Anda di halaman 1dari 2

Nama : Irwan Zaelani

Mata Kuliah : Hukum Bisnis Syariah


NPM : 1151900082

Jawaban :

Soal 1

Dalam kacamata ekonomi Islam, setiap transaksi keuangan harus sesuai dengan ketentuan syariah.
Untuk dapat menjamin kepatuhan terhadap ketentuan syariah, ada prinsip-prinsip yang harus
diikuti. Prinsip-prinsip merupakan koridor (batas) jalan yang boleh dilewati. Koridor yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Tauhid
b. Prinsip ‘Adalah (Keadilan)
c. Konsep Halal Dan Haram

Soal 2

Tugas dan kewenangan Dewan Syariah nasional adalah sebagai berikut:


a. Menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada
umumnya dan keuangan pada khususnya.
b. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan.
c. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.
d. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan (Hakim 2011).
Untuk dapat menjalankan tugas, Dewan Syariah Nasional memiliki kewenangan:
a. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di masing-masing lembaga keuangan syariah dan
menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan atau peraturan yang
dikeluarkan oleh instasi yang berwenang, seperti Departemen Keuangan dan Bank
Indonesia.
c. Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk
sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan syariah.
d. Mengundang para ahli menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam pembahasan
ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter atau lembaga keuangan dalam maupun luar
negeri.
e. Memberikan peringatan kepada lembaga-lembaga keuangan syariah untuk menghentikan
penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
f. Mengusulkan kepada instasi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila
peringatan tidak diindahkan

Soal 3

Ulama’ yang melarang praktik asuransi diantaranya Sayyid Sabiq, ‘Abd Allâh al-Qalqi (mufti
Yordania), Yusuf Qaradhâwi dan Muhammad Bakhil al-Muth’i (mufti Mesir). Beliau mengatakan
bahwa Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, temasuk asuransi jiwa. Pendapat
Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah:
1). Asuransi sama dengan judi;
2). Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti;
3). Asuransi mengandung unsur riba/renten;
4). Asurnsi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila tidak bisa melanjutkan
pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah dibayar atau dikurangi;
5). Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktik-praktik riba;
6). Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
7). Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan mendahului takdir
Allah.

Sedangkan para ulama’ yang memperbolehkan praktik asuransi dengan alasan bahwa:
1). Tidak ada nas (Al-Qur`an dan Sunnah) yang melarang asuransi;
2). Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak;
3). Saling menguntungkan kedua belah pihak;
4). Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat
di investasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan pembangunan;
5). Asuransi termasuk akad mudhârbah (bagi hasil);
6). Asuransi termasuk koperasi (syirkah ta’âwuniyah);
7). Asuransi dianalogikan (qiyas) dengan sistem pensiun seperti taspen.

Anda mungkin juga menyukai