Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN SISTEM PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DI

INSPEKTORAT DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN APIP

DISUSUN OLEH :

MUH. RAFLY SYAHDINRAH

E051211078

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Proses pengawasan internal adalah serangkaian tindakan terstruktur dalam suatu
lembaga atau organisasi yang secara berkesinambungan memantau proses dan kegiatan
lembaga tersebut. Tujuannya adalah menyediakan informasi mengenai pencapaian
tujuan lembaga atau organisasi dengan cara yang efektif dan efisien, sesuai dengan
peraturan undang-undang yang berlaku. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
merupakan bentuk pengawasan internal yang mencakup semua aspek pemerintahan,
baik di tingkat pusat maupun daerah. SPIP dijelaskan sebagai proses pengawasan yang
dilakukan oleh pejabat dan aparat untuk memastikan pelaksanaan sistem pengelolaan
yang tepat dan efisien, dengan tujuan merancang rencana agar tujuan dapat tercapai
melalui pemantauan dan pengawasan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008, SPIP mencakup 5 unsur, termasuk ruang lingkup pengendalian dan pemantauan
internal.

Sebagai bagian dari struktur pengawasan internal, lembaga inspektorat daerah


memiliki peran strategis dalam manajemen dan pencapaian visi serta misi yang
ditetapkan oleh pejabat pemerintahan. Dalam konteks manajemen, lembaga ini
memegang peran penting dalam perencanaan dan pelaksanaan berbagai kegiatan. Dari
perspektif pencapaian visi dan misi pemerintahan, lembaga inspektorat daerah
berfungsi sebagai entitas pengawasan dan kontrol terhadap pelaksanaan program-
program yang diatur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Inspektorat Daerah Sulawesi Selatan melaksanakan pengawasan internal sesuai


dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah. Kegiatan pengawasan intern mencakup audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi
organisasi. Tujuannya adalah memberikan keyakinan bahwa kegiatan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan secara efektif dan efisien, guna
mendukung tata kelola pemerintahan yang baik.

Pengelolaan audit intern pemerintah di Indonesia diatur oleh Standar Audit Intern
Pemerintah Indonesia (SAIPI) yang ditetapkan oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah
Indonesia (AAIPI). SAIPI berfungsi sebagai standar mutu minimal bagi auditor intern
pemerintah Indonesia. Pelaksanaan audit intern terbagi menjadi kegiatan penjaminan
kualitas dan kegiatan pengawasan lainnya yang tidak memberikan penjaminan kualitas.

Inspektorat Daerah Sulawesi Selatan aktif dalam memberikan penghargaan kepada


Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang responsif terhadap hasil pengawasan yang
dilakukan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). Pada periode 2018-2023,
Inspektorat Sulawesi Selatan merumuskan strategi dan arah kebijakan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Gubernur Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Rencana Strategis Perangkat Daerah Tahun 2018-2023.

Sebagai upaya peningkatan transparansi, Inspektorat Sulawesi Selatan menyajikan


informasi melalui website resmi inspektorat.sulselprov.go.id. RENSTRA (Rencana
Strategis) Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan 2018-2023 dapat diakses
melalui website tersebut.

Tindak lanjut terhadap hasil pemeriksaan melibatkan serangkaian tindakan yang


diambil oleh pemeriksa setelah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) diserahkan kepada
entitas yang diperiksa. Proses ini mencakup kegiatan identifikasi dan dokumentasi
kemajuan yang dicapai oleh entitas dalam implementasi rekomendasi audit. Studi
lapang yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Hasanuddin
pada tahun 2023 mencakup materi tentang Pedoman Tindak Lanjut Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Sulawesi
Selatan.
Dengan demikian, secara keseluruhan, Inspektorat Daerah Sulawesi Selatan
menjalankan peran penting dalam sistem pengawasan internal, dan langkah-langkah
yang diambil sesuai dengan regulasi yang berlaku, serta upaya meningkatkan
keterbukaan dan akuntabilitas melalui media online.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Bagaimana proses pelaksanaan tindak lanjut atas Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) yang diterbitkan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Inspektorat
Daerah Sulawesi Selatan sesuai dengan pedoman yang berlaku?

1.3. TUJUAN
Penulisan laporan ini bertujuan untuk proses pelaksanaan tindak lanjut atas
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang diterbitkan oleh Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) Inspektorat Daerah Sulawesi Selatan sesuai dengan pedoman yang
berlaku.

