Anda di halaman 1dari 19

KEHARUSAN BERAMAL, ILMU AKAN DIMINTA

PERTANGGUNGJAWABAN, DAN AKIBAT TIDAK MENGAMALKAN


ILMU

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Hadits Tarbawi

DOSEN PENGAMPU
Dr. Yusuf Tajri, S.Sos.I., M.Pd

Oleh:

Santi Elfa Sapitri (202203008)


Raisa Nuryazma M.A (202203037)
Cici Chantika Octaviani (202203002)
Wafa Afifah (202203011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS GARUT
1444 H/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa Rahmat-Nya tentunya penulis tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW selaku
Uswatun Hasanah bagi umatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi. Penulis
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya.

Garut, 30 Oktober 2023

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Perngertian Beramal....................................................................................................................3

2.2 Kenapa Ilmu Harus Diamalkan....................................................................................................3


2.3 Ilmu Akan Dimintai Pertanggungjawaban...................................................................................6
2.4 Akibat Tidak Mengamalkan Ilmu..............................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ilmu adalah hal yang sangat begitu penting didalam agama Islam. Dengan ilmu,
seseorang akan tahu dan dapat membedakan terhadap apa yang seharusnya ia kerjakan dan
mana yang harus ia hindari. Seseorang yang menuntut ilmu itu ialah orang yang telah
melaksanakan kewajiban dari apa yang telah Allah perintahkan. Dan pada hakikatnya
perintah Allah itu tidaklah merugikan hambanya, justru orang yang menuntut ilmu maka
Allah akan meninggikan derajatnya. Seperti halnya firman Allah SWT:

‫ٰۤي َا ُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْۤو ا ِاَذ ا ِقْيَل َلـُك ْم َتَفَّسُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفا ْفَس ُحْو ا َيْفَس ِح ُهّٰللا َلـُك ْم َو ِا َذ ا ِقْيَل اْنُشُز ْو ا َفا ْنُشُز ْو ا َيْر َفِع ُهّٰللا‬
‫اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْم َو ا َّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َد َر ٰج ٍت َو ا ُهّٰلل ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ilmu yang kita punya itu tidak cukup hanya sampai dengan dipelajari saja, sudah
seharusnya bila kita mempunyai ilmu maka ilmu itu harus diamalkan. Jadi bukan hanya
sekedar menambah wawasan dan kepintaran, atau sebagai membodoh-bodohi orang lain.
Tetapi ilmu yang telah kita punya itu harus diamalkan dengan semestinya, karena apapun
yang telah kita lakukan, maka nantinya akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Oleh
karena itu, ilmu itu harus bermanfa’at mulai untuk sendiri dan juga bagi banyak orang. Maka
dari itu, dalam makalah ini penulis tertarik untuk mengambil judul “KEHARUSAN
BERAMAL, ILMU AKAN DIMINTA PERTANGGUNGJAWABAN, DAN AKIBAT
TIDAK MENGAMALKAN ILMU”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu beramal?
2. Kenapa ilmu itu harus diamalkan?
3. Bagaimana ilmu akan diminta pertanggungjawaban?
4. Apa akibat apabila tidak mengamalkan ilmu?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari beramal.
2. Untuk mengetahui keharusan dalam mengamalkan ilmu.
3. Untuk mengetahui bahwa ilmu itu akan diminta pertanggungjawaban.
4. Untuk mengetahui akibat apabila tidak mengamalkan ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beramal

Amal dalam bahasa Indonesia berarti perbuatan baik atau buruk. Dari sini
terlihat, bahwa istilah amal dan perbuatan sudah sulit dibedakan.Dalam pemakaian
sehari-hari, kedua kata itu dipandang sebagai kata kembar yang mempunyai satu arti,
sehingga keduanya sering dimajemukkan dalam ungkapan "amal perbuatan”.

Menurut Ragib Al-lsfahani (wafat 502 H/ 108 M), seorang ahli bahasa dari
kalangan Ahlus Sunah wal Jamaah, antara amal dan perbuatan yang merupakan
terjemahan dari al-fi'l, disamping ada persamaannya, terdapat perbedaan mendasar.
Menurutnya, perbuatan dapat dihubungkan dengan insan (manusia), hayawanat
(binatang-binatang), dan nabat (tumbuh- tumbuhan), baik yang diperbuat berdasarkan
ilmu pengetahuan, maupun tidak, dan baik yang diperbuat dengan sengaja (al-qasd)
maupun tidak.

