Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT


STROKE
Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu : Ns. Siswati,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :
Arsita Chomiarni (211601003)
Cindy Kirana Zahrani Sasmita (211601007)
Dina Nur Saputri (211601011)
Elsa Rosita Dewi (211601015)
Etik Muyassaroh (211601019)
Fauzia Cahya Ningtyas (211601023)
Gabiela Rahmadhani Vasthia Sahla (211601027)
Muhamad Osama Al Madani (211601031)
Rinda Resti Amalia (211601035)
Yuke Kartia Putri (211601039)
Adellia Amanda Novianti (211601043)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES PEMKAB JOMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan tugas ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan judul ” Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Penyakit Stroke”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ibu Ns. Siswati,S.Kep.,M.Kep selaku dosen dari
mata kuliah Keperawatan Keluarga, kami juga berharap supaya makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah ini karena tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jombang 01 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB 2...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Konsep Keluarga...................................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Keluarga.......................................................................................................6
2.1.2 Ciri-ciri Struktur Keluarga.............................................................................................6
2.1.3 Lima Sifat Keluarga.......................................................................................................6
2.1.4 Struktur Keluarga...........................................................................................................7
2.1.5 Tipe Keluarga................................................................................................................7
2.1.6 Peran Keluarga...............................................................................................................9
2.1.7 Fungsi Keluarga...........................................................................................................10
2.1.8 Terori dan Model Keperawatan Keluarga....................................................................13
2.1.9 Prinsip Keperawatan Keluarga.....................................................................................14
2.1.10 Tugas Kesehatan Keluarga...........................................................................................14
2.2 Konsep Penyakit Stroke.......................................................................................................15
2.2.1 Definisi........................................................................................................................15
2.2.2 Klasifikasi....................................................................................................................15
2.2.3 Etiologi........................................................................................................................16
2.2.4 Patofisiologi.................................................................................................................17
2.2.5 Tanda dan gejala..........................................................................................................18
2.2.6 Penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi.....................................................19
2.3 Asuhan Keperawatan...........................................................................................................21
BAB 3..................................................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................22
3.2 Sasran..................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang lebih luas, dengan
pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinya. Ciri utama
lain dari sebuah keluarga ialah bahwa fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain.
Keluarga menyumbangkan kelahiran pemeliharaan fisik anggota keluarga, penempatan
anak dalam masyarakat, pemasyarakatan, dan kontrol sosial (Goode, 2007: 7-8).
Pola asuh orang tua sangatlah penting di dalam sebuah keluarga, pola asuh merupakan
tata sikap atau perilaku yang digunakan orang tua untuk mendidik atau merawat anaknya.
Dengan adanya pola asuh orang tua dapat terjadi interaksi sosial yang berguna untuk
mengenalkan anak pada peraturan, norma, dan tata nilai yang berlaku di dalam
masyarakat. Keluarga merupakan salah satu pusat pendidikan. Keluarga memiliki ciri
khas tersendiri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anaknya.
Pemberian kasih sayang dan perhatian orang tua kepadanya.
