SKRIPSI
Oleh
ADAM GUSTIAWAN AS
NIM 10541 00356 10
Allah maha penyayang dan pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan nikmatnya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada
detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, sang
bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan tetapi menghilang jika didekati.
Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung ikut membantu kelancaran studi dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima
Makassar.
9. Terima kasih kepada keluarga besar seni rupa yang telah membantu
lupakan.
10. Terima kasih pula kepada keluarga besar Gerakan Aktivis Mahasiswa
,
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tinggal di Provinsi Sulawesi selatan. Sedangkan sebutan Enrekang dari ENDEG yang
artinya NAIK DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan
kepastian, sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri dari gunung-gunungdan bukit-
1.786.01 Km².
Berbagai aspek kehidupan terbangun sebagai konkretisasi dari falsafah hidup yang
bentuk sedemikian rupa yang dijadikan sebagai tempat tinggal oleh pemiliknya.
Selain sebagai karya fungsional, rumah adat enrekang juga memiliki falsafah yang
terwujud dalam bentuk bangunan dan ragam hias yang melekat padanya.
lalu. Pembangunan rumah kediaman berarti tanda kehidupan, berarti aktivitas oleh
masyarakat setempat.
masa lampau, khususnya rumah adat Enrekang seakan tergerus oleh kenyataan
hidup saat sekarang. Upaya untuk mengkaji dan memahami falsafah dalam
meninggalkan falsafah yang dianut oleh masyarakat. Hal itu sejalan dengan
falsafah hidup yang telah lama dianut oleh generasi sebelumnya. Mayoritas
manusia saat ini terpaku dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang
lahir dan berkembang di Barat. Kondisi demikian bukanlah suatu kesalahan, akan
falsafah yang dianut oleh masyarakat terdapat kebaikan hidup yang dicita-citakan.
tervisualisasi.
Rumah adat Enrekang menyimpan jejak nilai yang layak untuk dikaji
oleh kalangan yang sadar akan pentingnya melestarikan nilai hidup yang
terbangun sejak lama dalam masyarakat. Bentuk rumah adat Enrekang dan ragam
hiasnya tentunya memiliki pesan dalam bentuk simbol yang seyogyanya dipahami
karya yang berupaya mengkaji falsafah dari masyarakat enrekang dalam bentuk
skripsi dengan judul “Kajian Bentuk Rumah Adat dan Ragam Hias Sapo
masyarakat Enrekang yang pernah diwujudkan dalam pola hidup mereka. Dengan
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Enrekang?
Kabupaten Enrekang?
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Enrekang?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
A. Kajian Pustaka
Ada berapa hal yang merupakan landasan teori yang dijadikan bahan dalam
penelitian ini, mengingat hal tersebut maka keseluruhan hasil penelitian dapat
Sebagai dasar penelitian ini penulis mengutip teori atau pendapat yang
1. Pengertian Kajian
Kajian berasal dari kata„Kaji‟ yang mendapat Imbuh‟an”.Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 431) dijelaskan bahwa pengertian dari
mengkaji.
yang dapat dikenali, seperti kursi atau tubuh manusia yang mendudukinya. Ia
juga bisa secara tidak langsung merujuk pada suatu kondisi khusus dimana
macam, yang pertama adalah bentuk visual (visual forms), yaitu bentuk fisik
dari sebuah karya seni atau kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni
tersebut. Selanjutnya adalah bentuk khusus (special forms), yaitu bentuk yang
tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai yang dipancarkan
Menurut Van Romondt dalam Said (2004: 47) rumah adalah suatu
dingin, hujan, dan angin. Dahulu, pengertian rumah adalah sebagai tempat
berlindung dari panasnya sinar matahari atau serangan binatang buas yang
menjadi musuh manusia. Namun sekarang, selain untuk hal tersebut di atas,
sosial.
bentuk dan fungsi serta ragam hias yang memiliki ciri khas tersendiri,
diwariskan secara turun temurun dan dapat digunakan untuk melakukan
mulai dari atap, badan rumah, sampai pada tiang-tiang dan tangga rumah
dengan bentuknya yang khas dan dilengkapi dengan berbagai jenis ragam
hias.
lain:
Gambar 1.
Rumah adat Nangro Aceh Darussalam (Krong Bade)
Narasumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
2. Rumah Adat Sumatra Utara
Gambar 2.
Rumah adat Sumatra Utara (Rumah Bolon)
Narasumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 3.
Rumah adat Riau (Melayu Selaso Jatuh Kembar)
Narasumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 4.
