Anda di halaman 1dari 2

Budaya Sumatera

2.6.1 Pantangan Ibu Nifas


Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan yang melarang ibu nifas untuk melakukan mobilisasi
selama satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus bedrest total selama seminggu karena dianggap
masih lemah dan belum mampu beraktivitas sehungga harus istirahat di tempat tidur. Mereka juga
menganggap bahwa dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa dengan beraktivitas maka proses
penyembuhan setelah persalinan akan terhambat. Hal ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan saat
ini bahwa ibu nifas harus melakukan mobilisasi dini agar cepat pulih kondisinya. Dengan mengetahui
kebudayaan di daerah tersebut, petugas kesehatan dapat masuk perlahan-lahan untuk memberi
pengertian yang benar kepada masyarakat.

Daerahku Kab.Tuban (Budaya, Makanan,


Ciri khas)
Kabupaten Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di
kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km² dan panjang pantai mencapai 65 km. Penduduknya
berjumlah sekitar 1 juta jiwa. Tuban disebut sebagai Kota Wali karena Tuban adalah salah satu
kota di Jawa yang menjadi pusat penyebaran ajaran Agama Islam namun beberapa kalangan ada
yang memberikan julukan sebagai kota tuak karena daerah Tuban sangat terkenal akan penghasil
minuman (tuak & legen) yang berasal dari sari bunga siwalan (ental). Beberapa obyek wisata di
Tuban yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Makam Wali, contohnya Sunan Bonang,
Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi (Palang), Sunan Bejagung dll. Selain sebagai kota
Wali, Tuban dikenal sebagai Kota Seribu Goa karena letak Tuban yang berada pada deretan
Pegunungan Kapur Utara. Bahkan beberapa Goa di Tuban terdapat stalaktit dan Stalakmit. Goa
yang terkenal di Tuban adalah Goa Akbar, Goa Putri Asih, dll. Tuban terletak di tepi pantai
pulau Jawa bagian utara, dengan batas-batas wilayah: utara laut Jawa, sebelah timur Lamongan,
sebelah selatan Bojonegoro, dan barat Rembang dan Blora Jawa Tengah

”BUDAYA”

Kebudayaan asli Tuban beragam, salah satunya adalah sandur. Budaya lainnya adalah Reog
yang banyak ditemui di Kecamatan Jatirogo. Namun ada hal menarik ketika memperingati Haul
Sunan Bonang, dimana ribuan umat muslim dari seluruh Indonesia tumpah ruah memadatai
kota khususnya kompleks pemakaman Sunan Bonang. Ada juga Ulang Tahun Klenteng Kwan
Sing Bio yang sudah masuk dalam agenda kota dan ada juga sedekah bumi bagi masyarakat
pesisir.

”MAKANAN”

Menurutku Kab.Tuban paling terkenal adalah


masakan belut pedas goreng,yang terkenal adalah warung belut Bagong,Cemplon,Jangkar..bnyak
orang orang luar daerah yang datang kesana dan bagiku mungkin masakan belut tuban paling
enak se-Jawa Timur.Ada pula khas oleh oleh dari tuban yaitu legen,towak,siwalan.

”CIRI KHAS”

1. Warga masyarakat kota Tuban terbiasa hidup bergotong-royong dalam berbagai aktivitas.
Pernahkah anda jumpai masyarakat warga kota Tuban saling membantu saat tetangga
mereka sedang memperbaiki rumah? Hal itu adalah pemandangan yang biasa terlihat.
Saling bahu membahu dalam berbagai kegiatan termasuk aktivitas sosial merupakan hal
biasa yang sudah lazim terlihat. Kebiasaan untuk saling tolong-menolong telah merasuk
dalam jiwa masyarakat Kota Tuban dan menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang
membedakan warga kota ini dengan kota lainnya. Dalam setiap acara sosial, warga
masyarakat Kota Tuban tidak perlu diundang. Saat mereka melihat atau mendengar
tetangga mereka akan punya hajat atau yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan nama
“Duwe Gawe”, maka para tetangga tanpa di komando akan langsung berdatangan.
Mereka saling membantu tanpa pamrih. Sejak zaman dahulu kala ketika Kota Tuban
masih berupa Kerajaan, masyarakat kota Tuban telah terbiasa hidup dalam tatanan
masyarakat yang penuh dengan jiwa sosial. Sifat turun temurun tersebut masih tercermin
hingga kini. Sebuah sikap yang menjadikan warga Masyarakat Kota Tuban menjadi luar
biasa bermutu. Orang tuaku yang juga warga Kota Tuban selalu berkata “Lebih penting
memiliki jiwa yang baik daripada pandai tapi sama sekali tidak punya hati”. Sebuah
petuah yang diajarkan para orang tua warga masyarakat Kota Tuban.
2. Warga Masyarakat Kota Tuban adalah Pekerja Keras. Dengan keterbatasan ekonomi,
warga Kota Tuban pantang untuk menyerah. Segala cara yang halal ditempuh untuk tetap
melanjutkan hidup. Mayoritas warga Kota Tuban bukanlah orang yang mampu dalam
standar finansial pada umumnya namun mereka tetap semangat dalam menjalani hidup.
Petani yang bekerja di sawah untuk menghidupi anak istrinya sama sekali tak mengeluh
meski keadaan ekonomi cenderung membuat mereka hidup serba pas-pasan. Nelayan
yang melaut mencari ikan pantang pulang sebelum hasil ada di tangan. Sikap pekerja
keras warga masyarakat Kota Tuban merupakan warisan leluhur yang masih tercermin
hingga kini.
3. Warga Masyarakat Kota Tuban adalah pejuang pemberani. Kala penjajahan
mencengkeram erat bumi pertiwi, warga masyarakat Kota Tuban tak pernah surut
berjuang mempertahankan kemerdekaan. Mereka lebih baik gugur daripada hidup
terjajah. Sikap pemberani ini telah terlihat sejak masa kepemimpinan Adipati
Ronggolawe di Kerajaan Majapahit. Warga masyarakat Kota Tuban selalu siap berjuang
saat diperlukan. Mereka selalu ingat pesan para leluhur mereka yang telah berjuang lebih
dulu dalam mempertahankan kemerdekaan. “Selalu siap demi kebenaran” adalah moto
warga masyarakat Kota Tuban yang tak pernah tertuliskan namun terpatri dalam tiap
sanubari.

Anda mungkin juga menyukai