Anda di halaman 1dari 88

i

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


ANALISA PENERAPAN TERAPI GENGGAM BOLA KARET UNTUK
MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PADA Tn. A
DENGAN STROKE DI DESA BALARADIN
KECAMATAN LEBAKSIU

DI SUSUN OLEH
EUIS MELA SARI
DOO22O34

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2023
ii
ii

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ANALISA PENERAPAN TERAPI GENGGAM BOLA KARET UNTUK


MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PADA Tn. A
DENGAN STROKE DI DESA BALARADIN
KECAMATAN LEBAKSIU

Disusun Oleh
EUIS MELA SARI
D0022034

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar


Profesi Ners pada Program Studi Profesi Ners
Di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhamada Slawi
2023

ii
iii

Persetujuan Karya Ilmiah Akhir Ners

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa karya ilmiah akhir ners
yang berjudul :

ANALISA PENERAPAN TERAPI GENGGAM BOLA KARET UNTUK


MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PADA Tn. A
DENGAN STROKE DI DESA BALARADIN
KECAMATAN LEBAKSIU

Dipersiapkan dan disusun oleh


EUIS MELA SARI
D0022034

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing karya ilmiah akhir ners untuk
dipertahankan dihadapan penguji karya ilmiah akhir ners pada tanggal 16 Juni
2023

Dosen Pembimbing,

Dwi Budi Prastiani, M.kep.Ns.,Sp.Kep.Kom


NIPY : 1988.11.03.11.076

iii
iv

PENGESAHAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners
yang berjudul:

ANALISA PENERAPAN TERAPI GENGGAM BOLA KARET UNTUK


MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PADA Tn. A
DENGAN STROKE DI DESA BALARADIN
KECAMATAN LEBAKSIU

Dipersiapkan dan disusun oleh:

EUIS MELA SARI

D0022034

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 16 Juni 2023 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji l,

Wisnu Widyantoro, S. Kep., M.Kep


NIPY: 1972.02.08.97.006

Penguji ll,

Dwi Budi Prastiani, M.kep.Ns.,Sp.Kep.Kom


NIPY : 1988.11.03.11.076

iv
v

ANALISA PENERAPAN TERAPI GENGGAM BOLA KARET UNTUK


MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PADA Tn. A
DENGAN STROKE DI DESA BALARADIN
KECAMATAN LEBAKSIU

1)
Euis Mela Sari 2)Dwi Budi Prastiani 3)Wisnu Widyantoro
1)
Mahasiswa Profesi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhamada Slawi,
52416, Tegal, Indonesia 2)3) Dosen Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Bhamada Slawi, 52416, Tegal, Indonesia

Email: euismelasari11@gmail.com

Abstrak
Stroke merupakan defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak
dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke terjadi akibat
gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan peredaran darah dapat tersumbatnya
pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen ke otak
akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan
memunculkan gejala stroke.Pada Data Riskasdes, terjadi kenaikan frekuensi
penderita Hipertensi. Pada tahun 2013 penderita Stroke tercatat sebanyak 7% dan
pada tahun 2018 tercatat sebanyak 10,3 %. Sehingga pada kurun waktu 5 tahun
terjadi peningkatan sebanyak 3,3%. Metode: penulis menggunakan metode
deskriptif dengan bentuk studi kasus dengan melakukan pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Hasil dan
Pembahasan yang didapatkan inovasi berupa teknik genggam bola karet bahwa
kekuatan otot sebelum dilakukan penerapan terapi genggam bola karet pada
ekstremitas kiri atas 3, dan sesudah dilakukan penerapan terapi genggam bola
karet kekuatan otot 3, akan tetapi Penerapan terapi genggam bola karet efektif
meningkatkan kekuatan otot bila dilakukan dengan frekuensi teratur dan berulang-
ulang.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Lansia, Stroke

v
vi

ANALYSIS OF THE APPLICATION OF RUBBER BALL HANDLING


THERAPY TO IMPROVE MUSCLE STRENGTH IN Mr. A
WITH A STROKE IN BALARADIN VILLAGE
LEBAKSIU SUB-DISTRICT
1)
Euis Mela Sari 2)Dwi Budi Prastiani 3)Wisnu Widyantoro
1)
Nursing Professional Student, Faculty of Health Sciences, Bhamada Slawi
University,
52416, Tegal, Indonesia 2)3) Lecturer in Nursing, Faculty of Health Sciences,
Bhamada Slawi University, 52416, Tegal, Indonesia

Email: euismelasari11@gmail.com

Abstract
Stroke is a deficit (disturbance) of the function of the nervous system that occurs
suddenly and is caused by a disturbance in blood circulation to the brain. Stroke
occurs due to disruption of blood vessels in the brain. Circulatory disorders can
block blood vessels in the brain. The brain, which should receive oxygen supply
to the brain, will bring about the death of nerve cells (neurons). Impaired brain
function will lead to symptoms of stroke. In the Riskasdes data, there is an
increase in the frequency of people with hypertension. In 2013 there were 7% of
stroke sufferers and in 2018 there were 10.3%. So that in the past 5 years there has
been an increase of 3.3%. Method: the author uses a descriptive method in the
form of a case study with a nursing care approach that includes assessment,
nursing diagnoses, nursing planning, nursing implementation and nursing
evaluation. Results and Discussion Obtained innovation in the form of a rubber
ball handheld technique that muscle strength before the application of rubber ball
handheld therapy to the upper left extremity 3, and after the application of rubber
ball handheld therapy muscle strength 3, however the application of rubber ball
handheld therapy effectively increases muscle strength when done regularly and
repeatedly.

Keywords: Nursing Care, Elderly, Stroke

vi
vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat serta
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir Ners (KIAN) ini dengan dengan judul “Analisa Penerapan Terapi Genggam
Bola Karet Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Pada Tn. A Dengan Stroke Di
Desa Balaradin Kecamatan Lebaksiu”. Karya Ilmiah ini disusun untuk memenuhi
syarat akademis dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners di
Universitas Bhamada Slawi.

Terimakasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya, Bapak Rohamin dan Ibu
Nurlaila serta keluarga saya yang sangat saya cintai dan sayangi yang telah
memberikan dukugan moral, spiritual, motivasi, semangat yang tak henti-
hentinya. Saya sadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan kerjasama
dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, pada kesempatan yang baik ini peneliti
mengucapkan terimakasih kepada kedua pembimbing yaitu Dwi Budi Prastiani,
M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom selaku dosen pembimbing utama dan Wisnu
Widyantoro, S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing pendamping yang tulus,
penuh kesabaran telah membimbing, mengarahkan, memotivasi dalam penulisan
skripsi dan tiada hentinya memberikan saran yang sangat bermanfaat demi
kelancaran dan hasil yang baik dalam penelitian yang akan saya lakukan.
Terimakasih juga peneliti sampaikan kepada:

1. Dr. Maufur Selaku Ketua Universitas Bhamada Slawi.


2. Natiqotul Fatkhiah, S.SiT., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan.
3. Dwi Budi Prastiani, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom selaku Ketua Program Studi S1
Ilmu Keperawatan Universitas Bhamada Slawi.
4. Seluruh dosen Studi Sarjana Keperawatan dan Ners Universitas Bhamada
Slawi yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan nasihatnya selama
menempuh pendidikan. vii

vii
viii

5. Kedua orang tua saya, Bapak Rohid dan Ibu Jaonah terimakasih atas cinta dan
kasih sayang serta ketulusan dalam mendo’akan serta segala perjuangan yang
telah diberikan kepada saya sehingga dapat menjadi awal yang lebih baik bagi
saya untuk memenuhi harapan kedua orang tua.
6. Teman-teman yang satu bimbingan yang selalu memberikan menaati
peraturan bimbingan dan setia menunggu bersama-sama tanpa ada
perselisihan saat konsultasi dan semoga seterusnya aamiin.
7. Teman-teman semua yang selalu kompak dan temen seperjuangan lainnya
yang telah memberikan semangat dan tantangan untuk selalu bersama-sama
walaupun berbeda selama menempuh pendidikan 4 tahun ini.

Peneliti menyadari keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu
saran dan kritis yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan
selanjutnya penelitian ke tahap berikutnya.

Slawi, 16 Juni 2023

Euis Mela Sari, S. Kep

viii
ix

DAFTAR ISI

Halaman
COVER DALAM
PERSETUJUAN PROPOSAL i
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR SINGKATAN xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masakah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 4
BAB 2 TEORI KONSEP
2.1 Konsep Teori Stroke Pada Lanjut Usia 5
2.2 Konsep Teori Stroke 14
2.3 Tindakan Keperawatan : Teknik Genggam Bola Karet 18
BAB 3 KASUS
3.1 Pengkajian 23
3.2 Analisis Data 25
3.3 Priioritas Masalah 26
3.4 Intervensi 27
3.5 Implementasi 28
3.6 Evaluasi 29
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian 30
4.2 Prioritas Masalah 31
4.3 Analisa Data 32

ix
x

4.4 Intervensi 34
4.5 Implementasi 39
4.6 Evaluasi 39
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 41
5.2 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATARBELAKANG
Strokemerupakangangguanyangseringdialamiolehlansiadimanakejadianstroke
makinmeningkatseiringbertambahnyausia.Penyakit ini sering mengakibatkan
kematian dan disabilitasi atau cacatdidunia. Penyakitinidapat terjadi akibat
tekanan darahyang meningkatyang sering di derita oleh lansia dan menjadi
salah satu faktor
penyebabterjadistroke(William,2014).Strokemerupakangangguanperedarandar
ah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat
iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Amin, 2015).

Perkembangan manusia tahap akhir adalah lanjut usia. Menurut Undang-


Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang
dimaksud lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas (Untari et al., 2019). Biasanya masalah yang timbul pada lansia adalah
gangguan kesehatan baik disebabkan karena fisiologis lansia maupun
patofisiologis akibat penyakit tertentu. Hal ini dapat dilihat dari masalah
kesehatan yang paling banyak dialami lansia adalah penyakit tidak menular
salah satu diantaranya penyakit kronis (Diantri dan Chandra, 2019).

Faktor resiko yang dapat mengkibatkan stroke terbagi menjadi dua yaitu
faktor resiko yang dapat di ubah dan faktor resiko yang tidak dapat diubah.
Dimana faktor resiko yang tidak dapat di ubah atau tidak dapa di kontrol
penyebabnya terhadap penyakit stroke di antaranya yaitu faktor keturunan
(genetik), ras, umur dan jenis kelamin, sedangkan faktor resiko yang dapat di
ubah yaitu hipertensi, diabetes militus, hiperkolestrolemia, stress , merokok,
kegemukan (obesitas), aktifitas fisik yang rendah atau kurang, minum kopi,
kontrasepsi oral (pil KB) dan mengkonsumsi alkohol (Usrin et al., 2013).

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia WHO (Word Health Association)


mencatat tahun 2016 menunjukan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus

1
2

baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian akibat penyakit stroke. Sekitar 70%
penyakit stroke dan 87% kematian dan disabilitas akibat stroke terjadi pada
Negara berpendapatan rendah dan menengah. (Depkes RI,2016).

Data penyakit stroke di Indonesia tahun 2018 meningkat dari 7% menjadi


10,9%, berdasarkan pada diagnosis dokter pada penduduk umur> 15 tahun
sebesar 10,9% atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang. Provinsi
Kalimantan timur (14,7% ) danYogyakarta (14,6%) merupakan Provinsi
dengan prevelensi tertinggi stroke di Indonesia( Rikesdas RI,2018).

Berdasarkan data Rikesdes 2018 Jawa Tengahjumlah penderita penyakit


stroke sebesar 11,3% khususnya pada usia 65 – 75 keatas adalah 9,4%.
(Rikesdes Jateng, 2018).

Angka kejadian Stroke di kota tegal pada tahun 2013 sebanyak 1.562 kasus,
mengalami penngkatan jika dibandingkan tahun 2011 sebanyak 158 kasus.
Prevalensi stroke hemoragik sebesar 0,06% dan prevalensi stroke non
hemoragik sebesar 0,57% (Dinas Kesehatan Kota Tegal, 2013).

Stroketerjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran


darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Sumbatan terjadi
dikarenakan adanya plak kolesterol pada dinding pembuluh darah otak yang
menghambat suplai darah ke otak (Pudiastuti, 2015). Kematian beberapa
jaringan otak yang mengalami oklusi karena tidak tercukupinya suplai oksigen
dan nutrisi iru terjadi karena ada sumbatan pada pembuluh darah di otak
(Wilkinson & Ahern, 2017). Sehingga pasien strokeakan mengalami
penurunan kemampuan dalam menggerakkan otot pada anggota tubuh
(Chaidir & Zuardi, 2018).

Rehabilitasi pasien strokediberikan secepat mungkin denganpenanganan yang


tepat, supaya dapat memulihkan fisik dengan cepat dan optimal. Terapi
menggenggam bola karet merupakan terapi sederhana yang bisa
dilakukandirumahsebagaiprosesrehabilitasi.Terapimenggenggambolakaret,yait
ugerakan ditangan menggenggam yangdilakukandengan3caraialah
3

bukatangan, tutup jari untuk menggenggam, kemudian atur kuat otonya


genggaman(Irfan, 2019). Terapi menggenggam bola karet akan menyebabkan
kontraksi ototyang bia membuat kekuatan otat tangan menjadi lebih kuat
karena telah terjadikontraksi yang dihasilkan peningkatan motor unit yang
diproduksi
asetilcholin(Irsyam,2012dalam(Olviani,2017)).Terapimenggenggambolakaret
yanglenturdapatmerangsangserat-
seratototuntukberkontraksiwalaupunhanyasedikit kontraksinya setiap harinya
(Irdawati, 2019).

Berdasarkan penelitian
yangdilakukanmenurutAstriani,dkk(2016)menjelaskanbahwarata-
ratanilaikekuatanototsebelummenggenggambolanilainya8,6.Dannilaisetelahdi
berikan genggam bola selama 5-10 menit nilainya 11,23. Hasil ini
menjelaskankekuatan otot genggam tangan sebelum dan sesudah terapi ROM
selama 10 menitmenunjukkanadanyaperbedaan.Dalam penelitian yang di
lakukan oleh Ayu Cantika Sari, dkk dengan judul “Efektifitas Terapi
Genggam Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke” dalam
penelitian yang dilakukan hasil yang di dapatkan pada pasien stroke adanya
peningkatan kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan terapi genggam
bola karet..

Berdasarkan data- data diatas, penulisan tertarik untuk membuat laporan tugas
akhir dengan judul; “Analisa Penerapan Terapi Genggam Bola Karet Untuk
Meningkatkan Kekuatan Otot Pada Tn. A Dengan Stroke Di Desa Balaradin
Kecamatan Lebaksiu”

1.2 RUMUSANMASALAH
Bagaimanahasil Analisa Penerapan Terapi Genggam Bola Karet Untuk
Meningkatkan Kekuatan Otot Pada Tn. A Dengan Stroke Di Desa Balaradin
Kecamatan Lebaksiu?.
4

1.3 TUJUAN
1.3.1 TUJUAN UMUM
MelakukanpenerapanAnalisis Pemberian Terapi Genggam Bola
Karet Terhadap Pasien Gerontik Pada Tn.A Dengan Diagnosa
Stroke Di Desa Balaradin.
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
1.3.2.1 MelakukanpengkajianKeperawatanGerontikPadaTn. A
dengan diagnosa medis Stroke di Desa Balaradin.
1.3.2.2 Menentukan diagnosa Keperawatan Gerontik Pada Tn. A
dengan diagnosa medis Stroke di Desa Balaradin.
1.3.2.3 Membuat perencanaan Keperawatan Gerontik Pada Tn. A
dengan diagnosa medis Stroke di Desa Balaradin.
1.3.2.4 Melakukan implementasi Keperawatan Gerontik Pada Tn.
A dengan diagnosa medis Stroke di Desa Balaradin.
1.3.2.5 Melaksankan evaluasi Keperawatan Gerontik Pada Tn. A
dengan diagnosa medis Stroke di Desa Balaradin.
1.3.2.6 Melakukan analisis suatu intervensi Keperawatan Gerontik
Pada Tn. A dengan diagnosa medis Stroke di Desa
Balaradin.

