Anda di halaman 1dari 84

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA TN. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOARTHRITIS

DI PANTI WERDHA USILA ANUGERAH

SURABAYA

Oleh :

ARINI DEWI

2021.04.003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

2021
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA TN. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOARTHRITIS

DI PANTI WERDHA USILA ANUGERAH

SURABAYA

Disusun untuk memenuhi syarat sidang LTA pada Prodi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya

Oleh :
ARINI DEWI
2021.04.003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

2021

LEMBAR PENGESAHAN

ii
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA TN. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOARTHRITIS

DI PANTI WERDHA USILA ANUGERAH

SURABAYA

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

(Ethyca Sari S.Kep.Ns.M.Kes)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan gerontik yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. J Dengan Diagnosa Medis
Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah Surabaya”. Penulisan laporan ini
bertujuan untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Gerontik. Dalam penyusunan
makalah ini penulis menyadari bahwa pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masih kurang dalam mengkaji suatu permasalahan. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Aristina Halawa, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku Ketua STIKes William Booth


Surabaya.
2. Hendro Djoko, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi
Keperawatan.
3. Ethyca Sari S.Kep, Ns. M.Kes, selaku Dosen Pembimbing.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.

Dalam penyelesaian asuhan keperawatan gerontik ini, penulis berusaha


sebaik mungkin membaca literature, konsultasi dengan pembimbing dan
narasumber lain. Penulis menyadari laporan asuhan keperawatan ini masih banyak
memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk perbaikan asuhan keperawatan gerontik ini. Semoga asuhan keperawatan
gerontik ini bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan bagi penulis
pada khususnya.

Surabaya, 10 November 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................i
HALAMAN JUDUL.......................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................3
1.4 Manfaat ..............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Lansia ..........................................................................4
2.2 Konsep Dasar Osteoarthritis................................................................8
2.3 Asuhan Keperawatan Secara Teori .....................................................16
BAB 3 TINJAUAN KASUS
A Karakteristik Demografi........................................................................30
B Pola Kebiasaan Setiap Hari....................................................................31
C Status Kesehatan....................................................................................33
D Hasil Pengkajian Khusus.......................................................................35
E Lingkungan Tempat Tinggal .................................................................35
F Pemeriksaan Penunjang .........................................................................36
G WOC .....................................................................................................37
Analisa Data .............................................................................................39
Prioritas Diagnosa Keperawatan ..............................................................41
NCP (Nursing Care Plaining) ...................................................................42
Implementasi dan Evaluasi keperawatan (SOP) .......................................48
Catatan Perkembangan..............................................................................55
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian...........................................................................................70
4.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................70
4.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................71
4.4 Implementasi Keperawatan.................................................................71
4.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................................72
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .........................................................................................73
5.2 Saran ...................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................75

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoarthritis (OA) merupakan jenis penyakit sendi akibat proses
degeneratif sekaligus peradangan pada tulang rawan sendi. Penyakit sendi
degeneratif adalah kemunduran (perubahan menjadi sesuatu yang rusak)
bertahap kartilago artikular pada sendi, disertai dengan perubahan jaringan
lunak disekitar sendi. Pada penderita osteoarthritis, tulang rawan sendi telah
mengalami penipisan atau aus yang menyebabkan permukaan rawan sendi
menjadi tidak rata dan bergelombang. Osteoarthritis dapat mempengaruhi
semua sendi pada tubuh, tetapi pada bagian bahu, siku, dan pergelangan kaki
cenderung tidak terkena osteoarthritis, kecuali pada kondisi traumatik. Dan
dari semua sendi, yang rentan adalah sendi pada lutut. Osteoarthritis pada
lutut lebih dikenal dengan encok lutut. (Prieharti dan dr. Yekti, 2017).
Osteoarthritis merupakan penyakit dengan gejala utama nyeri dan kaku pada
persendian yang menyebabkan penderita mengalami gangguan pada alat
gerak yang mengakibatkan masalah gannguan mobilitas fisik (Hartoyono dkk,
2017). Gangguan mobilitas fisik ini menyebabkan lansia membatasi aktivitas
yang dikemudian hari akan mengarah pada penurunan mobilitas (Indraswari,
2018).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 pada usia ≥ 15 tahun
rata- rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 74,81%. Provinsi Aceh
merupakan provinsi dengan prevalensi osteoarthritis tertinggi yaitu sekitar
13,26% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Sulawesi Barat yaitu
sekitar 3,16%, sedangkan di Jawa Timur angka prevalensinya yaitu sekitar
6,72%. Osteoarthritis paling banyak terjadi pada individu dengan usia 75
tahun ke atas yaitu 18,95% dan jenis kelamin perempuan mempunyai
pravalensi osteoarthritis tertinggi yaitu 8,46% dan untuk laki-laki memiliki
angka pravalensi 6,13% (Riskesdas 2018). Dan penelitian yang dilakukan
oleh Word Health Organitation menunjukkan bahwa di Amerika Serikat
kejadian osteoarthritis bedasarkan diagnosis dangejala dokter telah mencapai
24,7%, dan diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2040 dengan indikasi

1
lebih dari25,9% akan mengalami kelumpuhan atau kecacatan akibat
osteoarthritis (Akbar dan Santoso, 2019). Osteoarthritis pada beberapa
kejadian akan menimbulkan rasa sakit yang ditimbulkan saat bergerak,
penderita osteoarthritis akan mengalami gangguan mobilitas fisik karena saat
dipakai berjalan, lutut akan terasa sakit dan ngilu yang akan menimbulkan
gangguan aktivitas sehari-hari, perubahan emosional dan sosial ekonomi
sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita (Ismaningsih, 2018).
Osteoarthritis terjadi akibat ketidakrataan tulang rawan sendi disusul
ulserasi dan hilangnya tulang rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang
dengan tulang dalam sendi disusul dengan terbentuknya kista subkodral,
osteofit pada tepi tulang dan reaksi radang pada membran sinovial.
Pembengkakan sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi, serta
teregangnya ligament meneyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot
disekitar sendi menjadi lemah karena efusi sinovial dan disuse atropy pada
satu sisi dan spasme otot pada sisi lain (Ismaningsih dan Silviani, 2018).
Gangguan mobilitas fisik pada osteoarthritis sangat besar berpengaruhnya
karena saat seseoarang melakukan aktifitas, kontraksi otot sealalu dirangsang
oleh saraf sehingga otot terkontrol kekuatan dan akurasinya. Akibat
perubahan patofisiologi diatas menyebabkan kekakuan pada gerakan
persendian, keterbatasan gerak, kekuatan otot menjadi lemah, sehingga
menyebabkan perubahan aligment sendi dan gerakan sendi tertentu menjadi
terhambat yang mengakibatkan penderita osteoarthritis mengalami gangguan
mobilitas fisik.
Osteoarthritis termasuk jenis penyakit “never ending story” karena belum
dapat disembuhkan. Pengobatan hanya dapat mencegah agar tidak bertambah
parah dan mengurangi rasa nyeri, memperbaiki kualitas hidup, dan
menghambat progresivitas kerusakan sendi. Europan League Against
Rheumatism (EULAR) dan American College of Rheumatology menyatakan
ada tiga aspek pengobatan osteoarthritis, yaitu terapi farmakologis, terapi non
farmakologis, dan terapi bedah. Dalam terapi farmakologis, semua obat
diberikan dalam terapi osteoarthritis harus diberikan bersamaan dengan terapi
non farmakologis agar terapi obat bagi penderita osteoarthritis efektif. Obat-

2
oabtan yang dapat digunakan sebagai terapi farmakologis osteoarthritis
seperti asetaminofen dan beberapa suplemen gizi juga dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri dan memperlambat progesifitas penyakit. Untuk terapi non
farmakologis dilakukan dalam bentuk edukasi, menurunkan berat badan (bagi
yang obesitas), penggunaan alat bantu, serta terapi fisik dan rehabilitasi. Pada
terapi non farmakologis ini cocok digunakan untuk penderita gangguan
mobilitas fisik, dan untuk kondisi kronis seperti mobolitas fisik ini sangat
memerlukan penatalaksanaan berkelanjutan yang memerlukan peran perawat
serta dukungan keluarga untuk memotivasi lansia agar lansia tetap bergerak
untuk meningkatkan dan mempertahankan kekuatan fisik terutama otot yang
lansia miliki agar tidak adanya penurunan sehingga lansia menjadi lebih
mandiri dan berkualitas dalam menjalani kehidupan di dalam keluarga. Dan
untuk terapi bedah merupakan tindakan alternatif bagi penderita
osteoarthritis yang sudah tidak respons dengan terapi farmakologis dan non
farmakologis (Prieharti dan dr. Yekti, 2017)

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis membuat beberapa rumusan
masalah, diantaranya :
1. Apa saja karakteristik yang ditemukan pada Tn. J Dengan Diagnosa Medis
Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah Surabaya?
2. Apa saja diagnosa yang muncul pada Tn. J Dengan Diagnosa Medis
Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah Surabaya?
3. Apa saja intervensi yang diberikan pada Tn. J Dengan Diagnosa Medis
Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah Surabaya?
4. Bagaimana implementasi yang diberikan pada Tn. J Dengan Diagnosa Medis
Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah Surabaya?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada Tn. J Dengan Diagnosa Medis
Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah Surabaya?

1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan
diagnosa medis Osteoarthritis
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa dapat mengidentifikasikan karakteristik pada Tn. J Dengan
Diagnosa Medis Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah Surabaya?
2) Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn. J Dengan
Diagnosa Medis Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah Surabaya?
3) Mahasiswa mampu memberikan intervensi keperawatan pada Tn. J Dengan
Diagnosa Medis Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah Surabaya?
4) Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. J
Dengan Diagnosa Medis Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah
Surabaya?
5) Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn. J
Dengan Diagnosa Medis Osteoarthritis Di Panti Werdha Usila Anugerah
Surabaya?

4
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber bacaan dan juga referensi bagi
mahasiswa dalam memberikan Asuhan Keperawatan Gerontik pada pasien dengan
Osteoarthritis.

5
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60 tahun ke atas. Secara
individu pada usia diatas 55 tahun terjadi peoses penuaan secara alamiah, untuk
mendukung stabilitas kesehatan pada lansia dapat diupayakan antara lain
dengan nutrisi, olahraga, istirahat di lingkungan yang aman dan nyaman.
Sehingga dari dukungan tersebut diharapkan umur harapan hidup lansia akan
meningkat (Fadhilla,2018).

2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia


Batasan umur pada lanjut usia menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun
1998 dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas” (Saifudin,2018). Batasan
umur pada lanjut usia dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health
Organisation (WHO) lansia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age)antara usia 49 sampai 59
2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun.
3. Lanjut usia (old) antara usia 75 sampai 90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

2.1.3 Klasifikasi Lansia


Depkes RI 2003 dalam Saifudin (2018) mengklasifikasi lansia dalam
kategori berikut :
1. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59
tahun.
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih.

6
3. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki
masalah kesehatan.
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari
nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain.