1.4. MANFAAT
1.4.1. Kegunaan Teoritis

Laporan ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai


pelaksanaan tindak lanjut dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang
dilakukan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Inspektorat
Daerah Sulawesi Selatan, dengan merujuk pada pedoman yang berlaku dalam
periode 2018-2023. Dengan demikian, laporan ini berkontribusi pada
pengembangan disiplin ilmu pemerintahan, khususnya dalam menganalisis
dinamika kinerja Inspektorat Daerah dalam kerangka Sistem Pengawasan dan
Pengendalian Pemerintahan.
1.4.2. Kegunaan Praktis

Laporan ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai


pelaksanaan tindak lanjut dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang
dilakukan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Inspektorat
Daerah Sulawesi Selatan, dengan merujuk pada pedoman yang berlaku dalam
periode 2018-2023. Dengan demikian, laporan ini berkontribusi pada
pengembangan disiplin ilmu pemerintahan, khususnya dalam menganalisis
dinamika kinerja Inspektorat Daerah dalam kerangka Sistem Pengawasan dan
Pengendalian Pemerintahan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGAWASAN

Berdasarkan definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengawasan


merujuk pada kesadaran yang terfokus pada peristiwa atau fakta tertentu sebagai
metode untuk menetapkan standar pelaksanaan, mengukur kinerja, membandingkan
pelaksanaan dengan standar, dan mengambil tindakan korektif jika ada penyimpangan.

Pendapat Prajudi Atmosudirjo menyatakan bahwa pengawasan merupakan seluruh


proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan mengambil tindakan yang mendukung
pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

S.P. Siagian menggambarkan pengawasan sebagai proses pengamatan terhadap


pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk memastikan bahwa semua pekerjaan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Menurut Musfialdy, pengawasan adalah kegiatan yang bertujuan menilai


pelaksanaan tugas secara de facto, dengan fokus pada pencocokan apakah kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pandangan Terry dan Leslie menyatakan bahwa pengawasan adalah proses


evaluasi pelaksanaan kerja dengan membandingkan pelaksanaan aktual dengan tujuan
dan objektif yang diharapkan, serta mengambil tindakan yang diperlukan..
2.2. INSPEKTORAT

Inspektorat daerah memiliki peran dan posisi yang strategis dalam manajemen
serta mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan oleh pejabat pemerintahan. Tugas
pengawasan yang diemban oleh inspektorat, yang merupakan bentuk audit internal,
telah mengalami pergeseran peran dari awalnya sebagai 'watchdog', yang bertujuan
untuk mendeteksi kesalahan, menjadi peran sebagai konsultan dan katalis,
sebagaimana dijelaskan oleh Nurfa (2017). Konsep ini sejalan dengan definisi audit
internal oleh The Institute of Internal Auditor (2001), di mana audit internal diartikan
sebagai kegiatan independen yang merancang dan menetapkan tujuan, serta
memberikan konsultasi untuk menciptakan nilai tambah dan meningkatkan kinerja
organisasi (Susilawati, 2014).

Dengan demikian, dalam perannya sebagai audit internal, inspektorat memberikan


dukungan kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk mencapai tujuan dengan
pendekatan yang terarah dan sistematis dalam menilai serta mengevaluasi kinerja OPD.
Peran inspektorat sebagai konsultan memberikan keuntungan berupa nasehat kepada
kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait pengelolaan keuangan daerah (Zein,
2011). Di samping itu, peran inspektorat sebagai katalis berfungsi sebagai pembimbing
dan memberikan arahan kepada OPD agar dapat mencapai tujuan organisasi (Rahayu
et al., 2017).

