Anda di halaman 1dari 22

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS
MARGIE
JL Kuwukan, Sambikerep. Surabaya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Nama Sekolah : SMA MARGIE


Mata Pelajaran : BAHASA JAWA
Kelas / semester : XI/ Ganjil
Waktu : 5 x Pertemuan (10 x 45 Menit)

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai isi keilmuan

B. KompetensiDasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


NO. KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan 1.1.1 Berdoa sebelum dan sesudah
keberadaan bahasa daerah dan melakukan kegiatan
menggunakan sesuai isi dalam 1.1.2 Memberi salam pada saat dan
1
konteks kebhinekaan. akhir pelajaran
1.1.3 Berkomonikasi menggunakan
bahasa daerah
2.1 Menunjukkan perilaku jujur, peduli, 2.1.1 Menggunakan bahasa daerah
santun, dan tanggung jawab dalam dalam berkomonikasi secara
penggunaan bahasa daerah untuk santun
2
menyampaikan penjelasan. 2.1.2 Mau membetulkan kesalahan
teman dalam berbahasa secara
santun.
3 3.3 Mengidentifikasi, memahami, 3.6.1 Mengidentifikasi struktur teks
1
menganalisis teks pewara atau pidato pewara.
sesuai kaidah. 3.6.2 Menganalisis struktur teks
pewara
3.6.3 Mengidentifikasi struktur teks
pidato.
3.6.4 Menganalisis struktur teks
pidato.
3.6.5 Menganalisis perbedaan unsur
kebahasaan dalam teks pewara
dan teks pidato.
3.6.6 Menjelaskan kriteria menjadi
pewara yang baik.
3.6.7 Menjelaskan kriteria menjadi
orator yang baik.
4.1 Menyajikan kegiatan sebagai pewara 4.1.1 Membuat kerangka teks pewara
atau berpidato dengan menggunakan suatu kegiatan
tata krama sesuai dengan konteks 4.1.2 Membuat kerangka teks pidato.
budaya. 4.1.3 Menulis teks pewara
4
4.1.4 Menulis teks pidato.
4.1.5 Praktik menjadi pewara.
4.1.6 Praktik menjadi orator.

C. TujuanPembelajaran (Harus ABCD= Audience, Behavior, Condition, Degree)


Sikap
Sikap Spiritual
Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik, peserta didik dapat mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa
daerah dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan
menyajikan informasi lisan dan tulisan untuk berbagai keperluan, peserta didik berdoa
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, dan memberi salam pada saat dan akhir
pelajaran.
Sikap Sosial
Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik, peserta didik dapat menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi
secara santun dan mau membetulkan kesalahan teman dalam berbahasa secara santun.
Pengetahuan
1) Melalui kegiatan tanya jawab (diskusi model NHT), peserta didik dapat
mengidentifikasi struktur teks pewara.
2) Melalui kegiatan tanya jawab (diskusi model NHT), peserta didik dapat
menganalisis struktur teks pewara.
3) Melalui kegiatan tanya jawab (diskusi model NHT), peserta didik dapat
mengindentifikasi struktur teks pidato.
4) Melalui kegiatan tanya jawab (diskusi model NHT), peserta didik dapat
menganalisis struktur teks pidato.
5) Melalui kegiatan tanya jawab (diskusi model TPS), peserta didik dapat
menganalisis perbedaan unsur kebahasaan dalam teks pewara dan teks pidato.
6) Melalui kegiatan tanya jawab (diskusi model TPS), peserta didik dapat
menjelaska kreteria menjadi pewara yang baik.

2
7) Melalui kegiatan tanya jawab (diskusi model TPS), peserta didik dapat
menjelasakan kreteria menjadi orator yang baik.

Keterampilan
1) Setelah belajar tentang menganalisis struktur pewara, peserta didik dapat
membuat kerangka teks pewara suatu kegiatan.
2) Setelah belajar tentang menganalisis struktur pidato, peserta didik dapat membuat
kerangka teks pidato.
3) Setelah belajar tentang kerangka teks pewara, peserta didik dapat menulis teks
pewara.
4) Setelah belajar tentang kerangka teks pidato, peserta didik dapat menulis teks
pidato.
5) Setelah belajar tentang menulis teks pewara, peserta didik dapat praktik menjadi
pewara.
6) Setelah belajar tentang menulis teks pidato, peserta didik dapat praktik menjadi
orator.

D. Materi Pembelajaran
Materi pokok pembelajaran sbb (selengkapnya dijabarkan di lampiran):
 Teks pewara (pranata adicara)
 Struktur pewara.
 Teks pidato.
 Struktur teks pidato.
 Kreteria menjadi pewara dan orator yang baik.
 Tugas pewara dan orator.
 Kerangka teks pidato
 Kerangka teks pewara
 Teknik menulis pewara
 Teknik menulis pidato.
 Teknik pewara yang baik
 Teknik pidato yang baik
 Unggah-ungguh basa ragam Krama dan Krama inggil

E. Metode ( Pendekatan dan Metode Pembelajaran)


 Pendekatan : Saintifik dan Kontekstual
 Model : Model Pembelajaran Kooperatif (Collaborative Learning) Model
Discovery Learning
 Pembelajaran Berbasis Teks (Genre-based Aproach)
Sintaks:
1) Membangun konteks
2) Pemodelan teks
3
3) Pemecahan masalah secara bersama
4) Pemecahan masalah secara individual
 Metode : Demonstrasi, tanya jawab, diskusi, ceramah
 Teknik : TPS, NHT, Mandiri

