu yang timbul baik berupa perbuatan atau sikap maupun anggapan
seseorang terhadap pekerjaannya, kondisi kerja yang di alami di lingkungan kerja
serta perlakuan pimpinan terhadap karyawan itu sendiri.
Perilaku kerja juga bisa dilihat lewat perbedaan gender, menurut Gray
(2003, p.403) untuk menciptakan perilaku kerja yang baik harus memperhatikan
komunikasi pria dan wanita, perasaan di tempat kerja menetapkan batasan dalam
tiap perilaku kerja, serta mengingat berbagai perbedaan yang ada. Dengan
mengerti perilaku kerja para karyawan, perusahaan akan mudah dalam mengatur
serta memahami para karyawannya dengan tujuan menciptakan lingkungan kerja
yang konsisten dan positif, sehingga semua kegiatan dalam perusahaan berjalan
dengan baik dan dapat membuat profit kepada perusahaan. Menurut Sinamo
(2002) perusahaan akan sukses jika para karyawannya dapat menjalankan 8
paradigma kerja utama yaitu bekerja tulus, bekerja tuntas, bekerja benar, bekerja
keras, bekerja serius, bekerja kreatif, bekerja unggul, dan bekerja sempurna.
Maka dari itu didalam sebuah perusahaan harus memiliki satu orang leader
atau seorang pemimpin untuk memimpin setiap karyawan yang terdapat dalam
perusahaan atau organisasi tersebut guna untuk mencapai tujuan perusahaan.
Dalam hal ini seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpina, karena

8
kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam
organisasi, baik buruknya organisasi sebagian besar tergantung pada faktor
pemimpinnya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa faktor pemimpin
memegang peranan yang sangat urgen dalam pengembangan organisasi. Salah
satu faktor tersebut adalah karakter dari pemimpin itu sendiri, sehingga seorang
pemimpin harus memiliki kewibawaan yang dapat menjadi contoh bagi setiap
karyawan. Keberhasilan pemimpin disamping ditentukan oleh sifat-sifat dan
perilaku, juga ditentukan oleh faktor kewibawaan. Sebagai salah satu konsep
kepemimpinan, kewibawaan menyangkut semua aspek yang berkaitan dengan
kepemimpinan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi orang lain.

B. Kepemimpinan
Pemimpin (leader) dan pengikut (follower) merupakan dua unsur penting
yang harus ada pada setiap organisasi. Anggota organisasi tidak akan mampu
mencapai tujuan organisasi tanpa mempunyai pemimpin. Sebaliknya, pemimpin
tanpa pengikut juga tidak akan mampu menggerakkan roda organisasi secara
optimal.
Banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan para ahli antara lain
Stephen P. Robinson (1996) mendefinisikan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan untuk menmpengaruhi sesuatu kelompok kea rah tercapainya tujuan.
Pemimpin didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki pengaruh besar
terhadap orang lain untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan. Secara umum,
terdapat dua jenis pemimpin, yaitu (1) pemimpin formal, yaitu pemimpin yang
memiliki struktur resmi dalam organisasi dan tentu memiliki pengikut (eg.
manajer); dan (2) pemimpin informal, yaitu pemimpin yang tidak memiliki
struktur resmi dalam organisasi namun mampu memberikan pengaruh besar bagi
anggota organisasi, dan bahkan mampu mempengaruhi jalannya organisasi.
Pemimpin adalah seseorang atau individu yang diberi status berdasarkan
pemilihan, keturunan, atau cara-cara lain, sehingga memiliki otoritas atau
kewenangan untuk melakukan serangkaian tindakan dalam mengatur, mengelola,
dan mengarahkan sekumpulan orang melalui institusi atau organisasi untuk

