Anda di halaman 1dari 117

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tn. S DENGAN DM PADA Ny. M DI DESA GIRI REJO RT 26


KELURAHAN LEMPAKE KOTA SAMARINDA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners


Keperawatan Keluarga
Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukaromah, S. Kep, M.Kep, Sp.Kom

Disusun Oleh :
Nurul Khoriah (P2104053)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini diajukan oleh :


Nama : Nurul Khoriah
NIM : P2104053
Program Studi : Profesi Ners
Judul Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan :
“Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan DM Pada
Ny. M Di Desa Giri Rejo Kelurahan Lempake”

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan
dasar.

Samarinda , Mei 2022

Disetujui oleh :
Pembimbing Akademik

i
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Keluarga yang berjudul Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.
S Dengan DM Pada Ny. M Di Desa Giri Rejo Kelurahan Lempake dengan tepat
waktu tanpa halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Keluarga. Dengan dituliskannya makalah ini diharapkan
mahasiswa maupun tenaga kesehatan dapat memahami Makalah Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan DM Pada Ny. M Di
Desa Giri Rejo Kelurahan Lempake. Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta
kelurga yang telah mendukung, mendorong memberikan fasilitas
kepada penulis sehingga terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga Makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.

Samarinda, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB 1 PENDHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum..............................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus..............................................................................2
1.3 Manfaat.................................................................................................3
1.3.1 Untuk Mahasiswa.........................................................................3
1.3.2 Untuk Masyarakat........................................................................3
1.3.3 Untuk Pendidikan.........................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................5
2.1 Konsep Keluarga...................................................................................5
2.1.1 Pengertian Keluarga.....................................................................5
2.1.2 Tujuan Dasar Keluarga.................................................................5
2.1.3 Struktur Keluarga.........................................................................5
2.1.4 Tipe Keluarga...............................................................................6
2.1.5 Fungsi Keluarga...........................................................................8
2.1.6 Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga..............................9
2.1.7 Peran Keluarga...........................................................................11
2.1.8 Tugas Keluarga..........................................................................12
2.2 Konsep Diabetes Militus.....................................................................13
2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus.......................................................13
2.2.2 Klasifikasi Dan Etiologi Diabetes Melitus.................................14
2.2.3 Patofisiologi...............................................................................16
2.2.4 Manifestasi Klinik......................................................................18
2.2.5 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus..........................................21
2.2.6 Faktor Resiko Diabetes Melitus.................................................22
2.2.7 Komplikasi Diabetes Melitus.....................................................22
2.2.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus.............................................24
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Militus.....31
2.3.1 Pengkajian..................................................................................31
2.3.2 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan.......................................40
2.3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................43

iii
2.3.4 Implementasi Keperawatan........................................................60
2.3.5 Evaluasi Keperawatan................................................................61
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................62
3.1 Pengkajian...........................................................................................62
3.2 Analisa Data........................................................................................74
3.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga........................................75
3.4 Scoring Prioritas Masalah...................................................................75
3.5 Rencana Keperawatan Keluarga.........................................................78
3.6 Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga....................................84
3.7 Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga............................................86
BAB 4 PENUTUP.........................................................................................89
4.1 Kesimpulan.........................................................................................89
4.2 Saran....................................................................................................90
4.2.1 Bagi Responden..........................................................................90
4.2.2 Bagi Tempat Peneltian...............................................................90
4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya...........................................................90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik saat
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Peningkatan glukosa darah
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung,
pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf (WHO, 2016). Banyak orang yang
masih menganggap penyakit ini merupakan penyakit orang tua atau penyakit
yang hanya timbul karena faktor keturunan. Banyak orang yang tidak
menyadari dirinya mengidap penyakit ini (Shanty, 2011: 23).
Di dunia sekitar 425 juta orang atau 8,8% dewasa berusia 20-79 tahun
diperkirakan menderita diabetes. Sekitar 79% tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Jumlah penderita meningkat menjadi
451 juta jika umurnya bertambah hingga 18-99 tahun. Diperkirakan pada
tahun 2045, akan meningkat menjadi 693 juta orang pada usia 18-99 tahun
atau 629 juta orang pada usia 20-79 tahun (IDF, 2017).
Indonesia menempati peringkat ke tujuh tertinggi bersama dengan
China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko dengan jumlah
penderita diperkirakan sebesar 10 juta (IDF Atlas, 2015).
Data Riskesdas Jawa Timur 2018 prevalensi diabetes militus
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia > 15 tahun provinsi jawa
timur tahun 2013 sebanyak 2,1% dan mengalami kenaikan pada tahun 2018
sebanyak 2,6%. Dari prevalensi diabetes militus kab. mojokerto dan kota
mojokerto memiliki persentasi yang cukup tinggi sekitar 2,9% data kab.
Mojokerto dan 5,1% data kota Mojokerto. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan di dusun randugembung, pada 1 tahun terahir yaitu 2020
sebanyak 16 kasus.
Berdasarkan data di atas mengenai masih tingginya penderita diabetes
mellitus di masyarakat. Oleh sebab itu, perlunya mengenal masalah pada
anggota keluarga agar diharapkan dapat dilakukan pencegahan, perawatan,

1
maupun pengobatan bagi anggota keluarga yang mengalami penyakit.
Sebagai perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan melalui promosi kesehatan mengenai penyakit dan
penatalaksanaannya baik secara farmakologi dan non farmakologi.
Sehubungan dengan itu, peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga seharusnya melibatkan keluarga. Menurut penelitian
Lestari (dalam Budi, 2015, p. 50), dari 16 pasien dengan gangguan sistem
endokrin, masalah keperawatan yang paling banyak dialami pada penderita
diabetes mellitus yaitu gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh sebanyak 10.7%, nyeri akut sebanyak 9%, ketidakefektifan bersihan
jalan nafas sebanyak 8.2%, dan kerusakan integritas kulit sebanyak 8.2%.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk menyusun asuhan keperawatan
keluarga dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan DM
Pada Ny. M Di Desa Giri Rejo Kelurahan Lempake”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan
keluarga yang telah diperoleh pada tahap akademik secara nyata
dalam memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga Di Desa Giri
Rejo Kelurahan Lempake Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada keluarga Tn. S Dengan DM Pada
Ny. M Di Desa Giri Rejo Kelurahan Lempake.
2. Melakukan analisa data pada keluarga Tn. S Dengan DM Pada
Ny. M Di Desa Giri Rejo Kelurahan Lempake.
3. Menentukan diagnose keperawatan pada keluarga Tn. S Dengan
DM Pada Ny. M Di Desa Giri Rejo Kelurahan Lempake.
4. Menentukan tentang perumusan masalah pada keluarga Tn. S
Dengan DM Pada Ny. M Di Desa Giri Rejo Kelurahan Lempake.
5. Menentukan perencanaan Asuhan Keperawatan keluarga Tn.
S Dengan DM Pada Ny. M Di Desa Giri Rejo Kelurahan
Lempake.

2
6. Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan
keluarga Tn. S Dengan DM Pada Ny. M Di Desa Giri Rejo
Kelurahan Lempake.

1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
1. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan keluarga secara nyata
kepada masyarakat.
2. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan keluarga
3. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika masyarakat
4. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan
hubungan interpersonal.
5. Sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan, baik pencegahan
maupun pengobatan pasien diabetes mellitus dan sebagai
pertimbangan dalam mendiagnosa kasus sehingga perawat
mampu memberikan tindakan yang tepat.
1.3.2 Untuk Masyarakat
1. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
2. Memberikan tambahan pengetahuan dan ketrampilan tentang cara
perawatan terhadap keluarga yang menderita diabetes mellitus di
rumah.
3. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan
menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian
masalah kesehatan yang di alami masyarakat.
4. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.

3
1.3.3 Untuk Pendidikan
1. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi Profesi Ners
ITKES Wiyata Husada Samarinda khususnya di bidang
keperawatan keluarga.
2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan
model praktek keperawatan keluarga selanjutnya.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Menurut Johnson’s, 1992 (dalam Bakri, 2017, p. 11),
mendifinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam
satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban
antara satu orang dengan lainya.
2.1.2 Tujuan Dasar Keluarga
Tujuan dasar keluarga menurut Padila (2012, p. 22), Karena
keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. keluarga memiliki
pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan individu-individu
yang dapat menentukan keberhasilan kehidupan individu tersebut.
keluarga berfungsi sebagai buffer atau sebagai perantara antara
masyarakat dan individu, yakni mewujudkan semua harapan dan
kewajiban masyarakat.
2.1.3 Struktur Keluarga
Macam-macam Struktur keluarga oleh Padila (2012, p. 24),
diantaranya adalah:
a) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui
jalur ayah.
b) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ibu.
c) Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.

5
d) Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ayah.
e) Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi Pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
f) Neolokal
Adalah suami istri yang tinggal tidak dekat dengan keluarga suami
maupun istri.
2.1.4 Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Bakri (2017, p. 17), adalah :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarga kecil dalam
satu rumah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
2) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain misalnya kakek, nenek, paman, tante.
3) Keluarga dyad (Pasangan inti), yaitu sepasang suami istri
yang telah membina rumah tangga tetapi belum dikaruniai
anak atau keduanya bersepakat untuk tidak memiliki anak
lebih dulu.
4) Keluarga Single parent, yaitu kondisi seseorang tidak
memiliki pasangan lagi disebabkan karena perceraian atau
meninggal dunia. Akan tetapi single parent mensyaratkan
adanya anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
5) Keluarga Single adult, yaitu keluarga dengan orang dewasa
yang hidup sendirian.
b. Tipe Keluarga Modern (non tradisional)
1) The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri
dari orang tua terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa
nikah yang tinggal bersama.
2) Reconstituded Nuclear, yaitu keluarga yang tadinya berpisah

6
kemudian kembali membentuk keluarga inti melalui
perkawinan kembali. Tinggal bersama anak-anaknya, baik
anak dari pernikahan sebelumnya, maupun hasil dari
perkawinan baru.
3) The stepparent family, yaitu suami-istri yang mengadopsi
seorang anak.
4) Commune family, yaitu keluarga yang tidak memiliki
hubungan darah namun memutuskan hidup bersama dalam
satu rumah, satu fasilitas, dan pengalaman yang sama.
5) The nonmarital heterosexsual conhabiting family, yaitu
keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
ikatan pernikahan.
6) Gay and lesbian families, yaitu keluarga dengan seseorang
yang mempunyai persamaan jenis kelamin yang hidup
bersama sebagaimana pasangan suami istri (marital partners).
7) Cohibiting coulpe, yaitu dua atau lebih orang bersepakat
untuk tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan. Kehidupan
mereka sudah seperti kehidupan berkeluarga.
8) Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama dan mereka
merasa sudah menikah, sehingga berbagi sesuatu termasuk
seksual dan membesarkan anak bersama.
9) Group Network Family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh
aturan nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama
lainnya, dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan
anaknya.
10) Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak
ada hubungan keluarga atau saudara untuk waktu sementara.
11) Institusional, yaitu anak atau orang dewasa yang tinggal
dalam suatu panti.
12) Homeless family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak

7
mempunyai perlindungan permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
2.1.5 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman 1998 (dalam Padila, 2012, p.33),
mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yakni :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. keberhasilan fungsi
afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga
mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan
memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi adalah suatu proses
dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma
masyarakat dimana dia menjadi anggota.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol.
Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau
diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan
satu orangtua (single parent).
4. Fungsi Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,
pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.
Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan.

8
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap
anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun
merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga profesional.
Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan individu
dan keluarga.
2.1.6 Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah sebuah proses perubahan
sistem keluarga yang bergerak bertahap dari waktu ke waktu. Setiap
tahapan umumnya memiliki tugas dan risiko kesehatan yang berbeda-
beda. Dion dan Betan 2013 (dalam Bakri, 2017, p. 43), membagi
keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu :
1. Keluarga Baru (Berganning Family)
Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk keluarga
melalui perkawinan. Pada tahap ini, pasangan baru memiliki
tugas perkembangan untuk membina hubungan intim yang
memuaskan di dalam keluarga, membuat berbagai kesepakatan
untuk mencapai tujuan bersama, termasuk dalam hal
merencanakan anak, persiapan menjadi orang tua, dan mencari
pengetahuan prenatal care.
2. Keluarga Dengan Anak Pertama <30 Bulan (Child-Bearing)
Tahap keluarga dengan anak pertama ialah masa transisi
pasangan suami istri yang dimulai sejak anak pertama lahir
sampai berusia kurang dari 30 bulan. Pada masa ini sering
timbul konflik yang dipicu kecemburuan pasangan akan
perhatian yang lebih ditujukan kepada anggota keluarga baru.
Adapun tugas perkembangan pada tahap ini yaitu kesadaran
akan perlunya beradaptasi dengan perubahan anggota keluarga,
mempertahankan keharmonisan pasangan suami istri, berbagi
peran dan tanggung jawab, juga mempersiapkan biaya untuk

9
anak.
3. Keluarga dengan Anak Prasekolah.
Tahap ini berlangsung sejak anak pertama berusia 2,5 tahun
hingga 5 tahun. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini
yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, membantu anak
bersosialisi dengan lingkungan, cermat membagi tanggung
jawab, mempertahankan hubungan keluarga, serta mampu
membagi waktu untuk diri sendiri, pasangan, anak.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6-13 tahun)
Tahap ini berlangsung sejak anak pertama menginjak sekolah
dasar sampai memasuki awal masa remaja. Dalam hal ini,
sosialisasi anak semakin melebar. Tidak hanya di lingkungan
rumah, melainkan juga di sekolah dan lingkungan yang lebih
luas lagi. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini adalah
anak harus sudah diperhatikan minat dan bakatnya sehingga
orang tua bisa mengarahkan dengan tepat, membekali anak
dengan berbagai kegiatan kreatif agar motoriknya berkembang
dengan baik, dan memperhatikan anak akan risiko pengaruh
teman serta sekolahnya.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Pada perkembangan tahap remaja ini orangtua perlu
memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab.
Hal ini mengingat bahwa remaja adalah seorang yang dewasa
muda dan mulai memiliki otonomi. Ia ingin mengatur
kehidupannya sendiri tetapi masih membutuhkan bimbingan.
Oleh sebab itu, komunikasi antara orangtua dan anak harus terus
dijaga. Selain itu, beberapa peraturan juga sudah mulai
diterapkan untuk memberikan batasan tertentu tetapi masih
tahap wajar. Misalnya dengan membatasi jam malam.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)
Tahapan ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah.
Artinya keluarga sedang menghadapi persiapan anak yang

10
mulai mandiri. Dalam hal ini, orangtua mesti merelakan anak
untuk pergi jauh dari rumahnya demi tujuan tertentu.
Adapun tugas perkembangan pada tahap ini antara lain
membantu dan mempersiapkan anak untuk hidup mandiri,
menjaga keharmonisan dengan pasangan, memperluas keluarga
inti menjadi keluarga besar, bersiap mengurusi keluarga besar
(orang tua pasangan) memasuki masa tua dan memberikan
contoh kepada anak-anak mengenai lingkungan rumah yang
positif.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family)
Tahapan ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah
dan salah satu pasangan bersiap negativ atau meninggal. Tugas
perkembangan keluarganya, yaitu menjaga kesehatan,
meningkatkan keharmonisan dengan pasangan, anak, dan teman
sebaya, serta mempersiapkan masa tua.
8. Keluarga Lanjut Usia
Masa usia lanjut adalah masa-masa akhir kehidupan manusia.
Maka tugas perkembangan dalam masa ini yaitu beradaptasi
dengan perubahan kehilangan pasangan, kawan, ataupun
saudara. Selain itu melakukan “life review” juga penting,
disamping tetap mempertahankan kedamaian rumah, menjaga
kesehatan, dan mempersiapkan kematian.
2.1.7 Peran Keluarga
Menurut Ali (2010, p. 10), Peran adalah seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, dan kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai
peran masing-masing yaitu :
a. Peran Ayah, sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman kepada anggota
keluarga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat atau kelompok
sosial tertentu.
b. Peran Ibu, sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik

11
anak- anak, pelindung keluarga, pencari nafkah tambahan
keluarga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat.
c. Peran Anak, sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.1.8 Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan. Lima tugas keluarga menurut Achjar (2010, p. 9), adalah:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk
bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit,
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi
keluarga terhadap masalah yang dialami.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk
sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah.
c. Bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah
atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut
terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap
masalah kesehatan, dan bagaimana sistem pengambilan keputusan
yang dilakukan anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
apakah keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang
ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga
yang sakit.
e. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan
yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam
menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak
terhadap kesehatan keluarga.