Perkembangan dan kepribadian seorang anak dari keluarga yang harmonis akan berbeda
dengan keluarga broken home. Pada keluarga broken home, perkembangan anak
kebanyakan cenderung menyimpang, labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Hal
tersebut terjadi karena kasih sayang dan perhatian yang diberikan kepada anak dari orang
tua tidak bisa maksimal. Orang tua cenderung mementingkan kepentingannya mereka
sendiri daripada memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anak. Kekacauan sebuah
keluarga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.nak harus seimbang agar
anak tidak merasa diberi kebebasan dalam menjalani kehidupannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pngertian keluarga
2. Menjelaskan ciri-ciri struktur keluarga
3. Menjelaskan lima sifat keluarga
4. Menjelaskan struktur keluarga
5. Menejlaskan tipe keluarga
6. Menjelaskan peran kelurga
7. Menjelaskan fungsi keluarga
8. Menjelaskan Terori dan Model Keperawatan Keluarga
9. Menjelaskan prinsip keperawatan keluarga
10. Menjelaskan tugas kesehatan keluarga
1.3 Tujuan
1. Mengeathui pengertian keluarga
2. Mengetahui ciri-ciri struktur keluaga
3. Mengetahui lima sifat keluarga
4. Mengetahui struktur keluarga
5. Mengetahui tipe keuarga
6. Mengetahui peran keluarga
7. Mengetahui fungsi keluarga
8. Mengetahui teori dan model keperawatan keluarga
9. Mengetahui prinsip keperawatan keluarga
10. Mengetahui tugas kesehatan keluarga
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebagai sebuah sistem sosial kecil yang terdiri atas suatu
rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi oleh struktur
internal maupun eksteralnya (Friedmen,2010).
Keluarga adalah salah satu aspek terpenting dari perawatan. Keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan entry point dalam
upaya mencapai kesehatan masyarakat secara optimal. Keluarga juga disebut
sebagai sistem sosial karena terdiri dari individu-individu yang bergabung dan
berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain yang diwujudkan dengan
adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu ikatan
perkawinan dengan menjadi orang tua.
2.1.2 Ciri-ciri Struktur Keluarga
1) Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan anatara
anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing. Menurut Freadman dalam buku
(Mubarak, 2012).
2.1.3 Lima Sifat Keluarga
1) Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem.
2) Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap perlindungan
makanan dan sosialisasi anggotanya.
3) Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota keluarga.
4) Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau tidak
dapat tinggal dalam satu atap.
5) Keluarga bisa memiliki anak atau tidak.
2.1.4 Struktur Keluarga
1) Srtuktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur. Terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengiriman yakni mengemukakan pesan secara
jelas dan berkualitas, serta meminat dan menerima umpan balik. Penerima
pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik dan valid.
2) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat atau informal.
3) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain, hak (legitimate power),
ditiru (referen power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa
(coercive power) dan affective power.
4) Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial tertentu lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga (Mubarak, 2012).
2.1.5 Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Marilynn M Friedman & Bowden, (2010) terdiri
dari 3:
1) Keluarga inti (suami-istri) merupakan keluarga dengan ikatan pernikahan
terdiri dari suami istri, dan anakanak, baik dari anak hasil perkawinan, adopsi
atau keduanya.
2) Keluarga orientasi (keluarga asal) merupakan unit keluarga dimana seseorang
dilahirkan
3) Keluarga besar merupakan keluarga inti dan orang yang memiliki ikatan
darah, dimana yang paling sering adalah anggota dari keluarga orientasi salah
satu dari kelurga inti. seperti kakek-nenek, bibi, paman, keponakan, dan
sepupu.
Harnilawati, (2013) menyatakan bahwa tipe keluarga dikelompokkan menjadi 2
yaitu secara tradisional dan secara modern, sebagai berikut:
1) Keluarga secara tradisional, kelurga secara tradisional terdiri dari 2 tipe yaitu:
a. Nuclear family dimana keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak baik dari
hasil perkawianan, adopsi atau keduanya.
b. Extended family dimana kelurga inti ditambah dengan kelurga lain yang
memiliki hubungan darah seperti, kakek-nenek, paman, bibi, dan sepupu)
2) Keluarga secara modern, dengan semakin berkembangnya peran individu
maka menyebabkan rasa individulasme meningkat sehingga dapat
dikelompokkan beberapa tipe keluarga selain di atas adalah:
a. Tradisional nuclear, dimana keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
yang tinggal satu rumah sesuai dengan ikatan hukum dalam perkawinan,
salah satu atau keduanya dapat bekerja diluar.
b. Reconstituted nuclear, dimana dari keluarga inti terbentuk kelurga baru
dengan ikatan perkawinan suami atau istri, dan tinggal bersama anak-anak
dalam satu rumah, baik anak dari hasil perkawinan lama atau baru, satu
atau keduanya bekerja diluar.