9
mencapai tujuan tertentu.1 Dalam konteks ini, berarti pemimpin itu dilahirkan
karena kebutuhan dalam suatu institusi atau organisasi tertentu.Sedangkan
kepemimpinan merupakan aspek dinamis dari pemimpin, yaitu mengacu
tindakan-tindakan atau perilaku yang ditampilkan dalam melakukan serangkaian
pengelolaan, dan pengarahan untuk mencapai tujuan. Sementara itu,
kepemimpinan transformasional dipahami sebagai kepemimpinan yang secara
terus-menerus melakukan perubahan untuk peningkatan organisasi.
Kepemimpinan model ini tidak hanya mengandalkan kharisma personal, tetapi ia
harus mencoba untuk memberdayakan stafnya, serta melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinannya.
Terdapat lima kategori kebiasaan dari tingkah laku sebagai kebiasaan
mendasar dari pemimpin yang istimewa adalah :
1. Menantang Proses
a. Mencari kesempatan
b. Percobaan mengambil resiko
2. Memberi Inspirasi
a. Menggambarkan masa depan
b. Membantu orang lain
3. Memungkinkan orang lain untuk bertindak
a. Mempercepat kerja sama
b. Memperkuat orang lain
4. Membuat model pemecahan
a. Memberikan contoh
b. Merencanakan keberhasilan kecil
5. Memberikan semangat
a. Mengakui konstribusi individu
b. Merayakan prestasi kerja
Agar kepemimpinan dapat berhasil dengan baik, maka seorang pemimpin harus
berusaha :
1. Bertanggung jawab atas keefektifan suatu organisasi
2. Selalu mengadakan perubahan untuk meningkatkan kualitas hasil

10
3. Ada keperihatian jika terjadi penurunan integritas
4. Orientasi pemimpin masa depan dalam perubahan terencanan.

Azahari (1998) menyatakan terdapat lima fungsi kepemimpinan yaitu :


1) Pengendalian Kumpulan, iaitu pemimpin perlu membentuk, memperkuat,
dan mengembangkan kumpulan.
2) Menunjukkan Arah Tuju, iaitu wawasan, matlamat, tujuan, pengharapan,
standard, pencapaian kualiti, dan sebagainya.
3) Mengendalikan Kerja Berkumpulan terutamanya dalam organisasi.
4) Membangunkan Anggota Kumpulan.
5) Menyempurnakan Penilaian, iaitu dalam kumpulan (organisasi), arah,
kerja, anggota (pengikut/pekerja), dan penilaian.

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi dan


menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan. Secara umum seorang pemimpin
harus memenuhi berbagai kriteria baik seperti menegakan ilmu/kebenaran; teguh
pendirian (istiqomah); memiliki kecakapan dan kemampuan (Kapasitas); tidak
memiliki ambisi kekuasaan; taat astas procedural; bertindak dan bersikap adil
yaitu dalam menentukan sesuatu harus sesuai denga hukum yang berlaku; hidup
sederhana, berakhlak mulia, amanah dan tidak munafik mengetahui dan
menghayati tugas, mengenal dan mengembangkan kemampuan diri (kepribadian);
menjadi contoh yang baik (suri tauladan); terbuka memiliki kemampuan
komunikasi yang komunikatif, terlatih (learning by proses); menumbuhkan rasa
tanggung jawab anggota terhadap organisasi, bertanggung jawab penuh (full
responsibility); dan menggunakan orgasisasi sesuai dengan kemampuanya.
Namun pada kenyataanya, banyak para pemimpin yang terkadang tidak sesuai
seperti apa yang diharapkan masyarat atau rakyat yang telah dipimpinya.

11
C. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan,
sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat memengaruhi perilaku
orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut
bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Kejayaan ataupun kegagalan sesebuah organisasi atau perkumpulan itu
banyak bergantung pada kewibawaan seseorang pengurus dan bagaimana sebuah
organisasi tersebut di arah, diurus, diatur dan dikawal selalu. Oleh itu, pemimpin
mesti mempunyai kewibawaan, kemampuan mengurus, dan memimpin yang
unggul, di samping daya motivasi yang tinggi untuk diteladani oleh anggota
organisasi yang lain. Menurut Aidit (2001), kewibawaan seringkali dikaitkan
dengan keupayaan dan kemampuan yang tidak diragukan lagi dalam
melaksanakan sesuatu. Namun begitu, untuk menjawab persoalan ini ada baiknya
kita melihat maksud wibawa dari beberapa aspek, iaitu aspek bahasa, ilmu
pengurusan dan penggunaannya pada masa kini. Dalam struktur organisasi,
kewibawaan menjadi asas yang penting dan merupakan alat yang membolehkan
pengurus dapat menggunakan kebijaksanaannya untuk mewujudkan suasana yang
dapat meningkatkan prestasi seseorang pekerja (Hackman. and Johnson, 2004).
Kewibawaan difahami sebagai “kebolehan orang atasan berlandaskan
jawatannya yang formal dalam membuat keputusan yang akan memberikan kesan
kepada pegawai rendah”. Kewibawaan dalam konteks ini amat kuat pengaruhnya
sehingga berlaku keadaan pemimpin atas membuat keputusan, pegawai bawahan
terpaksa mengorbankan pendirian mereka dan mematuhi keputusan tersebut.
Barnard (1938) pula berpendapat bahawa satu-satu arahan akan dilihat sebagai
kewibawaan apabila empat syarat berikut dipenuhi :
1) Pegawai rendah berkebolehan dan berkemampuan untuk mengerti cara
arahan yang dikomunikasikan.
2) Ketika membuat keputusan dia mempercayai arahannya itu selari dengan
tujuan organisasi.
3) Ketika membuat keputusan, dipercayai arahannya itu sepadan dengan
minatnya secara keseluruhan.