12
f. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang
ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,
apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

2.2 Konsep Diabetes Militus


2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabeters militus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis
adalah penyakit yang ditandai degan hiperglikemia (peningkatan adar gula
darah) yang terus menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber
lain meneybutkan bahwa yang dinamakan dengan diabetes militus adalah
kadar hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronil pada
mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basais
dalam pemeeriksaan dengan mikroskop electron. (Maulana, 2016)
Diabetes militus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme
yang disebabkan kurangnya hormone insulin. Hormone insulin dihasilkan
oleh sekelompok sel beta di kelenjar pancreas dan sangat berperan dalam
metabolisme glukosa dalam sel tubuh. Kadar gula yang tinggi dalam tubuh
tidak bisa diserap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam
sel.akibatnya, seseorang akan kekurangan energy, sehingga mudah lelah
dan berat badan terus turun. Kadar glukosa yang berlebih tersebut
dikeluaran melalui ginjal dan dikeluarkan melalui urine. Gula memiliki
sifat menarik air sehingga menyebabkan seseorang banyak mengeluarkan
urine dan selalu merasa haus. (Maulana, 2016)
Berdasarkan buku (Aini & Aridiana, 2016) Diabetes militus adalah
suatu keadan ketika tubuh Lidak mampu menghasilkan atau menggunakan
insulin (hormon yang membawa glukosa darah ke sel-sel dan
menyimpannya sebagal glikogen). Dengan demikian, terjadi hiperglikemia
yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal,

13
melibarkan kelainan metabolisme karbohidrat, prolein, dan lemak serla
menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada organ tubuh.
Menurut American Diabetes Association (2005), diabetes melitus
merupakan suatiu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikeemia yang Terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya.
2.2.2 Klasifikasi Dan Etiologi Diabetes Melitus
Diabtes Militus di klasifikasikan menjadi empat, yaitu diabetes
tipe-1 (diabetes bergantung insulir) dan diabetes tipe-2 (diabetes tidak
bergantung insulin). diabetes tipe lain, serta diabetes karena kehamilan.
1. Diabetes tipe-1 (Insulin Dependent Diabetes Mellilsus (IDDM)
Adalah kondisi autoimun yang menyebabkan kerusakan sel 3 pankreas
sehingga timbul defisiensi insulin absolut. Pada DM tipe-1 sistem
imun tubuh sendiri secara spesilik menyerang dan merusak sel-sel
penghasil insulin yang terdapat pada pankreas. Belum diketahui hal
apa yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini, namun bukti-bukti
yang ada menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan
seperti infeksi virus tertentu berperan dalam prosesnya. Selitar 70-
90% sel B hancur sehelum timbul gejala klinis. Pasien DM tipe-1
harus mengguakan injeksi insulin dan menjalankan diet secara ketat.
2. Diabetes tipe-2 atau (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
[NIDDM]) diabetes tipe ini adalah bentuk diabetes yang paling umum.
Penyebabnya bervariasi mulai dominan resistensiinsulin disertai
defisiensi insulin relative sampai defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin. Penyebab resistensi insulin pada diabetes
sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi factor yang banyak berperan
antara lain sebagai berikut.
a. Kelainan genetik
b. Usia.
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secar
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.

14
Penuruan ini yang akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin
pankreas untuk memproduksi insulin.
c. Gaya hidup dan stres
Stres kronis cenderung membrat seseorang mencari makanan yang
cepat saji kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini
berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan
meningkatkan kerja metabotisme dan meningkatkan kebutuhan
akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas.
Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga
berdampak pada penurunan insulin.
d. Pola makan yang salah.
Kirang gizĪ atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
resiko terkena diabeten.
e. Obesitas (terutama pada abdomen).
Obesitas mengakibatkan sel-sel B pankreas mengalami hipertrofi
sehingga akan berpengaruli terhadap penurunan produksi insulin.
Peningkatan BB 10 kg pada pria dan 8 ke pada wanita dari batas
normal IMT (indeks masa tubuh) akan meningkatkan risiko DM
tipe 2.
f. Infeksi.
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan
fungsi pankreas.
3. Diabetes tipe lain
a. Defek genetic fungsi sel beta (maturity onset diabetes of the young
[MODY] 1,2,3 dan DNA mitokondria).
b. Defek genetik kerja insulin.
c. Penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis, tumor/pankreatektomi,
pankreatopati fibrokalkulus).
d. infeksi (rubella kongenital, sitomegalovirus).

15
4. Diabetes melitus gestational (DMG)
Diabetes ini disebabkan karena terjadi resistansi insulin selama
kehamilan dan biasanya kerja insulin akan kembali normal setelah
melahirkan. (Black & Hawks, 2014)
Tabel 2.1 Perbedaan DM Tipe 1 dan Tipe 2
No Permasalahan DM tipe-1 DM tipe-2
1 Awitas usia < 40 tahun > 40 tahun
2 Habitus tubuh Normal-kurus Gemuk
3 Insulin plasma Rendah-negatif Normal-tinggi
4 Genetic lokus Kromosom 6 Kromosom 11 (tetapi
masih belum jelas dan
dipertanyakan)
5 Komplikasi akut Koma ketoasidosis Koma hiperosmolar non-
ketotik
6 Terapi insulin Responsif Responsive-resisten
7 Obat oral Tidak responsif responsif
Sumber : (Black & Hawks, 2014)

2.2.3 Patofisiologi
1. Diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkain reaksi dalam metabolisme glukosa
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.

16
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2012)

Resistensi Insulin

Pe↓reaksi Insulin-reseptor

Insulin tidak efektif

Pengambilan glukosa oleh


jaringan ↓ Gangguan sekresi Insulin

Sekresi Insulin berlebihan

Sel β tidak mampu


DM Tipe 2 mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin

Gambar 2.1 Patofisiologi DM Tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2012)

2. Diabetes melitus tipe 1, menurut Smeltzer & Bare (2012) dikenal 2


bentuk dengan patofisiologi yang berbeda
a. Tipe 1A, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang
peran utama untuk terjadinya kerusakan pancreas. HLA-DR4
ditemukan mempunyai hubungan yang sangat erat.
b. Tipe1B berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada
sekelompok penderita yang juga sering menunjukan manifestasi
autoimun lainnya, seperti Hasbimoto disease, pernisious anemia,
dan myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan dengan antigen
HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30-50 tahun. Pada diabetes
tipe 1 cenderung terjadi ketoasidosis diabetic.

17
Genetik Reaksi autoimun

Pe↓jumlah sel pankreas Sel β pancreas hancur

Penurunan HLA DR4 Pe↓ HLA DR 3

Defisiensi insulin

Pengambilan glukosa oleh


jaringan ↓

Hiperglikemia

DM Tipe 1

Gambar 2.2 Patofisiologi DM Tipe 1 (Smeltzer & Bare, 2012)

2.2.4 Manifestasi Klinik


1. Poliuria (sering BAK)
Air tidak diserap kembali oleh tubulus ginjal sekunder untuk
aktivitas osmotic glukosa, mengarah kepada kehilangan air,
glukosa dan elektrolit. Hal ini disebabkan karna kadar gula darah
yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/ dL,
maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih
tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka
penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuria).
2. Polidipsi (haus berlebihan)
Dehidrasi sekunder terhadap poliuria menyebabkan haus. Hal ini
disebabkan karena pembakaran terlalu banyak dan kehilangan

18
cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien
lebih banyak minum.
3. Polifagi (lapar berlebihan)
Kelaparan sekunder terhadap katabolisme jaringan menyebabkan
rasa lapar. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar kalori hilang
ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami penurunan
berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita
seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak
makan (polifagi).
4. Berat badan menurun
Kehilangan awal sekunder terhadap penipisan simpanan air,
glukosa, dan trigliserid, kehilangan kronis sekunder terhadap
penurunan massa otot karena asam amino dialihkan untuk
membentuk glukosa dan keton
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur
jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari
bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh
terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah
cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun
banyak makan akan tetap kurus(Smeltzer & Bare, 2012).
Gejala lainnya adalah penglihatan kabur, pruritus, vaginitis,
ketonuria, pusing, mual, lemah, kesemutan, gatal-gatal,
berkurangnya ketahanan selama melakukan olahraga dan luka
sulit sembuh, sering asimtomatik. Penderita diabetes yang kurang
terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin
yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita
diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan.
Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami
penurunan berat badan. (Black & Hawks, 2014)

19
Tabel 2.2 Ciri-Ciri Yang Membedakan DM
Ciri-Ciri Tipe-1 Tipe-2
Sinonim IDDM, diabetes pada NIDDM, diabetes onset
anak-anak, diabetes labil, matang atau dewasa,
atau rapuh diabetes ringan
Onset usia Biasanya terjadi sebelum Biasanya terjadi setelah
usia 30 tahun, tapi usia 30 tahun, tapi dapat
mungkin terjadi pada terjadi pada anak-anak
semua usia
Insidensi 10% 90%
Tipe onset Biasanya mendadak, Tersamar, mungkin
dengan onset cepat asimtomatik atau
hiperglikemia asimtomatik ringan,
pelan-pelan tubuh
beradaptasi terhadap
peningkatan
hiperglikemia
Produksi insulin endogen Sedikit atau tidak ada Dibawah normal, normal
atau di atas normal
BB saat onset Berat badan ideal atau 85% klien obesitas,
kurus mungkin terjadi pada BB
ideal
Ketosis Cenderung ketosis, Resistensi ketosis, dapat
biasanya ada saat onset, terjadi dengan stress
sering ada selama tidak infeksi
terkontrol
Gejala Poliuria, polidipsi, Sering tidak ada,
polifagi, letih mungkin gejala ringan
hiperglikemia
Pengelolaan diet Esensial Esensial

20
Pengelolaan olahraga Esensial Esensial
Pemberian insulin Bergantung pada isulin 20-30% perlu insulin
eksogen
OHO Tidak efektif Efektif
Kebutuhan edukasi Saat diagnosis dan Saat diagnosis dan
seterusnya seterusnya
Sumber : (Black & Hawks, 2014)
2.2.5 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Berdasarkan American Diabetes Association (2010) di buku (Aini
& Aridiana, 2016) kriteria diagnosa diabetes militus dibedakan menjadi
sebagai berikut :
1. A1C atau HbA1c > 6,5%
2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L).Puasa diartikan
pasien tidak mendapatkan asupan kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
3. Tampak gejala klasik diabetes melitus dan kadar glukosa darah
sewaktu ≥ 200mg/dL (11,1 mmol/L). Gejala klasik Diabetes melitus
termasuk poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan.
4. Kadar glukosa plasma 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral ≥ 200
mg/dL(11,1mmol/L). Tes Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan
standar World Health Organization, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau
diabetes melitus, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT) tergantungdari hasil yang diperoleh:
a. TGT: glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199
mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).
b. GDPT: glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dL (5,6-6,9
mmol/L). (Aini & Aridiana, 2016)

21
2.2.6 Faktor Resiko Diabetes Melitus
Pemeriksaan diabetes militus dilakukan pada golongan dengan faktor
risiko Diabetes melitus seperti usia ≥ 45 tahun, obesitas (Indeks Massa
Tubuh > 23 kg/m²), riwayat keluarga Diabetes melitus, riwayat melahirkan
bayi dengan berat badan > 4000 gram (4kg), atau riwayat diabetes
gestasional, hipertensi (≥ 140/90 mmHg), kolesterol (HDL ≤ 35 mg/dL
dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dL), riwayat penyakit jantung, orang
sebelumnya dinyatakan sebagai TDT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau
GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) (ADA, 2014).
2.2.7 Komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
pengobatan yang terkontrol. Tanpa didukung oleh pengelolaan yang tepat,
diabetes dapat menyebabkan beberapa komplikasi (ADA, 2014). Diabetes
melits (DM) dapat berkembang menjadi penyakit-penyakit lain. baik akut
maupun kronis. (Aini & Aridiana, 2016)
1. Komplikasi yang bersifat akut.
a. Koma hipoglikemia
Kondisi ini ditandai dengan adanya penurunan glukosa
darah kurang dari 60 mg/dl. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada
DM tipe 1. Penyebabnya adalah pemberian dosis insulin yang
berlebih sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Sering
terjadi juga pada pasien yang menjalani terapi obat DM
sulfoniluria (gilbenclamid). Penyebab lainya adalah puasa yang
disertai olahraga. Olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh
sel-sel otot rangka, masukan nutrisi yang kurang atau tidak
adekuat atau terlambat makan (30 menit setelah diberikan insulin,
pasien harus makan).
b. Krisis hiperglikemia
Hiperglikemia merupakan kondisi serius pada DM, baik tipe 1
maupun 2. Terjadi dalam bentuk ketoasidosis dan koma
hiperosmolar non ketotik.