F. KKM : 77
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

PETEMUAN 1

PENGORGANISASIAN
KEGIATAN DISKRIPSI KEGIATAN
PESERTA
DIDIK WAKTU
Pendahuluan  Guru memberi salam serta menayakan
kabar peserta didik.
 Guru mengajak berdoa peserta didik.
 Guru mengabsen peserta didik.
 Guru mengondisikan peserta didik untuk
KLASIKAL 10 menit
belajar
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
meliputi aspek sikap (sikap spiritual dan
sikap sosial), pengetahuan, dan
keterampilan.
Kegiatan inti Mengamati 70 menit Kegiatan
 Perserta didik menyimak pemodelan tentang inti
pewara.
 Peserta didik menyimak contoh teks pidato.
Menanya
 Peserta didik bertanya jawab tentang
struktur teks pewara.
 Peserta didik bertanya jawab tentang
struktur teks pidato.
 Peserta didik bertanya jawab tentang unsur
kebahasaan teks pewara dan teks pidato.
Mengumpulkan informasi
 Peserta didik mencari informasi tentang
struktur teks pewara dan teks pidato dari
berbagai sumber.
 Peserta mencari informasi tentang unsur
kebahasaan teks pewara dan teks pidato.
- Peserta didik membentuk kelompok
diskusi NHT.
 Peserta didik dibentuk menjadi
kelompok-kelompok.
 Setiap anggota kelompok diberi
nomor kepala sejumlah anggota
kelompok.
4
 Setiap kelompok diberi pertanyaan
tentang struktur pewara dan setruktur
pidato, umsur kebahasaan teks pewara
dan teks pidato.
1 Setelah setiap kelompok berdiskusi dan
mendapatkan jawabanya, anggota kelompok
yang disebut nomer kepalanya dari salah satu
kelompok memaparkan hasil diskusi
kelompoknya.
 Guru bersama peserta didik melakukan
refleksi hasil pembelajaran
Penutup 10 menit Penutup
 Guru memberi tugas
 Guru menutup pelajaran (berdoa dan salam)

PERTEMUAN II

PENGORGANISASIAN
KEGIATAN DISKRIPSI KEGIATAN
PESERTA
DIDIK WAKTU
Pendahuluan  Guru memberi salam serta menayakan KLASIKAL
kabar peserta didik.
 Guru mengajak berdoa peserta didik.
 Guru mengabsen peserta didik.
 Guru mengondisikan peserta didik untuk
10 menit
belajar
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
meliputi aspek sikap (sikap spiritual dan
sikap sosial), pengetahuan, dan
keterampilan.
Kegiatan Inti Mengamati 70 menit
 Peserta didik mencermati perbedaan
struktur teks pewara dan teks pidato.
Menanya
 Peserta didik bertanya jawab menjadi
pewara atau orator yang baik.
 Peserta didik bertanya jawab tentang
tentang teknik menjadi pewara.
 Peserta didik bertanya jawab tentang teknik
menjadi orator.
Mengumpulkan Informasi:
 Peserta didik mengumpulkan informasi
tentang kreteria menjadi pewara atau orator
yang baik.
- Peserta didik membentuk kelompok
diskusi Think-Pair-Share.
Think = Peserta didik menjawab secara
mandiri pertanyaan yang telah
dirumuskan bersama dengan temannya
tentangkreteria menjadi pewara dan
orator yang baik.
5
Pairing = Peserta didik mendiskusikan
dalam kelompok kelompok kecil
jawaban yang ditemukan untuk
mendapatkan simpulan
Sharing= Setelah memadukan jawaban,
kelompok peserta didik
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.

Mengasosiasi
Peserta didik menyimpulkan kreteria menjadi
pewara atau orator yang baik.
Penutupan  Guru bersama peserta didik melakukan
refleksi hasil pembelajaran
10 menit
 Guru memberi tugas
 Guru menutup pelajaran (berdoa dan salam)

PERTEMUAN III

PENGORGANISASIAN
KEGIATAN DISKRIPSI KEGIATAN
PESERTA
DIDIK WAKTU
 Guru memberi salam serta menayakan
kabar peserta didik.
 Guru mengajak berdoa peserta didik.
 Guru mengabsen peserta didik.
 Guru mengondisikan peserta didik
Pendahuluan KLASIKAL 10 menit
untuk belajar
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
meliputi aspek sikap (sikap spiritual dan
sikap sosial), pengetahuan, dan
keterampilan.
Mengomunikasikan
 Peserta didik membuat kerangka teks
Kegiatan Inti 70 menit
pewara suatu kegiatan.
 Peserta didik menulis teks pewara.
 Guru bersama peserta didik melakukan
refleksi hasil pembelajaran
Penutupan  Guru memberi tugas 10 menit
 Guru menutup pelajaran (berdoa dan
salam)

PERTEMUAN IV
6
PENGORGANISASIAN
KEGIATAN DISKRIPSI KEGIATAN
PESERTA
DIDIK WAKTU
 Guru memberi salam serta menayakan
kabar peserta didik.
 Guru mengajak berdoa peserta didik.
 Guru mengabsen peserta didik.
 Guru mengondisikan peserta didik untuk
Pendahuluan KLASIKAL 10 menit
belajar
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
meliputi aspek sikap (sikap spiritual dan
sikap sosial), pengetahuan, dan
keterampilan.
Mengamati
Kegiatan Inti 70 menit
 Peserta didik mencermati isi teks pidato
yang dijadikan contoh.
 Peserta didik mencermati kembali struktur
teks pidato.
 Peserta didik mengamati unsur kebahasaan
dalam teks pidato.
 Peserta didik mengamati cara membuat teks
pidato.