Peran inspektorat ini diperkuat oleh faktor-faktor seperti kompetensi, biaya audit,
dan kewenangan (Khoiro, Marsyad, & K. Hidayati, 2017). Menurut AAIPI (2013),
auditor internal yang bekerja di inspektorat dilengkapi dengan pendidikan, keahlian,
pengetahuan, dan ketrampilan, semuanya didukung oleh pengalaman.
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. PROFIL INSPEKTORAT DAERAH SULAWESI SELATAN

Saati ini, kepemimpinan Inspektorat Daerah Sulawesi Selatan dipegang oleh


Marwan Mansyur, S.H., M.H., yang menjabat sebagai Kepala Inspektur Provinsi
Sulawesi Selatan. Rincian terperinci mengenai struktur dan organisasi Inspektorat
Daerah Sulawesi Selatan dapat ditemukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78
Tahun 2020 yang mengatur mengenai Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi, serta Tata Kerja Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Peraturan ini
memberikan pandangan komprehensif tentang peran dan tanggung jawab Inspektorat
Daerah dalam melaksanakan fungsinya sebagai badan pengawasan internal yang
strategis dalam pemerintahan daerah.

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Inspektorat Daerah Sulawesi Selatan


(Sumber : RENSTRA Inspektorat Daerah Sulawesi Selatan 2018-2023)

Selama periode 2018-2023, Inspektorat Sulawesi Selatan merumuskan strategi dan


kebijakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 15
Tahun 2021 yang mengubah Peraturan Pemerintah Gubernur Nomor 30 Tahun 2019
tentang Rencana Strategis Perangkat Daerah Tahun 2018-2023. Proses perumusan
strategi ini melibatkan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk memastikan
kesesuaian dengan kondisi sekitar. Strategi yang diadopsi melibatkan langkah-langkah
berikut:

a) Meningkatkan mutu penyelenggaraan kinerja pemerintahan daerah.


b) Meningkatkan kualitas pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan.
c) Memfasilitasi partisipasi publik dalam pengawasan proses penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
d) Meningkatkan akuntabilitas perangkat daerah dan sumberdaya aparatur.

Sementara itu, arah kebijakan yang ditetapkan untuk mencapai strategi tersebut
terfokus pada bidang pengawasan, yang mencakup:

a) Peningkatan peran pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.


b) Peningkatan kompetensi Aparat Pengawas Internal Pemerintah.
c) Peningkatan sistem pengawasan yang berbasis risiko melalui kegiatan reviu,
audit, monitoring, dan evaluasi.
d) Membuka jalur pengaduan yang berorientasi pelayanan.
e) Peningkatan kualitas kelembagaan, tata kelola, dan sumber daya manusia.
BAB IV

HASIL KEGIATAN

4.1. SISTEM E-TLHP

Penerapan aplikasi e-TLHP di Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bertujuan


untuk mempercepat proses penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan. Aplikasi ini
berfungsi sebagai alat operasional yang mendukung Inspektorat dan Perangkat Daerah
dalam melaporkan secara daring tindak lanjut rekomendasi dari Aparat Pengawas
Internal Pemerintah (APIP). Dengan demikian, pelaksanaan proses tersebut menjadi
lebih efisien, cepat, dan memberikan kemampuan pemantauan yang lebih efektif
terhadap status tindak lanjut bagi APIP dan Perangkat Daerah yang menjadi fokus
pemeriksaan. Aplikasi ini membawa sejumlah manfaat, antara lain:

a) Berperan sebagai sistem arsip digital untuk penyimpanan data.


b) Mempermudah pemantauan dan pengawasan terhadap tindak lanjut hasil
pemeriksaan.
c) Memberikan informasi kepada instansi yang sedang diperiksa mengenai
kemajuan hasil pemeriksaan.
e) Membantu instansi yang menjadi objek pemeriksaan dalam proses penyerahan
bukti tindak lanjut.
f) Mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas-tugas terkait..

4.2. MONITORING DAN EVALUASI

Inspektorat memiliki tugas untuk melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap


pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) yang berasal dari Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) di Perangkat Daerah. Kegiatan pemantauan dan evaluasi tersebut
melibatkan sejumlah metode, di antaranya:
a) Mengadakan rapat koordinasi yang berfokus pada pengawasan daerah;
b) Menyelenggarakan rapat pemutakhiran data terkait pelaksanaan TLHP;
c) Menyelenggarakan rapat koordinasi untuk menyelesaikan TLHP yang
masih dalam proses;
d) Berkomunikasi melalui surat menyurat;
e) Melakukan kunjungan langsung ke Perangkat Daerah atau
Kabupaten/Kota yang terkait;
f) Mengambil bagian dalam pelantikan mutasi/promosi jabatan;
g) Menerapkan aplikasi khusus untuk pemantauan.