Sedangkan istilah amal hanya boleh dihubungkan dengan manusia.Oleh sebab


itu, mendefinisikan amal sebagai "suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan ilmu
pengetahuan, pilihan sendiri, dan dilakukan dengan sengaja atau niat."Hal ini hanya
diperoleh dari manusia karena hewan dan tumbuh-tumbuhan atau benda-benda mati
lainnya tidak mungkin melakukan suatu perbuatan dengan ilmu dan niat.Inilah
pengertian amal yang dimaksud oleh fukaha.

‫ َفَم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُت ُه ِإَلى ِهَّللا َو َر ُس وِلِه َفِهْج َر ُت ُه ِإَلى ِهَّللا‬، ‫ َو ِإَّنَم ا ِال ْم ِرٍئ َم ا َنَو ى‬، ‫انمااَألْع َم اُل ِبالِّنَّيِة‬
‫ َفِهْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َهاَج َر ِإَلْيِه‬، ‫ َو َم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ُد ْنَيا ُيِص يُبَها َأِو اْمَر َأٍة َيَتَز َّوُج َها‬، ‫َو َر ُسوِلِه‬
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan
mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya,
mkaa hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari
dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”
(HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)

2.2 Kenapa Ilmu Harus Diamalkan


Seseorang yang telah mempelajari dan memiliki ilmu, maka yang menjadi
kewajibannya adalah mengamalkan segala ilmu yang dimilikinya, sehingga ilmunya menjadi
ilmu yang manfaat; baik manfaat bagi dirinya sendiri ataupun manfaat bagi orang lain.

Mengajarkan ilmu memang diperintah oleh agama, karena tidak bisa disangkal lagi.
bahwa mengajarkan ilmu adalah suatu pekerjaan yang ssangat mulia. Nabi diutus ke dunia ini
pun dengan tugas mengajar, sebagaimana sabdanya:

)‫ (رواه البيهقي‬.‫ُبِع ْثُت ََأِلُك وَن ُمَع َّلًم ا‬

"Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar". (HR. Baihaqi)

Sekiranya Allah tidak mengutus rasul untuk menjadi guru bagi manusia, guru dunia,
tentulah manusia tinggal dalam kebodohan sepanjang masa.

Walaupun akal dan otak manusia mungkin dapat menghasilkan berbagai ilmu
pengetahuan, namun disisi lain masih ada juga hal-hal yang tidak dapat dijangkaunya, yaitu
hal-hal yang berada di luar akal manusia. Untuk itulah Rasulullah diutus di dunia ini.

Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia secara luas,


agar mereka tidak berada dalam kebodohan dan kegelapan, maka diperlukan kesadaran bagi
para mu‘allim (guru), dan ulama untuk beringan tangan menuntun mereka menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal tersebut dikarenakan para guru dan ulama yang suka
menyembunyikan ilmunya, maka mereka akan mendapatkan ancaman, sebagaimana sabda
Nabi saw.:
)‫ (رواه احمد‬. ‫َم ْن ُسُبَل َع ْن ِع ْلٍم َفكاَم ة اْلَج َم َة ُهَّللا َيْو َم اْلِقَياَم ِة الَج اِم ِم َن الَّناِر‬

"Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau
memberikan jawabannya), maka Allah akan akan mengekangnya (mulutnya), kelak di hari
kiamat dengan kekangan (kendali) dari api neraka" (HR. Ahmad)

: ‫َح َّد َثَنا ِإْس َح ُق ْبُن َم ْنُصوٍر َح َّد َثَنا َح َّباُن ْبُن ِهاَل ٍل َح َّد َثَنا َأَباُن َح َّد َثَنا َيْح َيى َأَّن َزْيًدا َح َّد َثُه َأَّن َأَبا َس اَّل ٍم‬