22
1) Ketoasidosis
Ketoasidosis lebih banyak terjadi pada DM Tipe 1, dan jarang
terjadi pada DM Tipe 2 karena masih terdapat sedikit insulin
untuk mencegah pemecahan lemak dan protein. Ketoasidosis
pada DM Tipe 2 dapat disebabkan karena infeksi berat dan
adanya penyakit penyerta lain seperti strke, jantung dan lain-
lain.
2) Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik (HHNK)
Biasanya terjadi pada DM tipe-2 akibat tingginya kadar
gula darah dan kekurangan insulin secara relatif, biasanya
dijumpai pada orang tua pengidap diabetes setelah konsumsi
makanan tinggi karbohidrat. Dalam kondisi ini dapat terjadi
pengeluaran berliter- liter urine, defisit cairan sekitar 6-10 liter
dan potasium (kalium) + 400 meq. Gejala lainnya adalah
hipotensi, dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor
kulit jelek), takikardia (nadi cepat dan lemah), rasa haus yang
hebat, hipokalemia berat, tidak ada hiperventilasi dan bau
napas, serta tanda-tanda neurologis (perubahan sensori, kejang,
dan hemiparesis) (Hudak dan Gallo, 1996; Corwin, LE., 2001).
(Aini & Aridiana, 2016)
c. Efek Somogyi
Efek Somogyi adalah penurunan unik kadar glukbiladaruh
pada malaim hari, diikuti oleh peningkatan rebound pada paginya.
Penyebab hipoglikemia malam hari kemungkinan besar berkaitan
dengan penyuntikan insulin di sore harinya.
d. Fenomena fajar (dawn phenomenon)
Femomena fajar adalah hiperglikemia pada pagi hari (antara jam 5
dan 9, referensi lainnya menyebutkan antara jam 3 dan 5 pagi)
yang tampakanya disebabkan oleh peningkatan sirkardian kadar
glukosa pada pagi hari. Fenomena ini dapat dijumpal pada
penderita diabetes tipe 1 dan 2. (Aini & Aridiana, 2016)

23
2. Komplikasi yang bersifat kronis
a. Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak,
Pembuluh darah besar dapat mengalami aterosklerosis sering
terjadi pada NIDDM. Komplikasi makroangiopati adalah penyekit
vaskular otak (stroke), penyakit arteri koroner, dan penyakit
vaskuler perifer (hipertensi, gagal ginjal).
b. Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati
diabetik, nefropatik diabetik, dan neuropati. Nefropati terjadi
karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal
yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal.
c. Rentan infeksi seperti TB paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih.
d. kaki diabetik
Perubahan mikroangiopati, makroangiopati, dan neuroputi
menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah. Komplikasinya
dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangren,
penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik. Semua ini
dapat menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi
yang akhirnya menjadi gangren. (Aini & Aridiana, 2016)
2.2.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah sebagai upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes melitus adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
Dalam penatalaksanaan DM Ada empat pilar untuk melakukannya,
yaitu : edukas, Terapi gizi/diet, olahraga, dan obat.
1. Edukasi
Perubahan perilaku sangat dibutuhkan utuk mendapatkan hasil
pengelolaan diabetes yang optimal. Supaya perubahan perilaku
berhasil, dibutuhkun edukasi yang komprehensif dan upaya

24
peningkatan motivasi. Perubahan perilaki bertujuan penyandang
diabetes dapat manjalani pola hidup sehat. Beberapa perubahan
perilaku yang diharapkan seperti mengikuti pola makan sehat,
meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat diabetes dan obat-
obat pada keadan khusus secara aman dan teratun, melakukan
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan data
yang ada, melakukan perawatan kaki secara berkala, memiliki
kemumpuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut
dengan tepat, mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang
sederhana dan mau bergabung dengan kelompok penyandang diabetes,
mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes,
serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada (Aini &
Aridiana, 2016)
2. Terapi Gizi Medis
Pada umumnya, diet untuk penderita diabetes diatur
berdasarkan 3J yaitu jumlah (kalori), jenis dan jadwal. Faktor-faktor
yang menentukan kebutuhan kalori antara lain jenis kelamin, umur,
aktivitas fisik atau pekerjaan, dan berat badan. Penentuan status gizi
dapat menggunakan indeks massa tubuh (IMT) atau rumus Broca,
tetapi untuk kepentingan praktis di lapangan digunakin rumus Broca.
1) Cara penghitungan IMT
Indeks masa tubuh (IMT) dibagi menjadi beberapa
klasifikasi dengan cara mnghitung sebagai berikut.
BB
TB (dalam m2)
Tabel 2.3 Kriteria IMT
No. Klasifikasi IMT
1 BB kurang < 18,5
2 BB normal 18,5 – 22,9
3 BB lebih >23
Dengan resiko 23 – 24,9
Obesitas 1 25 – 29,9

25
Obesitas 2 >30
Sumber : (Aini & Aridiana, 2016)

2) Penentuan status gizi berdasarkan rumus broca


Pertama-tama dilakukan penghitungan berat badan ideal
(BBI) dengan rumus berikut.
(TB cm - 100) – 10%
Penghitungan status gizi pada laki-laki dengan tinggi < 160
cm dan wanita dengan tinggi< 150 cm, BBI tidak dikurangi 10%.
Penentuan status gizi dihitung dari :
Tabel 2.4 Klasifikasi BBW
No. Klasifikasi Relative Body Weight (BBW)
1 BB Kurang BB < 90% BBI
2 BB Normal BB 90 – 110% BBI
3 BB Lebih BB 110 – 120% BBI
4 Gemuk BB >120% BBI
Sumber : (Aini & Aridiana, 2016)
3) Penentuan kebutuhan kalori per hari
a. Kebutuhan basal
laki-laki : BBI (Kg) x 30
perempuan : BBI (Kg) x 25
b. Koreksi atau penyesuaian
1) Umur diatas 40 tahun : - 5%
2) Aktivitas ringan : + 10%
3) Aktivitas sedang : + 20%
4) Aktivitas berat : + 30%
5) Berat badan gemuk : - 20%
6) Berat badan lebih : - 10%
7) Stress metabolic (infeksi, operasi, dan lain-lain) : + 10 -
30%
8) Kehamilan trimester i dan ii : + 300
9) Kehamilan trimester iii : + 500

26
Penyandang diabetes yang juga mengidap penyakit lain, maka pola
pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Hal yang
terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan
mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia) dan
juga jangan terlalu banyak mengonsumsi makanan yang memperparah
penyakit diabetes meltus. Menurut Perkeni (2005), di buku karangan
(Aini, 2016) komposisi makanan yarg dianjurkan terdiri atas beberapa
unsur gizi penting sebagai berikut.
1. Karbohidrat : Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total
asupan energi.
2. Lemak : Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan
kalori, tidak perkenankau melebihi 30% tatal asupan energi.
Anjuran konsumsi kolesterol < 300 mg/hari.
3. Proten : Dibutahkun sebesar 10-20% total asupan energi
4. Natrum : Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama
dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari
3,000 mg atau sama dengan 6-7g (1 sendok teh) garam dapur.
5. Serat : Anjurkan konsumsi serat adalah + 25 g/1.000 kkal/hari
6. Pemanis atermatif : Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis
bergizi dan tak bergizi. Termasuk pemanin bergizi adalah gula
alkohol dan fruksa. Pemanis tak bergizi termasuk aspartam,
sakarin, acenalfame potasium, sukralose, dan neotame. (Aini &
Aridiana, 2016).
3. Olahraga
Menurut karidi, (2009) dalam buku karangan (Aini & Aridiana,
2016) Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
miemurunkan berat badan dan mempethaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali gula darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifai aerobik seperti Jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jusmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Prinsip olahraga pada pasien DM adalah CRIPE yaitu sebagai berikut

27
1) Continous (terus menerus) Latihan harus berkesinambungan terus-
menerus tanpa berhenti dalam waktu tertentu, contohnya seperti
berlari, istirahat, lalu mulai berlari lagi.
2) Rhytmical (berirama) Olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu
otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Contohnya, jalan
kaki, berlari, berenang, atau bersepeda.
3) Interval (berselang) Latihan dilakukan secara berselang-seling
antara gerak lambat dan cepat. Contohnya, lari dapat diselingi
dengan jalan cepat atau jalan cepat diselingi jalan biasa (asalkan
tidak berhenti).
4) Progressive (meningkat) Latihan dilakukan meningkat secara
bertahap sesuai kemampuan dari ringan sampai sedang hingga
mencapai 30-60 mennt dan intensitas latihan mencipai 60-70%
maximum heart rate (MHR). Sementara frekuensi latihan
dilakukan 3-5 kali per minggu.
5) Endurance (daya tahan) Latihan harus ditujukan pada latihan daya
tahan untuk meningkatkan kemampuan pernapasan dan jantung.
Hal ini dipenuhi oleh olahraga seperti jalan saki, berlari, berenang,
atau bersepeda.
4. Intervensi Farmakologis (Obat)
Intervensi farmakalogis ditambahkan jika sasaran glukosa
darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
Intervensi farmakologis terdiri atas pemberian Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) dan injeksi insulin.
1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Bendasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi empat golongan
berikut :
a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue).
a) Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utuma meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan merupakan
pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan

28
kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien
dengan berat badan lebih.
b) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada meningkatkan sekresi
Insulin fase pertama.
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin.
Tiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon) Obat golongan ini
mempunyai efek menurunkan resistansi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer.
Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan
gagal jantung kelas I-IV karena dapat memperberat edema atau
retensi cairan dan juga pada gangguan fungsi hati. Pasien yang
menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan
fungsi hati secara berkala.
c. Penghambat glukoneogenesis (Metformin).
Obat ini mempunvai efek utama mengurangi produksi glukosa
hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan
glukosa perifer. Obat ini utamanya dipakai pada penyandang
diabetes yang bertubuh gemuk. Metformin dikontraindikasikan
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin >
1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis,
renjatan, dan gagal jantung). Metformin dapat memberikan
efek samping mual, untuk mengurang keluhan tersebut lapat
diberikan pada saat atau sesudah malkan.
d. Penghambat glukosidase alfa (Acarbose).
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus
halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek
samping hipoglikemia. Efek sumping yang paling sering

29
ditemukan ialah kembung dan flatulens. (Aini & Aridiana,
2016)
2) Insulin.
Berdasarkan berbugai penelitian klinis, insulin selain dapat
memperbaiki status metabolik dengan cepat (terutama kadar
glukosa darah). juga memiliki efek lain yang bermanfaat, antara
lain perbaikan inflamasi. Pada pasien DMT-1 (DM Tipe 1), terapi
insulin dapat diberikan setelah diagnosis ditegakkan. Sementara
pada DMT-2 dapat menggunakan hasil Konsensus PERKENI 2006
yaitu jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A,C >
6,5%) dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, masa sudah
ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat antidiabetik oral
dan insulin. insulin diperlukan pada keadaan-keadaan berikut.
a. Perurunan berat badan yang cepat.
b. Kendali kadar glukosa darah yang buruk (A, C > 6,5 % atau
glukosa darah puasa > 250 mg/dL).
c. DM lebih dari 10 tahun.
d. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis, hiperglikermia
liperosmelar non-ketotik, dan hiperglikemia dengan asidosis
laktat.
e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal.
f. Stres berat (injeksi sistemik, operasi besar. IMA, dan stroke).
g. Kehamilan dengan DM (diabetes melitus gestasional) yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan.
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
i. kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO. (Aini &
Aridiana, 2016)

30
Tabel 2.5 Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus
Kriteria Baik Sedang Buruk
Gukosa darah plasma
vena (mg/dl)
1) Puasa 80-100 100-125 >126
2) 2 jam PP 80-144 145-179 >180
Hb A1c (%) <6,5 6,5-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL <130 130-159 >160
Kriteria
1) Tanpa PJK Baik Sedang Buruk
2) Dengan PJK <100 100-129 ≥130
Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35
Trigliserida (mg/dl)
1) Tanpa PJK <200 200-249 >250
2) Dengan PJK <150 150-199 >200
IMT/BMI
1) Perempuan 18,5-23,9 23-25 >25 atau <18,5
2) Laki-laki 20-24,9 25-27 >27 atau<20
Tekanan darah (mmHg) <130/80 130-139/80-89 ≥140/90
Sumber: (Smeltzer & Bare, 2012)

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Militus


2.3.1 Pengkajian
Proses pengakajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber
seperti wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman
yang dilaporkan anggota keluarga.
a. Data umum
1) Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala
keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur,
pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian pendidikan diketahui
bahwa pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam

31
mengatur pola makan dan kemampuan pasien dalam pengelolaan
serta perawatan diabetes mellitus. Umur juga dikaji karena faktor
usia berpengaruh terhadap terjadinya diabates mellitus dan usia
dewasa tua ( >40 tahun ) adalah resiko tinggi diabetes mellitus
(Harmoko, 2012).
2) Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik
atau faktor keturunan untuk timbulnya diabetes mellitus pada
pasien.
3) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya
dapar terjadi pada bentuk keluarga apapun.
4) Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa dan kebiasaan adat penderita tersebut terkait
dengan penyakit diabetes melitus.
5) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi terjadinya diabetes melitus.
6) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga. Pada pengkajian status sosial
ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi
berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Diabetes Melitus
sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status ekonomi
menengah keatas. Karena faktor lingkungan dan gaya hidup yang
sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik,
dan strees berperan penting sebagai pemicu diabetes

32
(Friedmann, 2010).
7) Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
kegiatan menonton televisi serta mendengarkan radio.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini. Biasanya diabetes mellitus sering terjadi pada laki-
laki atau perempuan yang berusia > 40 tahun. Tahap
perkembangan keluarga yang beresiko mengalami masalah
Diabetes Melitus adalah tahap perkembangan keluarga dengan
usia pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi proses
degenerative yaitu suatu kemunduran fungsi system organ tubuh,
termasuk penurunan fungsi dari sel beta pankreas.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi. Biasanya keluarga
dengan diabetes mellitus kurang peduli terhadap pengontrolan
kadar gula darah jika belum menimbulkan komplikasi lain.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit
termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang bias
digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan. Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga karena
diabetes mellitus juga merupakan salah satu dari penyakit
keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang perhatian
keluarga terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan

33
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak
suami dan istri untuk mengetahui kemungkinan jika diabetes
nelitus yang terjadi pada pasien merupakan faktor keturunan.
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan
ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank,
jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah (Friedman, 2010). Penataan lingkungan yang
kurang pas dapat menimbulkan suatu cidera, karena pada
penderita diabetes melitus bila mengalami suatu cidera atau luka
biasanya sulit sembuh.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan /
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan penderita diabetes melitus.
3) Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana interaksi keluarga dengan masyarakat. Misalnya
perkumpulan keluarga inti saat malam hari, karena saat malam
hari orang tua sudah pulang bekerja dan anak-anak sudah
pulang sekolah atau perkumpulan keluarga besar saat ada
perayaan seperti hari raya. Interaksi dengan masyarakat bisa

34
dilakukan dengan dilakukan kegiatan-kegiatan di lingkungan
tempat tinggal seperti gotong royong dan arisan RT/RW.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang
dimilki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas
fisik, fasilitas psikologis atau pendukung dari anggota keluarga
dan fasilitas social atau dukungan dari masyarakat setempat
terhadap pasien dengan diabetes melitus. Pengelolaan pasien
yang menderita Diabetes Melitus dikeluarga sangat
membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari
pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Semuanya berperan
dalam pemberian edukasi, motivasi dan monitor atau mengontrol
perkembangan kesehatan anggota keluarga yang menderita
Diabetes Melitus.
d. Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur
kekuatan keluarga yang berisi kemampuan keluarga mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk merubah prilaku, struktur peran
yang menjelaskan peran formal dan informal dari masing-masing
anggota keluarga serta nilai dan norma budaya yang menjelaskan.
Mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya dan seberapa jauh keluarga
saling asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang
lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan
(Friedman, 2010). Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan

35
dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral bagi
pembentukan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berkaitan
dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para
anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal
tanda - tanda gangguan kesehatan selanjutnya. Bagaimana
keluarga, merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain
dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memparhatikan
keluarga yang menderita DM akan menimbulkan komplikasi
lebih lanjut.
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya,
penghargaan, hukuman dan perilaku serta memberi dan menerima
cinta (Friedman, 2010). Keluarga yang memberikan kebebasan
kepada anggota keluarga yang menderita DM untuk berinteraksi
dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga.
Biasanya penderita DM akan kehilangan semangat oleh karena
merasa jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup.
Pada kasus penderita diabetes mellitus yang sudah komplikasi,
dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik didalam keluarga
maupun didalam komunitas sekitar keluarga.
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5
tugas pokok keluarga, yaitu :
a) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui pengertian,
faktor penyebab, tanda dan gejala serta yang mempengaruhi

