Anda di halaman 1dari 28

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG
“EDUKASI PENCEGAHAN COVID-19 DENGAN
MAS CITA JAJAR KERTAS DAN PENTINGNYA VAKSINASI”

OLEH :

ARINI DEWI (2021.04.003)


ICHRIMAH WAHYU PRIHANDINI (2021.04.005)
INDAH SHOFYANAH (2021.04.006)
KIKI ERVIANI (2021.04.009)
NOVISATUL MUKARROMAH (2021.04.012)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
COVID-19 PADA MASYARAKAT DI WILAYAH SIWALANKERTO 2021

Pokok Bahasan : COVID-19


Sub pokok Bahasan : Edukasi Pencegahan Covid-19 Dengan “MAS CITA
JAJAR KERTAS Dan Pentingnya Vaksinasi”
Sasaran : Masyarakat Di Wilayah Puskesmas Siwalankerto
Waktu pertemuan : 08.00 – 10.15 WIB.
Hari/tanggal : Jum’at, 29 Oktober 2021.
Tempat : Puskesmas Siwalankerto Surabaya

A. Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 atau yang lebih dikenal dengan COVID-19
merupakan jenis baru dari virus Corona yang diberi nama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) (Gorbalenya et al.,
2020). Virus ini diidentifi kasikan pertama kali di Kota Wuhan, Cina, pada
akhir tahun 2019 (Evans, 2020) yang menyerang sistem pernapasan manusia
baik anak-anak hingga dewasa dan orang tua (Anhusadar, 2020).
Virus ini dapat menular secara mudah melalui droplet (percikan) yang
keluar pada saat berbicara, bersin, dan batuk dari orang yang terinfeksi virus
COVID-19. Selain itu, virus ini juga dapat menular melalui kontak erat dengan
konfi rm positif COVID-19, seperti sentuhan fi sik secara langsung;
bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain (Singhal, 2020).
Gejala gangguan kesehatan yang biasanya muncul jika terinfeksi virus ini
seperti flu biasa, batuk, pilek, demam diatas 37,50C hingga gejala komplikasi
berat seperti, sesak nafas dan pneumonia hingga dapat menyebabkan kematian
yang biasanya disertai dengan penyakit kronis bawaan seperti kardiovaskular
dan diabetes (Huang et al., 2020). Tanda lainnya pada organ vital umumnya
terlihat stabil, namun jika dilakukan tes darah biasanya menunjukkan jumlah
sel darah putih (leukopenia dan limfositopenia) yang relatif rendah (Hui et al.,
2020). Selain gejala gangguan kesehatan yang terlihat, sebagian kasus
seringkali menunjukkan tanpa gejala atau yang lebih dikenal dengan Orang
Tanpa Gejala/OTG (Zimmermann & Curtis, 2020). Jumlah kasus suspek, kasus
probable, kontak erat, dan kasus konfi rmasi positif COVID-19 di seluruh
Indonesia semakin bertambah temasuk wilayah Jawa barat, khususnya
Kabupaten Bandung. Data yang diambil dari Pusat Informasi & Koordinasi
COVID-19 (2020) pemerintah Jawa Barat dan Satuan Tugas Penanganan
COVID-19 Republik Indonesia (2020), terdapat 18.638 kasus baru yang
terkonfi rmasi positif COVID-19 dengan 7.343 (4,3%) orang yang terkonfi
rmasi meninggal dunia. Provinsi Jawa Barat menempati urutan kedua kenaikan
kasus tertinggi sebesar 137,8% (707 vs. 1.681) dibandingkan provinsi DKI
Jakarta yang menempati urutan pertama kenaikan kasus tertinggi sebesar
36,9% (4.067 vs. 5.568). Khusus untuk Kabupaten Bandung sendiri
berdasarkan data yang didapatkan dari Pusat Informasi & Koordinasi COVID-
19 Gugus Tugas Kabupaten Bandung (2020), jumlah orang yang terkonfi rmasi
positif COVID-19 hingga akhir Agustus 2020 mencapai lebih dari 400 orang.
Desa Bojongsoang menjadi penyumbang kasus terkonfi rmasi positif yang
cukup banyak hingga mencapai 30% dari total kasus positif di Kabupaten
Bandung pada bulan Agustus 2020. Sehingga, dari data tersebut terlihat bahwa
rantai penyebaran virus COVID-19 masih belum sepenuhnya terputus yang
terlihat dari bertambahnya jumlah positif COVID-19 khususnya di Kabupaten
Bandung dan Provinsi Jawa Barat pada umumnya. Selain itu, pada pertengahan
Juni 2020, berdasarkan Peraturan Bupati Bandung Nomor 43 tahun 2020
berlaku kebijakan “Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)” berupa pelaksanaan
Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) pasca pelaksanaan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat. Untuk itu diperlukan adanya tambahan sosialisasi dan
edukasi kepada masyarakat tentang cara pencegahan virus COVID-19 dan
kebijakan AKB tersebut (Irawan et al., 2020; Prayitno et al., 2020;
Wikantiyoso et al.,2020). Berdasarkan hal tersebut, diperlukan upaya dalam
menekan penyebaran virus COVID-19.
Salah satunya adalah dengan melakukan edukasi dan sosialisasi melalui
penyampaian informasi tentang bagaimana cara memulai untuk hidup sehat
sehingga terhindar dari virus COVID-19 (Razi et al., 2020; Sufi yanto et al.,
2020). Salah satu media edukasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi adalah power point yang informatif, animatif, dan mudah dipahami.
Harapannya, dengan adanya kegiatan ini dapat menjadi pengingat agar
masyarakat setiap saat melakukan perilaku hidup bersih sebagai upaya
mencegah penyebaran virus COVID-19.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit masyarat di
wilayah puskesmas siwalankerto mampu mengetahui tentang Covid-19 dan
melakukan tindakan pencegahan pengendalian Covid-19.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit masyarat di
wilayah puskesmas siwalankerto mampu menyebutkan dan melakukan :
- Pengetahuan umum Covid-19.
- Pencegahan covid dengan “MAS CITA JAJAR KERTAS”.
- Pentingnya vaksinasi