‫َح َّد َثُه َع ْن َأِبي َم اِلٍك اَأْلْش َع ِرِّي َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم الُّطُهوُر َش ْطُر اِإْل يَم اِن َو اْلَح ْم ُد ِهَّلِل‬
‫َتْم ُأَل اْلِم يَز اَن َو ُسْبَح اَن ِهَّللا َو اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َتْم اَل ن َأْو َتْم ُأَل َم ا َبْيَن الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو الَّص اَل ُة ُنوٌر َو الَّص َد َقُة‬
‫ُبْر َهاٌن َو الَّصْبُر ِض َياٌء َو اْلُقْر آُن ُحَّج ٌة َلَك َأْو َع َلْيَك ُك ُّل الَّناِس َيْغ ُدو َفَباِيٌع َنْفَس ُه َفُم ْع ِتُقَها َأْو ُم وِبُقَها‬

Yang artinya

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur, ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Habban bin Hilal, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Aban, ia berkata:
Telah menceritakan kepada kami Yahya, bahwa Zaid telah menceritakan kepadanya,
bahwasanya Abu Sallam telah menceritakan kepadanya, dari Abu Malik al-Asy'ari, ia
berkata: Rasulullah bersabda: "Bersuci merupakan separuh keimanan, ucapan
ALHAMDULILLAH dapat memenuhi timbangan, sementara ucapan SUBHANALLAH dan
ALHAMDULILLAH dapat memenuhi ruang antara langit dan bumi. Salat adalah cahaya,
sedekah adalah petunjuk, kesabaran adalah sinar, dan Al-Qur'an akan menjadi manfaat
bagimu kelak atau bumerang bagimu. Setiap manusia berangkat di pagi hari, lantas ada yang
menjual dirinya (untuk taat atau maksiat), sehingga akan membebaskannya (dari azab) atau
(hawa nafsunya) akan membinasakannya."

Kandungan Hadits

1. Hadits ini mencakup berbagai pengarahan yang mengagumkan dan hikmah yang
sangat berharga la adalah nasihat yang datang dari orang yang perkataannya tidak
bersumber dari hawa nafsu tetapi dari wahyu yang diturunkan kepadanya
2. Thaharah (bersuci) merupakan syarat sahnya ibadah dan lambang kecintaan kepada
Allah swr Rasul telah menjelaskan bahwa thaharah terhadap pakaian dan badan
merupakan repleksi keimanan.
3. Bentuk pengungkapan rasa syukur kepada Allah adalah dengan banyak berzikir
kepada-Nya, apalagi dengan lafaz yang telah disebutkan Nabi dalam berbagai
haditsnya.
4. Berzikir harus dengan khusyu' dan penuh penghayatan, agar memberikan pengaruh
positif kepada orang yang melakukannya, sehingga hati menjadi tenang, dan akhlak
menjadi baik
5. Seseorang mukmin sangat memerlukan ketenangan hati dan ketenteraman jiwa
Karena itu, ia perlu memperbanyak zikir kepada Allah agar senantiasa berhubungan
dengan Allah swt bersandar kepada-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya

‫َح َّد َثَنا ُقَتْيَبُة َح َّد َثَنا َأُبو َع َو اَنَة َع ْن َقَتاَد َة َع ْن َأَنٍس َع ْن َأِبي ُم وَس ى اَأْلْش َع ِرِّي َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى‬
‫ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم َثُل اْلُم ْؤ ِم ِن اَّلِذ ي َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َك َم َثِل اُأْلْتُرَّج ِة ِريُح َها َطِّيٌب َو َطْع ُمَها َطِّيٌب َو َم َثُل اْلُم ْؤ ِم ِن اَّلِذ ي‬
‫اَل َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َك َم َثِل الَّتْمَر ِة ِر يَح َلَها َو َطْع ُمَها ُح ْلٌو َو َم َثُل اْلُم َناِفِق اَّلِذ ي َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َم َثُل الَّرْيَح اَنِة ِر يُح َها َطِّيٌب‬
‫َو َطْع ُمَها ُم ٌّر َو َم َثُل اْلُم َناِفِق اَّلِذ ي اَل َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َك َم َثِل اْلَح ْنَظَلِة َلْيَس َلَها ِر يٌح َو َطْع ُمَها ُم ٌّر‬

Yang artinya

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami
Abu Awanah dari Qatadah dari Anas dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata, "Rasulullah
bersabda, 'Perumpamaan seorang Mukmin yang suka membaca Al-Qur'an seperti buah
Utrujah, baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang Mukmin yang tidak suka
membaca Al-Qur'an seperti buah kurma, tidak berbau namun rasanya manis. Perumpamaan
seorang Munafik yang suka membaca Al-Qur'an seperti buah raihanah, baunya harum tapi
rasanya pahit. Dan Perumpamaan seorang Munafik yang tidak suka membaca Al-Qur'an
seperti buah hanzhalah, tidak berbau dan rasanya pahit.'