2.1.4 Teori Proses Menua


Teori-Teori Menua Berdasarkan (Fatmah, 2017: 8-10), (Aspiani, 2016 :
34), dan (Eliopoulus, 2017: 14-20):
a. Teori Penuaan ditinjau dari sudut biologis
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan sel dalam tubuh lansia
dikaitkan pada proses penuaan tubuh lansia dari sudut pandang
biologis.
1. Teori Genetik
- Teori genetik dan mutasi (somatic mutative theory)
Teori ini menerangkan bahwa di dalam tubuh setiap manusia
terdapat jam biologis yang dapat mengatur gen dan dapat
menentukan proses penuaan. Pada setiap spesies manusia
memiliki inti sel yang berisi jam biologis atau jam genetik
tersendiri. Dimana pada setiap spesies memiliki batas usia yang
berbeda-beda yang dipengaruhi oleh replikasi dari setiap sel
dalam tubuh manusia. Apabila replikasi sel tersebut berhenti maka
hal tersebut dapat dikatakan sebagai kematian.
- Teori mutasi somatik (error catastrope)
Penjelasan dari teori ini adalah menua diakibatkan oleh
kerusakan, penurunan fungsi sel dan percepatan kematian sel yang
disebabkan oleh kesalahan urutan susunan asam amino. Kerusakan
selama masa transkripsi dan translasi dapat mempengaruhi
sifat enzim dalam melakukan sintesis protein. Kerusakan ini pula

7
menjadi penyebab timbulnya metabolit yang berbahaya sehingga
dapat mengurangi penurunan fungsi sel.
2. Teori Non-genetik
- Teori penurunan sistem imun (Auto-Immune Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa penuaan terjadi akibat
adanya penurunan fungsi dan struktur dari sistem kekebalan
tubuh pada manusia. Seiring bertambahnya usia, hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar timus sebagai pengontrol sistem
kekebalan tubuh pada manusia mengalami penurunan maka
terjadilah proses penuaan. Dan pada saat yang bersamaan pula
terjadi kelainan autoimun.
- Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Teori ini menyebutkan bahwa radikal bebas terbentuk di alam bebas
dan di dalam tubuh manusia akibat adanya proses metabolisme
di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan sebuah molekul
yang tidak berpasangan sehingga dapat mengikat molekul
lain yang akan menjadi penyebab kerusakan fungsi sel dan
perubahan dalam tubuh. Ketika radikal bebas terbentuk dengan
tidak stabil, akan terjadi oksidasi terhadap oksigen dan bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein sehingga sel-sel
dalam tubuh sulit untuk beregenerasi. Radikal bebas banyak
terdapat pada zat pengawet makanan, asap rokok, asap
kendaraan bermotor, radiasi, serta sinar ultra violet yang
menjadi penyebab penurunan kolagen pada lansia dan
perubahan pigmen pada proses menua.
- Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)
Teori rantai silang menerangkan bahwa proses penuaan
diakibatkan oleh lemak, protein, asam nukleat (molekul
kolagen) dan karbohidrat yang bereaksi dengan zat kimia
maupun radiasi yang dapat mengubah fungsi jaringan dalam
tubuh. Perubahan tersebut akan menjadi penyebab perubahan pada

8
membran plasma yang mengakibatkan terjadinyajaringan yang
kaku dan kurang elastis serta hilagnya fungsi. Proses hilangnya
elastisitas ini seringkali dihubungkan dengan adanya perubahan
kimia pada komponen protein di dalam jaringan. Terdapat
beberapa contoh perubahan seperti banyaknya kolagen pada
kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya
serta menjadi tebal seiring bertambahnya usia. Contoh ini dapat
dikaitkan dengan perubahan pada pembuluh darah yang
cenderung menyempit dan cenderung kehilangan elastisitasnya
sehingga pemompaan darah dari jantung menuju keseluruh tubuh
menjadi berkurang dan pada permukaan kulit yang kehilangnya
elastisitasya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan
mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.
- Teori Fisiologik
Teori ini mengambil contoh dari teori adaptasi stres (stress
adaptation theory). Dimana proses menua merupakan akibat dari
adaptasi terhadap stres dan stres ini bisa berasal dari internal
maupun eksternal tubuh yang dapat memengaruhi peningkatan
kasus penyakit degeneratif pada manusia lanjut usia (manula).
- Teori “imunologi slow virus” (immunology slow virus theory)
Teori ini menyatakan bahwa ketika manusia berada pada proses
menua maka saat itulah tubuh manusia tidak dapat
membedakan sel normal dan sel yang tidak normal, akibatnya
antibodi bekerja untuk menyerang keduanya. Sistem imun pun
mengalami gangguan dan penurunan kemampuan dalam
mengenali dirinya sendiri (self recognition) akibat perubahan
protein pascatranslasi atau mutasi.
3. Teori Sosiologis
Teori perubahan sosial menjelaskan tentang lansia yang mengalami
penurunan dan penarikan diri terhadap sosialisasi dan partisipasi ke
dalam masyarakat.

9
- Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan keaktifan lansia dalam melakukan
berbagai jenis kegiatan yang merupakan indikator suksesnya
lansia. Lansia yang aktif, banyak bersosialisasi di masyarakat serta
lansia yang selalu mengikuti kegiatan sosial merupakan poin dari
indikator kesuksesan lansia. Lansia yang ketika masa mudanya
merupakan tipe yang aktif, maka di masa tuanya lansia akan
tetap memelihara keaktifannya seperti peran lansia dalam
keluarga maupun masyarakat di berbagai kegiatan sosial
keagamaan. Apabila lansia tidak aktif dalam melakukan
kegiatan dan perannya di masyarakat maupun di keluarga, maka
sebaiknya lansia mengikuti kegiatan lain atau organisasi yang sesuai
dengan minat dan bakatnya.
- Teori Kontinuitas
Teori ini menekankan bahwa perubahan ini dipengaruhi oleh jenis
kepribadian lansia tersebut. Dalam teori ini lansia akan tetap
memelihara identitas dan kekuatan egonya karena tipe
kepribadiannya yang aktif dalam bersosialisasi.
4. Teori Psikososial
Teori ini menerangkan bahwa semakin menua tingkat usia
seseorang maka semakin sering pula seseorang memperhatikan
kehidupannya daripada isu yang terjadi di lingkungan sekitar.

10
2.2 Konsep Osteoarthritis
2.2.1 Definisi Osteoarthritis
Osteoarthritis berasal dari bahasa yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis ialah
suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang
rawan (kartilago) sendi dan tulang di didekatnya.. Tulang rawan (kartilago)
adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk memudahkan
pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan
satu sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan
pada sendi yang mengakibatkan gangguan mobilitas fisik (Ismaningsih dan
Selviani, 2018). Osteoarthritis sering terjadi pada usia >61 tahun, dan lebih
banyak menyerang lutut yaitu 6,13% pada pria dan 8,46% pada wanita
(Riskesdas, 2018).

Gambar 2.1 Sendi normal dan sendi yang terkena OA


Osteoarthritis adalah penyakit kronis jangka panjang yag ditandai dengan
kemunduran tulang rawan sendi yang menyebabkan tulang saling bergesekan
dan memicu timbulnya kekakuan, nyeri,dan gangguan gerakan sehari-hari.
Osteoarthritis terkait dengan proses penuaan, hal ini karena berbagai resiko yang

11
dapat dimodifikasi ataupun tidak termasuk diantarnya obesitas, kurang
berolahraga, kecenderungan genetik, kurangnya kepadatan tulang, cedera kerja,
trauma, dan jenis kelamin. Osteoarthritis dapat mempengaruhi semua sendi pada
tubuh, tetapi pada bagian bahu, siku, dan pergelangan kaki cenderung tidak
terkena osteoarthritis, kecuali pada kondisi traumatik. Dan dari semua sendi,
yang rentan adalah sendi pada lutut. Osteoarthritis pada lutut lebih dikenal
dengan encok lutut (Ismaningsih dan Selviani, 2018).

2.2.2 Etiologi Osteoarthritis


Faktor – faktor predisposisi osteoarthritis menurut Fernanda (2018) :
1. Peningkatan Usia
Osteoartritis biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai penderita
osteoartritis yang berusia dibawah 40 tahun. Usia rata – rata laki – laki yang
mendapat osteoartritis sendi lutut yaitu pada umur 59 tahun dengan
puncaknya pada usia 55 – 64 tahun, sedangkan wanita pada umur wanita 65,3
tahun dengan puncaknya pada usia 65 – 74 tahun.
2. Obesitas
Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang
bekerja dengan lebih berat, diduga memberi andil pada terjadinya
osteoarthritis. Setiap kilogram penambahan berat badan atau masa tubuh
dapat meningkatkan beban tekan lutut sekitar 4 kilogram. Dan terbukti bahwa
penurunan berat badan dapat mengurangi resiko terjadinya osteoarthritis atau
memperparah keadaan osteoarthritis lutut.
3. Jenis Kelamin
Angka kejadian osteoartritis berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih
tinggi pada perempuan dengan nilai persentase 68,67% yaitu sebanyak 149
pasien dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki nilai persentase sebesar
31,33% yaitu sebanyak 68 pasien.
4. Riwayat Trauma
Cedera sendi, terutama pada sendi – sendi penumpu berat tubuh seperti
sendi pada lutut berkaitan dengan risiko osteoartritis yang lebih tinggi.

12
Trauma lutut yang akut termasuk robekan terhadap ligamentum krusiatum
dan meniskus merupakan faktor timbulnya osteoartritis lutut.
5. Riwayat cedera sendi
Pada cedera sendi perat dari beban benturan yang berulang dapat menjadi
faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyaipredisposisi
osteoarthritis dan berkaitan pula dengan perkembangan dan beratnya
osteoarthritis.
6. Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur- unsur
tulang rawan sendi seperti kolagen dan proteoglikan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
7. Kelainan pertumbuhan tulang
Pada kelainan kongenital atau pertumbuhan tulang paha seperti penyakit
perthes dan dislokasi kongenitas tulang paha dikaitkan dengan timbulnya
osteoarthrtitis paha pada usia muda.
8. Pekerjaan dengan beban berat.
Bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja lebih dari 10 tahun dan
kondisi geografis berbukit-bukit merupakan faktor resiko dari osteoarthritis
lutut. Dan orang yang mengangkat berat beban 25 kg pada usia 43 tahun,
mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya osteoarthritis dan akan
meningkat tajam pada usia setelah 50 tahun.
9. Tingginya kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya osteoarthritis, hal ini mungkin terjadi akibat
tulang yang lebih padat atau keras tak membantu mengurangibenturan beban
yang diterima oleh tulang rawan sendi.
10. Gangguan metabolik menyebabkan kegemukan.
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik
pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis
lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada

13
sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain,
diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan
tersebut antara lain penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan hipertensi.