Menanya
 Peserta didik bertanya jawab tentang isi teks
pidato.
 Peserta didik bertanya jawab tentangunsur
kebahasaan dalam teks pidato.
 Peserta didik bertanya jawab tentang cara
membuat teks pidato.

Mengumpulkan informasi :
 Peserta didik mencari informasi tentang
unsur kebahasaan dan cara membuat teks
pidato dari berbagai sumber.

- Peserta didik membentuk kelompok


diskusi Think-Pair-Share.
Think: Peserta didik menjawab secara
mandiri pertanyaan yang telah
dirumuskan bersama dengan
temannya tentang unsur
kebahasaaan dan cara membuat
teks pidato.
Pairing: Peserta didik mendiskusikan dalam
kelompok kelompok kecil jawaban
yang ditemukan untuk
mendapatkan simpulan
Sharing: Setelah memadukan jawaban,
kelompok peserta didik
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.

Mengasosiasi:
 Peserta didik menganalisis unsur
7
kebahasaaan teks pidato.
 Peserta didik menganalisis cara membuat
teks pidato.

Mengomunikasikan:
 Peserta didik membuat teks pidato secara
berkelompok sesuai dengan tema yang telah
ditentukan.

 Guru bersama peserta didik melakukan


refleksi hasil pembelajaran
Penutupan 10 menit
 Guru memberi tugas
 Guru menutup pelajaran (berdoa dan salam)

PERTEMUAN V

PENGORGANISASIAN
KEGIATAN DISKRIPSI KEGIATAN
PESERTA
DIDIK WAKTU
 Guru memberi salam serta menayakan
kabar peserta didik.
 Guru mengajak berdoa peserta didik.
 Guru mengabsen peserta didik.
 Guru mengondisikan peserta didik untuk
Pendahuluan KLASIKAL 10 menit
belajar
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
meliputi aspek sikap (sikap spiritual dan
sikap sosial), pengetahuan, dan
keterampilan.
Kegiatan Inti Mengamati 70 menit
 Peserta didik mencermati struktur teks
pidato.
 Peserta didik mencermati kriteria menjadi
penutur pidato yang baik.
 Peserta didik mencermati tata tertib menjadi
penutur pidato yang baik.

Menanya
 Peserta didik bertanya jawab tentang kriteria
menjadi penutur pidato yang baik.
 Peserta didik bertanya jawab tentang tata
tertib menjadi penutur pidato yang baik.

Mengumpulkan informasi :
 Peserta didik mencari informasi tentang
kriteria menjadi penuturpidato yang baik.
- Peserta didik membentuk kelompok
diskusi Think-Pair-Share.
Think: Peserta didik menjawab secara
mandiri pertanyaan yang telah
dirumuskan bersama dengan
temannya tentang berpidatodan
menegkritisi teman yang
menyampaikan pidato.
8
Pairing: Peserta didik mendiskusikan dalam
kelompok kelompok kecil jawaban
yang ditemukan untuk
mendapatkan simpulan
Sharing: Setelah memadukan jawaban,
kelompok peserta didik
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.

Mengasosiasi:
 Peserta didik mengkritisi pembacaan teks
pidatoantar kelompok atau teman.

Mengomunikasikan:
 Peserta didik mempraktekan menjadi
penutur pidato yang baik.
 Peserta didik saling mengomentari
pembacaan teks pidato temannya.

 Peserta didik mengerjakan LKS yang


tersedia untuk mengukur kompetensi.

 Guru bersama peserta didik melakukan


refleksi hasil pembelajaran
Penutupan  Memberikan sebuah motivasi dan 10 menit
penginggat
 Guru menutup pelajaran (berdoa dan salam)

H. Alat dan Sumber Belajar


1. Alat:
a. Radio
b. Laptop
c. Rekaman tampilan pawarta
d. Teks pawarta
e. LCD
2. Sumber Belajar
a. Majalah Panjebar Semangat taun 2017
b. Mangunsuwito, S.A. 2002.Kamus Bahasa Jawa, Jawa-Indonesia. Bandung:
CV. YramaWidya.
c. Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia:J.B. Wolter.
d. Widayatmo, Gadung dkk. 2013. Prigel Basa Jawa. Jakarta: Penerbit Erlangga

9
I. Penilaian

1. Sikap spiritual
LEMBAR OBSERVASI
Kelas : XI
Semester : Ganjil
Tahun pelajaran : 2016/2017
Periode Pengamatan : Tanggal .... S.d .......
Butir Nilai : Mensyukuri anugerah tuhan tuhan akan
keberadaan bahasa daerah dan menggunakanya
sesuai kaidah dalam konteks kebhinakaan.
Indikator Sikap :
1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
2. Memberi salam pada saat awal dan akhir pembelajaran
3. Berkomunikasi menggunakan bahasa daerah

No Nama Skor Indikator sikap spiritual (1-4) Jumlah skor tuntas/


Peserta Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 perolehan akhir tidak
Didik skor tuntas
1 ......
2 ......
3 ......
4 ......
5 .......
dst

Keterangan skor :
4 = Apabila melakukan selalu perilaku yang diamati
3 = Apabila sering melakukan perilaku yang diamati
2 = Apabila kadang-kadang melakukan perilaku yang diamati
1 = Apabila tidak pernah melakukan perilaku yang diamati