Pemantauan dan evaluasi ini dapat dijalankan secara terjadwal atau disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi tertentu. Tujuannya adalah untuk memastikan
keefektifan dan efisiensi pelaksanaan TLHP serta memberikan dukungan yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan tata kelola pemerintahan yang baik di
tingkat daerah.

4.3. KLASIFIKASI STATUS TLHP

Klasifikasi status tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) mengacu pada
pengelompokan berbagai kondisi atau tahapan yang menunjukkan kemajuan
pelaksanaan tindak lanjut terhadap rekomendasi yang terdapat dalam LHP. Berikut
adalah klasifikasi status TLHP yang digunakan oleh Inspektorat Daerah Sulawesi
Selatan:

a) Status 1

Selesai, yaitu Kondisi ini terjadi jika saran/rekomendasi dalam LHP telah
ditindaklanjuti dan mendapatkan persetujuan dari pihak yang menerbitkan
LHP.
b) Status 2

Belum Sesuai/Dalam Proses, yaitu Kondisi ini terjadi jika


saran/rekomendasi sudah dilaksanakan sebagian dengan menyertakan
sebagian dokumen/bukti pendukung, namun belum mendapatkan persetujuan
dari pihak yang menerbitkan LHP.

c) Status 3

Belum Ditindaklanjuti, yaitu Kondisi ini terjadi jika saran/rekomendasi


belum dilaksanakan oleh pejabat yang diperiksa dan/atau yang bertanggung
jawab.

d) Status 4

Tidak Dapat Ditindaklanjuti, yaitu Kondisi ini terjadi jika saran/rekomendasi


tidak dapat ditindaklanjuti dengan persetujuan dari pihak yang menerbitkan
LHP.

4.4. STATUS TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN (TLHP)

Inspektorat melakukan pengecekan dokumen dan bukti pelaksanaan tindak lanjut


yang telah diserahkan oleh Kepala Perangkat Daerah dengan tujuan menilai sejauh
mana implementasi rekomendasi sesuai dengan hasil pengawasan yang tercantum
dalam Laporan Hasil Pengawasan Inspektorat. Selanjutnya, Inspektorat memberikan
informasi kepada Kepala Perangkat Daerah mengenai hasil verifikasi dokumen/bukti
pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan dari Aparat Pengawas Internal Pemerintah
(APIP) dan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-
RI). Informasi ini disampaikan setelah dokumen/bukti telah diverifikasi oleh pihak
yang mengeluarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Proses ini bertujuan untuk
memberikan gambaran yang akurat mengenai kemajuan pelaksanaan tindak lanjut serta
memastikan kesesuaian dengan rekomendasi yang terdapat dalam Laporan Hasil
Pengawasan.
Inspektorat melaksanakan tahap verifikasi terhadap dokumen dan bukti
pelaksanaan tindak lanjut yang telah diserahkan oleh Kepala Perangkat Daerah.
Verifikasi ini bertujuan untuk menilai sejauh mana implementasi rekomendasi sesuai
dengan hasil pengawasan yang tercatat dalam Laporan Hasil Pengawasan Inspektorat.
Dalam proses verifikasi, Inspektorat akan memastikan bahwa dokumen dan bukti yang
diajukan mencerminkan langkah-langkah yang telah diambil untuk menindaklanjuti
rekomendasi.

Setelah melalui proses verifikasi, Inspektorat kemudian menyampaikan informasi


kepada Kepala Perangkat Daerah mengenai hasil penilaian atas dokumen/bukti
pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan dari Aparat Pengawas Internal Pemerintah
(APIP) dan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-
RI). Informasi ini disampaikan setelah dokumen/bukti pelaksanaan telah diverifikasi
oleh pihak yang mengeluarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Proses ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan gambaran yang akurat
mengenai kemajuan pelaksanaan tindak lanjut, tetapi juga untuk memastikan
kesesuaian implementasi dengan rekomendasi yang terdapat dalam Laporan Hasil
Pengawasan. Hal ini merupakan langkah penting dalam menjaga akuntabilitas dan
kualitas pemerintahan di tingkat daerah.

4.5. KEWAJIBAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN

Tindak lanjut BPK-RI selambat-lambatnya 60 hari setelah LHP diterima (UU


15/2006 dan Peraturan BPK-RI No.2/2010). Tindak lanjut Hasil Pemeriksaan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) selambat-lambatnya 60 hari setelah LHP
diterima (Permenpan RB No.09/2009).

