PENGANTAR HAN
Definisi Administrasi
- Gramatikal : surat menyurat, tata kelola, administrasi.
- Hukum : peraturan perundang-undangan tertentu yang mengatur negara (dalam hal
ini pemerintah) dengan warga negara, sehingga administrasi tersebut memiliki
konotasi publik, negara, dan pemerintah.
Istilah HAN
- Inggris : Administrative law
- Belanda : Administrative Recht atau Bestuursrecht (Bestuur → pemerintahan)
- Jerman : Verwaltungsrecht
- Perancis : Droit Administrative
- Indonesia : Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum
Administrasi
Pengertian HAN
- Etimologis:
1. Hukum → pandangan terkait definisinya berbeda
2. Administrasi → pelayanan umum
3. Negara → sekelompok organisasi kekuasaan yang dibentuk oleh
pembentuknya (founders) guna mewujudkan tujuan negara
- HAN → sekumpulan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berisi norma
yang dibentuk oleh negara guna memberikan pelayanan umum dalam rangka
mewujudkan tujuan negara
- HAN juga mengenal hukum tidak tertulis → Praktek Administrasi Negara (apa yang
dilakukan oleh aparatur negara yang dianggap baik dan dilakukan secara terus
menerus)
- Utrecht → HAN adalah hukum yang menguji hubungan hukum istimewa antara
pemerintah dengan warga negara sehingga para pejabat melakukan tugas khusus
untuk mencapai tujuan negara
- HAN adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi
negara dengan warga masyarakat, dimana Administrasi Negara diberi wewenang
untuk melakukan tindakan hukumnya sebagai implementasi dari policy suatu
pemerintahan (berkaitan dengan wewenang)
Rumah Uya Study Group
QnA
1. Apakah sengketa HAN bisa diselesaikan di luar pengadilan?
- Bisa, dalam HAN ada asas contrarius actus (setiap pejabat administrasi negara
diberikan yang diberikan kewenangan untuk menerbitkan suatu produk
keputusan, diberikan pula kewenangan untuk mencabutnya)
- Ada 2 tahapan dalam HAN yang seharusnya ditempuh: keberatan dan
banding (upaya administratif)
2. Apakah ada Daluarsa? ada
Klasifikasi HAN
1. HAN Heteronom
- Dasar-dasar dan Prinsip Umum Administrasi Negara
- Organisasi Administrasi Negara
- Aktivitas Administrasi Negara
- Sarana Administrasi Negara
- Badan Peradilan Administrasi
2. HAN Otonom
- Praktik Administrasi Negara
Cakupan HAN
- Kewenangan badan pemerintah untuk mengatur masyarakat dan melindungi
masyarakat terhadap keputusan administrasi negara.
- Mengatur hubungan pemerintah dengan warga negara, serta bagaimana cara
organisasi negara ikut dalam hubungan masyarakat serta melakukan kontrol terhadap
pemerintah tersebut.
- HAN berbicara tentang 4 hal:
1. Sarana penguasa untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat
2. Mengatur cara partisipasi masyarakat
3. Perlindungan hukum bagi masyarakat
4. Norma-norma fundamental bagi pemerintah untuk melaksanakan
pemerintahan yang baik.
- Cakupan HAN:
1. Kewenangan pemerintah untuk melakukan perbuatan pemerintah (diatur
dimana, cara apa, dan bagaimana pemerintah lakukan kewenangan tsb)
2. Perbuatan pemerintah (dalam ranah hukum publik)
3. Akibat hukum dari perbuatan pemerintah
4. Penegakan hukum dan penerapan sanksi administrasi
- Unsur Utama HAN:
1. Hukum mengenai Kekuasaan Pemerintah (berkaitan dengan kewenangan
pemerintah)
2. Peran serta masyarakat dalam melaksanakan pemerintahan (pengawasan
oleh masyarakat)
3. Organisasi pemerintahan
4. Perlindungan hukum bagi rakyat
Rumah Uya Study Group
- Ciri HAN
1. Memberikan kewenangan yang luas bagi administrasi negara (staat bemoenis)
2. Ada upaya untuk membatasi administrasi negara supaya tidak terjadi
kesewenang-wenangan, bertindak sesuai hukum yang ada, dan tindakannya
tidak merugikan warga negara
3. Perlindungan terhadap rakyat
4. Membebankan kewajiban kepada rakyat
Kompleksitas HAN
a. HAN mengalami perkembangan yang sangat pesat
b. Dinamisnya Peraturan HAN yang sebabkan
c. Kesulitan Kodifikasi
Rumah Uya Study Group
Perbuatan Pemerintah
1. Rechtsdelingen (Perbuatan Hukum) → menimbulkan konsekuensi hukum berupa
hak dan kewajiban
a. Privaatrechtelijke rechtshandelingen → perbuatan hukum dalam hukum privat
b. Publiekrechtelijke rechtshandeling en → perbuatan hukum dalam hukum
publik
- Eenzijdige publiekrechtelijke handeling (bersegi satu) → yang
menjalankan hanya pemerintah
1) Besluiten van Algemene Strekking
- sifatnya mengikat umum, tugasnya mengatur hal-hal
yang sifatnya umum
- mengeluarkan ketetapan umum yang tugasnya adalah
melaksanakan peraturan kedalam peristiwa konkret
tertentu sehingga hanya mengikat subjek hukum
tertentu
2) Beschikkingen
- keputusan yang bersifat konkret dan individual
- Tweezijdige publiekrechtelijke handeling (bersegi dua) → mengakui
adanya perjanjian menurut hukum publik (ex: kontrak pekerja dengan
pemerintah)
2. Feitelijke Handelingen (Bukan Perbuatan Hukum) → tindakan yang tidak ada
relevansinya dengan hukum oleh karenanya tidak menimbulkan akibat-akibat hukum
a. Asas Legalitas → Agar tindakan pemerintah sah secara hukum, maka harus
berdasarkan kewenangan yang ada dasar hukumnya
b. Asas Perlindungan HAM
c. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik → agar pemerintah memiliki
pedoman untuk melaksanakan perbuatan pemerintah
Kewenangan
- Hadjon, dkk. → Kewenangan adalah wilayah pembelajaran HAN dan HTN
- Sadjijono → HAN yang menentukan sah tidaknya tindakan pemerintahan
- Wewenang adalah Hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau pejabat pemerintahan atau
penyelenggara negara
- Wewenang adalah kekuasaan untuk melaksanakan semua hukum publik
- Kewenangan → Pembentuk UU memberikan hak, kewajiban, tugas, dan
pertanggungjawaban kepada subjek hukum publik (pemerintah/penyelenggara
lainnya) supaya dapat melakukan tindakan hukum tertentu
- Asas Specialiteitbeginsel → wewenang terhadap subjek hukum publik dengan tujuan
tertentu, melekat pada jabatan, dan dijalankan oleh pejabat tertentu
- Prinsip Utama
1. Legalite → harus bertindak sesuai dengan hukum
2. Responsibilitie → konsekuensi kewenangan, jika kewenangan menimbulkan
kerugian maka harus dilakukan pertanggungjawaban.