1.4 MANFAAT
1.4.1 Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan atau informasi
yang bermanfaat bagi mahasiswa mengenai Asuhan
KeperawatanGerontikPadaTn. Adengan diagnosa medis Stroke di
Desa Balaradin.
1.4.2 Manfaat Keilmuan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan serta menjadi salah satu sumber reverensi ilmu yang
dapat bermanfaat bagi si pembaca mengenai Asuhan
5

KeperawatanGerontikPadaTn. A dengan diagnosa medis Stroke di


Desa Balaradin.
6

BAB 2

TEORI KONSEP

2.1 Konsep Teori Stroke Pada Lanjut Usia


2.1.1 DefinisiLanjutUsia
Lansia adalah seseorang yang telah berusia > 60 tahun dan
tidakberdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnyasehari– hariRatnawati(2017 dalam Putri 2019).menerapkan
ilmu dan segenap pengetahuan yang mereka miliki untuk membantu
para lansia menjalani kehidupan yang baik, sejahtera dan bahagia.

Strokemerupakangangguanyangseringdialamiolehlansiadimanakejadia
nstrokemakinmeningkatseiringbertambahnyausia.Penyakit ini sering
mengakibatkan kematian dan disabilitasi atau cacatdidunia.
Penyakitinidapat terjadi akibat tekanan darahyang meningkatyang
sering di derita oleh lansia dan menjadi salah satu faktor
penyebabterjadistroke(William,2014).

Mereka mengadakan pelatihan bagi para lansia; mendidik masyarakat


umum untuk turut serta mendorong dan memfasilitasi para lansia tetap
aktif dan produktif; Melakukan penyuluhan tentang cara-cara yang
baik untuk merawat para lansia; mengadvokasi terciptanya kebijakan
publik yang mengakomodir hak-hak para lansia dan terciptanya
hukum yang menjamin perlindungan bagi para lansia. Dari semua
perpektif dan kajian-kajian sesuai dengan sub-bidang ilmu yang
digunakan dalam Gerontologi, pada umumnya masalah penuaan
diketegorikan dalam 4 aspek: aspek kronologis, biologis, psikologis
dan sosial.

2.1.1.1 Aspek kronologis merujuk pada usia dan siklus hidup manusia
yang dihitung sejak lahir. Misalnya, seseorang yang
merayakan ulang tahun ke 75, dikategorikan sebagai lansia
7

2.1.1.2 yang memiliki usia kronologis 75. Pola pengelompokan


berdasarkan usia ini biasanya digunakan untuk memetakan
persebaran para lansia dalam lingkup geografi tertentu untuk
mempermudah studi tentang kecenderungan para lansia dalam
kelompok umur tertentu dan menentukan kebijakan atau
program yang tepat bagi mereka. Dalam kategori penuaan
kronologis, para lansia pada umumnya dibagi dalam 3
kategori: lansia muda (60 - 75 tahun), lansia tua (75 - 85
tahun), lansia sangat tua (85 + tahun).
2.1.1.3 Aspek biologis merujuk pada perubahan-perubahan fisik dan
berkurangnya kemampuan sistem organ dalam menjalankan
fungsinya dan menjadi rentan terhadap berbagai penyakit pada
masa usia tua.Seseorang yang menderita stroke dapat
mengalami gangguan fungsional (Junaidi, 2011). Gangguan-
gangguan tersebut seperti paralisis, kelemahan, kesulitan
berbicara atau memahami, kesulitan menelan, dan hilangnya
sebagian penglihatan di salah satu sisi (Feigin, 2007).
2.1.1.4 Aspek sosial merujuk pada perubahan-perubahan peran dan
hubungan dengan keluarga, teman (lingkungan sosial) yang
dialami para lansia. Gerontologi sosial berusaha menemukan
solusi yang dapat membantu para lansia beradaptasi dengan
lingkungan baru setelah kehilangan pekerjaan, peran sosial dan
berbagai perubahan lain dalam kehidupan mereka.
Hamidah (2014) menyatakan bahwa keterbatasan fungsional
dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada penderita pasca
stroke berkaitan dengan berkurangnya kepekaan dan kendali
dan juga mengurangi kemampuan untuk terlibat menjalin
hubungan sosial yang positif. Lansia pasca stroke sering
mendapat dukungan dari keluarga, teman dan orang-orang
sekitar. Mereka merasa senang dan puas dengan dukungan
yang diberikan. Dukungan yang diberikan dari keluarga, teman
8

dan orang-orang sekitar menjadi sangat penting kepada ketiga


riset partisipan. Schub & Caple (2010) pada umumnya pasien
stroke yang tidak mendapat dukungan dari keluarga akan
mengalami dampak negatif secara psikologis berupa depresi
pasca stroke, sehingga dukungan sosial berperan penting dalam
membantu dan membangkitkan individu dalam menjalani
hidup dan memenuhi kebutuhan psikologis dalam menghadapi
kejaian-kejaian yang traumatis dan penuh tekanan. Selain itu
juga dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam meningkatkan penerimaan diri pada penderita
pasca stroke. Masyithah (2012) menyatakan bahwa dukungan
sosial dan penerimaan diri mempunyai hubungan yang
signifikan pada penderita pasca stroke. Artinya disini bahwa
ada hubungan positif antara dukungan sosial dan penerimaan
diri, ini berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang
diberikan pada penderita pasca stroke, maka semakin tinggi
pula penerimaan diri yang dimunculkan oleh si penderita dan
sebaliknya, jika dukungan sosial yang diberikan semakin
rendah maka penerimaan diri yang dimunculkan semakin
rendah pula oleh penderita tersebut.
2.1.1.5 Aspek psikis merujuk pada berkurangnya kemampuan sistem
saraf indrawi, kognitif, perubahan pola perilaku para lansia
terutama pasca kehilangan pekerjaan atau peran yang biasa
dijalankannya di tengah masyarakat. Psikogerontologi
berusaha menemukan cara agar para lansia dapat terhindari
dari depresi, berbagai gangguan mental akibat perubahan-
perubahan drastis dalam kehidupan mereka.penerimaan diri
penderita menjadi rendah. Penderita merasa tidak berharga
karena kelemahannya, penderita tidak mampu menyelesaikan
masalah sendiri karena kognitifnya, penderita tidak percaya
diri menghadapi hidup karena lemah dan membutuhkan
9

bantuan, penderita diselimuti ketakutan akan sesuatu yang


buruk terjadi seperti kelumpuhan total dan kematian, penderita
merasa tidak bisa berpendapat karena menganggap dirinya
memiliki kekurangan, lebih suka menyendiri karena tidak bisa
kemana-mana, malu ketika bertemu dengan orang lain, ataupun
merasa kondisinya menghambat dalam bekerja ataupun
membantu menafkahi keluarga.

2.1.2 KlasifikasiLansia
Klasifikasilansia menurut Depkes RI(2013)terdiri dari:
2.1.2.1 Pralansiayaitu seseorangyangberusia antara45-59tahun
2.1.2.2 Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
2.1.2.3 Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun
lebih dengan masalah kesehatan.
2.1.2.4 Lansia potensial merupakan lansia seseorang yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat
menghasilkan uang atau jasa.
2.1.2.5 Lansia tidak potensial merupakan lansia yang tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan
orang lain.

2.1.3 KarakteristikLansia
Lansiamemilikikarakteristikyagberusialebihdari60tahun,kebutuhandan
masalahbervariasidarirentangsehatsampaisakit,kebutuhan
biopsikososial dan sprilitual, kondisi adaptif hingga
kondisimaladaftif(Ratnawati,2017 dalam Putri,2019). . Proses
penuaan tidak saja terjadi sebagai gejala alamiah semata. Dewasa ini
makin disadari bahwa proses penuaan merupakan akumulasi dari
berbagai faktor dan kualitas hidup para lansia ditentukan oleh berbagai
faktor tersebut.

2.1.4 Perubahan–PerubahanPadaLansia
Semakin bertambahnyaumur seseorang,sehingga terjadi
10

prosespenuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada


perubahan –perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik,
tetapi jugakongnitif,perasaan,social,danseksual(AzizahDan Lilik
M,2011).

Salah satu fokus pembelajarandalam geriatri adalah mengenai


penyebab penyakit, yang dinamakan etiologi. Para lansia pada
umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh yang disebabkan oleh
faktor endogen (dari dalam tubuh) dan faktor eksogen (luar tubuh).
Dengan menurunnya fungsi tubuh seperti enzim, sel, dan daya tahan
tubuh (imunitas), maka faktor eksogen dengan mudah memunculkan
penyakit pada para lansia. Dua hubungan tersebut dipelajari dalam
etiologi.

Tahap selanjutnya, geriatri mempelajari cara mendiagnosis satu jenis


penyakit bagi para lansia. Umumnya, penyakit yang dialami oleh
kaum lansia lebih kompleks, maka untuk mendiagnosanya, dibutuhkan
analisis yang komprehensif dan mendalam. Hal ini berbeda dengan
cara mendiagnosis penyakit yang dialami oleh kaum muda dan orang
dewasa. Mendiagnosis penyakit pada kaum lansia membutuhkan
ketajaman analisis dan mesti dikaitkan dengan faktor eksternal yang
menimbulkan satu satu jenis penyakit.

Penyakit yang dialami kaum lansia bisa timbul secara tiba-tiba tetapi
mempunyai efek yang lama bahkan bisa menimbulkan cacat (invable)
kerena bibit penyakit tersebut sudah tertanam lama, berkembang
bertahuntahun dan memuncak pada saat pengidapnya memasukiusia
tua. Untuk mengantisipasi kejadian-kejadian seperti ini, Geriatri
mempelajari proses perjalanan penyakit dari kaum lansia. Jika diukur
dari perkembangan fisik, kesehatan manusia akan mengalami gejala
penurunan ketika ia memasuki usia tua. Pada umumnya, faktor
penghambat berkembangnya usia tua yang aktif dan produktif
dipengaruhi oleh beberapa gejala fisik yang dialami oleh kaum lansia.
11

Menurut Hardi dan Martono (Komnas Lansia, 2011), gejala fisik yang
sering dialami oleh kaum lansia adalah sebagai berikut:

2.1.4.1 Sistem panca indera Gangguan panca indera adalah gejala


umum yang dialami oleh lansia. Mereka akan mengalami
gangguan pada mata, telinga, kulit, dan lidah yang semakin
kaku. Dengan gangguan-gangguan itu, kaum lansia akan sulit
untuk melihat dan mendengar. Alat peraba dan perasanya
semakin menurun, sehingga mengganggu aktivitas yang
sebenarnya masih dapat dilakukan sendiri atau otonom oleh
mereka masing-masing.

Stroke ringan biasanya akan menyerang fungsi panca indera


terlebih dahulu, seperti perubahan fungsi mata, telinga, dan
rasa. Kehilangan fungsi panca indera tidak terjadi sekaligus,
namun bisa saja hanya pada salah satunya. Jika mulai
merasakan hilang fungsi dari salah satu panca indera,
sebaiknya Anda tidak menyepelekannya sebab bisa saja
menjadi awal dari gejala stroke ringan.
Gejala-gejala paling umum timbulnya serangan stroke antara
lainterjadinya serangan sakit kepala, hilangnya keseimbangan,
gangguanpenglihatan, hilangnya kemampuan berbicara dengan
jelas ataukemampuan untuk memahami pembicaraan orang
lain atau lawanbicara, salah satu kelopak mata sulit
dipejamkan, gangguan penciumandan lain-lain (Pudiastuti,
2015).
2.1.4.2 Sistem pencernaan Gangguan pada sistem pencernaan sering
dialami oleh lansia. Tingkat ketahanan tubuh mereka semakin
tua semakin menurun. Kondisi ini menimbulkan sebuah
persoalan yang sangat serius, mereka akan mengalami penyakit
yang dinamakan gangguan pada sistem pengunyahan
(stomatogognatik) dan sistem pencernaan (gastro intestinal).
12

Gangguan tersebut dapat berupa kekeroposan pada gigi,


sehingga menimbulkan kesulitan dalam mengunyah makanan
dan gangguan jaringan otot pada sistem pencernaan, sehingga
pola makan mereka akan terganggu.

Gangguan menelan, atau bahasa medisnya disfagia, merupakan


kondisi pasca serangan stroke yang menyebabkan penyintas
stroke mengalami kesulitan untuk mengunyah dan menelan
makanan atau minuman. Tanda adanya gangguan menelan
dapat berupa menelan berulang-ulang, membersihkan
tenggorokan dengan berdeham, suara menjadi serak, dan
tersedak. Terkadang, penderita juga dapat mengalami radang
paru (pneumonia) berulang dan penurunan berat badan.
Pada stroke, gangguan menelan bisa terjadi apabila mengenai
area otak yang mengatur fungsi menelan, yakni di korteks
(lapisan luar) dan batang otak. Gangguan juga bisa terjadi bila
saraf-saraf atau otot yang terlibat dalam proses menelan
mengalami kerusakan.
2.1.4.3 Sistem Kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) Kaum
lansia sering mengalami gangguan jantung dan pembuluh
darah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli medis
(gerontologi medis) mengungkapkan bahwa pada umumnya
kaum tua mengalami gangguan seperti kekuatan otot jantung
dalam memompa darah semakin lemah, jantung semakin
membesar dan daya pompa jantung semakin menurun, paru
kurang lentur sehingga terkadang sulit untuk bernafas, dan
resiko kena infeksi akan tinggi karena keseringan berbaring
(Komnas Lansia, 2010: 10).

Tekanan darah adalah produk dari curah jantung dan resistensi


perifer. Pemeliharaan tekanan darah normal tergantung pada
keseimbangan antara curah jantung dan resistensi pembuluh
13

darah perifer. Hal ini berarti bahwa pasien dengan hipertensi


arterial mungkin memiliki peningkatan curah jantung, atau
peningkatan resistensi pembuluh darah sistemik, atau
keduanya.10,11Pada kelompok usia yang lebih muda, cardiac
output sering meningkat, sementara pada pasien yang lebih tua
peningkatan resistensi vaskuler sistemik dan kekakuan
pembuluh darah memainkan peran yang dominan. Tonus
pembuluh darah mungkin meningkat karena peningkatan
stimulasi α-adrenoseptor atau peningkatan pelepasan peptida
seperti angiotensin dan endotelin. Jalur terakhir adalah
peningkatan kalsium sitosol di otot polos pembuluh darah
menyebabkan vasokonstriksi.
Penyakit hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
salah satu diantaranya adalah stroke. Definisi stroke menurut
World Health Organization (WHO):Task Force in Stroke and
other Cerebrovascular Disease adalah suatu gangguan
disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam)
dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan
daerah fokal otak yang terganggu.
2.1.4.4 Sistem pernafasan (respirasi) Gangguan pernafasan yang
dialami oleh kaum tua pada umumnya adalah penurunan
tingkat ketahanan organ tubuh. Beberapa gejala umum yang
sering dialami adalah elastisitas menurun, dinding dada
semakin kaku, kekuatan otot dada semakin menurun.

Selain gangguan bicara, mobilitas, beberapa pasien stroke juga


dapat mengalami gangguan pernapasan paska stroke. Sesak
napas atau dyspnea pada pasien stroke dapat timbul karena
Kelemahan otot pernapasan, Imobilitas pasien / hanya
berbaring terus sehingga fungsi pembersihan jalan napas
14

kurang baik dan saluran pernapasan (paru) mudah mengalami


infeksi(pneumonia), Pneumonia akibat aspirasi
makanan (tersedak), Tromboemboli vena, Edema paru
neurogenik (jarang).
2.1.4.5 Sistem endokrin Penurunan fungsi endokrin yang dikenal
sebagai penghasil enzim dan kelenjar akan menyebabkan
meningkatnya kadar gula. Penyebabnya hormon endokrin
dalam menghasilkan hormon insulin berkurang. Berkurangnya
produksi hormon insulin akan menyebabkan penguraian
terhadap kadar gula semakin rendah. Dari situ, glukosa (kadar
gula) menjadi glukogen. Dengan demikian, penumpukan
glukogen akan menyebabkan penyakit kencing manis (diabetes
mellitus).