Rumah adat Jambi (Rumah Panggung)
Narasumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
5. Rumah Adat Betawi
Gambar 5
Rumah adat Betawi (Rumah Kebaya)
Narasumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 6.
Rumah adat Kalimantan Barat (Istana Kesultanan Pontianak)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
7. Rumah Adat Sulawesi Utara
Gambar 7.
Rumah adat Sulawesi Utara (Rumah Pewaris)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 8
Rumah adat Gorontalo (Dolohupa)
4. Contoh Bentuk Rumah Adat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
Dalam dunia arsitektur, paham modern selalu dilandasi oleh hal yang
bersifat konkrit, jelas dan terukur. Sedang, paham tradisional selalu dilandasi
oleh hal yang bersifat abstrak, spritual, dan bahkan religius (Shima, 2006: 51).
Ragam hias adalah suatu pola atau corak hiasan yang terungkap
yang dibuat pada suatu bentuk dasar darihasil kerajinan tangan danarsitektur.
Sebagai sebuah karya seni, ragam hias pada rumah adat sapo
teoritis keberadaan ragam hias sebagai karya seni pada rumah adat
B.Feldman.
sebuah rujukan untuk dapat memahami dan menjelaskan ragam hias pada rumah
(2013:72) ada 5 jenis relief, antara lain, (1) relief rendah (low relief;
stacciato relievo), (2) relief sedang (bas relief; bassa relivo), (3) relief
tinggi (high relief; alto relivo), (4) relief cekung (uncreaux relief), dan
jenis-jenis relief seperti, relief rendah, sedang, dan cekung. Untuk itu
lebih sulit dibanding dengan jenis relief lainnya sebab pada teknis
sedang.
ragam hias akan berdasar pada pola dan motif, begitu juga dalam
merealisasikan pola atau motif hias akan menyesuaikan jenis pola yang
akan digunakan.
tertentu pula.
Secara umum, ragam hias dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu ragam
hias organis dan ragam hias inorganis. Ragam hias organis menurut Gunturdalam
perwujudan ragam hias yang bersumber dari fenomena alam yang tidak hidup
(nirhayati), yaitu tampak seperti, awan, bintang, bulan, matahari, sungai, karang
dan lain-lain.
sejumlah motif yang diulang-ulang secara struktural dipandang sebagai pola. Jika
sebuah motif misalnya berupa sebuah garis lengkung, kemudian diatur dalam
78).
Berikut beberapa jenis ragam hias yang terdapat pada rumah adat, yaitu:
Gambar 14. Ragam hias pada hubungan atap rumah adat Bantaeng
Sumber: (Foto Asrul, 2015)
Gambar 15. Ragam hias pada bagian jendela rumah adat Barru
Sumber: (Foto Abdi, 2015)
a. Pengertian Simbol
Kata “simbol” berasal dari kata Yunani yaitu “symbolos” yang berarti
sini dapat dilihat, bahwa hubungan antara simbol sebagai penanda dengan
Menurut Said (2004: 5). simbol adalah tanda yang diwujudkan sebagai
bentuk visual bagi sesuatu makna tertentu yang abstrak, yang bersifat
komunikatif bagi masyarakat tertentu, namun tidak bagi masyarakat lain. Hal
Liri (2012: 12-13), tanda (sign) terdiri atas ikon (icon), indeks (index), dan
sebagai objek acuan tersebut tidak hadir. Misalnya, gambar Amin Rais adalah
ikon Amin Rais. Indeks adalah tanda yang hadir secara asosiatif akibat
terdapatnya hubungan ciri acuan yang sifatnya tetap. Kata rokok, misalnya,
memiliki indeks asap. Banyak orang yang selalu mengartikan simbol sama
tentang simbol itu sendiri. Namun, disisi lain bahwa ada juga simbol yang
digunakan oleh masyarakat tertentu dan dapat dipahami secara tepat oleh
masyarakat lain.
b. Pengertian Makna
baru akan timbul ketika ada sesorang yang menafsirkan tanda dan simbol
Dalam kajian tentang makna, terdapat dua jenis makna, yaitu makna
denotatif dan makna konotatif. Menurut Liri (2012, 42) makna denotatif
adalah makna lugas atau makna yang menunjukkan langsung pada acuan
dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata. Contoh kata melati
beberapa skripsi dan sumber-sumber lain yang dianggap ilmiah dan relevansi
berjudul:
diapit oleh dua pintu gerbang Timur dan Barat yang senantiasa dijaga
58).