- Batasan Wewenang
1. Masa/ Tenggang Waktu wewenang
2. Wilayah/ daerah berlakunya wewenang → Notaris : batas cakupannya 1
provinsi
3. Cakupan bidang/ materi wewenang → Bidang Keuangan tidak memiliki
kewenangan dalam bidang hukum atau lainnya.
- Sifat Wewenang
1. Terikat pada masa tertentu
2. Tunduk pada batas tertentu (wilayah, materi)
3. Terikat pada asas-asas legalitas maupun AAUPB
- Jenis Wewenang
1. Wewenang Terikat → harus sesuai dengan aturan dasar yang mengatur
waktu, keadaan wewenang dapat dilaksanakan, termasuk isi dan keputusan
yang harus diambil. Contoh → kewenangan penyidik: kalau dia Polres
kewenangannya Polres dan dibawahnya, tidak bisa ke atasnya
2. Wewenang Fakultatif → dimiliki oleh badan/pejabat administrasi namun
tidak ada keharusan dan/atau kewajiban untuk melakukan kewenangan
tersebut. Contoh → kewenangan tilang: Ada polisi yang tidak langsung
menilang, melainkan memberi peringatan terlebih dahulu
3. Wewenang Bebas → wewenang yang dapat dilaksanakan secara bebas oleh
pejabat administrasi, karena memang aturannya memberikan kebebasan.
Contoh: menembak karena membela diri
Kewenangan TUN
1. Atribusi → pemberian kewenangan yang baru kepada pejabat TUN berdasarkan
suatu peraturan perundang-undangan yang formal (kewenangan diberikan oleh
peraturan perundang-undangan)
2. Delegasi → pemindahan/pengalihan kewenangan yang ada berdasarkan UU formal
Rumah Uya Study Group
Delegasi tidak mungkin ada tanpa atribusi, karena dia tidak bisa melimpahkan kewenangan
kalau dia tidak memiliki kewenangan. Dalam mandat tidak ada pelimpahan kewenangan,
melainkan hanya menjalankan kewenangan
Keuangan Negara
- Dasar Hukum
1. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara → UU tentang APBN
(dinamis, tiap tahun berubah-ubah tergantung kondisi tahun itu)
2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Rumah Uya Study Group
Hukum Administrasi Keuangan Negara → kaidah atau peraturan yang mengatur tata tertib
dalam proses kerja sama yang rasional antara pemerintah dengan seluruh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat dalam rangka melaksanakan penggurusan atas semua
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuai baik verupa
uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pelanggaran atas kaidah atau peraturan dapat
menimbulkan tindakan dari pemerintah berupa pengenaan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku.
BUMN sudah pasti perusahaan negara, anak perusahaan BUMN bukan perusahaan negara
karena penyertaannya tidak secara langsung.
Keuangan Daerah
- Berdasarkan Pasal 18 UUD 1945 → daerah diberi hak untuk mengurus rumah
tangganya sendiri, diberikan sumber-sumber pendapatan yang cukup, dan diberi
wewenang untuk menggali segala sumber keuangan yang tersedia (selama tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku).