Sanksi apabila tidak menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan yaitu, Pidana


berdasarkan Undang-undang No.15 tahun 2006 atau Disiplin PNS berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010. Adapun penyelesaian tindak lanjut tidak
menghapuskan tuntutan pidana, sesuai dengan Peraturan BPK-RI Nomor 2 Tahun
2010.

4.6. PELAKSANAAN TINDAK LANJUT

Apabila setelah melewati periode 60 hari sejak penerimaan Laporan Hasil


Pemeriksaan (LHP), masih terdapat rekomendasi yang belum diselesaikan, langkah-
langkah berikut akan diambil:

a) Inspektur akan mengirimkan laporan tertulis kepada Gubernur mengenai


rekomendasi tindak lanjut yang menunjukkan potensi kerugian keuangan
Negara/Daerah.
b) Dengan persetujuan dari Gubernur, Inspektorat akan mengalihkan proses
penyelesaian tindak lanjut kepada Majelis Tim Penyelesaian Tindak Lanjut
Hasil Pengawasan dan Pemeriksaan (TPTGR).
c) Jika setelah dilakukan sidang oleh TPTGR, Pegawai Negeri Bukan
Bendahara, dan Pejabat Tenaga Lainnya tidak menunjukkan itikad atau
kesungguhan untuk menindaklanjuti, maka berdasarkan rekomendasi
dan/atau keputusan Majelis TPTGR, Inspektorat dapat mengarahkan kasus
tersebut kepada Aparat Penegak Hukum.

Inspektorat, baik dalam peran sebagai aparat pengawasan internal pemerintah


maupun sebagai anggota Majelis TPTGR, akan terus memonitor dan mengevaluasi
proses penyelesaian tindak lanjut yang mengindikasikan potensi kerugian keuangan
Negara/Daerah. Dalam menjalankan tugas tersebut, Inspektorat dapat berkoordinasi
dengan Majelis TPTGR untuk memastikan langkah-langkah tindak lanjut yang diambil
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4.7. MEKANISME PELAKSANAAN TINDAK LANJUT HASIL
PEMERIKSAAN APIP

Dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi LHP AP|P, Inspektorat menyampaikan


Surat Gubernur mengenai tindaklanjut kepada Kepala Perangkat Daerah (PD)/Direksi
BUMD yang diperiksa dan/atau Pejabat

a) Kepala PD/Direksi BUMD yang diperiksa dan/atau Pejabat wajib


menindaklanjuti rekomendasi dalam LHP APIP
b) Tindaklanjut sebagaimana dimaksud wajib disampaikan kepada Gubernur
melalui Inspektorat paling lambat 60 Hari setelah LHP APIP diterima
c) Tindaklanjut atas rekomendasi sebagaimana dimaksud berupa jawaban atau
penjelasan atas pelaksanaan tindaklanjut yang dilampiri dengan dokumen
pendukung
d) Penyampaian tindaklanjut sebagaimana dimaksud dibuktikan dengan tanda
terima

Pelaksanaan tindaklanjut merupakan dokumen vang cukup, kompeten. dan relevan


serta telah diverifikasi oleh Inspektorat.

4.8. DASAR HUKUM


a) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Ilndonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-undang (Lembaran Negara
Republi Indonesia Tahun 2023 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
republik indonesia Nomor 6856);
b) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan (Penjelasan dalam Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
c) Peraturan Menteri Dalam Negen Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pedoman tata
cara pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah
d) Peraturan Menteri Dalam Neger Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap
tindak lanjut hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;
e) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 9 Tahun
2009 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi, dan
Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional;
f) Peraturan Badan Pemeriksa Kedangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;
g) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2016 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Sulawes. Selatan Nomor 293);
h) Peraturan Gubemur Sulawesi Selatan Nomor Tahun 2023 tentang Kedudukan,
Susunan Organisesi. Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah
BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Manajemen pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan di Pemerintah Provinsi


Sulawesi Selatan telah mengalami perubahan positif seiring dengan diterapkannya
aplikasi e-TLHP. Dampak positif yang terjadi mencakup percepatan dan
penyederhanaan proses pelaporan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). Fungsi utama aplikasi ini
adalah sebagai alat bantu operasional bagi Inspektorat dan Perangkat Daerah,
memungkinkan pelaporan daring yang efisien dan pemantauan status tindak lanjut
yang lebih terukur. Manfaatnya mencakup peran sebagai arsip digital, kemudahan
pemantauan, penyediaan informasi kepada instansi terkait, dukungan dalam proses
penyerahan bukti tindak lanjut, dan penghematan waktu dalam menjalankan tugas.