c. Middle age/aging couple, dimana ayah sebagai pencari nafkah, ibu
bekerja sebagai ibu rumah tangga, anak-anak keluar dari rumah karena
sekolah/ menikah/berkarir.
d. Dyadic Nuclear, dimana sepasang suami istri yang tinggal satu rumah
dengan usia pernikahan yang sudah lama dan tidak memiliki anak yang
salah satu atau keduanya bekerja di rumah.
e. Single parent, dimana dalam keluarga terdiri dari orang tua tunggal yang
disebabkan karena perceraian atau salah satu dari pasangannya meninggal
dunia, dan anak-anaknya tinggal dalam satu rumah atau di luar rumah.
f. Dual carries, dimana suami dan istri memiliki pekerjaan di luar rumah
dan tidak memiliki anak.
g. Commuter married, dimana suami dan istri bekerja di luar rumah dan
tidak tinggal dalam satu rumah, namum keduanya dapat ketemu diwaktu
tertentu.
h. Single adult, dimana laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa
keluarga dan memutuskan untuk tidak menikah.
i. Three generation, dimana dalam rumah terdapat tiga generasi yang
tinggal.
j. Institusional, dimana anak atau orang dewasa tidak tinggal dalam rumah
namun di suatu panti.
k. Communal, dimana dua pasangan atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah dan pasangan tersebut monogami dengan anaknya dan bersama
dalam penyediaan fasilitas.
l. Gaoup marriage, dimana dalam satu perumahan terdiri dari kelurga satu
keturunan atau satu orang tua yang setiap anak sudah menikah.
m. Unmarried parent and child, dimana kelurga yang terdiri dari ibu dan
anak, ibu tidak ingin melakukan perkawinan namum memiliki anak
adopsi.
n. Cohibing couple, dimana dalam keluarga terdiri dari satu atau dua
pasangan yang tinggal namun tidak ada ikatan perkawinan.
o. Gay and lesbian family, dimana keluarga terdiri dari pasangan yang
memilki jenis kelamin yang sama.
2.1.6 Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok, dan masyarakat (Friedman, 2010)
Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasi menjadi dua
kategori, yaitu peran formal dan peran informal. Peran formal adalah peran
eksplisit yang terkadung dalam struktur peran keluarga. Peran informal bersifat
tidak tampak dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional keluarga dan
memelihara keseimbangan keluarga. Berbagai peranan yang terdapat dalam
keluaraga adalah :
1) Peran formal
Peran parental dan pernikahan, diidetifikasi menjadi delapan peran yaitu
peran sebagai provider (penyedia), peran sebagai pengatur rumah tangga,
peran perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran
persaudaraan (kindship), peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif), dan
peran seksual.
2) Peran informal
Terdapat berbagai peran informal yaitu peran pendorong, pengharmonis,
insiator-kontributor, pendamai, pioner keluarga, penghibur, pengasuh
keluarga, dan perantara keluarga.
Sedangkan Effendi (2002) membagi peran keluarga sebagai berikut:
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberian rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
keluarga masyarakat dari lingkungannya.
2) Peranan ibu
Ibu sebagai istri dari suami dan anak-anaknya. Mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Peranan anak
Anak-anaknya melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, sosial, dan spiritual.
Keluarga berperan dalam memberikan perawatan kesehatan yang
terapeutik kepada anggota keluarga yang menderita suatu penyakit. Perawatan
adalah suatu usaha yang berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat seutuhnya
(Depkes RI, 2008).
Penelitian dari Prasetyawan (2008) secara umum, penderita yang
mendapatkan perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang
atau keluarga biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis daripada
penderita yang kurang mendapatkan dukungan sosial (peran keluarga). Menurut
La, Groca (1998) yang dikutip oleh Prasetyawan (2008) bahwa keluarga
memainkan peranan yang sangat penting dalam pengelolaan medis pada salah
satu anggota keluarga yang sakit.