- Dasar hukum :
1. UU 32/1956 tentang Perimbangan Keuangan antara Negara dengan
Daerah-daerah
2. UU 11/1957 tentang Peraturan Umum Pajak Daerah
3. UU 12/1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah
4. UU 10/1968
5. PP 5/1975
6. PP 6/1975
7. PP Mendagri 11/1975
8. PP Mendagri 8/1978
9. PP Mendagri 11/1978
10. PP Mendagri 4/1979
11. PP Mendagri 1/1980
Rumah Uya Study Group
- Larangan :
1. Menetapkan PERDA tentang pendapatan-ekonomi
2. Menetapkan PERDA tentang pendapatan-mobilitas
Pengantar
Rumah Uya Study Group
Dasar : Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 → “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
Berbentuk Republik”
- Pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara kesatuan → Pemerintah Pusat tanpa
adanya delegasi/ pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah (urusan
pemerintah tidak dibagi antara pemerintah pusat dengan daerah, sehingga urusan
negara dalam negara kesatuan tetap menjadi kewenangan pemegang kuasa)
Politik hukum Indonesia → Pasal 18 ayat (1) → “Negara Kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang”
- Indonesia menganut konsep negara kesatuan terdesentralisasi karena adanya
kesadaran akan betapa luasnya wilayah negara Indonesia dan beragamnya penduduk
Indonesia sehingga konsep sentralisasi akan menyulitkan implementasi kebijakan,
pengawasan, dan kontrol
Desentralisasi Dekonsentrasi
Penyerahan urusan pemerintah sepenuhnya Sudah dibagi antara pemerintah pusat dan
ex: pelaksanaan PILKADA daerah, namun terkadang yang sudah dibagi
menjadi urusan pemerintah pusat masih bisa
dilimpahkan sebagian kepada pemerintah
daerah
Wewenang untuk mengatur dan mengurus Penugasan pejabat atau dinas berhubungan
urusan pemerintahan tidak semata-mata hirarkis dalam suatu badan pemerintahan
dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk mengurus tugas-tugas tertentu yang
disertai hak untuk mengatur dan membuat
keputusan dalam masalah-masalah tertentu
Rumah Uya Study Group
Batasnya → batas wilayah yuridiksi daerah Batas wilayah kerja, jabatan, atau
otonom administrasi
Desentralisasi
Kenapa ada desentralisasi?
1. Adanya keinginan memelihara dan mengembangkan satuan pemerintahan asli daerah
untuk menjadi satu satuan ketatanegaraan RI (sebelum penjajahan Indonesia terdiri
dari kerajaan, desa)
2. Supaya dapat membentuk pemda yang menganut asas permusyawaratan dan
perwakilan dalam sistem pemerintahan negara
3. Cocok untuk diterapkan di Indonesia yang luas wilayahnya dan beragam corak
penduduknya
Desentralisasi memahami bahwa wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintah, bukan hanya wewenang pemerintah pusat melainkan juga pemerintah yang lebih
rendah baik teritorial maupun fungsional
Jenis Desentralisasi
1. Desentralisasi Penuh/Otonomi → penyerahan kewenangan mengatur dan mengurus
mengenai asas dan cara menjalankannya (materiil dan formil)
2. Desentralisasi Tidak Penuh/Tugas Pembantuan/Medebewind → sebatas mengatur
dan mengurus cara menjalankannya
Otonomi Daerah
Rumah Uya Study Group
- merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem NKRI
- Dasar → Pasal 18 Amandemen UUD NRI 1945 pasca tahun 2000 (Pasal 18 ayat 1-7,
Pasal 18A, dan Pasal 18 B)
- Menekankan pada → Prinsip Demokrasi, Peningkatan peran serta masyarakat, dan
pemerataan keadilan dengan memperhitungkan aspek potensi dan keberagaman aspek
antardaerah
- Otoda ada karena pemda diyakini lebih mengerti kebutuhan masyarakat di daerah
tersebut
- Masalah : spanning of interest (tarik menarik kepentingan), upaya pemerintah pusat
untuk memegang kendali itu sangat besar, sehingga kewenangan pemda dibeberapa
rezim menjadi terbatas
- Pasal 18 menurut Bagir Manan:
1. Pemberlakuan asas desentralisasi
2. Pemerintah kepada pembentuk UU untuk melakukan pengaturan desentralisasi
wilayah
3. Pemberlakuan desentralisasi wilayah harus memperhatikan dasar musyawarah
dan hak asli/asal-usul dari daerah khusus
Relasi :
1) Pemberian otonomi yang lebih luas → UU 32/2004 → PEMILUKADA
2) Menganut asas otonomi riil dan seluas-luasnya
3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan
pemerintah daerah dibiayai dari dan atas beban APBD
4. SBY-Jokowi (2014)
- sistem pemerintahan desentralisasi
Masalah:
1) Disharmonisasi hubungan daerah dengan pusat
2) Pengatran sanksi administratif bagi kepala daerah yang tidak terlaksana
dengan baik
3) Adanya UU Cipta kerja dikatakan sebagai The New Sentralisme krn peran
pemda dikurangi (Pasal 147 Ciptaker)
Relasi:
1) UU 23/2014 → pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah
2) Urusan pemerintahan: konkuren, mutlak, dan umum.
3) NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) oleh Pemerintah Pusat
4) Desentralisasi asimetris
5) Otonomi yang nyata, bertanggung jawab, dan dinamis
Relasi :
Beschikking (Ketetapan/Keputusan)
Definisi
1. WF PRINS → tindakan hukum sepihak dalam lapangan pemerintahan yang
dilakukan oleh alat pemerintahan berdasarkan wewenang yang ada pada alat/organ
itu
2. E. Utrecht → perbuatan hukum publik bersegi satu (yang dilakukan oleh alat
pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa)
Rumah Uya Study Group
3. Umum → ketetapan pemerintah yang diterbitkan apabila (1) tidak ada regulasi yang
ada terkait hal tersebut (2) Ada urgensi untuk dijelaskan oleh pemerintah (3)
Menyelaraskan kebijakan yang ada untuk memberikan manfaat bagi masyarakat
4. Pasal 1 Angka 3 UU No. 3/1986 → suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku, yang bersifat konkret, individual, final, yang menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan hukum perdata
Kata kunci : perbuatan hukum publik bersegi satu (perbuatan sepihak pemerintah), diperoleh
berdasarkan wewenang, dimaksudkan supaya terjadi perubahan dalam lapangan hukum
Ciri Beschikking
1. Sudah terikat oleh orang, tempat, dan waktu
2. Lebih konkrit/ nyata, individual, dan final
3. Bisa diuji pengadilan
Elemen Beschikking
1. Diberikan oleh pejabat negara
2. Diberikan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat berdasarkan UU (lanjutan dari
regulasi yang kurang jelas)
3. Tujuannya harus selaras dengan regulasinya
4. Menyejahterakan masyarakat
Keputusan → Pernyataan kehendak tertulis secara sepihak dari organ pemerintahan pusat,
yang diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan dari hukum tata negara atau hukum
administrasi negara, yang dimaksudkan untuk penentuan, penghapusan, atau pengakhiran
hubungan hukum yang sudah ada, atau menciptakan hubungan hukum baru, yang memuat
penolakan sehingga terjadi penetapan, perubahan, penghapusan dan penciptaan.