C. Materi
Terlampir
D. Metode
Metode yang digunakan Ceramah dan Tanya Jawab
E. Media
Leaflet
F. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan pada masyarat di wilayah
puskesmas siwalankerto.
b. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Masyarat di wilayah puskesmas siwalankerto antusias terhadap materi
penyuluhan.
b. Masyarakat di wilayah puskesmas siwalankerto tidak meninggalkan
tempat penyuluhan di puskesmas siwalankerto surabaya.
c. Masyarakat di wilayah puskesmas siwalankerto mengajukan pertanyaan
dan menjawab pertanyaan secara benar.
3. Evaluasi Hasil
Masyarakat di wilayah puskesmas siwalankerto mengetahui dan mampu
menyebutkan kembali tentang hal apa yang dapat digunakan untuk
pencegahan dan pengendalian covid-19.

G. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA


1. 2 menit Pembukaan :
a. Membuka kegiatan dengan a. Menjawab salam
mengucapkan salam. b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri c. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan dari d. Memperhatikan
penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.

2. 15 menit Pelaksanaan :
a. Memberikan penjelasan a. Memperhatikan
tentang covid-19 b. Memperhatikan
b. Mendemonstrasian tentang c. Bertanya dan menjawab
pencegahan 5 M dan pertanyaan yang diajukan
pengendalian penularan covid- d. Memperhatikan
19.
c. Memberikan penjelasan
tentang pentingnya vaksinasi
d. Memberikan kesempatan pada
klien untuk bertanya.
e. Menjawab pertanyaan klien

3. 3 menit Evaluasi :
a. Memberikan evaluasi secara a. Menjawab pertanyaan
lisan bersama masyarakat di b. Memperhatikan
wilayah puskesmas
siwalankerto.
b. Memberikan salam penutup.
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Covid-19 (Ariani, 2020)


Menurut (WHO, 2020), penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru
ditemukan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan
mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa
memerlukan perawatan khusus. Orang tua dan orang-orang yang memiliki
komorbit seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan
kronis, dan kanker memungkin tertular COVID-19. Coronavirus disease 2019
(COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh turunan coronavirus baru.
‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan ‘D’ disease (penyakit). Sebelumnya,
penyakit ini disebut ‘2019 novel coronavirus’ atau ‘2019- nCoV.’ Virus
COVID-19 adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus yang sama
dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus
flu biasa (UNICEF, 2020). Menurut Sun et al., 2020, COVID-19 adalah
penyakit corona virus zoonosis ketiga yang diketahui setelah SARS dan
sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
( SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit
karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus corona bisa menyebabkan
gangguan Ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga
kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARSCOV-2)
yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru dari
coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja,
seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, remaja dan
bayi, termasuk ibu hamil dan menyusui.
B. Penyebab Covid-19 (Ariani, 2020)
Infeksi virus corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu
kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Coronavirus
menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan
tetapi, virus juga menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia,
Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
syndrome (SARS).
Ada dugaan bahwa virus corona awalnya ditularkan dari hewan ke
manusia. Namun kemudian diketahui bahwa virus corona juga menular dari
manusia ke manusia.

Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:


1) Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat
penderita COVID-19 batuk atau bersin.
2) Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah
menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19.
3) Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19.

Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih
berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang
yang memiliki penyakit tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan
tubuhnya lemah, misalnya pada penderita kanker.