12
4) Ia secara mental atau fizikal berkebolehan memenuhi arahan itu.

Weber (1947) pula membahagikan kewibawaan kepada tiga bentuk, yaitu ;


1) Kewibawaan karismatik, yaitu bergantung pada kualiti seseorang
pemimpin dari segi kemahiran, pengetahuan, prestasi, pencapaian dan
peribadinya
2) Kewibawaan tradisional, yaitu bergantung pada kedudukan yang dipegang
oleh seseorang pengurus atau pemimpin dalam satu-satu organisasi.
3) Kewibawaan rasional sah undang-undang, yaitu kewibawaan yang telah
ditetapkan oleh undang-undang dalam sesuatu urusan, seperti pihak polis.

Oleh itu, seseorang pemimpin yang berwibawa merupakan seorang


pemimpin yang dapat mengarah organisasi keseluruhannya ke arah matlamat yang
telah ditetapkan. Pemimpin yang berwibawa juga mempunyai sifat yang unggul
sehingga beliau dihormati dan disegani oleh ahli organisasi. Arahan dan
keputusan yang dikeluarkan oleh pemimpin yang berwibawa akan dipatuhi oleh
orang bawahannya tanpa bantahan atau keraguan.
Membedakan jenis kekuasaan atau kewibawaan seorang pemimpin yakni:
kewibawaan jabatan (posrtio n power) dan kewibawaan pribadi (personat power)
1. Kewibawaan jabatan
Adalah kewibawaan seorang pemimpin yang timbul karena kedudukan
atau hirarki jabatan formal. Dengan demikian sumber kekuasaan jabatan dapat
berasal dari :
a. Kewenangan yang sah
b. Kontrol terhadap sumber-sumber daya dan imbalan
c. Kontrol terhadap hukuman
2. Kewibawaan pribadi
Adalah kewibawaan seorang pemimpin yang menimbulkan kesadaran
bawahan untuk menerima kewibawaannya, karena dirasakan benar dan baik
sehingga bawahan merasa bersatu dengan atasan (commited). Kewibawaan
pribadi /persona I power sumber kekuasaannya berasal dari :

13
a. Keahlian dalam tugas
b. Persahabatan dan kesetiaan
c. Kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang pemimpin. Menurut
Amitai seorang pimpinan dalam menggerakkan bawahan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mempunyai situasi yang paling
baik apabila peminrpin tersebut didukung adanya kewibawaan jabatan
dan kewibawaan pribadi.

2.2. Kinerja Bawaan dalam Organisasi


Peran kepemimpinan sangat diperlukan dalam upaya mengatasi perubahan
serta mempertahankan dan mengembangkan esistensi organisasinya.
Kepemimpinan dipercaya sebagai satu kekuatan kunci penggerak yang mampu
membangun suatu budaya baru yang sesuai dengan perubahan. Kepemimpinan ini
tidak semata-mata diperoleh karena sebuah status (jabatan). Namun gaya
kepemimpinan mengacu pada karakteristik perilaku pemimpin saat mengarahkan,
memotifavasi, membimbing, dan mengelola sekelompok orang. Pemimpin hebat
bisa mengispirasi Gerakan politik dan perubahan sosial, mereka juga bisa
memotivasi orang lain untuk tampil berkreasi dan berinovasi. Gaya
kepemimpinan seorang leader diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik
kepada bawaan atau karyawan guna untuk memberikan rasa nyaman, sehingga
perusahaan dapat mencapai tujuan.
Karyawan merupakan tulang punggung perusahaan, ungkapan banyak
terdengar dan justru memiliki makna yang dalam. Keberhasilan perusahaan dalam
mencapai tujuannya tidak terlepas dari peran karyawan, karna karyawan bukan
seamata-mata menjadi objek dalam mencapai tujuan perusahaan tetapi juga
sebagai objek atau perilaku. Karyawan dapat juga perencana, pengendali yang
selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Suatu perusahaan
tidak akan bergerak tanpa adanya karyawan, perusahaan tidak akan produktif
apabila karyawan tidak kompeten atau tidak memiliki prestasi kerja yang rendah.
Seorang pekerja pada dasarnya untuk mencapai tujuan dan pemenuhan kebutuhan
karena manusia adalah makhluk yang fungsional dan bertanggung jawab, baik

