Proses heat setting dilakukan pada suhu dan waktu tertentu sehingga terjadi kerusakan
ikatan silang serat dan akan munyusun kembali setelah pendinginan. Panas yang diberikan
selama proses heat setting dan memutuskan ikatan silang serat sehingga tidak saling
berpegangan lagi. Posisi rantai menjadi longgar, tidak ada tegangan pada kain, baik untuk
arah lusi maupun arah pakan. Rantai- rantai berorientasi secara bebas, kemudian setelah
dilakukan pendinginan rantai yang sedang berorientasi berhenti begitu saja dan ikatan silang
antar molekul terbentuk kembali dengan posisi rantai molekul lebih mantap sehingga kain
menjadi lebih stabil setelah proses tersebut. Oleh sebab itu stabilitas kain tidak akan berubah
lagi selama proses pengerjaan lainnya berlangsung, seperti pencelupan, pencapan, atau
penyempurnaan, selama proses yang dikerjakan terhadap bahan tidak melebihi suhu heat
setting nya. Semakin besar suhu heat setting maka kesejajaran rantai molekul serat terhadap
sumbu utama serat (derajat orientasi) akan semakin besar.
Perubahan yang pertama terjadi pada bagian amorf, pada suhu diatas suhu transisi
gelas akan bergerak berubah menuju struktur kristalin. Perubahan ini terjadi di atas suhu
150°C dan akan semakin aktif apabila suhu semakin tinggi, sehingga semakin tinggi suhu dan
semakin lama waktu, struktur molekul serat akan semakin kristalin. Pada suhu di atas 180°C,
menurut Shouhua dan Tomoji terjadi perubahan struktur secara umum. Kristalit-kristalit yang
lebih kecil dan kurang stabil akan meleleh dan ber-reklistalisasi bergabung membentuk
kristalit yang lebih besar dan stabil (cluster). Proses reklistalisasi ini menyebabkan naiknya
jumlah gugus amorf di bandingkan gugus kristalnya, akibat dari turunnya jumlah kristalit-
kristalit kecil seiring dengan bertambah besarnya ukuran kristalit gabungan. Konsekuensinya
akan terbentuk struktur serat yang lebih terbuka, sehingga ruang antar molekul serat menjadi
lebih besar, sehingga zat wama dan zat kimia lainnya dapat berpenetrasi lebih mudah.
Pemantapan panas dapat dilakukan dengan tiga cara :
1. Pemantapan panas awal (pre-setting), pemantapan pada bahan yang masih mentah/grey.
2. Pemantapan panas antara (intermediate setting) bahan dimantapkan setelah pemasakan
(scouring) dan sebelum pencelupan.
3. Pemantapan panas akhir (pos/ final setting) bahan dimantapan setelah proses pencelupan
ataupun pencapan.
Ketiga cara tersebut pada dasarnya dilakukan pada kondisi suhu, waktu dan tegangan
yang sama, menghasilkan stabilan dimensi yang sama tetapi ada beberapa perbedaan
lainnya.
Hasil Pre Intermediate Post
Kestabilan dimensi Baik Baik Baik
Daya serap Rendah Sedang Tinggi
Kotoran Terfiksasi Tidak terfiksasi Tidak terfiksasi
Yellowing effect Dapat dihilangkan Dapat dihilangkan Tidak dapat
dihilangkan
Lipatan pada Tidak terjadi Dapat terjadi Dapat terjadi
proses
Dengan pemanasan, rantai molekul bergetar memutuskan ikatan hidrogen antar molekul
sehingga serat menjadi kendor. Rantai molekul tertarik serat menjadi mengkerut. Dengan
bertambahnya energi panas yang diberikan, ikatan hidrogen yang terputus semakin banyak, molekul
serat tergelincir satu dengan lainnya sehingga serat melunak. Pada saat energi panas dihentikan
dengan cara pendinginan terjadi pembekuan ikatan hidrogen menyebabkan serat menjadi stabil.
Bahan yang telah diproses heat setting maka selain akan memperoleh kestabilan dimensi, juga tidak
mengkeret (kalaupun terjadi mengkeret sangat kecil) serta tahan kusut dan mudah licin/halus seperti
semula ketika bahan diseterika setelah mengalami pencucian Secara umum mekanisme dari proses
heat setting dapat dijelaskan mengalami dua tingkatan peristiwa yaitu pemantapan kain sampai suhu
tertentu mendekati titik leleh bahan/seratnya, pada kondisi ini distribusi molekul serat yang belum
sejajar/teratur akan tertarik dan tersusun sejajar satu dengan lainnya, kemudian dilakukan
pendinginan secara segera sehingga tercapai kestabilan dimensinya.
1. Udara panas
Menggunakan udara panas biasanya dilakukan di mesin stenter, kain dilewatkan pada udara
panas melalui rol rol.
2. Uap air panas
Molekul akan berdifusi ke dalam serat,berpenetrasi masuk ke dalam sela – sela rantai
molekul sehingga pori – poriserat terbuka, serat mengembang, beberapa ikatan hidrogen
putus dan rantai molekul kendor. Energi untuk mengendorkan rantai molekul cukup kecil
saja,sehingga suhu pemantapannya rendah. Dilakukan dengan :
a. Uap air mendidih (tekanan rendah), kestabilan dimensi kurang baik
b. Uap air bertekanan tinggi, serat poliester akan tergdegrasi secara
hidrolisa,penyerapan warna menurun.
3. Radiasi sinar infra merah
Menggunakan radiasi infra merah pada panjang gelombang 1 mikron, menggunakan
“emitor selektif”. Energi ini memperbesar getaran rantai molekul dan kalau intensitasnya cukup
besar rantai molekulakan putus,akan terorientasi kembali pada saat energi potensial
mencapai minimum. (80 – 120 °C jauh dibawah penggunaan udara panas, pada suhu 205
°C
4. Sengatan termal
Cara ini belum banyak dipakai, suhu 650 –700 °C selama 1 detik. (diperlirakan suhu
akan mencapai 200 –205 °C dengan kecepatan 180 meter/menit. Kerugian cara ini
memerlukan BBM lebih lanjut banyak,sulit pengaturannya secara tepat, kurang dapat
direproduksi, jika ada kemacetan mesin serat akan rusak.