36
keluarga terhadap masalah. Pada kasus diabetes mellitus ini
dikaji bagaimana pemahaman keluarga mengenai pengertian
diabetes mellitus, penyebab diabetes mellitus, tanda dan
gejala diabetes mellitus serta bagaimana pananganan dan
perawatan terhadap keluarga yang menderita diabetes
mellitus.
b) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang sesuai dan tepat untuk keluarga dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan dan menentukan tindakan dalam
keluarga. Yang perlu dikaji adalah bagaimana mengambil
keputusan apabila anggota keluarga menderita diabetes
mellitus dan kemampuan keluarga mengambil keputusan
yang tepat akan mendukung kesembuhan anggota keluarga
yang menderita diabetes mellitus.
c) Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita diabetes mellitus, bagaimana
keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga
yang sakit diabetes mellitus.
d) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Bagaiman keluarga
mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan kemampuan keluarga untuk memodifikasi
lingkungan akan dapat mencegahan timbulnya komplikasi
dari diabetes mellitus. Pemeliharaan lingkungan yang baik
akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu
penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan biasanya disebabkan karena
terbatasnya sumber – sumber keluarga diantaranya keuangan,
kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

37
e) Mengatuhi sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung terhadap
kesehatan seseorang. Keluarga mengetahui ke fasilitas
kesehatan mana anggota keluarga yang menderita diabetes
mellitus dibawa untuk melakukan pengontrolan rutin kadar
gula darah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan akan membantu anggotakeluarga yang
sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan agar
masalah teratasi.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan
jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam
upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. Biasanya pada
penderita diabetes yang laki-laki akan mengalami beberapa
masalah seksual seperti disfungsi ereksi atau bahkan kehilangan
gairah seksual, sedangkan pada wanita biasanya akan mengalami
radang vagina yang disebabkan infeksi jamur.
5) Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan serta sejauh mana keluarga
memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga. Pada keluarga dengan
tingkat ekonomi yang mencukupi akan memperhatikan kebutuhan
perawatan penderita diabetes, misalnya dengan menggunakan
susu diabetasol.
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari enam bulan.
2) Stressor jangka panjang

38
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari enam bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor.
4) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menhadapi
permasalahan / stress.
5) Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan / stress.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe, untuk pemeriksaan fisik
untuk diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda - tanda vital. Biasanya pada
penderita diabetes didapatkan berat badan yang diatas normal /
obesitas.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran
pada leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan
pada pendengaran. Biasanya pada penderita diabetes mellitus
ditemui penglihatan yang kabur / ganda serta diplopia dan lensa
mata yang keruh, telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah.
3) Sistem Integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor
kulit menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau
maka warna sekitar luka akan memerah dan menjadi warna

39
kehitaman jika sudah kering. Pada luka yang susah kering
biasanya akan menjadi ganggren.
4) Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya
pada penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada
sistem pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi
jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi /
bradikardi, hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi,
mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.
7) Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
8) Sistem Muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi dan rasa kesemutan
pada tangan atau kaki.
2.3.2 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga yang dikembangkan adalah
diagnosis tunggal yang hampir serupa dengan diagnosis keperawatan
klinik. (Sudiharto, 2012). Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan
berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari

40
masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang
berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan
mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi dan simptom) dimana
untuk problem menggunakan rumusan masalah dari NANDA, sedangkan
untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau
dengan menggambarkan pohon masalah (Padila, 2012).
Diagnosis yang dapat muncul pada keluarga terkait fungsi
perawatan keluarga seperti ketidakefektifan manajemen kesehatan diri,
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri, ketidakefektifan
penatalaksanaan regimen terapeutik, dll (NANDA, 2015).
Dalam menyusun diagnosa keperawatan keluarga, perawat
keluarga harus mengacu pada tipologi diagnosa keperawatan keluarga
(Sudiharto, 2012), yaitu :
1. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
2. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan
suatu kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga


dengan diabetes mellitus yaitu (NANDA, 2015) :
a. Resiko ketidakstabilan gula darah
b. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
c. Gangguan rasa nyaman
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resiko komplikasi
f. Defisit pengetahuan
g. Resiko syok hipovolemik
h. Resiko kerusakan integritas kulit
i. Resiko cidera

41
Setelah dilakukan skoring menggunakan skala prioritas, maka didapatkan
diangnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA (2015) dengan
etiologi menurut Friedman (2010), sebagai berikut :
a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Resiko komplikasi
SKALA PRIORITAS MASALAH
Kriteria SKOR BOBOT PEMBENARAN
Sifat masalah :
(1) Tidak/kurang sehat 3 1
(2) Ancaman 2
(3) Sejahtera 1
Kemungkinan masalah
dapat diubah :
(1) Mudah 2 2
(2) Sebagian 1
(3) Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk
dicegah :
(1) Tinggi 3 1
(2) Cukup 2
(3) Rendah 1
Menonjolnya masalah :
(1) Masalah berat harus 2
Ditangani
(2) Ada 1 1
masalah tetapi tidak
perlu segera ditangani
(3) Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL SKOR
Sumber : Widyanto (2014) Skoring :

42
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertingi dan dikalikkan dengan bobot.
Skor
X Bobot
Angka Tertingi
Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,
dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi
alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak
bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu
dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010)

43
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Evaluasi


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Rencana Tindakan
1. Resiko Setelah 1. Setelah  Keluarga mampu  Diabetes mellitus  Gali pengetahuan keluarga
ketidakstabilan kadar dilakukan dilakukan menyebutkan defenisi merupakan kondisi tentang pengertian diabetes
glukosa darah kunjungan kunjungan 1 x diabetes mellitus dimana kadar gula mellitus
sebanyak 5 x 50 50 menit dengan bahasa darah sewaktu diatas  Diskusikan dengan
menit keluarga keluarga sendiri. 180 mg/dl dan gula keluarga tentang pengertian
mampu mampu darah puasa diatas 125 diabetes mellitus dengan
mengenal dan mengenal mg/dl. menggunakan lembar balik
memahami masalah dan leaflet
bagaimana diabetes  Beri kesempatan keluarga
perawatan mellitus untuk bertanya
diabetes mellitus  Beri reinforcement positif
 Keluarga mampu  Penyebab diabetes  Gali pengetahuan keluarga
menyebutkan 6 dari 8 mellitus yaitu faktor tentang penyebab diabetes
penyebab dari genetik atau keturunan, mellitus
diabetes mellitus. pola makan yang tidak  Diskusikan dengan
teratur, kurangnya keluarga tentang penyebab
aktifitas fisik atau olah diabetes mellitus dengan
raga, stress, obesitas menggunakan lembar balik
atau kegemukan, obat- dan leaflet
obatan dan infeksi.  Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
 Berikan reinforcement

44
positif
 Keluarga mampu  Tanda dan gejala
menyebutkan 6 dari 8 diabetes mellitus yaitu  Gali pengetahuan keluarga
tanda dan gejala sering kencing, sering tentang tanda dan gejala
diabetes mellitus. lapar, sering haus, rasa diabetes mellitus
gatal, mudah lelah,  Diskusikan dengan
luka yang sulit sembuh keluarga tentang tanda dan
atau infeksi pada kulit, gejala diabetes mellitus
pandangan kabur, dan dengan menggunakan
kesemutan atau baal. lembar balik dan leaflet
 Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
 Berikan reinforcement
 Keluarga mampu  Pencegahan diabetes positif
menyebutkan 5 dari 7 melitus antara lain
cara pencegahan menerapkan pola hidup  Gali pengetahuan keluarga
diabetes mellitus. sehat, terapkan pola tentang tanda dan gejala
makan yang baik dan diabetes mellitus
sehat, jaga kondisi  Diskusikan dengan
mental spiritual, keluarga tentang cara
melakukan aktifitas pencegahan diabetes
fisik secara rutin, jaga mellitus dengan
berat badan ideal, jauhi menggunakan lembar balik
rokok dan minuman dan leaflet
alkohol serta konsumsi  Keluarga bersama perawat
berbagai herbal yang mengidentifikasi anggota
dapat mencegah keluarga yang mengalami
diabetes melitus. masalah diabetes mellitus
 Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
45
 Evaluasi kembali
pengertian, penyebab, tanda
gejala dan pencegahan
diabetes mellitus pada
keluarga.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban yang
benar.
2. Setelah  Keluarga mampu  Keluarga memberi
dilakukan mengambil keputusan keputusan untuk  Kaji keputusan yang
kunjungan 1 x dalam merawat merawat anggota diambil oleh keluarga
50 menit anggota keluarga keluarga dengan  Diskusikan dengan
keluarga dengan diabetes masalah diabetes keluarga tentang
mampu mellitus mellitus komplikasi dari diabetes
memutuskan mellitus
untuk merawat  Bimbing dan motivasi
anggota keluarga untuk mengambil
keluarga keputusan dalam
dengan menangani masalah
diabetes diabetes mellitus
mellitus  Evaluasi kembali tentang
keputusan yang telah dibuat
 Beri pujian atas keputusan
yang diambil keluarga
untuk mengatasi masalah
diabetes mellitus pada
3. Setelah  Keluarga mampu  Keluarga mampu keluarga
dilakukan merawat anggota memahami bagaimana
 Kaji pengetahuan keluarga

46
kunjungan 1 x keluarga dengan perawatan diabetes tentang cara merawat
50 menit diabetes mellitus dan mellitus dan mampu anggota keluarga dengan
keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 diabetes mellitus
mampu mendemonstrasikan cara mengatasi  Diskusikan dengan
merawat bagaimana cara masalah diabetes keluarga tentang merawat
anggota mengatasi diabetes mellitus, yaitu anggota keluarga dengan
keluarga mellitus manajemen diet, diabetes mellitus
dengan aktivitas dan olah raga  Menjelaskan dan
diabetes (senam DM dan senam mendemonstrasikan pada
mellitus kaki), pengobatan, keluarga mengenai cara
manajemen stress, dan mengatasi masalah diabates
pemeriksaan berkala mellitus
kadar gula darah.  Evaluasi kembali tentang
cara merawat dan cara
mengatasi diabetes mellitus
 Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban yang
4. Setelah  Keluarga dapat  Keluarga mampu benar.
dilakukan menciptakan dan memodifikasi
kunjungan 1 x memodifikasi lingkungan untuk  Kaji pengetahuan keluarga
50 menit lingkunagn yang merawat anggota tentang lingkungan yang
keluarga dapat membantu keluarga dengan nyaman untuk anggota
mampu dalam perawatan memelihara kebersihan keluarga dengan diabetes
memodifikasi anggota keluarga rumah (jangan mellitus
dan dengan diabetes meletakkan barang  Diskusikan bersama
menciptakan mellitus sembarang), keluarga bagaimana
lingkungan menggunakan alas kaki lingkungan nyaman dan
sehat untuk anggota
47
yang sehat saat berjalan keluar keluarga dengan diabetes
untuk dari rumah. mellitus
menunjang  Evaluasi kembali tentang
kesehatan bagaimana lingkungan yang
keluarga. dapat menunjang kesehatan
anggota keluarga yang sakit
 Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
 Berikan pujian pada
keluarga.
5. Setelah  Keluarga mampu  Keluarga mampu
dilakukan menyebutkan apa saja memanfaatkan fasilitas
kunjungan 1 x fasilitas kesehatan kesehatan yang ada  Kaji pengetahuan keluarga
50 menit yang ada dan apa dalam melakukan tentang apa saja fasilitas
keluarga keuntungan perawatan pada kesehatan yang ada dan apa
mampu membewa anngota keluarga dengan manfaat fasilitas kesehatan
menggunakan keluarga yang sakit masalah diabetes tersebut.
dan ke fasilitas kesehatan mellitus yaitu dengan  Diskusikan bersama
memanfaatkan membawa anggota keluarga apa saja fasilitas
fasilitas keluarga untuk kontrol kesehatan yang ada ada dan
kesehatan dan berobat ke bagaimana memanfaatkan
yang ada. puskesmas, rumah fasilitas pelayanan
bidan dan RS serta kesehatan tersebut.
keluarga memahami  Evaluasi kembali apa saja
apa keuntungannya. fasilitas kesehatan yang
bisa digunakan dan
bagaimana memanfaatkan
fasilitas kesehatan pada
semua anggota keluarga
 Berikan kesempatan
48
keluarga untuk bertanya
 Berikan pujian pada
keluarga

2. Nutrisi kurang dari Setelah 1. Setelah  Keluarga mampu  Diit pada pasien  Gali pengetahuan keluarga
kebutuhan tubuh dilakukan dilakukan menyebutkan defenisi diabetes adalah tentang pengertian diit
kunjungan kunjungan 1 x diit pada diabetes pengaturan jenis dan diabetes mellitus
sebanyak 5 x 50 50 menit mellitus dengan jumlah makanan  Diskusikan dengan
menit keluarga keluarga bahasa sendiri. dengan maksud keluarga tentang pengertian
mampu mampu mempertahankan diit diabetes mellitus
mengenal dan mengenal dan kesehatan serta status dengan menggunakan
memahami memahami diit nutrisi dan membantu lembar balik dan leaflet
bagaimana pada pasien menyembuhkan serta  Beri kesempatan keluarga
pengaturan diit diabetes pencegahan terjadinya untuk bertanya
pada pasien mellitus komplikasi.  Berikan reinforcement
diabetes mellitus positif

 Keluarga mampu  Gali pengetahuan keluarga


menyebutkan 4 dari 5  Tujuan diit diabetes tentang tujuan diit diabetes
tujuan diit pada antara lain mencapai mellitus
diabetes mellitus dan mempertahankan  Diskusikan dengan
dengan bahasa kadar glukosa darah keluarga tentang tujuan diit
sendiri. mendekati normal, diabetes mellitus dengan
mencapai dan menggunakan lembar balik
mempertahankan lipid dan leaflet
mendekati normal,  Beri kesempatan keluarga
mencapai berat badan
normal, mencegah
komplikasi kronik,

49
meningkatkan kualitas untuk bertanya
hidup sehingga dapat  Berikan reinforcement
melakukan pekerjaan positif
sehari-hari seperti
biasa

 Keluarga mampu  Gali pengetahuan keluarga


menyebutkan 8 dari 8  Macam-macam diit tentang macam-macam diit
macam-macam diit pasien diabetes antara diabetes mellitus
pada diabetes mellitus lain Diet Diabetes  Diskusikan dengan
dengan bahasa Melitus I, Diet keluarga tentang macam-
sendiri. Diabetes Melitus II, macam diit diabetes
Diet Diabetes Melitus mellitus dengan
III, Diet Diabetes menggunakan lembar balik
Melitus IV, Diet dan leaflet
Diabetes Melitus V,  Beri kesempatan keluarga
Diet Diabetes Melitus untuk bertanya
VI, Diet Diabetes  Berikan reinforcement
Melitus VII, Diet positif
Diabetes Melitus VIII.
Diet I-III diberikan
kepada pasien yang
terlalu gemuk. Diet
IV-V diberikan
kepada pasien yang
mempunyai berat
badan normal. Diet
VI-VIII diberikan
kepada pasien kurus,
diabetes remaja

50
(Juvenile Diabetes),
atau diabetes dengan
komplikasi.
 Keluarga mampu
menyebutkan 5 dari 8  Gali pengetahuan keluarga
macam-macam  Makanan yang baik tentang makanan yang baik
makanan yang baik dikonsumsi penderita untuk penderita diabetes
dikonsumsi penderita diabetes antara lain mellitus
diabetes mellitus makanan yang terbuat  Diskusikan dengan
dengan bahasa dari biji-bijian utuh keluarga makanan yang
sendiri. atau karbohidrat baik untuk diabetes mellitus
kompleks seperti nasi dengan menggunakan
merah, kentang lembar balik dan leaflet
panggang, oatmeal,  Beri kesempatan keluarga
roti dan sereal dari untuk bertanya
biji-bijian utuh;  Berikan reinforcement
daging tanpa lemak positif
yang dikukus, direbus,
dipanggang, dan
dibakar; sayur-
sayuran yang diproses
dengan cara direbus,
dikukus, dipanggang
atau dikonsumsi
mentah. Sayuran yang
baik dikonsumsi
untuk penderita
diabetes di antaranya
brokoli dan bayam;
buah-buahan segar;