2.1.4.6 Sistem syaraf Sistem syaraf mengalami penurunan fungsi.


Lansia sering mengalami gangguan daya ingat (pikun). Selain
itu, penyakit lain yang sering muncul adalah parkinson, tremor,
vertigo, gangguan tidur, nyeri, kesemutan dan stroke.
Rendahnya daya ingat pada lansia disebabkan oleh penurunan
sel otak. Ini yang membuat lansia cepat melupakan jenis
kegiatan yang baru saja dilakukannya.

2.1.4.7 Tulang otot dan sendi Tulang otot pada lansia sering
mengalami gangguan. Salah satu penyebabnya adalah
menurunnya fungsi otot. Otot semakin lemah sehingga mereka
mengalami kesulitan untuk berjalan dan menopang berat
badan. Selain itu, jumlah kasium pada tulang kaum lansia
menurun. Akibatnya, kaum tua sering mengalami gangguan
pada tulang bahkan sampai tulang keropos.

Sedangkan pada pasien stroke penurunan kekuatan otot terjadi


akibat terhambatnya suplai darah ke otak. Penurunan kekuatan
otot yang terjadi pada penderita stroke non hemoragik dapat
15

mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-


hari (Andersson et al, 2011).
Stroke dapat merusak bagian otak yang mengontrol sinyal
saraf ke otot. Jika ini terjadi, anda mungkin mengalami
kekakuan, atau peningkatan tonus otot yang tidak normal. Hal
ini dapat menyebabkan otot menjadi kaku, kencang, dan nyeri,
sehingga anda tidak dapat bergerak dengan bebas.

2.2 KonsepTeori Stroke


2.2.1 DefinisiStroke
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
diperedaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian
jaringan
otak,sehinggamengakibatkanseseorangmenderitakelumpuhanatauke
matian(fransisca,2012).

2.2.2 ManifestasiKlinis
Menurut Amin (2015)manifestasi klinis yang ada pada
penderitaStrokeyaitu mengalami kelemahan dan kelumpuhan, tiba-
tiba hilang rasakepekaan, bicara pelo atau cadel, gangguan bicara,
gangguan penglihatan,mulut mencong atau tidak simetris ketika
menyeringai, gangguan daya ingat,nyeri kepala hebat, vertigo,
penurunan kesadaran, proses kencing
terganggudanmengalamigangguan fungsi otak.

2.2.3 Penatalaksanaan
2.2.3.1 Pengobatanumum
Untukpengobatanumuminidibedakanmenjadi5B,yaitu:
1. Breathing
Harusdijagaagarjalannafasbebasdanfungsiparu-
parucukupbaik.Fungsi paru sering terganggu karena curah
jantung yang kurang, makajantung harus dimonitor dengan
16

seksama. Pengobatan dengan oksigen


hanyaperlujikakadaroksigendalamdarahberkurang.
2. Blood
Tekanandarah, Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi
untuk mengalirkan darah
keotak.Padafaseakutpadaumumnyatekanandarahmeningkatdans
ecaraspontan akan menurun secara gradual. Pengobatan
hipertensi pada fase
akutdapatmengurangitekananperfusiyangjustrumenambahiskem
iklagi.
Komposisidarah,
KadarHbdanglukosaharusdijagacukupbaikuntukmetabolismeota
k.Bila terdapat polisitemia harus di lakukan hemodilusi.
Pemberian infuseglukosa harus di hindari karena akan
menambah terjadinya asidosis di
daerahinfarkyangmempermudahterjadinyaedemdankarenahiper
glikemiamenyebabkanperburukanfungsineurologisdankeluaran.
Keseimbanganelektrolitharus di jaga.
3. Bowel
Defekasidannutrisiharusdiperhatikan.Hindariterjadinyaobstipasi
karena akan membuat lansia gelisah. Nutrisi harus cukup, bila
perludiberikanmelaluinasogastictube
4. Bladder
Miksidanbalancecairanharusdipehatikan.Jangansampaiterjadiret
ensiourine.Bilaterjadiinkontinensia,untuklaki-
lakiharusdipasangkondomkateter,kalauwanitaharus di
pasangkatetertetap
5. Brain
Edema otak dan kejang harus dicegah dan diatasi.Bila
terjadiedemaotak,dapatdilihatdarikeadaanpenderitayangmengan
tuk,adanyabradikardiataudenganpemeriksaanfunduskopi,dapatd
17

iberikanmanitol.Untukmengatasikejang-
kejangyangtimbuldapatdiberikandiphenylhydantionatau
carbamazepin.
2.2.4 Pengobatankhusus
Pada fase akut pengobatan di tujukan untuk membatasi kerusakan
otaksemaksimal mungkin agar kecatatan yang di timbulkan
menjadi
seminimalmungkin.Untukdaerahyangmengalamiinfark,kitatidakbis
aberbuatbanyak, yang penting adalah menyelamatkan daerah di
sekitar infark yang disebut daerah penumbra.Neuron-neuron di
daerah penumbra ini sebenarnyamasih hidup, akan terapi tidak
dapat berfungsi oleh karena aliran darahnyatidak adekuat. Daerah
inilah yang harus di selamatkan agar dapat
berfungsikembali.Untukkeperluantersebutmakaalirandarahtersebut
harusdiperbaiki.
2.2.5 TerapiNonfarmakologi
2.2.5.1 Terapimenggenggambola
Terapiiniberpengaruhuntukmeningkatkankekuatanototpad
aekstermitasatas,sehinggadapatterjadipeningkatanpadakek
uatanotot.Terapi ini juga pernah di teliti oleh Chaidir
&Zuardi (2014) di RSSNBukitTinggi.

2.2.5.2 Latihanketerampilanmotorik
Latihan-latihan ini dapat membantu meningkatkan
kekuatan
dankoordinasiototlansiakembali.Biasanyaorangyangmelak
ukanterapiiniadalah orang yang otot lidahnya melemah.
Terapi ini bias memperkuat ototlansiauntukberbicaraatau
menelan.

2.2.5.3 Terapimobilitas
Alat bantu dalam terapi mobilitas itu alat bantu berjalan,
18

tongkat,
kursiroda,ataupenahanpergelangankaki.Penyanggapergela
ngankakidapatmenstabilkandanmemperkuatpergelanganka
kilansiauntukmembantumendukungberat badanlansiasaat
lansiabelajarberjalankembali.

2.2.5.4 Terapiconstraintinduced
Terapi ini di lakukan oleh anggota tubuh lain yang tidak
terkena dampakdari kondisi ini. Anggota tubuh yang tidak
terkena harus membantu anggotatubuh lain untuk
meningkatkan fungsinya. Terapi stroke ini kadang-kadang
disebutterapi penggunaanpaksa.

2.2.5.5 TerapiRangeofmotion(ROM)
Latihan dan perawatan ini bertujuan untuk mengurang
kekegangan oto(kelenturan) dan membantu lansia
mendapatkan kembali gerak tubuh yanglentur.
19

2.3 TINDAKAN KEPERAWATAN : TEKNIK GENGGAM BOLA KARET


2.3.1 Definisi
Terapigenggambolakaretbisamenghasilkankontaksiototdenganbant
uandariluaryaitudenganfisioterapidanalatmekanis(Tegar2011dalam(
Santoso, 2018)). Terapi ini bertujuan untuk mempertahan kan
fungsi tubuhdan mencegah komplikasi akibat kelemahan otot
bagian tubuh atas (Chaidir andZuardi, 2014). Alat yang digunakan
yaitu bola karet karena berpengaruh untukmeningkatkan kekuatan
otot genggaman tangan dan ototnya menjadi
meningkat.Terapiiniberfungsiuntukmeningkatkankekuatanotot,mer
angsangsyarafmotoric di tangan dan diteruskan ke otak, dan
memperbaiki tonus otot dan
reflektendonyangmengalamikelemahan (Adidan Kartika,2017).
2.3.2 Beberapa fungsi latihan genggam bola karet menurut (Adidan
Kartika, 2017).Ialahantaralain:
2.3.2.1 kekuatanototpasienpost CVAInfarkbisameningkat.
2.3.2.2 kelemahan pada refleks tendon dan tonus otot bisa di
perbaiki.
2.3.2.3 Otak agar bisa di stimulasi oleh syaraf sel motoric di
2.3.3 Prosedur Pelaksanaan Terapi Menggenggam Bola KaretLangkah-
langkahterapigenggambolakaret(Sudrajat,2017).ialah:
2.3.3.1 Memposisikanpasien.
2.3.3.2 Menaruh bola karet diatas telapak tangan pasien yang
lemah.
2.3.3.3 Menginstruksikan pasien untuk menggenggam atau
mencengkram tangan.
2.3.3.4 Selanjutnya lepaskan cengkraman atau genggaman tangan.
2.3.3.5 Menginstruksikan pasien melakukan gerakan
mencengkram dan melepaskan genggaman berulang-ulang
dengan waktu 10-15 menit.
2.3.3.6 Lakukan gerakan terapi tersebut sampai 7 hari berturut-
20

turut.
2.3.4 LamaTerapiMenggenggamBolaKaret
Rekomendasi dasar dalam melakukan terapi genggam bola karet
memilikipengaruhterhadaprentanggerakpasienataupeningkatankeku
atanototbiladilakukan dengan frekuensi dua kali sehari dalam tujuh
hari dengan waktu 10-15menitdalam sekali
latihan(ChaidirandZuardi, 2014).
2.3.5 PatofisiologiMenggenggamBolaKaret
Gerakanyangterjadipadalatihangerakaktifdiawalidenganadanyaperi
ntahuntukbekerjayangdiaktifkanolehsinyaldariotakyangdiawalioleh
korteksserebriyangdicapaiketikakorteksmengaktifkanpola
fungsiyang
tersimpanpadaareaotakyanglebihrendahyaitumedullaspinalis,batang
otak,gangliabasalisdansereblumyangkemudianmengirimkanbanyak
sinyalpengaktivasispesifikkeototdanmemicubanyakaktivitasmotorik
normalterutamauntukpergerakan(Guyton & HallJE, 2007).
2.3.6 IndikasiDanKontraIndikasi
2.3.6.1 Pasienstroke ynagmasihmemilikikontraksiotot.
2.3.6.2 Pasien stroke yang mengalami kelemahan otot dan
membutuhkan bantuan terapi.
2.3.6.3 Bila menggangu proses penyembuhan tidak boleh
dilakukan terapi ini.
2.3.6.4 Pasien post infark miokard, operasi arteri koronaria dan
lain-lain .
2.3.6.5 Terdapat peradangan dan nyeri. (Suwartana., 2012 dalam
(Santoso, 2018)
2.3.7 PeningkatanKekuatanOtotPasienStrokeDenganTerapiMenggengga
mBolaKaret
Pada pasien Strokeyang mengalami kelemahan otot dan tidaksegera
dilakukan terapi akan menyebabkan beberapa gangguan ,yaitu
penurunankekuatan otot, penurunan pergerakan, penurunan
21

sensivitas tubuh dan kesulitandalammelakukankegiatansehari-


hari.karenapenurunanotot,Pasienstrokekesdulitandalam
menggerakkantubuhnya(Murtaqib, 2013).
Peningkatan kekuatan otot yaitu dengan terapi atau latihan
menggenggam bola. Untuk memulihkan anggota gerak atas
diperlukan rangsangan utangan dengan terapi genggam bola karet
yaitu dengan cara mencengkram dan melepaskan genggaman bola
di telapak tangan (Sukmaningrum, 2012).
Pasien Stroke di berikan sesuatu latihan gerak aktif asitif yaitu
terapi genggam bola karet. Alat yang digunakan yaitu bola karet
karena berpengaruh untuk meningkatkan kekuatan otot genggaman
tangan dan ototnya menjadi meningkat. Terapi ini berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan otot, merangsang syaraf motoric di tangan
dan diteruskan ke otak, dan memperbaiki tonus otot dan reflek
tendon yang mengalami kelemahan (Adi dan Kartika, 2017).
2.3.8 PENELITIAN YANG RELEVAN
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain :
2.3.8.1 Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Cantika Sari :
“EFEKTIFITAS TERAPI GENGGAM BOLA
KARET TERHADAPKEKUATANOTOT
PADAPASIEN STROKE” peneliltian ini dilakukan pada
Pasien (Ny. W) berusia
45tahunberjeniskelaminperempuan.Desain penerapan
karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi
kasusdengan subjek yang digunakan 1 (satu) orang pasien
stroke. Analisa data dilakukan menggunakananalisis
deskriptif. Terapi Genggam Bola Karet didapatkan bahwa
skala kekuatan otot 3 dan hasilPenerapan terapi genggam
bola karet efektif meningkatkan kekuatan otot bila
dilakukandengan frekuensi teratur dan berulang-ulang
penerapan Terapi Genggam Bola Karet yangdilakukan 1
22

hari, didapatkan skala kekuatan otot 3.Kesimpulan


penerapan terapi genggam
bolakaretefektifmeningkatkankekuatanototpadapasienstrok
ebiladilakukandenganfrekuensiteratur danberulang-ulang.
2.3.8.2 Penelitian yang dilakukan Margianti, dkk :
“PENERAPAN LATIHAN GENGGAM BOLA
KARET TERHADAP KEKUATAN
OTOTPADAKLIENSTROKENONHEMORAGIK”Da
lam studi kasus ini dipilih dua orang sebagai subjek yaitu
subjek I dan subjek II, kedua subjek
sudahsesuaidengankriteriayangditetapkan.SubjekI,
SubjekIberusia55tahun,perempuan,memilikikelemahanpad
aekstremitasataskanan,dapatberkomunikasi dengan baik,
menderita Stroke Non Hemoragik kurang lebih 6 tahun
dan nilai kekuatan ototmanual adalah 4. Subjek 1 tidak
sedang menjalani program rehabilitasi medik dan tidak
memiliki luka ditangan. Subjek I mengatakan sering
kesemutan dan terasa tebal pada telapak tangan. Hasil
kekuatan ototmenggunakan handgrip dynamometer
didapatkan tangan kanan 14,5 kg (lemah) dan tangan kiri
16,65 kg(Lemah). Dalam kegiatan sehari-hariklien
dapatmenggunakan tangan kirinyasecara
normalmeskipunnilai kekuatanototnyalemah.SubjekII,
SubjekIIberusia49tahun,perempuan,memilikikelemahanpa
daekstremitasataskiri,dapatberkomunikasidengan
baik,menderitaStroke Non Hemoragikkurang lebih10
bulan dan nilaikekuatanotot manual adalah 4. Subjek II
tidak sedang menjalani program rehabilitasi medik dan
tidak memiliki lukadi tangan. Subjek II mengatakan ketika
bangun tidur tangan dan kaki terasa tebal dan kesemutan.
Klienmerasa kesulitan ketika beraktifitas menggunakan
23

tangan karena sering gemetar terutama tangan kiri.


Hasilpemeriksaan kekuatan otot menggunakan handgrip
dynamometer didapatkan tangan kanan 18,6
(normal)dantangankiri14.08kg(lemah).
24

BAB 3

KASUS

Bab ini akan menjelaskan dan menyajikan mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan pada Tn. A ditinjau dari teori dan kasus dengan Stroke di desa Balaradin
selama 3 hari dari tanggal 2 Juni 2023 – 4 Juni 2023. Asuhan keperawatan dimulai
dari pengkajian, diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan,
dan evaluasi keperawatan.

