Anda di halaman 1dari 47

Rumah Uya Study Group

PENGANTAR HAN

- Harus memaknai sesuatu dengan mengetahui definisi dan ketentuan umum


(interpretasi otentik/spekulatif: berdasarkan definisi yang ada dalam ketentuan
perundang-undangan)

Definisi Administrasi
- Gramatikal : surat menyurat, tata kelola, administrasi.
- Hukum : peraturan perundang-undangan tertentu yang mengatur negara (dalam hal
ini pemerintah) dengan warga negara, sehingga administrasi tersebut memiliki
konotasi publik, negara, dan pemerintah.

Ilmu Administrasi, Ilmu Pemerintahan, dan HAN


- Ilmu pemerintahan → mempelajari proses politik dalam penyelenggaraan
pemerintahan
- Ilmu administrasi negara → proses administrasi negara dipandang sebagai
fenomena sosial
- HAN → memandang aparatur pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan
dengan menggunakan peraturan perundang-undangannya sebagai standar
penilaian.

Istilah HAN
- Inggris : Administrative law
- Belanda : Administrative Recht atau Bestuursrecht (Bestuur → pemerintahan)
- Jerman : Verwaltungsrecht
- Perancis : Droit Administrative
- Indonesia : Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum
Administrasi

Pentingnya Mempelajari HAN


- HAN itu seperti udara yang kita hirup, dia tidak terlihat tapi bisa kita rasakan, bahkan
meresap ke tubuh tanpa kita sadari. Badan administratif masuk ke kehidupan kita dan
seolah dianggap biasa padahal apabila bidang tersebut dipelajari lebih dalam berbicara
tentang hukum administrasi negara. Oleh karena itu, lawyer harus belajar HAN
karena pasti terus menemui hal tersebut. (setiap bidang kehidupan, memerlukan
administrasi → KTP, KK, Akta Kelahiran, dll)

Tujuan Mempelajari HAN


1. Kemampuan menganalisis keputusan administrasi negara dan tindakan administrasi
pemerintahan sebagai tindakan operasional pemerintah dalam mengimplementasikan
policy pemerintah
2. Memitigasi kerugian warga negara akibat keputusan yang dikeluarkan administrasi
negara
Rumah Uya Study Group

Basis Teoritis HAN


Negara Hukum
- Mengikuti konteks kesejarahan (Perancis → membuat revolusi perancis setelah
absolutisme raja, bahkan berubah dari monarki ke republik).
- Konsep negara hukum itu universal tapi variatif → Nomokrasi Islam, rechtsstaat
(Eropa Kontinental), rule of law (Anglo-Saxon), negara sosialis, dan negara hukum
Pancasila.
- Negara yang Baik → negara hukum harus menjadi sebuah negara yang baik →
menurut Plato, negara yang baik adalah negara yang dipegang oleh filsuf atau
aristokrat (karena orang tersebut bijaksana dan berpendidikan tinggi/berpengetahuan
luas).
- Negara yang Baik → adalah negara yang takluk pada hukum yang berlaku,
menghargai kebebasan, dan mengakui kesamaan derajat (Aristoteles).
- Plato meralat → negara yang baik adalah negara yang dijalankan dan dikendalikan
oleh hukum (supremasi hukum / law supremacy).
- Hakikat dan tujuan negara adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan (Magnis
Suseno).
- Tujuan negara :
1. Menyejahterakan masyarakat, bukan individu tertentu (menentang pendapat
Plato)
2. Memanusiakan manusia (memenuhi apa yang menjadi hak dan membebani
apa yang menjadi kewajiban)
3. Kebahagiaan bagi warga negaranya (sejalan dengan Aristoteles)
- Everything must be done according to law : asas legalitas HAN.
- Tugas negara hukum → untuk mencapai keadilan (terciptanya penyelenggaraan
kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan yang berpijak pada keadilan,
kepastian, dan kemanfaatan).
- Hukum sebagai sumbu pelaksanaan negara.
- Indonesia : berdasar atas hukum (bukan kekuasaan semata) tapi juga mengakui law
supremacy.
- Rule of Law (Anglo Saxon, Common Law)
1. Adanya jaminan terkait HAM (ada UU yang menjamin HAM)
2. Adanya equality before the law (semua orang dianggap sama dihadapan
hukum)
3. Supremasi Hukum / supremacy of law (tidak ada kesewenang-wenangan tanpa
aturan yang jelas)
- Rechtsstaat (Civil Law, Eropa Kontinental) Friedrich Julius Stahl
1. Adanya perlindungan HAM
2. Adanya Separation of Power (pemisahan kekuasaan)
3. Pemerintahan berdasarkan UU (dalam arti formil: hanya Undang-Undang,
materiil: Peraturan perundang-undangan, UU No. 12 tahun 2011)
4. Adanya Peradilan Administrasi
- Indonesia mendekati Rechtsstaat karena punya Peradilan Administrasi (PTUN).
- Bentuk negara hukum dipengaruhi oleh negara yang pernah menjajah.
Rumah Uya Study Group

- Negara hukum modern pertama kali → Perancis (pasca revolusi).


- Rechtsstaat → melakukan kodifikasi dalam 1 kitab hukum → menjunjung tinggi
hukum tertulis (konstitusi) → negara hukum formil.
- Asas “Bonum Publicum, Common Good, Common Wealth” → kesejahteraan bersama
→ tujuan negara adalah untuk mewujudkan kebahagiaan warga negara.
- Fungsi Negara:
1. Stabilisator (memberikan law and order → untuk menciptakan ketertiban)
2. Mengusahakan dan mewujudkan kesejahteraan warga negara (membentuk
BUMN, melakukan kerjasama dengan pihak swasta)
3. Pertahanan
4. Penegakan keadilan
- Tugas Pemerintah dalam Negara Hukum Modern:
1. Menghindari kesewenang-wenangan
2. Berperan aktif dalam sosial dan ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat

Sistem Pemerintahan dan Bentuk Negara :


1. Political State (Monarki)
- Pemerintahan hanya dijalankan oleh Raja dan Birokrat
- Raja berlaku sebagai pucuk pimpinan, dan kekuasaannya dijalankan oleh
Birokrat (pembantu raja)
- HAN berbentuk keputusan dan perintah raja yang harus dilakukan oleh
Birokrat (aparatur negara yang dipilih oleh raja)
- Administrasi negara hanya mempertahankan dan melaksanakan apa yang
menjadi perintah raja
- Aparat hanya sebagai alat kekuasaan (negara machtstaat → hanya berdasar
kekuasaan saja)
- Monarki tidak selalu buruk, selagi bisa mewujudkan kesejahteraan dan
kebahagiaan warga negaranya
- ex: Perancis (pra revolusi)
2. Legal State (Negara Hukum yang Statis / Negara Penjaga Malam)
- Karena adanya absolutisme yang menimbulkan penderitaan di masyarakat,
lalu timbullah negara legal state yang mengedepankan individualisme
(porosnya adalah individu, individu → primus interpares)
- Pemerintahan sangat terbatas kewenangannya, dan tidak boleh
sewenang-wenang (konsekuensi adanya legal state)
- Mulai dikenal pemisahan kekuasaan dan distribusi kekuasaan (John Locke →
distribution of power dan Montesquieu → separation of power)
- Justru banyak menimbulkan kesengsaraan masyarakat karena pemerintah akan
ikut campur bila ada aduan dari masyarakat
- ex: Amerika
Rumah Uya Study Group

3. Welfare State (Negara Hukum yang Dinamis)


- Selain untuk hindari kesewenang-wenangan, pemerintah harus turut aktif
dalam sosial maupun ekonomi masyarakat sehingga lahir konsep Welfare
State
- Negara diberikan kewenangan untuk masuk dan ikut campur dalam hampir
setiap aspek kehidupan masyarakat (staat boemonis)
- ex: Indonesia (declare kalau kita adalah Welfare State pasca PD II)

Kelemahan Trias Politica (Montesquieu)


1. Pemisahan kekuasaan semu
2. Tidak sejalan dengan legal supremacy
3. Ada kemungkinan satu lembaga dengan beberapa kekuasaan

Negara Hukum dan HAN


- Penyelenggaraan pemerintahan diatur dalam konstitusi dan Hukum Tata Negara,
tetapi secara teknis konsep yang diatur dalam HTN dilaksanakan oleh HAN.
- HAN berfungsi untuk menjelaskan bagaimana cara penyelenggaraan negara beserta
cara pengawasannya.
- Tujuan Negara menurut Logemann → bahwa dalam negara itu selain masyarakat
harus berusaha sendiri, negara itu berkewajiban untuk memelihara kepentingan
umum, kepentingan materiil, atau bahkan kepentingan spiritual warga negaranya
(libur nasional, libur hari besar keagamaan, dll).

Pengertian HAN
- Etimologis:
1. Hukum → pandangan terkait definisinya berbeda
2. Administrasi → pelayanan umum
3. Negara → sekelompok organisasi kekuasaan yang dibentuk oleh
pembentuknya (founders) guna mewujudkan tujuan negara
- HAN → sekumpulan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berisi norma
yang dibentuk oleh negara guna memberikan pelayanan umum dalam rangka
mewujudkan tujuan negara
- HAN juga mengenal hukum tidak tertulis → Praktek Administrasi Negara (apa yang
dilakukan oleh aparatur negara yang dianggap baik dan dilakukan secara terus
menerus)
- Utrecht → HAN adalah hukum yang menguji hubungan hukum istimewa antara
pemerintah dengan warga negara sehingga para pejabat melakukan tugas khusus
untuk mencapai tujuan negara
- HAN adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi
negara dengan warga masyarakat, dimana Administrasi Negara diberi wewenang
untuk melakukan tindakan hukumnya sebagai implementasi dari policy suatu
pemerintahan (berkaitan dengan wewenang)
Rumah Uya Study Group

QnA
1. Apakah sengketa HAN bisa diselesaikan di luar pengadilan?
- Bisa, dalam HAN ada asas contrarius actus (setiap pejabat administrasi negara
diberikan yang diberikan kewenangan untuk menerbitkan suatu produk
keputusan, diberikan pula kewenangan untuk mencabutnya)
- Ada 2 tahapan dalam HAN yang seharusnya ditempuh: keberatan dan
banding (upaya administratif)
2. Apakah ada Daluarsa? ada

Klasifikasi HAN
1. HAN Heteronom
- Dasar-dasar dan Prinsip Umum Administrasi Negara
- Organisasi Administrasi Negara
- Aktivitas Administrasi Negara
- Sarana Administrasi Negara
- Badan Peradilan Administrasi
2. HAN Otonom
- Praktik Administrasi Negara

Cakupan HAN
- Kewenangan badan pemerintah untuk mengatur masyarakat dan melindungi
masyarakat terhadap keputusan administrasi negara.
- Mengatur hubungan pemerintah dengan warga negara, serta bagaimana cara
organisasi negara ikut dalam hubungan masyarakat serta melakukan kontrol terhadap
pemerintah tersebut.
- HAN berbicara tentang 4 hal:
1. Sarana penguasa untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat
2. Mengatur cara partisipasi masyarakat
3. Perlindungan hukum bagi masyarakat
4. Norma-norma fundamental bagi pemerintah untuk melaksanakan
pemerintahan yang baik.
- Cakupan HAN:
1. Kewenangan pemerintah untuk melakukan perbuatan pemerintah (diatur
dimana, cara apa, dan bagaimana pemerintah lakukan kewenangan tsb)
2. Perbuatan pemerintah (dalam ranah hukum publik)
3. Akibat hukum dari perbuatan pemerintah
4. Penegakan hukum dan penerapan sanksi administrasi
- Unsur Utama HAN:
1. Hukum mengenai Kekuasaan Pemerintah (berkaitan dengan kewenangan
pemerintah)
2. Peran serta masyarakat dalam melaksanakan pemerintahan (pengawasan
oleh masyarakat)
3. Organisasi pemerintahan
4. Perlindungan hukum bagi rakyat
Rumah Uya Study Group

- Ciri HAN
1. Memberikan kewenangan yang luas bagi administrasi negara (staat bemoenis)
2. Ada upaya untuk membatasi administrasi negara supaya tidak terjadi
kesewenang-wenangan, bertindak sesuai hukum yang ada, dan tindakannya
tidak merugikan warga negara
3. Perlindungan terhadap rakyat
4. Membebankan kewajiban kepada rakyat

Administrasi Negara dan Pejabat TUN


- Pemerintah
1. Luas : pelaksanaan tugas seluruh badan, atau lembaga, atau petugas yang
diserahi wewenang untuk mencapai tujuan negara.
2. Sempit (bestuur/pemerintah) : eksekutif
- Fungsi Pemerintahan → pelaksanaan administrasi pemerintahan yang meliputi
pengaturan, pelayanan, pembangunan, pemberdayaan
- Pasal 1 angka 3 UU Administrasi Pemerintahan → mencampuradukkan ranah
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Padahal, HAN hanya berbicara terkait eksekutif
- Menurut Utrecht → Administrasi Negara adalah gabungan jabatan untuk melakukan
sebagian dari pekerjaan pemerintah yang tidak ditugaskan pada badan pengadilan dan
yudikatif serta legislatif
- Administrasi negara = aparatur negara atau aparatur pemerintah (pelaksana
pemerintah)
- Public Administration → organisasi dan manajemen yang terdiri dari orang maupun
material lainnya untuk mencapai tujuan pemerintah (bestuurzorg) → kesejahteraan
umum
- Pemerintahan → perlengkapan negara dalam fungsi peradilan maupun pembentukan
Undang-undang, pemerintahan itu fungsinya (objek) sedangkan pemerintah
adalah pelaksananya (subjek)
- Pasal 1 ayat 2 UU No. 5 tahun 1986 ttg Peradilan TUN: “badan atau pejabat TUN
adalah badan atau pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku” (4 ciri)
- Pejabat TUN tidak terbatas pada instansi resmi pemerintah, dan bukan kedudukan
struktural lingkungan kekuasaan dalam negara

Hubungan Hukum Pemerintah dan Masyarakat


- Sifat → Sepihak, vertikal, dan legal

Posisi HAN dalam Ilmu Hukum


- HAN itu Public Recht → karena mengatur hubungan hukum istimewa antara negara
dengan warga negaranya. Tidak hanya kepentingan individual, tetapi juga
kepentingan umum
Rumah Uya Study Group

Hubungan HAN dengan Ilmu Lainnya


1. HAN dengan HTN
- Sama-sama mempelajari negara
- Perbedaan:
1. Oppenheim → HTN mempelajari negara dalam keadaan diam, HAN
mempelajari negara dalam keadaan bergerak
2. Van Vollenhoven → HTN mempelajari sesuatu yang sifatnya umum,
HAN lebih khusus mempelajari eksekutif (HAN lanjutan dari HTN)
- HAN lebih kecil (eksekutif), HTN lebih luas
- analogi Hk. Perdata dan Hk. Dagang
- HTN mempelajari hal-hal fundamental, HAN hanya berupa teknisnya
2. HAN dengan Hk. Perdata
- Sama-sama mengatur hubungan hukum
- Perdata : hubungannya sejajar dan tidak boleh menggunakan power untuk
menekan pihak lain, HAN: hubungannya subordinat, pemerintah dan negara
lebih istimewa kedudukannya meskipun ada batasan supaya tidak
sewenang-wenang
- Teori perdata dalam HAN:
a. Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatig)
b. Kebatalan (Nietig teorie) → perjanjian tidak memenuhi syarat objek
tertentu
c. Salah Kira (Dwalling) → kesesatan
3. HAN dengan Hk. Pidana
- sanksi pidana melengkapi hukum administrasi → ada administrative penal
law → hukum administrasi yang dilengkapi dengan sanksi pidana
- tapi, hukum pidana hanya berfungsi sebagai ultimatum remidium (upaya
akhir)
- Dalam perkembangannya HAN mendesak Hukum pidana. Contoh: Asas
Geenstraf Zonder Schuld (orang tidak bisa dipidana tanpa kesalahan) dalam
kasus perda kebersihan → dari hakim ke petugas ketertiban umum. Teori strict
liability
- HAN bersifat mengatur, untuk melaksanakan kekuasaan mengatur/pengaturan
(regulatory powers), maka hukum pidana administrasi sering disebut pula
sebagai hukum pidana mengenai pengaturan atau hukum pidana dari
aturan-aturan (Ordnung-strafrecht/Ordeningsraftrecht)

Kompleksitas HAN
a. HAN mengalami perkembangan yang sangat pesat
b. Dinamisnya Peraturan HAN yang sebabkan
c. Kesulitan Kodifikasi
Rumah Uya Study Group

Kewenangan dan Diskresi

Perbuatan Pemerintah
1. Rechtsdelingen (Perbuatan Hukum) → menimbulkan konsekuensi hukum berupa
hak dan kewajiban
a. Privaatrechtelijke rechtshandelingen → perbuatan hukum dalam hukum privat
b. Publiekrechtelijke rechtshandeling en → perbuatan hukum dalam hukum
publik
- Eenzijdige publiekrechtelijke handeling (bersegi satu) → yang
menjalankan hanya pemerintah
1) Besluiten van Algemene Strekking
- sifatnya mengikat umum, tugasnya mengatur hal-hal
yang sifatnya umum
- mengeluarkan ketetapan umum yang tugasnya adalah
melaksanakan peraturan kedalam peristiwa konkret
tertentu sehingga hanya mengikat subjek hukum
tertentu
2) Beschikkingen
- keputusan yang bersifat konkret dan individual
- Tweezijdige publiekrechtelijke handeling (bersegi dua) → mengakui
adanya perjanjian menurut hukum publik (ex: kontrak pekerja dengan
pemerintah)
2. Feitelijke Handelingen (Bukan Perbuatan Hukum) → tindakan yang tidak ada
relevansinya dengan hukum oleh karenanya tidak menimbulkan akibat-akibat hukum

Bestuur Rechtshandeling (Perbuatan Pemerintah)


- Van Vollenhoven → pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat secara spontan dan
tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan
- UU No 30 Tahun 2014 → perbuatan Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara
negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan konkret dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan.
- Unsur Tindakan Pemerintah
a. Perbuatan yg dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai
penguasa/sebagai alat perlengkapan pemerintah dengan prakarsa dan tanggung
jawab sendiri
b. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi
pemerintahan
c. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat
hukum dibidang administrasi
d. Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan
kepentingan negara dan rakyat
- Perbedaan prinsipil antara hukum administrasi dengan hukum perdata
Rumah Uya Study Group

1. Perbuatan pemerintah tersebut dapat mengikat warga negara tanpa perlu


persetujuan (pemerintah buat jalan tapi melanggar hak milik orang lain, dia
tidak perlu izin/persetujuan)
2. Hukum Perdata hubungan antarsubjeknya sejajar, sedangkan pada HAN
hubungannya subordinat
3. Prof Scholten → Administrasi Negara dalam menjalankan tugas tidak dapat
menggunakan hukum privat karena hakikatnya merupakan hukum publik
4. Prof Krabbe, Kranenburg, Vegting, Donner dan Huart → Ada beberapa
hal yang bisa menggunakan hukum privat, tapi kalau sudah ada peraturan di
hukum publik gausah pakai hukum privat
- Romeijn (Ridwan) → tindakan hukum administrasi adalah pernyataan kehendak
yang muncul dari organ administrasi dalam keadaan khusus untuk menimbulkan
akibat hukum (hak dan kewajiban) dalam bidang hukum administrasi.
- Dalam melaksanakan kewajibannya dalam hukum publik, maka pemerintah berperan
sebagai penguasa berdasarkan hukum yang diatur dalam hukum publik
- Karakteristik Tindakan Hukum Publik
a. Bestuur als overheid → pernyataan kehendak dari pemerintah
b. Perubahan hak, kewajiban, atau kewenangan
c. Tidak cacat hukum → tidak boleh mengandung khilaf (dwaling), tidak boleh
penipuan, tidak boleh ada paksaan
- Perbuatan pemerintah hanya sah bila sudah diatur sebelumnya dalam undang-undang
(Asas Legalitas dalam HAN)
- The Law Relating to Public Administration
1. Red Light Theory
- HAN bertujuan mengontrol kegiatan pemerintah, untuk melindungi
individu.
- Perlindungan dilakukan oleh pengadilan
2. Green Light Theory
- HAN menuntut negara untuk memenuhi kebijakan tertentu
- Mendorong efisiensi dalam pemerintahan (pembuatan kebijakan
pemerintahan harus fleksibel dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat)
- Memberikan fleksibilitas terhadap pemerintah
(korelasi → memberikan fleksibilitas kepada pemerintah untuk membuat suatu
kebijakan tertentu yang selanjutnya diawasi pemerintah untuk melindungi
individu, jadi pengadilan adalah sebagai controller)
- Unsur Tindakan Pemerintah
1. Penguasa
2. Fungsi Pemerintahan
3. Akibat Hukum
4. Kepentingan negara dan rakyat
- Administrasi Pemerintahan → tata laksana dalam pengambilan keputusan dan/atau
tindakan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan
Rumah Uya Study Group

a. Asas Legalitas → Agar tindakan pemerintah sah secara hukum, maka harus
berdasarkan kewenangan yang ada dasar hukumnya
b. Asas Perlindungan HAM
c. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik → agar pemerintah memiliki
pedoman untuk melaksanakan perbuatan pemerintah

Asas-Asas dalam HAN


1. Asas Legalitas → Tindakan Pemerintah dianggap sah apabila telah diatur dengan
Undang-Undang.
2. Asas Kedaulatan dan Kekuasaan/Kewenangan Publik → Perbuatan yang
dilakukan pemerintah dianggap sah apabila sesuai dengan kewenangan yang dimiliki
(tiada Kewenangan tanpa pertanggungjawaban)
3. Asas Oportunitas → Pemerintahan tidak harus selalu mengabulkan apa yang
dimohonkan oleh warga negara dengan pertimbangan tertentu, bisa saja pemerintah
mendiamkan, konsekuensinya:
a. Fiktif Negatif → 90 hari pemerintah tidak menjawab, maka dianggap menolak
b. Fiktif Positif → 10 hari pemerintah diam, maka harus dinyatakan
mengabulkan (UU Administrasi Pemerintahan → harus diajukan ke PTUN)
cipta kerja: 5 hari
4. Asas Pre Sumtio Justae Causae atau Asas Praduga Sah → setiap keputusan
administrasi pemerintah harus dianggap benar sampai bisa dibuktikan sebaliknya
(meskipun sudah diproses di pengadilan, pemerintah tetap boleh melaksanakan
keputusannya → Pasal 67 UU PTUN)
5. Asas Perubahan, Pencabutan, dan Pembatalan KTUN (Contrarius Actus) →
setiap pejabat administrasi negara diberikan yang diberikan kewenangan untuk
menerbitkan suatu produk keputusan, diberikan pula kewenangan untuk mencabutnya.
Hal tsb dapat dilakukan apabila:
a. Terjadi suatu kondisi pemerintah tertipu (ada yang dipalsukan)
b. Keputusan belum diberitahukan kepada yang berkepentingan
c. Tidak memenuhi syarat sesuai waktu yang telah ditentukan
d. Keputusan yang tidak benar akan menyebabkan ketidakabsahan
e. Penarikan akan sama prosesnya dengan penerbitannya
6. Asas Jabatan → Kewenangan melekat pada jabatan
7. Asas Netralitas dalam Pembuatan Keputusan → Pejabat harus bersikap imparsial
(tidak memihak)
8. Asas Larangan Penyalahgunaan Kewenangan → UU Administrasi Pemerintahan

Power and Authority (Kewenangan)


- Power → kemampuan untuk mempengaruhi kelompok sasaran untuk dapat
memberikan dukungan
- Authority → kemampuan untuk mempengaruhi kelompok untuk dapat membantu
- Power and Authority → berbicara mengenai integritas (melaksanakan sesuai apa yang
diucapkan), common purpose (tujuan bersama), dan common method of thinking
(metode pemikiran yang sama)
Rumah Uya Study Group

Kewenangan
- Hadjon, dkk. → Kewenangan adalah wilayah pembelajaran HAN dan HTN
- Sadjijono → HAN yang menentukan sah tidaknya tindakan pemerintahan
- Wewenang adalah Hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau pejabat pemerintahan atau
penyelenggara negara
- Wewenang adalah kekuasaan untuk melaksanakan semua hukum publik
- Kewenangan → Pembentuk UU memberikan hak, kewajiban, tugas, dan
pertanggungjawaban kepada subjek hukum publik (pemerintah/penyelenggara
lainnya) supaya dapat melakukan tindakan hukum tertentu
- Asas Specialiteitbeginsel → wewenang terhadap subjek hukum publik dengan tujuan
tertentu, melekat pada jabatan, dan dijalankan oleh pejabat tertentu
- Prinsip Utama
1. Legalite → harus bertindak sesuai dengan hukum
2. Responsibilitie → konsekuensi kewenangan, jika kewenangan menimbulkan
kerugian maka harus dilakukan pertanggungjawaban.
- Batasan Wewenang
1. Masa/ Tenggang Waktu wewenang
2. Wilayah/ daerah berlakunya wewenang → Notaris : batas cakupannya 1
provinsi
3. Cakupan bidang/ materi wewenang → Bidang Keuangan tidak memiliki
kewenangan dalam bidang hukum atau lainnya.
- Sifat Wewenang
1. Terikat pada masa tertentu
2. Tunduk pada batas tertentu (wilayah, materi)
3. Terikat pada asas-asas legalitas maupun AAUPB
- Jenis Wewenang
1. Wewenang Terikat → harus sesuai dengan aturan dasar yang mengatur
waktu, keadaan wewenang dapat dilaksanakan, termasuk isi dan keputusan
yang harus diambil. Contoh → kewenangan penyidik: kalau dia Polres
kewenangannya Polres dan dibawahnya, tidak bisa ke atasnya
2. Wewenang Fakultatif → dimiliki oleh badan/pejabat administrasi namun
tidak ada keharusan dan/atau kewajiban untuk melakukan kewenangan
tersebut. Contoh → kewenangan tilang: Ada polisi yang tidak langsung
menilang, melainkan memberi peringatan terlebih dahulu
3. Wewenang Bebas → wewenang yang dapat dilaksanakan secara bebas oleh
pejabat administrasi, karena memang aturannya memberikan kebebasan.
Contoh: menembak karena membela diri

Kewenangan TUN
1. Atribusi → pemberian kewenangan yang baru kepada pejabat TUN berdasarkan
suatu peraturan perundang-undangan yang formal (kewenangan diberikan oleh
peraturan perundang-undangan)
2. Delegasi → pemindahan/pengalihan kewenangan yang ada berdasarkan UU formal
Rumah Uya Study Group

3. Mandat → Orang yang mendapat mandat bukan karena pengalihan kewenangan,


namun karena yang berkompeten berhalangan. (Menteri punya Dirjen)
Berdasarkan Pasal 11
1. Atribusi → pemberian kewenangan kepada badan dan/atau pejabat pemerintahan
oleh Undang-Undang Dasar atau Undang-Undang (dipersempit) (tanggung jawab
masih pada pemberi delegasi)
2. Delegasi → pelimpahan kewenangan dari badan dan/atau pejabat pemerintahan yang
lebih tinggi kepada badan dan/atau pejabat pemerintahan yang lebih rendah, dimana
tanggungjawab dan tanggunggugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi.
3. Mandat → bersifat rutin, tanggung jawab tetap pada pemberi mandat.