51
kacang-kacangan,
termasuk kacang
kedelai dalam bentuk
tahu yang dikukus,
dimasak untuk sup
dan ditumis; popcorn
tawar; produk olahan
susu rendah lemak
dan telur; ikan seperti
tuna, salmon, sarden
 Keluarga mampu dan makarel
mengambil keputusan  Kaji keputusan yang
2. Setelah dalam merawat  Keluarga memberi diambil oleh keluarga
dilakukan anggota keluarga keputusan untuk  Diskusikan dengan
kunjungan 1 x dengan diabetes merawat anggota keluarga tentang
50 menit mellitus keluarga dengan komplikasi dari diabetes
keluarga masalah diabetes mellitus
mampu mellitus  Bimbing dan motivasi
memutuskan keluarga untuk mengambil
untuk merawat keputusan dalam
anggota menangani masalah
keluarga diabetes mellitus
dengan  Evaluasi kembali tentang
diabetes keputusan yang telah dibuat
mellitus  Beri pujian atas keputusan
yang diambil keluarga
untuk mengatasi masalah
diabetes mellitus pada
keluarga

52
 Keluarga mampu
3. Setelah merawat anggota  Keluarga mampu  Kaji pengetahuan keluarga
dilakukan keluarga dengan memahami bagaimana tentang cara merawat
kunjungan 1 x diabetes mellitus dan perawatan diabetes anggota keluarga dengan
50 menit mampu mellitus dan mampu diabetes mellitus
keluarga mendemonstrasikan menyebutkan 3 dari 5  Diskusikan dengan
mampu bagaimana cara cara mengatasi keluarga tentang merawat
merawat mengatasi diabetes masalah diabetes anggota keluarga dengan
anggota mellitus mellitus, yaitu diabetes mellitus
keluarga manajemen diet,  Menjelaskan dan
dengan aktivitas dan olah raga mendemonstrasikan pada
diabetes (senam DM dan senam keluarga mengenai cara
mellitus kaki), pengobatan, mengatasi masalah diabates
manajemen stress, dan mellitus
pemeriksaan berkala  Evaluasi kembali tentang
kadar gula darah. cara merawat dan cara
mengatasi diabetes mellitus
 Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban yang
benar.
 Keluarga dapat
4. Setelah menciptakan dan  Keluarga mampu
dilakukan memodifikasi memodifikasi  Kaji pengetahuan keluarga
kunjungan 1 x lingkunagn yang lingkungan untuk tentang lingkungan yang
50 menit dapat membantu merawat anggota nyaman untuk anggota
dalam perawatan keluarga dengan keluarga dengan diabetes
mellitus
53
keluarga anggota keluarga memelihara kebersihan  Diskusikan bersama
mampu dengan diabetes rumah (jangan keluarga bagaimana
memodifikasi mellitus meletakkan barang lingkungan nyaman dan
dan sembarang), sehat untuk anggota
menciptakan menggunakan alas kaki keluarga dengan diabetes
lingkungan saat berjalan keluar mellitus
yang sehat dari rumah.  Evaluasi kembali tentang
untuk bagaimana lingkungan yang
menunjang dapat menunjang kesehatan
kesehatan anggota keluarga yang sakit
keluarga.  Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
 Berikan pujian pada
keluarga.
 Keluarga mampu
5. Setelah menyebutkan apa saja  Keluarga mampu
dilakukan fasilitas kesehatan memanfaatkan fasilitas  Kaji pengetahuan keluarga
kunjungan 1 x yang ada dan apa kesehatan yang ada tentang apa saja fasilitas
50 menit keuntungan dalam melakukan kesehatan yang ada dan apa
keluarga membewa anngota perawatan pada manfaat fasilitas kesehatan
mampu keluarga yang sakit keluarga dengan tersebut.
menggunakan ke fasilitas kesehatan masalah diabetes  Diskusikan bersama
dan mellitus yaitu dengan keluarga apa saja fasilitas
memanfaatkan membawa anggota kesehatan yang ada ada dan
fasilitas keluarga untuk kontrol bagaimana memanfaatkan
kesehatan yang dan berobat ke fasilitas pelayanan
ada. puskesmas, rumah kesehatan tersebut.
bidan dan RS serta  Evaluasi kembali apa saja
keluarga memahami fasilitas kesehatan yang
bisa digunakan dan
54
apa keuntungannya. bagaimana memanfaatkan
fasilitas kesehatan pada
semua anggota keluarga
 Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
 Berikan pujian pada
keluarga

3. Resiko komplikasi Setelah 1. Setelah  Keluarga mampu  Komplikasi diabetes  Gali pengetahuan keluarga
dilakukan dilakukan menyebutkan defenisi melitus adalah tentang pengertian
kunjungan kunjungan 1 x komplikasi diabetes gabungan atau komplikasi diabetes
sebanyak 5 x 50 50 menit mellitus dengan hadirnya penyakit baru mellitus
menit keluarga keluarga bahasa sendiri. yang bersarang dalam  Diskusikan dengan
mampu mampu tubuh sebagai keluarga tentang
mengenal dan mengenal dan tambahan dari penyakit komplikasi diabetes
memahami memahami diit diabetes melitus yang mellitus dengan
pencegahan pada pasien sebelumnya sudah ada menggunakan lembar balik
komplikasi diabetes dan biasanya dan leaflet
diabetes mellitus mellitus disebabkan karena  Beri kesempatan keluarga
penanganan yang untuk bertanya
lambat.  Berikan reinforcement
positif

 Keluarga mampu  Komplikasi diabetes


menyebutkan 4 dari 5 melitus antara lain  Gali pengetahuan keluarga
komplikasi diabetes penyakit tentang macam-macam
melitus dengan kardiovaskuler, komplikasi diabetes
bahasa sendiri. penyakit ginjal mellitus
 Diskusikan dengan
55
(nefropati), penyakit keluarga tentang macam-
mata, penyakit syaraf macam komplikasi diabetes
(neuropati) dan mellitus dengan
kerentanan terhadap menggunakan lembar balik
infeksi. dan leaflet
 Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
 Berikan reinforcement
positif

 Keluarga mampu  Cara pencegahan dan


menyebutkan 2 dari 3 pengendalian diabetes  Gali pengetahuan keluarga
cara pencegahan dan melitus yaitu kontrol tentang macam-macam
pengendalian gula darah, kontrol komplikasi diabetes
komplikasi diabetes tekanan darah dan mellitus
kontrol kolesterol.  Diskusikan dengan
keluarga tentang macam-
macam komplikasi diabetes
mellitus dengan
menggunakan lembar balik
dan leaflet
 Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
 Berikan reinforcement
positif
2. Setelah  Keluarga mampu  Keluarga memberi
dilakukan mengambil keputusan keputusan untuk
kunjungan 1 x dalam merawat merawat anggota  Kaji keputusan yang
diambil oleh keluarga
 Diskusikan dengan
56
50 menit anggota keluarga keluarga dengan keluarga tentang
keluarga dengan diabetes masalah diabetes komplikasi dari diabetes
mampu mellitus mellitus mellitus
memutuskan  Bimbing dan motivasi
untuk merawat keluarga untuk mengambil
anggota keputusan dalam
keluarga menangani masalah
dengan diabetes mellitus
diabetes  Evaluasi kembali tentang
mellitus keputusan yang telah dibuat
 Beri pujian atas keputusan
yang diambil keluarga
untuk mengatasi masalah
diabetes mellitus pada
keluarga

3. Setelah  Keluarga mampu  Keluarga mampu


dilakukan merawat anggota memahami bagaimana  Kaji pengetahuan keluarga
kunjungan 1 x keluarga dengan perawatan kaki pada tentang cara perawatan kaki
50 menit diabetes mellitus dan pasien diabetes yaitu anggota keluarga dengan
keluarga mampu Periksa kaki secara diabetes mellitus
mampu mendemonstrasikan teratur setiap hari, cuci  Diskusikan dengan
merawat bagaimana cara kaki setiap hari dengan keluarga tentang cara
anggota perawatan kaki pasien sabun yang lembut, perawatan kaki anggota
keluarga diabetes potonglah kuku-kuku keluarga dengan diabetes
dengan di jari kaki dengan mellitus
diabetes hati-hati, olesi kaki  Menjelaskan dan
mellitus dengan krim pelembab mendemonstrasikan pada
agar tidak retak, keluarga mengenai cara
perawatan kaki anggota
57
gunakan alas kaki, keluarga ddengan masalah
pilih kaus kaki dengan diabates mellitus
kandungan katun yang  Evaluasi kembali tentang
tinggi dan jadwalkan cara perawatan kaki
kunjungan ke dokter.  Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban yang
benar.
 Keluarga dapat
4. Setelah menciptakan dan  Keluarga mampu
dilakukan memodifikasi memodifikasi  Kaji pengetahuan keluarga
kunjungan 1 x lingkunagn yang lingkungan untuk tentang lingkungan yang
50 menit dapat membantu merawat anggota nyaman untuk anggota
keluarga dalam perawatan keluarga dengan keluarga dengan diabetes
mampu anggota keluarga memelihara kebersihan mellitus
memodifikasi dengan diabetes rumah (jangan  Diskusikan bersama
dan mellitus meletakkan barang keluarga bagaimana
menciptakan sembarang), lingkungan nyaman dan
lingkungan menggunakan alas kaki sehat untuk anggota
yang sehat saat berjalan keluar keluarga dengan diabetes
untuk dari rumah. mellitus
menunjang  Evaluasi kembali tentang
kesehatan bagaimana lingkungan yang
keluarga. dapat menunjang kesehatan
anggota keluarga yang sakit
 Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
 Berikan pujian pada
keluarga.
58
5. Setelah  Keluarga mampu  Keluarga mampu  Kaji pengetahuan keluarga
dilakukan menyebutkan apa saja memanfaatkan fasilitas tentang apa saja fasilitas
kunjungan 1 x fasilitas kesehatan kesehatan yang ada kesehatan yang ada dan apa
50 menit yang ada dan apa dalam melakukan manfaat fasilitas kesehatan
keluarga keuntungan perawatan pada tersebut.
mampu membewa anngota keluarga dengan  Diskusikan bersama
menggunakan keluarga yang sakit masalah diabetes keluarga apa saja fasilitas
dan ke fasilitas kesehatan mellitus yaitu dengan kesehatan yang ada ada dan
memanfaatkan membawa anggota bagaimana memanfaatkan
fasilitas keluarga untuk kontrol fasilitas pelayanan
kesehatan yang dan berobat ke kesehatan tersebut.
ada. puskesmas, rumah  Evaluasi kembali apa saja
bidan dan RS serta fasilitas kesehatan yang
keluarga memahami bisa digunakan dan
apa keuntungannya. bagaimana memanfaatkan
fasilitas kesehatan pada
semua anggota keluarga
 Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
 Berikan pujian pada
keluarga

59
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses
aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber
didalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehtan.
Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan
mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan
keluarga untuk : mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan
berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan
membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi
lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan terdekat ( Sudiharto, 2012).
Menurut Padila (2012), tindakan perawatan terhadap keluarga
mencakup dapat berupa :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah
dan kebutuhan kesehatan, dengan cara :
1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara:
1) Mendemontrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan dengan cara :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

60
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara :
1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai
keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga
memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota
keluarga. Sebagai komponen kelima dalam proses keperawatan, evaluasi
adalah tahap yang menetukan apakah tujuan yang telah ditetapkan akan
menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi
(Sudiharto,2012).

61
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 26 April 2022 Pukul 17.00
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. S
2. TTL/Umur : Magelang, 24-05-1970 (52 tahun)
3. Alamat : Desa Giri Rejo
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Petani
6. Agama : Islam
7. Komposisis Keluarga
No Nama Sex Umur Hub. Pend. agama Pekerjaan Status
Dg KK kesehatan
1. Tn. S L 52 thn Suami SLTA Islam Petani Tidak ada
2. Ny. M P 53 thn Istri SLTA Islam IRT Kaki
kesemutan
(Riwayat
DM)
3. Tn. L 27 thn Anak SLTA Islam Wiraswasta Tidak ada
4. Tn. L 16 thn Anak SMA Islam Pelajar Tidak ada

62
Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal dalam satu rumah

: Meninggal

: penderita
8. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga inti (nuclear family), yaitu
keluarga kecil dalam satu rumah yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak-anak.
9. Kewarganegaraan atau suku bangsa
Keluarga Tn. S berasal dari suku jawa. Budaya keluarga Tn. S
mengikuti kebiasaan serta budaya suku jawa.
10. Agama
Agama seluruh anggota keluarga adalah islam.

63
11. Status social ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga adalah antara Rp 2.000.000 sampai Rp.
3.000.000 perbulan yang diperoleh dari gaji bekerja sebagai
wiraswasta.
12. Aktivitas rekreasi keluarga
Biasanya keluarga Tn.S ikut rekreasi yang ada didesa misalnya
menonton TV bersama untuk mengisi waktu luang. Selain itu keluarga
Tn. S aktif ikut dalam kegiatan yang ada didesa misalnya pengajian.
B. Riwayat perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat adalah Tahap perkembangan
keluarga saat ini adalah keluarga yang memiliki anak usia dewasa.
Tugas perkembangan saat ini yaitu memperluas keluarga menjadi
keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak
mandiri di masyarakat dan menata kembali peran dan kegiatan rumah
tangga
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas-tugas perkembangan pada tahap ini telah dilaksanakan oleh
keluarga Tn. S dengan baik. Tidak ada tugas perkembangan yang
belum terpenuhi.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Saat pengkajian pada tanggal 23 Mei 2022. Tn. S pada tiga bulan
terakhir tidak sakit apa apa dan tidak mempunyai riwayat HT atau DM,
hanya Ny. M mempunyai riwayat DM selama 6 tahun, pemeriksaan
terakhir pada Tahun lalu GDS Ny. M 267 mg/dL. Saat dikaji
mengeluh kaki kesemutan. Ny M tidak rutin kontrol cek gula darah
karena merasa takut dengan keadaan saat ini atau masa pandemi.
Kontrol saat di ajak anaknya atau saat ada keluhan saja. Dan Ny M
mengatakan tidak minum secara rutin obat yang diberikan oleh dokter.
Untuk makanan Ny. M tidak membatasi makanan manis masih suka
nyemil seperti krupuk, cilok dan Ny M belum mengetahui diet yang

64
perlu dilakuakan. Tn. S merasa khawatir dengan kondisi Ny. M saat
mengeluh sakit
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (yang lalu)
Pada Keluarga Tn. M tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
keturunan seperti DM, HT. Namun pada Keluarga Ny.M ada riwayat
penyakit DM
C. Keadaan lingkungan
1. Karakteristik rumah
Keluarga Tn. S tinggal di rumah permanen dengan luas rumah 152 m2.
Kepemilikan rumah milik pribadi. Jumlah Kamar tidur 4 dan 1 kamar
mandi. Ventilasi cukup baik cahaya matahari bisa masuk melalui
jendela maupun pintu dan genting kaca. Penerangan dengan
menggunakan listrik. Sedangkan air bersih diperoleh dari sumur.
Pengelolaan sampah dibuang di pekarangan rumah dan dibakar.
Limbah keluarga langsung terbuang melalui selokan di belakang
rumah yang mengalir ke sungai. WC terletak didalam kamar mandi
dengan septik tank terdapat dibelakang rumah dengan jarak lebih dari
5 meter dari kamar mandi.
Denah rumah :