14
kepada dirinya pribadi, terhadap masyarakat, terhadap lingkungandan juga
terhadap tuhan sang pencipta manusia, akan tetapi dalam meniti karir, seseorang
harus mau dan rela melakukan berbagai jenis penyesuaian untuk menjadi anggota
perusahaan. Dengan demikian karyawan harus bisa mengesampingkan
kepentingan pribadinya untuk memenuhi visi dan misi perusahaan. Karyawan
merupakan kunci dari majunya sebuah perusahaan. Karyawan yang berkualitas
dapat membuat suatu perusahaan bersaing dengan perusahaan lain. Selain
karyawan yang berkualitas, perusahaan juga membutuhkan karyawan yang
memiliki semangat kerja yang tinggi, karna dengan semangat kerja yamg tinggi
karyawan mempunyai rasa keterikatan yang besar terhadap perusahaan.
Kepemimpinan yang kurang bisa memperhatikan bawahan bahkan
cenderung lebih otokratis yaitu mengarahkan dan mengawasi karyawan secara
ketat untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya serta
pimpinan lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada perkembangan
karyawan maka hal ini akan menyebabkan ketidakpuasan karyawan yang
mempunyai keinginan untuk berkembang. Keadaan ini akan menurunnya
semangat kerja yang mengakibatkan turunnya target yang sudah direncanakan
sebelumnya.
Oleh karena itu berhasil tidaknya suatu organisasi atau institusi akan
ditentukan oleh faktor manusianya atau karyawannya dalam mencapai tujuannya.
Karyawan dapat bekerja dengan baik bila memiliki semangat yang tinggi sehingga
dapat menghasilkan kerja yang baik pula. Dengan adanya kinerja yang tinggi yang
dimiliki karyawan, diharapkan tujuan organisasi dapat tercapai. Sebaliknya, tujuan
organisasi susah atau bahkan tidak dapat tercapai bila karyawannya bekerja tidak
memiliki kinerja yang baik sehingga tidak dapat menghasilkan kerja yang baik
pula. Pada proses ini fungsi pemimpin mempunyai peran yang sangat erat
menentukan dalam pelaksanaan organisasi perusahaan.

Menurut Fiedler (1994:285) dalam situasi kerja ada tiga macam elemen
penting yang akan menentukan perilaku kepemimpinan efektif, yaitu :
⮚ Hubungan antara pemimpin dan bawahan.

15
Dimana pemimpin dan bawahan mempunyai hubungan yang baik dalam
bekerja, pimpinan memahami keadaan bawahan. Semakin baik hubung
pimpinan dan bawahan, semakin mudah dalam melaksanakan suatu
pekerjaan.

⮚ Struktur tugas terstruktur.


Pimpinan memberikan penjelasan atau penerangan yang jelas mengenai
aturan aturan menyelesaian suatu tugas dalam menentukan tugas-tugas
yang akan diberikan.
⮚ Kewibawaan posisi pemimpin.
Pimpinan mempunyai kewibawaan dan memberikan teladan yang baik
sehingga memberi pengaruh kepada bawahan.

Semangat kerja menurut Alex S Niti Semito (1986) adalah melakukan


pekerjaan secara giat, sehingga dengan demikian pekerjaan diharapkan akan dapat
diselesaikan lebih cepat dan lebih baik hasilya. Sedangkan kegairahan kerja
adalah kesenangan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi semangat kerja (Manulang, 2001), yaitu :
a) Gaji yang cukup
merupakan sebuah dorongan pegawai bekerja kepada perusahaan.
Diperkirakan dengan memberikan gaji yang cukup kepada mereka, akan
menambah semangat kerja mereka.
b) Memperhatikan kebutuhan rohani pegawai.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan memberi sedikit waktu dan
menyediakan tempat untuk pegawai yang ingin melaksanakan kegiatan
rohaninya.
c) Pemberian insentif yang terarah.
Melalui pemberian insentif pegawai yang adil dan terarah akan
meningkatkan kinerja pegawai, sehingga pekerjaan dapat berjalan lebih
cepat.