Dalam hadist lain yang terkait hadits di atas seperti hadits

Bukhari - 7005
"Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur'an seperti utrujah, rasanya enak
dan baunya wangi, dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an seperti
kurma, rasanya enak namun tidak

Muslim-1328

"Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah Utrujah,
baunya harum dan rasanya juga enak. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca
Al-Qur'an adalah seperti buah kurma, baunya

Abu Daud 4191

"Rasulullah bersabda, "Permisalan seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an adalah


seperti buah Utrujah, baunya harum dan rasanya enak.

2.3 Ilmu Akan Dimintai Pertanggungjawaban


Ilmu yang kita peroleh kemudian kita amalkan di dunia ini akan abadi, menjadi bekal
nanti ketika kita sudah tiada. Menuntut ilmu yang kita lakukan di sepanjang hidup kita harus
selalu kita amalkan. Ada sebuah maqalah:

‫العلم بال عمل كالشجر بال ثمر‬

Artinya, "ilmu yang tidak disertai amal seperti pohon yang tidak berbuah"

Kita tahu bahwa pohon yang berbuah akan banyak manfaatnya. Untuk itu,
sebagaimana sebatang pohon tersebut, dianjurkan bahkan diwajibkan bagi kita untuk
mengamalkan ilmu yang sudah kita peroleh. Pengetahuan yang kita peroleh tidak boleh
berhenti pada sekadar tahu saja. Akan tetapi, setelah tahu maka harus kita amalkan dan kita
sebarkan.

Nabi Muhammad saw. juga bersabda bahwa ilmu itu akan dapat menjadi amal jariyah
kita, apabila kita menularkannya kepada orang lain. Kemanfaatan ilmu adalah apabila ilmu
kita berikan kepada orang lain, dan orang lain tersebut mengamalkannya. Misalnya, kita
mengajarkan kepada ibu-ibu tentang cara merawat atau memulasarakan jenazah. Ibu-ibu
tersebut kemudian mengamalkan, mempraktikkan untuk merawat jena-zah saudara-
saudaranya yang meninggal. Secara otomatis, ilmu kita akan terus berkembang dan
bermanfaat bagi orang banyak. Inilah yang disebut dengan amal jariyah.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasullullah saw.bersabda:

‫إذا مات اإلنسان انقطع عمله إال من ثالث من صدقة جارية وعلم ينتفع به وولد صالح يدعوله‬

Artinya, "jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh" (HR.
Muslim, No. 1631).

Ilmu yang bermanfaat akan menjadi teman, bekal kita kelak bila menghadap Allah.
Ilmu yang bermanfaat dapat kita jadikan bekal kita di akhirat, sedangkan harta yang lain akan
kita tinggalkan di dunia. Karena begitu pentingnya kedudukan ilmu, menuntut, mengamalkan
dan mengajarkan ilmu dalam Islam

Dari hadist diatas bahwasannya kita akan ditanyai empat perkara penting yaitu:

1. Umur
2. Waktu Muda
Diriwayatkan Imam Al-Bukhari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah bersabda, “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat
sehat dan waktu senggang”. Nikmat sehat di kala muda sering melalaikan seseorang
dari ibadah. Tak sedikit manusia yang mengisi waktu mudanya (waktu sehatnya) ke
lembah maksiat. Bahkan ada yang sudah berusia lebih 40 tahun tidak kunjung
bertobat. Na’udzubillahi min dzalik. Ketahuilah, nikmat sehat di waktu muda ini akan
ditanyakan oleh Zat Pemberi nikmat. Karena itu, manfaatkanlah nikmat muda ini
sebelum datang sakit dan masa tua.
3. Harta
Harta sering menipu manusia. Banyak yang menganggap hartanya berharga
dan kekal, padahal harta tidak dibawa mati. Sejatinya, harta yang dimiliki manusia
adalah pemberian Allah dan mereka yang memanfaatkannya di jalan Allah tentu akan
selamat. Namun, mereka yang membelanjakan hartanya di jalan bathil dan
mendapatkannya dengan cara yang tidak halal akan ditanya oleh Allah pada
hariKiamat.
4. Ilmu
Beruntunglah seseorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah. Namun, jika tidak
diamalkan dan tidak diajarkan kepada orang lain kelak akan ditanya oleh Allah
Ta’ala. Ilmu yang dipelajari oleh umat Islam hendaklah diamalkan dan digunakan
untuk kemaslahatan umat.