Keterangan :
A. Ruang tamu
B. Ruang keluarga
C. Ruang tidur 1
D. Ruang tidur 2

65
E. Ruang tidur 3
F. Ruang tidur 4
G. Dapur
H. Mushollah
I. Kamar mandi
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tetangga keluarga Tn. S pada umumnya bekerja sebagai petani,
penjahit dan di pabrik. Jarak rumah mereka berdekatan. Ikatan antar
keluarga baik, tetangga rumah ramah-ramah, saling tolong menolong
jika ada keluarga yang mengalami masalah, dan bila ada tetangga yang
sakit mereka saling menjenguk dan membantu satu sama lainnya
3. Mobilitas keluarga
Keluarga Tn. S merupakan salah satu keluarga yang bertempat tinggal
menetap jadi belum pernah pindah dari rumah yang sekarang.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. S dan Ny. M biasanya berkumpul bersama dengan anak-anaknya,
menantu dan cucunya ketika berkunjung kerumah Tn. S. Tn. S dan Ny.
M juga aktif mengikuti kegiatan sosial yang ada dilingkungan tersebut
dan terkadang saat waktu luang sering mengobrol dengan tetangga.
5. System pendukung keluarga
Tn. S dan Ny. M mereka saling mendukung dan apabila ada masalah
mereka berkumpul bersama untuk memecahkan masalah dan kadang
dipecahkan bersama anak dan menantu mereka.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Diantara anggota keluarga Tn. S terbina hubungan yang harmonis.
Dalam menghadapi suatu permasalahan selalu dilakukan dengan cara
bermusyawarah keluaraga sebelum diputuskan. Dan komunikasi
dilakukan dengan cara terbuka.
2. Struktur kekuatan keluarga

66
Keluarga Tn. S saling menghargai, membantu, dan mendukung satu
sama lain.
3. Struktur peran keluarga
Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah
untuk keluarganya. Ny.M berperan sebagai ibu dan istri. Sedangkan
Tn. Mengurus Pe;iharaan Sapi Orang tua sedangkan Tn. masih
menjalankan pendidikannya.
4. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga Tn. S disesuaikan
dengan ajaran agama islam yang dianut serta norma yang berlaku
dilingkungan.
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi afeksi
Hubungan antara keluarga baik, saling mendukung, dan saling tolong
menolong satu sama lain.
2. Fungsi social
Setiap hari keluarga berinteraksi dengan orang yang disekitarnya dan
mereka terbilang ramah dilingkungannya
3. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. S secara ekonomi telah mampu memenuhi kebutuhan
hidup keluarga sehari-hari, juga telah memiliki tabungan meskipun
jumlahnya tidak seberapa.
4. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga mendefinisikan sehat apabila semua anggota
keluarganya tidak ada keluhan dan tidak punya penyakit tertentu.
Definisi sakit adalah apabila anggota keluarga mempunyai keluhan
sakit dan hasil pemeriksaan dokter menderita sakit. Sumber informasi
kesehatan bagi keluarga adalah televisi dan petugas kesehatan apabila
ke Puskesmas.
Keluarga dapat mengidentifikasi penyakit yang diderita oleh
Ny. M yaitu menderita kencing manis sejak 6 tahun lalu. Ny. M

67
mengetahui sakit kencing manis pada waktu di rawat di rumah sakit.
Menurut Ny. M dia tidak sakit, tapi tangannya sering kesemutan.
Setelah dilakukan tes gula darah hasilnya 523 mg/dl. Persepsi keluarga
sakit kencing manis dapat disembuhkan apabila minum obat secara
rutin. Keluarga belum mengetahui lebih dalam tentang penyakit
kencing manis, penyebabnya, tanda-tanda, dan perawatannya. Menurut
keluarga tanda-tanda kencing manis adalah kesemutan, luka yang tidak
sembuh-sembuh dan badan lemah. Penyebab dari kencing manis
adalah karena terlalu banyak makanan yang manis-manis. Perawatan
kencing manis adalah minum obat, menghindari makanan yang manis-
manis.
Praktik diet keluarga : Menurut keluarga makanan yang dapat
disediakan sesuai kemampuannya. Komposisinya adalah nasi, sayur,
tahu/tempe kadang-kadang beli ikan. Keluarga biasa makan 3 kali
sehari. Keluarga terkadang masih suka masakan yang bersantan. Ny.
M yang bertanggung jawab untuk perencanaan belanja dan pengolahan
makanan. Keluarga belum mengerti lebih dalam tentang diet DM.
Menurut keluarga, kalau sakit kencing manis perlu mengurangi makan
gula dan manis-manis serta tidak boleh banyak pikiran. Menurut
keluarga selama ini sudah diet karena makanan yang dimakan sudah
terbatas. Hasil dari food record, didapatkan bahwa komposisi
makanan karbohidrat 78%, protein 10% dan lemak 12%, namun secara
keseluruhan kalorinya masih kurang dari kebutuhan tubuh rata-rata
840 kalori/hari. Menurut pendapat keluarga, makanan yang di makan
sudah cukup untuk keperluan masing-masing.
Kebiasaan tidur dan istirahat : Jumlah jam tidur per 24 jam
pada Tn. S dan Ny. M 6-8 jam, Tn 5-7 jam, Tn 5-7 jam Terkadang ada
keluhan Pusing pada Ny. M.
Latihan dan rekreasi : Keluarga belum mengetahui lebih dalam
kegunaan olah raga untuk mengontrol kadar gula darah pada penderita

68
DM. Keluarga juga belum dapat mengidentifikasi jenis olah raga yang
dapat dilakukannya setiap hari atau yang cocok untuk penderita DM.
Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga : saat ini
tidak ada obat yang diminum oleh Tn. S dan Ny. M. Tn. , Tn. minum
vitamin. Keluarga kadang-kadang beli obat di apotik/toko apabila ada
keluhan pilek, kepala pusing dan sakit perut. Obat disimpan di laci
lemari.
Peran keluarga dalam praktek perawatan diri : Pengambil
keputusan dibidang kesehatan adalah Tn. S. Keluarga mengemukakan
bahwa apabila ada anggota keluarga yang sakit, diobati dengan obat
yang beli di apotik/toko, apabila tidak sembuh baru dibawa ke
Puskesmas atau dokter.
Praktik lingkungan : Lingkungan keluarga bersih dari polusi
baik udara dan air. Lingkungan keluarga juga tenang, jauh dari
kebisingan. Tn. S masih merokok. Keluarga juga senantiasa menjaga
kebersihan diri dari seluruh anggota keluarga, misalnya semua anggota
keluarga mandi 2 kali sehari dan ganti pakaian setiap hari. Dari hasil
observasi, keluarga tampak bersih.
Praktik kesehatan gigi : Semua anggota keluarga terbiasa
gosok gigi 2 kali sehari, yaitu pada saat mandi pagi dan sore. Kondisi
gigi anggota keluarga : Tn. S dan Ny. M kondisi giginya masih utuh
Pelayanan kesehatan yang diterima keluarga adalah pelayanan
kesehatan dari Puskesmas dan pernah dirawat di rumah sakit swasta.
Ny. M tidak pernah kontrol ke Puskesmas baik untuk kencing
manisnya. Demikian juga dengan Tn. S, tidak pernah periksa ke
Puskesmas atau tempat lain. Keluarga tidak memiliki perencanaan
khusus untuk kesehatan. Menurut keluarga, sakit itu datangnya dari
Tuhan jadi tidak ada perencanaan yang mengarah kesana.Transportasi
yang digunakan oleh keluarga adalah sepeda motor dan transportasi
umum.

69
F. Stress dan koping keluarga
1. Stressor yang dimiliki
- Jangka pendek : jika ada anggota keluarga yang sakit
- Jangka panjang : penyakit yang diderita oleh Ny. S adalah stressor
jangka panjang karena sudah 2 tahun menderita penyakit DM
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga saat ini berusaha sendiri walaupun masih bingung bagaimana
merawat keluarga dengan penyakit DM.
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga lebih memilih berdiskusi dalam memecahkan masalah, dan
sudah menjadi pola koping dalam keluarga
4. keluaraga tersebut strategi adaptasi disfungsional
Keluarga mampu untuk beradaptasi dengan permasalahan yang
dihadapi. Sudah menyadari adanya masalah kurang lebihnya tahu cara
penangananya.
G. Harapan Keluarga
Keluarga berharap penyakit Ny. S tidak sampai terdapat luka DM yang
pada umumnya sering dijumpai.
H. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan
keluarga.

No PemeriksaanFisik Nama Anggota Keluarga

70
. Tn. S Ny. D Tn.H
1. Keadaan Umum Baik Cukup Cukup
TD (mmHg) 110/80 140/80 120/90
mmHg mmHg mmHg
N (x/menit) 86 x/menit 186 x/menit 84 x/menit
RR (x/menit) 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit
GDA (mg/dL) 80 g/dL 542 g/Dl
BB (kg) 64 kg 52 kg 65 kg
TB (cm) 165 cm 150 cm 150 cm
2. Kepala
Rambut Rambut Rambut Rambut lurus
lurus, Lurus,
persebaran persebaran
merata dan merata dan
beruban beruban
Mata Penglihatan Penlihatan Penglihatan
sedikit sedikit kabur, masih baik,
kabur
Konjungtiva Merah Merah muda Merah muda
muda
Sklera Putih Putih Putih
Hidung Bersih, Bersih, tidak Bersih, tidak
tidak ada ada benjolan ada benjolan
benjolan
Mulut Kondisi Kondisi Kondisi
mulut mulut bersih, mulut bersih,
bersih, mukosa bibir mukosa bibir
mukosa lembab, gigi lembab, gigi
bibir masih utuh masih utuh
lembab, gigi

71
masih utuh
Telinga Bersih, Bersih, tidak Bersih, tidak
tidak ada ada benjolan ada benjolan
benjolan
3. Leher
Kelenjar Tiroid Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar
tiroid tiroid tiroid
4 Paru-paru Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
ekspansi ekspansi dada ekspansi dada
dada kana kana dan kiri kana dan kiri
dan kiri simetris, simetris,
simetris, tidak ada tidak ada
tidak ada penggunaan penggunaan
penggunaan otot bantu otot bantu
otot bantu nafas, tidak nafas, tidak
nafas, tidak ada lesi ada lesi
ada lesi Palpasi : Palpasi :
Palpasi : tidak ada tidak ada
tidak ada nyeri tekan, nyeri tekan,
nyeri tekan, vokal vokal
vokal fremitus dada fremitus dada
fremitus kanan dan kanan dan
dada kanan kiri sama kiri sama
dan kiri Perkusi : Perkusi :
sama sonor sonor
Perkusi : Auskultasi : Auskultasi :
sonor vesikuler, vesikuler,
Auskultasi tidak ada tidak ada
: vesikuler, suara nafas suara nafas

72
tidak ada tambahan tambahan
suara nafas
tambahan
5 Jantung Palpasi : Palpasi : Palpasi :
teraba teraba denyut teraba denyut
denyut jantung di IS jantung di IS
jantung di ke-5 ke-5
IS ke-5 Perkusi : Perkusi :
Perkusi : pekak pekak
pekak Auskultasi : Auskultasi :
Auskultasi tunggal tunggal
: tunggal reguler reguler
reguler
5. Abdomen Inpeksi : Inpeksi : Inpeksi :
bentuk perut bentuk perut bentuk perut
buncit, tidak buncit, tidak buncit, tidak
ada lesi ada lesi ada lesi
Auskultasi Auskultasi : Auskultasi :
: bising usus bising usus bising usus
16 x/menit 16 x/menit 16 x/menit
Perkusi : Perkusi : Perkusi :
timpani timpani timpani
Palpasi : Palpasi : Palpasi :
tidak ada tidak ada tidak ada
nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan,
tidak ada tidak ada tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
hepar hepar hepar
7. Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada
fraktur, fraktur, fraktur,
turgor kulit turgor kulit turgor kulit

73
lembab, lembab, CRT lembab, CRT
CRT < 2 < 2 dtk, < 2 dtk,
dtk, warna warna kulit warna kulit
kulit sawo sawo matang, sawo matang,
matang, tidak ada tidak ada
tidak ada odema, tidak odema, tidak
odema, ada luka, kaki ada luka
tidak ada kesemutan
luka

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula Darah Acak Ny M : 524 mg/dl

74
3.2 Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : Ketidakstabilan kadar
1. Ny. M mengatakan sering kesemutan pada glukosa darah
tangan dan kaki (domain 2 kelas 4
2. Ny. M mengatakan sudah lama tidak periksa (00179))
kadar gula.
DO :
1. Keluarga Tn. S tidak tahu lebih dalam resiko
dari penyakit DM
2. Vital Sign Ny.M :
TD : 140/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
N : 86 x/mnt
3. Pemeriksaan GDA : 524 mg/dl
4. Ny. M tidak mempunyai pedoman diet.
5. Ny. M memiliki riwayat penyakit Diabetes
Melitus
2. DS : Ketidakefektifan
1. Tn. S mengatakan bahwa tidak tahu lebih manajemen kesehatan
dalam makanan dan minuman yang tepat keluarga pada Ny. M di
untuk penyakit diabetes melitus keluarga Tn. S
2. Ny. M mengatakan bahwa selama ini hanya (domain 1 kelas 2
mengurangi minuman manis-manis (00078))

DO :
1. Ny. M tidak rutin kontrol untuk cek kadar
gula darah
2. Pemeriksaan GDS : 524 mg/dl
3. Ny. M tidak rutin minum obat yang diberikan
dari puskesmas/dokter

75
3.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah pada Ny. M (00179)
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga (00078)

3.4 Scoring Prioritas Masalah


Diagnosa :
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (00179)
No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran
a. Sifat masalah 3 1 3/3x1 = 1 Masalah
 Aktual (3) kesemutan dan
 Resiko (2) badan lemas serta

 Potensial (1) kadar glukosa


yang tinggi pada
Ny. M dirasakan
dan memerlukan
tindakan
keperawatan
b. Kemungkinan 1 2 1/2x2 = 1 Dengan informasi
masalah dapat yang cukup, maka
diubah akan menambah
 Tinggi (2) wawasan dan
 Sedang (1) pengetahuan

 Rendah (0) keluarga


mengenai
penyakit diabetes
melitus
c. Potensial 2 1 2/3x1 = Diabetes melitus
masalah untuk 2/3 adalah penyakit
dicegah yang dapat
 Mudah (3) dikendalikan
 Cukup (2) apabila keluarga

 Tidak dapat (1) mengetahui

76
bagaimana cara
penanganan dan
perawatan
diabetes
d. Menonjolnya 2 1 2/2x1 = 1 Masalah
masalah dirasakan oleh
 Masalahdirasakand Ny. M dan bisa
anperlupenanganan menjadi lebih
segera. (2) serius bila tidak
 Masalah di segera ditangani
rasakan, tidakperlu
di tanganisegera
(1)
 Masalah tidak
dirasakan (0)
Total Skor 3
2/3

2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga


No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran
a. Sifat masalah 3 1 3/3x1 = 1 Ny M sudah
 Aktual (3) menderita Dm
 Resikotinggi (2) dan gula darah

 Potensial (1) tidak stabil


namun keluarga
masih bbelum
mengetahui
bagaimana
perawatan DM
yang tepat
b. Kemungkinan 2 2 1/2x2 = 1 Masalah tidak
masalah dapat efektif, Ny. M

77
diubah lansia dan tidak
 Tinggi (2) mengetahui
 Sedang (1) tentang

 Rendah (0) penatalaksanaan


DM, jadi perlu
diberikan
edukasi
mengenai
penyakit DM
c. Potensial 1 1 1/3x1 = Masalah sudah
masalah untuk 1/3 terjadi, dan
dicegah membutuhkan
 Mudah (3) penanganan
 Cukup (2) segera