2.2.3 Klasifikasi Osteoarthritis


Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibagi menjadi osteoarthritis primer
(idiopatik) dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer (idiopatik) adalah
jenis osteoarthritis yang tidak diketahui Secara pasti penyebab yang
mendasarinya. Sedangkan osteoarthritis sekunder adalah jenis osteoarthritis
yang didasari oleh beberapa kelainan tertentu seperti: gangguan Perkembangan
sendi (kongenital), ketidakcocokan panjang tungkai, Ehlers-Danlos syndrome,
Marfan’s syndrome, penyakit rematologi (Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus
Erithematosus, cedera sendi atau ligamen, penyakit Lyme, artritis septik,
metabolik (hemokromatosis, gout, penyakit Wilson, Alkaptonuria), endokrin
(diabetes, akromegali, hipotiroidisme, obesitas), Hemofilia, dan osteonekrosis.
Osteoarthritis primer lebih sering dijumpai dibandingkan Dengan osteoarthritis
sekunder. Berdasarkan lokasi sendi yang terkena, osteoarthritis dibedakan
menjadi osteoarthritis lutut, osteoarthritis tangan, osteoarthritis kaki,
osteoarthritis koksa (panggul), osteoarthritis vertebra, osteoarthritis generalisata
/ Sistemik, dan osteoarthritis di tempat lainnya. Klasifikasi OA berdasarkan
lokasi sendi yang terkena :

Klasifikasi Lokasi
Osteoarthritis
Osteoarthritis lutut Bony enlargement, genu valgus, genu varus
Osteoarthritis tangan
Nodus Heberden dan Bouchard (nodal), artritis
erosif inferfalang, karpal-metakarpal I
Osteoarthritis kaki
Haluks valgus, haluks rigidus, jari kontraktur
(hammer/cock-up toes), talonavikular
Osteoarthritis koksa
Eksentrik (superior), kosentrik (aksial,medial),

14
(panggul)
difus (koksa senilis)
Osteoarthritis Sendi apofiseal, sendi intervertebral, spondilosis
vertebra (osteofit), ligamentum (hiperostosis, penyakit
Forestier, Diffuse Idiopathic Skeletal
Hyperostosis (DISH)
Osteoarthritis
Gleohumeral, akromiklavikular, tibiotalar,
ditempat lainnya
sakroiliaka, temporomandibular
Osteoarthritis Meliputi 3 atau lebih daerah yang disebut di atas
generalisata/sistemik

2.2.4 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala osteoarthritis sebagai berikut :

1. Nyeri
Nyeri yang terjadi pada sendi lutut dapat bertambah buruk oleh gerakan,
weight bearing dan jalan (Abdurrahman et al., 2019). Dan menurut The
International Association For The Study of pain (IASP). Nyeri merupakan
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau berpotensi merusak jaringan. Defenisi
tersebut mrupakan pengalaman subyektif dan bersifat individual. Dengan
dasar ini dapat dipahami bahwa kesamaan penyebab tidak secara otomatis
menimbulkan perasaan nyeri yang sama (Fernanda, 2018).
2. Kaku Sendi
Gejala yang sering dijumpai pada osteoarthritis, terjadinya kesulitan atau
kekakuan pada saat akan memulai gerakan pada kapsul, ligamentum, otot dan
permukaan sendi (Abdurrahman et al., 2019).
3. Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi
Diakibatkan oleh timbulnya osteofit dan penebalan kapsuler, muscle
spasme serta nyeri yang membuat pasien tidak mau melakukan gerakan
secara maksimal sampai batas normal, sehingga dalam waktu tertentu
mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi pada lutut. Keterbatasan
gerak biasanya bersiat pola kapsuler yaitu gerakan fleksi lebih terbatas dari

15
pada gerakan ekstensi (Abdurrahman et al., 2019).

4. Krepitasi
Hal ini disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena degredasi dan
rawan sendi (Abdurrahman et al., 2019).
5. Kelemahan Otot
Kelemahan otot tidak bagian dari osteoarthritis, tetapi peranan sebagai
salah satu faktor resiko osteoarthritis perlu dicermati kekuatan isometrik dari
otot merupakan faktor yang berperan pada osteoarthtritis. Otrofi otot dapat
ditimbulkan bersama efusi sendi, sedangkan gangguan gait merupakan
manifestasi awal dari osteoarthritis yang menyerang sendi penopang berat
badan. (Fernanda, 2018).
6. Deformitas
Deformitas yang dapat terjadi pada osteoarthritis yang paling berat akan
menyebabkan distruksi kartilago, tulang dan jaringan lunak skitar sendi.
Terjadi deformitas varus bila terjadi kerusakan pada kopartemen medial dan
kendornya ligamentum (Fernanda, 2018).
7. Instabil Sendi Lutut
Disebabkan oleh berkurangnya kekuatan otot disekitar sendi lutut yang
mencapai 1/3 dari kekuatan otot normal dan juga oleh kendornya
ligamentum sekitar sendi (Abdurrahman et al., 2019).

2.2.5 Patofisiologi
Osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit
kronik, tidak meradang, dan progesif lambat, osteoarthritis tidak hanya
melibatkan proses degeneratif, namun juga melibatkan hasil kombinasi antara
degradasi tulang rawan, remodelling tulang subkondral, dan inflamasi sendi.
Beberapa faktor seperti umur, stres mekanik atau penggunaan sendi yang
berlebihan, defek mekanik, obesitas, genetik, humoral, dan faktor kebudayaan
dapat menyebabkan jejas mekanis dan kimiawi pada sinovium sendi. Jejas
mekanik dan kimiawi tersebut diduga merupakan faktor penting yang

16
merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi tulang rawan
sendi di dalam cairan sinovial sendi. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya
inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri.
Tulang rawan sendi terletak di setiap ujung tulang untuk melaksanakan 2
fungsi, yaitu mencegah gesekan di dalam sendi saat pergerakan dengan adanya
cairan sinovial serta menerima beban atau benturan sehingga tulang di bawahnya
tidak mengalami kerusakan. Kedua fungsi ini dapat berjalan dengan baik karena
adanya kolagen tipe II dan proteoglikan yang dikeluarkan oleh kondrosit
memiliki daya regang yang tinggi dan mampu memperbaiki tulang rawan sendi
setelah tertekan oleh beban. Tulang rawan sendi yang “aus” diuraikan dan
diganti oleh kondrosit, yang tidak hanya mensintesis matriks tulang rawan. Oleh
karena itu, kesehatan kondrosit dan kemampuan sel ini memelihara sifat esensial
matriks tulang rawan menentukan integritas sendi. Pada osteoarthritis, proses ini
terganggu oleh beragam sebab (Bararah, 2016).

17
2.2.6 WOC OA (Dyasmita,2016)

Usia, jenis kelamin, genetik, suku bangsa, kegemukan, cedera sendi,


pekerjaan dan olahraga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang

Kerusakan fokal tulang rawan, pembentukan


tulang baru pada sendi yang progesif

Integritas matrik, perubahan komponen


Osteoarthritis
sendi, kolagen,proteoglikan kartilago

Tulang rawan Membrane synovial Kerusakan tulang rawan


Penebalan pada
synovial berupa kista Kontraktur
Iregularitas dan Deformitaskapsul,
sendi
pelunakan pada instabilitas sendi
Pergeseran sendi /
tulang rawan dan
adanya cairan
sendi
yang viskosa
Pembengkakan sendi

Fibrosis kapsul,
osteosit,Nyeri
iregularitas
Akut/Kronis
permukaan sendi
Kekakuan pada
Gangguan
sendi besar atau
Mobilitas Fisik
pada jari tangan

Ansietas Perubahan bentuk


Kurangnya
tubuh pada
informasidan
tulang
sendi
kesehatan

Perubahan
Defisitstatus
kesehatan
pengetahuan

18
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila
osteoarthritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi
yaitu :
1. Komplikasi akut berupa, osteonecrosis, ruptur baker cyst, bursitis.
2. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang disignifikasi, yang terparah
ialah terjadi kelumpuhan (Azizah, 2019).

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


Untuk menyingkirkan kemungkinan artritis karena penyebab lain maka
dilakukan pemeriksaan penunjang, namun tidak ada pemeriksaan penunjang
khusus yang dapat mementukan diagnosis osteoarthritis. Salah satu pemeriksaan
penunjang untuk membantu menentukan ada atau tidaknya osteoarthritis adalah
pemeriksaan radiologi, namun pemeriksaan tidak berhubungan langsung dengan
gejala klinis yang ditimbulkan. Gambaran radiografi sendi yang mendukung
penegakan diagnosis osteoarthritis yaitu : penyempitan celah sendi yang
seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban),
peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada
pinggir sendi, dan perubahan struktur anatomi sendi (Bararah, 2016).
Pemeriksaan juga dapat dilakukan melalui sinar-x dilakukan setiap saat untuk
memantau aktivitas dan progesivitas penyakit. Foto rontgen yang diambil setiap
saat dapat memperlihatkan hilangnya kartilago dan menyempitnya rongga sendi.
Pemeriksaan sinar-x menunjukkan abnormalitas kartilago, erosi sendi,
pertumbuhan tulang yang abnormal dan osteopenia (mineralisasi tulang
menurun) (Fernanda, 2018).

2.2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteoarthritis pada umumnya bersifat simptomatik yang
terfokus pada beberapa hal, yaitu memperlama progresifitas penyakit,

19
mengontrol gejala-gejala yang timbul, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengombinasikan antara terapi non
farmakologis dan farmakologis.

1. Terapi non farmakologis


Tindakan non farmakologis yang paling umum digunakan untuk
meringankan gejala seperti nyeri adalah menurunkan berat badan, terapi fisik
dan rehabilitasi. Selain itu, edukasi juga diperlukan agar pasien mengetahui
sedikit seluk-beluk tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar
penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiannya tetap dapat dipakai.
2. Terapi farmakologis
Obat-obatan pilihan yang dapat digunakan sebagai terapi farmakologis
osteoarthritis seperti asetaminofen, Obat Anti Inflamasi Non Steroid
(OAINS), suntikan asam hialuronat atau kortikosteroid, Serotonin
Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI) duloxetine, dan opioids secara
intraartikular. Selain itu, beberapa suplemen gizi juga dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri dan memperlambat progresifitas penyakit.
3. Terapi bedah
Pada osteoarthritis fase lanjut sering diperlukan terapi bedah. Terapi bedah
diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.24 Beberapa prosedur yang mungkin
dilakukan yaitu: antroskopi, osteotomi, fusion (artrodesis), dan penggantian
sendi (artroplasti) (Bararah, 2016).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Sumber data pengkajian yang dilakukan pada pasien osteoarthritis meliput :
1. Identitas pasien dan keluarga
2. Aktifitas/Istirahat
3. Riwayat Keperawatan
Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya :

20
a. Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher dan pinggang
b. Berat badan menurun
c. Biasanya di atas 45 tahun
d. Jenis kelamin sering pada wanita
e. Pola latihan dan aktivitas
f. Keadaan nutrisi (mis. Kurang vitamin D dan C, serta kalsium)
g. Merokok, mengonsumsi alkohol
h. Adanya penyakit endokrin : Diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid,
sindrom cushing, akromegali, hipogonadisme.

B. Pemeriksaan fisik:
a. Lakukan penekanan pada tulang panggung, sendi lutut dan sendi kaki terdapat
nyeri tekan atau nyeri pergerakan.
b. Periksa mobilitas pasien
c. Amati posisi pasien yang nampak membungkuk.
d. Kaji pada Sistem Muskuloskeletal
Kelainan musculoskeletal utama dapat diidentifikasi selama pengkajian
meliputi penurunan tonus otot, kehilangan massa otot, dan kontraktur.
Gambaran pengukuran antropometrik mengidentifikasi kehilangan tonus dan
massa otot. Pengkajian rentang gerak adalah penting data dasar yang mana
hasil hasil pengukuran nantinya dibandingkan untuk mengevaluasi terjadi
kehilangan mobilisasi sendi. Rentang gerak di ukur dengan menggunakan
geniometer. Pengkajian
e. Riwayat Psikososial
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan,
takut melakukan aktfitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji
masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek
penyakit yang menyertainya.
f. Pengkajian Khusus
a) Fungsi kognitif SPMSQ
b) Status fugsional (katz Indeks)

21
c) MMSE
d) APGAR keluarga
e) Skala depresi
f) Screening Fall
g) Skala Norton

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan (SDKI, 2017).
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul menurut Tim Pokja SDKI
DPP PPNI (2017) :
1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi. (D.0054)
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri.
a. Gejala dan tanda mayor.
1. Subjektif
a. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas.
2. Objektif
a. Kekuatan otot menurun.
b. Rentang gerak (ROM) menurun.
b. Gejala dan tanda minor.
1. Subjektif
a. Nyeri saat bergerak.
b. Enggan melakukan pergerakan.
c. Merasa cemas saat bergerak.
2. Objektif
a. Sendi kaku.
b. Gerakan tidak terkoordinasi.
c. Gerakan terbatas.
d. Fisik lemah

22
2) Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis.(D.0078)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintesitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung
lebih dari 3 bulan.
a. Gejala dan tanda mayor.
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri.
b) Merasa depresi (tertekan).
2) Objektif
a. Tampak meringis.
b. Gelisah.
c. Tidak mampu menuntaskan aktivitas.
b. Gejala dan tanda minor.
1) Subjektif
a. Merasa takut mengalami cedera berulang.
2) Objektif
a. Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri).
b. Waspada
c. Pola tidur berubah.
d. Anoreksia.
e. Fokus menyempit.
f. Berfokus pada diri sendiri.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.(D.0111)
Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu.
a. Gejala dan tanda mayor.
1) Subjektif
a. Menayakan masalah yang dihadapi.