3.1 Pengkajian
Berdasarkan hasil anamnesa pengkajian pada tanggal 30 mei 2023didapatkan
hasil data diri pasien yaitu Tn. A berusia 67 tahun,beragama islam, pendidikan
terakhir SD, status perkawinan pasien sudah menikah, alamat desa Balaradin
RT 06 RW 03 kecamatan Lebaksiu, orang yang paling dekat dengan pasien
yaitu istrinya yang bernama Ny. H, Ny. H berusia 62 tahun, pekerjaannya
adalah berdagang, didalam satu rumah dengan Tn. A dam Ny. H ada anaknya
yang bernama Tn. R berusia 23 tahun.

Riwayat pekerjaan pasien, dulunya sebelum ia sakit Tn. A mengatakan bekerja


sebagai seorang supir, akan tetapi setelah ia sakit T. A tidak bisa bekerja dan
hanya berdiam di rumah. Riwayat lingkungan hidup tempat tinggal pasien
yaitu rumah tunggal, jumlah kamar ada 3 kamar, jumlah orang yang tinggal
dalam rumah ada 3 orang, tetangga terdekat dengan keluarga Tn. A adalah
tetangga depan rumah, alamatnya di desa Balaradin RT 06 RW 03 Kec.
Lebaksiu.

Riwayat rekreasi pasien yakni Hobi pasien adalah mendengarkan radio,


keanggotaan organisasi pasien mengikuti pengajian jumatan di masjid.
Sumber sistem pendukung yang digunakan oleh pasien dilingkungan sekitar
terdapat fasilitas kesehatan pertama misalnya dokter, perawat, bidan,
puskesmas.Kebiasaan ritual pasien mengatakan kebiasaan sebelum tidur yaitu
cuci kaki serta membaca doa sebelum tidur.

Status kesehatan saat ini pasien sudah tidak minum obat apapun, pasien tidak
25

tahu akan imunisasi dirinya, Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat


alergi apapun baik makanan, minuman atau obat obatan, Pasien mengatakan
menderita penyakit stroke sejak 5 tahun yang lalu, Pasien mengatakan nafsu
makannya berkurang akan tetapi tetap makan 3x sehari pagi, siang, dan malam
dengan menu yang dibuat oleh istrinya seperti sayur sayuran. Makan dengan
mandiri, tidak ada kesulitan menguyah dan menelan. Status Kesehatan Masa
Lalu Pasien mengatakan sebelum sakit dirinya mengalami tekanan darah
tinggi serta sempat jatuh lemas tanpa ia sadari.

3.2 Tinjauan Sistem


Keadaan umum pasien pasien tidak mengalami kelelahan akan tetapi pasien
mengalami perubahan nafsu makan, pada sistem integument tidak adanya
pruitus, Perubahan pigmentasi, Perubahan tekstur, Perubahan kuku,
Pemajanan lama terhadap matahari, Pola penyembuhan lesi, memar hanya saja
ada perubahan warna rambut yang dulunya berwarna hitam sekarang menjadi
warna putih. Hemopoetik pasien tidak terdapat Perdarahan / memar abnormal,
Pembengkakan kelenjar limfe, Anemia, Riwayat transfusi darah. Kepala
pasien terkadang adanya sakit pada kepala serta pusing, tidak adanya Trauma
berarti pada masa lalu, Gatal kulit kepala. Mata pasien adanya perubahan
penglihatan serta penglihatan kabur, tidak adanya Kaca mata / kontak lensa,
Nyeri, Air mata berlebih, Bengkak sekitar mata. Telinga pasien adanya
perubahan pendengaran serta sensitivitas pendengaran, tidak ada Tinnitus,
Vertigo, Riwayat infeksi. Hidung dan sinus pasien tidak adanya Epistaksis,
Obstruksi, Mendengkur, Nyeri pada sinus, Alergi, Riwayat infeksi. Mulut dan
tenggorokan tidak adanya Sakit tenggorokan, Ulkus/lesi, Serak, Perubahan
suara, Kesulitan menelan, Riwayat infeksi. Leher pasien adanya kekauan,
tidak ada Nyeri/nyeri tekan, Benjolan/Massa, Keterbatasan gerak. Pernafasan
pasien tidakada batuk, sesak nafas, hemopteses, sputum, mngi, asma / alergi
pernafasan. Kardiovaskuler pasien tidak ada Nyeri / ketidaknyamanan dada,
Palpitasi, Sesak nafas, Diapnea pada aktifitas, Dipsnea nokturak paroksimal,
Ortopnea, Murmur, Edema, Varises, Kaki timpang, Parastesia, Perubahan
warna kaki. Gastrointestinal pasien Disfagia, Tak dapat mencerna, Nyeri ulu
26

hati, Mual / muntah, Perubahan nafsu makan, Intoleran aktifitas, Ulkus, Nyeri,
Ikterik, Benjolan / massa, Perubahan kebiasaan defekasi, Diare, Konstipasi,
Melena, Hemoroid, Perdarahan rectum, Pola defekasi biasanya. Perkemihan
pasien normal tidak ada keluhan, genetalia pasien normal tidakada keluhan.
Musculoskeletal pasien adanya kekakuan,kelemahan otot pada tangan kiri
dengan kekuatan otot 2 dan kaki kiri dengan kekuatan otot 3, dan masalah cara
berjalan. Sistem saraf pusat pasien sering sakit kapala adanya paralisis,
paresis. Sistem endokrin pasien semua nya normal hanya ada perubahan pada
rambut.

3.3 Pengkajian status fungsional, kognitif, afektif dan sosial


3.3.1 pengkajian status fungsional pasien masih bisa mandiri, dengan bantuan
ketika dia berjalan yang jauh.INDEKS KATZ pasien didapatkan hasil “D”
yaitu Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
3.3.2 Pengkajian status kognitif dan afektif menggunakan tabel SPMSQ
didapatkan nilai fungsi intelektual Tn. A utuh, MMSE didapatkan nilai
total 30 dengan kategori kesadaran pasien composmentis.
3.3.3 Depresi beck berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala dan sikap
yang berhubungan dengan depresi didapatkan hasil Tn. A mengalami
depresi sedang.
3.3.4 pengukuran skala depresi geriatrik yesavage didapatkan nilai 7
dikategorikan pasien mengalami depresi.
3.3.5 Pada pengkajian status sosial APGAR keluarga didapatkan nilai 8 yaitu
dikategorikan bahwa keluarga Tn. A mempunyai fungsi yang baik.

3.4 Analisa Data


DiagnosakeperawatanyangdiangkatpadaTn. A
setelahdidapatkandatadaninformasidaripengkajianyangtelahdilakukan adalah
sebagai berikut :

3.4.1 Diagnosa utama Gangguan Mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam


27

gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri, batasan
karakteristik untuk diagnosis Gangguan Mobilitas fisik antara lain
Klienmengatakansulit untuk menggerakantangan dan kaki sebelah kiri,
klien mengatakansulituntukdudukdilantaimaupundikursi,
klienmengatakantidakdapatberjalanlama, Klien berjalan dengan pelan
jika berjalan jauh dia menggunakan alat bantu tongkat, Klien berjalan
dengan lemah, Kllien lebih banyak duduk, Kekuatan otot tangan kiri
3, kai kiri 3, tangan dan kaki kanan 5.

3.4.2 Diagnosa kedua Harga Diri Rendah Situasional adalah munculnya


persepsi negatif tentang makna diri sebagai respon terhadap situasi
saat inibatasan karakteristikuntuk diagnosa Harga Diri Rendah
SituasionalKlien mengatakan bahwa dirinya merasa gagal menjadi
orang tua dan suami, Klien mengatakan malu jika aktivitasnya
terkadang dibantu oleh orang lain, Klien terlihat lebih banyak diam,
Pada saat pengkajian klien sempat menangis, Klien lebih sering
menghabiskan waktu di dalam rumah, keluar hanya dudukan didepan
rumah.

3.4.3 Diagnosa ketiga Gangguan Komunikasi Verbal merupakan diagnosis


keperawatan yang didefinisikan sebagai penurunan, perlambatan, atau
ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim,
dan/atau menggunakan sistem simbol batasan karakteristiknya adalah
Klien mengatakan sulit untuk berbicara sehingga ketika berbicara
secara perlahan, Klien mengatakan sulit untuk berbicara dengan jelas,
Klien berbicara pelo, Klien sulit untuk berbicara

3.5 Prioritas Masalah


Menurut hasil analisa data yang diperoleh maka peneliti menyusun diagnosa
keperawatan bedasarkan prioritas masalah yaitu diagnose utama gangguan
mobilitas fisik, diagnosa kedua harga diri rendah situasional, diagnosa ke tiga
gangguan omunikasi verbal.
28

3.6 Intervensi
3.6.1 Intervensi Diagnosa pertama tujuan dan kriteria hasilnya adalah Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam masalah gangguan mobilitas
fisik teratasi, dengan kriteria hasil: Mobilitas fisik (L.05042)
Pergerakan ekstremitas meningkat, Kekuatan otot klien meningkat,
Rentang gerak ROM meningkat. Intervensinya adalah Dukungan
mobilisasi (I.05173)Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi, Libatkan keluarga untuk membatu pasien dalam
meningkatkan pergerakan, Jelaskan tujuan dan prosedor mobilisasi,
Anjurkan mobilisasi dini, Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan, Senam lansia (Stroke), latih genggam bola karet.

Terapi menggenggam bola karet merupakan terapi sederhana yang bisa


dilakukandirumahsebagaiprosesrehabilitasi.Terapimenggenggambolaka
ret,yaitugerakan ditangan menggenggam
yangdilakukandengan3caraialah bukatangan, tutup jari untuk
menggenggam, kemudian atur kuat otonya genggaman.

3.6.2 Intervensi Diagnosa kedua tujuan dan kriteria hasilnya adalah Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam masalah Harga Diri
Sitiasional teratasi, dengan kriteria hasil: Harga diri (L.09069),
Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat, Perasaan
bersalah menurun, Perasaan malu menurun. Dengan intervensi Promosi
harga diri (I.09308), Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai
kebutuhan, Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif, Diskusikan
pernyataan tentang harga diri, Jelaskan kepada keluarga pentingnya
dukungan dalam perkembangan konsep positif diri pasien, Latih
pernyataan atau kemampuan positif diri.

3.6.3 Intervensi Diagnosa ketiga tujuan dan kriteria hasilnya adalah Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam masalah Gangguan
Komunikasi Verbal teratasi, dengan kriteria hasil: Komunikasi verbal
29

(L.13118), Kemampuan bicara meningkat, Pelo menurun. Promosi


komunikasi : defisit bicara (I.13492), Monitor kecepatan tekanan,
kualitas, volume, dan diksi bicara, Sesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan(bicara dengan perlahan), Berikan dukungan psikologis,
Anjurkan klien juntuk berbicara perlahan, Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomis, dan fisiologis, yang berhubungan dengan
kemampuan berbicara(latihan AIUEO) dan sering merasa sakit
kepala (pusing).

3.7 Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. A tanggal 2 juni
2023dengan diagnosa Gangguan Mobilitas fisikmenunjukkan bahwa
pasientidakmengalamipeningkatanotot,tetapdengansekala3(Dapatmenggerakk
anjari-jaridantelapaktangan).Harga Diri Rendah Situasional menunjukan
pasien tampak menangis pada saat pengkajian. Gangguan Komunikasi Verbal
menunjukan respon pasien masih berbicar pelo, kesulitan untuk berbicara
sehingga berbicara dengan perlahan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. A tanggal 3 juni


2023dengan diagnosa Gangguan Mobilitas fisikmenunjukkan bahwa
pasientidakmengalamipeningkatanotot,tetapdengansekala3(Dapatmenggerakk
anjari-jaridantelapaktangan).Harga Diri Rendah Situasional menunjukan
pasien terlihat lebih baik dari kemarin. Gangguan Komunikasi Verbal
menunjukan respon pasien masih berbicar pelo, kesulitan untuk berbicara
sehingga berbicara dengan perlahan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. A tanggal 4 juni


2023dengan diagnosa Gangguan Mobilitas fisikmenunjukkan bahwa
pasientidakmengalamipeningkatanotot,tetapdengansekala3(Dapatmenggerakk
anjari-jaridantelapaktangan).Harga Diri Rendah Situasional menunjukan
pasien mengatakan lebih menerima keadaannya sekarang, dan menganggap
semua ujian ada hikmahnya. Gangguan Komunikasi Verbal menunjukan
30

respon pasien masih berbicar pelo, kesulitan untuk berbicara sehingga


berbicara dengan perlahan.

3.8 Evaluasi
Evaluasikeperawatanpadatanggal 3 juni 2023. Saatdievaluasipadahariterakhir
didapatkan hasil sebagai berikut:

3.8.1 Gangguan Mobilitas fisikklien

Subjektif : Klienmengatakansulit untuk menggerakantangan dan kaki


sebelah kiri, klienmengatakantidakdapatberjalanlama.

Objektif : Klien berjalan dengan pelan jika berjalan jauh dia menggunakan alat
bantu tongkat, Klien berjalan dengan lemah, klien lebih banyak duduk,
kekuatan otot tangan kiri masih 3

Assesment : Gangguan Mobilitas fisik belum teratasi

Planing : Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

3.8.2 Harga Diri Rendah Situasionalklien

Subjektif : Pasien mengatakan penyakitnya ini adalah takdir dari Allah, ada
hikmah di semua kejadian. Misalnya anaknya lebih mandiri.

Objektif : pasien tampak tersenyum, pasien tampak lebih percaya diri

Assesment : Harga Diri Sitiasional teratasi

Planning : hentikan intervensi

3.8.3 Gangguan Komunikasi Verbal klien

Subjektif :Klien mengatakan sulit untuk berbicara sehingga ketika berbicara


secara perlahan, Klien mengatakan sulit untuk berbicara dengan jelas

Objektif : Klien berbicara pelo, Klien sulit untuk berbicara

Assesment : Gangguan Komunikasi Verbal belum teratasi

Planning : Monitor kecepatan tekanan, kualitas, volume, dan diksi bicara,


Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan(bicara dengan perlahan ),
Berikan dukungan psikologis.
31

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian
dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan pengkajian
yang dilakukan didapatkan data seorang pasien menderita stroke mengalami
sulit untuk menggerakantangan dan kaki sebelah kiri,
klienmengatakansulituntukdudukdilantaimaupundikursi, klienmengatakan
tidakdapatberjalanlama, Klien berjalan dengan pelan jika berjalan jauh dia
menggunakan alat bantu tongkat, Klien berjalan dengan lemah, Klien lebih
banyak duduk, Kekuatan otot tangan kiri 3, kaki kiri 3, tangan dan kaki kanan
5.
Dimana data tersebut sesuai dengan teori menurut (Amin,2015), gejala yang
timbulkarena Stroke yaitu mengalami kelemahan dan kelumpuhan, tiba-tiba
hilang rasakepekaan, bicara pelo atau cadel, gangguan bicara, gangguan
penglihatan, mulutmencong atau tidak simetris kletika menyeringai, gangguan
daya ingat,
nyerikepalahebat,vertigo,penurunankesadaran,proseskencingterganggudanmen
galamigangguan fungsi otak.
Pengkajian didapatkan Klien mengatakan bahwa dirinya merasa gagal menjadi
orang tua dan suami, Klien mengatakan malu jika aktivitasnya terkadang
dibantu oleh orang lain, Klien terlihat lebih banyak diam, Pada saat pengkajian
klien sempat menangis, Klien lebih sering menghabiskan waktu di dalam
rumah, keluar hanya dudukan didepan rumah.
Datatersebutsesuaidenganteorimenurut(zarmi,2017),akibatdariseranganStroke
mempengaruhifungsifisikologisdaripasien,pasienmerasadirinya cacat dan
kecacatan ini menyebabkan citra diri terganggu, merasa
tidakmampu,jelek,memalukan,dansebagainya.Yangnantinyaakansangatmengg
anggu fungsi peran pasien. Hal ini menggambarkan bahwa pasien
32

strokemengalamihargadiri rendah.
Pengkajian didapatkan Klien mengatakan sulit untuk berbicara sehingga
ketika berbicara secara perlahan, Klien mengatakan sulit untuk berbicara
dengan jelas, Klien berbicara pelo, Klien sulit untuk berbicara.
Data tersebut sesuai dengan teori menurut (Amin,2015), gejalan yang
timbulkarena Stroke yaitu mengalami kelemahan dan kelumpuhan, tiba-tiba
hilang rasakepekaan, bicara pelo atau cadel, gangguan bicara, gangguan
penglihatan, mulutmencong atau tidak simetris kletika menyeringai, gangguan
daya ingat,
nyerikepalahebat,vertigo,penurunankesadaran,proseskencingterganggudanmen
galamigangguan fungsi otak.