16
d) Penempatan pegawai pada posisi yang tepat merupakan sebuah tanggung
jawab yang besar bagi seorang pemimpin.
Hal ini dikarenakan dengan penempatan orang-orang yang seharusnya,
pemimpin akan mendapatkan kepercayaan dan disegani oleh bawahannya.

e) Harga diri.
Ketika seorang pemimpin mengajak pegawai untuk berdiskusi
memecahkan persoalan yang dihadapi, maka akan meninbulkan harga diri
pegawai yang diperlihatikan dan tanggung nya jawab pegawai akan
bertambah.
f) Kesempatan.
Memberikan pegawai kesempatan untuk mengembangkan diri akan
mendorong untuk maju sehingga pegawai tersebutpun menjadi aset
perusahaan yang berharga.
g) Fasilitas.
Ada kantin, cafeteria, tempat olahraga, ruang rekreasi maupun kamae
dkecil merupakan fasilitas yang dibutuhkan pegawai. Dengan adanya
fasilitas yang menyenangkan ini tentu akan menyenangkan pegawai itu
sendiri.

Setiap kinerja karyawan yang terdapat dalam sebuh perusahaan, harus adanya
penilaian kinerja. Hal ini berguna untuk melihat seberapa efektifnya perusahaan
dalam mencapai target melalui kinerja karyawan. Ada pun Beberapa faktor untuk
mengukur semangat kerja Menurut Flippo,2005 adalah :
⮚ Tingkat absensi
pada umumnya instansi atau lembaga selalu mengharapkan pegawainya
untuk datang dan pulang tepat waktu, sehingga pekerjaan tidak tertunda.
Kehadiran seorang pegawwai akan berpengaruh terhadap efektifitas kerja,
sehingga instansi lembaga tidak bisa mencapai tujuan secara optimal.
⮚ Kepuasan kerja

17
kepuasan kerja merupakan sebagai keadaan operasional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana karyawan memandang
pekerjaan mereka.
⮚ Kerjasama
kerjasama dalam bentuk tindakan kolektif seseorang terhadap orang lain.
Kerjasama dapat dilihat dari kesedian karyawan untuk bekerja sama
dengan rekan kerja atau dengan atasan mereka berdasarkan untuk
mencapai tujuan bersama. Selain itu kerjasama dapat dilihat dari kesediaan
untuk saling membantu diantara rekan sekerja sehubungan dengan tugas
tugasnya terlihat keaktifan dalam kegiatan organisasi.
⮚ Kedisiplinan
kedisiplinan merupakan sebagai suatu sikap dan tingkah laku yang sesuai
peraturan tingkah laku dalam bentuk tertulis maupun dalam prakteknya
bila suatu organisasi tidak mengupayakan sebagian besar dari peraturan
peraturan yang ditaati oleh sebagian besar karyawan, maka kedisiplinan
telah dapat ditegakkan.

Dari ke empat faktor dasar penilaian diatas, sehingga seorang pemimpin dapat
mengetahui tingkat produktivitas setiap karyawannya dalam periode tertentu. Hal
ini merupakan salah satu tindakan yang efektif untuk seorang pemimpin terapkan
dalam sebuah perusahaan, sehingga perusahaan dapat tumbuh berkembang sesuai
dengan harapan dan cita-cita.