2.1.7 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010), lima fungsi keluarga menjadi saling
berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan keluarga.
Lima fungsi itu adalah:
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan
salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Manfaat fungsi afektif
didalam anggota keluarga dijumpai paling kuat diantara keluarga kelas
menengah dan kelas atas, karena pada keluarga tersebut mempunyai lebih
banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi afektif sering
terhiraukan.
2) Fungsi sosialisasi dan status social
Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas budaya
yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat menurut Lislie dan
Korman (1989 dalam Friedman,2010).
3) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap
bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang mempengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga yang
paling relevan bagi perawat keluarga (Friedman,2010). Kurangnya
pengetahuan keluarga dalam pemenuhhan kebutuhan nutrisi pada anggota
keluarga yang mengalami hipertensi terutama pada asupan natrium
menyebabkan peningkatan penderita hipertensi.
4) Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas antar-
generasi keluarga masyarakat menurut Lislie dan Korman (1989 dalam
Friedman,2010). baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak
prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar
mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak
yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman
untuk anak-anak (Friedman, 2010).
5) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup financial, ruang dan materi sertaalokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan. Pendapatan keluarga yang terlalu rendah
menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga
keluarga mengalami kesenjangan nutrisi (Friedman,2010).
Dalam Setiadi (2008), fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan kelurga sebagai berikut:
1) Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan.
b. Memelihara dan membesarkan anak.
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2) Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga.
3) Fungsi sosialisasi
a. Membina sosial pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c. Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
4) Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
5) Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Effendy dalam Setiadi (2008), dari berbagai fungsi diatas ada
tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya adalah:
1) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
3) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
2.1.8 Terori dan Model Keperawatan Keluarga
1) Model Betty Neuman (Sistem Kesehatan)
Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang
terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara
keseluruhan meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan
adanya respons-respons sistem terhadap stresor, baik dari lingkungan internal
maupun eksternal (Tomey & Alligood, 2006).
2) Model Florence Nigthingale (teori lingkungan)
Nigthingale mempromosikan perawat kebidanan dan pelayanan kesehatan
berbasis rumah dan menulis catatan keperawatan dimana wanita dilibatkan
dalam asuhan untuk anggota keluarga yang sakit dan pemeliharaan
kesehataan anak-anak di rumah. Nightingale banyak membuat upaya untuk
menganjurkan menugaskan wanita untuk memberikan asuhan keperawatan
yang baik didalam rumahnya bersamaan dengan upayanya untuk menciptakan
program pelatihan untuk perawat profssional.
3) Teori Imogene King Tentang Pencapaian Tujuan (Interacting System Frame
Work Theory of Goal Attainment)
Teori ini dikenal dengan Interacting System Framework Theory of Goal
Attainment yaitu adanya interaksi antara perawat dan pasien pada
pelaksanaan asuhan keperawatan. Hubungan interaksi antara perawat dan
pasien membawa pada pencapaian tujuan. King menggambarkan hal penting
dalam praktik keperawatan dengan melihat interaksi perawat–klien dalam
hubungan yang profesional untuk mencapai tujuan. Teori ini berfokus pada
pemberi dan penerima pelayanan keperawatan yang berdasar pada
pengembangan teori pencapaian tujuan yang dimulai dari asumsi perawat
dalam interaksi dengan klien yang keduanya merupakan sistem terbuka yang
akan selalu berinteraksi dengan lingkungan.
4) Model Sister Callista Roy tentang Adaptasi (Adaptation Model)
Teori Roy dikenal dengan “Model Adaptasi Roy”. Teori ini merupakan model
dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehataannya dengan cara mempertahankan perilaku secara
adaptif serta mampu mengubah prilaku yang maladaptif. Teori Roy
merupakan suatu proses dari seseorang dalam berperilaku pengeluaran hasil
pemikiran dan merasakan sebagai individu atau kelompok guna menciptakan
lingkungan yang terintegrasi.