Hadits yang berkaitan

Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Dalam Hadits tersebut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫اَل َتُز ْو ُل َقَد َم ا اْبِن آَد َم َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِم ْن ِع ْنِد َر ِّبِه َح َتى ُيْس َأَل َع ْن َخ ْم ٍس َع ْن ُع ْم ِر ِه ِفْيَم ا َأْفَناُه َو َع ْن َش َباِبِه ِفْيَم ا َأْباَل ُه‬

‫َو َع ْن َم اِلِه ِم ْن َأْيَن اْك َتَسَبُه َو ِفْيَم ا َأْنَفَقُه َو َم اَذ ا َع ِمَل ِفْيَم ا َع ِلَم‬.

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga
dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang
masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal
apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang
dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid 10 hal
8 Hadits no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah al-
AHadits ash-Ashahihah no. 946)

Barangsiapa yang bisa menjawab dan mempertanggungjawabkan perkara tersebut


kelak di hari kiamat, maka dia akan menjadi orang yang beruntung. Dan dengan izin Allah,
dia pun akan mendapatkan apa-apa yang telah Allah janjikan kepada hamba-hambaNya yang
bertakwa berupa kenikmatan-kenikmatan surga. Namun apabila ia tidak bisa
mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah, maka sungguh dia termasuk orang-orang
yang celaka dan mendapatkan adzab yang pedih dariNya.

Semoga kita digolongkan oleh Allah ke dalam orang-orang yang bisa memanfaatkan
umur, masa muda, harta dan ilmu dengan sebaik mungkin agar kelak kita bisa
mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Dan semoga Allah memudahkan kita untuk
bisa berkumpul dengan orang-orang yang shalih dari kalangan Nabi dan Rasul serta orang-
orang yang sejalan dengan mereka.

‫َر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفي اآلِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬

“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta
lindungilah kami dari siksa Neraka.” (QS. al-Baqarah [2]: 201)

Hadits ini juga terdapat pada hadits Tirmidzi no 2341 dalam kitab mukaddimah bab
Tidak suka popularitas dan terkenal.

‫َأْخ َبَر َنا ُمَحَّم ُد ْبُن ُيوُسَف َع ْن ُس ْفَياَن َع ْن َلْيَت‬

‫عن عدي أن َع ِد ي َع ْن َأبي َع ْبِد ِهَّللا الصنابجي عن معاذ بن جبل َقاَل اَل َتُروُل َقْد ًم ا عيد يوم القيامة حتى‬
‫يسال عن أربع من عمره فيما َأْفَناُه َو َع ْن َحَسِدِه ِفيَم ا َأْبَناُه َو َع ْن َم اِلِه ِم ْن َأْيَن َعُه َو َع ْن ِع ْلِمِه َم اَذ ا َع ِمَل ِفيِه‬
‫اكتسبُه َو ِفيَم ا َو َض َع ُه و‬

kepada kami Telah mengabarkan

Muhammad bin yusuf dari Sufyan dari Laits dari Adi bin 'Adi dari Abu Abdullah As
Shunabihi dari Mu'adz bin jabal radhiallahu'anhu: ia berkata, "Tidaklah kaki seorang hamba
bergeser (dari tempat. penantiannya) pada hari kiamat hingga ia ditanya empat perkara:
tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang badannya untuk apa ia gunakan, tentang
harta dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, serta tentang ilmu untuk apa ia
amalkan". (HR.Ad-Darimi nomor 538).
2.4 Akibat Tidak Mengamalkan Ilmu
Dalam agama Islam, umat manusia diwajibkan untuk selalu menuntut ilmu, bahkan
tidak ada batasan apapun bagi setiap orang untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu bisa
dilakukan dimana saja, dari siapa saja, bahkan tidak mengenal usia. Asal ilmu yang dipelajari
adalah ilmu yang nantinya dapat membawa kebermanfa'atan baik di dunia maupun di akhirat.
Ketika seseorang telah memiliki ilmu berharap ilmu itu dapat disampaikan kepada orang lain
ataupun untuk dirinya sendiri. Maka dari itu orang yang memiliki ilmu, diperintahkan untuk
dapat mengamalkan ilmunya kepada orang lain.

Imam Al Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad memberikan nasihat kepada muridnya,
ia menyampaikan sabda Nabi Muhammad SAW tentang ancaman orang yang berilmu tapi
ilmunya tidak bermanfa'at bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

‫َأَشُّد الَّناِس َع َذ اًبا َيْو َم الِقَياَم ِة َعاِلٌم اَل َيْنَفُعُه ُهللا ِبِع ْلِم ه‬

Artinya: " Manusia yang paling berat mendapat siksa di hari kiamat yaitu orang yang
mempunyai ilmu, tapi tidak memberikan manfa'at atas ilmunya".

Orang yang mencari ilmu hanya untuk dirinya sendiri, biasanya orang yang hanya
ingin sekedar menambah wawasan atau kepintaran saja. Mereka mengira ilmu tanpa amal
pun akan menyelamatkan dan mendatangkan kebahagiaan. Padahal tidak hanya cukup
sampai disitu, setelah bertambahnya pengetahuan itu tandanya pengetahuan yang kita punya
tersebut harus diamalkan.

Hadits

‫َح َّد َثَنا َع ِلٌّي َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َع ْن اَأْلْع َمِش َع ْن َأِبي َو اِئٍل َقاَل ِقيَل َأِلَس اَم َة َلْو َأَتْيَت ُفاَل ًنا َفَك َّلْم َتُه َقاَل ِإَّنُك ْم‬
‫َلُتَر ْو َن َأِّني اَل ُأَك ِّلُم ُه ِإاَّل ُأْس ِم ُع ُك ْم ِإِّني ُأَك ِّلُم ُه ِفي الِّسِّر ُد وَن َأْن َأْفَتَح َباًبا اَل َأُك وُن َأَّو َل َم ْن َفَتَح ُه َو اَل َأُقوُل ِلَر ُج ٍل‬
‫َأْن َك اَن َع َلَّي َأِم يًرا ِإَّنُه َخ ْيُر الَّناِس َبْع َد َش ْي ٍء َسِم ْع ُتُه ِم ْن َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاُلوا َو َم ا َسِم ْعَتُه‬
‫َيُقوُل َقاَل َسِم ْع ُتُه َيُقوُل ُيَج اُء ِبالَّرُج ِل َيْو َم اْلِقَياَم ِة َفُيْلَقى ِفي الَّناِر َفَتْنَد ِلُق َأْقَتاُبُه ِفي الَّناِر َفَيُد وُر َك َم ا َيُد وُر‬
‫اْلِح َم اُر ِبَر َح اُه َفَيْج َتِم ُع َأْهُل الَّناِر َع َلْيِه َفَيُقوُلوَن َأْي ُفاَل ُن َم ا َش ْأُنَك َأَلْيَس ُكْنَت َتْأُم ُرَنا ِباْلَم ْعُروِف َو َتْنَهاَنا َع ْن‬

‫اْلُم ْنَك ِر َقاَل ُكْنُت آُم ُر ُك ْم ِباْلَم ْعُروِف َو اَل آِتيِه َو َأْنَهاُك ْم َع ْن اْلُم ْنَك ِر َو آِتيِه َر َو اُه ُغْنَدٌر َع ْن ُش ْع َبَة َع ْن اَأْلْع َمِش‬
Telah bercerita kepada kami 'Ali, telah bercerita kepada kami Sufyan dari Al A'masy
dari Abu Wa'il berkata, "Dikatakan kepada Usamah, "Seandainya kamu temui fulan ('Utsman
bin 'Affan radhiallahu'anhu) lalu kamu berbicara dengannya." Usamah berkata, "Sungguh jika
kalian memandang aku tidak berbicara dengannya, selain bahkan kuperdengarkannya kepada
kalian semua. Sungguh aku sudah berbicara kepadanya secara rahasia, dan aku tidak
membuka suatu pembicaraan yang aku menjadi orang pertama yang membukanya. Aku juga
tidak akan mengatakan kepada seseorang yang seandainya dia menjadi pemimpinklu, bahwa
dia sebagai manusia yang lebih baik, setelah kudengar dari Rasulullah." Mereka bertanya,
"Apa yang kamu dengar dari sabda beliau." Usamah berkata, "Aku mendengar beliau
bersabda, Pada hari kiamat akan dihadirkan seseorang yang kemudian dia dilempar ke dalam
neraka, isi perutnya keluar dan terburai hingga dia berputar-putar bagaikan seekor keledai
yang berputar-putar menarik mesin gilingnya. Maka penduduk neraka berkumpul
mengelilinginya seraya berkata, "Wahai fulan, apa yang terjadi denganmu? Bukankah kamu
dahulu orang yang memerintahkan kami berbuat ma'ruf dan melarang kami berbuat munkar?"
Orang itu berkata, "Aku memang memerintahkan kalian agar berbuat ma'ruf tapi aku sendiri
tidak melaksanakannya dan melarang kalian berbuat munkar, namun malah aku
mengerjakannya." Ghundar meriwayatkannya dari Syu'bah dari Al A'masy.