C. Faktor Resiko Covid-19 (Miller, 2020)


1. Usia 65 Tahun dan Lebih Tua
Tingkat keparahan dan hasil dari penyakit coronavirus disease 2019
(COVID-19) sangat bergantung pada usia pasien. Orang lansia dengan
usia 65 tahun keatas mewakili 80% rawat inap dan memiliki risiko
kematian 23 kali lipat lebih besar daripada mereka yang berusia di bawah
65 tahun (Mueller et al., 2020).
2. Tinggal di Panti Jompo atau Fasilitas Perawatan dalam Jangka Panjang
Hal ini disebabkan perawatan atau kebersihan yang buruk dan
kekurangan alat pelindung diri sehingga mudah berisiko covid-19 (S. M.
Shi et al., 2020).
3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Dalam sebuah studi mengevaluasi 1.099 pasien yang didiagnosis di
laboratorium COVID-19 di Cina, PPOK terdeteksi pada 1,1% pasien.
Dalam meta analisis yang mengevaluasi kejadian penyakit ini mendasari
pasien COVID-19 yang membutuhkan rawat inap, 0,95% pasien
ditemukan mengalami PPOK (95%) (Çakır Edis, 2020).
4. Penderita Asma
Proporsi penderita asma dan COVID-19 selama masa penelitian
adalah 1,41%, yang jauh lebih tinggi dari 0,86% yang diamati pada
populasi umum. Meskipun data ini menunjukkan frekuensi COVID-19
yang lebih tinggi pada pasien asma, manifestasi dari penyakit pada
populasi klinis ini tidak terlalu parah, dengan angka rumah sakit yang
rendah penerimaan. Selain itu, proporsi ini lebih rendah daripada yang
dilaporkan untuk pasien kronis lainnya penyakit (Izquierdo et al., 2020).
5. Kondisi Kardiovaskular yang Serius
Peningkatan komorbiditas kardiovaskular berlaku untuk COVID-19
juga, terutama di antara mereka yang memiliki penyakit lebih parah.
Dalam 1 kohort dari 191 pasien dari Wuhan, Cina, komorbiditas
ditemukan pada 48% (67% yang tidak bertahan), hipertensi pada 30%
(48% yang tidak bertahan), DM pada 19% (31% tidak bertahan), dan CVD
pada 8% (13% dari tidak bertahan). Dalam kohort dari 138 dirawat di
rumah sakit pasien dengan COVID-19, komorbiditasnya serupa lazim
(46% secara keseluruhan dan 72% pada pasien yang membutuhkan
perawatan unit perawatan intensif [ICU]), seperti juga komorbiditas
kardiovaskular: hipertensi pada 31% (58% pada pasien yang
membutuhkan perawatan ICU), CVD pada 15% (25% pada pasien yang
membutuhkan perawatan ICU), dan DM pada 10% (22% pada pasien yang
membutuhkan perawatan ICU) (Clerkin et al., 2020).
6. Menerima Kemoterapi
Orang yang menerima kemoterapi dengan sistem kekebalan yang
terganggu dan komplikasi, setelah transplantasi sel induk memiliki
peningkatan risiko infeksi (Ahnach & Doghmi, 2020) .
7. Riwayat Sumsum Tulang atau Transplantasi Organ
Selama transplantasi sumsum tulang, komplikasi paru sering terjadi
dan berhubungan dengan kematian. Infeksi COVID-19 dapat mempersulit
gejala klinis dengan risiko gangguan pernapasan yang lebih tinggi dan
situasi ini bisa menjadi lebih kritis tergantung pada faktor-faktor
komorbiditas seperti usia, penyakit kardiovaskular, hati dan ginjal
(Ahnach & Doghmi, 2020).
8. Defisiensi Imun
Singkatnya, dampak klinis COVID-19 pada IDP bervariasi dari gejala
ringan sampai kematian. Proporsi kematian dalam hal ini seri (25%) lebih
besar dari pada populasi umum dengan COVID-19 dilaporkan di rumah
sakit Kota New York (10,2%), dan serupa dengan data hasil yang
dilaporkan dalam transplantasi ginjal populasi (28%). Dalam pengalaman
single-center ini, mereka yang meninggal karena penyakit terkait PID atau
penyakit penyerta lainnya yang sudah ada sebelumnya.
9. HIV/AIDS yang Tidak Terkontrol dengan Baik
Gejala yang dilaporkan dengan tingkat keparahan pasien COVID-19
dengan infeksi HIV. Gejala umum adalah demam (165 dari 223, 74,0%),