Unsur-Unsur Keputusan
1. Nama organ yang berwenang
2. Nama dari yang dialamatkan dan nama dari suatu obyek tertentu
3. Kesempatan yang menimbulkan suatu keputusan, izin-izin, dan subdisi-subsidi
(permohonan) serta keputusan tertentu yang dapat diumumkan (surat penentukan
pajak)
4. Suatu ikhtisar dari peraaturan perundang-undangan yang cocok
Rumah Uya Study Group
Kasus : pelaksanaan becak motor di tugu tidak diperbolehkan sampai daerah UGM.
Meskipun dalam regulasinya hanya dijelaskan peraturan mengenai becak motor hanya boleh
mencakup sekitar jogja dan tidak sampai sleman, tetapi dalam hal ini Sultan menerapkan
beschikking untuk mengatasi kemacetan meskipun peraturan tersebut hanya diterapkan
secara lisan
Penyelesaian :
Lingkup Beschikking
1. Keputusan perundang-undangan
2. Keputusan yang berisi ketetapan/penetapan
3. Keputusan yang bukan peraturan tetapi memiliki akibat umum; pengesahan,
penundaan, dan pembatalan suatu perda (Pemerintah batalkan perda tentang PPKM)
4. Keputusan perencanaan
5. Keputusan kebijakan (beleidsregel) atas dasar kebebasan bertindak
- Sifatnya kompleks karena subjektif tergantung orang yang mengambilnya
a. Kasus covid ada aturan 1/2/3/4, Sultan mengumumkan jogja masuk
level 4, lapangan bilang penyebaran covid sudah tidak tinggi, maka
Rumah Uya Study Group
Jenis Beschikking
1. Sifat
a. Deklatur → diterbitkan tanpa ada regulasi di atasnya, tidak mengubah hak dan
kewajiban
b. Konstitutif → berdasarkan regulasi di atasnya, melahirkan hak dan kewajiban
2. Waktu
a. Berlaku sementara → surat ijin
b. Berlaku selamanya → ijazah, imb
3. Akibat
a. yang melarang
b. yang menyediakan jumlah uang
c. yang memberi suatu kedudukan
d. yang membebankan kewajiban
e. Ketetapan penyitaan
4. Pihak yang Mengeluarkan
a. Perseorangan
b. Kebendaan
Macam-macam Keputusan
Perubahan Keputusan
Berakhirnya Keputusan
Sengketa PTUN
sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan
hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di
daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (UU PTUN)
Case :
Jembatan Stasiun Sudirman, dibawahnya ada kali dan lorong MRT. Kontraktor dan
Gubernur DKI membuat perizinan kerja. Prosedural pengajuan kontraknya adalah selama 14
hari kerja untuk pengajuan izinnya. Ketika kontraktor mengajukan surat, Gubernur DKI tidak
memberikan respon. Padahal, kontraktor memiliki semacam target harian untuk proyeknya.
Lalu, apa yang dilakukan oleh kontraktor apabila surat tersebut tidak direspon dan terjadi
kebocoran saluran ?
Argumentasi :
Apakah Kontrak masuk KTUN?
- Sisi HK (kontraktor) : kontrak jelas masuk KTUN karena bersifat konkret, individual,
dan final sehingga argumentasinya menggunakan fiktif negatif karena seharusnya
pemerintah berikan jawaban selama 14 hari kerja.
- Kontrak tidak masuk KTUN sehingga gunakan fiktif positif, karena kontraktor harus
mencapai target ya mau ngga mau meskipun pemerintah ga jawab tetep dianggap
kasih izin
Case 1
Komunitas Konsumen Indonesia menggugat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI
ke Pengadilan Tata Usaha Negeri (PTUN) Jakarta terkait kasus obat sirup. Gugatan itu dilayangkan
pada 11 November 2022 dan telah diregister dengan nomor perkara 400/G/TF/2022/PTUN.JKT.
Ketua Komunitas Konsumen Indonesia David Tobing menganggap bahwa BPOM RI telah melakukan
perbuatan melawan hukum penguasa dan menilai lembaga tersebut melakukan sejumlah
pembohongan publik. "Pertama karena tidak menguji sirup obat secara menyeluruh. Pada tanggal 19
Oktober 2022 BPOM RI sempat mengumumkan 5 obat memiliki kandungan cemaran EG/DEG (etilen
glikol/dietilen glikol) namun pada tanggal 21 Oktober 2022 malah BPOM RI merevisi 2 obat
dinyatakan tidak tercemar,” ungkap David dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin
(14/11/2022). “Kedua, pada tanggal 22 Oktober 2022, BPOM RI mengumumkan 133 obat dinyatakan
tidak tercemar, kemudian pada tanggal 27 Oktober 2022 menambah 65 obat sehingga 198 obat
diumumkan BPOM RI tidak tercemar EG/DEG. Namun di tanggal 6 November 2022 justru malah
dari 198 sirup obat, 14 sirup obat dinyatakan tercemar EG/DEG,” kata dia. Menurut dia, langkah
BPOM itu membahayakan. David juga menganggap BPOM tidak melakukan kewajiban hukumnya
untuk mengawasi peredaran obat sirup dengan baik. Ia menyayangkan pengawasan BPOM justru
Rumah Uya Study Group
“dilimpahkan” kepada industri farmasi. Ia beranggapan bahwa kebijakan itu melanggar asas umum
pemerintahan yang baik, yaitu asas profesionalitas. "Badan publik seperti BPOM itu seharusnya
melakukan tugas dan wewenang untuk menguji sendiri bukan diaerahkan ke industri farmasi,” ujar
dia. David juga menilai, BPOM melanggar asas kecermatan karena menyampaikan informasi publik
yang dianggap berubah-ubah terkait daftar obat sirup yang tercemar etilen glikol dan dietilen glikol.