Nah jadi, jangan sampai kita mengetahui suatu ilmu tetapi kita tidak melaksanakannya
atau tidak mengamalkannya. Atau bisa juga kita menyuruh orang lain berbuat ini dan itu
tetapi diri sendiri nya tidak. Yang terpenting adalah ilmu dan amal ini harus sejalan karena
hal tersebut memang sangat berdampingan baik untuk diri sendiri bahkan orang lain. Hadits
diatas terdapat dalam kitab permulaan penciptaan makhluk bab sifat neraka dan neraka adalah
makhluk no. 3027

Dalam riwayat yang lain juga disebutkan:

Muslim no 5305

kitab zuhud dan kelembutan hati bab hukuman orang yang memerintahkan kepada kebaikan
tetapi tidak melakukannya. (Shahih)

Ahmad no. 20785

Kitab musnad sahabat anshar bab hadits usamah bin zaid kecintaan rasulullah SAW. (Isnad
Shahih)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu harus diamalkan agar bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Mengajarkan ilmu adalah tugas mulia, dan Rasulullah diutus untuk menjadi pengajar. Ilmu
yang tidak diamalkan akan mendapatkan ancaman, seperti dikatakan dalam hadits, "Barang
siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan ilmu tersebut, maka Allah
akan mengekangnya dengan kendali dari api neraka." Oleh karena itu, penting untuk
menuntut ilmu dan memastikan ilmu tersebut diamalkan.

Akan ada pertanggungjawaban atas ilmu yang dimiliki di akhirat nanti. Orang yang
memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya akan mendapat ancaman. Dalam hadits,
Rasulullah menyebutkan bahwa orang yang memiliki ilmu namun tidak memberikan manfaat
dengan ilmunya akan mendapat siksa di akhirat. Oleh karena itu, ilmu harus diperoleh dan
diamalkan dengan baik, dan sebaiknya juga diajarkan kepada orang lain agar menjadi amal
jariyah. Selain itu, penting untuk memanfaatkan nikmat waktu muda, harta, dan kesehatan
dengan baik, serta tidak menunda-nunda ketaatan kepada Allah.

Tidak mengamalkan ilmu dapat berakibat sangat buruk di akhirat. Orang yang
memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya akan mendapat ancaman Allah, dan bisa
menjadi orang yang celaka. Maka, ilmu harus diambil serius dan diamalkan, serta jangan
hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk manfaat orang lain. Yang paling penting adalah
bahwa ilmu dan amal harus sejalan, dan ini akan menjadi salah satu faktor penentu dalam
pertanggungjawaban di hari kiamat.
DAFTAR PUSTAKA

https://alkanews.com/kitab-syarah-sahih-bukhari-download/

https://alkanews.com/syarah-sembilan-kitab-hadits/#1

https://www.attabiin.com/perumpamaan-mukmin-dan-munafiq-yang-membaca-al-quran/

https://m.liramedia.co.id/read/muhasabah-empat-perkara-yang-dipertanggungjawabkan-di-
hari-kiamat

https://www.attabiin.com/perumpamaan-mukmin-dan-munafiq-yang-membaca-al-quran/

//islamdigest.republika.co.id/berita/qn8ern335/ancaman-bagi-orang-berilmu-tapi-tidak-
diamalkan

Anda mungkin juga menyukai