batuk (130 dari 223, 58,3%), dan dispnea (68 dari 223, 30,5%). Kurang
umum adalah sakit kepala (44 dari 223, 19,7%), artralgia / mialgia (33 dari
223, 14,8%), dan sakit tenggorokan (18 dari 223, 8,1%). Setiap gejala
gastrointestinal dilaporkan sebesar 13,0%. COVID-19 dilaporkan ringan
hingga sedang di 141 kasus 212 (66,5%), parah pada 46 pasien (21,7%),
dan kritis pada 25 pasien (11,8%). Mayoritas pasien (158 dari 244, 64,7%)
dirawat di rumah sakit; 16,8% dirawat di unit perawatan intensif (Mirzaei
et al., 2020).
10. Riwayat Merokok
Sebanyak 16 artikel yang merinci 11322 pasien COVID-19
dimasukkan bahwa hasil penelitian meta-analisis mengungkapkan
hubungan antara riwayat merokok dan kasus COVID-19 yang parah 95%.
Selain itu, ditemukan hubungan antara riwayat merokok saat ini dan
COVID-19 yang parah 95%. kemudian 10,7% (978/9067) bukan perokok,
COVID-19 tergolong parah, sedangkan pada perokok aktif, COVID-19
yang parah terjadi pada 21,2% (65/305) kasus (Gülsen et al., 2020).
11. Diabetes Melitus
Pasien dengan diabetes melitus memiliki kecenderungan
meningkatnya infeksi virus dan bakteri yang mempengaruhi saluran
pernapasan. Salah satu mekanisme yang bertanggung jawab atas
kecenderungan ini adalah sindrom leukosit, yang merupakan gangguan
fungsi leukosit dari fagositosis (gangguan kekebalan). Hal ini semakin
menekankan kemungkinan peningkatan kecenderungan infeksi
SARSCoV-2 pada kelompok diabetes (Prasetyo, 2021).
12. Penyakit Ginjal Kronis
Penyakit ginjal kronis dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari
infeksi yang parah. Dalam sebuah meta-analisis menunjukkan 20% pasien
dengan penyakit ginjal kronis yang terjangkit COVID-19 memiliki
penyakit parah, risiko 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
mereka tanpa penyakit ginjal kronis (Hassanein et al, 2020).
13. Penyakit Hati
Selain itu menurut Susilo et al. (2020) beberapa faktor risiko lain
seperti jenis kelamin laki-laki yang diketahui berkaitan erat dengan
prevalensi perokok aktif yang tinggi, orang yang memiliki kontak erat,
orang yang tinggal serumah dengan pasien yang terkonfirmasi virus covid-
19, pernah bepergian ke daerah yang terjangkit virus, satu lingkungan
yang sama tapi tidak pernah kontak dekat atau jarak 2 meter termasuk
resiko rendah, dan terakhir tenaga kesahatan menjadi salah satu yang
berisiko tinggi tertular.
D. Patofisiologi Covid-19 (Jaji, 2020)
2019-nCoV memiliki struktur khas Coronavirus dengan “duri-duri
protein” pada lapisan membran dan juga menggambarkan poliprotein lainnya,
nucleoprotein, dan membran protein, misalnya RNA Polymerase, 3
Chymotrypsin-Protease, Papain-Like Protease, Helicase, Glikoprotein dan
protein aksesoris lainnya. Protein S dari Coronavirus dapat berikatan dengan
reseptor inang untuk memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel target. SARS
CoV-2 berikatan dengan Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE2) pada
manusia, reseptor yang sama untuk SARS-CoV-2 dapat diberikatan dengan
reseptor ACE2 pada sel manusia, kelelawar, musang, dan babi, tetapi tidak
dapat berikatan dengan sel-sel tanpa ACE2. Sebagai virus yang menargetkan
sistem pernapasan, patogenesis utama infeksi Covid-19 adalah pneumonia
berat, RNAaemia, kombinasi dengan rontgen dada tampakan Ground-Glass
Opacities, dan cedera jantung akut. Peningkatan level sitokin dan Ghemokine
dalam darah dijumpai pada pasien dengan infeksi Covid-19. Limfopenia
merupakan ciri umum pada pasien Covid-19 dan dapat menjadi faktor penting
yang berhubungan dengan keparahan penyakit dan mortalitas. (Ruslin dalam
Jaji, 2020).

E. Cara Penularan Covid-19


Menurut (Xu et al, 2020) terdapat beberapa macam penyebaran COVID-19
diantaranya sebagai berikut.
1. Droplet
COVID-19 ditularkan terutama melalui tetesan pernapasan. Ketika
seorang pasien batuk atau bersin, droplet yang mengandung virus mungkin
dihirup oleh individu yang rentan.
2. Kontak Langsung
Ditemukan bahwa 71,8% penduduk non-lokal memiliki riwayat
COVID-19 karena kontak dengan individu dari Wuhan. Lebih dari 1800
dari 2055 (~ 88%) pekerja medis dengan COVID-19 berada di Hubei,
menurut laporan dari 475 rumah sakit.
3. Kontak Tidak Langsung
Hal ini terjadi ketika droplet mengandung COVID-19 mendarat di
permukaan meja, gagang pintu, telepon, dan benda mati lainnya. Virus itu
dipindahkan dari permukaan ke selaput lendir dengan jari yang
terkontaminasi menyentuh mulut, hidung, atau mata. Penelitian telah
memperkirakan bahwa COVID-19 dapat bertahan hingga 5 hari pada suhu
20 °C, kelembaban 40-50%, dan dapat bertahan hidup kurang dari 48 jam di
udara kering, dengan pengurangan viabilitas setelah 2 jam.
4. Penularan Asimptomatik
Infeksi asimptomatik telah dilaporkan dalam setidaknya dua kasus
dengan paparan riwayat ke pasien yang berpotensi pra-simptomatik yang
kemudian didiagnosis dengan COVID-19. Virus itu dulu ditularkan ke tiga
anggota keluarga sehat lainnya. Sebelum berkembangnya gejala, individu
mungkin tidak diisolasi dan mungkin merupakan sumber virus seluler yang
penting.
5. Penularan Antar Keluarga
Penularan dalam klaster keluarga sangat umum. Satu studi melaporkan
bahwa 78 hingga 85% kasus dalam kelompok agregat besar terjadi karena
transmisi antar militer di Sichuan dan Guangdong, China.
6. Transmisi Aerosol
Lingkungan tertutup dengan kondisi buruk ventilasi, aerosol dapat
bertahan di udara selama 24-48 jam dan menyebar dari beberapa meter
hingga puluhan meter. Namun, belum ada bukti kuat untuk aerosol
penularan. WHO juga menganggap bahwa rute ini memerlukan
penyelidikan lebih lanjut.
7. Penularan Okuler
Telah dilaporkan sebagai dokter tanpa pelindung mata terinfeksi selama
inspeksi di Wuhan pada 22 Januari 2020. Studi lebih lanjut ditemukan
bahwa COVID-19 dapat dideteksi dalam air mata dan sekresi konjungtiva
pasien COVID-19.
8. Penularan Tinja-Oral
Pertama kali dilaporkan dalam kasus COVID-19 di AS. Studi
selanjutnya terdeteksi SARS-CoV-2 dalam tinja dan penyeka dubur
COVID-19 pasien. Selanjutnya, 23,3% dari Pasien COVID-19 tetap
COVID-19 positif bahkan ketika viral load tidak lagi terdeteksi di saluran
pernapasan. SARS-CoV-2 juga telah terdeteksi di epitel lambung,
duodenum, dan rektal. Tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung
transmisi vertikal karena sampel dari neonatus yang dilahirkan dengan
positif COVID-19 dari ibu negatif. Apalagi tidak ada viral load telah
terdeteksi dari lingkungan vagina 35 wanita pasien, menunjukkan
kurangnya bukti untuk penularan seksual dari COVID-19.

F. Tanda & Gejala Covid-19 (Ariani, 2020)


Gejala awal infeksi virus corona atau COVID-19 bisa menyerupai flu,
yaitu demam, pilek,batuk kering, sakit tenggorokan , dan sakit kepala. Setelah
itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat . penderita dengan
gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan
berdarah, sesak napas dan nyeri dada.
Secara umum ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona yaitu :
1) Demam ( Suhu Tubuh diatas 38 derajat celcius )
2) Batuk kering - Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus corona
meskipun lebih jarang yaitu :
1) Diare.
2) Sakit kepala.
3) Konjungktivitis.
4) Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau.
5) Ruam di kulit.
G. Pemeriksaan Covid-19
Hingga saat ini uji Covid-19 yang tersedia di Indonesia adalah
pemeriksaan PCR untuk menemukan antigen SARS-CoV-2 dan pemeriksaan
rapid test untuk menemukan antibodi spesifik terhadap SARS-CoV-2.
Pemeriksaan antigen dengan PCR merupakan standar diagnostik Covid-19
rekomendasi WHO. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel
antigen baik melalui swab atau apus hidung dan tenggorokan, maupun dahak
atau cairan yang berasal dari paru-paru. Pengambilan sampel untuk
pemeriksaan antigen memerlukan petugas kesehatan terlatih yang
menggunakan alat pelindung diri (APD) yang lengkap. Sampel ini kemudian
dikirim dengan medium transpor khusus ke laboratorium berstandar Biosafety
Level 2 (BSL 2) yang dapat mengolah dan menganalisis antigen dengan teknik
PCR. Hasil pemeriksaan antigen ini memerlukan waktu yang lebih lama,
terlebih lagi karena terbatasnya jumlah laboratorium berstandar BSL 2 di
Indonesia. Pemeriksaan antibodi dengan rapid test dilakukan dengan
mengambil sampel darah dari ujung jari tangan. Namun secara umum
keakuratannya jauh di bawah PCR. Sesuai namanya, rapid test memberikan
hasil yang cepat, dalam hitungan menit. Jika hasil rapid test negatif, ada
kemungkinan pasien sebenarnya sudah terinfeksi virus namun antibodinya
belum terbentuk karena tubuh memerlukan waktu untuk membentuk antibodi,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan ulang kurang lebih 7 hari setelah
pemeriksaan awal. Jika hasil rapid test positif, perlu dilanjutkan dengan
pemeriksaan antigen dengan PCR untuk mengonfirmasi diagnosis, karena
masih ada kemungkinan hasil positif palsu (Shihab, 2020).

H. Pencegahan Virus Corona Covid-19 (Ariani, 2020)


Cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor
yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu dengan gerakan 5 M :
1. Memakai masker.
Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian,
termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.
Cara memakai masker yang benar :
a) Tutup mulut, hidung dan dagu anda. Pastikan bagian masker yang
berwarna di sebelah depan
b) Tekan bagian atas masker supaya mengikuti bentuk hidung anda, dan
tarik kebelakang dibagian bawah dagu.
c) Lepas masker yang telah digunakan dengan hanya memegang tali dan
langsung buang ke tempat sampah.
d) Cuci tangan pakai sabun setelah membuang masker yang telah digunakan
ke dalam tempat sampah.
e) Biar bersih ganti masker anda secara rutin apabila kotor atau basah.
2. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir.
Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar
rumah atau di tempat umum.
Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
Mencuci tangan yang baik (Nahdliyyah, 2021)
a) Definisi
Mencuci tangan yang baik adalah dengan mengikuti 7 langkah
membersihkan tangan sesuai prosedur yang benar untuk membunuh
kuman penyebab penyakit. Dengan mencuci tangan memakai sabun baik
sebelum makan atau pun sebelum memulai pekerjaan, akan menjaga
kesehatan tubuh dan mencegah penyebaran penyakit melalui kuman yang
menempel di tangan (Andriansyah dalam Nahdliyyah, 2021).
b) Manfaat
Manfaatnya yaitu membersihkan dan membunuh kuman yang
menempel secara cepat dan efektif karena semua bagian tangan akan
dicuci menggunakan sabun.
c) Cara melakukannya
1) Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air
yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut.
2) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3) Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
4) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.
5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
7) Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara
memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan
dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau
tisu.
3. Menjaga jarak.
Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 2 meter
dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan
mendesak.
4. Menjauhi kerumunan.
Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai
positif terinfeksi COVID-19, atau orang yang sedang sakit demam,
batuk, atau pilek. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau
bersin, kemudian buang tisu ke tempat sampah.
5. Membatasi mobilisasi dan interaksi
Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan
lingkungan, termasuk kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 (termasuk kategori suspek


dan probable) yang sebelumnya disebut sebagai ODP (orang dalam
pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah
yang bisa dilakukan agar tidak menularkan virus Corona ke orang lain, yaitu:
1) Lakukan isolasi mandiri dengan tinggal di ruangan yang terpisah dengan
orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan
kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang
lain.
2) Konsumsi obat-obatan yang disarankan oleh dokter.
3) Lakukan pengukuran suhu 2 kali sehari, pagi dan malam hari.
4) Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
5) Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi
dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.
6) Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda
sampai Anda benar-benar sembuh.
7) Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang
sedang sakit.
8) Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
9) Pakai masker dan sarung tangan bila terpaksa harus berada di tempat
umum, seperti rumah sakit atau sedang bersama orang lain.
10) Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tisu ke tempat sampah.

I. Penanganan Covid-19
Jika hasil tes pemeriksaan Covid-19 positif, tetap tenang dan jangan panik.
Laporkan diri ke posko KLB Dinas Kesehatan masing-masing kota atau ke
PKM kecamatan sesuai tempat tinggal. Petugas surveilans dari PKM
kecamatan akan mendata dan mengevaluasi kondisi pasien. Jika gejala yang
dirasakan ringan, dokter akan memberikan obat-obatan simptomatik untuk
meredakan gejala dan menyarankan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.
(Shihab, 2020).

J. Komplikasi Covid-19
Komplikasi yang paling utama yang ada pada pasien COVID-19 adalah
ARDS, tapi tidak hanya ARDS, melainkan dapat terjadi komplikasi lain
daintaranya (Susilo et al, 2020).
1) Gangguan Ginjal Akut
2) Jejas Kardiak
3) Disfungsi Hati
4) Dan Pneumotoraks.
5) Syok Sepsis
6) Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID)
7) Rabdomiolisis
8) Pneumomediastinum
Menurut (KEMENKES RI, 2020) komplikasi terdiri atas beberapa jenis
sebagai berikut.
1. Komplikasi Akibat Penggunaan Ventilasi Mekanik Invasif (IMV) Yang
Lama.
2. Ventilator-Associated Pneumonia (VAP).
3. Tromboemboli Vena.
4. Catheter-Related Bloodstream.
5. Stres Ulcer Dan Pendarahan Saluran Pencernaan.
6. Kelemahan Akibat Perawatan di ICU.
7. Komplikasi Lainnya Selama Perawatan Pasien.

PENTINGNYA VAKSINASI
A. Definisi
Vaksinasi adalah pemberian vaksin dalam rangka menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga apabila suatusaat terinfeksi dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan
Vaksin adalah produk yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau
bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa
sehingga aman, yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan yang spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Vaksin bukanlah obat, vaksin mendorong pembentukan kekebalan
spesifik tubuh agar terhindar dari tertular ataupun kemungkinan sakit berat.

B. Tujuan
a. Mencegah tubuh tidak terinfeksi covid-19.
Salahsatu alasan utama mengapa vaksin covid penting adalah mencegah
tubuh tidak terinfeksi covid-19
b. Mencegah complikasi covid-19.
Saat covid-19 masuk ke tubuh, virus ini bisa menyebabkan berbagai
macam komplikasi yang mengancam nyawa seperti
- Pneumonia
- Sindrom gangguan pernapasan akut
- Gagal hati akut
- Gagal jantung akut
- Gagal ginjal akut
- Syok septik
- Penggumpalan darah
- Phabdomyolysus (rusaknya otot dan matinya jaringan tubuh )
c. Melindungi orang di sekitar dari covid-19
d. Mencegah penularan covid-19 dari pasien virus corona.
Dengan memvaksinasi pasien covid-19, virus yang ada di dalam
tubuhnya dianggap tidak akan menular
e. Membantu ciptakan antibody untuk melawan covid-19
f. Menghentikan pandemic.
Saat vaksin covid diedarkan dan vaksin sudah disuntikkan menyeluruh
pada sasaran, dan masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Kemungkinan
pandemic virus corona dapat dihentikan
g. Keamanan vaksin sudah terbukti
Semua vaksin yang diedarkan ke masyarakat sudah melalui keamanan
dan efektivitas yang ketat, berbagai uji klinik pun sudah dilakukan untuk
mengukur tingkat keamanannnya. 6 vaksin yang sudah mendapat
persetujuan :
1. Moderma
Memiliki efektifitas sebesar 94,5%
2. Biofarma
PT Bio Farma merupakan produsen vaksin dalam negeri
3. Astrazaneca
Uji coba dilakukan Astra Zaneca dan Universitas Oxford
menunjukkan vaksin virus corona produksinya memiliki keefektifan
rata-rata 70%. Dianggap mudah untuk didistribusikan karena tidak
perlu disimpan pada suhu yang dingin. Vaksin dibuat dari versi lemah
virus flu biasa dari simpanse yang telah dimodifikasi tidak tumbuh pada
manusia
4. Sinopharma
Sinopharm mengklain individu yang melakukan vaksin telah
melakukan perjalanan ke lebih dari 150 negara dan saat ini belum ada
kasus temuan infeksi. Vaksin ini masuk kedalam lima dari vaksin cina
yang melakukan uji klinis di luar negeri
5. Pfizer dan biontech
95% efektif pada virus corona dan tidak menimbulkan resiko
masalah keamanan.
6. Sinovac
Vaksin aman tetapi hanya menghasilkan respon imun yang
moderat dengan tibfkat antibody yang dihasilkan oleh pasien yang pulih
dari covid-19
7. Minim rasa sakit dan tidak nyaman
Beberapa orang mungkin takut bahwa vaksin akan mengundang
rasa sakit dan tidak nyaman setelahnya. Namun hamper semua rasa
tidak nyaman atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bersifat
ringan dan temporer. KIPI yang parah jarang terjadi

C. Alur Pelayanan Imunisasi


Meja 1 :
- peserta menunjukkan e-ticket yang diimput di aplikasi
- petugas pendaftaran melakukan verifikasi dengan NIK dan daftar sasaran
yang didapat dari aplikasi

Meja 2 (screaning)
- petugas melakukan amannesa dan pemeriksaan fisik sederhana untuk
melihat kondisi kesehatan dan mengidentifikasi kondisi penyerta
(komorbid)
- skrining dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau lembar skrining
- peserta menandatangani inform consent
Meja 3
- petugas memberikan vaksinasi secara intra muscular sesuai prinsip
penyuntikan aman
- petugas memasukkan nama vaksin dan nomor batch vaksin yang diberikan
kepada sasaran pada aplikasi pcare

Meja 4
- petugas mencatat hasil pelayanan vaksinasi ke dalam aplikasi p care
- bagi sasaran yang ditunda pemberian vaksinasinya dilaporkan dan
dijadwalkan ulang melalui aplikasi pcare
- sasaran diobservasi selama 30 menit untuk memonitor kemungkinan KIPI
- petugas memberikan penyuluhan tentang 3 M dan vaksinasi Covid 19
- peserta mendapat kartu vaksinasi elektronik

D. Langkah Prosedur Penyuntikan Vaksin Covid-19


- Vaksinasi covid tidak diberikan pada sasaran yang memiliki riwayat
konfirmasi covid-19
- Lakukan skrining pada sasaran dan imunisasi ditunda smpai ada data
yang mendukung keamanan vaksin
- Imunisasi dilakukan secara intramuscular dengan menggunakan alat
suntuk sekali pakai / auto disable syringe (ADS) 0,5 ml