4.2 Prioritas Masalah


Penentuan prioritas utamapadaTn. A
berdasarkanpadakebutuhandasarmanusia.KebutuhandasarAbrahamMaslowmel
iputikebutuhanfisiologis,kebutuhanrasaaman,kebutuhanrasamemiliki dan
kasih sayang, kebutuhan dihargai, dan kebutuhan aktualisasi
diri(Muazarh,2019).DaridiagnosautamaatauprioritaspadaTn. A
didapatkanmasalahGangguan Mobilitas fisik (D.0054.) diagnosa kedua Harga
Diri Rendah Situasional (D.0087.) dan diagnosa ke tiga Gangguan
Komunikasi Verbal (D.0119.).

Diagnosa utama yang didapat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tejo Saksono (2022) analisa data didapatkan diagnosa utama yaitu hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Tahap diagnosa
keperawatan memungkinkan perawat menganalisis dan mensintesis data.

Peneliti mengangkat hambatan mobilitas fisik sebagai diagnosa utama karena


keterbatasan merupakan faktor utama yang membuat pasien mengalami
berbagai macam gangguan dalam melakukan aktifitas dalam keadaan normal.
Dan berdasarkan patofisiologi yang telah dijelaskan pada teori bahwa stroke
disebabkan oleh trombosis dan emboli sehingga menyebabkan sumbatan pada
33

pembuluh darah sehingga suplai darah dan oksigen berkurang ke otak terjadi
iskemik otak dan menyebabkan nekrosis dan defisit neurologi yang
menyebabkan penurunan fungsi motorik dan muskuloskeletal terjadi
kelemahan pada anggota gerak sehingga menyebabkan gangguan mobilitas
fisik.

4.3 Analisa Data


DiagnosakeperawatanutamayangdiangkatpadaTn. A
setelahdidapatkandatadaninformasidaripengkajianyangtelahdilakukan,diagnos
aditentukantelahmerujukpada Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI).Diagnosa keperawatan gerontik adalah keputusan klinis yang berfokus
pada respon lansia terhadap kondisikesehatanatau kerentanan tubuhnya baik
lansia sebagai individu, lansia dikeluargamaupun lansiadalam
kelompoknya.Diagnosakeperawatanyangmungkinmunculpadapasienstroke
nyeriakut,gangguanmobilitasfisik,gangguanmenelan,perubahannutrisikurangd
arikebutuhan,ganggunintegritaskulit,gangguankomunikasiverbal,gangguansen
sorik-motorik,gangguankonsep diri.
4.3.1 Diagnosa utama Gangguan Mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam
gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) batasan karakteristik untuk diagnosis
Gangguan Mobilitas fisik antara lain Klienmengatakansulit untuk
menggerakantangan dan kaki sebelah kiri, klien
mengatakansulituntukdudukdilantaimaupundikursi,
klienmengatakantidakdapatberjalanlama, Klien berjalan dengan pelan
jika berjalan jauh dia menggunakan alat bantu tongkat, Klien berjalan
dengan lemah, Kllien lebih banyak duduk, Kekuatan otot tangan kiri
2, kai kiri 3, tangan dan kaki kanan 5.

Dimana data tersebut sesuai dengan teori menurut (Sari,2015), yang


menyebabkanterjadinyapenurunan kekuatan ototdangangguan
neuromuskularpadapasien. Stroke yaitu karena
Strokemerupakankondisipatologisotakdimanaterjadinyapeningkatanpr
34

oduksieikosanoid,dijumpaiadanyaproduksioksigenradikalbebas dan
lipid peroksidase yang mempunyai efek merusak terhadap struktur
otakdan fungsinya.

Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan


penyakitneurologikyang
seringdijumpaidanharusditanganisecaracepatdantepat.Pasien dengan
stroke sering mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorikseperti
kesulitan saat berjalan karena mengalami gangguan pada kekuatan
otot,keseimbangandankoordinasigerakataumengalamiparese(Kelemah
an)danparalisis(Kelumpuhan)(Pratiwi&Meuthia, 2015).

4.3.2 Diagnosa kedua Harga Diri Rendah Situasional adalah munculnya


persepsi negatif tentang makna diri sebagai respon terhadap situasi
saat inibatasan karakteristikuntuk diagnosa Harga Diri Rendah
SituasionalKlien mengatakan bahwa dirinya merasa gagal menjadi
orang tua dan suami, Klien mengatakan malu jika aktivitasnya
terkadang dibantu oleh orang lain, Klien terlihat lebih banyak diam,
Pada saat pengkajian klien sempat menangis, Klien lebih sering
menghabiskan waktu di dalam rumah, keluar hanya dudukan didepan
rumah.

Strokedapatmenyebabkan 80-90% bermasalah dalam berpikir dan


mengingat, 80% penurunan parsial/total gerakan lengan dan tungkai,
70% menderita depresi, 30% mengalami kesulitan bicara, menelan,
membedakan kanan dan kiri Pudiastuti (2011). Selain mengalami
gangguan fisik pasien stroke juga secara psikologis mengalami suatu
“kehilangan” yang sangat besar dan berharga dalam hidupnya, yakni
“kehilangan” kebebasan untuk bergerak, bekerja, kehilangan
kegagahan, kekuatan anggota tubuh, dan kehilangan kemandirian, Hal
ini berdampak pada konsep diri pasien stroke (Wicaksana, 2008 dalam
Dewi, 2015).

4.3.3 Diagnosa ketiga Gangguan Komunikasi Verbal merupakan diagnosis


35

keperawatan yang didefinisikan sebagai penurunan, perlambatan, atau


ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim,
dan/atau menggunakan sistem simbol batasan karakteristiknya adalah
Klien mengatakan sulit untuk berbicara sehingga ketika berbicara
secara perlahan, Klien mengatakan sulit untuk berbicara dengan jelas,
Klien berbicara pelo, Klien sulit untuk berbicara.

Data tersebut sesuai dengan teori menurut (Amin,2015), Defisit


komunikasi verbal pada pasien Stroke disebabkan kelumpuhan otot
sekitar mulut dan lidah seperti otot stiloglosus, hipoglosus,
genioglosus, longitudinalis superior inferior, otot masetter, bucinator
dan pallatum. Kelumpuhan pada otot ini menyebabkan gangguan pada
proses menghasilkan suara dalam berbicara, maka di perlukan latihan
bicara yang dapat meningkatkan kekuatan otot agar artikulasi menjadi
jelas.

4.4 Intervensi
Intervensikeperawatanpadaketigadiagnosakasusmeliputitindakandalambentuk
observasi, tindakan terapeutik, pemberian edukasi, dan tindakan kolaborasi
(PPNI,2018).IntervensikeperawatantelahmerujukpadaStandarIntervensiKeper
awatanIndonesia (SIKI). Tindakan keperawatan dilakukan pada tanggal 2 juni
2023 –4 juni 2023.
4.4.1 Diagnosa pertama tujuan dan kriteria hasilnya adalah Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam masalah gangguan
mobilitas fisik yang ditandai dengan Klienmengatakansulit untuk
menggerakantangan dan kaki sebelah kiri, klien
mengatakansulituntukdudukdilantaimaupundikursi,
klienmengatakantidakdapatberjalanlama, Klien berjalan dengan pelan
jika berjalan jauh dia menggunakan alat bantu tongkat, Klien berjalan
dengan lemah, Kllien lebih banyak duduk, Kekuatan otot tangan kiri
2, kai kiri 3, tangan dan kaki kanan 5 teratasi, dengan kriteria hasil:
36

Mobilitas fisik (L.05042) Pergerakan ekstremitas meningkat,


Kekuatan otot klien meningkat, Rentang gerak ROM meningkat.
Intervensinya adalah Dukungan mobilisasi (I.05173)Monitor kondisi
umum selama melakukan mobilisasi, Libatkan keluarga untuk
membatu pasien dalam meningkatkan pergerakan, Jelaskan tujuan dan
prosedor mobilisasi, Anjurkan mobilisasi dini, Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan, Latihan ROM, Senam lansia
(Stroke), latih genggam bola karet.

Hal ini relevan dengan penelitian bahwa terapi genggam bola karet
efektif untuk meningkatkan kekuatan otot. Peningkatan kekuatan otot
terjadi setelah dilakukan penerapan selama 7 hari (Arif dan Hanila,
2015; Oliviani dkk, 2017).7 Pada hasil analisis didapatkan p =
0,001<0,05 data ini menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot
sebelum dan sesudah dilakukan terapi genggam bola karet. Menurut
hukum ingatan law of memory setiap pemula gerakan akan
disempurnakn oleh sel saraf otak menjadi alur, dan apabila gerakan atau
aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang akan menjadi satu
rangkaian. Gerakan atau aktivitas yang diajarkan terus menerus akan
menjadi suatu rekaan di otak.

Latihan menggenggam bola karet akan merangsang adanya perintah


oleh korteks serebri agar menstimulus saraf untuk bekerja untuk
mngaktivasi sinyal secara spesifik oleh serebelum sehingga memicu
banyak aktivitas motorik ke otot terutama untuk pergerakan. Neuron
motorik membawa instruksi dari sistem saraf pusat menuju efektor
perifer. Jaringan perifer, organ dan sistem organ akan mendapatkan
stimulus dari neuron motorik yang nantinya memodifikasi semua
aktifitas5. Aktivitas latihan gerak dengan menggenggam bola karet akan
meragsang serat-serat otot berkontraksi dan berelaksasi. Latihan secara
teratur akan menibulkan pembesaran (hipertrofi) otot. Semakin banyak
latihan yang dilakukan semakin baik proses hipertrofi otot sehingga
37

kekuatan otot dapat mengalami peningkatan.

Kelemahan otot disebabkan karena adanya suatu gangguan pada system


motor disuatu titik atau beberapa tempat dari rangkaian kendali dari sel
motor neuron sampai ke serabut-serabut otot. Kelemahan otot di
sebabkan karena adanya lesi pada otak yang terjadi diarea 4 (Girus
Presentralis) dan 6 (Korteks Premotorik) atau lintasan proyeksinya,
yaitu lesi traktus pyramidal bersama dengan serabut-serabut
ekstrapiramidal yang berdekatan (Andarwati, 2013).

Teori yang disampaikan Irfan (2019), untuk merangsang gerakan


tangan dengan terapi genggam bola karet yang digunakan untuk
memperbaiki fungsi tangan dengan baik, bila melakukkannya secara
bertahap dan benar prosedurnya maka kekuatan otot pasien strokebisa
meningkat. Pemberian terapi pada fase ini sangat baik karena dalam
proses rehabilitasi. Penyembuhan setelah stroke, dengan terapi
genggam bola karet dilakukan dengan cepat secara bertahap dengan
prosedur yang sesuai sehingga akan membantu memulihkan fisik
dengan cepat dan optimal (Sofwan, 2013). Latihan menggenggam bola
karet yang dilakukan dalam waktu 10-15 menit 2 kali sehari selama 3
hari berturut-turut dapat menimbulkan rangsangan sehingga
meningkatkan rangsangan pada syaraf otot ekstremitas, maka dari itu
terapi menggenggam bola karet dengan rutin dan sesuai dengan
prosedur maka kekuatan otot akan meningkat.

Keluarga membantu responden dalam melakukan terapi genggam bola


karet selama proses penelitian, dengan melihat panduan yang di beikan
peneliti melalui video tentang terapi genggam bola karet. Menurut
peneliti peran keluarga sangat penting dalam melakukan terapi
genggam bola karet. Keluarga akan membantu responden untuk
melakukan terapi genggam bola karet dan keluarga juga membantu
pemulihan pasien strokekarena membutuhkan waktu yang lama dalam
pemulihan stroke. Pemberdayaan keluarga atau Family Empowermen
38

menjadikan keluarga dapat berdampingan dengan pasien, membantu


pasien, menjaga pasien, membantu mendapatkan informasi, bekerja
sama antara keluarga dan perawat, dan ikut serta dalam mengambil
keputusan (Matziou, et al, 2018).

4.4.2 Diagnosa kedua tujuan dan kriteria hasilnya adalahSetelah dilakukan


tindakan keperawatan 3x 24 jam masalah Harga Diri Sitiasional teratasi,
dengan kriteria hasil: Harga diri (L.09069), Penerimaan penilaian
positif terhadap diri sendiri meningkat, Perasaan bersalah menurun,
Perasaan malu menurun. Dengan intervensi Promosi harga diri
(I.09308), Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan,
Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif, Diskusikan pernyataan
tentang harga diri, Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan
dalam perkembangan konsep positif diri pasien, Latih pernyataan atau
kemampuan positif diri.

Hal ini disebabkan karena stroke dapat mengakibatkan kehilangan


fungsi fisik sehingga mengakibatkan terjadinya harga diri negatif.
Pasien yang mempunyai harga diri rendah, akan meyakini dan
memandang bahwa dirinya tak berdaya, lemah, tidak dapat berbuat apa-
apa, gagal, tidak menarik dan kehilangan daya tarik terhadap hidupnya
Damaiyanti & Iskandar. (2014; Rohmah, Nikmatur, & Walid, 2016;
Stuart,2016).

Depresi dan kecemasan dapat terjadi pada pasien stroke karena penyakit
ini merupakan penyakit menahun yang tidak bisa sembuh sempurna,
perlu perawatan seumur hidup, mempunyai banyak komplikasi dan
pengobatannya dilakukan seumur hidup serta harus melakukan diet
yang ketat sehingga kehidupannya tidak bebas lagi (de Bekker et al.
2022). Keterbatasan fisik, pengurangan aktivitas sehari-hari dan
ketidakmampuan bekerja ditimbulkan oleh penyakit yang diderita
39

dimana stroke merupakan penyakit kronis yang sangat mempengaruhi


kualitas diri seseorang dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya
(Barrows, Thomas, and Van Gordon 2021).

4.4.3 Diagnosa ketiga tujuan dan kriteria hasilnya adalah Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x 24 jam masalah Gangguan Komunikasi
Verbal teratasi, dengan kriteria hasil: Komunikasi verbal (L.13118),
Kemampuan bicara meningkat, Pelo menurun. Promosi komunikasi :
defisit bicara (I.13492), Monitor kecepatan tekanan, kualitas, volume,
dan diksi bicara, Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan(bicara
dengan perlahan), Berikan dukungan psikologis, Anjurkan klien juntuk
berbicara perlahan, Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif,
anatomis, dan fisiologis, yang berhubungan dengan kemampuan
berbicara(latihan AIUEO)

dan sering merasa sakit kepala (pusing). Sulit berbicara dan sakit
kepala merupakan salah satu menifestasi klinik stroke hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa sering pusing,
mengalami gangguan kognitif dan deminsia ketika berkomunikasi
dengan orang lain (Lingga,2013).Berbicara sulit (pelo) merupakan
salah satu manifestasi klinik hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa mengalami gangguan kognitif dan demensia
ketika berkomunikasi dengan orang lain (Lingga, 2013).