18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perilaku kerja inilah yang akan menjadi faktor dasar yang wajib dan harus
diketahui oleh perusahaan agar dapat mengerti serta memahami perilaku kerja
yang ditimbulkan saat karyawan bekerja karena hal ini akan mempengaruhi
kesuksesan sebuah perusahaan atau organisasi dalam perjalanan bisnisnya.
Menurut Theedens (1996, p.16) perilaku kerja adalah tanggapan atau reaksi
individu yang timbul baik berupa perbuatan atau sikap maupun anggapan
seseorang terhadap pekerjaannya, kondisi kerja yang di alami di lingkungan kerja
serta perlakuan pimpinan terhadap karyawan itu sendiri. Namun dalam setiap
organisasi harus memiliki seorang pemimpin yang dapat memimpin semua
seumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi tersebut. Pemimpin
(leader) dan pengikut (follower) merupakan dua unsur penting yang harus ada
pada setiap organisasi. Anggota organisasi tidak akan mampu mencapai tujuan
organisasi tanpa mempunyai pemimpin. Sebaliknya, pemimpin tanpa pengikut
juga tidak akan mampu menggerakkan roda organisasi secara optimal. Banyak
definisi kepemimpinan yang dikemukakan para ahli antara lain Stephen P.
Robinson (1996) mendefinisikan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
menmpengaruhi sesuatu kelompok kea rah tercapainya tujuan.
Kejayaan ataupun kegagalan sesebuah organisasi atau perkumpulan itu
banyak bergantung pada kewibawaan seseorang pengurus dan bagaimana
sesebuah organisasi tersebut di arah, diurus, ditadbir dan dikawal selia. Oleh itu,
pengurus mesti mempunyai kewibawaan, kemampuan mengurus, dan memimpin
yang unggul, di samping daya motivasi yang tinggi untuk diteladani oleh anggota
organisasi yang lain. Menurut Aidit (2001), kewibawaan seringkali dikaitkan
dengan keupayaan dan kemampuan yang tidak diragukan lagi dalam
melaksanakan sesuatu. Kewibawaan difahami sebagai “kebolehan orang atasan
berlandaskan jawatannya yang formal dalam membuat keputusan yang akan
memberikan kesan kepada pegawai rendah”. Kewibawaan dalam konteks ini amat
kuat pengaruhnya sehingga berlaku keadaan pemimpin atas membuat keputusan,

19
pegawai bawahan terpaksa mengorbankan pendirian mereka dan mematuhi
keputusan tersebut.
Peran kepemimpinan sangat diperlukan dalam upaya mengatasi perubahan
serta mempertahankan dan mengembangkan esistensi organisasinya.
Kepemimpinan dipercaya sebagai satu kekuatan kunci penggerak yang mampu
membangun suatu budaya baru yang sesuai dengan perubahan. Gaya
kepemimpinan seorang leader diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik
kepada bawaan atau karyawan guna untuk memberikan rasa nyaman, sehingga
perusahaan dapat mencapai tujuan. Karyawan merupakan tulang punggung
perusahaan, ungkapan banyak terdengar dan justru memiliki makna yang dalam.
Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari peran
karyawan, karna karyawan bukan seamata-mata menjadi objek dalam mencapai
tujuan perusahaan tetapi juga sebagai objek atau perilaku.
Kepemimpinan yang kurang bisa memperhatikan bawahan bahkan
cenderung lebih otokratis yaitu mengarahkan dan mengawasi karyawan secara
ketat untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya serta
pimpinan lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada perkembangan
karyawan maka hal ini akan menyebabkan ketidakpuasan karyawan yang
mempunyai keinginan untuk berkembang. Oleh karena itu berhasil tidaknya suatu
organisasi atau institusi akan ditentukan oleh faktor manusianya atau
karyawannya dalam mencapai tujuannya. Sehingga seorang pemimpin akan
mempengeruhi kinerja karyawannya melalui budaya dan gaya pemimpin yang
diterapkan kepada setiap karyawan yang memberikan mereka motivasi untuk
melakukan setiap tugas mereka dengan baik agar perusahaan dapat mencapai
tujuannya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Dr.H. Indra Muchlis Adnan, S.H.,M.H.,M.M.,Ph.D. & Prof. Dr. Sufian Hamim,
S.H., M.Si. (2015). Perilaku Organisasi Dan Kepemimpinan. Penerbit
Trussmedia Grafik. Yogyakarta.

Sahari. (2017). Kepemimpinan Sekolah: Antara Kewibawaan dan Kesejahteraan.


Vol.2, No.1

Euis Soliha & Hersugondo. (2008). Kepemimpinan Yang Efektif Dan Perubahan
Organisasi. Vol.7, No.2

Abdul Haris. (2017). Kepemimpinan (Leadeship) Dalam Pondok Pesantren,


Madrasah Dan Sekolah. Vol.9,No.2

Asmadewira. (2016). Hubungan Kepemimpinan Dengan Semangat Kerja


Karyawan Pada Jasa Perhotelan (Kasus Hotel Benteng Pekanbaru).
Vol.3,No.2

Rahman Afandi. (2013). Efektifitas Kepemimpinan Transfornasional Pesantren


Bagi Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam. Vol.1,No.1

Antonius Atosokhi Gea. (2014). Integritas Personal Dan Kepemimpinan Etis.


Vol.5,No.2

Nina Lamatenggo. (2014). Kepemimpinan Pendidikan. Cv Budi Utama.


Yogyakarta

21

Anda mungkin juga menyukai