23
2) Objektif
a. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran.
b. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.
b. Gejala dan tanda minor.
1) Subjektif
a) –
2) Objektif
a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat.
b) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan,
agitasi, histeria).
4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.(D.0080)
Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
a. Gejala dan tanda mayor.
1) Subjektif
a) Merasa bingung.
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi.
c) Sulit berkonsentrasi.
2) Objektif
a) Tampak gelisah.
b) Tampak tegang.

c) Sulit tidur.
b. Gejala dan tanda minor.
1) Subjektif
a) Mengeluh pusing.
b) Anoreksia.
c) Palpitasi.
d) Merasa tidak berdaya.
2) Objektif
a) Frekuensi napas meningkat.

24
b) Frekuensi nadi meningkat.
c) Tekanan darah meningkat.
d) Diaforesis.
e) Tremor.
f) Muka tampak pucat.
g) Suara bergetar.
h) Sering berkemih.
i) Berorientasi pada masa lalu.

D. Intervensi
Intervensi keperawatan lansia adalah suatu penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang berguna untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah lansia (Kholifah, 2016). Intervensi
keperawatan menurut Tim Pokja SIKI & SLKI DPP PPNI (2017),
merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien indivisu, keluarga,
dan komunitas.

E. Implementasi
Implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan,
yaitu perawat melakukan tindakan sesuai rencana. Tindakan ini bersifat
intelektual, teknis, dan interpersonal berupa berbagai upaya memenuhi
kebutuhan dasarklien. Tindakan keperawatan meliputi tindakan
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan kesehatan/keperawatan,
dan tindakan medis yang dilakukan perawat (Saifudin, 2018).

F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, mebandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

25
dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi disusun menggunkan SOAP.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
A : Analisa ualang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah
yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien
(Fadhila, 2018).

26
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Karakteristik Demografi Tanggal Pengkajian : 08 November 2021
1. Identitas Diri Klien Jam : 08.00 WIB
Nama : Tn. J
Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 10 Agustus 1946
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Golongan darah :O
Agama : Islam
Status perkawinan : duda
Alamat : Surabaya
No. Telpon/HP : 085251XXXXXX
Orang yang paling dekat dihubungi : Tn. I
Hubungan dengan usila : Anak
Alamat dan jenis kelamin orang/keluarga : Surabaya dan Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Masalah Keperawatan : Osteoatrhitis
Keluhan Utama : Nyeri kronis

2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi :


 Nama : Tn. I
 Alamat : Surabaya
 No. telepon : 085251XXXXXX
 Hubungan dengan klien : Anak
Riwayat keluarga
a. Saudara kandung

Nama Keadaan Keterangan


saat ini
Tn. I Sehat Anak

27
b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)
 Nama : Ny. R
 Umur : 70 tahun
 Penyebab kematian : Sakit
3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
 Pekerjaan saat ini : Pensiunan
 Pekerjaan sebelumnya : PNS
 Sumber pendapatan : Uang Pensiunan
 Kecukupan pendapatan : Cukup
4. Aktivitas rekreasi
 Hobi : Bersepeda
 Bepergian/wisata : Tidak
 Keanggotaan organisasi : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada

B. Pola Kebiasaan Setiap Hari


1. Nutrisi
Frekuensi Makan : 3x sehari sesuai dengan jadwal makan
Nafsu Makan : baik, 1 porsi habis
Jenis Makanan : padat/nasi biasa, lauk pauk, sayur + snack
untuk makan siang
Kebiasaan sebelum makan : Berdoa
Makanan yang tidak disukai : Ikan Tongkol
Alergi Terhadap Makanan : Makanan, Ikan Tongkol
Pantangan Makanan : tidak ada pantangan makanan.
Keluhan yang berhubungan dengan makan : klien tidak mengeluhkan masalah
mengenai makanan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

28
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan Waktu : saat ingin kencing
Kebiasaan BAK pada malam hari : 4x (ada tapi jika ingin buang air kecil
saja).
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada keluhan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah masalah keperawatan
b. BAB
Frekuensi dan waktu : 1x/hari
Konsistensi : padat
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : tidak ada
Pengalaman memakai pencahar : tidak pernah memakai pencahar
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi dan waktu mandi : 2x/hari
Pemakaian sabun (ya/tidak) : iya
b. Oral Hygiene
Frekuensi dan Gosok Gigi : klien melakukan gosok gigi 2x
Menggunakan pasta gigi : iya
c. Cuci Rambut
Frekuensi : Klien mengatakan setiap mandi mencuci rambutnya
Penggunaan shampoo (ya/tidak) : iya
d. Kuku dan Tangan
Frekuensi Gunting Kuku : klien mengatakan saat panjang
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : iya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Istirahat dan tidur


Lama tidur malam : 4 jam, klien mengatakan tidur malam pukul 22.00 WIB

29
Tidur siang : klien mengatakan sulit tidur siang
Keluhan yang berhubungan dengan tidur : klien mengatakan setiap malam terasa
nyeri sendi di bagian kaki
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
a. Olahraga : ya
b. Nonton TV : ya
c. Berkebun/memasak : Berkebun
d. Lain-lain : Tidak ada
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (jenis/frekuensi/jumlah/lama
pakai)
a. Merokok (ya/tidak) : tidak
b. Minuman keras (ya/tidak) : tidak
c. Ketergantungan terhadap Obat (ya/tidak) : tidak
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari

Jenis Kegiatan Lama Waktu untuk setiap


kegiatan
Senam 15-30

C. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Nyeri Pada lutut
b. Gejala yang dirasakan : Nyeri pada lutut, skala 5, Nyeri seperti tertusuk-
tusuk, Nyeri Hilang Timbul.
c. Faktor pencetus : Saat berjalan jauh, beraktifitas
d. Timbul keluhan : (-) mendadak, Bertahap (√)
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : Sejak 3 tahun terakhir
f. Upaya mengatasi :
- Pergi ke RS/klinik pengobatan : Klinik

30
- Mengkonsumsi obat-obatan sendiri, Nama obat : Amlodipine, Asam
Mefenamat
- Mengkonsumsi obat tradisional (-), Nama obat : tidak ada
- Lain – lain : TD : 130/80 mmHg, N : 92 x/menit, RR : 21x/menit, suhu
36,7oC
Masalah Keperawatan : Nyeri kronis

2. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
b. Riwayat alergi (obat, debu, makanan, dan lain-lain) : Tidak ada
c. Riwayat kecelakaan: Tidak ada, tahun: - , meninggalkan bekas: Tidak ada
d. Riwayat dirawat di RS : Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat
di Puskesmas Surabaya
e. Riwayat pemakaian obat : Amlodipine, Asam Mefenamat

3. Pengkajian/pemeriksaan fisik (observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi,


dan palpasi)
a. Keadaan umum (TTV): TD : 130/80 mmHg, Nadi: 90 x/menit, RR: 24
x/menit, Suhu: 36, 5˚C
Kesadaran umum : Composmentis
Penampilan umum : Bersih
Kondisi klien tampak sehat/sakit/sakit berat : Sakit
b. BB/TB : 62 kg
c. B1 (Breathing)

Bentuk dada : Normal chest


Ekspansi Paru : Simetris
Irama Nafas : Teratur
Suara Nafas : Vesikuler
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak ada

31
Perkusi Dada : Sonor
Vocal Fremitus : Simetris
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
d. B2 (Blood)

Keluhan Nyeri Dada : Tidak ada


Lokasi Nyeri : Tidak ada
Intensitas : Tidak ada
Kualitas nyeri : Tidak ada
Irama Jantung : Reguler
S1/S2 Tunggal : Ya
Suara Jantung : Normal (lub-dub)
CRT : > 3 Detik
Akral : hangat
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
e. B3 (Brain)

GCS : Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6, Total : 15


Reflek Fisiologis : Patella
Relfek Patologis : Babinsky
Pupil : Isokor, 3mm
Konjungtiva : Tidak anemis
Istirahat Tidur : 4 Jam/Hari
Gangguan Tidur : Ya
Lain-Lain : tidak ada
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur
f. B4 (Bladder)

Kebersihan : Bersih

32
Keluhan Kencing : Tidak ada
Produksi Urine : 700 ml/hari, Warna : Bening, Bau : Khas Amonia
Intake Cairan : 1400cc/hari
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
g. B5 (Bowel)

Mulut : Bersih
Mukosa : Lembab
Gigi : Tidak Lengkap
Peristaltik : 24x/menit
BAB : 2x sehari
Konsistensi : Lunak
Diet : Tidak ada
Nafsu Makan : Baik
Porsi Makan : Habis
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
h. B6 (Bone)

Kemampuan Sendi : Terbatas


Kekuatan Otot : 5/5/4/4
Turgor Kulit : Baik, < 3 detik
Edema : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik & Nyeri Kronis

D. Hasil pengkajian khusus (format terlampir)

1. Masalah kesehatan kronis : Hipertensi.


2. Fungsi kognitif : tidak mengalami gangguan kognitif
3. Status fungsional : Dapat dilakukan mandiri
4. Status psikologis (skala depresi) : klien mengalami depresi sedang

33
5. Dukungan keluarga / teman sewisma : -
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

E. Lingkungan tempat tinggal


1. Kebersihan dan kerapihan kronis : Bersih dan rapi
2. Penerangan : Terang
3. Sirkulasi darah : Sirkulasi udara bagus dilihat dari pintu
dan jendela dibuka setiap hari.

4. Keadaan kamar mandi dan WC : Bersih


5. Pembuangan air kotor : Ada
6. Sumber air minum : Air Aqua
7. Pembuangan sampah : Ada
8. Sumber pencemaran : Tidak ada
9. Penataan halaman (kalau ada) : Bersih dan rapi
10. Privasi : Ada
11. Resiko injuri : Tidak ada

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Asam Urat 4,8 mg/dL tanggal 8 November 2021

G. Hasil Pengkajian Khusus


1. Masalah kesehatan kronis

No Masalah kesehatan atau gejala Selalu Sering Jarang Tidak


. yang dirasakan klien dalam 3 (3) (2) (1) pernah
bulan terakhir berkaitan dengan (0)
fungsi-fungsi
A. Fungsi penglihatan
1. Penglihatan kabur 1
2. Mata berair 0
3. Nyeri pada mata 0
B. Fungsi pendengaran

34
1. Pendengaran berkurang 0
2. Telinga berdenging 0
C. Fungsi paru (pernapasan)
1. Batuk malam disertai keringat 0
malam
2. Sesak napas 0
3. Berdahak atau sputum 0
D. Fungsi jantung
1. Jantung berdebar-debar 0
2. Cepat lelah 1
3. Nyeri dada 0
E. Fungsi pencernaan
1. Mual/muntah 0
F. 1. Nyeri ulu hati 0
2. Makan dan minum banyak 0
(berlebihan)
3. perubahan kebiasaan buang air 0
besar (mencret/sembelit)

G. Fungsi Muskuloskeletal
1. Nyeri kaki saat berjalan 3
2. Nyeri pinggang atau tulang 2
belakang
3. Nyeri persendian/bengkak 3
H. Fungsi persyarafan
1. Lumpuh/kelemahan pada kaki 0
atau tangan 0
2. Kehilangan rasa 0
3. Gemetar/tremor
4. Nyeri/pegal pada daerah tengkuk 2
I. Fungsi saluran perkemihan
1. Buang air kecil banyak 1
2. Sering buang air kecil pada 1
malam hari
J 1. Tidak mampu mengontrol 0
pengeluaran air kemih (ngompol)
Jumlah 6 4 4 0 = 17
Analisis Hasil : 31 (terdapat masalah kesehatan kronis sedang)