Baginya, pengumuman yang berubah-ubah ini merugikan serta membahayakan. Menurut dia, asas
keterbukaan juga dilanggar dalam hal ini. "BPOM RI jelas melakukan perbuatan melawan hukum
penguasa karena dari awal tidak inisiatif dan dalam perkembangannya malah melimpahkan kesalahan
ke Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, dan perindustrian,” kata David.
Dikutip situs resmi SIPP PTUN Jakarta, gugatan Komunitas Konsumen Indonesia tersebut
saat ini berstatus penunjukan juru sita. Pada pokoknya, Komunitas Konsumen Indonesia
mempersoalkan penjelasan BPOM RI yang dianggap berubah-ubah terkait cemaran etilen glikol dan
dietilen glikol pada obat sirup, yaitu penjelasan bertanggal 19 Oktober 2022, 20 Oktober 2022, dan 23
Oktober 2022. Dalam petitumnya, Komunitas Konsumen Indonesia berharap majelis hakim PTUN
Jakarta menyatakan BPOM RI melakukan perbuatan melawan hukum oleh badan/pejabat
pemerintahan. Mereka juga meminta majelis hakim PTUN Jakarta menghukum BPOM dengan
memerintahkannya melakukan pengujian seluruh obat sirup yang telah diberi izin edar. Majelis hakim
juga diminta menghukum BPOM untuk meminta maaf kepada konsumen dan masyarakat Indonesia.
Pertanyaan :
1. Pertanggungjawaban soal pengawasan dalam kementerian non lembaga bagaimana?
- Kemenkes ke BPOM bisa digugat ke PTUN, pertanggungjawabannya langsung ke
presiden (karena BPOM setara dengan kementerian)
- BPOM ke Industri farmasi, bisa digugat ke PN atau PTUN tergantung gugatannya
- Masyarakat bisa gugat ke PTUN (terkait pengawasan), bisa ke PN (untuk keluarga
korban yang mengalami kerugian)
2. Dalam konteks ini apakah manifestasi skema penyelesaian masalah dalam pelayanan publik
dapat ditempuh? bisa
Case 2:
Somat adalah alumni fakultas hukum yang kini memiliki “ASIK”, sebuah perusahaan
cryptocurrency yang menyediakan token utilitas yang digunakan dalam ekosistem game Web3
Indonesia seperti ZZVerse, Nusantaraverse, dan Indo-Web3. Sampai saat ini, ASIK belum menjadi
penyedia token yang diakui secara hukum menurut Peraturan Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi (Bappebti) No. 10 Tahun 2020, sehingga pimpinan ASIK sedang mencari
persetujuan dari Bappebti.
Pada tahun 2022, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-Undang No. 89
Tahun 2022 yang mengatur dalam salah satu klausul bahwa penyedia cryptocurrency harus memiliki
prosedur operasi standar komprehensif yang disetujui pemerintah untuk mendapatkan pengakuan
hukum. Pada awal tahun 2023, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeluarkan Peraturan
Menteri No. 125 Tahun 2023 yang mengartikan SOP “komprehensif” sebagai keharusan memiliki
proses verifikasi 2 langkah yang membutuhkan pin 6 digit dan pengenalan selfie wajah bebek - yang
mana dengan sendirinya bertentangan dengan standar perlindungan data yang ditetapkan oleh UU No.
78 Tahun 2019.
Ternyata, beberapa orang dapat menemukan foto verifikasi dari banyak orang dan membuat
banyak meme menggunakan wajah orang-orang ini dan menyebarkannya secara tidak bertanggung
jawab di internet seperti melalui server game discord. Khawatir dengan masa depan perusahaannya
dan komunitas Web3 Indonesia, Somat memutuskan untuk mempekerjakan Anda sebagai
Rumah Uya Study Group
pengacaranya untuk mengajukan gugatan kepada Kemenhub dan mungkin DPR karena mengesahkan
peraturan dan RUU tersebut.
HAN dan Pidana → Sanksi pidana digunakan untuk melengkapi sanksi administratif
yang diatur oleh HAN. Namun, sanksi pidana tersebut hanya berfungsi sebagai
ultimum remidium (upaya akhir)
berkaitan dengan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan
fiskal nasional, serta agama. (2) Urusan Pemerintahan Konkuren yang
kewenangannya dapat dibagi antara pemerintah pusat dan daerah meliputi urusan
pendidikan, kesehatan, dll. (3) Urusan Pemerintahan Umum yang kewenangannya
menjadi kewenangan daerah karena didasarkan atas asas otonomi.
Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah pada umumnya juga
dituangkan dalam asas-asas otonomi daerah berupa Desentralisasi (penyerahan
urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi), Dekonsentrasi (pelimpahan sebagian
urusan pemerintah pusat kepada gubernur atau instansi vertikal di wilayah tertentu,
dan Medebewind (penugasan yang diberikan kepada pemerintah daerah oleh
pemerintah pusat)
4. Dalam Negara Hukum setiap pejabat untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang
menjadi tugas jabatanya harus dilaksanakan berdasarkan kewenangan. Sumber
kewenangan itu ada 3 (tiga) yaitu atributif, delegatif, dan mandat. Jelaskan apakah
pemegang kewenangan delegatif itu dapat mendelegasikan kembali kewenangannya
kepada pejabat yang lebih rendah ? kalau jawabannya dapat, bagaimana bedanya
antara tata cara pelimpahan wewenang berdasarkan delegasi ulang dan mandat dan
jelaskan pula siapa yang bertanggungjawab atas pelaksanaan perbuatan pemerintahan
tersebut ? (20 Poin)
Jawab :
Pemegang Kewenangan delegasi/delegans bisa mendelegasikan kembali
kewenangannya kepada pejabat yang lebih rendah apabila ditentukan lain dalam
peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 13 ayat (3) UU No. 30 Tahun
2014, delegasi tidak bisa didelegasikan lebih lanjut kecuali ditentukan lain dalam
peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dalam Pasal 4 dijelaskan bahwa badan
dan/atau pejabat pemerintahan yang memperoleh delegasi dapat memberikan sub
delegasi tindakan kepada badan dan/atau pejabat pemerintahan lain dengan ketentuan:
Jawaban: Setuju. Karena, pasca Perang Dunia II, Indonesia secara tidak langsung
telah mendeklarasikan diri untuk menganut konsep negara welfare state, yang
dibuktikan dengan selarasnya tujuan negara dalam pembukaan UUD NRI 1945 alinea
4 dengan konsep negara welfare state yang pemerintahannya memiliki tanggung
jawab penuh untuk memenuhi kebutuhan dasar sosial dan ekonomi dari setiap warga
negara agar mencapai standar hidupnya (mencapai kesejahteraan rakyat). HAN dalam
konsep negara welfare state sangat diperlukan untuk mengatur mengenai wewenang,
tugas, dan fungsi administrasi negara. HAN dalam welfare state juga memiliki peran
Rumah Uya Study Group
untuk membatasi kekuasaan pemerintah. Oleh karena itu, HAN dalam welfare state
adalah penyelaras seluruh sikap tindak dan penggunaan kekuasaan negara oleh
administrasi negara dengan adaptasi nilai kemanusiaan yang tumbuh di masyarakat.
Dengan demikian, kekuasaan pemerintah menjadi tidak terbatas karena adanya HAN
kemudian pemerintah dapat mewujudkan tujuan dari welfare state yakni mencapai
kesejahteraan masyarakat tanpa adanya kesewenang-wenangan pemerintah.
2. Jelaskan sumber hukum formil apa yang mengikat harus dijadikan landasan setiap
perbuatan pemerintah republik Indonesia berdasarkan Undang Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dan bagaimana dengan pemberlakuan
sumber hukum formil lainnya ? (bobot:20)
Jawab : Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU No 30 Tahun 2014 disebutkan jelas bahwa
setiap keputusan dan/atau tindakan wajib berdasarkan ketentuan perundang-undangan
dan AUPB. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumber hukum formil
Hukum Administrasi Negara yang diatur dalam UU No. 30 Tahun 2014 adalah (1)
Undang-Undang (beserta peraturan pelaksanaannya) meliputi semua produk hukum
yang mengikat semua masyarakat secara langsung dimana hierarkinya diatur dalam
Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011, termasuk pula didalamnya keputusan badan
atau pejabat TUN di tingkat pusat maupun daerah yang mengikat umum. (2) Praktik
Administrasi Negara (Konvensi), yang contohnya adalah AUPB (Asas Umum
Pemerintahan yang Baik), dan Penggunaan lembar disposisi. Praktik Administrasi
Negara dijadikan sumber hukum formil Hukum Administrasi Negara karena
Undang-Undang tidak akan pernah lengkap dan masih memiliki beberapa kelemahan.
Dengan dianggapnya sebagai sumber hukum formal, diharapkan Administrasi negara
mampu mengambil tindakan yang cepat dan penting dalam rangka mewujudkan
pelayanan publik sekalipun peraturannya belum diatur dalam Undang-Undang.
Meskipun demikian, diluar kedua hal tersebut, ada sumber hukum formal lain yang
mungkin untuk digunakan yaitu (1) Yurisprudensi, yaitu Putusan hakim administrasi
negara (PTUN) yang sebelumnya memutuskan perkara administrasi negara dan sudah
memiliki kekuatan hukum yang tetap. (2) Doktrin, yang merupakan ajaran hukum
atau pendapat sarjana hukum yang kemudian memiliki posisi strategis karena menjadi
sumber inspirasi bagi para pembentuk UU dan dapat mendorong timbulnya
kaidah-kaidah Hukum Administrasi Negara
4. Selain dikenal dalam hukum acara pidana, asas oportunitas juga dikenal dalam hukum
administrasi negara. Jelaskan yang dimaksud dengan asas oportunitas, dan bagaimana
perkembangannya pasca diterbitkannya UU Cipta Kerja? (bobot: 40)
Jawab : Asas Oportunitas dalam Hukum Administrasi Negara adalah asas yang
memberikan kebebasan kepada pemerintah untuk tidak selalu mengabulkan apa yang
dimohonkan oleh warga negara dengan didasarkan pertimbangan tertentu, dalam hal
ini pemerintah mungkin saja mendiamkannya dan menimbulkan konsekuensi berupa
Fiktif Negatif dan Fiktif Positif.
Fiktif Negatif diatur dalam Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986 yang menyatakan bahwa
suatu permohonan terhadap KTUN yang telah melampaui batas waktu penerbitan
KTUN maka permohonan tersebut dianggap ditolak menurut hukum. Selanjutnya
untuk menyelaraskan dengan prinsip good governance yang salah satu aspeknya
adalah pelayanan maksimal kepada masyarakat oleh pemerintah, muncul konsep baru
yakni Fiktif Positif yang diatur pada Pasal 53 UU No. 30 Tahun 2014 yang
menyatakan bahwa apabila suatu permohonan terhadap KTUN telah melampaui batas
waktu dan pemerintah belum mengeluarkan keputusan atau tindakan, maka
permohonan tersebut dianggap dikabulkan menurut hukum.
lebih singkat jika dibandingkan dengan aturan yang sebelumnya ada pada UU
Administrasi Pemerintahan.
2. Jelaskan apa perbedaan ruang lingkup Hukum Administrasi dengan Hukum Tata
Negara!
Menurut Oppenheim → HTN mempelajari negara dalam keadaan diam (statis),
sedangkan HAN mempelajari negara dalam keadaan bergerak (dinamis). Sementara
itu, menurut Van Vollenhoven → HTN mempelajari sesuatu yang sifatnya umum,
sedangkan HAN lebih khusus mempelajari eksekutif. Sehingga dapat dikatakan
bahwa HAN merupakan lanjutan dari HTN. Kemudian, cakupan HAN lebih kecil
daripada HTN, karena hanya mengurusi lembaga eksekutif. HTN mempelajari hal-hal
fundamental, HAN hanya berupa teknisnya.
4. Jelaskan mengapa praktek yang demikian dimasukkan sebagai salah satu sumber
hukum dalam ranah hukum administrasi negara? Berikan contohnya!
Karena HAN senantiasa bergerak dan sulit untuk dikodifikasi sehingga praktek
administrasi negara diperlukan sebagai sumber hukum formil untuk mengimbangi.
Namun, tidak semua praktek dapat menjadi sumber HAN, hanya keputusan yang
tidak dapat dimintakan banding yang dapat menjadi sumber HAN. Contoh dari
praktek yang dapat menjadi sumber formil HAN adalah AUPB (Asas Umum
Pemerintahan yang Baik) dan Penggunaan lembar disposisi.
5. UU dapat dimaknai dalam arti materiil dan arti formil. Di antara kedua pemaknaan
tersebut, manakah yang relevan dengan undang-undang sebagai salah satu sumber
hukum formil dalam Hukum Administrasi Negara (undang-undang dalam arti materiil
ataukah undang-undang dalam arti formil)?
UU dalam arti materiil, karena UU dalam arti materiil bukan hanya dilihat dari segi
bentuknya, tapi dilihat dari kekuatan mengikatnya. UU dalam arti materiil juga bisa
diartikan sebagai keputusan pemerintah yang isinya mengikat langsung pada setiap
penduduk. Dalam praktiknya, banyak peraturan hukum yang bukan dibuat oleh
Presiden dan MPR, seperti UUD, Kepres, TAP MPR, dll juga menjadi sumber HAN.
Sumber HAN juga banyak berasal dari ketetapan pemerintah/praktek administrasi
negara, yang mana hal tersebut bukanlah dibuat oleh Presiden dan DPR, jadi UU
sebagai sumber hukum formal HAN dalam hal ini adalah UU dalam arti materiil.
6. Beberapa prinsip atau asas yang menjadi pegangan dalam rezim hukum administrasi
negara adalah asas legalitas, asas oportunitas, dan asas het vermoeden van
rechtmatigheid atau asas presumptio justea causoe. Jelaskan secara sederhana maksud
dari asas-asas tersebut dan berikan contoh konkritnya!
a. Asas Legalitas
Setiap tindakan pejabat administrasi negara (pemerintah) harus ada dasar
hukumnya. Jadi, tindakan pemerintah dianggap sah apabila telah diatur dengan
UU. Misalnya pemerintah hendak membuat ketetapan yang belum pernah
diatur di dalam UU sebelumnya, maka ketetapan tersebut tidak memenuhi asas
legalitas.
b. Asas Oportunitas
Pemerintah tidak harus selalu mengabulkan apa yang dimohonkan oleh warga
negaranya dengan pertimbangan tertentu (bisa saja pemerintah mendiamkan).
Contoh konsekuensinya adalah :
- Fiktif Negatif → 90 hari pemerintah tidak menjawab, maka dianggap
menolak. Misalnya seseorang mengajukan pembuatan SIM dengan
jangka waktu 2 minggu, namun apabila di hari ke-15 tidak ada kabar,
maka dinyatakan pengajuan SIM tersebut ditolak.
- Fiktif Positif → 10 hari pemerintah tidak menjawab, maka harus
dinyatakan mengabulkan (peraturan dulu), 5 hari kerja pemerintah
tidak menjawab, maka harus dinyatakan mengabulkan (UU Ciptaker).
Misalnya seseorang mengajukan pembuatan SIM dengan jangka waktu
Rumah Uya Study Group
2 minggu, namun apabila di hari ke-15 tidak ada kabar, maka tetap
dinyatakan bahwa pengajuan SIM tersebut dikabulkan.
c. Asas Het Vermoeden van Rechtmatigheid / Asas Presumptio Iustae Causa /
Asas Praduga Sah
Setiap keputusan administrasi pemerintah harus dianggap benar sampai bisa
dibuktikan sebaliknya oleh hakim sebagai PMH (meskipun sudah diproses di
pengadilan, pemerintah tetap boleh melaksanakan keputusannya → Pasal 67
UU PTUN). Konsekuensi asas ini adalah keputusan yang telah dikeluarkan
oleh pemerintah tidak dapat ditunda pelaksanaannya meskipun ada keberatan
(bezwaar), banding (beroep), perlawanan (bestridden) maupun gugatan oleh
pihak yang dikenai keputusan tersebut. Contohnya → Keppres mengenai
pengangkatan hakim konstitusi digugat ke PTUN karena tidak sesuai dengan
UU MK, maka sebelum pengadilan menjatuhi putusan, keppres tersebut akan
tetap dianggap sah dan bisa dilaksanakan. Apabila ternyata Keppres tersebut
benar bertentangan dengan UU MK maka keppres tersebut bisa dibatalkan dan
dianggap tidak pernah ada
UTS 2020
Kasus:
Indonesia adalah Welfare State dan oleh karena itu pemerintah memiliki kewenangan
yang luas untuk mengatur kehidupan warganya, termasuk memungut pajak. PT X adalah
sebuah perusahaan di bidang konstruksi yang pekerjaannya adalah membangun perumahan
dan kemudian menjualnya kepada masyarakat. Pada prakteknya, ketika melakukan
pembangunan dan penjualan perumahan-perumahan tersebut, PT X mengutip pajak baik dari
karyawan maupun pembelinya yang mana dalam proses penyetorannya ke kantor pajak, PT X
tidak melaporkan seluruh pajak yang mereka kutip. Akibat perbuatannya tersebut, Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) melakukan penyidikan terhadap Direktur PT X atas dugaan tindak
pidana pajak. Sebagai bagian dari penyidikan tersebut, kemudian dilakukanlah penyitaan
terhadap asset PT X. Penyitaan dilakukan sebagai bagian dari penyidikan tindak pidana dan
dilakukan berdasarkan Surat Ijin Penyitaan Pengadilan Negeri Y. Surat Ijin Penyitaan
tersebut dikeluarkan oleh PN Y berdasarkan Permohonan Ijin Penyitaan dari DJP. Pada
perkembangannya, PT X kemudian mengajukan upaya administrasi berupa keberatan kepada
DJP atas surat ijin penyitaan yang dikeluarkan oleh PT Y. Keberatan tersebut kemudian tidak
dijawab oleh DJP hingga jangka waktu 10 hari sebagaimana diatur dalam Ps 53 UU 30/2014
terlampaui.
Pertanyaan:
a. Apakah anda setuju dengan pernyataan bahwa Indonesia adalah Welfare State. Jika Ya
atau Tidak, apa buktinya?
Ya, setuju. Karena, pasca Perang Dunia II, Indonesia secara tidak langsung
telah mendeklarasikan diri untuk menganut konsep negara welfare state, yang
dibuktikan dengan selarasnya tujuan negara dalam pembukaan UUD NRI 1945 alinea
Rumah Uya Study Group
c. Salah satu konsep yang penting untuk dipahami dalam HAN adalah konsep
“pemerintah”. Siapakah yang dimaksud pemerintah menurut HAN? Siapakah yang
memenuhi kriteria tersebut dalam kasus? Jelaskan!
Yang dimaksud dengan pemerintah dalam HAN adalah pemerintah dalam arti
sempit atau bestuur yang memiliki makna bahwa pemerintah hanya mencakup
eksekutif saja. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Utrecht
Administrasi Negara adalah gabungan jabatan untuk melakukan sebagian dari
pekerjaan pemerintah yang tidak ditugaskan pada badan pengadilan dan yudikatif
serta legislatif. Namun, apa yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) UU No. 30 Tahun
2014 justru berkebalikan. Dikatakan bahwa Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
adalah unsur yang melaksanakan Fungsi Pemerintahan, baik di lingkungan
pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya. Dan saya tidak setuju dengan apa
yang ada dalam pasal tersebut karena menurut saya, yang termasuk pemerintah dalam
Rumah Uya Study Group
HAN hanyalah pemerintah dalam arti sempit (bestuur) meliputi kekuasaan eksekutif
semata.
d. Dalam HAN juga dikenal konsep “keputusan”. Keputusan ini diatur baik dalam UU
5/1986 maupun UU 30/2014. Apa perbedaan makna keputusan menurut UU 5/1986
dan UU 30/2014? Apakah menurut anda perkecualian yang diatur dalam Pasal 2 UU
5/1986 terkait keputusan juga tetap berlaku setelah UU 30/2014 berlaku?
Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha
Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata
a. Apakah surat ijin penyitaan yang dikeluarkan oleh PN yang merupakaan bagian dari proses
penyidikan pidana dan surat ijin permohonan penyitaan dari DJP kepada PN, memenuhi
kriteria keputusan sebagaimana diatur oleh UU 5/1986 dan/atau UU 30/2014. Jelaskan!
b. Apakah sudah tepat jika PT X kemudian mengajukan upaya administrative berupa
keberatan kepada DJP terhadap surat ijin penyitaan yang dikeluarkan oleh PN?
a. Apakah ketika keberatan tidak dijawab oleh DJP hingga jangka waktu 10 hari terlampaui
berarti bahwa DJP telah melakukan tindakan fiktif positif? Apa maksud fiktif positif dan
fiktif negatif? Jelaskan! (Perhatikan UU 30/2014, juga Perma 8/2017).
Jika menurut anda hal tersebut memenuhi/tidak memenuhi fiktif positif, upaya hukum
lanjutan apa yang dapat dilakukan oleh PT X untuk memperjuangkan haknya? (Ingat diskusi
Rumah Uya Study Group