10
Lembar Penilaian diri
Kelas : XI
Semester : Ganjil
Tahun pelajaran : 2016/2017
Periode Pengamatan : Tanggal .... S.d .......
Butir Nilai : Mensyukuri anugerah tuhan tuhan akan
keberadaan bahasa daerah dan menggunakanya
sesuai kaidah dalam konteks kebhinakaan.
Indikator Sikap :
1. berkomunikasi menggunakan bahasa daerah
No Pernyataan Skor perolehan Skor Tuntas/tidak
Skor akhir tuntas
1 2 3 4
1 Saya selalu
menggunkan bahasa
daerah daalam
berkomunikasi
jumlah

Keterangan skor :
4 = Apabila melakukan selalu perilaku yang diamati
3 = Apabila sering melakukan perilaku yang diamati
2 = Apabila kadang-kadang melakukan perilaku yang diamati
1 = Apabila tidak pernah melakukan perilaku yang diamati

11
LEMBAR PENILAIAN ANTAR PESERTA DIDIK
Nama peserta didik yang dinilai :
Nomor urut/kelas :
Semestar :
Tahun pelajaran :
Hari/Tanggal Pengisian :
Butir Nilai : Mendemontrasikan kegiatan upacara adat dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Indikator Sikap:
1. Bersungguh-sungguh ketika berpidato.
2. bersungguh-sungguh ketika menjadi pewara
Sikap Pernyataan Skor Perolehan skor akhir tuntas/tidak
1 2 3 4 skor tuntas
santun 1. temanku
bersungguh-
sungguh ketika
berpidato
2. temanku
bersungguh-
sungguh dalam
menjadi pewara
jumlah

12
2. Pengetahuan
Tes tulis
a. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

1. Apa bedane pranatacara karo wong pidhato?


2. Kepriye pidato kang apik iku?
3. Kepriye pranatacara kang apik iku?
4. Apa wae strukture pewara iku?
5. Apa wae strukture pidhato iku?

B.1. Kunci Jawaban dan pedoman penilaian


No Kunci jawaban Rubrik Skor
1 -  Jawaban benar dan lengkap 5
 Jawaban benar kurang lengkap 4
 Jawaban kuarang benar dan 3
kurang lengkap
 Jawaban salah 1
2 -  Jawaban benar dan lengkap 5
 Jawaban benar kurang lengkap 4
 Jawaban kuarang benar dan 3
kurang lengkap
 Jawaban salah 1
3 -  Jawaban benar dan lengkap 5
 Jawaban benar kurang lengkap 4
 Jawaban kuarang benar dan 3
kurang lengkap
 Jawaban salah 1
4 -  Jawaban benar dan lengkap 5
 Jawaban benar kurang lengkap 4
 Jawaban kuarang benar dan 3
kurang lengkap
 Jawaban salah 1
5 -  Jawaban benar dan lengkap 5
 Jawaban benar kurang lengkap 4
 Jawaban kuarang benar dan 3
kurang lengkap
 Jawaban salah 1

13
Penugasan
Menyusun kerangka teks pewara suatu kegiatan

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
1 Keteratuaran susunan acara
2 ketatabahasaan

Keterangan:
1= Tidak sempurna
2= cukup sempurna
3= Sempurna
4= sangat sempurna

Menyusun kerangka teks pidato

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
1 Ketatabahasaan
2 Kesesuaian tema pidato dengan acara
3 Kesesuai isi dengan tema

Keterangan:
1= Tidak sempurna
2= cukup sempurna
3= Sempurna
4= sangat sempurna

14
Menyusun teks pewara suatu kegiatan

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
1 Ketata bahasaan
2 Penulisan kata
3 Kesesuaian susunan acara dengan acara

Keterangan:
1= Tidak sempurna
2= cukup sempurna
3= Sempurna
4= sangat sempurna

Menyusun teks pidato suatu kegiatan

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
1 Ketata bahasaan
2 Penulisan kata
3 Kesesuaian isi pidato dengan acara

Keterangan:
1= Tidak sempurna
2= cukup sempurna
3= Sempurna
4= sangat sempurna

15
3. Keterampilan
Menjadi pewara dalam suatu kegiatan

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
1 Kelancaran
2 Ketatabahasaan
3 Kesesuaian susunan acara dengan acaranya

Keterangan:
1= Tidak sempurna
2= cukup sempurna
3= Sempurna
4= sangat sempurna

Menjadi pewara dalam suatu kegiatan

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
1 Kelancaran
2 Ketatabahasaan
3 Kesesuaian isi pidato dengan tema
4 Kesesuaian isi pidato dengan acaranya

Surabaya, 2017
Kepala Sekolah SMA Margie Guru Mata Pelajaran

WIWIK ANDAWATI, S.Pd Isnaini D.Pramusinta, S.Pd

16
LAMPIRAN MATERI (BAHAN AJAR)

A. Pranatacara
Pratanacara kang asring sinebut master of ceremony, pembawa acara, pengacara,
pambiwara, pranata adicara, pranata titi laksana, panata adicara, paniti laksana atau biasa juga
disebut pranata laksitaning adicara, yaiku uwong kang ata adicara minangka tuntunan kanggo
lumakune sawijining adicara. Gunane pranatacara:minangka kunci saka lumakune adicara
minangka pengatur lumakune adicara.
Pranatacara iku sawijine paraga sing duwe jejibahan nglantarake titilaksana (lakune)
sawijine upaca adat, temanten, kesripahan, resmi/formal. Sawijine adicara bisa lumaku kanthi
becik yen ana pranatacarane. Ing masarakat Jawa pranatacara kajaba minangka salah sijine
MC uga bisa minangka wong sing weneh wara-wara, nyandra (nggambarake) sawijine
kahanan sing ana nalika iku. Mula pranatacara ing masarakat Jawa iku akeh sing kudu
diweruhi.

