Anda di halaman 1dari 3

Zanita Maharani – 12221185 – 3EA31

KASUS PELANGGARAN HUKUM DAGANG


Penipuan Jual Beli Mobil Online, Residivis Kasus Narkoba Gasak Uang Rp 110 Juta
Milik Korban
Polisi menangkap pelaku penipuan jual beli mobil secara online berinisial DSP pada
20 September 2023. Pelaku berhasil menggasak uang korban berinisial AAS senilai Rp 110
juta. Kasus ini bermula dari laporan korban berinisial AAS yang tertarik dengan iklan fiktif
mobil Toyota Hilux yang dijual pelaku di media sosial Facebook pada 13 September 2023.
Harga mobil tersebut dijual lebih murah dari harga pasaran, yakni Rp 135 juta.
AAS kemudian meminta rekannya berinisial TR untuk mengecek unit mobil tersebut
pada 14 September 2023. Namun, TR tidak bisa sehingga menyuruh stafnya berinisial W
untuk mendatangi lokasi yang telah dikirimkan pelaku pada 15 September 2023. Pelaku
menggunakan aplikasi fake GPS untuk meyakinkan korban bahwa dia berada di Bekasi
Barat pada 15 September 2023. Padahal, pelaku sebenarnya berada di Palembang,
Sumatera Selatan. W yang mendatangi lokasi yang diberikan pelaku diminta untuk
menunggu terlebih dahulu sebelum unit mobil diantarkan ke lokasi yang ditentukan pada 15
September 2023. Namun, setelah menunggu beberapa jam, W tidak kunjung bertemu
dengan pelaku.
Sumber: https://wartakota.tribunnews.com/2023/09/20/penipuan-jual-beli-mobil-online-
residivis-kasus-narkoba-gasak-uang-rp-110-juta-milik-korban

PPID Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bongkar Sindikat Perdagangan


Satwa Ilegal di Kalbar, Gakkum KLHK dan Tim Gabungan Tangkap 3 Orang Tersangka
dan Sita 57 Kg Sisik Trenggiling
Pada tanggal 7 Juni 2023, tim gabungan Gakkum KLHK, Polda Kalimantan Barat,
dan BKSDA Kalimantan Barat berhasil menggagalkan peredaran dan perdagangan 57
kilogram sisik trenggiling (Manis javanica) dan menangkap 3 pelaku di 2 lokasi berbeda.
Ketiga pelaku tersebut adalah FAP (31 tahun) dan MR (31 tahun) yang ditangkap di
halaman parkir Hotel Kapuas Dharma, Pontianak, dan MND (47 tahun) yang ditangkap di
rumahnya di Desa Setalik, Kabupaten Sambas. Dari penangkapan tersebut, tim gabungan
berhasil mengamankan barang bukti berupa 57 kilogram sisik trenggiling, 1 unit mobil,
timbangan digital, dan 5 telepon genggam.
Trenggiling merupakan hewan yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Perdagangan sisik
trenggiling dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling
banyak Rp100 juta. Ketiga tersangka dijerat dengan Pasal 21 ayat (2) huruf d jo. Pasal 40
ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
Kejahatan perdagangan satwa liar, termasuk perdagangan sisik trenggiling,
merupakan kejahatan yang serius dan terorganisir. Jaringan perdagangan satwa liar ini
merugikan lingkungan dan negara secara besar-besaran. Dalam kasus ini, diperkirakan
sebanyak 228 ekor trenggiling telah dibunuh untuk mendapatkan 57 kilogram sisik. Kerugian
lingkungan akibat pembunuhan trenggiling dari jaringan Kalbar mencapai Rp11,5 miliar.
Kejahatan perdagangan satwa liar ini harus dihentikan dan ditindak tegas. Pelaku harus
dihukum maksimal agar ada efek jera dan berkeadilan. Gakkum KLHK akan terus
berkomitmen dan konsisten dalam penindakan pelanggaran dan kejahatan lingkungan
hidup.
Sumber: https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7231/bongkar-sindikat-perdagangan-
satwa-ilegal-di-kalbar-gakkum-klhk-dan-tim-gabungan-tangkap-3-orang-tersangka-dan-sita-
57-kg-sisik-trenggiling

Polisi Tangkap Penjual Suplemen Palsu di Jakarta


Pada tanggal 31 Mei 2023, Polda Metro Jaya mengungkap kasus peredaran obat
dan suplemen palsu tanpa izin edar. Barang bukti yang disita mencapai 77.061 kemasan,
termasuk produk suplemen merek Interlac yang diproduksi PT Interbat. Hasil konfirmasi
polisi di laboratorium dengan perusahaan pemegang merek, produk suplemen itu memiliki
kandungan yang tidak sesuai aslinya. Suplemen palsu itu juga diduga bisa berakibat fatal
pada kesehatan ginjal dan hati, bahkan sampai mengakibatkan meninggal.
Lima pria bertanggung jawab dalam peredaran obat dan suplemen palsu ini. Mereka
adalah IB (31), I (32), FS (28), FZ (19), dan S (62), yang ditemukan di sembilan lokasi
berbeda di Jakarta dan Banten. Sejak 2021, mereka ditaksir telah meraup untung sebesar
Rp 130,4 miliar. Kelima tersangka terancam hukuman pidana terkait Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja perubahan atas UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan UU Nomor 20
Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis Terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Perdagangan barang palsu yang melanggar HKI marak terjadi di platform digital,
seperti lokapasar. Hal ini karena pelanggaran HKI yang terdaftar adalah delik aduan,
sehingga kepolisian tidak bisa menindak temuan di lapangan tanpa adanya aduan dari
pemilik merek atau jenis HKI lainnya. Pemilik merek atau jenis HKI lainnya serta penyedia
platform penjualan seperti perusahaan lokapasar perlu melaporkan pelanggaran HKI agar
dapat ditindak secara hukum. Penanganan pelanggaran HKI dapat dilakukan secara pidana,
perdata, atau di luar pengadilan.
Sumber: https://www.kompas.id/baca/metro/2023/06/01/obat-palsu-dan-pidana-pemulih-
kekayaan-intelektual

KESIMPULAN
Dari ketiga kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum dagang di Indonesia
masih belum berjalan secara efektif. Hal ini terlihat dari masih maraknya kasus kejahatan
yang berkaitan dengan perdagangan, seperti penipuan jual beli mobil online, perdagangan
satwa liar, dan peredaran obat dan suplemen palsu.
Kasus penipuan jual beli mobil online menunjukkan bahwa pelaku kejahatan masih
dapat dengan mudah memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menipu korban. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat masih belum memahami sepenuhnya tentang hukum
dagang, khususnya mengenai perlindungan konsumen.
Kasus perdagangan satwa liar menunjukkan bahwa pelaku kejahatan masih dapat
dengan mudah mengelabui petugas penegak hukum. Hal ini menunjukkan bahwa
penegakan hukum terhadap kejahatan perdagangan satwa liar masih belum optimal.
Kasus peredaran obat dan suplemen palsu menunjukkan bahwa pengawasan
terhadap peredaran barang dan jasa di Indonesia masih belum berjalan dengan baik. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah masih belum memiliki instrumen hukum dan regulasi yang
memadai untuk melindungi masyarakat dari produk-produk yang membahayakan
kesehatan.

Untuk meningkatkan efektivitas hukum dagang di Indonesia, diperlukan beberapa upaya,


yaitu:

 Peningkatan literasi hukum masyarakat


Masyarakat perlu diberikan edukasi dan sosialisasi tentang hukum dagang,
khususnya mengenai perlindungan konsumen. Hal ini dapat dilakukan melalui
berbagai media, seperti pendidikan formal, media massa, dan media sosial.
 Peningkatan penegakan hukum
Pemerintah perlu meningkatkan upaya penegakan hukum terhadap kejahatan yang
berkaitan dengan perdagangan, seperti penipuan, perdagangan satwa liar, dan
peredaran obat dan suplemen palsu. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat
koordinasi antarinstansi dan meningkatkan anggaran untuk penegakan hukum.
 Peningkatan pengawasan
Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan terhadap peredaran barang dan jasa di
Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat regulasi dan meningkatkan
kapasitas aparat penegak hukum.

Anda mungkin juga menyukai