 Tidak dapat (1)

d. Menonjolnya 2 1 2/2x1 = 1 Keluarga


masalah menyadari
 Masalahdirasakand adanya masalah
anperlupenanganan tetapi tidak
segera. (2) didukung
 Masalah di dengan
rasakan, tidakperlu pemahaman
di tanganisegera yang adekuat
(1) mengenai
 Masalah tidak penyakit yang
dirasakan (0) diderita Ny. M
Total Skor 3 1/3

Prioritas Masalah :

78
No Diagnosa Scor
. e
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah pada Ny. M (00179) 3
2/3
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga (00078) 3
1/3

79
3.5 Rencana Keperawatan Keluarga
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standart


1. Setelah Tujuan Khusus :
dilakukan Setelah melakukan kunjungan
tindakan 5 x 60 menit keluarga dapat
keperawatan mencapai:
diharapkan
kadar glukosa Tuk 1 :
pasien dapat Keluarga mampu mengenal
stabil masalah DM dengan :
a. Menyebutkan pengertian verbal Keluarga dapat menyebutkan Diskusikan dengan keluarga :
tentang DM pengertian DM adalah gangguan  Pengertian diabetes melitus
ketidakstabilan kadar glukosa
darah.

b. Menjelaskan penyebab verbal Keluarga dapat menyebutkan  Penyebab terjadinya diabetes


terjadinya DM Penyebab DM karena gaya melitus

80
hidup atau pola makan,
keturunan, stres dan juga berat
badan berlebih

c. Menyelaskan tanda dan Verbal Keluarga dapat menyebutkan


gejala pasien DM tanda dan gejala DM yaitu badan
terasa lemas dan mudah lelah,  Tanda dan gejala diabetes melitus
kaki kesemutan, mudah  Berikan kesempatan keluarga
mengantuk untuk menjelaskan kembali tentang
pengertian diabetes melitus dan
penyebabnya serta tanda dan
gejalanya
 Berikan penguatan pada keluarga
Tuk 2
apabila dapat menjelaskan kembali
Keluarga mampu mengambil
hasil diskusi
keputusan untuk mengatasi
DM
a. Menjelaskan akibat bila
Verbal Keluarga dapat menjelaskan
terjadi masalah DM
akibat dari terjadinya masalah

81
diabetes melitus yaitu adanya
komplikasi DM seperti adanya
luka, koma diabetikum dan Jelaskan pada keluarga akibat terjadinya
komplikasi lain. masalah diabetes melitus

b. Mengambil keputusan Verbal Keluarga dapat mengambil


untuk mengatasi masalah keputusan untuk melakukan
DM perawatan pada Ny D dan
berupaya untuk menghindari
akibat dari masalah DM dengan Motivasi keluarga agar dapat
melakukan tindakan sesuai mengambil keputusan untuk mengatasi
dengan anjuran perawat. diabetes melitus dan berikan penguatan
apabila keputusan keluarga sudah tepat

Tuk 3
Keluarga mampu melakukan
tindakan untuk mengatasi dan
mencegah masalah
ketidakstabilan kadar glukosa

82
darah dengan:
Melakukan diet diabetes
melitus serta menghindari
akibat yang terjadi,
tujuannya :
a. Keluarga mengerti tentang Verbal Keluarga dapat menjelaskan cara
bagaimana diet diabetes diet diabetes melitus yaitu
mellitus dengan memeperhatikan 3J
(jumlah, jenis, jam),
memperhatikan jumlah atau Jelaskan cara melakukan diet diabetes
porsi saat makan, jenis makanan melitus yang tepat
yang dimakan seperti
menghindari makanan yang
manis – manis dan jam atau
waktu makan.

b.Keluarga dapat mengerti Verbal Keluarga dapat menjelaskan


manfaat melakukan diet manfaat dari diet diabetes
diabetes melitus melitus yaitu untuk

83
menstabilkan kadar glukosa
darah. Jelaskan manfaat dari melakukan diet
diabetes melitus
c. Keluarga dapat verbal Keluarga dapat
menjelaskan cara-cara memprakpraktekkan cara-cara
untuk menghindari akibat untuk menghindari perubahan
dari ketidakstabilan kadar ketidakstabilan kadar glukosa
glukosa darah darah yaitu :  Diskusikan cara mencegah masalah
1. Melakuakan diet diabetes akibat ketidakstabilan kadar
melitus glukosa darah
2. Meminum obat secara rutin  Anjurkan keluarga untuk
3. Olahraga membantu memenuhi kebutuhan
Ny D
 Anjurkan Ny D untuk meminum
obat secara rutin
 Anjurkan Ny D untuk olahraga
secara rutin
2. Setelah Setelah dilakukan kunjungan Verbal a. Gula darah Ny. M normal 1. Berikan penyuluhan kesehatan
dilakukan rumah 5 x selama 30 menit tentang penyakit Diabetes Melitus

84
tindakan diharapkan manajemen b. Tidak terjadi komplikasi (penatalaksanaan diet DM,
keperawatan kesehatan keluarga Ny. D c. Keluarga memahami olahraga, dan kepatuhan minum
pada pasien menjadi efektif dan mampu tentang penyakit Diabetes obat)
diharapkan merawat klien yang menderita Melitus 2. Anjurkan untuk mengontrol kadar
keluarga DM d. Keluarga mampu merawat gula darah secara rutin 1 bulan
dapat anggota keluarga yang sakit sekali
memenejeme dengan menyediakan diet 3. Anjurkan untuk senam kaki
n kondisi DM 4. Anjurkan selalu memakai alas kaki
kesehatan e. Ny. M rutin meminum obat dan berhati-hati dalam memotong
dengan baik DM yang diberikan petugas kuku
kesehatan 5. Anjurkan untuk beristirahat tepat
pada waktunya
6. Anjurkan untuk patuh dalam minum
obat yang diberikan oleh dokter
7. Beri kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya
8. Dengarkan dengan seksama
sanggahan yang diajukan keluarga

85
3.6 Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga
No Diagnosa Implementasi Hari/
Keperawatan Asuhan Keperawatan Keluarga tanggal
1 Ketidakstabilan Implementasi
kadar glukosa Tuk 1
darah pada Ny. M  Mendiskusikan pengertian diabetes melitus Senin,
(00179) dengan keluarga 23-05-
 Mendiskusikan dengan keluarga penyebab 2023
terjadinya diabetes melitus
 Memberikan kesempatan untuk bertanya pada
keluarga, Tn. M menanyakan bagaimana caranya
untuk mengurangi kesemutan
 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk
menjelaskan kembali tentang pengertian diabetes
melitus
 Memberikan penguatan pada keluarga apabila
dapat menjelaskan kembali hasil diskusi
 Memberikan pengetahuan kepada keluarga terkait
tanda dan gejala diabetes melitus
 Berikan kesempatan keluarga untuk menjelaskan
kembali tentang pengertian diabetes melitus dan
penyebabnya serta tanda dan gejalanya
 Berikan penguatan pada keluarga apabila dapat
menjelaskan kembali hasil diskusi

Tuk 2
 Menjelaskan pada keluarga akibat terjadinya
Senin,
masalah diabetes mellitus
23-05-
 Motivasi keluarga agar dapat mengambil
2022
keputusan untuk mengatasi diabetes melitus dan
berikan penguatan apabila keputusan keluarga
sudah tepat

86
 Memberikan penguatan apabila keputusan
keluarga sudah tepat

Tuk 3
 Menjelaskan cara melakukan diet diabetes melitus
yang tepat
 Menjelaskan manfaat dari melakukan diet Selasa,
diabetes mellitus 15-05-

 Mendiskusikan cara mencegah masalah akibat 2022

ketidakstabilan kadar glukosa darah


 Menganjurkan keluarga untuk membantu
memenuhi kebutuhan Ny M
 Menganjurkan Ny M untuk meminum obat secara
rutin
 Menganjurkan Ny M untuk olahraga secara rutin

Tuk 4
 Melakukan kunjungan yang tidak direncanakan
untuk mengevaluasi kemampuan keluarga untuk
melakukan kegiatan diet secara rutin
Kamis,
 Memberikan penghargaan apabila keluarga sudah
melakukan tindakan yang positif
2 Ketidakefektifan • Menjelskan penyuluhan kesehatan tentang
manajemen penyakit Diabetes Melitus (penatalaksanaan diet Senin,
kesehatan DM, olahraga, dan kepatuhan minum obat)
keluarga (00078) • Menganjurkan untuk mengontrol kadar gula darah
secara rutin 1 bulan sekali
• Menganjurkan untuk meminum rebusan kayu
manis
• Menganjurkan selalu memakai alas kaki dan
berhati-hati dalam memotong kuku
• Menganjurkan untuk beristirahat tepat pada

87
waktunya
• Menganjurkan untuk patuh dalam minum obat
yang diberikan oleh dokter
• Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya
• Mendengrkan dengan seksama sanggahan yang
diajukan keluarga

3.7 Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga


No Diagnosa Evaluasi Hari/
Keperawatan Asuhan Keperawatan Keluarga tanggal
1 Ketidakstabilan Subyektif: Senin,
kadar glukosa • Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang
darah pada Ny. diabetes melitus
D (00179) • Keluarga dapat menjelaskan kembali penyebab
terjadinya diabetes melitus
• Keluarga dapat menjelaskan kembali terkait tanda
dan gejala diabetes melitus
Obyektif:
• Keluarga memperhatikan penjelasan yang
disampaikan dan menanyakan penjelasan yang
belum jelas
Analisa:
Tujuan Tuk 1 dan 2 tercapai
Perencanaan :
• Berikan motivasi pada keluarga untuk terus
menjaga kesehatan dan selalu mengontrol kadar
guladarahnya
2 Ketidakstabilan Subyektif:
kadar glukosa • Keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian Senin,
darah pada Ny. kencing manis, 3 (tiga) penyebab kencing manis,
D (00179) 3 (tiga) tanda/gejala dengan bahasa yang

88
sederhana.
• Keluarga dapat mengidentifikasi tanda-tanda
diabetes militus
• Keluarga dapat menjelaskan kembali faktor risiko
diabetes militus
• Keluarga dapat mengidentifikasi cara mengatasi
dan mencegah hiperglikemi
• Keluarga mengatakan akan kontrol rutin gula darah
setiap bulan di Puskesmas
• Keluarga mengetahui cara melakukan diet diabetes
melitus yang tepat
• Ny M mengetahui untuk selalu meminum obat
secara rutin
Obyektif:
• Keluarga dan Ny. M memperhatikan penjelasan
yang disampaikan dan menanyakan penjelasan
yang belum jelas
Analisa:
Tujuan Tuk 3 tercapai
Perencanaan :
• Lanjutkan intervensi pada Tuk 4
• Motivasi keluarga untuk mempertahankan perilaku
yang positif

3 Ketidakefektifa Subyektif : Selasa,


n manajemen • Keluarga mengatakan mengetahui penatalaksanaan
kesehatan diet DM, olahraga, dan kepatuhan minum obat
keluarga • Keluarga mengatakan mengetahui untuk selalu
(00078) mengontrol kadar gula darah secara rutin 1 bulan
sekali
• Keluarga mengatakan bisa menerapkan untuk
merebus kayu manis

89
• Keluarga mengatakan mengetahui kalau harus
beristirahat tepat pada waktunya
Obyektif:
• Keluarga dan Ny. M memperhatikan penjelasan
yang disampaikan dan menanyakan penjelasan
yang belum jelas
Analisa :
Tujuan tercapai sebagian
Perencanaan :
• Berikan motivasi pada keluarga untuk tetap
melakukan kontrol guladarahnya
• Anjurkan pada klien untuk selalu melakukan senam
kaki
• Memberikan penguatan pada perilaku yang sudah
sesuai
4 Ketidakstabilan Subyektif:
kadar glukosa • Keluarga mengatakan sudah memahami lebih Kamis,
darah pada Ny. dalam mengenai diabetes militus dari pengertian
D (00179) sampai cara penangananya dan sudah bisa
mengaplikasikannya
Obyektif:
• Keluarga dan Ny. M memperhatikan penjelasan
yang disampaikan dan menanyakan penjelasan
yang belum jelas
Analisa:
Tujuan Tuk 4 tercapai
Perencanaan :
• Intervensi dihentikan
• Memotivasi keluarga untuk mempertahankan
perilaku yang positif

90
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari asuhan keperawatan yang sudah
dilakukan pada keluarga Tn. S di Desa Giri Rejo adalah sebagai berikut :
1. Pada bagian Pengkajian didapatkan hasil sebagai berikut Tn. S pada tiga
bulan terakhir tidak sakit apa apa dan tidak mempunyai riwayat HT atau
DM, hanya Ny. M mempunyai riwayat DM selama 6 tahun, pemeriksaan
terakhir pada bulan februari tanggal 12 GDP Ny. S 267 mg/dL. Saat
dikaji mengeluh kaki kesemutan. Ny M tidak rutin kontrol cek gula darah
karena merasa takut dengan keadaan saat ini atau masa pandemi. Kontrol
saat di ajak anaknya atau saat ada keluhan saja. Dan Ny M mengatakan
tidak minum secara rutin obat yang diberikan oleh dokter. Untuk
makanan Ny. M membatasi makanan manis namun masih suka nyemil
seperti krupuk, cilok dan Ny M belum mengetahui diet yang perlu
dilakuakan. Tn. M merasa khawatir dengan kondisi Ny. M saat mengeluh
sakit, Gula Darah Acak Ny M tanggal 23 mei 2022 : 524 mg/dl
2. Perencanaan keperawatan yang diterapkan mengenai Diabetes Melitus
yaitu diadakan penyuluhan tentang Diabetes Melitus, Diet 3J, dan
mengajarkan rebusan kayu manis.
3. Hasil dari implementasi keperawatan yang sudah dilakukan sudah sesuai
rencana yang di susuan.
4. Evaluasi keperawatan yang sudah dilakukan terkait Diabetes Melitus
menunjukkan Peningkatan kemampuan keluarga dalam menjawab
dengan benar soal pre test dan post test sebelumnya 455% baik menjadi
85% baik. keluarga juga sudah faham lebih dalam apaitu Diabetes
Melitus, bagaimana penyebabnya, bagaimana penangananya, apa saja
yang tidak dan boleh dimakan, keluarga tau diet Diabetes Melitus yang
baik bagaimana, dan keluarga mampu mengikuti arahan terkait cara
melakukan rutin meminum rebusan kayu manis.

91
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Responden
Menerapkan hidup sehat di masa pandemic ini sangatlah penting
karena dengan menerapkan pola hidup yang sehat kita akan terhindar dari
berbagai manacam penyakit seperti covid-19 atau penyakit lain seperti
Diabetes Melitus. Kita bisa selalu cuci tangan, olahraga yang teratur, dan
makan-maknan yang bergizi agar kita tetap sehat dalam masa pandemic
dan terhindar dari penyakit lain. Apalagi bagi keluarga yang menderita
diabetes militus agar tetap selalu mengontrol gula darahnya , jaga pola
makan, dan selalu olahraga.
4.2.2 Bagi Tempat Peneltian
Disarankan pada keluarga Tn. S sering-sering mengikuti
penyuluhan terkait masalah kesehatan yang menyangkut keluarganya.
Selain pasien agar keluarga juga bisa menangani angota keluarganya yang
sakit. Kemudian disarankan supaya selalu mengecek gula darahnya secara
rutin.
4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar penelitian atau pengkajian terkait asuhan keperawatan
keluarga ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan desain atau inofasi
yang berbeda dan baru, dan diharapkan dapat menjadi acuan dan data awal
untuk memulai penelitian selanjutnya sebagai bahan refrensi, peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai permasalahan yang
lebih spsesifik dan mendalam yang terjadi pada keluarga Tn. S di Desa
Giri Rejo.