B. Sing dibutuhake nalika dadi Pranatacara


Akeh perangan sing dibutuhake nalika nindakake dadi pranatacara wiwit saka olah
swara nganti tumeka solah bawane. Perangan sing dibutuhake nalika dadi pranatacara iya iku.

1. Antarane basa kang digunakake lan wujud adicara kudu trep


2. Nggunakake tembung kang gampang dipahami dening pamireng.
3. Nduweni pathokan sajrone ngatur lan nata lumakune adicara.
4. Nganankake koordinasi karo pihak kang ana sesambungane karo adicara.
5. Wicaksana sajrone dadi pranatacara.
6. Bisa narik kawigatene para rawuh.
7. Nengenake 4W “Wirasa (penghayatan); Wicara (basa); Wirama; lan Wiraga”
8. Nganggo busana kang sopan.

Amrih jejibahan saged kasil kanthi sae, pranatacara saha pamedhar sabda kedah saged
ngrengkuh sarat sarana ingkang baku, inggih punika :
 Swara
Kedaling lathi kedah kagladhi, supados saged langkung cetha medaling suwanten,
pranatacara saha pamedhar sabda kedah saged mapanaken utawi ngginakaken swanten
ingkang awrat, cekapan, utawi inggil trep kaliyan swanten iringaning gendhing ( menawi
wonten ).
Pangolahing swanten kedah wajar, cetha, tegas mboten ketawis sanget menawi kaolah
( dipun damel-damel ). Ing babagan swanten meniko, pranatacara saha pamedhar sabda
kedah wigatos dhateng swaraning aksara swara ( ucapan ), langkung-langkung beda-beda
mingsad-mingsudipun ing tembung lingga saha tembung andhahan.
Wirama ( lagu ) ugi kedah kagladhi kanthi saestu supados sekeca kamirengaken,
kados pundhi rindhik rikatipun, mandhap minggahipun, sampun ngantos kasesa,
ananging ugi sampun ngantos nglentrek sanget. Gladhi olah swara punika kedah pikantuk
kawigatosan ingkang mirungga, amargi punika dados satunggaling sarat baku kagem
pranatacara saha pamedhar sabda.

 Busana ( Ageman )
Ajining raga gumantung busana, mila babagan busana punika ugi kedah pun gladhi
saengga jejibahan pranatacara saha pamedhar sabda saged kalaksanakaken kanthi
sae.Anggenipun ngadi busana kedah kajumbuhna kaliyan kaperluan wonten ing upacar
punapa ingkang badhe dipun ayahi.
Jejering pranatacar saha pamedhar sabda saged katingal ngrengreng menawi karengga
swanten, raga lan busana ingkang pantes.Pangudining busana saged ngetrepaken kaliyan
rupi utawin wernining busana kaliyan kulit, sareng make up, saengga katingal pantes
kaliyan papan panggenan, mboten nyolok tuwin samadya kemawon.
Wonten ing babagan mangagem busana ( ageman ) punika, saestu sae sabda
pangandikan kanjeng suhunan Pakowboewana IV ingkang sampun panjenenganipun
kanjeng susuhunan sabdaaken dhumateng para sentana saha karabat keratin kasunanan
Surakarta Hadiningrat, inggih punika :

17
“ Nyandhang menganggo iku dadiya sarana hamemangun manungsa njaba njero,
marmane pantesen panganggonira, trapna traping panganggon, chundukna marang
kahananing badanira, wujud lan wernane jumbuhna kalawan dedeg piadeg miwah
pakulitan..”
Pramila babagan busana punika kedah pun gladhi ingkang sasae-saenipun dening
pranatacara saha pamedhar sabda, amrih sae kasilipun tumrap sadayanipun, langkung sae
ugi kagem para pranatacara saha pamedhar sabda ing sak derengipun ngayahi jejibahan
dados pranatacara saha pamedhar sabda, busana punika saenipun kedah dipun rembag
kaliyan panitya, amrih hasil ingkang dipun kajadaken sae wontenipun.

 Subasita ( Trapsila )
Trapsila ( tata krami ) kedah pun gladhi ingkang sae, amargi trapsila ingkang kirang,
sagd ngirangi kawibawanipun pranatacara saha pamedhar sabda.Solah bawa sampun
ngantos kadamel-damel ( katingal dening ing asanes utawi mboten ) langkung sae bilih
solah bawanipun prasaja kemawon, anteng, manteb ananging mboten kaken ( kaku ).
Ewah-ewahanipun pasuryan ugi kedah kaudi ingkang sadaya wau sageda
nggambaraken isining penggalih, ingkang lajeng jumbuh kaliyan swasana, sapertos, bilih
wonten ing pawiwahan saha pahargyan, pasuryan binger sumringah lan ramah awit
prastawa menika ngemu suraos suka, kabagyan, saha kabingahan.
Wondene wonten ing sripah, pasuryan kedah mboten katingal binger sumringah,
amargi punika tamtu mboten jumbuh kaliyan swasana saha raos manah kulawarga
ingkang nembe nandang duka sungkawa.

 Basa lan sastra


Basa lan sastra ngawujudaken kabetahan ingkang baku tumrapipun priyantun ingkang
nembe ngayahi tugas dados pranatacara saha pamedhar sabda. Basa ingkang kaginakaken
kedah miturut tuntutaning sastra ingkang leres, pamilihing tembung ingkang lajeng dipun
ronce dados ukara kedah trep, luwes, sae, wusana sekeca kapireng ing asanes.Kanthi
pangertosan ingkang sae babagan basa tuwin sastra, pranatacara saha pamedhar sabda
saged ndapuk mocap, tembung , ukara saha wacana kanthi leres tuwin laras.
Laras : tegesipun pranatacara saha pamedhar sabda saged ngrantam saha mbabar
titilaksana trep kaliyan kawontenan saha swasana.
Leres : tegesipun pranatacara saha pamedhar sabda saged ngginakaken basa ingkang trep
kaliyan parasastranipun.