35
Skor ˂ 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis
ringan .
Skor 26 -50 : masalah kesehatan kronis sedang
Skor ˃ 51 : Masalah kesehatan kronis berat

2. Fungsi Kognitif
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons klien :

No Item pertanyaan Benar Salah


.
1. Jam berapa sekarang? √
Jawab : jam 08.00 WIB
2. Tahun berapa sekarang? √
Jawab : 2021
3. Kapan bapak/ibu lahir? √
Jawab : tahun 1946
4. Berapa umur bapak/ibu √
sekarang?
Jawab : 75 tahun
5. Dimana alamat bapak/ibu √
sekarang?
Jawab : Surabaya
6. Berapa jumlah anggota √
keluarga yang tinggal
bersama bapak/ibu
sekarang?
Jawab : 3
7. Siapa nama anggota √
keluarga yang tinggal
bersama bapak/ibu?
Jawab : Tn.I & Tn.D
8. Tahun berapa hari √
kemerdekaan Indonesia?
Jawab : tahun 1945
9. Siapa nama presiden √
Indonesia sekarang?
Jawab : bapak jokowi
10. Coba hitung terbalik dari √

36
angka 20 ke 1
Jawab : 20 19 18 17 16 15
14 1312 11 10 9 8 7 6 5 4
321
JUMLAH BENAR 10 0
Analisis hasil : Tidak ada gangguan
Skor benar : 8-10 : Tidak ada gangguan
Skor salah : 0-7 : ada gangguan

3. Status Fungsional
Modifikasi indeks kemandirian KAZT
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dalam,
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemudian berarti tanpa pengawasan,
pengarahan, atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan pada kondisi actual
klien dan bukan pada kemampuan, artinya jika klien menolak untuk melakukan
suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan fungsi meskipun ia sebenarnya
mampu.

No Aktivitas M Terga
. an ntung
dir (0)
i
(ni
lai
1)
1. Mandi di kamar mandi (menggosok, √
membersihkan, dan mengeringkan
badan)
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan √
mengenakannya
3. Memakan makanan yang telah √
disiapkan
4. Memelihara kebersihan diri untuk √
penampilan diri (menyisir rambut,
mencuci rambut, menggosok gigi,
mencukur kumis)
5. Buang air besar di WC √
(membersihkan dan mengeringkan
daerah bokong)
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses √

37
(tinja)
7. Buang air kecil dikamar mandi √
(membersihkan dan membersihkan
daerah kemaluan)
8. Dapat mengontrol pengeluaran air √
kemih
9. Berjalan dilingkungan tempat tinggal √
atau keluar ruangan tanpa alat bantu,
seperti tongkat
10. Menjalankan ibadah sesuai agama √
dan kepercayaan yang di anut
11. Melakukan pekerjaan rumah, seperti : √
merapikan tempat tidur, mencuci
pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri √
atau kebutuhan keluarga
13. Mengelola keuangan (menyimpan dan √
menggunakan uang sendiri)
14. Menggunakan sarana transportasi √
umum untuk bepergian
15. Menyiapkan obat dan minum obat √
sesuai dengan aturan (takaran obat
dan waktu minum obat tepat)
16. Merencanakan dan mengambil √
keputusan untuk kepentingan
keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas social yang dilakukan dan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan
17. Melakukan aktivitas di waktu luang √
( kegiaatan keagamaan, social,
rekreasi, olahraga, dan menyalurkan
hobi)
JUMLAH POIN MANDIRI 13 4
Analisis hasil :
Point : 13-17 : Mandiri
Point : 0-12 : Ketergantungan

4. Status Psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yesavage, 1983)

No Apakah bapak/ibu dalam satu minggu Ya (0) Tidak (1)


. terakhir
1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? √
2. Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan √

38
aktivitas anda?
3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa? √
4. Sering merasa bosan? √
5. Penuh pengharapan akan masa depan? √
6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? √
7. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat √
diungkapkan?
8. Merasa bahagia di sebagian waktu? √
9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? √
10. Sering kali merasa tidak berdaya? √
11. Sering merasa gelisah dan gugup? √
12. Memilih tinggal di rumah daripada pergi √
melakukan sesuatu yang bermanfaat?
13. Sering kali merasa khawatir akan masa depan? √
14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah √
dengan daya ingat dibandingkan orang lain?
15. Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan √
sekarang?
16. Sering kali merasa merana? √
17. Merasa kurang bahagia? √
18. Sangat khawatir terhadap masa lalu? √
19. Merasa bahwa hidup ini sangat √
menggairahkan?
20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang √
baru?
21. Merasa dalam keadaan penuh semangat? √
22. Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada √
harapan?
23. Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik √
daripada anda?
24. Sering kali menjadi kesal dengan hal yang √
sepele?
25. Sering kali merasa ingin menangis? √
26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi? √
27. Menikmati tidur? √
28. Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? √
29. Mudah mengambil keputusan? √
30. Mempunyai pikiran yang jernih? √
Jumlah item yang terganggu 0
(Normal)
Analisis hasil : Status psikologis klien tidak mengalami gangguan
Tergantung : nilai 1
Normal : nilai 0

39
Nilai : 6-15 : Depresi Ringan Sampai Sedang
Nilai : 16-30 : Depresi Berat
Nilai : 0-5 : Normal

Surabaya, 08 November 2021


Mahasiswa pembimbing

(Arini Dewi) (Ethyca Sari


S.Kep.Ns.M.Kes)

40
ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. J
No RM : 206.21.xxx
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Px mengatakan nyeri Ostheoarthritis Nyeri Kronis
sendi dibagian kaki, ngilu
cekot-cekot disendi lutut Penebalan pada
DO : membran synovial
- Pasien tampak meringis
- Rentang gerak atas tak Pembengkakan
terbatas, rentang gerak
bawah terbatas Fibrosis kapsul,
- Skala nyeri osteosit, iregularitas
P : nyeri karena permukaan sendi
ostheoarthritis
Q : tertusuk - tusuk
Nyeri kronis
R : sendi lutut dan
pergelangan kaki
S:5
T : hilang timbul
- TTV :
TD : 130/80 mmHg,
Nadi: 90 x/menit,
RR: 24 x/menit,
Suhu: 36, 5˚C
2 DS : Px mengatakan lutut Osteoarthritis Gangguan
sakit untuk ditekuk atau mobilitas fisik
digerakkan dan lutut terasa Pelunakan pada tulang
sakit saat digunakan berjalan. rawan dan sendi
DO :
- Pasien tampak meringis Pergeseran dan

41
- TTV : kekakuan sendi
TD : 130/80 mmHg,
Nadi: 90 x/menit, Gangguan mobilitas
RR: 24 x/menit, fisik
Suhu: 36, 5˚C
- Kekuatan Otot
5 5
4 4
- Postur Px ketika
berjalan membungkuk
3 DS : Px mengatakan setiap kurang terpapar informasi Resiko gangguan
malam nyeri muncul, tidur pola tidur
ancaman terhadap status
hanya 4 jam terkini
DO :
terus bertanya dan gelisah
- Pasien tampak kelelahan
- Pasien tampak lemas ansietas
- Terlihat kantung mata
gangguan pola tidur
- TTV :
TD : 130/80 mmHg,
Nadi: 90 x/menit,
RR: 24 x/menit,
Suhu: 36, 5˚C
4 DS : Px mengatakan bahwa Keluarga mendapat Ketidak mampuan
anak - anak mereka malu masalah kesehtan kronis koping keluarga
dengan kondisi Tn. J yang Kurangnya dukungan
sering sakit – sakit & Tn. J di timbal balik
bawa oleh anaknya ke PWU
Ketidak mampuan koping
Anugerah karena dirumah keluarga
tidak ada teman bicara anak
- anak pak Jafar sedang
bekerja di luar kota

42
DO :
- Pasien tampak bersedih
- TTV :
TD : 130/80 mmHg,
Nadi: 90 x/menit,
RR: 24 x/menit,
Suhu: 36, 5˚C

43
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. J


No RM : 206.21.xxx
N Prioritas Masalah
o.
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
dibuktikan dengan klien merasakan nyeri saat melangkah. Pasien
tampak meringis, Rentang gerak atas tak terbatas, rentang gerak
bawah terbatas. Skala nyeri : P : nyeri karena ostheoarthritis, Q :
tertusuk – tusuk, R : sendi lutut dan pergelangan kaki, S : 5, T :
hilang timbul. TTV : TD : 130/80 mmHg, Nadi: 90 x/menit, RR: 24
x/menit, Suhu: 36, 5˚C (D.0078)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi
dibuktikan dengan klien sulit dalam melangkah. Pasien tampak
meringis. TTV : TD : 130/80 mmHg, Nadi: 90 x/menit, RR: 24
x/menit, Suhu: 36, 5˚C. Kekuatan Otot 5/5/4/4. Postur Px ketika
berjalan membungkuk. (D.0054)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan aktifitas berkurang ditandai
dengan istriahat malam 4 jam, & Px mengatakan setiap malam nyeri muncul,
tidur hanya 4 jam, Pasien tampak kelelahan, Pasien tampak lemas, Terlihat
kantung mata. TTV : TD : 130/80 mmHg, Nadi: 90 x/menit, RR: 24 x/menit,
Suhu: 36, 5˚C. (D.0055)
4. Ketidak mampuan koping keluarga berhubungan dengan resistensi keluarga
terhadap perawatan ditandai dengan Px mengatakan bahwa anak - anak
mereka malu dengan kondisi Tn. J yang sering sakit – sakit & Tn. J di bawa
oleh anaknya ke PWU Anugerah karena dirumah tidak ada teman bicara anak
- anak pak Jafar sedang bekerja di luar kota. Pasien tampak bersedih. TTV :
TD : 130/80 mmHg, Nadi: 90 x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36, 5˚C.
(D.0093)

44
NCP (NURSING CARE PLAINING)

Nama Pasien : Tn. J


No RM : 206.21.xxx
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan Manejemen Nyeri (I.08238)
kondisi muskuloskeletal kronis
dibuktikan dengan klien merasakan 3x24 jam diharapkan nyeri 1. Identifiksi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri saat melangkah. Pasien tampak berkurang, dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri.
meringis, Rentang gerak atas tak
terbatas, rentang gerak bawah terbatas. Luaran Utama (L.08066) 2. Ientifiksi skala nyeri.
Skala nyeri : P : nyeri karena 1. Tingkat Nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
ostheoarthritis, Q : tertusuk – tusuk, R :
sendi lutut dan pergelangan kaki, S : 5, 1) Kemampuan menuntaskan 4. Identifiksi yang memperberat dan memperingan
T : hilang timbul. TTV : TD : 130/80
mmHg, Nadi: 90 x/menit, RR: 24 aktivitas meningkat. nyeri.
x/menit, Suhu: 36, 5˚C 2) Keluhan nyeri menurun. 5. Berikan teknik nonfarmakologis unrtuk
(D.0078)
3) Ekspresi meringis atau mengurangi ras nyeri (mis. kompres hangat).
grimace berubah menjadi 6. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (mis.
tidak grimace. Suhu ruangan,pencahyaan, kebisingan).
4) Skala nyeri menurun dari 7. Fasilitasi istirahat dan tidur.
5 menjadi 3.
Luaran Tambahan

45
1. Kontrol Gejala
2. Kontrol Nyeri
2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan perawatan Dukungan Ambulasi (I.06171)
dengan kekakuan sendi dibuktikan 3x24 jam diharapkan gangguan
dengan klien sulit dalam melangkah. 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
mobilitas fisik berkurang, dengan
Pasien tampak meringis. TTV : TD : kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi.
130/80 mmHg, Nadi: 90 x/menit, RR: Luaran Utama (L.05042)
24 x/menit, Suhu: 36, 5˚C. Kekuatan 1. Mobilitas 3. Monitor kondisi umum selama melakukan
Otot 5/5/4/4. Px dalam berpindah Fisik ambulasi.
tempat berpegangan dengan benda 1) Pergerakan ekstremitas
sekitar (mis. Tembok, pinggiran tepat meningkat. 4. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
tidur). Postur Px ketika berjalan 2) Kekuatan otot meningkat,
membungkuk. (D.0054) 5. Anjurkan melakukan ambulasi dini.
dari 4 ke 5.
3) Rentang gerak (ROM) 6. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
meningkat.
(mis. Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda,
4) Klien dapat menggunakan
alat bantu dengan baik. berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi).
3 Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Tidur (I.05174)
dengan aktifitas berkurang ditandai
keperawatan selama 3x24 jam 1. identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan istriahat malam 4 jam, & Px
mengatakan setiap malam nyeri diharapkan kualitas tidur 2. identifikasi factor penganggu tidur (mis,
muncul, tidur hanya 4 jam, Pasien
membaik dengan kriteria hasil : fisik/psikologi)
tampak kelelahan, Pasien tampak
lemas, Terlihat kantung mata. TTV : (L.05045) 3. identifikasi makanan dan minuman yang
TD : 130/80 mmHg, Nadi: 90 x/menit,
menganggu tidur (kopi, the, alcohol, makan

46
RR: 24 x/menit, Suhu: 36, 5˚C. 1. keluhan sulit tidur menurun mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum
(D.0055)
2. keluhan tidak puas tidur tidur)
menurun 4. identifikasi obat tidur
3. keluhan pola tidur berubah 5. modivikasi lingkungan pencahayaan, kebisingan,
menurun suhu, matras, dan tempat tidur)
4. keluhan istirahat tidak cukup 6. bartasi tidur siang jika perlu
menurun 7. fasilitasi penghilang stress sebelum tidur
8. tetapkan jadwal tidur rutin
9. lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis, pijat, pengaturan posisi. Terapi akupuntur)
10. sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga
11. jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
12. anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
13. anjurkan menghindari makanan/minuman yang
menganggu tidur

4 Ketidak mampuan koping keluarga Setelah dilakukan asuhan Promosi Koping (I.13494)
berhubungan dengan resistensi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
keluarga terhadap perawatan ditandai
dengan Px mengatakan bahwa anak - diharapkan ketidak mampuan 2. Identifikasi metode penyelesaian masalah

47
anak mereka malu dengan kondisi Tn. koping keluarga membaik dengan 3. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap
J yang sering sakit – sakit & Tn. J di
kriteria hasil : (L.09088) dukungan sosial
bawa oleh anaknya ke PWU Anugerah
karena dirumah tidak ada teman bicara 1. kepuasaan terhadap perilaku 4. Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang
anak - anak pak Jafar sedang bekerja di
bantuan anggota keluarga dibutuhkan
luar kota. Pasien tampak bersedih.
TTV : TD : 130/80 mmHg, Nadi: 90 meningkat 5. Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36,
2. perasaan diabaikan menurun 6. Anjurkan mengungkapan perasaan dan persepsi
5˚C. (D.0093)
3. perilaku mengabaikan anggota 7. Latih penggunaan teknik relaksasi
keluarga menurun

48
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN (SOAP)
Nama Pasien : Tn. J
No RM : 206.21.xxx
Hari/tgl Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi TT
Keperawatan
Senin, 08 Nyeri Kronis 8.0 WI 1. Megidentifiksi lokasi, karakteristik, S : klien mengatakan masih AD
November (D.0078) B
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. nyeri dikaki
2021
R/ P : nyeri karena ostheoarthritis O:
Q : tertusuk - tusuk 1. Pasien tampak meringis
R : sendi lutut dan pergelangan kaki kesakitan
S:5 2. TTV :
T : hilang timbul - TD: 130/90 mmHg
- Nadi: 90 x/menit
2. mengidentifiksi skala nyeri.
- RR: 24 x/menit
R/ skala nyeri 5
- S : 36, 5˚C
3. mengidentifikasi respon nyeri non verbal.
R/ pasien tampak meringis kesakitan A : masalah belum teratasi
4. mengidentifiksi yang memperberat dan P : lanjutkan intervensi
memperingan nyeri.
R/ nyeri lebih berat jika dipakai untuk

49
bergerak
5. mengontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis. Suhu
ruangan,pencahyaan, kebisingan).
R/ px mengatakan suasana tenang
6. lakukan Fasilitasi istirahat dan tidur.
R/ pasien bisa tidur jika sudah diberi obat
nyeri
7. menganjurkan teknik nonfamakologis
untuk mengurangi rasa nyeri yaitu
kompres hangat garam grosok
R/ pasien tampak nyaman
Senin, 08 Gangguan 9.0 WI 1. Megidentifikasi adanya nyeri atau keluhan S : klien mengatakan lutut terasa AD
November mobilitas fisik B
fisik lainnya. sakit saat digunakan berjalan
2021 (D.0054)
R/pasien mengeluh lututnya sakit. O:
2. Megidentifikasi toleransi fisik melakukan 1. Pasien tampak meringis
ambulasi. kesakitan
R/ pasien mengerti penjelasan perawat 2. TTV :
3. Memonitor kondisi umum selama - TD: 130/90 mmHg

50
melakukan ambulasi. - Nadi: 90 x/menit
R/ pasien mampu melakukan - RR: 24 x/menit
4. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi - S : 36, 5˚C
R/ pasien mengerti penjelasan perawat
A : masalah belum teratasi
5. Anjurkan melakukan ambulasi dini.
P : lanjutkan intervensi
R/ pasien mengerti penjelasan perawat
6. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi).
R/pasien paham dan dapat melakukan

Senin, 08 Resiko 10.0 WI 1. mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S : Px mengatakan setiap AD
November gangguan B
R/Px tidak bisa tidur dan tidur hanya 4 jam malam nyeri muncul, tidur
2021 pola tidur
(D.0055) 2. mengidentifikasi factor penganggu tidur hanya 4 jam O :
(mis, fisik/psikologi) 1. Pasien tampak kelelahan
R/px mengatakan setiap malam nyeri 2. Pasien tampak lemas
muncul 3. Terlihat kantung mata
3. mengidentifikasi makanan dan minuman 4. TTV :

51
yang menganggu tidur (kopi, the, alcohol, - TD: 130/90 mmHg
makan mendekati waktu tidur, minum - Nadi: 90 x/menit
banyak air sebelum tidur) - RR: 24 x/menit
R/tidak ada makanan dan minuman yang - S : 36, 5˚C
menganggu
A : masalah belum teratasi
4. mengidentifikasi obat tidur
P : lanjutkan intervensi
R/px tidak mendapat obat tidur
5. memodivikasi lingkungan pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
R/px nyaman dengan lingkungan sekitar
6. membartasi tidur siang jika perlu
R/px paham dengan apa yang dijelaskan
perawat
7. melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis, pijat, pengaturan posisi.
Terapi akupuntur)
R/px nyaman dengan posisi tidur
8. menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit

52
R/px paham dengan apa yang dijelaskan
9. menganjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
R/px paham dengan apa yang dijelakan
perawat
10. menganjurkan menghindari makanan /
minuman yang menganggu tidur
R/Px paham dengan apa yang dijelaskan
perawat
Senin, 08 Ketidak 11.0 WI 1. mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki S : Px mengatakan bahwa anak AD
November mampuan B
R/pasien memiliki kemampuan dalam - anak mereka malu dengan
2021 koping
keluarga bercocok tanam kondisi Tn. J yang sering sakit
(D.0093)
2. mengidentifikasi metode penyelesaian – sakit & Tn. J di bawa oleh
masalah anaknya ke PWU Anugerah
R/pasien mampu menyelesaikan masalah karena dirumah tidak ada teman
3. mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan bicara anak - anak pak Jafar
terhadap dukungan sosial sedang bekerja di luar kota
R/pasien ingin anak” mengunjunginnya O:
4. mefasilitasi dalam memperoleh informasi 1. Pasien tampak bersedih

53
yang dibutuhkan 2. TTV :
R/pasien senang anak” mau mengunjungi - TD: 130/90 mmHg
5. Memotivasi terlibat dalam kegiatan sosial - Nadi: 90 x/menit
R/pasien mengikuti kegiatan senam - RR: 24 x/menit
6. menganjurkan mengungkapan perasaan - S : 36, 5˚C
dan persepsi
A : masalah belum teratasi
R/ pasien mengatakan bahwa anak - anak
P : lanjutkan intervensi
mereka malu dengan kondisi Tn. J yang
sering sakit – sakit
7. melatih penggunaan teknik relaksasi
R/ pasien dapat mendemonstrasikan
teknik nafas dalam

54
CATATAN PERKEMBANGAN I

HARI/TANGGAL DIAGNOSA WAKTU CATATAN PERKEMBANGAN T.T


Selasa, 09 I 08.00 S : Px mengatakan sedikit nyeri di kaki, nyeri AD
November 2021 seperti ditusuk’tusuk, skala nyeri 3 dari 0-
10, nyeri hilang timbul

O :
- terlihat menahan nyeri
08.10 - wajah menyeringai kesakitan saat luka
dipegang
- TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90
x/menit, RR: 24 x/menit, S : 36, 5˚C

A : Nyeri kronis teratasi sebagian


08.20
P : lakukan intervensi, 1257
08.23
I:
08.25 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
R/ Px mengatakan sedikit nyeri di kaki,
nyeri seperti ditusuk’tusuk, skala nyeri 4
dan nyeri hilang timbul
2. mengidentifikasi respon nyeri non verbal
R/wajah lebih stabil, dan bisa mengontol
nyeri
3. Memonitor TTV
R/hasil TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90
x/menit, RR: 24 x/menit, S : 36, 5˚C

52
4. mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
R/ pasien diajarkan terapi kompres hangat
garam grosok
Selasa, 09 II 09.00 S : Px mengatakan lutut sedikit terasa sakit saat AD
November 2021 digunakan berjalan

O :
09.05 - pasien tampak meringis kesakitan
- TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90
x/menit, RR: 24 x/menit, S : 36, 5˚C

09.10 A : Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian

09.13 P : lakukan intervensi, 1356

09.15 I:
1. Megidentifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya.
R/pasien mengeluh lututnya sakit.
2. Memonitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi.
R/ pasien mampu melakukan
3. Anjurkan melakukan ambulasi dini.
R/ pasien mengerti penjelasan perawat
4. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalandari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi).
R/pasien paham dan dapat melakukan

53
Selasa, 09 III 10.15 S : pasien mengatakan setiap malam nyeri AD
November 2021 muncul, tidur hanya 4 jam

O :
10.17 - pasien tampak meringis kesakitan
- TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90
x/menit, RR: 24 x/menit, S : 36, 5˚C

10.20 A : Resiko gangguan pola tidur teratasi


sebagian
10.21
P : lakukan intervensi, 1279
10.25
I:
1. mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
R/Px tidak bisa tidur dan tidur hanya 4 jam
2. mengidentifikasi factor penganggu tidur
(mis, fisik/psikologi)
R/px mengatakan setiap malam nyeri
muncul
3. melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis, pijat, pengaturan posisi.
Terapi akupuntur)
R/px nyaman dengan posisi tidur
4. menganjurkan menepati kebiasaan waktu

54
tidur
R/px paham dengan apa yang dijelakan
perawat
Selasa, 09 IV 11.00 S : Px mengatakan bahwa anak - anak mereka AD
November 2021
malu dengan kondisi Tn. J yang sering sakit –
sakit & Tn. J di bawa oleh anaknya ke PWU
Anugerah karena dirumah tidak ada teman
bicara anak - anak pak Jafar sedang bekerja di
luar kota

O:
11.05 1. Pasien tampak bersedih
2. TTV :
- TD: 130/90 mmHg
- Nadi: 90 x/menit
- RR: 24 x/menit
- S : 36, 5˚C

11.08
A : Ketidak mampuan koping keluarga teratasi
11.10 sebagian
P : lakukan intervensi, 5,6,7

55
11.15

I:
1. Memotivasi terlibat dalam kegiatan sosial
R/pasien mengikuti kegiatan senam
2. menganjurkan mengungkapan perasaan dan
persepsi
R/ pasien mengatakan bahwa anak - anak
mereka malu dengan kondisi Tn. J yang
sering sakit – sakit
3. melatih penggunaan teknik relaksasi
R/ pasien dapat mendemonstrasikan teknik
nafas dalam

56
CATATAN PERKEMBANGAN II

HARI/TANGGAL DIAGNOSA WAKTU CATATAN PERKEMBANGAN T.T


Rabu, 10 I 08.00 S : Px mengatakan sudah tidak nyeri, skala AD
November 2021 nyeri 0

O :
- Px tidak menahan nyeri
- keadaan px lebih stabil
- TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90
x/menit, RR: 24 x/menit, S : 36, 5˚C

A : Nyeri kronis teratasi

P : Intervensi dihentikan

I : Pertahankan keadaan Px

E : Px sudah tidak nyeri dan bisa mengontrol


nyeri

Rabu, 10 II 08.30 S : Px mengatakan lutut tidak terasa sakit saat AD


November 2021 digunakan berjalan

O :
- Px tidak menahan nyeri
- wajah terlihat segar
- keadaan px lebih stabil

- TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90

57
x/menit, RR: 24 x/menit, S : 36, 5˚C

A : Gangguan mobilitas fisik teratasi

P : Intervensi dihentikan

I : Pertahankan keadaan Px

E : Px sudah tidak nyeri dan bisa mengontrol


nyeri
Rabu, 10 III 09.00 S : pasien mengatakan sudah bisa tidur AD
November 2021
O :
- wajah terlihat segar
- keadaan px lebih stabil
- TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90
x/menit, RR: 24 x/menit, S : 36, 5˚C

A : Resiko gangguan pola tidur teratasi

P : Intervensi dihentikan

I : Pertahankan keadaan Px

E : Px sudah bisa tidur nyeyak


Rabu, 10 IV 10.00 S : Px mengatakan bahwa anak - anak mereka AD
November 2021
mau menerima kondisi Tn. J & Tn. J senang
sekarang anak sering mengunjunginya ke
PWU Anugerah

58
O:
- wajah bergembira
- keadaan px lebih stabil
- TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90
x/menit, RR: 24 x/menit, S : 36, 5˚C

A : Ketidak mampuan koping keluarga teratasi

P : Intervensi dihentikan

I : Pertahankan keadaan Px

E : Px merasa sangat senang sekali

59
BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah mempelajari tinjauan kasus dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah nyeri kronis, Maka penulis akan membahas tentang persamaan dan
perbedaan pada kasus dalam teori dan pada kasus nyata.

4.1 Pengajian
Pada kasus nyata didapat px mengelu nyeri sendi dibagian kaki, ngilu cekot-
cekot disendi lutut P : nyeri karena ostheoarthritis, Q : tertusuk – tusuk, R : sendi
lutut dan pergelangan kaki, S : 5, T : hilang timbul. Px mengatakan lutut sakit
untuk ditekuk atau digerakkan dan lutut terasa sakit saat digunakan berjalan,
Kekuatan Otot 5/5/4/4, Postur Px ketika berjalan membungkuk. Dan pasien juga
mengatakan setiap malam nyeri muncul, tidur hanya 4 jam. Dan Px mengatakan
bahwa anak - anak mereka malu dengan kondisi Tn. J yang sering sakit – sakit &
Tn. J di bawa oleh anaknya ke PWU Anugerah karena dirumah tidak ada teman
bicara anak - anak pak Jafar sedang bekerja di luar kota. TTV : TD : 130/80
mmHg, Nadi: 90 x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36, 5˚C. Menutut Hartoyono
(2017) Osteoarthritis merupakan penyakit dengan gejala utama nyeri dan kaku
pada persendian yang menyebabkan penderita mengalami gangguan pada alat gerak
yang mengakibatkan masalah gannguan mobilitas fisik. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat persamaan karakteristik yang dialami oleh pasien
dengan Osteoarthritis secara tinjauan teori dan kasus nyata.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Pada kasus nyata didapatkan 4 diagnosa Osteoarthritis yakni Nyeri kronis
berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis, Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kekakuan sendi, Gangguan pola tidur berhubungan dengan
aktifitas berkurang, Ketidak mampuan koping keluarga berhubungan dengan
resistensi keluarga. Sedangkan pada teori Px Osteoarthritis diagnosa yang muncul
adalah Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi, Nyeri kronis
berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis, Defisit pengetahuan

61
berhubungan dengan kurang terpapar informasi, Ansietas berhubungan dengan
kurang terpapar informasi. Dari penjabaran kasus nyata dengan teori terdapat
beberapa kesenjangan yakni pada saat dikaji Osteoarthritis Px tidak merasakan
cemas hanya nyeri, dan diteori tidak ada diagnosa gangguan tidur dikarena waktu
dikaji px merasakan susah tidur dan merasakan ketidaknyaman pada kaki. Dan juga
tidak ada diagnosa ketidak mampuan koping keluarga dikarena waktu dikaji px
merasakan anak-anaknya malu dengan kondisi Tn.J yang sering sakit- sakit.

4.3 Intervensi Keperawatan


Pada kasus nyata ada beberapa intervensi yang direncanakan pada diagnosa
Nyeri kronis adalah Identifiksi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, Ientifiksi skala nyeri, Identifikasi respon nyeri non verbal,
Identifiksi yang memperberat dan memperingan nyeri, Berikan teknik
nonfarmakologis unrtuk mengurangi ras nyeri (mis. kompres hangat), Kontrol
lingkungan yang memperberat nyeri (mis. Suhu ruangan,pencahyaan, kebisingan),
Fasilitasi istirahat dan tidur.
Intervensi kedua Gangguan mobilitas fisik adalah Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi. Monitor
kondisi umum selama melakukan ambulasi. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi. Anjurkan melakukan ambulasi dini. Ajarkan ambulasi sederhana yang
harusdilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi).
Intervensi tiga Resiko gangguan pola tidur adalah identifikasi pola aktivitas dan
tidur, identifikasi factor penganggu tidur (mis, fisik/psikologi), identifikasi
makanan dan minuman yang menganggu tidur (kopi, the, alcohol, makan
mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur), identifikasi obat tidur,
modivikasi lingkungan pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur),
bartasi tidur siang jika perlu, fasilitasi penghilang stress sebelum tidur, tetapkan
jadwal tidur rutin, lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis, pijat,
pengaturan posisi. Terapi akupuntur), sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau

62
tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga, jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit, anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur, anjurkan menghindari
makanan/minuman yang menganggu tidur.
Intervensi keempat Ketidak mampuan koping keluarga adalah Identifikasi
kemampuan yang dimiliki, Identifikasi metode penyelesaian masalah, Identifikasi
kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial, Fasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan, Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial, Anjurkan
mengungkapan perasaan dan persepsi, Latih penggunaan teknik relaksasi.
Sedangkan pada intervensi teori sudah sesuai dengan kasus nyata sehingga tidak
ada kesenjangan.

4.4 Implementasi Keperawatan


Pada kasus nyata yang saya temukan implementasi keperawatan yang muncul
pada Tn. J dengan masalah Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi
muskuloskeletal kronis adalah Megidentifiksi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Mengidentifiksi skala nyeri, Mengidentifikasi
respon nyeri non verbal, Menganjurkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi
rasa nyeri yaitu kompres hangat. Sedangkan Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kekakuan sendi adalah Megidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya, Memonitor kondisi umum selama melakukan ambulasi, Anjurkan
melakukan ambulasi dini, Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalandari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi). Sedangkan Gangguan pola tidur berhubungan dengan
aktifitas berkurang adalah mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur,
mengidentifikasi factor penganggu tidur (mis, fisik/psikologi), memodivikasi
lingkungan pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur), melakukan
prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis, pijat, pengaturan posisi, terapi
akupuntur). Sedangkan Ketidak mampuan koping keluarga berhubungan dengan
resistensi keluarga adalah mengidentifikasi metode penyelesaian masalah,
mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial, mefasilitasi
dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan, memotivasi terlibat dalam kegiatan

63
sosial, menganjurkan mengungkapan perasaan dan persepsi, melatih penggunaan
teknik relaksasi. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang sudah dirumuskan
dapat dilakukan perawat kepada pasien. Intervensi yang dibuat semua bisa
dilaksanakan perawat kepada pasien karena intervensi yang ada di teori sesuai
dengan kasus yang ditemukan oleh perawat.

4.5 Evaluasi Keperawataan


Evaluasi keperawatan yang di dapatkan dari pasien Osteoarthritis pada kasus
nyata yaitu masalah nyeri kronis teratasi sebagian. Sedangkan menurut teori (SLKI,
2018) yaitu masalah teratasi atau masalah teratasi sebagian. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat kesamaan antara kasus nyata dengan teori.
Keberhasilan dalam asuhan keperawatan ini karena perawat mengajarkan pasien
teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri yaitu kompres hangat dan
relaksasi.

64
BAB 5

PENUTUP

Pada bab ini disajikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang seluruhnya berguna
bagi pihak-pihak yang berkepentingan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan seluruh pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut.
Pengkajian pada Tn. J dengan Osteoarthritis yang ditemukan yaitu Px
mengatakan nyeri sendi dibagian kaki, ngilu cekot-cekot disendi lutut P : nyeri
karena ostheoarthritis, Q : tertusuk – tusuk, R : sendi lutut dan pergelangan kaki, S :
5, T : hilang timbul. Px mengatakan lutut sakit untuk ditekuk atau digerakkan dan
lutut terasa sakit saat digunakan berjalan, TTV : TD : 130/80 mmHg, Nadi: 90
x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36, 5˚C.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Tn.J yaitu Nyeri kronis
berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis, Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kekakuan sendi, Gangguan pola tidur berhubungan dengan
aktifitas berkurang, Ketidak mampuan koping keluarga berhubungan dengan
resistensi keluarga.
Intervensi utama yang dilakukan pada Tn.J yaitu Nyeri kronis adalah Identifiksi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Ientifiksi skala
nyeri, Identifikasi respon nyeri non verbal, Identifiksi yang memperberat dan
memperingan nyeri, Berikan teknik nonfarmakologis unrtuk mengurangi ras nyeri
(mis. kompres hangat), Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (mis. Suhu
ruangan,pencahyaan, kebisingan), Fasilitasi istirahat dan tidur.
Implementasi keperawatan yang terdapat pada kasus nyata dengan teori tidak
terdapat kesenjangan. Intervensi yang dibuat semua bisa dilaksanakan perawat
kepada pasien karena intervensi yang ada di teori sesuai dengan kasus yang
ditemukan oleh perawat.
Evaluasi keperawatan pada kasus nyata adalah Nyeri, Gangguan mobilitas fisik,
Gangguan pola tidur, Ketidak mampuan koping keluarga. Sedangkan pada kasus

65
teori diharapkan semua diagnosa dapat teratasi sehingga dalam hal ini tidak ada
kesenjangan.

5.2 Saran
5.1.1 Bagi perawat
Perawat diharapkan menjelaskan tentang cara mengatasi Nyeri dan perawat
diharapkan mampu melakukan asuhan keperawatan dengan baik sesuai dengan
kondisi pasien.