Hal ini juga sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Sunardi
(2013) dalam Speech Therapy (Terapi Wicara) Post Laringotomy,
yaitu salah satu bentuk terapi rehabilitasi gangguan afasia adalah
dengan memberikan terapi wicara salah satunya
terapiAIUEO.Terapiwicara merupakan tindakan yang diberikan
kepada individu yang mengalami gangguan komunikasi, ganggyan
berbahasa bicara, gangguan menelan. Terapi wicara ini berfokus pada
pasien dengan masalah-masalah neurologis, diantaranya pasien pasca
stroke.Terapi AIUEO, merupakan terapi untuk membantu
40

seseorang menguasai komunikasi bicara dengan lebih baik. Terapi


ini memfokuskan pada perbaikan cara berbicara penderita stroke
yang pada umumnya mengalami kehilangan kemampuan bicara
akibat adanya saraf yang mengalami gangguan. Terapi wicara
membantu penderita untuk mengunyah, berbicara, maupun mengerti
kembalikata-kata.Wardhana (2011) menyatakan didalam artikel yang
berjudul “Strategi Mengatasi & Bangkit dari Stroke” bahwa penderita
stroke yang mengalami kesulitan bicara akan diberikan terapi
AIUEO yang bertujuan untuk memperbaiki ucapan supaya dapat
dipahami oleh orang lain. Orang yang mengalami gangguan bicara
atau afasia akan mengalami kegagalan dalam berartikulasi.Artikulasi
merupakan prosespenyesuaianruangan supraglottal.

4.5 Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. A tanggal 1 juni
2023dengan diagnosa Gangguan Mobilitas fisikmenunjukkan bahwa
pasientidakmengalamipeningkatanotot,tetapdengansekala3(Dapatmenggerakk
anjari-jaridantelapaktangan).Menurut peneliti hal ini terjadi karena ke empat
responden tersebut sudah terserang strokesejak lama dan usianya sudah
lansia. Menurut Olviani (2017), yang
menyebabkanrespondentidakmengalamipeningkatankekuatanototmerupakanr
espondenyang diantaranya sudah mengalami stroke lebih dari 6 bulan yang
dimana
yangdimanapadaselpenumbrasudahmengalamikekakuanototyangdapatmempe
ngaruhi fungsi gerak pada tangan secara optimal dan juga tidak
melakukanrehabilitasilatihangerakrentangsecaracepat,tepat,berkaladanberkesi
nambungansehinggadapatmempengaruhipeningkatankekuatanotot.TeoriSudar
sono(2011),menjelaskanbahwaadabeberapafactoryang
mempengaruhikekuatanotot,Salahsatunyausia.Baikpriadanwanitaperkembang
an kecepatan ototnya akan mencapai puncak saat usia 25 tahun,
41

danakammengalami penurunan sekitar65%-70%saat usia65tahun.

4.6 Evaluasi
Evaluasikeperawatandilakukansetiaphariselamamasaperawatandenganmetode
SOAP(Subjective,Objective,Assesment,Plan).Evaluasikeperawatanpadatangga
l 3 juni 2023. bahwakekuatanototsebelumdilakukanpenerapan terapi genggam
bola karet padaekstremitaskiriatas3,dansesudahdilakukan penerapan terapi
genggam bolakaretkekuatanotot3, akan tetapi
Penerapanterapigenggambolakaretefektif meningkatkan kekuatan otot
biladilakukan dengan frekuensi teratur danberulang-ulang. Dikatakan masalah
mobilitas fisik belum teratasi.

Hasil ini relevan dengan penelitian agung Setiawan (2019)


evaluasiyangdilakukanolehpenulispadakeduakasusdilakukanselama 4 hari
perawatan oleh penulis. Hasil evaluasi yang dilakukan olehpenulis pada
kedua klien menunjukan tanda dan gejalayang sama.
Keduaklienmengatakanmerasaleihmudahdalammenggerakananggotatubuhset
elahdilakukan genggam bola karet.

Evaluasi hari ke tiga Harga Diri Rendah Situasionalklien mengatakan sudah


tidak merasa malu lagi ketika berjalan keluar kamar, dan terlihat sudah mulai
merasa percaya diri.

Hasil ini relevan dengan penelitian agung Setiawan (2019) evaluasi pada hari
terkhir klien mengatakan sudah tidak merasa malulagi ketika berjalan keluar
kamar, dan terlihat sudah mulai merasa percaya diri.Berdasarkan data yang
didapat penulis berasumsi bahwa terjadinya harga dirirendah di karenakan
klien merasa dirinya tidak sempurna dikarenakan
adanyakelumpuhanpadasebagian anggotageraknya.

Evaluasi hari ke tiga Gangguan Komunikasi Verbal klien mengatakan sudah


bisa berbicara dengan pelan, mulai banyak berbicara dengan orang dan klien
masih berbicara dengan cadel atau pelo.

Hasil ini relevan dengan penelitian agung Setiawan (2019) dievaluasi pada
42

hari terakhir klien mengatakan sudah bisa berbicaradengan pelan dan jelas,
mulai banyak berbicara dengan orang dan klien
masihberbicaradengancadelataupelo.Berdasarkandatayangdidapatpenulisberas
umsi bahwa terjadinya masalah gangguan komunikasi verbal pada klien 1
dikarenakan adanya kerusakan pada neuromuskuler yang menyebabkan
kesusahanberbicarasehinggaklienberbicarapelo.
BAB V

KESIMPULANDANSARAN
5.1 Kesimpulan
Padababini,penelitiakanmengemukakankesimpulandarihasilpembahasan:
5.1.1 Hasilanalisatidak didapatkanadanyaperubahankekuatan ototpadaTn.
A setelahdiberikanterapigenggam bola karet.
5.1.2 Setelah diberikan intervensi inovasi berupa teknik genggam bola
karet bahwakekuatanototsebelumdilakukanpenerapan terapi
genggam bola karet padaekstremitaskiriatas3,dansesudahdilakukan
penerapan terapi genggam bolakaretkekuatanotot3, akan tetapi
Penerapanterapigenggambolakaretefektif meningkatkan kekuatan
otot biladilakukan dengan frekuensi teratur danberulang-ulang.

5.2 Saran
5.2.1 Bagiresponden
Bagiresponden diharapkan agar melakukanterapi genggam bola karet
dengan konsisten selama 10-15 menit sehari 2
kalidandilakukanselama7hari supayakekuatanototbisameningkat.
5.2.2 BagiKeluarga
Penelitian ini diharapkan dapat mengajarkan keluarga pasien tentang terapi
genggam bola karet sebagai suatu fisioterapi untuk meningkatkan otot
yang bisa dikerjakan dirumah. Yang bisa dikerjakan dirumah untuk
meningkatkan kekuatan otot.
5.2.3 Bagi Puskesmas Kambangan
Perawat Puskesmas Kambangan dan poli lansia dapat menjadikan terapi
genggam bola karet sebagai program rehabilitasi pasien stroke yang yang
mengalami kelemahan otot yang bisa dilakukan di rumah sebagai terapi
sederhana.
5.2.4 Bagi Perawat.
Penelitian ini Dapat dijadiakan acuan oleh perawat sebagai intervensi
keperawatan dan terapi bagi pasien stroke untuk meningkatkan kekuatan
otot dan dapat menjadikan wawasan baru bagi perawat yaitu bisa
mengukur kekutan otot dengan menggunakan alat Hangrip Dynamometer.
5.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang peningkatan
kekuatan otot pada pasien stroke dengan jenis penelitian yang berbeda,
seperti studi kualitatif dengan pendekatan retrospektif dan dengan
intervensi yang berbeda.
45

DAFTARPUSTAKA

Adi, D, Dirge. and Kartika, R. dwi. (2017). 'Pengaruh Terapi Akfit


MenggenggamBolaKaretTerhadapKekuatanOtotPadaPasienStrokeNonHe
moragikdiWilayahKerjaPuskesmasPengasih2KulonProgoYogyakarta'.Skri
psi:Yogyakarta:STIKESJendralAchmadYaniYogyakarta.
Adiatmika,I.P.G.andSantika,I.(2016).Bahanajartesdanpengukuranolahraga.Udaya
naPress.Denpasar
Amin,H.N.,&Hardhi,K.(2015)NANDANICNOCJILID3.In(p.151).Yogyakarta:Med
icationPublising.
Andarwati,N,A.(2013).'PengaruhLatihanROMTerhadapPeningkatanKekuatan
Otot Pasien Hemiparese post Stroke Di RSUD Dr.
MoewardiSurakarta'.Skripsi:Surakarta:UniversitasMuhammadiyahSurakart
a.
Arikunto, S., (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
PenerbitRinekaCipta. Jakarta
Chaidir, R and Zuardi, I. M. (2014) . 'Pengaruh Latihan Range Of Motion
PadaEkstremitasAtasDenganBolaKaretTerhadapKekuatanOtotPasienStrok
e Non Hemoragi Di Ruang Rawat Stroke RSSN Bukittinggi
tahun2012'.’AFIYAH. Vol. 1,No. 1, Hal.1-
6.DepartemenKesehatanRepublikIndonesia(2018).
Dewi, R. T. A. (2017). 'Pengaruh Latihan Bola Lunak Bergerigi Dengan
KekuatanGenggam Tangan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSUD
Prof.
Dr.MargonoSoekarjoPurwokerto'.Skripsi.Purwokerto:UniversitasMuhamm
adiyahPurwokerto
Faridah, U. F., Sukarmin, S. and Kuati, S. (2019). 'Pengaruh ROM Exercise
BolaKaret Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Genggam PasiennStroke
diRSUD RAA SOEWONDO PATI'. Indonesia Jurnal Perawat, Vol. 3,
No.1,hal. 36–43.
Amin, N dan Hardhi Kusuma (2015). Nanda Nic-NocJilid 3. Yogyakarta
46

:Mediaction
Asmadi.(2018).KonsepDasarKeperawatan. 175.
Azizah.(2011). KeperawatanLanjut Usia.Yogyakarta: GrahaIlmuDamanik, S. M.
(2019). Buku Keperawatan Gerontik. KeperawatanGerontik,26–
127.
Dinka Anindya Putri. (2019). Status Psikososial Lansia Di PSTW
AbiyosoPakemSleman Yogyakarta.Yogyakarta. Poltekkes Jogjakarta
DinkesJateng.2018.ProfilDataKesehatanProvinsiJateng.
Fitriyah, I. (2018). Karya Tulis Ilmiah Hubungan Respon Spiritual DenganDerajat
Kesehatan Lansia. Jombang :Repository Stikes Insan Cendekiamedika.
H, A. Aziz. Alimul. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep
DanDasarProsesKeperawatan. Jakarta:SalembaMedika.
Han,E.S.,&Goleman,Daniel;Boyatzis,Richard;Mckee,A.(2019)KeperawatanLansi
a.JournalKemenkesRI. (2018).StrokeDon’tBe TheOne(p. 10).
Mirasantika.(2018).KaryaTulisIlmiahAsuhanKeprawatanDalamPemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Penderita HipertensiDiRuangLaikaWaraka
Interna. Kendari.RepositoryPoltekkes Kendari.
Mubarak,W.I.,&Cahyani,N. (2008).BukuAjarKebutuhan
DasarManusia.Jakarta:ECG
PPNI(2017)StandarDiagnosaKeperawatsnIndonesia:Definisidanindicatordiagnosti
c, Edisi 1 . Jakarta:DPP PPNI
PPNI (2018) StandarLuaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
KriteriaHasilKeperawatan, Edisi 1 . Jakarta:DPP PPNI
PPNI(2018)STANDARDiagnosaKeperawatanIndonesia:DefinisidanTindakanKep
erawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Prasetyo,S.N. (2010).KonsepdanProsesKeperawatanNyeri.Yogyakarta
Resources,N.,iisd(InternationalInstituteforSustainableDevelopment,Report,F.,Wic
ke,B.,Sikkema,R.,Dornburg,V.,Faaij,A.,Creech,H.,JabatanPeneranganMal
aysia,MinistryofEconomicAffairs,Saadatian,O.,Ba,A.F.,Nadeson,T.,Barton
,M.,Greenwald,P.,UNCED,Monjelat, N., Carretero, Joy, M.K. (2018).
Setiawan,A.(2019).StrokeDiPantiSosialTresnaWerdhaPoliteknikKesehatanKemen
47

kes Kaltim Program StudiD-Iii Keperawatan.


SitiRohmatulLaily.(2017).HubunganKarakteristikPenderitaDanHipertensiDengan
KejadianStrokeIskemik.JurnalBerkalaEpidemiologi,5(1), 48–59.
SmeltzerdanBare(2010).TextbookOfMedical-
SurgicalNursingVolume1.Philadelphia:LippinCott
Tamburian, A. G., Ratag, B. T., & Nelwan, J. E. (2020). Hubungan
antarahipertensi, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia dengan
kejadianstroke iskemik. Journal of Public Health and Community
Medicine, 1,27–33.
48

Lampiran 1

STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR


PROGRAM STUDI SARJANA ASUHAN
KEPERAWATAN DAN NERS KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA STROKE


DI DESA BALARADIN, KECAMATAN LEBAKSIU

Pengkajian riwayat kesehatan


(1) Identitas/Data Biografis Klien
Nama : Tn.A
TTL : Tegal, 20 Januari 1956
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Alamat : desa Balaradin RT 06 RW 03 Kec.
Lebaksiu
Jenis kelamin : laki – laki
Orang yang paling dekat dihubungi : Ny. H
Hubungan dengan usila : Istri
Alamat dan jenis kelamin orang/keluarga: desa Balaradin RT 06 RW 03 Kec.
Lebaksiu
(2) Riwayat Keluarga
(a) Pasangan:
Nama : Ny. H
Usia : 62 tahun
Alamat : desa Balaradin RT 06 RW 03 Kec. Lebaksiu
(b) Anak :
Nama : Tn. R
Usia : 23 tahun
Alamat : desa Balaradin RT 06 RW 03 Kec. Lebaksiu
49

(3) Riwayat Pekerjaan


Pasien mengatakan sebelum sakit dirinya bekerja sebagai seorang supir, akan
tetapi setelah sakit dirinya hanya diam dirumah.
(4) Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal : Rumah tunggal
Jumlah kamar :3
Jumlah tingkat : Tidak ada
Jumlah orang yang tinggal :3
Tetangga terdekat : Depan rumah
Alamat : desa Balaradin RT 06 RW 03 Kec.
Lebaksiu
(5) Riwayat Rekreasi
Hobi : Mendengarkan radio
Keanggotaan Organisasi : Pengajian jumatan
Liburan : Tidak ada
(6) Sumber/Sistem Pendukung yang digunakan
Pasien mengatakan dilingkungan sekitar terdapat pertolongan pertama
misalnya dokter, perawat, bidan desa, rumah sakit/puskesmas.
(7) Kebiasaan Ritual
Pasien mengatakan kebiasaan sebelum tidur yaitu cucui kaki serta membaca
doa sebelum tidur.
(8) Status Kesehatan Saat ini
(a) Obat-obatan
Pasien mengatakan sudah tidak meminum obat obatan apapun.
(b) Status imunisasi
Pasien mengatakan tidak tahu akan imunisasi dirinya.
(c) Alergi (catat agen dan reaksi spesifik)
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi apapun baik makanan,
minuman atau obat obatan.
(d) Penyakit yang diderita
50

Pasien mengatakan menderita penyakit stroke sejak 5 tahun yang lalu.