Kanthi gampang anane pranatacara iku kudu ana,


1. Olah swara: logat, pocapan, napas, tegas, cetha, boten blero/bindheng, membat-
mentuling swanten, kajiwa.
2. Olah raga lan olah busana:
Olah raga sapta-ma:
a. Magatra : patrapwajarbotendipundamel-damel
b. Malaksana : luwes, boteningah-inggih
c. Mawastha : jejeg, botenkendho/dhoyong
d. Maraga : botenrongeh/edheg/gumeter,mantep,
e. Malagawa : enthengan, trengginas
f. Matanggap : tanggapswasana (susah, seneng)
g. Mawwat : ngentasikarya

C. Tata cara dadi Pranatacara


Anane pranatacara sing wigati iku mula kanggo dadi pranatacara kudu migatekake
anane perangan sing ditindakake nalika dadi pranatacara,

1. ngucapake salam lan rerangken tembung pambuka.


2. nyebut pakurmatan tamu adhedhasar kalungguhane.
3. ngucapake pujisyukur marang Gusti kang MahaKuwasa.
4. nyebutake susunan adicara.
18
5. weneh pandhuwan lan tuntunan tumrap adicara.
6. nutup adicara.

Supaya bisa oleh kasil pakaryan sing sae, kudu nduweni pathokan-pathokan kanggo
nindakake pakaryan pranatacara lan pamedhar sabda. Pathokan-pathokan wau yaiku:
1. Ing babagan basa, mugi kaginakaken basa ingkang trapsila, wijang prasaja ananging
gampil katampi dening para tamu ( ingkang midangetaken ) sarta sekeca kapiarsa.
2. Tanggap ing kawontenan, supados pahargyan saged regeng.
3. Mangertosi rantaman-rantaman badhe tumapaking adicara kanthi permati, sarta kedah
tanggap ing kawontenan.
4. Mangertos asma-asma para paraga ing saklebeting pawiwahan kanthi jangkep sak
imbuhanipun.
5. Tansah sesambetan kaliyan kadang pranata pita swara, supados nyamektakaken
gendhing-gendhing ingkang jumbuh kaliyan lelampahaning adicara.
6. Tansah sesambetan kaliyan poranparaning pawiwahan (ketua panitia) supados enggal
mangertosi mbok bilih wonten ewah-ewahan adicara.
7. Trengginas mutusaken samukawis murih pawiwahan mboten katingal kisruh.

D. Tuladha Pranatacara

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Sugeng enjing bapak kepala sekolah ing dahat kinurmatan, sugeng enjing
bapak ibu guru ingkang kula bekteni, para rawuh ingkang satuhu bagya mulya.
Mangga kita ngaturaken puji syukur dhumateng Gusti ingkang Maha Agung, ingkang
sampun maringi pinten-pinten kanikmatan, kasarasan, lan kawulijengan saengga kita
saged makempal wonten ing papan punika kanthi mengeti adicara Pelepasan kelas XII
SMA Margie angkatan 2017/2015 tanpa alangan punapa-punapa.
Sholawat sarta salam tansah kita aturaken dhumateng Nabi Agung kita
Muhammad SAW, ingkang tansahkita anti-anti safa’attipun wonten yaumul qiyamah.
amin.
Para rawuh ingkang kula kurmati, saderengipun adicara kawiwitan kepareng
kula ngaturaken tuntuting adicara ing enjing menika .
1. Pambuka
2. Pangandikan-pangandikan
3. Sumening
4. Pungkasan
Bapak ibu lan sederek sedaya mangga kita buka adicara menika kanthi waosan
basmallah. Mugi-mugi acara punika saged lancar .
Acara saklajengipun pangandikan, pangandikan ingkang kaping setunggal
menika saking bapak kepala sekolah, dumateng bapak Harun kula sumanggakaken.
(.........). Matur nuwun dhumateng bapak Harun ingkang sampun paring pangandikan .
Pangandikan ingkang kaping kalih inggih menika wakilipun kelas IX,
dumateng Rida Lestari kula sumanggaken .
(......)
Matur nuwun dhumateng Rida Lestari ingkang sampun maringi pangandikan.
Adicara saklajengipun inggih menika atur pambagya saking ketua OSIS minangka
wakilipun siswa kelas 9 lan 10 . Dhumateng Ayu Dewi wekdal saha papan kula
sumanggaken.
(......)
Matur nuwun dhumateng ketua OSIS , mugi-mugi andadosaken penggalih
panjenengan sedaya .
Acara saklajengipun inggih menika sumening, gegandhengan sampun cumawis
dhaharan saha unjukan mangga kita dhahar sesarengan. Mboten ngirangi anggenippun
dhahar lan ngunjuk mangga kita tutup acara puniki kanthi waosan hamdallah ...
Menawi wonten kirang langkunging trapsila kaliyan tuturtembung kula, kula
nyuwun agunging pangapunten.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

