LTM 1 - Rias - Konsep Dasar Keperawatan Kritis
LTM 1 - Rias - Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Riastuti Handayani
NPM : 2106763202
Keperawatan kritis adalah bidang praktik keperawatan yang kompleks dan menantang
dimana keahlian klinis dikembangkan dari waktu ke waktu dengan mengintegrasikan
pengetahuan perawatan kritis, keterampilan klinis, dan praktik kepedulian (Woodrow, 1987).
Adapun proses penilaian dalam praktik keperawatan kritis dapat dilakukan dalam empat
tahapan yang berbeda: (1) pra kedatangan, (2) pemeriksaan cepat masuk (“hanya dasar-
dasar”), (3) penilaian awal yang komprehensif, dan (4) penilaian berkelanjutan (Burns, 2014).
Penilaian Berkelanjutan
Setelah penilaian awal komprehensif dasar selesai, penilaian berkelanjutan, versi singkat dari
penilaian tersebut penilaian awal yang komprehensif, dilakukan dengan berbagai cara
interval. Parameter penilaian diuraikan pada bagian ini biasanya diselesaikan untuk semua
pasien, selain pasien lainnya persyaratan penilaian berkelanjutan terkait dengan kondisi
spesifik pasien, perawatan, dan respons terhadap terapi (Burns, 2014).
PASIEN ICU
Ingatan pasien di ICU menunjukkan bahwa pendengarannya tetap tidak berubah hingga kritis
sakit, jadi staf dan pengunjung harus berasumsi pasien dapat mendengar dengan normal.
Komunikasi merupakan hal yang mendasar dalam asuhan keperawatan, namun komunikasi
melalui telinga juga dapat berperan penting menjadi terganggu jika : pasien tidak mampu
merespons isyarat, alat bantu dengar hilang, rusak atau tidak dinyalakan, saraf koklea dirusak
oleh obat-obatan ototoksik (misalnya gentamisin, furosemid) atau bahasa tidak dimengerti,
atau bukan bahasa pertama orang tersebut.
Percakapan terlalu sering terbatas pada instruksi atau pembicaraan orang lain (misalnya
diskusi medis/keperawatan/tim, kadang-kadang diucapkan secara bersilangan) pasien).
Instruksi, meskipun sah, harus dilengkapi dengan percakapan yang berkualitas. Pasien belajar
tentang kondisi mereka sendiri dan kemajuan (atau salah menafsirkan percakapan sebagai
tentang mereka) mungkin terjadi wajar saja cemas. Diskusi setengah-setengah dan istilah-
istilah yang disalahpahami cenderung meningkatkan kecemasan. Suara asing seperti alarm
juga menyebabkan kecemasan (Casbolt, 2002). Komunikasi yang berkualitas dari perawat,
penjelasan lingkungan dan suara-suara aneh, apa yang terjadi dan pemberian informasi bisa
mengurangi kecemasan (Moser et al., 2003). Sentuhan adalah sarana utama komunikasi non-
verbal, terutama dengan gangguan penglihatan. Sentuhan merupakan inti dari kepedulian
(Edvardsson et al., 2003), namun demikian sering kurang dimanfaatkan di ICU. Sensasi
sentuhan abnormal yang berlebihan mungkin terjadi disebabkan oleh perlengkapan tidur yang
asing (misalnya orang yang terbiasa menggunakan selimut), menarik dari tabung/saluran
air/kabel, selang endotrakeal oral, hisap endotrakeal atau perawatan area tekanan, gerakan
pasif dan posisi tubuh. Sebagian besar sentuhan di ICU tetap berorientasi pada tugas.
Sentuhan berorientasi tugas adalah diperlukan, namun mereduksi individu menjadi
komoditas, sehingga memperkuat kepentingan mereka dehumanisasi. Sentuhan yang nyaman
(meyakinkan) secara signifikan meningkatkan kesejahteraan (Butts, 2001), sehingga pasien
dapat menghargai bantal mereka yang dibalik atau tangan mereka dipegang. Sentuhan
manusia sangatlah berharga, terutama jika diberikan oleh orang yang dicintai
(Woodrow, 1987)
.
Referensi :
Woodrow, Philip. (2006). Intensive care nursing : A framework for practice. London and
New York: Routledge.
Burns, Suzzane M. (2014). AACN Essentials of critical care nursing. Virginia: Mc Graw Hill
Education.