(e) Nutrisi
Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang akan tetapi tetap makan 3x
sehari pagi, siang, dan malam dengan menu yang dibuat oleh istrinya
seperti sayur sayuran. Makan dengan mandiri, tidak ada kesulitan
menguyah dan menelan.
(9) Status Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan sebelum sakit dirinya mengalami tekanan darah tinggi
serta sempat jatuh lemas tanpa ia sadari.
(10) Tinjauan Sistem
a. Keadaan umum
Keadaan umum pasien pasien tidak mengalami kelelahan akan tetapi
pasien mengalami perubahan nafsu makan
b. Integument
pada sistem integument tidak adanya pruitus, Perubahan pigmentasi,
Perubahan tekstur, Perubahan kuku, Pemajanan lama terhadap matahari,
Pola penyembuhan lesi, memar hanya saja ada perubahan warna rambut
yang dulunya berwarna hitam sekarang menjadi warna putih.
c. Hemopoetik
Hemopoetik pasien tidak terdapat Perdarahan / memar abnormal,
Pembengkakan kelenjar limfe, Anemia, Riwayat transfusi darah.
d. Kepala
Kepala pasien terkadang adanya sakit pada kepala serta pusing, tidak
adanya Trauma berarti pada masa lalu, Gatal kulit kepala.
e. Mata
Mata pasien adanya perubahan penglihatan serta penglihatan kabur, tidak
adanya Kaca mata / kontak lensa, Nyeri, Air mata berlebih, Bengkak
sekitar mata.
f. Telinga
Telinga pasien adanya perubahan pendengaran serta sensitivitas
pendengaran, tidak ada Tinnitus, Vertigo, Riwayat infeksi.
51

g. Hidung dan sinus


Hidung dan sinus pasien tidak adanya Epistaksis, Obstruksi, Mendengkur,
Nyeri pada sinus, Alergi, Riwayat infeksi.
h. Mulut dan tenggorokan
Mulut dan tenggorokan tidak adanya Sakit tenggorokan, Ulkus/lesi, Serak,
Perubahan suara, Kesulitan menelan, Riwayat infeksi
i. Leher
Leher pasien adanya kekauan, tidak ada Nyeri/nyeri tekan,
Benjolan/Massa, Keterbatasan gerak
j. Pernafasan
Pernafasan pasien tidakada batuk, sesak nafas, hemopteses, sputum, mngi,
asma / alergi pernafasan.
k. Kardiovaskuler
Kardiovaskuler pasien tidak ada Nyeri / ketidaknyamanan dada, Palpitasi,
Sesak nafas, Diapnea pada aktifitas, Dipsnea nokturak paroksimal,
Ortopnea, Murmur, Edema, Varises, Kaki timpang, Parastesia, Perubahan
warna kaki
l. Gastrointestinal
Gastrointestinal pasien Disfagia, Tak dapat mencerna, Nyeri ulu hati,
Mual / muntah, Perubahan nafsu makan, Intoleran aktifitas, Ulkus, Nyeri,
Ikterik, Benjolan / massa, Perubahan kebiasaan defekasi, Diare,
Konstipasi, Melena, Hemoroid, Perdarahan rectum, Pola defekasi
biasanya.
m. Perkemihan
Perkemihan pasien normal tidak ada keluhan,
n. Genitor reproduksi Pria
genetalia pasien normal tidakada keluhan
o. Muskuloskeletal
Musculoskeletal pasien adanya kekakuan,kelemahan otot pada tangan kiri
dengan kekuatan otot 2 dan kaki kiri dengan kekuatan otot 3, dan masalah
cara berjalan.
52

p. System saraf pusat


Sistem saraf pusat pasien sering sakit kapala adanya paralisis, paresis.

q. System endokrin
Sistem endokrin pasien semua nya normal hanya ada perubahan pada
rambut.
Pengkajian status fungsional, kognitif, afektif dan sosial
(a) Pengkajian Status Fungsional
INDEKS KATZ pasien didapatkan hasil “D” yaitu Kemandirian dalam
semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan
(b) Pengkajian Status Kognitif dan Afektif
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
√ 1. Tanggal berapa hari ini? 26 mei 2023
√ 2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun) Jumat
√ 3. Apa nama tempat ini? Balaradin RT 06
√ 4. Berapa nomor telpon Anda? Tidak tahu
√ Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya bila Balaradin RT 06
4a.
klien tidak mempunyai telepon)
√ 5. Berapa umur Anda? 67 tahun
√ 6. Kapan Anda lahir? 20 Januari 1956
√ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? Jokowi
√ 8. Siapa presiden sebelumnya? SBY
√ 9. Siapa nama kecil ibu Anda? Ema
√ Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari 17,14,11
10.
setiap angka baru, semua secara menurun
Jumlah kesalahan total 2
Penilaian SPMSQ : fungsi intelektual Tn. A utuh
53

Mini Mental State Exam (MMSE).


Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, nilai 21 atau kurang menunjukkan
adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.
Mini Mental State Exam (MMSE)
Nilai
Pasien Pertanyaan
Max
Orientasi
5 5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan) apa sekarang?
5 5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah sakit) (lantai)
Registrasi
3 3 Nama 3 objek: 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Kemudian
tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah mengatakannya. Beri 1 poin
untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat. Percobaan:
.......................................
Perhatian dan Kalkulasi
5 5 Seri 7"s. 1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja "kata" ke belakang
Mengingat
3 3 Minta untuk mengulang ketiga objek di atas Berikan 1 poin untuk setiap
kebenaran
Bahasa
9 9 Nama pensil, dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut: "tak ada jika, dan, atau tetapi" (1 poin)
Nilai total = 30
Kesadaran pasien composmentis

Depresi Beck

Inventaris Depresi Beck


54

Skore Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia di menghadapinya mana saya tak dapat
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan darinya saya tidak dapat keluar
1√ Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu dapat membaik
tidak
2√ Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seseorang (orang tua, suami, istri)
2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1√ Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2√ Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga
2√ Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
55

2 Saya muak dengan diri saya sendiri


1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0√ Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendidi
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0√ Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada
mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1√ Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1√ Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
2v Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanent dalam penampilan
saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3√ Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
56

0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya


L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1√ Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0√ Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Total 15

Penilaian:Tn. A mengalami depresi sedang.

Skala Depresi Geriatrik Yesavage


Skala Depresi Geriatrik Yesavage dengan penilaian jika jawaban pertanyaan
sesuai indikasi dinilai poin 1 (nilai 1 poin untuk setiap respons yang cocok dengan
jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan). Nilai 5 atau lebih dapat menandakan
depresi. Pasien menjawab ya lebih dari 5 yaitu menandakan pasien mengalami
depresi
Skala Depresi Geriatrik Yesavage, bentuk singkat
1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda? (tidak)
2. Sudahkah Anda mengeluarkan aktivitas dan minat Anda? (ya)
3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? (ya)
4. Apakah Anda sering bosan? (ya)
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu? (tidak)
6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda? (ya)
7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu? (tidak)__
8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada pergi dan
57

melakukan sesuatu yang baru? (ya)


9. Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan
Anda daripada yang lainnya? (ya)
10. Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? (tidak)
11. Apakah Anda merasa Saya sangat tidak berguna dengan keadaan Anda sekarang? (ya)
12. Apakah Anda merasa penuh berenergi? (tidak)
13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan? (ya)
14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada Anda? (ya)

Pengkajian Status Sosial


Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga.
Penilaian: jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-
kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0)

APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 2
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan 2
masalah dengan saya
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas 1
atau arah baru
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi- 1
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama-sama 2
58

Total 8

INTERPRETASI
Bahwa keluarga Tn. A mempunyai fungsi yang baik

3.9 ANALISA DATA


Data Problem Etiologi
DS : Gangguan Kelemahan pada
- Klienmengatakansulituntukmenggerakantanga Mobilitas anggota gerak
n dan kaki sebelah kiri fisik
- klien (D.0054.) Hemiparase / plegi
mengatakansulituntukdudukdilantaimaupundik kiri
ursi
- klienmengatakantidakdapatberjalanlama Gangguan
DO : Mobilitas fisik
- Klien berjalan dengan pelan jika berjalan
jauh dia menggunakan alat bantu tongkat
- Klien berjalan dengan lemah
- Kllien lebih banyak duduk
- Kekuatan otot 3 5
3 5
DS : Harga Diri Koping individu
- Klien mengatakan bahwa dirinya merasa Rendah tidak efektif
gagal menjadi orang tua dan suami Situasional
- Klien mengatakan malu jika aktivitasnya (D.0087) Gangguan konsep
terkadang dibantu oleh orang lain diri : Harga Diri
DO : Rendah
- Klien terlihat lebih banyak diam Situasional
- Pada saat pengkajian klien sempat
menangis
- Klien lebih sering menghabiskan waktu di
59

dalam rumah, keluar hanya dudukan


didepan rumah
DS : Gangguan Kerusakan
- Klien mengatakan sulit untuk berbicara Komunikasi neurocerebrospinal
sehingga ketika berbicara secara perlahan Verbal N.VII, NIX
- Klien mengatakan sulit untuk berbicara (D.0119.)
dengan jelas Kontrol otot
DO : facial/oral menjadi
- Klien berbicara pelo lemah
- Klien sulit untuk berbicara
Ketidakmampuan
bicara

Gangguan
Komunikasi
Verbal

3.10 DIAGNOSA KEPERAWATAN


3.10.1 Gangguan Mobilitas fisik (D.0054.)
3.10.2 Harga Diri Sitiasional (D.0087.)
3.10.3 Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119.)

3.11 INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan kritera hasil Intervensi
keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (I.05173)
60

Mobilitas fisik keperawatan 3x 24 jam - Monitor kondisi umum selama


(D.0054.) masalah gangguan mobilitas melakukan mobilisasi
fisik teratasi, dengan kriteria - Libatkan keluarga untuk
hasil: membatu pasien dalam
Mobilitas fisik (L.05042) meningkatkan pergerakan
- Pergerakan terbatas - Jelaskan tujuan dan prosedor
dengan bantuan menjadi mobilisasi
tanpa bantuan - Anjurkan mobilisasi dini
- Kekuatan otot klien - Ajarkan mobilisasi sederhana
meningkat dari kekuatan yang harus dilakukan
otot 3 menjadi 5 - Latihan ROM, Senam lansia
- Rentang gerak ROM (Stroke), latih genggam bola
paasien passif menjadi karet
Aktif
Harga Diri Setelah dilakukan tindakan Promosi harga diri (I.09308)
Sitiasional keperawatan 3x 24 jam - Monitor tingkat harga diri
(D.0087.) masalah Harga Diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
Sitiasional teratasi, dengan - Motivasi terlibat dalam
kriteria hasil: verbalisasi positif
Harga diri (L.09069) - Diskusikan pernyataan tentang
- Penerimaan penilaian harga diri
negatif terhadap diri - Jelaskan kepada keluarga
sendiri meningkat pentingnya dukungan dalam
menjadi positif dalam perkembangan konsep positif
menerima terhadap diri pasien
dirinya. - Latih pernyataan atau
- Perasaan bersalah kemampuan positif diri
menurun menjadi
perasaan senang.
- Perasaan malu menurun
menjadi percaya diri
61

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi : defisit bicara


Komunikasi keperawatan 3x 24 jam (I.13492)
Verbal masalah Gangguan - Monitor kecepatan tekanan,
(D.0119.) Komunikasi Verbal teratasi, kualitas, volume, dan diksi
dengan kriteria hasil: bicara
Komunikasi verbal - Sesuaikan gaya komunikasi
(L.13118) dengan kebutuhan(bicara
- Kemampuan bicara dengan perlahan )
meningkat yang dahulu - Berikan dukungan psikologis
hanya 3 kata menjadi - Anjurkan klien juntuk berbicara
satu kalimat jelas. perlahan
- Pelo menjadi kata yang - Ajarkan pasien dan keluarga
jelas. proses kognitif, anatomis, dan
fisiologis, yang berhubungan
dengan kemampuan berbicara.

3.12 IMPLEMENTASI
Hari/ No. Implementasi Respon Pasien (DS & DO) TTD
Tanggal/ Dx
Jam
Selasa, 1 - Memonitor DS: pasien mengatakan selama
2 juni kondisi umum tindakan dilakukan tidak mersa
2023 selama nyeri
melakukan DO: pasien tampak mengikuti
(10.00) mobilisasi gerakan dengan benar. Kekuatan
otot 3
- Melibatkan DS: anak pasien mengatakan mau
keluarga untuk untuk membantu ayahnta latihan
membatu gerak.
pasien dalam DO: pada saat pendkes anaknya
meningkatkan ikut memperhatikan apa yang
62

pergerakan dijelaskan oleh perawat


- Menjelaskan DS:pasien mengatakan tau tentang
tujuan dan tujuan mobilisasi
prosedor DO: evaluasi pasien tampak bisa
mobilisasi mencontohkannya
- Menganjurkan DS : pasien mengatakan akan
mobilisasi dini melakukan mobilisasi dini sesuai
- Mengajarkan waktu yang dianjurkan
mobilisasi DO: pasien tampak melakukan
sederhana yang mobilisasi sederhana.
harus dilakukan
- Melatih DO : pasien tampak melakukan
genggam bola teknik ROM dan genggam bola
karet karet.
2 - Memonitor DS: Pasien mengatakan merasa
tingkat harga bahwa dirinya telah gagal sebagai
diri setiap seorang suami dan ayah untuk aistri
waktu, sesuai dan anaknya.
kebutuhan DO: tampak menangis
- Memotivasi DS :Pasien mengatkan kedepannya
terlibat dalam hidup anaknya menjadi lebih
verbalisasi mandiri tanpa bantuan darinya.
positif DO : pasien tampak bercerita
- Mendiskusikan DS: pasien mengatakan mau
pernyataan mendiskusikan tentang harga diri
tentang harga kepada perawat semata mata untuk
diri membatu dirinya sendiri.
- Menjelaskan DS : keluarga pasien mengatakan
kepada akan selalu mendukung dalam
keluarga perkembangan positif pada diri
pentingnya pasien agar pasien tidak selalu
63

dukungan menyalahkan diri sendiri.


dalam DO:
perkembangan Anak dan istrinya tampak
konsep positif mendukung Tn. A agar bisa lebih
diri pasien menerima keadaannya
- Melatih DO: pasien tampak sedang latiihan
pernyataan atau pernyataan dan kemampuan positif
kemampuan pada dirinya.
positif diri
3 - Memonitor DS : pasien memngatakan berbicara
kecepatan susah.
tekanan, DO:
kualitas, Bibir pasien tampak tidak simetris,
volume, dan pasien tampak kesusahan saat
diksi bicara berbicara.
- Menyesuaikan DS : pasien mengatakan berbicara
gaya dengan perlahan, jika dirinya
komunikasi merasa kelelahan ia akan diam.
dengan DO: pasien tampak berbicara
kebutuhan(bica dengan perlahan.
ra dengan
perlahan )
- Memberikan DO: pasien tampak tidak tersenyum
dukungan pada saat bercerita dengan anak
psikologis atau istrinya
- Menganjurkan DO: pasien tampak berbicara
klien untuk dengan perlahan.
berbicara
perlahan
- Mengajarkan DS: pasien dan keluarga
pasien dan mengatakan mau diajari teknk
64

keluarga proses berbicara AIUEO untuk penderita


kognitif, stroke
anatomis, dan DO :
fisiologis, yang Pasien tampak sedang latihan di
berhubungan bantu oleh keluarganya.
dengan
kemampuan
berbicara.
Rabu, 3 1 - Memonitor DS:
juni kondisi umum - pasien mengatakan selama
2023 selama tindakan dilakukan tidak mersa
melakukan nyeri
mobilisasi - pasien mengatakan melakukan
tindakan genggam bola karet
setiap ada waktu luang, ketika
dudukan didepan rumah atau
didalam rumah.
DO: pasien tampak mengikuti
gerakan dengan benar. Kekuatan
otot 3
2 - Memonitor DS: Pasien mengatakan merasa
tingkat harga bahwa lebih menerima dirinya dari
diri setiap kemarin
waktu, sesuai DO: tampak senyum tipis
kebutuhan
- Memotivasi DS :Pasien mengatkan kedepannya
terlibat dalam hidup anaknya menjadi lebih
verbalisasi mandiri tanpa bantuan darinya.
positif DO : pasien tampak bercerita
3 - Memonitor DS :
65

kecepatan - pasien mengatakan berbicara


tekanan, susah.
kualitas, - Pasien mengatakan masih
volume, dan latihan aiueo ketika ada waktu
diksi bicara luang
DO:Bibir pasien tampak tidak
simetris, pasien tampak kesusahan
saat berbicara.
- Menyesuaikan DS : pasien mengatakan berbicara
gaya dengan perlahan, jika dirinya
komunikasi merasa kelelahan ia akan diam.
dengan DO: pasien tampak berbicara
kebutuhan(bica dengan perlahan.
ra dengan
perlahan )
- Memberikan DO: pasien tampak sedikit
dukungan tersenyum pada saat bercerita
psikologis dengan anak atau istrinya
Kamis , 1 - Memonitor DS:
4 juni kondisi umum - pasien mengatakan selama
2023 selama tindakan dilakukan tidak
melakukan merasa nyeri
mobilisasi - pasien mengatakan melakukan
tindakan genggam bola karet
setiap ada waktu luang, ketika
dudukan didepan rumah atau
didalam rumah.
DO: pasien tampak mengikuti
gerakan dengan benar. Kekuatan
otot 3
66