Motif hias yang terdapat pada kerajinan batu nisan di Desa Lempang
C. Kerangka Pikir
mengenai nilai hidup masa lampau yang kemungkinan besar tidak dipahami
Hasil Penelitian
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
rumah adat, ragam hias, serta makna yang terkandung di dalam simbol-
B. Lokasi Penelitian
tersebutsebab di tempat tersebutlah asal dari rumah adat yang akan dijadikan
akan diteliti.
C. Metode Penelitian
menggunakan analisis.
D. Subjek dan Objek Penelitian
penelitian dalam penelitian ini yaitu rumah adat Sapo Kaluppini yang terdiri
E. Variabel Penelitian
3. Makna simbol pada bentuk bangunan dan ragam hias pada rumah
setempat.
G. Desain Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan Data
Kepustakaan
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Analisis Data
Kesimpulan
1. Kepustakaan
2. Observasi
ragam hias pada dinding dan jendela, pada ragam hias pada tangga,
3. Wawancara
4. Dokumentasi
penelitian.
sebagai berikut :
1. Menghimpun Data
dalam mencari suatu data yang akurat, dengan tujuan data yang
3. Mengklasifikasi Data
4. Menarik Kesimpulan
diperoleh dan merupakan inti dari hasil deskripsi dan uraian yang
5. Menyusun Laporan
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian yang didapatkan
dokumentasi.
peneliti meliputi pakkabua bolah (pembuat rumah) dua orang dan seorang
Umur : 60 tahun
Umur : 37 tahun
Umur : 38 tahun
sopo Kaluppini.atau rumah adat Kaluppini adalah jenis rumah panggung yang
terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama disebut Panggata Bola. yang letaknya
paling atas, meliputi atap dan loteng. Atap rumah berbentuk segitiga yang
memanjang ke belakang menutupi seluruh bagian atas rumah. Pada bagian depan
sebelah kiri ada satu jendela dan dinding belakang rumah ada 3 jendelah . Di
bawah atap terdapat ruang yang diberi lantai menyerupai lantai rumah yang
tempat peristirahatan masyarakat. Petak pada bagian tengah memiliki ukuran lebih
berukuran lebih lebar dari pada petak bagian belakang. Pada rumah adat
Kaluppini terdapat petak yang lantainya lebih rendah yang disebut lego-lego( teras
rumah) Letaknya selalu di pinggir, mulai dari pintu depan ke belakang. Ruangan
ini merupakan tempat lalu lalang anggota keluarga. Oleh karena itu, lantai papan
dipasang tidak rapat antara satu dengan yang lainnya. Tujuannya adalah agar
pasir dan debu lebih mudah jatuh ke tanah. Selain itu, ruangan ini juga berfungsi
untuk menerima tamu dari kalangan masyarakat biasa duduk dan beristirahat.
berjumlah 3, bagian samping kiri dan di depan ada 3 jendela. Pada sisi kiri jendela
pada bangunan induk yaitu bangunan yang berada pada bagian belakang yang
dan lebarnya minimal satu petak bangunan. Pada daporan juga dilengkapi dengan
tempat buang air kecil yang disebut Tudangan cia dan di tempati untukmencuci
disebut lego-lego atau teras. Bangunan ini berukuran lebih besar dibandingkan
masyarakat dan pamangku-pamangku adat. Selain itu bangunan ini juga berfungsi
Rumah adat Kaluppini mempunyai dua buah adeng atau tangga , yaitu
tangga depan dan tangga belakang. Setiap tangga mempunyai anak tangga yang
selalu berjumlah ganjil.Jumlah anak tangga pada setiap tangga berkisar 11 anak
Tangga pertama yang bersentuhan langsung dengan tanah berukuran lebih besar
Bagian ketiga disebut awa bola (kolom rumah) yang letaknya paling
bawah. Pada kolom rumah ini terdapat tiang yang menjadi penyangngah
bangunan rumah adat. Tiang-tiang pada rumah adat Kaluppini dan rumah-rumah
lainnya berbentuk segi empat. Biasanya tiang yang digunakan pada bangunan
induk rumah adat Kaluppini meliputi 5 buah tiang yang berjejer pada bagian
depan dan lempat buah tiang yang berjejer ke belakang. Akan tetapi, jumlah tiang
B. Pembahasan
Bentuk rumah adat Kaluppini tersusun atas dua bagian yakni tannga
bola dan bokorang bola.Bagian dalam rumah terbagi atas tiga petak (lotang)
Bentuk rumah adat yang bersusun tiga dan berpetak tiga mengandung
makna yang tertuang dalam filosofi masyarakat Kaluppini yaitu
sipakainga(tiga tak terpisahkan), sipak kario (tiga saling
membutuhkan/Senang).Maksud dari ungkapan sipaka terpisahkan (tiga
tak terpisahkan) adalah aspek religi, hukum dan demokrasi. Maksud dari
tallu sipaka inga adalah masyarakat kaluppini akan senantiasa berada
dalam kesejahteraan selama ketiga aspek yang asas dalam hidup
bermasyarakat senantiasa berjalan beriringan. Namun apabila salah satu
dari ketiga hal tersebut ditiadakan maka akan kesejahteraan tidak akan
terwujud dan yang akan terjadi adalah kesenjangan dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan maksud dari ungkapan tallu sipakario yaitu
saling membutuhkan antara aspek ekonomi, keadilan dan
persatuan.Ekonomi, keadilan, dan persatuan sangat dibutuhkan dalam
kehidupan berumah tangga. Itulah mengapa tallu sipaka inga itu lahir
dari filosoi tallu lotang yang kenyataannya berada dalam roang boyang.
Oleh karena itu dapat dipahami bahwa filosofi tallu sipaka inga lebih
mengacu kepada Internal sebuah keluarga.
Ardiansa menambahkan penjelasan mengenai bentuk rumah adat
Adapun makna dari bentuk segi empat rumah adat Kaluppini ialah
bahwa segi empat itu dipahami sebagai empat unsur pembentuk dalam
tubuh manusia yaitu air, angin, api, dan tanah. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa bentuk rumah adat Kaluppini merupakan bentuk yang
lahir sebagai penghayatan akan diri manusia sendiri.
(tiang pusat). Pojo possi ini terletak pada baris kedua dari deretan tiang-tiang
bagian depan dan terletak pada tiang kedua dari tangga bola. Adapun yang
dimaksud dengan tangga bola adalah tempat dalam rumah adat Kaluppini
dalam rumah tersebut atau letak posisi kepala ketika berbaring di dalam
rumah.
kepercayaan mereka.Pojok posiq tidak boleh diperlakukan secara tidak baik oleh
kauppini:
rumah adat Kaluppini, hal yang sangat diperhatikan adalah tentang arah sebuah
rumah. Pada awalnya rumah menghadap ke arah matahari terbit (Timur), namun
setelah masuknya ajaran islam arah terbenamnya matahari (Barat) pun dianggap
baik. Mengenai maksud dari arah rumah dalam masyarakat Kaluppini telah
Ragam hias yang terdapat pada hubungan atap rumah adat kaluppini
tidak lagi memandang strata sosial individu dalam masyarakat.Hal ini nampak
dalam penggunaan ragam hias tersebut pada rumah-rumah yang ada saat ini tanpa
Ragam hias pada langit-langit rumah adat Kaluppini adalah hiasan dari
batik dalam jumlah banyak menjadi karakter tersendiri pada ragam hias ini.
Penggunaan batik malleku-leku dalam jumlah banyak dan ditampilkan dalam pola
maeku-leku lainnya, yakni dalam ukiran tersebut lebih ditonjolkan motif silang
dengan motif toraja dan motif yang adat lain, Lebih lanjut Bapak ardiansa
menambahkan bahwa perbedaan pada motif ini dengan motif yang lainnya adalah
pada motif ini yang lebih ditonjolkan adalah motif silang dan lekungan, Motif ini
dibedakan antara Puang (raja), keturunan puang, kaum bangsawan, dan rakyat
jumlah yang berbeda-beda yang menjadi simbol status sosial penghuni rumah
Akan tetapi pada zaman sekarang penggunaan pangata bola tidak lagi
Pada rumah adat kaluppini terdapat beberapa jenis ragam hias yang
menjadi unsur pendukung pada bangunan rumah. Ragam hias yang ada pada
rumah adat Kaluppini ada yang berupa motif kaju jati, kayu jati adalah jenis
kaluppini. Kaju jati hidup secara berkelompok dan umumnya hidup di hutan liar,
namun adapula yang hidup di sekitaran pemukiman warga. Kaju jati sering
digunakan oleh kalangan laki-laki sebagai seniman pahat yang digunakan pada
Selaian motif kaju jati, hiasan pada rumah adat Kalupini juga
Ragam hias yang dipasang pada rumah adat Kaluppini, dapat dijumpai
pada beberapa bagian, yaitu pada bagian atap rumah, seperti yang tampak pada
pohon induk. Adapula yang dipasang pada badan rumah yang meliputi tiang
rumah(Possi bola) dan palapon bola Selain itu adapula ragam hias yang dipasang
pada rumah Sapo kaluppini Adapun ragam hias yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
Bentuk kolom rumah adat Kaluppini adalahseperti biasa dengan kolom rumah
warga. bedanya rumah sapo Kalupini tidak terdapat tempat peristirahatan
macindokko untuk tamu setempat.
Gambar 30.Kolom rumah/awa bola
Sumber: (Foto adam, 2016)
Dinding (Aliri ) terbuat dari kulit kayu, kaju induk,dengan ciri khas
bergaris/garis di area dinding
B. Pembahasan
yang lain. Karena memiliki struktur yang berbeda-beda yang selama ini selalu
berpatokan dengan alam, sebut saja dengan dinding alliri, yang memiliki
struktur yang berbeda dengan rumah adat yang lain. Bahan dan alat yang di
dijadikan sebagai dinding yang menopang di rumah adat Sapo Kaluppini yaitu
minggu, dan setelah kering disitulah masyrakat sekitar dan pamangku adat
Beda dengan rumah adat yang lain.yang menggunakan kayu yang sudah diteliti
dangan adat yang lain, salah satu yang membedakan dengan rumah adat yang
jadikan sebagai atap rumah agar suasana di dalam rumah tidak panas,dan
pengunjung juga merasa sejuk pada saat di dalam rumah, di samping tidak panas,
Ardiansah juga mengtakan bahwa perbedaan antara rumah yang memakai seng
dan batang pohon bulu enduk. perbedannya pada saat hujan deras, rumah yang
memakai seng, suara besar, percikan percikan air yang jatuh di langit dan
menimpa seng, suara bunyi sangat besar, tidak nyaman di dalam rumah. Beda
pada saat kita memakai atap batang bulu induk, tidak nyaring bunyi hujan. Dan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
penelitian yang telah dijabarkan serta saran sebagai upaya pelestarian artefak
A. Kesimpulan
1. Rumah adat kaluppini adalah jenis rumah panggung yang tersusun atas
badan rumah (Possi Bola) dan kolong rumah(Awa Bola). Panggata bola
bagian atas rumah yang terdiri dari atap. jitanang memiliki ruangan tepat
berfungsi untuk menyimpan makanan pada saat acara keluarga. Possi bola
adalah tiang yang terdapat di tengah rumah, badan rumah. Ruangan ini
berfungsi untuk melakukan aktivitas bagi anggota keluarga dan acara adat.
dalam keluarga itu sendiri, misalnya pengajian, makan, tidur, dan lain-
lain.Tangga bola berfungsi sebagai tempat untuk dilewati bila naik ke atas
rumah.Rumah adat memiliki pangata bola yang bersusun dan tangga yang
2. Pada rumah adat kaluppini terdapat ragam hias yang digunakan untuk
Ditambah lagi pada rumah adat Kaluppini terdapat tiang pusat yang
terdapat strata sosial yang begitu kental. Status seseorang dengan mudah
diketahui pada bentuk pangata bola dan tangga yang bersusun dua yang
menjadi ciri khas bagi kalangan puang, keturunan puang, dan kalangan
antara pangata bola dengan ukiran kaju jati yang dimaknai sebagai
B. Saran
1. Untuk menjaga nilai dalam tradisi masyarakat kaluppini diperlukan upaya
kemudian diwacanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimuddin, Muhammad Ridwan. 2011. Polewali Mandar: Alam.
Budaya.Manusia. Polewali Mandar: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Polewali Mandar.
Ashari, Meisar. 2013. Estetika Ornamen Makam di Kompleks Makam raja-raja
Bugis. Tesis. Yogyakarta: ISI.
Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni: Wacana, Apresiari dan Kreasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ching, Francis D.K. Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Terjemahan oleh
Hanggan Situmorang. 2008. Jakarta: Erlangga.
Frick, Heinz. 1988. Arsitektur dan Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius.
Format Observasi
Bagian-bagian rumah adat
No Deskripsi
yang diamati
4
Hiasan pada tiang
4
Narasumber
No Nama Keterangan
Format Wawancara
1. Kenapa bentuk tiang-tiang rumah adat sapo kaluppini berbentuk segi empat?
2. Apakah seluruh ragam hias yang ada di rumah adat kaluppini mempunyai