Peran Inspektorat tidak hanya terbatas pada manajemen tindak lanjut, tetapi juga
mencakup fungsi krusial dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) dari Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan APIP di Perangkat Daerah. Kegiatan ini
melibatkan sejumlah metode, seperti rapat koordinasi, pemutakhiran data, koordinasi
penyelesaian TLHP, surat menyurat, kunjungan langsung, pelantikan mutasi/promosi
jabatan, dan penerapan aplikasi khusus.

Pentingnya klasifikasi status TLHP menjadi pedoman dalam mengkategorikan


kondisi atau tahapan pelaksanaan tindak lanjut, memudahkan pemantauan dan
evaluasi. Status 1 menunjukkan bahwa tindak lanjut telah selesai, sedangkan Status 2
hingga Status 4 mencerminkan kondisi dari belum sesuai/dalam proses, belum
ditindaklanjuti, hingga tidak dapat ditindaklanjuti.
Dalam upaya menjaga akuntabilitas dan kualitas pemerintahan di tingkat daerah,
Inspektorat menjalankan mekanisme yang melibatkan Gubernur dan Majelis Tim
Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan dan Pemeriksaan (TPTGR) jika setelah
60 hari rekomendasi belum terselesaikan. Bahkan, jika terdapat potensi kerugian
keuangan, kasus dapat diserahkan kepada Aparat Penegak Hukum. Mekanisme ini
menegaskan pentingnya kewajiban, sanksi, dan penyelesaian tindak lanjut sebagai
langkah krusial dalam menjaga akuntabilitas dan kualitas pemerintahan di tingkat
daerah.

5.2. SARAN

Mengingat pentingnya peran Inspektorat, terutama dalam memastikan


pelaksanaan tindak lanjut yang efektif dan efisien, diperlukan pengembangan sumber
daya manusia. Pendidikan, pelatihan, dan penyediaan pengetahuan serta keterampilan
terkini dapat meningkatkan kualitas audit internal. Selain itu, untuk mengoptimalkan
manfaat e-TLHP, perlu terus melakukan evaluasi dan pembaruan pada aplikasi
tersebut. Aspek-aspek seperti keamanan, ketersediaan, dan kemudahan penggunaan
menjadi fokus perbaikan untuk memastikan aplikasi berfungsi secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

ADA, Y., KALANGI, L., & WARONGAN, J. D. (2020). Analisis Pengawasan


Inspektorat Daerah Terhadap Pelaksanaan E-Procurement Pada Pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara. JURNAL RISET AKUNTANSI DAN AUDITING"
GOODWILL", 11(2).

EFFENDI, R. (2023). SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI


INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN MAMASA (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS BOSOWA).

Kristiyani, M. (2020). Peran Inspektorat Daerah Sebagai Watch Dog, Konsultan dan
Katalis (Studi pada Pemerintah Kota Salatiga). Jurnal Akuntansi Profesi, 11(1),
92-106.

Nahor, J. L. B., Adriani, A., & Nor, W. (2021). Analisis Penyelesaian Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan BPK pada Pemeriksaan Kinerja atas Kegiatan APIP
Inspektorat Kabupaten Barito Timur. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 9(1), 1-
16.

Pasaribu, P. Y., & Briando, B. (2019). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam


Penyusunan Kode Etik Aparatur Pengawas Internal Pemerintah (APIP). Jurnal
Ilmiah Kebijakan Hukum, 13(2), 245-264.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. 2018. Perubahan Rencana Strategis


(RENSTRA) Tahun 2018-2023.

Polidu, I., Tumuhulawa, A., Kasim, R., Kadir, Y., & Moonti, R. M. (2020). Peran
Inspektorat Dalam Sistem Pengawasan Dan Pengendalian Pengelolaan Dana
Desa: Studi Inspektorat Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Akuntansi &
Keuangan, 20(2), 226-45.

Anda mungkin juga menyukai