2 - Memonitor DS: Pasien mengatakan


tingkat harga penyakitnya ini adalah takdir dari
diri setiap Allah, ada hikmah di semua
waktu, sesuai kejadian. Misalnya anaknya lebih
kebutuhan mandiri.
DO: tampak senyum
- Memotivasi DS :Pasien mengatkan kedepannya
terlibat dalam hidup anaknya menjadi lebih
verbalisasi mandiri tanpa bantuan darinya.
positif DO : pasien tampak bercerita
3 - Memonitor DS :
kecepatan - pasien mengatakan berbicara
tekanan, susah.
kualitas, - Pasien mengatakan masih
volume, dan latihan aiueo ketika ada waktu
diksi bicara luang
DO:Bibir pasien tampak tidak
simetris, pasien tampak kesusahan
saat berbicara.
- Menyesuaikan DS : pasien mengatakan berbicara
gaya dengan perlahan, jika dirinya
komunikasi merasa kelelahan ia akan diam.
dengan DO: pasien tampak berbicara
kebutuhan(bica dengan perlahan.
ra dengan
perlahan )
- Memberikan DO: pasien tampak tersenyum pada
dukungan saat bercerita dengan anak atau
psikologis istrinya
67

3.13 EVALUASI
Hari/ No. Catatan Perkembangan TTD
Tanggal/Ja Dx
m
Selasa, 2 1 S:
juni 2023 - Klienmengatakansulit
untukmenggerakantangan
(12.00) dan kaki sebelah kiri
- klienmengatakantidakdapatberjalanlama
O:
- Klien berjalan dengan pelan jika berjalan
jauh dia menggunakan alat bantu tongkat
- Klien berjalan dengan lemah
- Kllien lebih banyak duduk
- Kekuatan otot - 3 - 5
- 3 - 5
A : Gangguan Mobilitas
fisik belum teratasi
P:
- Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
2 S:
- Klien mengatakan bahwa dirinya merasa
gagal menjadi orang tua dan suami
- Klien mengatakan malu jika aktivitasnya
terkadang dibantu oleh orang lain
O:
- Klien terlihat lebih banyak diam
- Pada saat pengkajian klien sempat menangis
- Klien lebih sering menghabiskan waktu di
68

dalam rumah, keluar hanya dudukan didepan


rumah
A : Harga Diri Sitiasional belum teratasi
P:
- Monitor tingkat harga diri setiap waktu,
sesuai kebutuhan
- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif
3 S:
- Klien mengatakan sulit untuk berbicara
sehingga ketika berbicara secara perlahan
- Klien mengatakan sulit untuk berbicara
dengan jelas
O : Klien berbicara pelo, Klien sulit untuk
berbicara
A : Gangguan Komunikasi Verbal belum teratasi
P:
- Monitor kecepatan tekanan, kualitas, volume,
dan diksi bicara
- Sesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan(bicara dengan perlahan )
- Berikan dukungan psikologis
Rabu, 3 1 S:
juni 2023 - Klienmengatakansulit
untukmenggerakantangan
(12.00) dan kaki sebelah kiri
- klienmengatakantidakdapatberjalanlama
O:
- Klien berjalan dengan pelan jika berjalan
jauh dia menggunakan alat bantu tongkat
- Klien berjalan dengan lemah
69

- Kllien lebih banyak duduk


- Kekuatan otot - 3 - 5
- 3 - 5
A : Gangguan Mobilitas
fisik belum teratasi
P:
Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
2 S :Pasien mengatakan merasa bahwa lebih
menerima dirinya dari kemarin
O:
- Pasien tampak sedikit tersenyum saat
berbicara dengan anak dan istrinya
- Klien lebih sering menghabiskan waktu di
dalam rumah, keluar hanya dudukan didepan
rumah
A : Harga Diri Sitiasional teratasi sebagian
P:
- Monitor tingkat harga diri setiap waktu,
sesuai kebutuhan
- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif
3 S:
- Klien mengatakan sulit untuk berbicara
sehingga ketika berbicara secara perlahan
- Klien mengatakan sulit untuk berbicara
dengan jelas
O : Klien berbicara pelo, Klien sulit untuk
berbicara
A : Gangguan Komunikasi Verbal belum teratasi
P:
70

- Monitor kecepatan tekanan, kualitas, volume,


dan diksi bicara
- Sesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan(bicara dengan perlahan )
- Berikan dukungan psikologis
Kamis, 4 1 S:
juni 2023 - Klienmengatakansulit
untukmenggerakantangan
(12.00) dan kaki sebelah kiri
- klienmengatakantidakdapatberjalanlama
O:
- Klien berjalan dengan pelan jika berjalan
jauh dia menggunakan alat bantu tongkat
- Klien berjalan dengan lemah
- Kllien lebih banyak duduk
- Kekuatan otot - 3 - 5
- 3 - 5
A : Gangguan Mobilitas
fisik belum teratasi
P:
Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
2 S :Pasien mengatakan penyakitnya ini adalah
takdir dari Allah, ada hikmah di semua kejadian.
Misalnya anaknya lebih mandiri.
O : pasien tampak tersenyum
A : Harga Diri Sitiasional teratasi
P : hentikan intervensi
3 S:
- Klien mengatakan sulit untuk berbicara
71

sehingga ketika berbicara secara perlahan


- Klien mengatakan sulit untuk berbicara
dengan jelas
O : Klien berbicara pelo, Klien sulit untuk
berbicara
A : Gangguan Komunikasi Verbal belum teratasi
P:
- Monitor kecepatan tekanan, kualitas, volume,
dan diksi bicara
- Sesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan(bicara dengan perlahan )
- Berikan dukungan psikologis
72

Lampiran 2

STIKES BHAMADA SLAWI ANALISIS


PROGRAM STUDI SARJANA JURNAL
KEPERAWATAN DAN NERS

Jud 1. PENERAPAN LATIHAN GENGGAM BOLA KARET TERHADAP


KEKUATAN OTOTPADAKLIENSTROKENONHEMORAGIK.
ul
2. EFEKTIFITAS TERAPI GENGGAM BOLA KARET
Jur TERHADAPKEKUATANOTOT PADAPASIEN STROKE
nal
Jur Population :
nal 1. Populasi dalam penelitian jurnal pertamaadalah
ana duarespondendengankriteriastrokenonhemoragikseranganpertama,meng
lisi alamikelemahanekstremitasatas.
s 2. Populasi dalam penelitian jurnal keduaadalah 1 (satu) orang pasien
stroke.

Intervention :
Jurnal ke 1 :
Bentukintervensiberupapenerapanlatihangenggambolakaretselama4hari.
Jurnal ke 2 : Terapi Genggam Bola Karet didapatkan bahwa skala kekuatan
otot 3 dan hasilPenerapan terapi genggam bola karet efektif meningkatkan
kekuatan otot
Comparison :
Jurnal ke 1 : Latihan genggam bola karet merangsang peningkatan aktivitas
kimiawineoromuskuler danmuskuler.
Haliniakanmeningkatkanrangsanganseratsarafototekstermitasterutamasarafp
arasimpatisuntukmemproduksiasetilcholin,sehinggamunculkontraksi.Mengg
enggam/mengepalkantanganakanmenggerakkan otot sehinggamembantu
membangkitkan kendali otak terhadap otot tersebut. Respon
akandisampaikan ke korteks sensorik melalui badan sel saraf C7-T1. Hal ini
73

akan menimbulkan respon sarafmelakukanaksiatasrangsangan tersebut.


Jurnal ke 2 : Latihanmenggenggambolakaretakanmerangsang adanya
perintah oleh
korteksserebriagarmenstimulussarafuntukbekerjauntukmngaktivasisinyalsec
araspesifik oleh serebelum sehingga memicubanyak aktivitas motorik ke
otot terutamauntukpergerakan.Neuronmotorikmembawa instruksi dari
sistem saraf pusatmenujuefektorperifer.Jaringanperifer,organ dan sistem
organ akan
mendapatkanstimulusdarineuronmotorikyangnantinyamemodifikasisemuaa
ktifitas5.
Outcome :
Jurnal ke 1 :
terapilatihangenggambolakaretterjadipeningkatannilaikekuatanototpadaklie
ndenganStrokeNonHemoragik. Hasil peningkatan kekuatan otot pada
subjek I adalah dari 14,6 kg menjadi 21 kg dan subjek IIdari 14,8 kg
menjadi 18,8kg.
Jurnal ke 2 : Penerapanterapigenggambolakaretefektif meningkatkan
kekuatan otot biladilakukan dengan frekuensi teratur danberulang-ulang.

Ref Jurnal ke 1 : *Margiyati,etal/JURNALFISIOTERAPI


ren DANKESEHATANSISTHANA
si Jurnal ke 2 : CendikiaMuda,Volume1,Nomor 3,September2021
Ter
akr
edit
asi
Rel Jurnal ke 1 : Rata-
eva ratakekuatanototSubjeksebelumdilakukanterapikeduanyadalamkategorikura
nsi ng/lemah.Klienstrokeyangmengalamikelemahanpadasatusisianggotatubuhdi
den sebabkanolehkarenapenurunantonusotot,sehinggatidakmampumenggerakka
74

gan ntubuhnya(imobilisasi).Immobilisasiyangtidakmendapatkan penanganan


fen yang tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus,
om orthostatichypotension,deepveinthrombosisdankontraktur.KlienStrokeNonH
ena emoragikyanghidupmengalamikecacatanfisikkarenadefisitneurologisyangm
ma enetap.Klienstrokejugamengalamikelemahanpadabagian
sala yangterkenastroketersebut.
h Jurnal ke 2 : Salah satu untuk meminimalkan
kecacatanyangterjadipadapasienstrokeadalahdengan rehabilitasi fisik.
Rehabilitasi fisikyang dapat dilakukan yaitu terapi latihandengan tujuan
membantu pemulihn
pasienpascastroke,peningkatanpenggunaanekstremitasdanmemperkuatototy
anglemah4. Terapi latihan yang bisa
diakukanuntukmengatasimasalahhemipharasepada ekstremitas atas pasien
stroke adalahlatihangerakmenggenggambola karet
Ke Jurnal ke 1: Hasil evaluasi keperawatan yang didapatkan setelah 4 hari
mut perlakuan, pada kedua subjek mengalamipeningkatan kekuatan otot. Subjek
ahir I mengalami peningkatan sebanyak 6,4 kg dan Subjek II sebanyak 4 kg.
an
Jurnal ke 2:
Hasil penelitian menunjukkan nilai reratakekuatan otot sebelum sebelum
dilakukanintervensigenggambolakaret1,70dansetelahdilakukanterapigengga
mbolakaret nilai rerata kekuatan otot 2,80.
Kel Jurnal ke 1 : Faktoryangmempengaruhikeberhasilan terapiiniadalah
eng dukungan
kap darikeluarga.HalinisesusaidenganpenelitianyangdilakukanolehPipitfestybah
an wasemakinbaikperanyangdimainkanolehkeluargadalam pelaksanaan
asp program
ek rehabilitasimedikpadapasienstroke,makasemakinbaikpulahasilyangpeningka
tannilaikekuatanototyangakandicapai.Kepatuhankliendalammelaksanakanla
tihanjugaberpengaruhdalampeningkatannilaikekuatanototdikarenakanpembe
75

rianlatihanyangterusmenerusdapatmenstimulasidan merangsangotot-otot
disekitarnya untukberkontraksi
Jurnal ke 2:
Salah satu untuk meminimalkan
kecacatanyangterjadipadapasienstrokeadalahdengan rehabilitasi fisik.
Rehabilitasi fisikyang dapat dilakukan yaitu terapi latihandengan tujuan
membantu pemulihn
pasienpascastroke,peningkatanpenggunaanekstremitasdanmemperkuatototy
anglemah. Terapi latihan yang bisa
diakukanuntukmengatasimasalahhemipharasepada ekstremitas atas pasien
stroke adalahlatihangerakmenggenggambola karet
Bes Jurnal ke 1 :Latihan genggamantangan pada klienstrokedengan paresisyang
arn dilakukan berulang-ulangsecarateori akan merangsang otak untuk terjadinya
ya plastisitas (kemampuan sistem saraf pusat beradaptasi
ma danmemodifikasiorganisasistrukturaldanfungsionalsesuaikebutuhanataustim
nfa ulusakibatcideraataukerusakan). Jika suatu bagian otak rusak, daerah otak
at sekitarnya secara bertahap mengambil alih sebagianatau seluruh tanggung
unt jawab daerah yang rusak.14 Perbaikan stroke harus dilakukan sedini
uk mungkin, faktoryang paling dominan mengalami penurunan fungsi pada
me ekstremitas klien stroke adalah kekuatan
nga ototnyadibandingkankemampuanketrampilangerakotot.
tasi Jurnal ke 2 :
ma menggenggam bola karet akan meragsangserat-
sala seratototberkontraksidanberelaksasi.Latihansecarateraturakanmenibulkan
h pembesaran(hipertrofi)
otot.Semakinbanyaklatihanyangdilakukansemakinbaikproseshipertrofiotots
ehinggakekuatanototdapatmengalamipeningkatan
Ke Jurnal ke 1 :Latihangenggamanbola merupakan teknik yang aman dan
am sederhana, biaya kecil dan tidak memerlukan peralatan khusus dan
ana Latihangenggamanbola telah dianjurkan sebagai teknik yang efektif dan
76

n mudah yang dapat diterapkan secara mandiri oleh perawat untuk pasien
unt dalam perawatan keluarga
uk Jurnal ke 2 :
dite Latihangenggamanbola merupakan teknik yang aman dan sederhana, biaya
rap kecil dan tidak memerlukan peralatan khusus dan Latihangenggamanbola
kan telah dianjurkan sebagai teknik yang efektif dan mudah yang dapat
pad diterapkan secara mandiri oleh perawat untuk pasien dalam perawatan
a keluarga
pas
ien
Pen Jurnal ke 1 :Menggenggam/mengepalkantanganakanmenggerakkan otot
gap sehinggamembantu membangkitkan kendali otak terhadap otot
lika tersebut.dioptimalkandenganmediabantuberupabolakaret,mengingatpemulih
sia anfungsiekstremitasataslebihlambatdibandingkandenganekstremitasbawah.
n Bolayangdigunakanberbahankaret,berbentukbulat,
bergerigi,elastis,dandapat ditekandengankekuatanminimal
Jurnal ke 2 :
terapi latihandengan tujuan membantu pemulihn
pasienpascastroke,peningkatanpenggunaanekstremitasdanmemperkuatototy
anglemah4. Terapi latihan yang bisa
diakukanuntukmengatasimasalahhemipharasepada ekstremitas atas pasien
stroke adalahlatihangerakmenggenggambola karet 3
77

CURRICULUM VITAE

Nama : Euis Mela Sari

Tempat dan tanggal lahir : Tegal, 17 Maret 2000

Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa : Indonesia

Alamat : Desa Gumayum 016/006 Kecamatan


Dukuhwaru Kabupaten Tegal

Nama orang tua : Bapak Rohamin dan Ibu Nurlaila

Pekerjaan orang tua : Wiraswasta

Riwayat pendidikan : 1. SD N Gumayun 03


2. SMP N 01 Dukuhwaru
3. SMK Kesehatan Baruna Dukuhwaru
4. S1 Keperawatan Universitas Bhakti
Mandala Husada Slawi

Anda mungkin juga menyukai