5.1.2 Bagi Mahasiswa


Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
secara biak dan benar, sehingga nantinya dikehidupan nyata dan saat bekerja
bisa mengaplikasikannya dengan baik dan sesuai aturan yang berlaku.

66
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, A., D. Handayani. Dan D. D. Ramadanti. 2019. Pengaruh latihan


Isometrik Terhadap Kemmapuan fungsional lansia Penderita Osteoarthritis di
Desa Amboekambang.
Akbar, A. Dan E. B. Santoso. 2019. Faktor Resiko Kejadian Osteoarthritis Lutut
Dirumah Sakit Umum Haji Surabaya. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 9
Amalia, P. R. 2020. Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan mobilitas Fisik Pada Lansia Gout arthritis Di
Kelurahan Segalamider Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung.
Tesis. Poltekkes Tanjungkarang. Bandar Lampung.
Azizah, U. 2019. Analisis Faktor Penderita Osteoarthritis Sendi Lutut Di Poli
Ortopedi RSD DR.Soebandi. Skripsi. Fakulitas Kedokteran Universitas Jember.
Bararah, W. 2016. Korelasi Intensitas Nyeri terhadap Kulaitas Hidup Pasien
Osteoarthritis Lutut Di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Skripsi. Fakuliats
Pendidikan Kedokteran Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh.
Fadhilla, A. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Lansia Dengan Imobilitas
Fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggolo Kota Padang. KTI. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang. Padang.
Fernanda, Y. 2018. Hubungan Faktor-Faktor Penyebab Osteoarthritis Terhadap
Nyeri Pada Lansia Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas
Malalak Kecamatan Malalak Kabupaten Agam. Skripsi. Program Studi Sarjana
Keperawatan Stikes Perintis Padang.
Hartoyo, W. 2017. Asuhan Keperawatan Lansia Pada Pasien Osteoarthritis Dengan
Masalah Keperawatan Hamatan Moilitas Fisik Di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya. KTI. Program DIII Keperawatan Fakulitas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Surabaya.
Indraswari, P. 2018. Peangaruh Masase Jahe Merah (Zingiber officinale var.
Rubrum) Terhadap Nyeri, Kekakuan Sendi, Keterbatasan Fungsi Pada Lansia
Dengan Osteoarthritis.Tesis. Fakulitas Keperawatan Universitas Airlangga.
Surabaya.
Ismaningsih, I. S., Dan I. Selviani. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus
Osteoarthritis Genue Bilateral Dengan Intervensi Neuromaskular Taping Dan
Strengthening Exercise Untuk Meningkatkan Kapasitas Fungsional. Jurnal
Ilmiah Fisioterapi (JIF).
Kholifah, S.N. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Cetakan
pertama. Jakarta.
Saifudin, D. M. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. S dan Tn. S Yang
Mengalami Reumatoid Arthritis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Kronis Di
UPT PSTW Jember Tahun 2017. KTI. Fakulitas Keperawatan Universitas Jember.
Senja, A. Dan T. Prasetyo. 2019. Perawatan Lansia Oleh Keluarga dan Care Giver.
Bumi Medika. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan 12610.

67
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan 12610.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.innappni.or.id.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

68
MODUL
MENGAJARKAN TERAPI KOMPRES HANGAT GARAM GROSOK
TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA Tn. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS
OSTEOARTHRITIS DI PANTI WERDHA USILA ANUGERAH SURABAYA

OLEH :
ARINI DEWI
NIM. 2021.04.003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2021/2022

69
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan gerontik yang
berjudul “Modul tentang Mengajarkan Terapi Kompres Hangat Garam Grosok
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Tn. J Dengan Diagnosa Medis Osteoarthritis Di
Panti Werdha Usila Anugerah Surabaya”. Penulisan laporan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas stase Keperawatan Gerontik. Dalam penyusunan makalah ini penulis
menyadari bahwa pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masih kurang dalam
mengkaji suatu permasalahan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Aristina Halawa, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku Ketua STIKes William Booth Surabaya.


2. Hendro Djoko, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi
Keperawatan.
3. Ethyca Sari S.Kep, Ns. M.Kes, selaku Dosen Pembimbing.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.

Penulis sadar akan ketidaksempurnaan Asuhan Keperawatan Kasus Kebutuhan


Dasar Profesi ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca, baik dosen maupun rekan-rekan sangat penulis harapkan agar di kemudian
hari, penulis dapat membuat Modul Asuhan Keperawatan dengan lebih baik lagi dan
dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih

Surabaya, 2021

Penulis

70
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .............................................................................................2
DAFAR ISI ..............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................5
1.3 Manfaat ..............................................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi kompres hangat......................................................................................6
2.2 Manfaat kompres hangat garam grosok...............................................................6
2.3 Prosedur Tindakan kompres hangat garam grosok..............................................6

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .........................................................................................................9
5.2 Saran ...................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................10

71
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia)
di Indonesia maka lansia akan mengalami perubahan-perubahan yang berkaitan
dengan proses penuaan dalam berbagai system jaringan tubuh. Proses perubahan
tersebut dapat menyebabkan penurunan fungsi musculoskeletal dan jaringan lain
yang ada hubungannya dengan timbulnya beberapa golongan nyeri pada sendi.
(Noor Helmi, 2012). Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana
keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis yang bersifat
kronis. Osteoarthritis ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago),
meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit
pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan
melemahnya otot– otot yang menghubungkan sendi Osteoarthritis merupakan
penyakit gangguan homeostasis metabolisme kartilago. (Muttaqin, 2012).
Angka kejadian osteoartritis di Indonesia yang didiagnosis oleh tenaga
kesehatan sejak tahun 1990 hingga 2010 telah mengalami peningkatan sebanyak
44,2% yang diukur dengan DALY (Disability Adjust Lost Years). Berdasarkan
hitungan DALY kualitas hidup pada penderita osteoarthritis mengalami
kemunduran yaitu per 100.000 pada laki-laki hanya 907,7 tahun dan pada tahun
2013, perhitungan orteoarthritis berdasarkan DALY per 100.000 perempuan
mencapai puncak pada 1.327,4 tahun.(Cahyaningtyas, 2017) Prevalensi
osteoarthritis mencapai 5% pada usia 61 tahun.5 Untuk osteoarthritis lutut
prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada wanita dan 12,7% pada pria.
(Setiawan, 2017).
Masalah muskuloskeletal seperti arthritis dan gangguan pada tulang menjadi
masalah yang sering terjadi pada lansia karena mempengaruhi mobilitas dan
aktivitas yang merupakan hal vital bagi kesehatan lansia. Arthritis dan gangguan 2
pada tulang menyebabkan munculnya nyeri sendi. Nyeri sendi merupakan nyeri
yang dirasakan di bagian persendian dan sekitarnya akibat proses inflamasi. Belum
ada penyebab yang pasti dari penyakit osteoarthritis, namun berdasarkan sejumlah

72
penelitian faktor risiko utama pada penderita osteoarthritis adalah usia,jenis
kelamin, obesitas, aktivitas fisik, faktor genetik, ras, trauma sendi, dan
chondrocalcinosis. Selain itu ada beberapa hal yang dapat memperparah
osteoarthritis, seperti kurang bergerak, penyakit diabetes dan kelompok perempuan
usia pre-menopause. (Cahyaningtyas, 2017). Sesuai dengan modul ini penulis akan
melakukan intervensi teknik nonfarmakologi yaitu terapi kompres hangat garam
grosok untuk membantu klien dalam penurunan nyeri yang sedang dialami.

1.2 Rumus Masalah


1. Apa yang di maksud dengan terapi kompres hangat?
2. Apa manfaat dari terapi kompres hangat garam grosok?
3. Bagaimana dengan Prosedur kompres hangat garam grosok?

1.3 Manfaat
1. Pasien dapat mengetahui terapi Kompres Hangat
2. Pasien dapat mengetahui manfaat dari terapi kompres hangat garam grosok
3. Pasien dapat mengetahui Prosedur kompres hangat garam grosok

73
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kompres Hangat Garam Grosok


Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukannya. Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa
sakit, merangsang peristaltik usus, memperlancar pengeluaran getah radang
(eksudat), memberikan rasa nyaman atau hangat dan tenang. Pemberian kompres
panas dilakukan pada klien dengan perut kembung, klien yang mengalami radang,
kekejangan otot (spasmus), adanya abses (bengkak) akibat suntikan, tubuh dengan
abses atau hematom (Kusyati, 2006).
Garam terdapat kandungan beberapa zat kimia seperti unsur sodium dan
natrium. Unsur sodium berperan mempengaruhi keseimbangan komponen cairan
tubuh selain itu sebagai mediator yang baik bagi suhu yang akan ditransmisikan
kepada saraf sehingga merelaksasi otot dan meringankan kelelahan dan ketegangan
yang terjadi pada otot atau memberikan efek menurunkan spasme otot pada
pembuluh darah, mengurangi rasa sakit atau nyeri, melancarkan sirkulasi darah
dengan menstimulasi pelebaran pembuluh darah, meringankan peradangan
sehingga memberikan rasa nyaman dan hangat pada area yang diberikan (Potter &
Perry, 2010)

2.2 Manfaat Kompres Hangat


Manfaat pemberian kompres air hangat yaitu dapat meredakan nyeri,
meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi, meningkatkan relaksasi
psikologis, dan memberi rasa nyaman, bekerja sebagai counteriritan (Kozier, B et
al, 2010)

2.3 Prosedur Pelaksanaan Kompres Hangat Garam Grosok


Pelaksanaan terapi rendam air hangat dilakukan dengan menyiapkan air panas
yang telah dicampur dengan air biasa sebanyak 2 liter hingga suhu mencapai 400c

74
(dapat ditoleransi oleh lansia). Pada kelompok perlakuan dengan penambahan
garam

pada air panas untuk mengatasi nyeri sendi sangat efektif dalam pengobatan nyeri.
Garam dapat bersifat topikal dan cepat mengurangi rasa sakit pada persendian.
Sebanyak 200 mg garam dicampur dalam air panas, kemudian dilakukan kompres,
penyiraman maupun perendaman pada sendi yang sakit selama 20 menit, dilakukan
selama tiga kali seminggu. Intervensi ini diketahui sangat efektif untuk
meringankan kekakuan pada sendi (Benita, R.F. 2016)

75
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan
struktur dari sendi mengalami perubahan patologis yang bersifat kronis.
Osteoarthritis ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago), meningkatnya
ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian
sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–
otot yang menghubungkan sendi Osteoarthritis merupakan penyakit gangguan
homeostasis metabolisme kartilago.
Terapi air hangat garam grosok ini disarankan untuk segera dilakukan pasien
Osteoarthritis. Dalam sehari pasien dapat melakukan terapi ini 3-4 kali dengan
durasi 20 menit.

3.2 Saran
Untuk tenaga kesehatan dapat memberikan pelatihan terapi kompres hangat
terhadap pengurangan nyeri pada osteoarthritis sendi lutut sehingga dapat
mengembalikan kapasitas fungsional dengan baik.

76
DAFTAR PUSTAKAN

Benita, RF (2016). A Study to Assess The Effectiveness of Hot Water Application With
Epsom Salt in Reducing Joint Pain Among Old Age Patients With Rheumatoid
Arthritis in a Selected Hospital At Coimbatore. A Dissertation. Ellen college of
nursing, Coimbatore.

Lukman & Ningsih N. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Mursidah Dewi S.PDA. (2020). Efektifitas Terapi Rendam Air Hangat dengan Garam
terhadap Skala Nyeri Arthritis Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi

Nugroho, W (2010). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. Penerbit Buku Kedokteran


EGC. Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013.

Kozier, B. et al (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Volume 1.


Jakarta : EGC

77

Anda mungkin juga menyukai