E. Dosis dan cara pemberian vaksin


- Vaksin covid-19 diberikan melalui suntukan intramuscular di bagian
lengan kiri atas dengan dosis 0,5 mL
- Setiap sasaran akan mendapat 2 dosis vaksin Covid dari jenis yang sama,
sesuai dengan waktu pemberian (hari ke-) yang ditetapkan
- Vaksin yang memiliki spesifikasi pemberian sebanyak 2 dosis, jarak
(interval) pemberiannya adalam minimal 14 hari
F. Langkah prosedur penyunyikan vaksin covid-19
- Untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius maka sasaran
dan pengantar diminta untuk tetap tinggal di pos pelayanan selama 30
menit sesudah diimunisasi dan petugas harus berada di pos minimal 30
menit setelah sasaran terakhir diimunisasi
- Petugas kesehatan menerapkan protokol kesehatan selama pelayanan
berlansung dengan mengacu pada juknis pelayanan imunisasi pada masa
pandemic covid
- Pengelolahan rantai dingin saat pelayanan sesuai dengan standar
operasiona prosedur (SOP) yang berlaku

G. Efek samping Vaksinasi


Beberapa bentuk KIPI ringan hingga sedang yang mungkin dialami pasca
vaksinasi adalah
- Rasa pegal di sekitar area suntik
- Demam ringan
- Rasa lelah
- Sakit kepala
- Pegal pada otot atau sendi
- Menggigil
- Diare
Apabila tubuh mengalami reaksi setelah vaksinasi:
- Tetap tenang
- Jika terjadi reaksi seperti nyeri, bengkak atau kemerahan di tempat
suntikan, kompres dengan air dingin pada lokasi tersebut
- Jika terjadi demam, kompres dengan air hangat/mandi dengan air
hangat, perbanyak minum air putih dan istirahat.
- Jika dibutuhkan, minum obat sesuai anjuran petugas kesehatan.
- Segera hubungi petugas kesehatan jika gejala berlangsung lebih dari
tiga hari atau jika terjadi reaksi yang lebih berat.
Bersabar. Tubuh perlu waktu untuk membangun kekebalan. Seseorang
baru dapat dikatakan divaksinasi, setidaknya 2 minggu setelah dosis
lengkap.
Jaga diri dan orang lain. Vaksin-vaksin yang tersedia menunjukkan
efektivitas tinggi dalam melindungi penerimanya dari kejadian sakit berat
akibat COVID-19. Akan tetapi, orang yang sudah divaksin masih mungkin
menularkan COVID-19, meskipun tanpa gejala. Sebab itulah, kita harus
tetap mengikuti protokol kesehatan demi diri sendiri dan orang lain—
hindari kerumunan, jaga jarak, rajin mencuci tangan, dan selalu kenakan
masker di luar rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal, Afni Yanti & Indra Zulfayanto At All. 2021. Peningkatan
Kualitas Kesehatan Masyarakat Untuk Pencegahan Penyebaran COVID-19
Di Masa Pandemi. Malang: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol. 2 | No. 1 |
2021 | Hal. 41-46.
Ariani, Dinda Mustika. 2020. Penyuluhan Pencegahan Virus Covid-19 Pada
Remaja. Palembang: Universitas Bima Dharma.
Caesaron, Dino, Sheila Amalia Salma & Murman Dwi Prasetyo At All. Edukasi
dan Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 melalui Media
Poster di Desa Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Malang : Universitas
Merdeka Malang.
Jaji. 2020. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet Terhadap
Pengetahun Warga Dalam Pencegahan Penularan COVID 19. Palembang:
Universitas Sriwijaya.
Nahdliyyah, Ade Irma & Jihan Febrina Adella. 2021. Upaya Pencegahan
Penularan Covid-19 Dengan Melakukan Batuk Yang Benar Dan Kebersihan
Cuci Tangan Di Komunitas Keluarga. Pekalongan: Jurnal ABDIMAS Vol.2
No.2 Edisi Juli 2021.
Prasetyo, Wijar, Hendro Djoko Tjahjono & Siska Christianingsih. 2021.
Penyuluhan Tentang COVID-19 Dan Diabetes Mellitus : Keep Comunity
Safe Bagi Masyarakat Lucnab Barangay Baguio City Philiphines. Surabaya:
Stikes William Booth Surabaya.
Purwaningrum, Ratna, Alif Rizky Hafizhdillah & Akhmad Kheru At All. 2021.
Penyuluhan Pencegahan Virus Corona Dengan Mematuhi Protokol
Kesehatan. Malahayati: Jurnal Kreativitas Pengabdian Masyarakat P-ISSN:
2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2021]
HAL 200-206.
Ratnawati, Riska, Afifah Nur D & Anggie Nur Andhini At All. 2021. Penyuluhan
Tentang Covid-19 Dengan Pemanfaatan Media Poster Pada Masyarakat.
Madiun: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun NO.
ISSN: 2615-2118.
Zulfa, Ilil Maidatuz & Fitria Dewi Yunitasari. 2021. Edukasi Generasi Muda Siap
Vaksinasi Covid-19. Surabaya: Jurnal Asta (Abdi Masyarakat Kita) Vol. 01
No. 02, Juli 2021.
LAMPIRAN LEAFLET
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai