Anda di halaman 1dari 10

BAB II

MITRA DAN TINJAUAN PUSTAKA

Mitra
Lokasi Mitra
Sanggar Wasundari adalah sanggaar seni lukis tradisi wayang kamasan yang
terdapat di desa Kamasan. Desa Kamasan merupakan salah satu dari 53 Desa yang
ada di Kabupaten Klungkung, terletak di Kecamatan Klungkung, Kabupaten
Klungkung, Provinsi Bali. Jarak dari Denpasar ke desa ini sekitar 43 km. Akses sangat
mudah karena dekat (±4km) dari pusat Kota Semarapura, Klungkung. Secara
geografis Desa Kamasan termasuk desa dataran rendah dekat dengan pantai Klotok
atau pantai Jumpai ± 3 km yang terletak pada ketinggian tempat wilayah desa ± 75
m diatas permukaan laut.
Secara geografis Desa Kamasan termasuk desa dataran rendah dekat dengan
pantai Klotok atau pantai Jumpai ± 3 km. Untuk menuju lokasi Desa Kamasan
sebenarnya bisa ditempuh melalui beberapa jalur, tiga diantaranya sebagai berikut :
1. Jalur Barat dari tengah-tengah kota kabupaten ke arah selatan sepanjang
1,5 km berbelok ke kiri langsung sampai banjar Sangging yang merupakan
pusat sentra pengrajin dan seniman seni lukis wayang Kamasan. Ke
selatan sedikit lagi sampai ke banjar Pande Mas, pusat ukiran emas dan
perak.
2. Jalur utara dari kota kabupaten Klungkung agak di bagian timur ke arah
selatan melalui belokan-belokan jalan sampai di banjar Siku.
3. Jalur selatan dari tengah-tengah kota Kabupaten Klungkung ke arah
selatan sepanjang 3 km melalui desa-desa Tojan dan Gelgel sampai ke
banjar Pande, pusat kerajinan ukiran tradisional bahan peluru.

Batasan-batasan
1. Batas Sebelah Utara : Kelurahan Semarapura Klod Kangin
2. Batas Sebelah Timur : Desa Tangkas
3. Batas Sebelah Selatan : Desa Gelgel
4. Batas Sebelah Barat : Desa Tojan

Sejarah Sanggar Wasundari


Sejarah Sanggar Lukis Klasik Wasundari dirintis oleh bapak I Nyoman Mandra
seorang Seniman seni lukis klasik Kamasan yang mendedikasikan hidup dan
napasnya untuk pelestarian seni lukis wayang Kamasan. Beliau yang seorang yatim
piatu berusaha menghidupi dirinya dengan melukis wayang kamasan. Dari
lingkungan dan keluarga seorang seniman lukis yang bernama I nyoman Dogol,
bapak I nyoman Mandra mengenal lukisan klasik yang merupakan warisan secara
turun- temurun. Dari umur 11an beliau sudah mampu berkarya dan menghidupi diri
dan keluarganya. Berakat ketekunannya beliau dengan karyanya menjadi seorang
seniman yang banyak dikenal masyarakat luas. Karya beliau hadir dalam berbagai
pameran baik lokal maupun nasional. Tema-tema yang sering di angkat seperti
wiracerita Mahabarata contohnya karya beliau yang berjudul (Labuh Geni Sita,1972)
kemudian ada cerita Ramayana, Sutasoma, Tantri, Kamasutra, Palendon, dan
Pelelintangan. Pada tahun 1970an beberapa anak ingin belajar melukis pada beliau.
Tidak hanya belajar namun dapat menghasilkan uang untuk menambah uang jajan
dan bebrapa dari anak tersebut merupakan anak yatim piatu dan putus sekolah.
Dengan motivasi dari beliau mereka dapat melanjutkan sekolah kembali dengan
belajar melukis dan bekerja dengan melukis wayang kamasan. Dari hal tersebut
mendorong anak anak yang lain dilingkungan sanggar untuk belajar melukis wayang
pada beliau bahkan sangat didukung oleh orang tua mereka. Karena selain
mendapat ilmu anak-anak juga dapat menambah teman, kreatifitas dan
menghasilkan uang pula. Aktifitas sanggar dan peranannya dalam masyarakat
mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Berdirinya sanggar tidak lepas dari
dukungan pemerintah khususnya dinas pendidikan dan kebudayaan pada saat itu.
Untuk mempermudah koordinasi sehingga pada tahun 1976 resmi menjadi sebuah
sanggar bernama Sanggar Lukis Tradisional Wayang Kamasan. Berbagai kunjungan
dari dinas terkait memberi motivasi anak anak dan dalam belajar dan berkarya
berkarya. Dalam perkembangannya setiap tahun nya semakain banyak yang
berminat belajar melukis tidak hanya dilingkungan Kamasan bahkan dari luar
daerah. Karena berhubungan dengan hoby bliau dibidang tabuh sanggar ini tidak
hanya membina melukis namun juga membina anak anak untuk belajar tabuh mulai
tahun 2000 an. Anakanak diajak untuk belajar tabuh disela sela belajar melukis
sehingga merasa terhibur dan mejadi sarana menghilangkan kejenuhan .
beberapakali anak-anak yangsudah mampu berkarya mengikuti pameran bersama
sanggar di Art Centre, Museum Bali dan Bentara budaya Jakarta bahkan karya
mereka juga di pamerkan diluar negeri di Jerman dan Canada. Karya anak-anak juga
diikutkan dalam lomba lukis tingkat provinsi, nasional bahkan internasional. anak
didik di sanggar ini sudah beberapa kali meraihprestasi meraih emas, perak dan
prunggu di tingkat nasional internasional yang diselenggarakan oleh UNESCO dan
Tokyo Jepang.
Pada tahun 2006 sanggar Lukis Tradisional Wayang Kamasan berubah nama
menjadi Sanggar Lukis Klasik Wasundari karena keikut sertaan sanggar dalam lomba
Gong Kebyar anak-anak sebagai duta kabupaten Klungkung dalam rangka Pesta
Kesenian Bali. Sepeninggal bapak I Nyoman Mandra pada tahun 2018 sanggar
dilanjutkan oleh putri beliau Ni Wayan Sri Wedari, S.Sn. Sanggar Lukis Klasik
Wasundari masih tetap beraktifitas membina anak-anak yang ingin belajar melukis
dan memproduksi lukisan wayang Kamasan bersama anggota sanggar. Karena peran
sanggar dan didikasi sanggar eksistensi membina dan melestarikan seni lukis
Kamasan , pada tahun 2019 Sanggar mendapat penghargaan Kerti Bhuwana Sandhi
Nugraha dari Bapak Gubernur Bali I Wayan Koster . Peranan sanggar lukis Klasik
Wasundari dianggap mampu melahirkan seniman seniman muda sebagai pewaris
seni lukis Kamasan yang dikenal memiliki nilai budaya yang tinggi yang harus
dilestarikan.

Bentuk Usaha
Sanggar Lukis Klasik Wasundari merupakan sanggar yang dibangun dalam usaha
pelestarian budaya Bali khususnya seni lukis Kamasan. Bentuk bidang usaha yang
dijalani adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sanggar lukis yang membina anak-anak belajar Weyang Kamasan
2. Memproduksi Lukisan wayang Kamasan dalam berbagai media seperti
Lukisan, kipas,Topi, tempurung kelapa, Tas, bamboo sebagai dekorasi ruang
atau souvenir
3. Sebagai Art shop yang memasarkan karya lukis dan kerajinan dengan
ornament wayang kamasan
4. Sebagai museum yang memajang karya lukis wayang I Nyoman Mandra
5. Sebagai tempat worshop yang berkaitan tentang lukisan wayang kamasan

Steuktur Organisasi
Ketua sanggar : Ni Wayan Sri Wedari, S. Sn
Wakil Ketua : I kadek Sesangka Puja Laksana
Sekretaris : Ni Made Sri Rahayu
Bendahara : I Nyoman Adi Prabawa
Anggota pengerajin : Ni Wayan Kartini
: Ni Wayan Jempiring
: Ni Made Widanti
: Ni Ketut Wartini
: Ni Nyoman Mandri
: I kadek Darmanta
: I Wayan Ginarta
: I Made Gita
Pengalaman Studi/Proyek
Sanggar Lukis Klasik Wasundari beberapa kali sudah megikuti aktivitas
berkesenian dalam melukis wayang Kamasan seperti:
1. Pameran lukis bersama sanggar di Art Centre
2. Pameran lukis bersama sanggar di Museum Bali
3. Pameran lukis bersama sanggar di Bentara Budaya Jakarta
4. Pameran bersama sanggar di Jerman dan Canada
5. Mengikuti lomba gong kebyar anak-anak duta kabupaten Klungkung
6. Workshop wayang Kamasan bersama Bali Studio Westrn Australia
7. Workshop melukis Wayang Kamasan bersama Mahasiswa ISI Denpasar
8. Workshoop melukis bersama Kuta Internasional School
9. PKL SMSR/SMKN 1 Sukawati Gianyar
10. Proyek lukisan Bali Beach Hotel
11. Proyek lukisan Nusa dua Beach Hotel
12. Proyek perbaikan Lukisan Kerta Ghosa
13. Demontrasi bersama seniman lukis Kamasan di kerta Ghosa

Keunggulan Mitra
Sanggar lukis wayang Wasundari berkembang dibawah pembinaan I Noman
Mandra samapi sekarang tetap mempertahankan tradisi melukis wayang Kamasan
dengan pakem-pakem khas yang dimilikinya. Tehnik yang diterapkan masih
mempertahanka proses tradisional namun tetap meneripa perkembangan tehnologi
sebatas tidakmenghilangkan kekhasanlukisan kamasan. Seperti pewarnaan sudah
mengkobinasikan warna alam dengan sintetis begitu pula alat dari tradisional ke
modern seperti penggunaan pena yip beralih ke pulpen selain praktis dan lebih
mudah penggunaannya. Dari segi tema lukisan tidak hanya menampilkan cerita
pewayangan Ramayana, Mahabarata, sutasoma namun sudah menampilkan cerita
kegiatan sehari hari sesuai pesanan seperti cerita aktivitas kepura, disungai, alam
lingkungan dan cerita keagamaan seperti kristus yang tetap dalam pakem wayang
Kamasan.

Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang mendukung sanggar lukis KlasikWasundari
adalah tempat kerja proses membuat produk wayang Kamasan, Art shoop tempat
memasarkan produk, tempat belajar melukis anak-anak yang luas , tempat proses
ngerus atau setrika lukisan, tempat belajar nabuh untuk hiburan bagi anggota
sanggar dan tempat karya Edukasi I Nyoman Mandra.

Strategi Bisnis
Lukisan wayang Kamasan dalam perkembangnya menjadi bisnis yang
menghasilkan kususnya bagi masyarakat Kamasan. Banyak art shop dan gallery yang
memasarkan produk yang sama sehingga perlu strategi bisnis dalam memasarkan
produk lukisan wayang Kamasan yaitu selain dari mulut kemulut tetap mengikuti
perkembangan tehnologi melaui jejaring social seperti Whatsapp, Instagram,
facebook. Mempertahankan kwalitas produk sangat penting agar produk tetap
diminati konsumen baik dari proses persiapan bahan. Proses berkarya sampai
pengemasan produk yang memenuhi standar produk. Bekerja sama dengan pihak
travel dan Hotel sangat berpengaruh kelancaran usaha. Sikap ramah tamah,
kenyamanan dan penataan lingkungan yang mendukung juga memberikan nilai plus
terhadap usaha sehingga pelanggan tetap setia membeli jasa atau produk.

Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini dilakukan melalui penelusuran beberapa


teks, hasil penelitian yang bertemakan bentuk-bentuk pelelintangan sebagai
sumber inspirasi seni lukis. Merupakan satu topik yang dijadikan penelitian untuk
menganalisis makna-makna yang terkandung dalam tema pelelintangan. Secara
culture studies ada beberapa studi yang dijadikan acuan sebagai informasi dalam
mengetahui bentuk dan makna yang terkandung dalam pelelintangan, yang
dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama. I Wayan Rupa (2014), dalam bukunya yang berjudul “Kajian Astronomi
Tradisional Pelelintangan di Lombok Nusa Tenggara Barat”, Dalam sejarah suatu
masyarakat, baik yang sifatnya tradisional maupun modern, perhitungan waktu
merupakan hal yang amat vital. Perhitungan waktu senantiasa menemani hidup
suatu masyarakat, baik dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomis, religius
maupun sosial. Bahkan tidak jarang ditemukan kepercayaan bahwa perhitungan
waktu dapat menentukan tingkat keberhasilan dan keberkahan dalam
menjalankan suatu kegiatan. Perhitungan waktu disini adalah kalender yang
dalam beberapa masyarakat tradisional merupakan anak kandung dari ilmu
perbintangan. I Wayan Rupa lebih mendeskripsikan waktu merupakan hal
terpenting atau vital dalam kegiatan manusia. Sedangkan dalam penelitian yang
dilakukan, penulis ingin berfokus pada bentuk-bentuk dari pelelintangan.

Kedua. Kalender, yang berisikan makna dari setiap lintang. Perbedaan kalender
dengan penelitian penulis adalah memvisualkan bentuk dari pelelintangan.

Tinjauan Tentang Pelelintangan


Ilustrasi pelelintangan merupakan pengetahuan astronomi tradisional yang memuat
informasi tentang ramalan watak/kepribadian dan nasib seseorang menurut hari
kelahiran. Dengan membaca pelelintangan seseorang dapat mengetahui ramalan
kepribadian serta keberuntungan. Hal ini memiliki kesamaan dengan apa yang kita
kenal dengan ramalan bintang, yang mengacu dari tradisi bangsa Yunani. Dalam
menentukan lintang sesorang dilakukan dengan menghitung pertemuan antara
sapta wara dengan panca wara menurut penanggalan Bali. Sapta wara antara lain
Redite, Soma, Anggara, Buda, Wrespati, Sukra, dan Saniscara. Panca wara yaitu
Umanis, Paing, Pon, Wage, Kliwon. Pertemuan sapta wara dengan panca wara
menghasilkan 35 istilah dan bentuk dari lintang antara lain:

1. Minggu Legi (Redite Umanis) menghasilkan lintang Kala Sungsang. Lintang ini
menampilkan bentuk kala yang memiliki posisi kepala dibawah dengan kaki
di atas

2. Minggu Paing (Redite Paing) menghasilkan lintang Gajah. Lintang ini jelan
menampilkan hewan gajah yang memiliki badan besar dan belalai

3. Minggu Pon (Redite Pon) menghasilkan lintang Patrem. Lintang ini


menampilkan bentuk senjata keris

4. Minggu Wage (Redite Wage) menghasilakan lintang Waluku. Lintang ini


menampilkan bentuk orang yang sedang membajak sawah

5. Minggu Kliwon (Redite Kliwon) menghasilkan lintang Laweyan. Lintang ini


menampilkan bentuk tubuh tanpa kepala

6. Senin Legi (Soma Umanis) menghasilkan lintang Kelapa Sunde. Lintang ini
menampilkan bentuk pohon kelapa

7. Senin Paing (Soma Paing) menghasilkan lintang Kuskus. Lintang ini


menampilkan bentuk dupa

8. Senin Pon (Soma Pon) menghasilkan lintang Wulanjar. Lintang ini


menampilkan orang yang memberi hadiah

9. Senin Wage (Soma Wage) menghasilkan lintang Lembu. Lintang ini


menampilkan seekor hewan lembu

10. Senin Kliwon (Soma Kliwon) menghasilkan lintang Pedati. Lintang ini
menampilkan bentuk pedati/gerobak
11. Selasa Legi (Anggara Umanis) menghasilkan lintang Kuda. Lintang ini
menampilkan bentuk seekor hewan kuda

12. Selasa paing (Anggara Paing) menghasilkan lintang Rakata. Lintang ini
menampilkan bentuk kepiting

13. Selasa Pon (Anggara Pon) menghasilkan lintang Sona. Lintang ini
menampilkan bentuk seekor hewan anjing

14. Selasa Wage (Anggara Wage) menghasilkan lintang Jong Sarat. Lintang ini
menampilkan bentuk perahu yang penuh dengan muatan

15. Selasa Kliwon (Anggara Kliwon) menghasilkan Lintang Sidamalung. Lintang ini
menampilkan bentuk hewan babi betina yang dijumpai dalam kisah
Adiparwa

16. Rabu Legi (

17. Rabu Paing

18. Rabu Pon

19. Rabu Wage

20. Rabu Kliwon

21. Kamis Legi

22. Kamis Paing

23. Kamis Pon

24. Kamis Wage

25. Kamis Kliwon

26. Jumat Legi


27. Jumat Paing

28. Jumat Pon

29. Jumat Wage

30. Jumat Kliwon

31. Sabtu Legi

32. Sabtu Paing

33. Sabtu Pon

34. Sabtu Wage

35. Sabtu Kliwon

Anda mungkin juga menyukai