19
E. Sesorah
Micara, sesorah, utawi pidhato, uga sinebut medharsabda yakuwi nglairake gagasan,
panemu, utawa osiking ati sarana lisan ana sangarepe pawongan akeh. Tumindak micara kuwi
kalebu sakabehing pari-polahing wong sing mujudake polahing tumindak , kalebu obahing
awak, pasuryan, rasa-pangrasa sarta jiwaning manungsa. Mula kuwi panindaking micara
sawenehing wong bias ora lumaku kanthi apik, amarga ora ana wong urip sing sampurna.
Mula sesorah kudu digladhi, tansah nyinau sarta nulad para priyayi singwis limpat. Wong
pancen sesorah sing apik kuwi ora saderma ngapalake.
Menawa mangkono, sawenehing pawongan sing kapatah dadi panata titi laksana kuwi
uga kalebu pawongan sesorah utawa pidhato, ananging beda jejibahane. Bias trampil sesorah
kuwi kudune sregep sinau lan seneng gladhen.

a) Jinising Sesorah
1. Sesorah kanthi cara apalan/memoriter
Sesorah kanthi cara iki, juru pamedhar sabda kudu ngasta cathetan utawa tulisan luwih dhisik
banjur diapalake nganti ora ana tembung-tembung kang kacicir. Dadi ora ana panemu-
panemu anyarrasa-pangrasa amarga wis tinulis kabeh ana sajronong cathetan sing wis digawe.
Mung wae, yen ana apalan kang kelalen, bisa njalari kabeh apalan kang wis dilakoni ilang.
Cara iki mung digunakake kanggo pawongan utawa bocahh-bocah sing nembe ajar pidhato.
2. Sesorah kanthi cara naskah/teks/manuskrip
Sesorah utawa pidhato cara naskah utawa teks kuwi juru pamedhar sabda kudu ngasta naskah
nalikaning pidhato banjur diwaca sawutuhe. Cara iku biasane digunakake para pejabat utawa
punggawaning negari, mligine ana upacara-upacara resmi. Kanthi ancas supaya ora mlenceng
karo tjuan sakawit, ora kliru lan wektu kang sumadya winates. Dene yen ana rembug-rembug
liyane antaraning pejabat lan masyarakat diterusake ana ing acara sarasehan utawa temu
wicara.
3. Sesorah kanthi cara dadakan utawa impromtu
Pidhato cara dadakan kuwi, pidhato sing ora kkanyana-nyana sadurunge. Mula saka kuwi,
pawongan sing tinanggenah sesorah kanthi cara iki kudu pawongan sing wis trampil ing
pamicara lan sugih pengalaman uga kawruhe. Kepara pawongan mau wis kalebu ahli sesorah.
4. Sesorah kanthi cara ekstemporan
Sesorah cara iki, juru pamedharsabda kudu ngasta cathetan cilik (outline) minangka gaman
utawa pangeling-eling urutaning isi sing bakal kawedharake. Cathetan mau mung isi wos-
wosing gati sing arep diwedharake. Cara iki biasa digunakake dening dwija kang arep mulang
ana ing sangareping muride.

b) Sangunipun Juru Sesorah


1. Nguwasani bahan utawa perkara kang arep diwedharake
Juru pamedhar sabda kudu nguwasani bahan utawa perkara sing diwedharake sarta wani caos
tanggapan tumraping panyaruwe. Tanggapan kuwi kudune nduweni dhasar utawa landhesan
ora amung waton ngomong. Mula kudune nduweni sangu ilmu kang mumpuni.
2. Nduweni Rasa Wani
Juru pamedhar sabda uga nduweni rasa wani micara ngadhepi wong akeh. Amarga bisa uga
kalah prabawa karo pawongan sing diadhepi. Apamaneh yen sing diadhepi kuwi nduweni
prabawa lan kepinteran kang luwih.
3. Patrap utawa sikep
Patrap utawa sikep kudu sing trengginas, tanggap, manteb, luwes, pantes, wibawa, aora ingah-
ingih, apamaneh wedinan. Nalikaning ngadeg kudu jejeg, ora ndhoyong, ora cekelan kepara
lendhetan cagak. Parlu dimangerteni juru pamedhar sabda utawa juru paniti laksana sajroning
ngayahi wajib/jejibahan uga dadi pasugatan mungguhing para tamu.ngegreng/semuwa utawa
orane swasana wiwahan gumantung uga saka paraga kasebut.
Mula kuwi, kudune nduweni utawa ora uwal saka tata krama utawa trapsila yakuwi solah
bawa, tindak-tanduk sing prasaja utawa apa anane ora digawe-gawe. Owah-owahaning
pasuryan katon sumriingah anengsemake amarga swasanane nyenengake.
4. Busana lan ngadi sarira
Tegese nalika nindakake ayahankuwi busana utawa ageman lan ngadi sarira kudu diselarasake
kahanan.
5. Basa lan sastra

20
Basa minangka piranti utawa sarana lelantaran, sesambungan utawa lung-tinampa karo para
tamu utawa sing ngrungokake, mula saka kuwi basane ora basa ndakik-ndakik sing ora
dimangerteni dening sing ngrukokake, ananging basa sing gampang dimangerteni wong akeh.
Dene basa sing trep uga basa sing bener tuntunaning parama-sastra. Pamilihing tembung,
pangrakiting ukara, laguning ukara (intonasi) ingkang cetha, kendho-kenceng, inggil-andhap,
cepet rindhik lsp. Ringkesing basa kudu sing komunikatif, tegese kudu ngilingi:
 Sapa sing ngajak guneman;
 Sapa sing diajak guneman;
 Sapa sing diomonggake;
 Swasananing nalikaning guneman;
 Padha mangerteni sing diomongake.

c) Cengkorongan Sesorah
- salam pambuka
- atur puji syukur marang Pangeran
- atur kasugengan, kairing atur panuwun
- wedharing gati utawa wosing medhar sabda utawa isining sesorah
- atur nyuwun pangapura (tumrap sing kagungan kersa, menawa dadi wakile, lan diri
pribadhi)
- panutuping atur/salam

F. Tuladha sesorah
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Nuwun!
Panjenenganipun para pepundhen, para pinisepuh ingkang tansah angudi dhumateng
pepoyaning kautamen, saha pantes tinulad tuwin kinabekten, menapa dene panjenenganipun
para tamu putri miwah kakung ingkang saestu pantes nampi ing boja krami.
Kanthi tansah angunjukaken puja-puji syukur wonten ngarsanipun, mugia tansah rahayu
sagung dumadi ing salami-laminipun, kalebet kula panjenengan sedaya. Amin. Amin Ya
Rabbal ‘Alamiin.
Nuwun sewu mugi tansah tinebihna saking tulak sarik menapa dene bebendu, dene
kula cumanthaka kumawantun marak sowan anggempil kamardikan panjenengan sedaya
ingkang saweg samya eca pangandikan, inggih awrat mundhhi dhawuh tinimbalansaking
Bapak-Ibu … saperlu angyangkul jejibahan luhur minangka duta saraya sulih sarira
Panjenenganipun Bapak/Ibu …. Ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan, kula
minangkasulih sarira aking saking panjenenganipun Ibu/Bapak … ingkang sepisan ngaturaken
salam taklim mugi katur wonten ngarsa panjenengan, sumrambah para keluarga
samudayanipun, dene dhumateng para pinisepuh ngaturaken sungkeming pangabektos.
jangkep angka kaping kalih, ing nguuni sampun wonten pirembagan ing antawisipun Bp/Ibu
…, anggadhahi putra kakung sesilih pun Bagus … kaliyan Bapak/Ibu … ingkang kagungan
putra-putri asesilih gendhuk … golong giliging rembag nedya anuntumaken balung pisah
daging renggang, bebasan angebun-ebun enjang anjejawah sonten (saking tembung awun-
awun lan rarabi), andhodhok ing latar andhodhog lawang sumedya nginang jambe suruhe ,
kanthi atur makaten karana sampun jumbuh anggenipun sami pepetangan anunggil cipta, rasa
miwah karsa, ingkang menika saking adrenging manah panjenenganipun Bapak/Ibu …
anggenipun katampi panglamaripun pramila iing wekdal menika ngaturaken sarana miwah
upakarti minangka jangkeping tata cara sesemahan.
Wondene ingkang badhe kaaturaken wonten ngarsanipun Ibu/Bp … inggih
punika :Sanggan sahamajemuk ingkang sampun wonten wujudipun kanthi pangajabing
sedya minangka sarana sahipun sesanggeman saha raketing kekadangan, satemah boten pisah
ing salami-laminipuun.
 Ageman ingkang awujud … minangka cihnaning katresnanipun Bapak/Ibu … kangge
calon putra pinanganten inggih yoganipun Ibu/Bp … pun gendhuk ….
 Ndungkap atur angka tiga boten kesupen Bapak/Ibu …
ngaturaken dana wujudipun arta , kenginga kadamel angentheng-ngenthengi
anggenipun Ibu/Bapak …anetepi darmaning asepuh inggih amengku gati amiwaha
putra.
Kajawi menika, panyuwunipun Bapak/Ibu …, ing benjang menawi sampun dumugi
titiwanci tumapaking gati, mugi calon penganten kaijabna sarta kapanggihna miturut
21
satataning agami saha adapt ingkang sampun kalampah wonten ing mriki wiwitt alam kuna
ing uni.
Minangka pungkasaning atur, mbokbilih Bapak/Ibu … anggenipun ngaturaken sarana
dalahh upakarti wonten kuciwa lan kirangipun, mawantu-wantu tansah nyuwun agunging
samodra pangaksama. Semanten ugi kula minangka sulih sarira saking panjenenganipun
Ibu/Bapak …, menawi wonten galap-gangsuling atur, gonyak-ganyuking wicara miwah boten
jangkep ing unggah-ungguh lan tata basa satemah adamel runtiking wardaya, saestu nnamung
tansah nyuwun lumunturing sih samodra pangaksama.
Akhirul kalam, wa billahi taufik wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Nuwun.Nuwun.

G. Unda-usuk basa Jawa lan pangetrapane


Unggah-ungguh basa menika pranatan basa miturut lenggahing tata krama
utawi sopan santun. Tegesipun sinten kemawon tiyang ingkang kawastanan mangertos
unggah-ungguh basa, menawi nalikanipun gineman utawi srawung dhateng tiyang
sanes basanipun kedah dipun arah-arah, netepi pranataning subasita, paugeran sopan
santun, satemah tiyang wau tansah dipuntampi, dipunremeni ing pasrawungan sarta
tebih saking panyendu.
Tiyang ingkang mangertos ing unggah-ungguh saged mapanaken dhiri-
pribadhinipun saleres-leresipun sarta tansah caos kurmat dhateng tiyang sanes.

 Trap-trapanipun basa krama


a) Tiyang gineman ing peken
b) Tiyang sami pinanggih ing margi

 Trap-trapanipun basa krama alus


a) Anak dhateng tiyang sepuh, utawi tiyang ingkang langkung sepuh;
b) Siswa dhateng guru
c) Pitepangan enggal;
d) Punggawa utawi reh-rehan dhateng penginggilipun;
e) Anggota pakempalan dhateng ketuanipun.

22

Anda mungkin juga menyukai