92
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., & Aridiana, L. M. (2016). Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin


Dengan Pendekatan Nanda NIC-NOC. (T. Utami, Ed.). Jakarta: Salemba
Medika.
Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Bakri, Maria H. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Baru.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajement
Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan (Edisi 8). Singapura: Elsevier.
Budi, I. S. (2015). Aplikasi Model Konservasi Asuhan Keperawatan Diabetes
Mellitus . Cendekia Utama , 47-89.
(http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/stikes/article/
view/79 (jurnalcendekiautama). diakses 13 April 2021 jam 14.00 WIB.
Diabetes Federation, I. (2015). Diabetes Atlas. Retrieved From
Https://Www.Idf.Org/E-Library/Epidemiology-Research/Diabetes-Atlas/
13-Diabetes-Atlas-Seventh-Edition.Html
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
IDF. (2017). Diabetes Atlas Eighth Edition, International Diabetes Federation
2017. (http://www.diabetesatlas.org/resources/2017-atlas.html). diakses 13
April 2021 jam 14.00 WIB.
Maulana, M. (2016). Mengenal Diabetes Militus Panduan Praktis Mengenai
Penyakit Kencing Manis. (I. Muhsin, Ed.). Jogjakarta: Katahati.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018 Provinsi Jawa Timur, 1–82.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Shanty, Meita. (2011). Silent Killer Diseases. Yogyakarta: Javalitera.
Smeltzer, S. ., & Bare, B. . (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.2.
Jakarta: Egc.
Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC
WHO. (2016). Global Report On Diabetes. (http://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://apps.wh o.int/iris/bitstream/) diakses
13 April 2021 jam 14.00 WIB.

93
Lampiran LP

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYULUHAN PENYAKIT DIABETES MILITUS
DI KELUARGA TN. S KELURAHAN LEMPAKE

1. Latar Belakang
Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung
meningkat setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422
juta penderita pada tahun 2014. Jumlah penderita tersebut jauh meningkat
dari tahun 1980 yang hanya 180 juta penderita. Jumlah penderita DM yang
tinggi terdapat di wilayah South-East Asia dan Western Pacific yang
jumlahnya mencapai setengah dari jumlah seluruh penderita DM di seluruh
dunia. Satu dari sebelas penduduk adalah penderita DM dan 3,7 juta kematian
disebabkan oleh DM maupun komplikasi dari DM (WHO, 2016).
Penderita DM di Indonesia berdasarkan data dari IDF pada tahun
2014 berjumlah 9,1 juta atau 5,7 % dari total penduduk. Jumlah tersebut
hanya untuk penderita DM yang telah terdiagnosis dan masih banyak
penderita DM yang belum terdiagnosis. Indonesia merupakan negara
peringkat ke-5 dengan jumlah penderita DM terbanyak pada tahun 2014.
Indonesia pada tahun 2013 berada diperingkat ke-7 penderita DM terbanyak
di dunia dengan jumlah penderita 7,6 juta (Perkeni, 2015).

2. Tujuan
a. Tujuan umum (tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan)
Setelah mendapatkan penyuluhan pendidikan kesehatan selama 30
menit, pasien dan keluarga dapat memahami tentang DM.
b. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan peserta mampu untuk :
1) Pengertian DM
2) Etiologi DM
3) Gejala DM
4) Akibat atau komplikasi DM
5) Diet DM dengan 3J

94
6) Keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian, etiologi, gejala
dan akibat dan diet DM 3J

3. Rancangan Kegiatan
a. Topik
Pendidikan kesehtan tentang diabetes militus (DM)
b. Sasaran
Pasien dan keluarga Tn. S
c. Waktu dan Tempat
Pukul 16.00 WITA di rumah Tn. S
d. Media dan alat
Leaflet
e. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
f. Pengorganisasian
Pembawa Acara : Nurul Khoriah
Moderator : Nurul Khoriah
Penyuluh : Nurul Khoriah
Fasilitator : Nurul Khoriah
g. Susunan acara
No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon K
1. pembukaa 5 Menit 1. Memberi salam dan 1. Membalas salam
n memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan
2. Menyampaikan tujuan
2. Isi 15 Menit 1. Menjelaskan pengertian 1. Menyimak dan
diabetes melitus memperhatikan
2. Menjelaskan penyebab
diabetes melitus
3. Menjelaskan tanda dan
gejala diabetes melitus
4. Menjelaskan akibat atau
komplikasi diabetes

95
melitus
5. Menjelaskan diet
diabetes melitus 3J
3. Evaluasi 10 Menit Melakukan tanya jawab Menjawab secara lisan
serta mengevalusi
pemahaman keluarga.
4. Penutup 3 menit 1. Menyampaikan 1. Memperhatikan
Kesimpulan 2. Memberi salam
2. Salam

4. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Kesiapan keluarga megikuti penyuluhan
2. Media memadai
3. Tempat sesuai kegiatan
b. Evaluasi Proses
1. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
2. Peserta bersifat kooperatif dan aktif selama proses penyuluhan
c. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan :
- 75% peserta mampu menyebutkan definisi DM pada balita
- 75% peserta mampu menyebutkan penyebab dari DM
- 75% peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala jika terserang
DM
- 75% peserta mampu menyebutkan pencegahan agar terhindar dari
DM
- 75% pserta mampu menyebutkan pengobatan dan perawatan untuk
keluarga yang terkena DM
- 75% pserta mampu menyebutkan bagaimana dan cara diet DM
dengan 3J

96
Lampiran SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Diabetes Militus (DM)


Sub pokok bahasan : Pengertian, Klasifikasi, Tanda dan Gejala, Cara
penularan, Penatalaksanaan, Pencegahan, Diet DM
Sasaran : Keluarga Tn. S
Jam : 16.00 WIB
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal :
Tempat : Rumah Tn. S, Desa Giri Rejo RT 26

A. Latar Belakang
Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung
meningkat setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422
juta penderita pada tahun 2014. Jumlah penderita tersebut jauh meningkat dari
tahun 1980 yang hanya 180 juta penderita. Jumlah penderita DM yang tinggi
terdapat di wilayah South-East Asia dan Western Pacific yang jumlahnya
mencapai setengah dari jumlah seluruh penderita DM di seluruh dunia. Satu
dari sebelas penduduk adalah penderita DM dan 3,7 juta kematian disebabkan
oleh DM maupun komplikasi dari DM (WHO, 2016).
Penderita DM di Indonesia berdasarkan data dari IDF pada tahun 2014
berjumlah 9,1 juta atau 5,7 % dari total penduduk. Jumlah tersebut hanya
untuk penderita DM yang telah terdiagnosis dan masih banyak penderita DM
yang belum terdiagnosis. Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 dengan
jumlah penderita DM terbanyak pada tahun 2014. Indonesia pada tahun 2013
berada diperingkat ke-7 penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah
penderita 7,6 juta (Perkeni, 2015).

97
B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga Tn S dapat
merawat Ny M yang menderita diabetes melitus

C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Pengertian DM
2. Etiologi DM
3. Gejala DM
4. Akibat atau komplikasi DM
5. Diet DM dengan 3J
6. Keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian, etiologi, gejala dan
akibat dan diet DM 3J

D. Garis Besar Materi


a. Defenisi diabetes melitus
b. Etiologi diabetes melitus
c. Gejala diabetes melitus
d. Akibat atau komplikasi diabetes melitus
e. Diet diabetes melitus dengan memperhatikan 3J

E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

F. Media
1. Materi (terlampir)
2. Leaflet

98
G.    Proses Kegiatan Penyuluhan
No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon K
1. pembukaa 5 Menit 1. Memberi salam dan 1. Membalas salam
n memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan
2. Menyampaikan tujuan
2. Isi 15 Menit 1. Menjelaskan pengertian 1. Menyimak dan
diabetes melitus memperhatikan
2. Menjelaskan penyebab
diabetes melitus
3. Menjelaskan tanda dan
gejala diabetes melitus
4. Menjelaskan akibat atau
komplikasi diabetes
melitus
5. Menjelaskan diet
diabetes melitus 3J
3. Evaluasi 10 Menit Melakukan tanya jawab Menjawab secara lisan
serta mengevalusi
pemahaman keluarga.
4. Penutup 3 menit 1. Menyampaikan 1. Memperhatikan
Kesimpulan 2. Memberi salam
2. salam

H. Pengorganisasian
Penyampai materi: Nurul khoriah

I. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Kesiapan keluarga megikuti penyuluhan
2. Media memadai
3. Tempat sesuai kegiatan
b. Evaluasi Proses

99
1. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
2. Peserta bersifat kooperatif dan aktif selama proses penyuluhan
c. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan :
- 75% peserta mampu menyebutkan definisi DM pada balita
- 75% peserta mampu menyebutkan penyebab dari DM
- 75% peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala jika terserang
DM
- 75% peserta mampu menyebutkan pencegahan agar terhindar dari
DM
- 75% pserta mampu menyebutkan pengobatan dan perawatan untuk
keluarga yang terkena DM
- 75% pserta mampu menyebutkan bagaimana dan cara diet DM
dengan 3J

100
Lampiran Materi

MATERI PENYULUHAN
DIABETES MELITUS

A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang
dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM
adalah penyakit gangguan metabolik yang terjad’i secara kronis atau menahun
karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan
pada sekresi insulin, hormon insulin yang tidak bekerja sebagaimana mestinya
atau keduanya (Kemenkes RI, 2014). Mufeed Jalil Ewadh (2014)
menyebutkan bahwa DM adalah penyakit gangguan metabolik dengan ciri
ditemukan konsentrasi glukosa yang tinggi di dalam darah (hiperglikemia).
World Health Oragnization atau WHO (2016) menyebutkan bahwa
Penyakit ini ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu poliphagia,
polidipsia dan poliuria serta sebagian mengalami kehilangan berat badan.DM
merupakan penyakit kronis yang sangat perlu diperhatikan dengan serius.DM
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti
kerusakan mata, ginjal pembuluh darah, saraf dan jantung.

B. Etiologi
1. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes.
Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus akan ikut
diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi
insulin.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
Dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah usia 40 tahun.
Penurunan ini akan beresiko pada penurunan fungsi endoktrin Pankreas
untuk memproduksi insulin.
3. Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat

101
saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh
terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme
dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada
kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah
rusak hingga berdampak pada penurunaninsulin.
4. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama – sama meningkatkan
Risikodapat merusak pankreas, sedangkanterkena diabetes. Malnutrisi
juga obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola
makanyang tidak teratur dan cenderung lambat juga akan berperan
padaketidakstabilan kerja pankreas.
5. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel – sel beta pankreas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi
pancreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa
pada penderita obesitas untuk mencukupi energin sel yang terlalu banyak.

C. Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus


Menurut Riyadi ,S. dan Sukarmin, (2011) manifestasi klinis dijumpai
pada pasien Diabetes Melitus yaitu :
1. Poliuria ( peningkatan pengeluaran urin)
2. Polidipsi (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi
intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel akan berdifusi keluar sel
mengikutin penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik
( sangat pekat ). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(Antidiuretik Hormone ) dan menimbulkanhaus.
3. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabeteslama,katabolismeproteindiototdanketidakmampuansebagiansel
untuk menggunakan glukosa sebagaienergi.
4. Polifagia ( peningkatan rasa lapar )
5. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan

102
pemebentukanantibodi,peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus,
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita
diabetesn kronik.
6. Kelainan kulit : gatal - gatal, bisul. Kelainan kulit berupa gatal - gatal,
biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti diketiak dan
dibawah payudara. Biasanya akibattumbuh jamur.

D. Komplikasi Diabetes Melitus


Dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
a. Komplikasi akut
1. Komplikasi metabolik
 Ketoasidosis diabetic
 Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik
 Hipoglikemia
 Asidosis lactate
1. Infeksi berat
b. Komplikasi kronik
1. Komplikasi vaskuler
 Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
 Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
2. Komplikasi neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis,
diare diabetik, buli - buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks
kardiovaskuler.
1. Campuran vascular neuropati
Ulkus kaki

E. Penatalaksanaan
1. Jumlah Makanan
Menurut PERKENI (2011) terdapat beberapa cara untuk menentukan
jumlah kalori yang dibutuhkan pasien DM saat memulai perencanaan
makan, di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori

103
basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, lalu ditambah atau dikurangi
bergantung pada beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, aktivitas, dan
status gizi.Selain itu, komposisi energi terdiri dari karbohidrat 45-65% dari
energi total, protein 10-20% dari energi total, dan lemak 20-25% dari
energi total.
2. Jenis Makanan
Penderita DM tipe 2 harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa
yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan
makanan apa yang harus dibatasi secara ketat (Waspadji, 2007).
Menurut Almatsier (2006), jenis makanan yang diperbolehkan
dalam penatalaksanaan diet DM tipe 2 terdiri dari sumber karbohidrat
kompleks tetapi dibatasi seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan
sagu; sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu
skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan; sumber lemak dalam jumlah
terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna, terutama diolah
dengan cara dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar. Selain itu,
Waspadji (2007) juga memaparkan bahwa makanan yang diperbolehkan
adalah makanan tinggi serat larut air, makanan yang diolah dengan sedikit
minyak, serta penggunaan gula murni diperbolehkan hanya sebatas sebagai
bumbu.
Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti
sirup, gula, dan sari buah harus dihindari. Sayuran dengan karbohidrat
tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong,
dan bayam harus dibatasi tidak boleh dalam jumlah banyak. Buah-buahan
berkalori tinggi seperti nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan
sawo sebaiknya dibatasi. Sayuran yang bebas dikonsumsi adalah sayuran
dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, labu air, labu
siam, lobak, selada air, jamur kuping, dan tomat (Waspadji, 2007). Selain
itu, makanan yang perlu dihindari yaitu makanan yang mengandung
banyak kolesterol, lemak trans, lemak jenuh, dan tinggi natrium
(ADA,2010).
PERKENI (2011) menyebutkan bahwa penderita DM tipe 2

104
sebaiknya menghindari makanan dari jenis gula sederhana seperti gula
pasir, gula jawa, sirup, es krim, susu kental manis, selai dan lain-lain;
minyak; tinggi natrium (garam) seperti ikan asin, telur asin, dan makanan
yang diawetkan.
3. Jadwal makan
Pasien DM makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan
selingan dengan interval waktu 3 jam. Berikut jadwal makan standar yang
digunakan oleh pasien DM (Waspadji, 2007):
Jadwal Makan Pasien DM
Waktu Total Kalori
Makan Pagi 07.00 20%
Selingan 10.00 10%
Makan Siang 13.00 30%
Selingan 16.00 10%
Makan Sore/Malam 19.00 20%
Selingan 21.00 10%
Sumber : Waspadji (2007)

105
Lampiran Leaflet

106
107
108
109
Lampiran Kegiatan

Kunjungan Ke 1 (Pengkajian), Tanggal : 15 Mei 2022

Kunjungan Ke 2 (Penyuluhan Terkait Diabetes Militus),


Tanggal : 18 Mei 2022
Kunjungan Ke 3 (Penyuluhan Terkait Diabetes Militus, Diet 3j,
Demonstrasi Air Rebusan Kayu Manis), Tanggal : 19 Mei 2022

Kunjungan Ke 4 (Evaluasi), Tanggal : 20 Mei 2022

Kunjungan Ke 5, Tanggal : 21 Mei 2022

111

Anda mungkin juga menyukai