5) Model Dorothea E. Orem Tentang Perawatan Diri (Self Care Deficit Theory
of Nursing)
Teori ini berfokus pada perawatan diri, kurangnya perawatan diri, sistem
keperawatan berorientasi kepada individu. Menurut Orem, asuhan
keperawatan dilakukan dengan keyakinan, bahwa setiap orang mempunyai
kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya.
6) Teori Martha E. Rogers tentang Manusia Seutuhnya (Unitary Human Beings)
Teori ini memfokuskan telaah dari keperawatan adalah kehidupan manusia
sehingga teori ini disebut juga ilmu humanisme, teori sistem general atau teori
unitary human beings. Tentang teori ini mengantar kita pada pandangan yang
baru bagi dunia keperawatan. Fokus dari teori Rogers ini adalah adanya
hubungan timbal balik antara lingkungan dan kesatuan manusia.
7) Model Friedman
Model yang dikembangkan oleh Friedman menggambarkan sistem struktural-
fungsional, teori perkembangan keluarga, dan teori sistem. Menurut
Friedman, keluarga merupakan sistem terbuka yang melakukan interaksi
dengan institusi lain dalam masyarakat, seperti pendidikan, keagamaan,
kesehatan dengan fokus pada struktur dan fungsi keluarga. Friedman dalam
melakukan asuhan keperawatan keluarga menerapkan langkah-langkah terkait
dengan lima langkah dalam proses keperawatan keluarga. Asuhan
keperawatan keluarga dimulai dengan pengkajian keperawatan sampai dengan
evaluasi keperawatan keluarga. Pengkajian ditekankan pada struktur dan
fungsi keluarga secara menyeluruh dan terintegrasi.
2.1.9 Prinsip Keperawatan Keluarga
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai
tujuan utama.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, perawat
melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan
masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
6. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan
kesehatan keluarga.
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan perawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan
dasar/perawatan di rumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
2.1.10 Tugas Kesehatan Keluarga
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan
apa yang terjadi pdan seberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau
bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan segoyanya meminta
bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan
kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada).

2.2 Konsep Penyakit Stroke


2.2.1 Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak (Corwin, 2009). Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak
berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke
otak. Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat
terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau
perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
2.2.2 Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
(Muttaqin, 2008)
1) Stroke Hemoragi
Stroke Hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (Adib, 2009). Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
a. Perdarahan intra-serebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Penyebab
lainnya adalah deformitas pembuluh darah bawaan, kelainan koagulasi.
Bahkan, 70% kasus berakibat fatal, terutama apabila perdarahannya luas
(masif) (Junaidi, 2011).
b. Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemisensorik, dll)
2) Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
2.2.3 Etiologi
1) Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
2) Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)
3) Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak)
4) Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara
atau permanen gerakan, berpikir, memori , bicara atau sensasi (Smeltzer C.
Suzann, 2002)
Faktor resiko pada penyakit stroke :
1) Hipertensi
2) Penyakit kardiovaskuler
3) Kolesterol tinggi
4) Obesitas
5) Peningkatan hematokrit
6) Diabetes
7) Kontrasepsi oral
8) Merokok
9) Penyalahgunaan obat
10) Konsumsi alkohol
2.2.4 Patofisiologi
Otak kita sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai
darah. Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti
jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya otot, otak tidak bisa menggunakan
metabolisme anaerobik jika terjadi kekurangan oksigen atau glukosa. Otak
diperfusi dengan jumlah yang cukup banyak dibanding dengan organ lain yang
kurang vital untuk mempertahankan metabolisme serebral. Iskemik jangka
pendek dapat mengarah kepada penurunan sistem neurologis sementara atau TIA.