Delegasi tidak mungkin ada tanpa atribusi, karena dia tidak bisa melimpahkan kewenangan
kalau dia tidak memiliki kewenangan. Dalam mandat tidak ada pelimpahan kewenangan,
melainkan hanya menjalankan kewenangan

Parameter ATRIBUSI DELEGASI MANDAT

Cara Perolehan Per-UU-an Pelimpahan Menjalankan

Kekuatan Tetap melekat Dapat dicabut atau Dapat ditarik/digunakan


Mengikat ditarik kembali sewaktu-waktu oleh pemberi

Tanggung Penerima bertanggung Delegataris sebagai Mandans tetap bertanggung


Jawab dan jawab mutlak penanggung jawab
Tanggung
Gugat

Hubungan Pembentuk UU dengan Berasal dari atribusi Internal


Wewenang organ pemerintahan yang dilimpahkan

Badan atau Pejabat Berwenang


- Menetapkan keputusan atau tindakan terdiri atas:
a. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam wilayah hukum tempat
penyelenggaraan pemerintahan terjadi
b. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam wilayah hukum tempat seorang
individu atau sebuah organisasi berbadan hukum melakukan
aktivitasnya
Diskresi
- Fasilitas yang diberikan oleh staat bemoeienis dan penerapan Green Light Theory
- Tujuan → supaya administrasi negara dapat menyelenggarakan kepentingan umum
- Tujuan:
1. Menyelenggarakan pemerintahan
2. Mengisi kekosongan hukum
Rumah Uya Study Group

3. Memberikan kepastian hukum


4. Mengatasi stagnasi pemerintahan dalam kondisi tertentu
- Mengutamakan doelmatigheid (Kemanfaatan) dari pada rechtmatigheid (Kepastian
hukum)
- Kebebasan yang diberikan kepada organ pemerintah untuk melakukan segala
perbuatan hukum yang dianggap penuh dalam pelaksanaan tugasnya demi
mewujudkan kepentingan umum dimana parameter utamanya adalah kemanfaatan
- Diskresi (UU Adm. Pem dan UUCK) → Keputusan dan/atau Tindakan yang
ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan
konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan
perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau
tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi (kemandekan) pemerintahan
- Diskresi pada dasarnya itu against the law karena tujuan utamanya kemanfaatan
- Perubahan Syarat Diskresi (di UU Adm Pemerintahan ada 6, lalu point tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dihapuskan) → diubah di UU
Cipta Kerja, syarat diskresi:
1. Sesuai dengan tujuan diskresi yang disebutkan dalam Pasal 22 ayat (2)
2. Sesuai dengan AUPB (asas umum pemerintahan yang baik)
3. Berdasarkan alasan-alasan yang objektif
4. Tidak menimbulkan konflik kepentingan
5. Dilakukan dengan itikad baik
Tambahan : diskresi yang ubah alokasi anggaran wajib memperoleh persetujuan dari
atasan pejabat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Persetujuan tersebut
dilakukan apabila penggunaan diskresi menimbulkan akibat hukum yang berpotensi
membebani keuangan negara.
- Jenis Diskresi
1. Bebas → Undang-undang hanya menetapkan batas- batas dan administrasi
negara bebas mengambil keputusan apa saja asalkan tidak melampaui/
melanggar batas-batas tersebut
2. Terikat → Undang-undang menetapkan beberapa alternatif keputusan dan
administrasi negara bebas memilih salah satu alternatif keputusan yang
disediakan oleh Undang- undang
- Ruang Lingkup Diskresi
a. pengambilan keputusan dan/atau tindakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang memberikan suatu pilihan keputusan dan/atau
tindakan;
b. pengambilan keputusan dan/atau tindakan karena peraturan
perundang-undangan tidak mengatur;
c. pengambilan keputusan dan/atau tindakan karena peraturan
perundang-undangan tidak lengkap atau tidak jelas; dan
d. pengambilan keputusan dan/atau tindakan karena adanya stagnasi
pemerintahan guna kepentingan yang lebih luas.
Rumah Uya Study Group

- Prosedur Penggunaan Diskresi (UU No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan)
a. Pejabat yang menggunakan Diskresi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 ayat (1) dan ayat (2) wajib menguraikan maksud, tujuan,
substansi, serta dampak administrasi dan keuangan.
b. Pejabat yang menggunakan Diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib menyampaikan permohonan persetujuan secara tertulis
kepada Atasan Pejabat.
c. Dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah berkas permohonan diterima,
Atasan Pejabat menetapkan persetujuan, petunjuk perbaikan, atau
penolakan.
d. Apabila Atasan Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melakukan penolakan, Atasan Pejabat tersebut harus memberikan
alasan penolakan secara tertulis.
- Unsur Diskresi
1. Ditujukan untuk menjalankan tugas-tugas servis publik
2. Merupakan sikap tindak yang aktif dari Administrasi Negara
3. Sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum
4. Sikap tindak ini diambil atas inisiatif sendiri
5. Sikap tindak itu dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan penting yang
timbul secara tiba-tiba
6. Sikap tindak ini dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa maupun secara hukum
- Akibat Penggunaan Hukum Diskresi
1. Melampaui Kewenangan (Pasal 30 UU No. 30 Tahun 2014)
- bertindak melampaui batas waktu berlakunya wewenang yang
diberikan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
- bertindak melampaui batas wilayah berlakunya wewenang yang
diberikan ketentuan peraturan perundang-undangan
- tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28
2. Penyalahgunaan Kewenangan
- keputusan dan/atau tindakan yang dilakukan tanpa dasar kewenangan,
dan/atau bertentangan dengan putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap.
3. Mencampuradukkan Wewenang
- Keputusan dan/atau tindakan yang dilakukan di luar cakupan bidang
atau materi wewenang yang diberikan
- Bertentangan dengan tujuan wewenang yang diberikan

Keuangan Negara
- Dasar Hukum
1. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara → UU tentang APBN
(dinamis, tiap tahun berubah-ubah tergantung kondisi tahun itu)
2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Rumah Uya Study Group

3. UU No. 15 Tahun 2004 Pemeriksaan, pengelolaan dan Pertanggungjawaban


Keuangan Negara
4. UU No. 33 Tahun 2004
5. UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
6. PP No. 20 Tahun 2004
7. PP No. 71 Tahun 2010
8. PP No. 90 Tahun 2010
9. PP No. 27 Tahun 2014
- Sebelum ada UU (1997) → masih menganut single entry dan cash basis tanpa ada
standar akuntansi dan sistem yang terintegrasi → posisi keuangan pemerintah
sekaligus asetnya belum bisa diketahui dengan jelas (Indonesia jadi pasien IMF)

Sejarah Pengelolaan Keuangan Negara


- Selalu ada di setiap negara (perlu dana untuk jalankan pemerintahan)
- Untuk jalankan pemerintahan perlu administrasi keuangan yang baik
- Dana diterima dari masyarakat (upeti, pajak, retribusi, bea cukai)
- Kementrian keuangan → Instansi yang vital
- Hukum Keuangan Negara → setelah PD II (akhir abad 20) → diadopsinya negara
welfare state modern dimana negara ikut campur dalam kehidupan warga negaranya
- Pasca Amandemen → Keuangan negara pasti gunakan hukum tertulis untuk jamin
kepastian hukum

Interpretasi Keuangan Negara


a. Sempit (Restrictif)
- Keuangan Negara adalah pelaksanaan anggaran negara sehingga tidak
mencakup keuangan daerah ataupun keuangan perusahaan-perusahaan negara
kecuali perusahaan jawatan (Yusuf Indradewa)
- Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 (sebelum amandemen) → pelaksanaan APBN,
didukung Wiryono (Surat Menteri Keuangan 1980, Keuangan negara adalah
anggaran negara)
- Keuangan negara tidak semata APBN tapi juga segala sesuatu yang bersumber
dari APBN, termasuk BUMN dan seluruh kekayaan negara yang menjadi
bagian dari keuangan negara (melahirkan interpretasi luas) (Atamimi)
b. Luas
- Tidak hanya mengenai APBN tetapi meliputi APBD, keuangan unit-unit usaha
negara, dan pada hakikatnya seluruh kekayaan negara. (Termasuk seluruh
kegiatan yang dilaksanakan oleh negara yang bernilai/berkaitan dengan uang)
- UU Keuangan Negara → semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.

c. Penafsiran Sistematik dan Teleologis/Sosiologis (berdasarkan tujuan pembuatan


UU)
Rumah Uya Study Group

- untuk mengetahui sistem pengurusan dan pertanggungjawaban → sempit


- menggunakan pendekatan dengan penafsiran sistematis teleologis → luas →
termasuk APBN, APBD, BUMN/D, dan seluruh kekayaan negara yang jadi
objek pengawasan dan pemeriksaan
d. Doktrin Definisi Keuangan
- Richard Musgrave → keuangan negara meliputi aspek yang berhubungan
dengan fungsi fiskal (lembaga, teori distribusi, politik fiskal)
- Havey Rosen → fokus pada aktivitas perpajakan, pengeluaran pemerintah,
pengaruh
Perumusan Definisi Keuangan Negara
1. Objek → semua hak & kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang (termasuk
kebijakan dan kegiatan di bidang fiskal, moneter, pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan) baik berupa uang atau barang yang dapat dijadikan milik negara dan
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut
2. Subjek → meliputi seluruh objek yang dimiliki negara dan/atau dikuasai oleh
pemerintah pusat, pemda, perusahaan negara/daerah dan badan lain yang berkaitan
dengan keuangan negara
3. Proses → seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dgn pengelolaan objek tersebut
diatas mulai dari perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, sampai
pertanggungjawaban
4. Tujuan → meliputi seluruh kebijakan, kegiatan, hubungan hukum yang berkaitan
dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara

Ruang Lingkup Keuangan Negara (Pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003)


1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
2. Kewajiban negara untuk penyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara
dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan Negara;
4. Pengeluaran Negara;
5. Penerimaan Daerah;
6. Pengeluaran Daerah;
7. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri oleh pihak lain, berupa
a. Uang
b. Surat berharga
c. Piutang
d. Barang
e. Hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;
8. Kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah dalam angka penyelenggaraan tugas
pemerintah dan/atau kepentingan umum;
9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah
Rumah Uya Study Group

Hukum Administrasi Keuangan Negara → kaidah atau peraturan yang mengatur tata tertib
dalam proses kerja sama yang rasional antara pemerintah dengan seluruh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat dalam rangka melaksanakan penggurusan atas semua
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuai baik verupa
uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pelanggaran atas kaidah atau peraturan dapat
menimbulkan tindakan dari pemerintah berupa pengenaan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku.

BUMN sudah pasti perusahaan negara, anak perusahaan BUMN bukan perusahaan negara
karena penyertaannya tidak secara langsung.

- Keuangan negara dengan hubungannya dengan HAN → teknik penyusunan


anggaran, proses pengesahan, sumber-sumber keuangan, pajak, retribusi, sumbangan,
pemasukan & pengeluaran, sumber pendapatan daerah, aktiva, dan hutang negara.
- Administrasi keuangan negara → semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan
uang (baik uang maupun barang) yang dapat menjadi kekayaan negara.
- Keuangan negara → seluruh kekayaan (termasuk harta serta segala hak & kewajiban
yang timbul karenanya) baik kekayaan yang berada dalam penguasaan pejabat-pejabat
/ lembaga-lembaga pemerintah, maupun dalam pengurusan bank-bank pemerintah
dengan status hukum publik atau perdata.
- Unsur / aspek keuangan negara :
1. Hak Hak Negara
menyangkut masalah keuangan negara, termasuk kewenangan pemerintah
mengisi kas negara dalam rangka membiayai kepentingan aparatur negara &
masyarakat. Negara diberi hak:
a. hak monopoli mencetak uang
b. hak memungut pajak, bea, cukai, dan retribusi
c. hak memproduksi barang & jasa yang dibutuhkan masyarakat
d. hak melakukan pinjaman
2. Kewajiban Negara
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 :
a. melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. memajukan kesejahteraan umum
c. mencerdaskan kehidupan bangsa
d. ikut melaksanakan ketertiban dunia
selain itu juga :
e. melakukan pembayaran atas hak-hak tagihan
3. Ruang Lingkup Keuangan Negara
ada 2 komposisi :
a. keuangan negara yang langsung diurus pemerintah
- berupa uang : APBN
- berupa barang : bergerak, tidak bergerak, hewan, dan
persediaan (diatur dalam → Pasal 55 ICW)
Rumah Uya Study Group

b. keuangan negara yang dipisahkan pengurusannya


- kekayaan negara yang pengelolaannya dipisahkan dari
keuangan negara
- cara pengelolaannya didasarkan atas → hukum publik &
hukum privat
- bentuk usaha negara : Perjan, Perum, Persero, dan lembaga
keuangan dalam UU 14/1968 (bank bumi daya, bni 46, bti,
jiwasraya, perum tarpen)
4. Aspek Sosial & Ekonomi Keuangan Negara
- mencakup distribusi pendapatan, kekayaan, dan kestabilan
kegiatan-kegiatan ekonomi.
- pemerintah dapat melakukan pungutan-pungutan pajak kepada
warganya yang mampu → untuk program-program nasional,
membiayai keperluan rutin, dan pembangunan.
Aktiva Pemerintah → Perusahaan negara, tanah yang dikuasai negara, Fungsi perbankan
Anggaran → suatu rencana keuangan yang berisi pemasukan dan pengeluaran negara yang
berlaku untuk 1 periode
Pendapatan Negara
a. Penerimaan Rutin
- Penerimaan pajak
- Penerimaan negara bukan pajak
b. Hibah
Pengeluaran Negara
- Belanja negara
- Transfer ke daerah

Keuangan Daerah
- Berdasarkan Pasal 18 UUD 1945 → daerah diberi hak untuk mengurus rumah
tangganya sendiri, diberikan sumber-sumber pendapatan yang cukup, dan diberi
wewenang untuk menggali segala sumber keuangan yang tersedia (selama tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku).
- Dasar hukum :
1. UU 32/1956 tentang Perimbangan Keuangan antara Negara dengan
Daerah-daerah
2. UU 11/1957 tentang Peraturan Umum Pajak Daerah
3. UU 12/1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah
4. UU 10/1968
5. PP 5/1975
6. PP 6/1975
7. PP Mendagri 11/1975
8. PP Mendagri 8/1978
9. PP Mendagri 11/1978
10. PP Mendagri 4/1979
11. PP Mendagri 1/1980
Rumah Uya Study Group

12. Keputusan Mendagri tentang Pelaksanaan APBD


- Hubungan keuangan pusat & daerah:
2004 2014

secara umum diatur : secara umum diatur :


- UU 33/2004 tentang - UU 3/2004 merupakan “rekan” UU
Perimbangan Keuangan 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
- UU 23/2024 tentang - Sudah dicabut berdasar UU 23/2014
Pemerintahan Daerah
Keterangan :
- Hubungan keu pusat & daerah awalnya diatur oleh UU 33/2004, kemudian
diganti UU 23/2014
- UU 33/2004 “rekan” UU 23/2014 → pengganti UU 23/2014
- UU 33/2004 masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU 23/2014

- Pemerintah pusat → membiayai urusan pemerintah daerah → diklasifikasikan


menjadi :
1. Urusan Pemerintahan Absolut
2. Urusan Pemerintahan Konkuren
terdiri atas urusan wajib & urusan pemerintahan pilihan :
a. Wajib : pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, penataan ruang,
perumahan rakyat, pertanahan, lingkungan hidup, administrasi
kependudukan, pencatatan sipil, pemberdayaan perempuan, dan
perlindungan anak (Pasal 12).
b. Pilihan : kelautan & perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, SDM,
perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi.
3. Urusan Pemerintahan Umum

- Urusan Pemerintahan Kepada Daerah


Hubungan keuangan :
1. Pemberian sumber penerimaan daerah
2. Pemberian dana bersumber dari perimbangan (Perimbangan → dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah (otonom)
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi)
3. Pemberian dana penyelenggaraan otonomi khusus
4. Pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat, insentif → fiskal
Seluruh pendanaan tersebut sesuai dengan urusan pemerintahan yang ditugaskan
sebagai pelaksanaan “tugas pembantuan”.

- Sumber Pendapatan Daerah (PP 5/2005) :


1. Pendapatan Asli Daerah / PAD
a. Pajak Daerah
b. Retribusi
c. Laba BUMN
Rumah Uya Study Group

d. Penerimaan laba dari perusahaan daerah


e. Penerimaan lain-lain
2. Dana Perimbangan
a. Bagi hasil Pajak dan Bukan Pajak
b. Dana Alokasi Umum (DAU) dari pemerintah pusat
c. Dana Alokasi Khusus
d. Dana Perimbangan
e. Pinjaman Pemerintah Daerah
f. Pinjaman untuk BUMD
3. Pendapatan lain yang sah

- Kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah :


1. Pemungutan sumber-sumber pendapatan daerah (UU 5/1974 Pasal 5)
2. Penyelenggaraan pengurusan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan daerah (UU 5/1974 Pasal 62)
3. Penetapan dan perhitungan dasar APBD (UU 5/1974 Pasal 64 Ayat (2) & (3))

- Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan :


1. Subsistem keuangan daerah sebagai konsekuensi pembagian tugas
2. Pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah
3. Sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas
Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan

- Dasar Pendanaan Pemerintahan Daerah :


1. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah
2. Pelaksanaan Dekonsentrasi
3. Dalam rangka “tugas pembantuan”
4. Dekonsentrasi dan/atau penugasan dalam rangka pelaksanaan “tugas
pembantuan” dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

- Larangan :
1. Menetapkan PERDA tentang pendapatan-ekonomi
2. Menetapkan PERDA tentang pendapatan-mobilitas

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Pengantar
Rumah Uya Study Group

Dasar : Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 → “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
Berbentuk Republik”
- Pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara kesatuan → Pemerintah Pusat tanpa
adanya delegasi/ pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah (urusan
pemerintah tidak dibagi antara pemerintah pusat dengan daerah, sehingga urusan
negara dalam negara kesatuan tetap menjadi kewenangan pemegang kuasa)

Politik hukum Indonesia → Pasal 18 ayat (1) → “Negara Kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang”
- Indonesia menganut konsep negara kesatuan terdesentralisasi karena adanya
kesadaran akan betapa luasnya wilayah negara Indonesia dan beragamnya penduduk
Indonesia sehingga konsep sentralisasi akan menyulitkan implementasi kebijakan,
pengawasan, dan kontrol

Negara Kesatuan yang Terdesentralisasi


- Berkaitan erat dengan otonomi daerah → otoda dianggap menjadi instrumen
pemerintahan yang sesuai untuk penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang
efektif dan efisien
- Pasal 18 ayat (2) dan (5) → Pemda Provinsi, Kabupaten, dan Kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai urusan pemerintah
pusat (meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional, dan agama)
- Pemerintah pusat → menjamin keutuhan negara serta menjamin pelayanan yang sama
kepada warga negara (equal treatment)
- Upaya mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial dalam suatu masyarakat
majemuk haruslah diperhatikan, dan harus ada perbedaan pelayanan (different
treatment) dan cara penyelenggaraan pemerintahan (diberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk mewujudkan equal treatment sesuai dengan kondisi di
daerahnya masing-masing)
- Prinsip-prinsip Desentralisasi
a. Prinsip Negara Kesatuan
b. Prinsi Otoda seluas-luasnya
c. Prinsip Pengakuan
d. Prinsip Penghormatan terhadap satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat
Khusus/Istimewa (DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Papua daerah Otonomi
Khusus, Aceh, dan IKN)
- Tujuan Desentralisasi → menjaga keseimbangan ekonomi, sosial, dan politik di
Indonesia
Rumah Uya Study Group

Asas-Asas Otonomi Daerah


1. Desentralisasi → penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada
daerah otonom berdasarkan asas otonomi
2. Dekonsentrasi → pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu dan/atau kepada gubernur, bupati, atau
walikota sebagai penanggungjawab urusan pemerintahan umum
a. Hubungan bersifat hierarkis
b. Murni mekanisme pelaksanaan urusan pemerintah pusat
c. Kemendagri menjadi atasan gubernur dan bupati/walikota sebagai wakil
pemerintah pusat
d. dibiayai APBN
e. Tidak ada kekuasaan mengatur sesuai kepentingan masyarakat setempat
f. Pembentukan dengan persetujuan gubernur
3. Medebewind → penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah pusat untuk
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota
untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah provinsi
a. Dilaksanakan daerah otonom bukan pemerintah daerah
b. Pelaksanaan dibiayai APBN, wajib diinformasikan kepada DPRD (bersama
pengajuan RAPBD)
c. diserahkan kepada daerah dan dapat ditarik kemali
d. pertanggungjawaban kepada pemerintah pusat dan kepada DPRD
e. Dapat menetapkan Perda untuk mengatur penyesuaian

Desentralisasi Dekonsentrasi

Penyerahan urusan pemerintah sepenuhnya Sudah dibagi antara pemerintah pusat dan
ex: pelaksanaan PILKADA daerah, namun terkadang yang sudah dibagi
menjadi urusan pemerintah pusat masih bisa
dilimpahkan sebagian kepada pemerintah
daerah

ex: pemerintah pusat menyerahkan


kewenangan kepada pemerintah daerah atau
gubernur untuk melaksanakan ASEAN
Games, adanya pelayanan pajak di tiap-tiap
daerah sesuai aturan yang berlaku

Wewenang untuk mengatur dan mengurus Penugasan pejabat atau dinas berhubungan
urusan pemerintahan tidak semata-mata hirarkis dalam suatu badan pemerintahan
dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk mengurus tugas-tugas tertentu yang
disertai hak untuk mengatur dan membuat
keputusan dalam masalah-masalah tertentu
Rumah Uya Study Group

yang pertanggungjawaban terakhirnya tetap


pada badan pemerintahan yang
bersangkutan

Karena adanya urusan yang terlampau berat


untuk dijadikan urusan daerah, sehingga
masih dipegang nasional

Menciptakan daerah otonom Tidak menciptakan daerah otonom

Batasnya → batas wilayah yuridiksi daerah Batas wilayah kerja, jabatan, atau
otonom administrasi

Penyerahan wewenang bidang politik dan Penyerahan wewenang bidang administrasi


administrasi saja

Didanai APBD Didanai APBN

Desentralisasi
Kenapa ada desentralisasi?
1. Adanya keinginan memelihara dan mengembangkan satuan pemerintahan asli daerah
untuk menjadi satu satuan ketatanegaraan RI (sebelum penjajahan Indonesia terdiri
dari kerajaan, desa)
2. Supaya dapat membentuk pemda yang menganut asas permusyawaratan dan
perwakilan dalam sistem pemerintahan negara
3. Cocok untuk diterapkan di Indonesia yang luas wilayahnya dan beragam corak
penduduknya
Desentralisasi memahami bahwa wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintah, bukan hanya wewenang pemerintah pusat melainkan juga pemerintah yang lebih
rendah baik teritorial maupun fungsional
Jenis Desentralisasi
1. Desentralisasi Penuh/Otonomi → penyerahan kewenangan mengatur dan mengurus
mengenai asas dan cara menjalankannya (materiil dan formil)
2. Desentralisasi Tidak Penuh/Tugas Pembantuan/Medebewind → sebatas mengatur
dan mengurus cara menjalankannya

Penerapan Sistem Desentralisasi


- Mulai ditata ulang sejak runtuhnya rezim orde baru (1998)
- Penggambaran penerapan asas good governance
- Pemerintah pusat masih memiliki hak untuk mengawasi daerah otonom (meskipun
sudah berwenang untuk mengatur daerahnya sendiri)
- Kewenangan merupakan pelimpahan dari pemerintah pusat

Otonomi Daerah
Rumah Uya Study Group

- merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem NKRI
- Dasar → Pasal 18 Amandemen UUD NRI 1945 pasca tahun 2000 (Pasal 18 ayat 1-7,
Pasal 18A, dan Pasal 18 B)
- Menekankan pada → Prinsip Demokrasi, Peningkatan peran serta masyarakat, dan
pemerataan keadilan dengan memperhitungkan aspek potensi dan keberagaman aspek
antardaerah
- Otoda ada karena pemda diyakini lebih mengerti kebutuhan masyarakat di daerah
tersebut
- Masalah : spanning of interest (tarik menarik kepentingan), upaya pemerintah pusat
untuk memegang kendali itu sangat besar, sehingga kewenangan pemda dibeberapa
rezim menjadi terbatas
- Pasal 18 menurut Bagir Manan:
1. Pemberlakuan asas desentralisasi
2. Pemerintah kepada pembentuk UU untuk melakukan pengaturan desentralisasi
wilayah
3. Pemberlakuan desentralisasi wilayah harus memperhatikan dasar musyawarah
dan hak asli/asal-usul dari daerah khusus

Pasal 18, 18A, dan 18B UUD NRI 1945


1. Otonomi yang seluas-luasnya
2. Otonomi daerah Khusus
3. Otonomi daerah Istimewa
Pasal 5 ayat (1) dan (2) UU PEMDA → Presiden memegang kekuasaan pemerintahan
dalam berbagai urusan pemerintahan (absolut, konkuren, dan umum)
a. Absolut → sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat
1. Bisa didekonsentrasikan
2. Tidak dapat ditugaspembantuankan karena tidak ada perangkat daerah yang
melaksanakan
3. Dibiayai APBN
4. Pembentukan instansi vertikal di daerah tidak perlu persetujuan gubernur
b. Konkuren → dibagi antara pemerintah pusat dan daerah
1. Prinsip pembagian → akuntabilitas, efisiensi, eksternalitas, dan kepentingan
strategis nasional
2. Kriteria pembagian → lokasi pelaksanaan, pengguna/konsumen,
manfaat/dampak, kedudukan strategis bagi kepentingan nasional
3. Ketentuan pembagian → diatur dalam lampiran UU No. 23 Tahun 2014,
Urusan ekologis (ESDM, Kehutanan, Kelautan) hanya diserahkan kepada
daerah provinsi
4. Kelompok Urusan
a. Wajib terkait pelayanan dasar (prioritas)
b. Wajib tidak terkait pelayanan dasar
c. Pilihan
Rumah Uya Study Group

5. Konkuren yang diotonomikan


- asas : urusan pemerintah yang dibagi menjadi kewenangan daerah
dilaksanakan berdasarkan asas otonomi
- dibiayai APBD
- daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus urusan yang sudah
diserahkan kepada daerah sesuai kondisi masyarakat setempat
c. Umum → kewenangan presiden dilaksanakan oleh gubernur, bupati/walikota
- dilaksanakan berdasarkan asas dekonsentrasi karena merupakan kewenangan
presiden yg tidak diotonomikan
- dibiayai APBN
- pertanggungjawaban melalui Mendagri
Pemda
- ada urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan
- urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah melahirkan hubungan antara
pusat dan daerah berupa pembinaan dan pengawasan
- berkewajiban mengelola keuangan daerah
Hubungan Antar Pemerintah di Setiap Tingkat
1. Hubungan Vertikal → lebih menekankan pengawasan dan kontrol dari pemerintah
yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih rendah, untuk:
a. kontrol kualitas tindakan pejabat yang lebih rendah
b. perlindungan hak dan kepentingan masyarakat
c. pencegahan konflik dan penyelesaian sengketa
d. alasan keuangan
2. Hubungan Horizontal → menekankan kerjasama yang kooperatif antara pemerintah
yang lebih tinggi dengan pemerintah yang lebih rendah
Hubungan Pusat dan Pemda dari Waktu ke Waktu
Clarke dan Steward (Teori)
a. The Relative Autonomy Model (Otonomi Relatif) → pemda memiliki kewenangan
yang besar namun tetap harus menghormati pemerintah pusat (terbatas pada peraturan
yang diatur peraturan perundang-undangan)
b. Agency Model → pemda hanya pelaksana, kewenangan terbatas
c. The Interaction Model → ditentukan interaksi yang muncul antara Pemerintah pusat
dan daerah
Indonesia
a. Hubungan Kewenangan → bagaimana kewenangan yang didelegasikan/ bagaimana
otonomi daerah diberikan
b. Hubungan Keuangan → hubungan APBN, APBD, Pendapatan lainnya untuk
pertimbangan dana pusat dan daerah
c. Hubungan Pengawasan → melihat efektivitas dan efisiensi yang dilakukan oleh
pemda dalam pelaksanaan programnya

Praktek Hubungan Pusat dan Daerah berdasarkan Masa Pemerintahan


Rumah Uya Study Group

1. Soeharto (Orde Baru)


- Sistem pemerintahannya sentralisasi
Masalah :
1) Sistem pemerintahannya terlalu sentralistik, paternalistik (keluarga), dan
birokratis sehingga tekanan pusat ke daerah itu tinggi, bahkan banyak daerah
yang ingin melepaskan diri
2) Pemerintah pusat tidak demokratis dan transparan dalam kebijakan ekonomi
dan politik
3) Pemerintah daerah sangat bergantung pada pemerintah pusat, dan pemerintah
pusat tidak memahami keputusan yang cocok diterapkan di daerah
Relasi :
1) UU No. 5/1974 → pajak negara dapat diserahkan kepada daerah dan juga
adanya dana perimbangan antara pusat dan daerah
2) Aparat pemerintahan di daerah sebagai pelaksana pembangunan yang
membantu pemerintah pusat mewujudkan rencana kerja
2. B.J Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati (1999)
- sistem pemerintahannya transisi dari sistem sentralisasi menuju desentralisasi
Masalah :
1) Keputusan akhir tetap ada pada Pusat
2) Kewenangan pembuatan PERDA kerap menimbulkan ketidakpastian dan
kebingungan
3) Perbedaan dalam kapasitas dan sumber daya yang dimiliki oleh daerah
4) Perebutan kewenangan antara pusat dan daerah, disharmoni antara kepala
daerah dan DPRD, minimnya investasi, dan ketimpangan pendapatan antar
daerah
Relasi :
1) UU 22/1999: tanggung jawab untuk bidang-bidang tertentu dilakukan untuk
pemerintah pusat dan daerah.
2) Aceh, Yogyakarta, dan Papua → Otonomi Khusus
3) APBD
4) Perluasan kewenangan Pemerintah Daerah
5) Menerapkan prinsip otonomi riil dan seluas-luasnya, Contoh: kewenangan
membuat PERDA
3. Megawati - SBY (2004)
- sistem pemerintahannya desentralisasi
Masalah :
1) UU 32/2004 → DPRD hanya dapat menyampaikan pendapat mengenai alasan
pemberhentian Kepala Daerah karena melanggar sumpah/janji dan tidak
melaksanakan kewajibannya kepada MA
2) Tidak ada petunjuk/ pedoman standar terkait dengan pelayanan publik dalam
administrasi PEMDA
3) Lemahnya kewenangan untuk mengawasi pemerintah kabupaten dan kota →
kerusakan lingkungan
4) Pengelolaan keuangan daerah yang tidak efisien
Rumah Uya Study Group

Relasi :
1) Pemberian otonomi yang lebih luas → UU 32/2004 → PEMILUKADA
2) Menganut asas otonomi riil dan seluas-luasnya
3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan
pemerintah daerah dibiayai dari dan atas beban APBD

4. SBY-Jokowi (2014)
- sistem pemerintahan desentralisasi
Masalah:
1) Disharmonisasi hubungan daerah dengan pusat
2) Pengatran sanksi administratif bagi kepala daerah yang tidak terlaksana
dengan baik
3) Adanya UU Cipta kerja dikatakan sebagai The New Sentralisme krn peran
pemda dikurangi (Pasal 147 Ciptaker)

Relasi:
1) UU 23/2014 → pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah
2) Urusan pemerintahan: konkuren, mutlak, dan umum.
3) NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) oleh Pemerintah Pusat
4) Desentralisasi asimetris
5) Otonomi yang nyata, bertanggung jawab, dan dinamis

5. Jokowi (UU No. 11/2020 → Cipta Kerja)


- sistem pemerintahan sentralisasi
Masalah :
1) Pemerintahan sentralistik
2) Peran Daerah berkurang dan dibatasi → Pasal 174
3) Pencabutan beberapa kewenangan pemerintah daerah di bidang perizinan

Relasi :

1) UUCK menyederhanakan aturan atau birokrasi, juga obesitas regulasi


2) Asas norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) dalam
rangkapenyelenggaraan urusan pemerintahan

Beschikking (Ketetapan/Keputusan)

Definisi
1. WF PRINS → tindakan hukum sepihak dalam lapangan pemerintahan yang
dilakukan oleh alat pemerintahan berdasarkan wewenang yang ada pada alat/organ
itu
2. E. Utrecht → perbuatan hukum publik bersegi satu (yang dilakukan oleh alat
pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa)
Rumah Uya Study Group

3. Umum → ketetapan pemerintah yang diterbitkan apabila (1) tidak ada regulasi yang
ada terkait hal tersebut (2) Ada urgensi untuk dijelaskan oleh pemerintah (3)
Menyelaraskan kebijakan yang ada untuk memberikan manfaat bagi masyarakat
4. Pasal 1 Angka 3 UU No. 3/1986 → suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku, yang bersifat konkret, individual, final, yang menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan hukum perdata
Kata kunci : perbuatan hukum publik bersegi satu (perbuatan sepihak pemerintah), diperoleh
berdasarkan wewenang, dimaksudkan supaya terjadi perubahan dalam lapangan hukum

Ciri Beschikking
1. Sudah terikat oleh orang, tempat, dan waktu
2. Lebih konkrit/ nyata, individual, dan final
3. Bisa diuji pengadilan

Elemen Beschikking
1. Diberikan oleh pejabat negara
2. Diberikan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat berdasarkan UU (lanjutan dari
regulasi yang kurang jelas)
3. Tujuannya harus selaras dengan regulasinya
4. Menyejahterakan masyarakat

Keputusan → Pernyataan kehendak tertulis secara sepihak dari organ pemerintahan pusat,
yang diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan dari hukum tata negara atau hukum
administrasi negara, yang dimaksudkan untuk penentuan, penghapusan, atau pengakhiran
hubungan hukum yang sudah ada, atau menciptakan hubungan hukum baru, yang memuat
penolakan sehingga terjadi penetapan, perubahan, penghapusan dan penciptaan.

Unsur Ketetapan (Pasal 1 ayat (3) UU No. 5 Tahun 1986)


1. Penetapan Tertulis
2. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN
3. Berdasaran peraturan perundangan yang berlaku
4. Bersifat konkret, Individual, dan Final
5. Menimbulkan akibat hukum
6. Bagi seseorang/badan hukum perdata

Unsur-Unsur Keputusan
1. Nama organ yang berwenang
2. Nama dari yang dialamatkan dan nama dari suatu obyek tertentu
3. Kesempatan yang menimbulkan suatu keputusan, izin-izin, dan subdisi-subsidi
(permohonan) serta keputusan tertentu yang dapat diumumkan (surat penentukan
pajak)
4. Suatu ikhtisar dari peraaturan perundang-undangan yang cocok
Rumah Uya Study Group

a. Penyebutan peraturan perundang-undagan yang cocok dalam rangka suatu


motivasi yang baik
5. Penetapan fakta yang relevan dan kepentingan yang harus dipertimbangkan
6. Pertimbangan-pertimbangan hukum
a. Suatu hukum yang bermotivasi baik mengandung uraian dari interpretasi
peraturan perundang-undangan yang cocok, yang ditangani badan penguasa
itu
7. Keputusan, yang berkisar atas segala-galanya, keseluruhan dari hak dan kewajiban
yang lahir dari keputusan itu
8. Motivasi dalam arti sempit
a. Motivasi itu memberi pertimbangan konkret tentang mengapa pertimbangan
hukum yang bersangkutan dan penelitian fakta telah mengarah ke keputusan
ini
9. Pemberitahuan lebih lanjut
a. Misal kerap kali terdapat petunjuk ttg kemungkinan perlindungan hukum,
walau hal itu pada saat ini tidak diwajibkan dalam perundang-undangan

Bagaimana Peraturan Beschikking secara lisan?

Kasus : pelaksanaan becak motor di tugu tidak diperbolehkan sampai daerah UGM.
Meskipun dalam regulasinya hanya dijelaskan peraturan mengenai becak motor hanya boleh
mencakup sekitar jogja dan tidak sampai sleman, tetapi dalam hal ini Sultan menerapkan
beschikking untuk mengatasi kemacetan meskipun peraturan tersebut hanya diterapkan
secara lisan

Penyelesaian :

a. Harus berbentuk tertulis untuk pembuktian sendiri (dalam lapangan/persidangan) akan


kompleks
b. Bisa dianggap sebagai beschikking. Karena terlepas tidak menerbitkan SK, tapi dia
secara lisan sudah memberikan keputusan di bawah kompetensinya atas badan atau
pejabat TUN dan dia bertindak didasarkan pertimbangan terlebih dahulu
c. Tidak serta merta harus dalam bentuk surat karena akses surat pemerintah cukup sulit

Lingkup Beschikking

Aturan dalam lingkup TUN :

1. Keputusan perundang-undangan
2. Keputusan yang berisi ketetapan/penetapan
3. Keputusan yang bukan peraturan tetapi memiliki akibat umum; pengesahan,
penundaan, dan pembatalan suatu perda (Pemerintah batalkan perda tentang PPKM)
4. Keputusan perencanaan
5. Keputusan kebijakan (beleidsregel) atas dasar kebebasan bertindak
- Sifatnya kompleks karena subjektif tergantung orang yang mengambilnya
a. Kasus covid ada aturan 1/2/3/4, Sultan mengumumkan jogja masuk
level 4, lapangan bilang penyebaran covid sudah tidak tinggi, maka
Rumah Uya Study Group

keputusan level 4 yang berakibat ekonomi tidak bisa dikatakan


keputusan yang tepat jadi bisa digugat ke TUN karena data lapangan
berbeda dengan apa yang diinstruksikan oleh gubernur
b. Paling sering digugat → beleidsregel/keputusan kebijakan atas dasar
kebebasan bertindak atas kewenangannya (pemimpin daerah, walikota,
menteri)

Unsur Beschikking (lagi)

1. Pernyataan kehendak sepihak (enjizdige schriftelijke wilsverklaring)


2. Dikeluarkan oleh organ pemerintahan (bestuurorgaan)
3. Didasarkan pada kewenangan hukum yang bersifat publik (publiekvoegheid) →
memiliki implikasi yang luas kepada masyarakat
4. Ditujukan untuk hal khusus atau persitiwa konkret dan individual
5. Dengan maksud untuk menimbulkan akibat hukum dalam bidang administrasi →
kalau ada PKM level 4 oleh Gubernur DIY, maka akan terjadi perubahan dalam
lapangan hubungan hukum karena tidak ada transaksi penjual pembeli di lapangan,
aktivitas pemerintahan itu terbatas

Jenis Beschikking

1. Sifat
a. Deklatur → diterbitkan tanpa ada regulasi di atasnya, tidak mengubah hak dan
kewajiban
b. Konstitutif → berdasarkan regulasi di atasnya, melahirkan hak dan kewajiban
2. Waktu
a. Berlaku sementara → surat ijin
b. Berlaku selamanya → ijazah, imb
3. Akibat
a. yang melarang
b. yang menyediakan jumlah uang
c. yang memberi suatu kedudukan
d. yang membebankan kewajiban
e. Ketetapan penyitaan
4. Pihak yang Mengeluarkan
a. Perseorangan
b. Kebendaan

Macam-macam Keputusan

1. Keputusan yang menguntungkan dan Keputusan yang memberi bebasn


2. Keputusan bebas dan keputusan mengikat
3. Keputusan positif dan keputusan negatif
4. Keputusan Fiktif Negatif dan Fiktif Positif

Syarat Sah Keputusan

1. Organ/Badan/Pejabat → keputusan harus dibuat oleh organ/pejabat yang berwenang,


berakibat:
a. Substansi → keputusan TUN itu sendiri substansinya apa
Rumah Uya Study Group

b. Lokasi penerapan → keputusan itu lokasinya dimana, bagaimana implikasinya


kepada masyarakat setempat
c. Waktu → apakah ada durasi pelaksanaan TUN itu sendiri
2. Bentuk → keputusan harus memenuhi syarat formal :
- Prosedur/cara pembuatannya
- Bentuk keputusan
a. Harus diberi bentuk sesuai dengan peraturan yang menjadi dasarnya
dan harus menurut prosedur pembuatnya.
b. Bentuk putusan bermcam: surat edaran, surat penetapan, surat
keputusan
- Pemberitahuan pada yang bersangkutan
a. Jika pemerintah sudah menerbitkaj putusan, mereka harus publish agar
masy punya waktu 90 hari utk mengecek apakah mau banding/tidak
b. Namun, faktanya utk mengakses putusan SK nya saja itu jarang bisa
diakses
3. Lengkap → keputusan tidak boleh memuat kekurangan yuridis karena:
a. Dwaling → kesesatan/kekhilafan (jika tidak melaksanakan putusan ini maka
masyarakat akan mendapat denda sebesar …)
b. Dwang → paksaan
c. Bedrog → penipuan
4. Sesuai dasar → isi dan tujuannya harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan
dasarnya
a. Harus langsung terarah pada sasaran tujuan sehingga efisien dan akurat
b. Apabila tidak sesuai dengan isi dan tujuan maka bisa digugat agar dibatalkan

Keputusan yang tidak sah

1. Batal karena hukum


2. Batal mutlak → dapat dituntut semua orang
3. Batal Nisbi → dapat dituntut orang tertentu
4. Yang dapat dibatalkan
5. Yang dapat dibatalkan mutlak
6. Yang dapat dibatalkan nisbi

Perubahan Keputusan

a. Kesalahan konsideran → ketidaksesuaian penempatan rumusan baik pertimbangan


maupun dasar hukum dalam konsideran menimbang dan/atau mengingat.
b. Kesalahan redaksional → kelalaian dalam penulisan dan kesalahan teknis lainnya.
c. Perubahan dasar pembuatan keputusan
d. Fakta baru

Pencabutan dan Pembatalan Keputusan

- hanya dapat dilakukan apabila terdapat cacat → wewenang, prosedur, substansi.


- dapat dilakukan oleh → pejabat pemerintahan yang menetapkan keputusan, atasan
pejabat yang menetapkan keputusan, atas perintah pengadilan
Rumah Uya Study Group

Berakhirnya Keputusan

a. Habis masa berlakunya


b. Dicabut oleh pejabat pemerintahan yang berwenang
c. Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang/berdasarkan putusan pengadilan
d. Diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

Tidak Termasuk Keputusan TUN

1. yang merupakan perbuatan hukum perdata


2. yang merupakan pengaturan yang bersifat umum
3. yang masih memerlukan persetujuan
4. yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan KUHP dan peraturan perundang-undangan
lain yang bersifat hukum pidana
5. yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
6. mengenai Tata Usaha TNI
7. keputusan KPU baik pusat/daerah terkait hasil pemilu

Perkembangan yang Mengecualikan Pasal 2 UU PTUN


1. Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum perdata
2. Keputusan TUN yang merupakan pengaturan
3. Mengenai tindakan terkait pemilihan umum

Sengketa PTUN
sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan
hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di
daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (UU PTUN)

Objek Sengketa PTUN


- UU PTUN → Keputusan TUN (sifatnya individual, konkret, dan final)
- UU Adm Pemerintahan → Tindakan Administrasi Pemerintahan

Apakah Beschikking bisa masuk ranah TUN


a. Bisa → beschikking termasuk administrasi negara
b. Tidak bisa → tergantung nature beschikking itu sendiri
- Jika beschikingnya itu tidak ada masalah tentu tidak perlu masuk TUN karena
dirasa sudah dapat memberi manfaat dan sesuai prosedur
- Sementara beschiking yang bisa masuk ke TUN itu (rata-rata) yang muncul
dari diskresi (dibuat oleh pejabat negara dan ketika melaksanakan diksresi
mereka melanggar sejumlah ketentuan dalam pembuatan diskresi)
Rumah Uya Study Group

Perkembangan dari UU PTUN

1. Penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual


2. Keputusan Badan dan/atau Pejabat TUN di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
penyelenggara negara lainnya
3. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan dari AUPB
4. Bersfiat final dalam arti lebih luas
5. Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum
6. Keputusan yang berlaku bagi warga masyarakat.

Perbedaan Diskresi dan Beschikking


→ Diskresi ada batasannya, beschikking tidak ada

Doktrin Kepercayaan Publik


- negara wajib menaga marwah kepercayaan yang telah diberikan kepada mereka dari
masyarakat untuk menjalankan tugas mereka sesuai konstitusi
Contoh:
a. 2023. Menkeu memecat RAT karena perilaku RAT yang merupakan seorang eselon
III yang memiliki kekayaan 56 M dan anaknya MDS kerap pamer di media sosial
b. 2022. FS melakukan pembunuhan berencana kepada ajudannya dengan menggunakan
relasi kuasa dan membuat skenario palsu untuk kabur dari jerat hukum

Upaya Administratif (Internal dan Eksternal)


- Inspektorat Utama 1 → untuk urusan internal → SDM, SOTK, SOP, dan alur bisnis
dalam K/L
- Inspektorat Utama 2 → untuk urusan eksternal → masalah keuangan, APBN, audit
→ review processnya di PTUN melalui gugatan
- Indonesia menggunakan Austrian Model

Mekanisme dan Implikasi putusan PTUN


- Durasi untuk mengajukan gugatan PTUN 90 hari. Cukup tidaknya itu tergantung
casenya. Cukup apabila kasusnya ringan, aturannya sudah cukup jelas, sehingga
review putusannya cukup cepat. Tidak cukup untuk kasus berat, seperti kasus policy
kebijakan PPKM
- Dipatuhi: sanksi internal dan eksternal dari PTUN sesuai gugatan
- Tidak dipatuhi: sejauh ini tidak ada paksaan untuk mematuhi putusan PTUN
Fiktif Positif dan Fiktif Negatif
a. Fiktif Positif
- Mengajukan KTP dengan durasi 10 hari kerja, dokumen lengkap, namun KTP
nya tidak direspon oleh dukcapil. Tapi apabila kemudian setelah 10 hari tsb
meskipun tidak di respon tapi yang bersangkutan menerima KTPnya, maka
disebut fiktif positif
b. Fiktif Negatif
- Apabila tidak ada kejelasan dan KTP tidak diberikan maka jadinya Fiktif
Negatif
Rumah Uya Study Group

Case :
Jembatan Stasiun Sudirman, dibawahnya ada kali dan lorong MRT. Kontraktor dan
Gubernur DKI membuat perizinan kerja. Prosedural pengajuan kontraknya adalah selama 14
hari kerja untuk pengajuan izinnya. Ketika kontraktor mengajukan surat, Gubernur DKI tidak
memberikan respon. Padahal, kontraktor memiliki semacam target harian untuk proyeknya.
Lalu, apa yang dilakukan oleh kontraktor apabila surat tersebut tidak direspon dan terjadi
kebocoran saluran ?

Argumentasi :
Apakah Kontrak masuk KTUN?
- Sisi HK (kontraktor) : kontrak jelas masuk KTUN karena bersifat konkret, individual,
dan final sehingga argumentasinya menggunakan fiktif negatif karena seharusnya
pemerintah berikan jawaban selama 14 hari kerja.
- Kontrak tidak masuk KTUN sehingga gunakan fiktif positif, karena kontraktor harus
mencapai target ya mau ngga mau meskipun pemerintah ga jawab tetep dianggap
kasih izin

Hukum Pelayanan Publik


- kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh petugas pelayanan publik (Instansi penyelenggara negara,
BUMN/D, Lembaga non Kementerian, Swasta/Organisasi yang melaksanakan misi
negara karena UU)
- Peran Ombudsman (UU No 37/2008) → Mengawasi, menerima laporan, membuat
rekomendasi atas laporan
- Perluasan peran → melakukan mediasi dan konsiliasi, memutuskan pengaduan
melalui ajudikasi khusus
- Problematika → sub tautan yang terlalu banyak

Case 1
Komunitas Konsumen Indonesia menggugat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI
ke Pengadilan Tata Usaha Negeri (PTUN) Jakarta terkait kasus obat sirup. Gugatan itu dilayangkan
pada 11 November 2022 dan telah diregister dengan nomor perkara 400/G/TF/2022/PTUN.JKT.
Ketua Komunitas Konsumen Indonesia David Tobing menganggap bahwa BPOM RI telah melakukan
perbuatan melawan hukum penguasa dan menilai lembaga tersebut melakukan sejumlah
pembohongan publik. "Pertama karena tidak menguji sirup obat secara menyeluruh. Pada tanggal 19
Oktober 2022 BPOM RI sempat mengumumkan 5 obat memiliki kandungan cemaran EG/DEG (etilen
glikol/dietilen glikol) namun pada tanggal 21 Oktober 2022 malah BPOM RI merevisi 2 obat
dinyatakan tidak tercemar,” ungkap David dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin
(14/11/2022). “Kedua, pada tanggal 22 Oktober 2022, BPOM RI mengumumkan 133 obat dinyatakan
tidak tercemar, kemudian pada tanggal 27 Oktober 2022 menambah 65 obat sehingga 198 obat
diumumkan BPOM RI tidak tercemar EG/DEG. Namun di tanggal 6 November 2022 justru malah
dari 198 sirup obat, 14 sirup obat dinyatakan tercemar EG/DEG,” kata dia. Menurut dia, langkah
BPOM itu membahayakan. David juga menganggap BPOM tidak melakukan kewajiban hukumnya
untuk mengawasi peredaran obat sirup dengan baik. Ia menyayangkan pengawasan BPOM justru
Rumah Uya Study Group

“dilimpahkan” kepada industri farmasi. Ia beranggapan bahwa kebijakan itu melanggar asas umum
pemerintahan yang baik, yaitu asas profesionalitas. "Badan publik seperti BPOM itu seharusnya
melakukan tugas dan wewenang untuk menguji sendiri bukan diaerahkan ke industri farmasi,” ujar
dia. David juga menilai, BPOM melanggar asas kecermatan karena menyampaikan informasi publik
yang dianggap berubah-ubah terkait daftar obat sirup yang tercemar etilen glikol dan dietilen glikol.
Baginya, pengumuman yang berubah-ubah ini merugikan serta membahayakan. Menurut dia, asas
keterbukaan juga dilanggar dalam hal ini. "BPOM RI jelas melakukan perbuatan melawan hukum
penguasa karena dari awal tidak inisiatif dan dalam perkembangannya malah melimpahkan kesalahan
ke Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, dan perindustrian,” kata David.
Dikutip situs resmi SIPP PTUN Jakarta, gugatan Komunitas Konsumen Indonesia tersebut
saat ini berstatus penunjukan juru sita. Pada pokoknya, Komunitas Konsumen Indonesia
mempersoalkan penjelasan BPOM RI yang dianggap berubah-ubah terkait cemaran etilen glikol dan
dietilen glikol pada obat sirup, yaitu penjelasan bertanggal 19 Oktober 2022, 20 Oktober 2022, dan 23
Oktober 2022. Dalam petitumnya, Komunitas Konsumen Indonesia berharap majelis hakim PTUN
Jakarta menyatakan BPOM RI melakukan perbuatan melawan hukum oleh badan/pejabat
pemerintahan. Mereka juga meminta majelis hakim PTUN Jakarta menghukum BPOM dengan
memerintahkannya melakukan pengujian seluruh obat sirup yang telah diberi izin edar. Majelis hakim
juga diminta menghukum BPOM untuk meminta maaf kepada konsumen dan masyarakat Indonesia.

Pertanyaan :
1. Pertanggungjawaban soal pengawasan dalam kementerian non lembaga bagaimana?
- Kemenkes ke BPOM bisa digugat ke PTUN, pertanggungjawabannya langsung ke
presiden (karena BPOM setara dengan kementerian)
- BPOM ke Industri farmasi, bisa digugat ke PN atau PTUN tergantung gugatannya
- Masyarakat bisa gugat ke PTUN (terkait pengawasan), bisa ke PN (untuk keluarga
korban yang mengalami kerugian)
2. Dalam konteks ini apakah manifestasi skema penyelesaian masalah dalam pelayanan publik
dapat ditempuh? bisa

Case 2:
Somat adalah alumni fakultas hukum yang kini memiliki “ASIK”, sebuah perusahaan
cryptocurrency yang menyediakan token utilitas yang digunakan dalam ekosistem game Web3
Indonesia seperti ZZVerse, Nusantaraverse, dan Indo-Web3. Sampai saat ini, ASIK belum menjadi
penyedia token yang diakui secara hukum menurut Peraturan Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi (Bappebti) No. 10 Tahun 2020, sehingga pimpinan ASIK sedang mencari
persetujuan dari Bappebti.
Pada tahun 2022, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-Undang No. 89
Tahun 2022 yang mengatur dalam salah satu klausul bahwa penyedia cryptocurrency harus memiliki
prosedur operasi standar komprehensif yang disetujui pemerintah untuk mendapatkan pengakuan
hukum. Pada awal tahun 2023, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeluarkan Peraturan
Menteri No. 125 Tahun 2023 yang mengartikan SOP “komprehensif” sebagai keharusan memiliki
proses verifikasi 2 langkah yang membutuhkan pin 6 digit dan pengenalan selfie wajah bebek - yang
mana dengan sendirinya bertentangan dengan standar perlindungan data yang ditetapkan oleh UU No.
78 Tahun 2019.
Ternyata, beberapa orang dapat menemukan foto verifikasi dari banyak orang dan membuat
banyak meme menggunakan wajah orang-orang ini dan menyebarkannya secara tidak bertanggung
jawab di internet seperti melalui server game discord. Khawatir dengan masa depan perusahaannya
dan komunitas Web3 Indonesia, Somat memutuskan untuk mempekerjakan Anda sebagai
Rumah Uya Study Group

pengacaranya untuk mengajukan gugatan kepada Kemenhub dan mungkin DPR karena mengesahkan
peraturan dan RUU tersebut.

1. Identify the regelling and principle(s) and beschikking in this scenario!


- Regelling (peraturan yang berlaku) → ada 4 (UU nya)
- Beschikking → SOP Komprehensif berupa verifikasi 2 langkah dengan pin 6 digit dan
pengenalan selfie wajah bebek
2. Dalam konteks pelayanan publik, jika terjadi kebingungan atas kewenangan yang mengatur
terkait pelayanan publik dan regulasi maka dalam kasus ini siapa yang berhak untuk mengatur?
- yang berhak mengatur definisi SOP Komprehensif adalah DPR (legislatif wajib
memberikan penjelasan/interpretasi atas regulasi yang diberikan→ Non degradation
doctrine)
- bisa juga lembaga lain yang mengatur asal legislatif yang mengizinkan

UTS HAN 2022


1. Jelaskan dengan Bahasa anda sendiri apa yang dimaksud Hukum administrasi Negara
dan bagaimana hubungannya dengan HTN, Hukum Perdata dan Hukum Pidana dan
berikan contohnya! (15 poin)
Jawab : HAN adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
administrasi negara (dalam hal ini pemerintah) dengan warga masyarakat, dimana
Administrasi Negara diberi wewenang untuk melakukan tindakan hukumnya sebagai
implementasi dari policy suatu pemerintahan (berkaitan dengan wewenang)

HTN dan HAN → keduanya sama-sama mempelajari tentang negara namun,


terdapat beberapa perbedaan yang disampaikan oleh ahli. Oppenheim menyatakan
bahwa HTN mempelajari negara dalam keadaan statis yang menjelaskan mengenai
pembagian kewenangan kepada pemerintah, sementara HAN mempelajari negara
dalam keadaan yang dinamis dan menjelaskan mengenai implementasi pembagian
kewenangan. Menurut Van Vollenhoven, HTN mempelajari sesuatu yang sifatnya
umum, dan HAN mempelajari hal yang lebih khusus berkaitan dengan eksekutif saja.
Koesoemaatmadja berpendapat bahwa HTN mempelajari hal yang fundamental,
sementara HAN hanya berupa teknisnya saja. Beberapa pendapat juga menyatakan
bahwasannya HAN merupakan kelanjutan HTN

HAN dan Perdata → memiliki kesamaan yakni sama-sama mengatur hubungan


hukum. Perbedaannya terletak pada hubungan antarsubjek hukumnya, hubungan
antarsubjek hukum dalam HAN adalah subordinat, artinya pemerintah memiliki
kedudukan yang lebih istimewa daripada warga negara (meskipun ada batasan supaya
tidak sewenang-wenang). Sementara itu, hubungan antarsubjek hukum pada hukum
perdata adalah sejajar, dimana tidak ada pihak yang diistimewakan. Ada beberapa
teori perdata yang digunakan dalam HAN (Perbuatan melawan hukum, Kebatalan,
dan Dwalling)
Rumah Uya Study Group

HAN dan Pidana → Sanksi pidana digunakan untuk melengkapi sanksi administratif
yang diatur oleh HAN. Namun, sanksi pidana tersebut hanya berfungsi sebagai
ultimum remidium (upaya akhir)

2. Jealskan secara singkat sumber-sumber HAN dan contohnya beserta kekuatan


mengikatnya! (15 poin)
Jawab :
- Sumber Hukum Formal → UU (dalam arti materiil), Praktek Administrasi
Negara (Konvensi), Yurisprudensi, Doktrin → mengikat dengan pasti
- Sumber Hukum Material → Historis (nilai-nilai yang ada pada masa lampau
bisa dijadikan sumber hukum), Filosofis (mengatur nilai-nilai keadilan),
Sosiologis (mengambil nilai yang ada dimasyarakat)

3. Jelaskan bagaimana susunan organisasi pemerintah Republik Indonesia sebagai


Negara kesatuan dan bagaimana Pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah? (20 Poin)
Jawab :
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945, dinyatakan bahwa Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Namun, konsep negara kesatuan
Indonesia berbeda dengan konsep pada umumnya, karena Indonesia menganut konsep
Negara kesatuan yang Terdesentralisasi. Hal tersebut dikarenakan begitu luasnya
wilayah dan beragamnya penduduk di Indonesia. Ciri dari negara kesatuan yang
terdesentralisasi adalah dengan adanya pembagian kewenangan kepada pemerintah
daerah untuk bisa mengatur daerahnya sendiri dengan menyesuaikan kebutuhan
daerahnya (otonomi daerah). Konsep negara kesatuan yang terdesentralisasi tersebut
tertuang dalam Pasal 18 ayat (1) UUD NRI 1945 yang menyatakan bahwa NKRI
dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi tersebut dibagi atas
kabupaten/kota yang masing-masing memiliki pemerintahan daerah yang diatur dalam
Undang-Undang. Jadi dapat disimpulkan, bahwa susunan organisasi NKRI meliputi
(1) NKRI yang dipimpin Presiden, (2) Pemerintah Daerah Provinsi yang dipimpin
oleh Gubernur, (3) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh
Bupati/Walikota
Pembagian Urusan dibagi menjadi 3, (1) Urusan Pemerintahan Absolut
yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat meliputi urusan yang
Rumah Uya Study Group

berkaitan dengan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan
fiskal nasional, serta agama. (2) Urusan Pemerintahan Konkuren yang
kewenangannya dapat dibagi antara pemerintah pusat dan daerah meliputi urusan
pendidikan, kesehatan, dll. (3) Urusan Pemerintahan Umum yang kewenangannya
menjadi kewenangan daerah karena didasarkan atas asas otonomi.
Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah pada umumnya juga
dituangkan dalam asas-asas otonomi daerah berupa Desentralisasi (penyerahan
urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi), Dekonsentrasi (pelimpahan sebagian
urusan pemerintah pusat kepada gubernur atau instansi vertikal di wilayah tertentu,
dan Medebewind (penugasan yang diberikan kepada pemerintah daerah oleh
pemerintah pusat)
4. Dalam Negara Hukum setiap pejabat untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang
menjadi tugas jabatanya harus dilaksanakan berdasarkan kewenangan. Sumber
kewenangan itu ada 3 (tiga) yaitu atributif, delegatif, dan mandat. Jelaskan apakah
pemegang kewenangan delegatif itu dapat mendelegasikan kembali kewenangannya
kepada pejabat yang lebih rendah ? kalau jawabannya dapat, bagaimana bedanya
antara tata cara pelimpahan wewenang berdasarkan delegasi ulang dan mandat dan
jelaskan pula siapa yang bertanggungjawab atas pelaksanaan perbuatan pemerintahan
tersebut ? (20 Poin)
Jawab :
Pemegang Kewenangan delegasi/delegans bisa mendelegasikan kembali
kewenangannya kepada pejabat yang lebih rendah apabila ditentukan lain dalam
peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 13 ayat (3) UU No. 30 Tahun
2014, delegasi tidak bisa didelegasikan lebih lanjut kecuali ditentukan lain dalam
peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dalam Pasal 4 dijelaskan bahwa badan
dan/atau pejabat pemerintahan yang memperoleh delegasi dapat memberikan sub
delegasi tindakan kepada badan dan/atau pejabat pemerintahan lain dengan ketentuan:

1. Dituangkan dalam bentuk peraturan sebelum wewenang dilaksanakan


2. Dilakukan dalam lingkungan pemerintahan itu sendiri
3. Paling banyak diberikan kepada badan dan/atau pejabat pemerintahan satu
tingkat di bawahnya.
Rumah Uya Study Group

Perbedaan tata cara pelimpahan wewenang dengan mandat adalah badan


dan/atau pejabat pemerintah yang menerima mandat harus menyebutkan atas nama
badan dan/atau pejabat pemerintahan yang memberikan mandat. Selanjutnya,
badan dan/atau pejabat pemerintahan yang memperoleh wewenang melalui mandat
tidak berwenang mengambil keputusan atau tindakan yang bersifat strategis
yang berdampak pada perubahan status hukum pada aspek organisasi, kepegawaian,
dan alokasi anggaran. Badan atau pejabat pemerintahan yang memperoleh wewenang
melalui delegasi, tanggung jawab kewenangan berada pada penerima delegasi.
Sedangkan badan atau pejabat pemerintahan yang memperoleh wewenang melalui
mandat tanggung jawab kewenangan tetap pada pemberi mandat.

5. Crince Le Roy menyebutkan setidaknya terdapat 11 asas-asas yang merupakan


bagian dari algemene bepalingen van behoorlijk bestuur (ABBB). Penjelasan tersebut
kemudian dikembangkan oleh Kuntjoro Purbopranoto dengan menambahkan asas
kebijaksaan dan asas kepentingan umum. Jelaskan hubungan kedua asas tersebut
dengan diskresi yang merupakan salah satu dasar dari beleidsregel sebagai bagian
instrumen pemerintahan dan/atau dilakukan dalam kerangka perbuatan pemerintah!
(15 poin)
6. Hukum administrasi negara yang memiliki sifat khas yang membedakannya dengan
pranata hukum lainnya, termasuk adanya kewenangan negara untuk menerapkan
sanksi pidana dalam penegakan pranata hukum administrasi negara. Mengapa ada
kewenangan demikian? Jelaskan! (15 poin)

UTS HAN 2021


1. Setujukan saudara dengan pendapat yang menyatakan bahwa Indonesia adalah
Welfare State dan oleh karenanya kehadiran HAN sangatlah penting untuk dapat
menimbangi besarnya kekuasaan pemerintah? Jelaskan! (bobot: 20)

Jawaban: Setuju. Karena, pasca Perang Dunia II, Indonesia secara tidak langsung
telah mendeklarasikan diri untuk menganut konsep negara welfare state, yang
dibuktikan dengan selarasnya tujuan negara dalam pembukaan UUD NRI 1945 alinea
4 dengan konsep negara welfare state yang pemerintahannya memiliki tanggung
jawab penuh untuk memenuhi kebutuhan dasar sosial dan ekonomi dari setiap warga
negara agar mencapai standar hidupnya (mencapai kesejahteraan rakyat). HAN dalam
konsep negara welfare state sangat diperlukan untuk mengatur mengenai wewenang,
tugas, dan fungsi administrasi negara. HAN dalam welfare state juga memiliki peran
Rumah Uya Study Group

untuk membatasi kekuasaan pemerintah. Oleh karena itu, HAN dalam welfare state
adalah penyelaras seluruh sikap tindak dan penggunaan kekuasaan negara oleh
administrasi negara dengan adaptasi nilai kemanusiaan yang tumbuh di masyarakat.
Dengan demikian, kekuasaan pemerintah menjadi tidak terbatas karena adanya HAN
kemudian pemerintah dapat mewujudkan tujuan dari welfare state yakni mencapai
kesejahteraan masyarakat tanpa adanya kesewenang-wenangan pemerintah.

2. Jelaskan sumber hukum formil apa yang mengikat harus dijadikan landasan setiap
perbuatan pemerintah republik Indonesia berdasarkan Undang Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dan bagaimana dengan pemberlakuan
sumber hukum formil lainnya ? (bobot:20)

Jawab : Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU No 30 Tahun 2014 disebutkan jelas bahwa
setiap keputusan dan/atau tindakan wajib berdasarkan ketentuan perundang-undangan
dan AUPB. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumber hukum formil
Hukum Administrasi Negara yang diatur dalam UU No. 30 Tahun 2014 adalah (1)
Undang-Undang (beserta peraturan pelaksanaannya) meliputi semua produk hukum
yang mengikat semua masyarakat secara langsung dimana hierarkinya diatur dalam
Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011, termasuk pula didalamnya keputusan badan
atau pejabat TUN di tingkat pusat maupun daerah yang mengikat umum. (2) Praktik
Administrasi Negara (Konvensi), yang contohnya adalah AUPB (Asas Umum
Pemerintahan yang Baik), dan Penggunaan lembar disposisi. Praktik Administrasi
Negara dijadikan sumber hukum formil Hukum Administrasi Negara karena
Undang-Undang tidak akan pernah lengkap dan masih memiliki beberapa kelemahan.
Dengan dianggapnya sebagai sumber hukum formal, diharapkan Administrasi negara
mampu mengambil tindakan yang cepat dan penting dalam rangka mewujudkan
pelayanan publik sekalipun peraturannya belum diatur dalam Undang-Undang.

Meskipun demikian, diluar kedua hal tersebut, ada sumber hukum formal lain yang
mungkin untuk digunakan yaitu (1) Yurisprudensi, yaitu Putusan hakim administrasi
negara (PTUN) yang sebelumnya memutuskan perkara administrasi negara dan sudah
memiliki kekuatan hukum yang tetap. (2) Doktrin, yang merupakan ajaran hukum
atau pendapat sarjana hukum yang kemudian memiliki posisi strategis karena menjadi
sumber inspirasi bagi para pembentuk UU dan dapat mendorong timbulnya
kaidah-kaidah Hukum Administrasi Negara

3. Bagaimana susunan organisasi pemerintah Republik Indonesia sebagai Negara


kesatuan dan bagaimana hubungan antara organ – organ Pemerintah dan Pemerintah
Daerah tersebut dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Jelaskan (bobot: 20)
Jawab:
Organ untuk melaksanakan fungsi:
staat organen: organ yg menampung fungsi negara (MPR, DPR, Presiden, MA, BPK,
MK)
Rumah Uya Study Group

regering organen: organ yang menampung fungsi pemerintah/eksekutif (Presiden &


badan yg dibawah presiden, pusat mapun daerah) → pokok bahasan susunan
organisasi pemerintah
Susunan organisasi: pemerintah pusat, dibagi pemerintah daerah/provinsi, pemerintah
kabupaten/kota (Pasal 18 ayat 1 UUD 1945)
Hubungan: Dalam negara kesatuan, pemerintah daerah adalah dependent dan
subordinate terhadap pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya bagian atau
subsistem dari sistem pemerintah nasional, sebagian fungsi pemerintah pusat
didistribusikan ke daerah
3 hubungan pusat dan daerah:
1. Dekonsentrasi: kewenangan masih di pusat tidak didistribusikan ke daerah lain
2. Desentralisasi: penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada
daerah otonom berdasarkan asas otonomi
3. Medebewind: penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah untuk
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi

4. Selain dikenal dalam hukum acara pidana, asas oportunitas juga dikenal dalam hukum
administrasi negara. Jelaskan yang dimaksud dengan asas oportunitas, dan bagaimana
perkembangannya pasca diterbitkannya UU Cipta Kerja? (bobot: 40)
Jawab : Asas Oportunitas dalam Hukum Administrasi Negara adalah asas yang
memberikan kebebasan kepada pemerintah untuk tidak selalu mengabulkan apa yang
dimohonkan oleh warga negara dengan didasarkan pertimbangan tertentu, dalam hal
ini pemerintah mungkin saja mendiamkannya dan menimbulkan konsekuensi berupa
Fiktif Negatif dan Fiktif Positif.

Fiktif Negatif diatur dalam Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986 yang menyatakan bahwa
suatu permohonan terhadap KTUN yang telah melampaui batas waktu penerbitan
KTUN maka permohonan tersebut dianggap ditolak menurut hukum. Selanjutnya
untuk menyelaraskan dengan prinsip good governance yang salah satu aspeknya
adalah pelayanan maksimal kepada masyarakat oleh pemerintah, muncul konsep baru
yakni Fiktif Positif yang diatur pada Pasal 53 UU No. 30 Tahun 2014 yang
menyatakan bahwa apabila suatu permohonan terhadap KTUN telah melampaui batas
waktu dan pemerintah belum mengeluarkan keputusan atau tindakan, maka
permohonan tersebut dianggap dikabulkan menurut hukum.

Perubahan terkait Fiktif Positif terjadi pasca diterbitkannya UU Cipta Kerja.


Sebelumya, dalam UU No. 30 Tahun 2014 disebutkan bahwa keputusan fiktif positif
akan lahir apabila selama 10 hari kerja pemerintah tidak menjawab atau menetapkan
keputusan. Sementara itu, dalam UU Cipta Kerja, keputusan fiktif positif lahir apabila
pemerintah tidak merespons dalam 5 hari, dimana batas waktu respons pemerintah
Rumah Uya Study Group

lebih singkat jika dibandingkan dengan aturan yang sebelumnya ada pada UU
Administrasi Pemerintahan.

UTS HAN 2019

1. Jelaskan pengertian administrasi yang menjadi ruang lingkup Hukum Administrasi


Negara, Administrasi Negara, dan Administrasi Niaga, serta jelaskan mengapa ada
pendapat yang menyatakan penggunaan istilah Hukum “Administrasi Negara” itu
lebih tepat tidak perlu ditambahkan kata “negara” dalam istilah tersebut cukup dengan
istilah “Hukum Administrasi”!
Administrasi dalam HAN: pelayanan umum
Administrasi dalam administrasi negara: suatu proses yang umumnya terdapat
pada semua usaha kelompok, negara atau swasta, sipil atau militer, usaha yang besar
atau usaha yang kecil (Leanord D. White); kegiatan dari sekelompok manusia
mengadakan usaha kerjasama untuk mencapai tujuan bersama (H. A. Simon)
Administrasi dalam administrasi niaga: kegiatan perencanaan dan pengawasan
Hukum administrasi tidak perlu ditambahkan kata “negara” karena kata administrasi
sudah memiliki pengertian yang luas

2. Jelaskan apa perbedaan ruang lingkup Hukum Administrasi dengan Hukum Tata
Negara!
Menurut Oppenheim → HTN mempelajari negara dalam keadaan diam (statis),
sedangkan HAN mempelajari negara dalam keadaan bergerak (dinamis). Sementara
itu, menurut Van Vollenhoven → HTN mempelajari sesuatu yang sifatnya umum,
sedangkan HAN lebih khusus mempelajari eksekutif. Sehingga dapat dikatakan
bahwa HAN merupakan lanjutan dari HTN. Kemudian, cakupan HAN lebih kecil
daripada HTN, karena hanya mengurusi lembaga eksekutif. HTN mempelajari hal-hal
fundamental, HAN hanya berupa teknisnya.

3. Jelaskan dasar argumentasinya tidak terkodifikasinya sumber-sumber hukum dalam


hukum administrasi negara dikaitkan dengan Indonesia sebagai salah satu negara yang
menganut welfare state!
Tidak terkodifikasinya sumber-sumber HAN disebabkan :
a. Peraturan HAN berubah cepat mengikuti zaman, tidak seperti
peraturan-peraturan dalam hukum privat dan pidana yang berubah secara
berangsur-angsur
b. Pembuatan peraturan HAN tidak dalam satu tangan. Kaidah HAN bukan
produk satu lembaga saja, tetapi produk berbagai lembaga negara dan
pemerintahan (misalnya oleh kementrian, pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dll). Oleh karena itu peraturan dalam HAN sangat beranekaragam dan
tidak memiliki suatu sistem yang pasti
Dalam konteks negara kesejahteraan (welfare state) seperti Indonesia, membuat
kodifikasi HAN tidak diperlukan.
Rumah Uya Study Group

4. Jelaskan mengapa praktek yang demikian dimasukkan sebagai salah satu sumber
hukum dalam ranah hukum administrasi negara? Berikan contohnya!
Karena HAN senantiasa bergerak dan sulit untuk dikodifikasi sehingga praktek
administrasi negara diperlukan sebagai sumber hukum formil untuk mengimbangi.
Namun, tidak semua praktek dapat menjadi sumber HAN, hanya keputusan yang
tidak dapat dimintakan banding yang dapat menjadi sumber HAN. Contoh dari
praktek yang dapat menjadi sumber formil HAN adalah AUPB (Asas Umum
Pemerintahan yang Baik) dan Penggunaan lembar disposisi.

5. UU dapat dimaknai dalam arti materiil dan arti formil. Di antara kedua pemaknaan
tersebut, manakah yang relevan dengan undang-undang sebagai salah satu sumber
hukum formil dalam Hukum Administrasi Negara (undang-undang dalam arti materiil
ataukah undang-undang dalam arti formil)?
UU dalam arti materiil, karena UU dalam arti materiil bukan hanya dilihat dari segi
bentuknya, tapi dilihat dari kekuatan mengikatnya. UU dalam arti materiil juga bisa
diartikan sebagai keputusan pemerintah yang isinya mengikat langsung pada setiap
penduduk. Dalam praktiknya, banyak peraturan hukum yang bukan dibuat oleh
Presiden dan MPR, seperti UUD, Kepres, TAP MPR, dll juga menjadi sumber HAN.
Sumber HAN juga banyak berasal dari ketetapan pemerintah/praktek administrasi
negara, yang mana hal tersebut bukanlah dibuat oleh Presiden dan DPR, jadi UU
sebagai sumber hukum formal HAN dalam hal ini adalah UU dalam arti materiil.

6. Beberapa prinsip atau asas yang menjadi pegangan dalam rezim hukum administrasi
negara adalah asas legalitas, asas oportunitas, dan asas het vermoeden van
rechtmatigheid atau asas presumptio justea causoe. Jelaskan secara sederhana maksud
dari asas-asas tersebut dan berikan contoh konkritnya!
a. Asas Legalitas
Setiap tindakan pejabat administrasi negara (pemerintah) harus ada dasar
hukumnya. Jadi, tindakan pemerintah dianggap sah apabila telah diatur dengan
UU. Misalnya pemerintah hendak membuat ketetapan yang belum pernah
diatur di dalam UU sebelumnya, maka ketetapan tersebut tidak memenuhi asas
legalitas.
b. Asas Oportunitas
Pemerintah tidak harus selalu mengabulkan apa yang dimohonkan oleh warga
negaranya dengan pertimbangan tertentu (bisa saja pemerintah mendiamkan).
Contoh konsekuensinya adalah :
- Fiktif Negatif → 90 hari pemerintah tidak menjawab, maka dianggap
menolak. Misalnya seseorang mengajukan pembuatan SIM dengan
jangka waktu 2 minggu, namun apabila di hari ke-15 tidak ada kabar,
maka dinyatakan pengajuan SIM tersebut ditolak.
- Fiktif Positif → 10 hari pemerintah tidak menjawab, maka harus
dinyatakan mengabulkan (peraturan dulu), 5 hari kerja pemerintah
tidak menjawab, maka harus dinyatakan mengabulkan (UU Ciptaker).
Misalnya seseorang mengajukan pembuatan SIM dengan jangka waktu
Rumah Uya Study Group

2 minggu, namun apabila di hari ke-15 tidak ada kabar, maka tetap
dinyatakan bahwa pengajuan SIM tersebut dikabulkan.
c. Asas Het Vermoeden van Rechtmatigheid / Asas Presumptio Iustae Causa /
Asas Praduga Sah
Setiap keputusan administrasi pemerintah harus dianggap benar sampai bisa
dibuktikan sebaliknya oleh hakim sebagai PMH (meskipun sudah diproses di
pengadilan, pemerintah tetap boleh melaksanakan keputusannya → Pasal 67
UU PTUN). Konsekuensi asas ini adalah keputusan yang telah dikeluarkan
oleh pemerintah tidak dapat ditunda pelaksanaannya meskipun ada keberatan
(bezwaar), banding (beroep), perlawanan (bestridden) maupun gugatan oleh
pihak yang dikenai keputusan tersebut. Contohnya → Keppres mengenai
pengangkatan hakim konstitusi digugat ke PTUN karena tidak sesuai dengan
UU MK, maka sebelum pengadilan menjatuhi putusan, keppres tersebut akan
tetap dianggap sah dan bisa dilaksanakan. Apabila ternyata Keppres tersebut
benar bertentangan dengan UU MK maka keppres tersebut bisa dibatalkan dan
dianggap tidak pernah ada

UTS 2020

Kasus:
Indonesia adalah Welfare State dan oleh karena itu pemerintah memiliki kewenangan
yang luas untuk mengatur kehidupan warganya, termasuk memungut pajak. PT X adalah
sebuah perusahaan di bidang konstruksi yang pekerjaannya adalah membangun perumahan
dan kemudian menjualnya kepada masyarakat. Pada prakteknya, ketika melakukan
pembangunan dan penjualan perumahan-perumahan tersebut, PT X mengutip pajak baik dari
karyawan maupun pembelinya yang mana dalam proses penyetorannya ke kantor pajak, PT X
tidak melaporkan seluruh pajak yang mereka kutip. Akibat perbuatannya tersebut, Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) melakukan penyidikan terhadap Direktur PT X atas dugaan tindak
pidana pajak. Sebagai bagian dari penyidikan tersebut, kemudian dilakukanlah penyitaan
terhadap asset PT X. Penyitaan dilakukan sebagai bagian dari penyidikan tindak pidana dan
dilakukan berdasarkan Surat Ijin Penyitaan Pengadilan Negeri Y. Surat Ijin Penyitaan
tersebut dikeluarkan oleh PN Y berdasarkan Permohonan Ijin Penyitaan dari DJP. Pada
perkembangannya, PT X kemudian mengajukan upaya administrasi berupa keberatan kepada
DJP atas surat ijin penyitaan yang dikeluarkan oleh PT Y. Keberatan tersebut kemudian tidak
dijawab oleh DJP hingga jangka waktu 10 hari sebagaimana diatur dalam Ps 53 UU 30/2014
terlampaui.

Pertanyaan:
a. Apakah anda setuju dengan pernyataan bahwa Indonesia adalah Welfare State. Jika Ya
atau Tidak, apa buktinya?
Ya, setuju. Karena, pasca Perang Dunia II, Indonesia secara tidak langsung
telah mendeklarasikan diri untuk menganut konsep negara welfare state, yang
dibuktikan dengan selarasnya tujuan negara dalam pembukaan UUD NRI 1945 alinea
Rumah Uya Study Group

4 dengan konsep negara welfare state yang pemerintahannya memiliki tanggung


jawab penuh untuk memenuhi kebutuhan dasar sosial dan ekonomi dari setiap warga
negara agar mencapai standar hidupnya (mencapai kesejahteraan rakyat). Tujuan
negara yang dimaksud dalam pembukaan UUD NRI alinea 4 tersebut adalah
melindungi seluruh rakyat Indonesia dan tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
b. Apa yang dimaksud Welfare State dan mengapa konsep ini muncul?
Konsep welfare state adalah konsep dimana institusi negara dimana
kekuasaan yang dimilikinya (dalam hal kebijakan ekonomi dan politik) ditujukan
untuk memastikan setiap warga negara beserta keluarganya memperoleh pendapatan
minimum sesuai dengan standar kelayakan. Memberikan layanan sosial bagi setiap
permasalahan yang dialami warga negara (baik dikarenakan sakit, tua, atau
menganggur), serta kondisi lain semisal krisis ekonomi. Memastikan setiap warga
negara mendapatkan hak-haknya tanpa memandang perbedaan status, kelas
ekonomi, dan perbedaan lain.
Konsep ini lahir setelah 2 konsep sebelumnya yaitu political state (monarki)
dan legal state (negara hukum yang statis) dianggap memiliki banyak kekurangan.
Political state menyebabkan tingginya absolutisme raja yang berakibat pada
kesewenang-wenangan raja terhadap rakyat sehingga rakyat menjadi sengsara.
Sementara itu, legal state yang memberikan kebebasan penuh terhadap rakyatnya
justru menimbulkan banyak permasalahan karena kebebasan yang diberikan dirasa
terlalu “bebas” dan pemerintah hanya bisa mencampuri urusan rakyat apabila ada
aduan dari masyarakat. Oleh karenanya, diperlukan sebuah konsep baru yang bisa
menjamin kesejahteraan warga negara tanpa adanya absolutisme raja. Selanjutnya
lahirlah welfare state dimana konsep baru ini memberikan kewenangan kepada
pemerintah untuk masuk ke kehidupan warga negara, namun juga terdapat beberapa
kebebasan yang diberikan kepada warga negaranya (dalam pengawasan pemerintah).
Konsep welfare state ini berorientasi pada kesejahteraan rakyat

c. Salah satu konsep yang penting untuk dipahami dalam HAN adalah konsep
“pemerintah”. Siapakah yang dimaksud pemerintah menurut HAN? Siapakah yang
memenuhi kriteria tersebut dalam kasus? Jelaskan!
Yang dimaksud dengan pemerintah dalam HAN adalah pemerintah dalam arti
sempit atau bestuur yang memiliki makna bahwa pemerintah hanya mencakup
eksekutif saja. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Utrecht
Administrasi Negara adalah gabungan jabatan untuk melakukan sebagian dari
pekerjaan pemerintah yang tidak ditugaskan pada badan pengadilan dan yudikatif
serta legislatif. Namun, apa yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) UU No. 30 Tahun
2014 justru berkebalikan. Dikatakan bahwa Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
adalah unsur yang melaksanakan Fungsi Pemerintahan, baik di lingkungan
pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya. Dan saya tidak setuju dengan apa
yang ada dalam pasal tersebut karena menurut saya, yang termasuk pemerintah dalam
Rumah Uya Study Group

HAN hanyalah pemerintah dalam arti sempit (bestuur) meliputi kekuasaan eksekutif
semata.

d. Dalam HAN juga dikenal konsep “keputusan”. Keputusan ini diatur baik dalam UU
5/1986 maupun UU 30/2014. Apa perbedaan makna keputusan menurut UU 5/1986
dan UU 30/2014? Apakah menurut anda perkecualian yang diatur dalam Pasal 2 UU
5/1986 terkait keputusan juga tetap berlaku setelah UU 30/2014 berlaku?

UU No. 5 Tahun 1986

Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha
Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata

UU No. 30 Tahun 2014

Keputusan Administrasi Negara yang selanjutnya disebut Keputusan adalah ketetapan


tertulis yang dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan

Perbedaan makna keputusan → Menurut saya, perbedaan pengertian dalam kedua


undang-undang tersebut berimplikasi pada perubahan ruang lingkup KTUN, yang
awalnya mencakup sampai ke badan hukum perdata kini dipersempit hanya untuk
badan dan/atau pejabat penyelenggara pemerintahan. Sehingga, badan usaha perdata
yang tidak termasuk penyelenggara pemerintahan tidak tergolong KTUN sehingga
penyelesaian sengketa dan kewenangannya tidak bisa diajukan ke PTUN

Pengecualian yang diatur dalam Pasal 2 UU No 5 Tahun 1986 masih berlaku


meskipun sudah ada UU No. 30 Tahun 2014, karena dalam undang-undang baru tidak
diatur perubahan terkait pengecualian tersebut sehingga supaya tidak terjadi
kekosongan hukum, maka aturan dalam Pasal 2 Uu No. 5 Tahun 1986 masih bisa
berlaku.

a. Apakah surat ijin penyitaan yang dikeluarkan oleh PN yang merupakaan bagian dari proses
penyidikan pidana dan surat ijin permohonan penyitaan dari DJP kepada PN, memenuhi
kriteria keputusan sebagaimana diatur oleh UU 5/1986 dan/atau UU 30/2014. Jelaskan!
b. Apakah sudah tepat jika PT X kemudian mengajukan upaya administrative berupa
keberatan kepada DJP terhadap surat ijin penyitaan yang dikeluarkan oleh PN?
a. Apakah ketika keberatan tidak dijawab oleh DJP hingga jangka waktu 10 hari terlampaui
berarti bahwa DJP telah melakukan tindakan fiktif positif? Apa maksud fiktif positif dan
fiktif negatif? Jelaskan! (Perhatikan UU 30/2014, juga Perma 8/2017).
Jika menurut anda hal tersebut memenuhi/tidak memenuhi fiktif positif, upaya hukum
lanjutan apa yang dapat dilakukan oleh PT X untuk memperjuangkan haknya? (Ingat diskusi
Rumah Uya Study Group

kelas mengenai Perbedaan Pasal 53 dan 75 UU 30/2014)

Anda mungkin juga menyukai