Jika aliran darah tidak diperbaiki, tejadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki,
terjadi kerusakan yang tidak dapt diperbaiki pada jaringan otak atau infark
bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi
kolateral ke arah yang disuplai.
Iskemik dengan cepat bisa mengganggu metabolisme. Kematian sel dan
perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Tingkat oksigen
dasar klien dan kemampuan mengkompensasi menentukan seberapa cepat
perubahan-perubahan yang tidak bisa diperbaiki akan terjadi. Aliran darah dapat
terganggu oleh masalah perfusi lokal, seperti pada stroke atau gagguan stroke
secara umum, misalnya pada hipotensi atau henti jantung. Tekanan perfusi
serebral harus turun dua pertiga bawah nilai norma (nilai tengah tekanan arterial
sebanyak 50 mmHg atau dibawahnya dianggap nilai normal) sebelum otak tidak
menerima aliran darah yang adekuat. Dalam waktu yang singkat, klien yang
sudah kehilangan kompensasi autoregulasi akan mengalami manifestasi dari
gangguan neurologis.
Penurunan perfusi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan di arteri
serebral atau perdarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi mengakibatkan
iskemik pada jaringan otak yang mendapatkan suplai dari darah arteri yang
terganggu dan karena adanya pembengkakan di jaringan sekelilingnya. Sel-sel
dibagian tengah atau utama pada lokasi stroke akan mati dengan segerasetelah
kejadian stroke terjadi. Hal ini dikenal dengan istilah cedera sel-sel saraf primer
(primary neuronal injury). Daerah yang mengalami hipoperfusi juga terjadi
disekitar bagian utama yang mati. Bagian ini disebut penumbra ukuran dari
bagian ini tergantung pada sirkulasi kolateral yang ada. Sirkulasi kolateral
merupakan gambaran pembuluh darah yang memperbesar sirkulasi pembuluh
darah utama dari Perbedaan ukuran dan jumlah pembuluh darah kolateral dapat
menjelaskan tingkat keparahan manifestasi stroke yang dialami klien (Joyce and
Jane, 2014)
2.2.5 Tanda dan gejala
Tanda Dan Gejala Umum Stroke Menurut (Tarwoto, 2013) Adapun
beberapa tanda gejalanya adalah:
1) Aktifitas
Tanda: Gangguan tonus otot, paralitik (hemiplagia) terjadi kelemahan umum,
gangguan pengelihatan gangguan tingkat kesadaran.
Gejala: Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilanga sensasi atau paralis, merasa mudah lelah, susah untuk
istirahat.
2) Sirkulasi
Tanda: Frekuensi nadi dapat berfariasi (karena ketidak stabilan fungsi
jantung),
disritmia, perubahan EKG, desiran pada karotis.
Gejala: Adanya penyakit jantung, polisitemia.
3) Integritas ego
Tanda: Emosi yang labil dan ketidak siapan untuk marah, sedih, dan gembira,
kesulitan mengekspresikan diri.
Gejala: Perasaan tidak berdaya atau tidak puas.
4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih.
5) Makanan
Tanda: Kesulitan menelan (gangguan pada reflek palatum dan faringeal),
obesitas.
Gejala: Napsu makan hilang, mual muntah selama fase aku (peningkatan
TIK),
kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah pipi dan tengkorak, adanya
riwayat diabetes, peningkatan lemak darah.
6) Neurosensori
Tanda: Status mental dan tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap
awal, pada wajah terjadi paralis, kehilangan kemampuan untuk
mengenali, kehilangan kemampuan untuk menggunakan motorik saat
pasien ingin bergerak.
Gejala: Pusing (sebelum seangan / selama TIA), sakit kepala, kesemutan,
kebas, pengelihatan menurun, hilangnya rangsangan sensorik,
gangguan rasa pengecapan dan penciuman
2.2.6 Penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi
1) Pengobatan Stroke Iskemik Akut
a. Terapi non farmakologi
a) Pembedahan (Surgical Intervention)
Pembedahan yang dilakukan meliputi carotid endarcerectomy, dan
pembedahan lain. Tujuan terapi pembedahan adalah mencegah
kekambuhan TIA dengan menghilangkan sumber oklusi.
Carotidendarterectomy diindikasikan untuk pasien dengan stenois
lebih dari 70%.
b) Intervensi Endovaskuler
Intervensi Endovaskuler terdiri dari: angioplasty and stenting,
mechanical clot distruption dan clot extraction. Tujuan dari intervensi
endovaskuler adalah menghilangkan trombus dari arteri intrakarnial.
b. Terapi Farmakologi
Pendekatan terapi pada stroke akut adalah menghilangkan sumbatan pada
aliran darah dengan menggunakan obat. Terapi yang dilakukan antara
lain:
a. Terapi Suportif dan Terapi Komplikasi Akut
a) Pernafasan, Ventilatory support dan suplementasi oksigen.
b) Pemantauan temperatur.
c) Terapi dan pemantauan fungsi jantung.
d) Pemantauan tekanan darah arteri (hipertensi atau hipotensi).
e) Pemantauan kadar gula darah (hipoglikemia atau hiperglikemia).
b. Terapi Trombolitik
a) Trombolitik Intravena
Terapi trombolitik intravena terdiri dari pemberian Recombinant
Tissue Plasminogen Activator (rtPA), pemberian agen trombolitik
lain dan enzim defibrogenating. Pemberian rtPA dapat
meningkatkan perbaikan outcame dalam 3 bulan setelah serangan
stroke apabila diberikan pada golden period yaitu dalam onset 3
jam. rtPA memiliki mekanisme aksi mengaktifkan plasmin
sehingga melisiskan tromboemboli. Penggunaan rtPA harus
dilakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan resiko
perdarahan. Agen trombolitik yang lain seperti streptokinase,
tenecteplase, reteplase, urokinase, anistreplase dan staphylokinase
masih prlu dikaji secara luas (Ikawati, 2014).
b) Trombolitik Intraarteri
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan outcame terapi stroke
dengan perbaikan kanal middle cerebral artery (MCA). Contoh
agen trombolitik intrarteri adalah prourokinase (Ikawati, 2014)
c) Terapi Antiplatelet
Terapi antiplatelet bertujuan untuk meningkatkan kecepatan
rekanalisasi spontan dan perbaikan mikrovaskuler. Agen
antiplatelet ada oral dan intravena. Contoh agen atiplatelet oral
yaitu aspirin, clopidogrel, dipiridamol-aspirin (ASA), tiklopidin.
Agen antiplatelet intravena adalah platelet glikopotein IIb/IIIa,
abvicimab intravena (Ikawati, 2014)
d) Terapi Antikoagulan
Terapi antikoagulan bertujuan mencegah kekambuhan stroke
secara dini dan meningkatkan outcame secara neurologis. Contoh
agen atikoagulan adalah heparin, unfractionated heparin,
lowmolecular-weight heparins (LMWH), heparinoids warfarin
(Ikawati, 2014)
2) Stroke hemoragik
a. Terapi Non Farmakologi
Pembedahan (Surgical Intervention), contoh pembedahan nya adalah
carotid endarcerectomy dan carotid stenting. Pembedahan hanya efektif
bila lokasi perdarahan dekat dengan permukaan otak.
b. Terapi farmakologi
a) Terapi suportif dengan infus manitol bertujuan untuk mengurangi
edema disekitar perdarahan.
b) Pemberian Vit K dan fresh frozen plasma jika perdarahannya karena
komplikasi pemberian warfarin.
c) Pemberian protamin jika perdarahannya akibat pemberian heparin.
d) Pemberian asam traneksamat jika perdarahnnya akibat komplikasi
pemberian trombolitik (Ikawati, 2014)

2.3 Asuhan Keperawatan


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Sasran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai