LAPORAN KASUS
TOPIK : Diare
Penulis :
Mirad Aditya
030.10.179
Pembimbing :
dr. Rina Rahardiani, Sp.A
Jakarta, … … 2017
Pembimbing,
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena atas karunia-Nya laporan kasus dengan topik “Hiperpireksia Pada Anak”
dapat selesai dengan semestinya. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan dalam untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik departemen
Ilmu Kesehatan Anak periode Februari – Mei 2017.
Laporan kasus ini membahas ilustrasi kasus yang mencakup identitas
pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, resume,
tatalaksana, dan tindak lanjut (follow-up) pasien. Di Bab berikutnya akan dibahas
penyakit yang berkaitan dengan laporan kasus.
Seperti pepatah “tiada gading yang tak retak”, penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, bahkan jauh dari sempurna. Kritik
dan saran sangat diharapkan penulis guna menyempurnakan tulisan ini pada
kesempatan-kesempatan berikutnya. Penulis menaruh harapan besar agar tulisan
ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang membutuhkannya.
Jakarta, … …..2017
Penulis,
Mirad Aditya
030.10.179
iii
BAB I
ILUSTRASI KASUS
2.1 Identitas
2.2 Anamnesis
Dilakukan secara alloanamnesis (dengan orang tua pasien) di pulau laut, 4 maret
2017 jam 13.00 WIB
Tanggal masuk : jumat , 4.. Maret 2017
1
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien An. Gi usia 3 tahun, masuk ke Bangsal pulau laut pada hari Jumat,04
Maret 2017 jam dengan keluhan buang-buang air sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Buang-buang air terjadi selama 4 hari terakhir, satu hari buang air
bisa mencapai 9 kali dengan konsistensi cair, tidak berampas, berwarna kuning,
tidak ada darah dan lendir. Buang-buang air disertai rasa mual dan muntah, pasien
satu hari dapat muntah sebanyak lebih dari 5 kali dengan jumlah kurang lebih
setengah aqua gelas dan yang dimuntahkan merupakan cairan dan makanan yang
dimakan. Pasien mengaku tidak ada demam dan buang air kecil seperti biasa.
Berdasarkan informasi dari orang tua pasien didapatkan bahwa pasien mengalami
gangguan ini setelah susu formula untuk pasien diberikan merek yang lain. Pasien
sudah berobat ke klinik namun keluhan tidak membaik.
.
2
2.2.4 Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
KEHAMILAN Morbiditas Kehamilan Ibu pasien tidak memiliki penyulit atau
penyakit selama kehamilan pasien
Perawatan Antenatal Ibu pasien rutin memeriksakan
kehamilannya setiap bulan ke bidan
KELAHIRAN Tempat Kelahiran Rumah Sakit
Penolong Persalinan Dokter
Cara Persalinan Partus normal
Masa Gestasi Cukup Masa Kehamilan
Keadaan Bayi Berat lahir : 2100 gr
Panjang : 48 cm
Lingkar kepala : tidak ingat
Keadaan saat lahir: Langsung menangis,
tampak kemerahan
Nilai Apgar : tidak tahu
Kelainan Bawaan : tidak ada
3
2.2.6 Riwayat Makanan
Umur di bawah 1 tahun
Umur (bulan) ASI / PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0-2 − − −
2-4 − − −
4-6 PASI − − −
6-8 PASI − −
8-10 PASI −
10-12 PASI
4
2.2.8 Riwayat Penyakit Keluarga
Corak Reproduksi
No Tgl. Lahir Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan
(umur) Kelamin Mati (sebab) Kesehatan
1 3 minggu Laki-laki (-) (-) (-) Sakit Meninggal
Riwayat Pernikahan
Data Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. A Ny. S
Perkawinan ke - Kedua Kedua
Umur saat menikah 35 tahun 23 tahun
Pendidikan terakhir SMP SMP
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Sunda Sunda
Keadaan Kesehatan Tidak sakit Tidak sakit
Konsanguinitas Tidak ada Tidak ada
Penyakit (bila ada) Tidak ada Tidak ada
Keadaan rumah
Pasien tinggal bersama kedua orang tua. Rumah merupakan rumah orang lain,
beratap genteng, berlantai keramik dan berdinding tembok. Ventilasi dan
pencahayaan cukup, jendela dibuka tiap pagi agar udara dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah. Sumber air bersih menggunakan air PAM. Sumber air
minum dari air isi ulang. Tempat pembuangan sampah terletak di depan rumah
dan setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan.
2.3 Status Praesens
5
2.3.1 Survei Primer
Airway (Jalan Napas) : Paten
Breath (Pernapasan) : Bicara lancar, tidak ada retraksi otot napas
Circulation (Sirkulasi) : Nadi kuat, akral hangat
Disability (Kecacatan) : GCS 15 (E4 M6 V5), kooperatif
Data Antropometri
BB : 7,6 Kg
TB : 86 cm
LK : 45 cm
LiLA : 9 cm
I. Status gizi
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
6
Denyut Nadi : Frekuensi: 112 kali / menit, teratur
Suhu : 36,8 oC
Pernapasan : 24 kali / menit, teratur, tipe abdominotorakal
Saturasi Oksigen (SpO2) : 98%
7
Warna : warna merah muda, sianotik (-), pucat (-)
Gigi dan gusi
Oral hygiene : baik
Warna mukosa : merah muda
Jumlah gigi : lengkap
Lidah, mukosa mulut, dan palatum
Bentuk : normoglossia
Warna : merah muda
Kelainan : tremor (-), coated tongue (-), geographic tongue (-),
Koplik spot (-), petechiae palatum (-), stomatitis (-)
Uvula
Warna : merah muda
Letak : tengah
Faring
Warna : merah muda, hiperemis (-)
Kelainan : post nasal drip (-)
Tonsil
Ukuran : T1 / T1
Warna : tenang, hiperemis (-)/(-)
Kelainan : detritus (-)
Leher
Posisi : simetris,
Gerak : keterbatasan gerak leher (-)
Kelenjar limfe : tak teraba membesar kanan & kiri
Kelenjar tiroid : tak teraba membesar kanan & kiri
Arteri karotis : (+) / (+)
Vena jugularis eksterna : JVP 5 + 2 cmH2O
Kelenjar Getah Bening
Area Kepala : preaurikularis (-)/(-), retroaurikularis (-)/(-), oksipitalis
(-)/(-), submentalis (-)/(-), submandibularis (-)/(-)
8
Area Leher : cervical: anterior (-)/(-), media (-)/(-), posterior (-)/(-)
Area Dada : supraklavikularis (-)/(-), aksilaris (-)/(-)
Area Lengan : epitroklearis (-)/(-)
Area Tungkai : poplitea (-)/(-), KGB inguinal tdk dilakukan pemeriksaan
Toraks
Jantung
I : Ictus cordis terlihat pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
P : Ictus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
P :Batas kanan jantung pada linea parasternalis dextra setinggi ICS III, IV, V
Batas kiri jantung pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
Batas atas jantung pada linea parasternalis sinistra setinggi ICS II
A: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
I : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada bagian yang tertinggal,
tidak ada retraksi
P : Vocal fremitus sama kuat di kedua lapang paru
P: Sonor di seluruh lapang paru
Batas paru kanan-hepar : Linea midclavikularis dextra setinggi ICS V
Batas paru kiri-gaster: Linea axilaris anterior sinistra setinggi ICS VII
A: Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abdomen
Inspeksi
Bentuk : datar
Kulit dinding perut dan umbilikus : sawo matang, roseolla spots (-),
venektasi (-), smiling umbilicus (-)
Gerak dinding perut : Mengembang waktu inspirasi,
mengempis saat ekspirasi; pulsasi (-)
Gerak peristaltik usus : tak tampak
9
Auskultasi
Bising usus : (+), 3 kali per menit
Suara pembuluh darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi
Rigiditas dinding perut : supel, defans muskular (-)
Nyeri tekan / nyeri lepas : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-) di
seluruh kuadran abdomen
Asites : undulasi (-)
Tumor intra / ekstraabdominal : massa (-)
Hepar (hati) : tidak teraba
Vesica vellea (kantung empedu) : Murphy’s sign (-)
Lien / spleen (limpa) : lien tak teraba
Ren (ginjal) : Ballotement test (-)
Perkusi
Distribusi gas : timpani, batas paru – hepar ICS VI
linea midklavikularis dextra
Asites (minimal) : shifting dullness (-)
Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
10
Proporsi : sesuai dengan proporsi tubuh
Simetri : simetris kanan dan kiri
Kelainan : ptechiae (-)/(-), pucat (-), ikterik (-)
Palpasi
Kulit : akral dingin (-)/(-), kelembaban cukup, CRT < 3 detik
(+)/(+), oedem (-)/(-)
Otot : normotrofi
Ekstremitas bawah
Inspeksi
Proporsi : sesuai dengan proporsi tubuh
Simetri : simetris kanan dan kiri
Kelainan : ptechiae (-)/(-), pucat (-), ikterik (-)
Palpasi
Kulit : akral dingin (-)/(-), kelembaban cukup, CRT < 3 detik
(+)/(+), oedem (-)/(-)
Otot : normotrofi
11
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
12
Hematologi
Rutin
Hemoglobin 12,6 10,8 – 15,6 g/dL
Hematokrit 39% 33– 45 %
Trombosit 297000 150 – 450 ribu/L
Leukosit 9900 5 – 10 ribu/L
Eritrosit 5,02 4,2 – 5,4 juta/L
LED 35 <20 Mm/jam
Hitung jenis
Basofil 1 0-1 %
Eusinofil 1 0-5 %
Neutrofil Batang 0 2-6 %
Neutrofil Segmen 71 50-70 %
Limfosit 23 20-40 %
Monosit 4 2-8 %
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium 134 132-145 mmol/L
Kalium 3.27 3.1-5.1 mmol/L
Klorida 97 96-111 mmol/L
B. Pemeriksaan Radiologi
Tidak dilakukan
2.6 Resume
Seorang pasien berusia 2tahun berjenis kelamin laki-laki datang dengan keluhan
diare sebanyak kurang lebih 5x sehari selama 4hari SMRS.
13
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan)
B. Medikamentosa / obat-obatan
Inj. Ceftriakson 1x1gr
Inj. PCT 3x400 mg
Ambroxol 3 x 1/5 tab
Lacto B 2x1 sachet
Inj. Ranitidin 2x 1/3amp
Vometa 3x 21/2ml
C. Diet
Makan biasa
D. Anjuran pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan hematologi rutin
Cek AGD
Cek elektrolit
E. Edukasi
Menjelaskan pada orang tua bahwa pasien perlu dirawat inap untuk
dipantai keadaan umum dan tanda-tanda vital, mengobservasi serta
memberikan tatalaksana yang tepat, dan mencegah adanya komplikasi
penyakit.
F. Konsultasi
Konsultasi ke dokter spesialis anak.
2.10 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINDAK LANJUT (FOLLOW UP)
14
3.1 Jumat, 03/03/2017
Pukul 15.00 WIB
A. Subjective (S)
Demam (+) hari ke 2, mual (+), muntah (+), nyeri menelan (+), batuk pilek
B. Objective (O)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran kompos mentis, tampak sakit sedang, tampak lemah (+)
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110 / 60 mmHg
Denyut Nadi : 112 kali / menit, isi cukup, teratur
Suhu : 36,7oC
Pernapasan : 24 kali / menit, teratur, tipe abdominotorakal
Kepala : normocephali
Wajah : pucat (-), ikterik (-)
Mata
Kelopak mata : edema (-)/(-)
Konjungtiva : anemis (-)/(-), hiperemis (-)/(-)
Sklera : ikterik (-)/(-)
Leher
Kelenjar limfe : tak teraba membesar kanan & kiri
Toraks
Jantung
Bunyi jantung I dan II (S1 & S2) : reguler
Bunyi jantung tambahan : S3 (-), S4 (-)
15
Bising jantung (murmur) : (-)
Paru
Suara napas : vesikuler (+)/(+) simetris
Suara napas tambahan : ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Abdomen
supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-) area epigastrium
hepatomegali (-) splenomegaly (-),shifting dullness(-)
Bising usus : (+), 4 kali per menit
Ekstremitas atas dan bawah
Akral dingin (-)/(-), CRT <2 detik, petechiae (-)/(-), oedem (-)/(-)
Pemeriksaan laboratorium
C. Assessment (A)
Diare ec gizi buruk
Viral infection
16
D. Planning (P)
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
IVFD : Ringer Laktat 24tpm
Inj. Ceftriakson 1x1gr
Inj. PCT 3x400 mg
Ambroxol 3 x 1/5 tab
Lacto B 2x1 sachet
Inj. Ranitidin 2x 1/3amp
Vometa 3x 21/2ml
17
Orang tua pasien mengatakan keluhan sudah berkurang, bab sudah mulai keras.
Makan dan minum sudah mau.
B. Objective (O) :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran kompos mentis, tampak sakit sedang, tampak lemah (-)
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 100/ 70 mmHg
Denyut Nadi : Frekuensi: 100 kali / menit
Suhu : 37,2 oC
Pernapasan : 28 kali / menit
Mata
Konjungtiva : anemis (-)/(-), hiperemis (-)/(-)
Sklera : ikterik (-)/(-)
Toraks
Jantung
Bunyi jantung I dan II (S1 & S2) : reguler
Bunyi jantung tambahan : S3 (-), S4 (-)
Bising jantung (murmur) : (-)
Paru
Suara napas : vesikuler (+)/(+) simetris
Suara napas tambahan : ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Abdomen
Supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-) area epigastrium
Bising usus : (+), 5 kali per menit
Undulasi : (-)
18
Pemeriksaan laboratorium :
Tabel 3. Pemeriksaan laboratorium (04 / 03 / 2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Kimia klinik
Analisa Gas Darah
pH 7.411 7.35-7.45
PCO2 31.4 32-48
PO2 19.0 83-108
HCO3 act 19.6 21-28
HCO3 std 19.7
BE (ecf) -5.1 -2 -3
SBE -4.2 -3 -3
Ct CO2 20.6 23 - 27
AnGap 27.7
02 SAT 32.2 95 - 98
02 Ct 5.7
Elektrolit
Natrium 137 132 - 145
Kalium 2.84 3.1 - 5.1
Clorida 93 96 - 111
C. Assessment (A)
Diare ec gizi buruk
Viral infection
D. Planning (P)
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Infus ringer laktat 24 tpm
Inj. Ceftriakson 1x1gr
Inj. PCT 3x400 mg
Ambroxol 3 x 1/5 tab
Lacto B 2x1 sachet
Inj. Ranitidin 2x 1/3amp
Vometa 3x 21/2ml
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
19
Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di bawah rata-rata. 10
Hal ini merupakan suatu bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun.2 Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur
(BB/U) < -3 SD.11
2.3.1 Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi
buruk. Gejala marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang,
kulit keriput yang disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang, muka
20
seperti orang tua (berkerut), balita cengeng dan rewel meskipun setelah makan,
bokong baggy pant, dan iga gambang.14,15
Pada patologi marasmus awalnya pertumbuhan yang kurang dan atrofi otot
serta menghilangnya lemak di bawah kulit merupakan proses fisiologis. Tubuh
membutuhkan energi yang dapat dipenuhi oleh asupan makanan untuk
kelangsungan hidup jaringan. Untuk memenuhi kebutuhan energi cadangan
protein juga digunakan. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi juga untuk sistesis glukosa.16
2.3.2 Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan
oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang
21
inadekuat. Hal ini seperti marasmus, kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari
tingkat keparahan gizi buruk.14 Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan
terganggu, perubahan mental, pada sebagian besar penderita ditemukan oedema
baik ringan maupun berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala mudah dicabut,
kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar, sering ditemukan hiperpigmentasi dan persikan kulit,
pembesaran hati, anemia ringan, pada biopsi hati ditemukan perlemakan.13
22
protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan asam amino esensial yang
dibutuhkan untuk sintesis. Asupan makanan yang terdapat cukup karbohidrat
menyebabkan produksi insulin meningkat dan sebagian asam amino dari dalam
serum yang jumlahnya sudah kurang akan disalurkan ke otot. Kurangnya
pembentukan albumin oleh hepar disebabkan oleh berkurangnya asam amino
dalam serum yang kemudian menimbulkan oedema.16
2.3.3 Marasmik-Kwashiorkor
Marasmik-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari
beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan Berat Badan
(BB) menurut umur (U) < 60% baku median WHO-NCHS yang disertai oedema
yang tidak mencolok.14
23
2.4. Kriteria anak gizi buruk9
24
Gambar 4. Tatalaksana anak gizi buruk (10 langkah)
25
Tabel 1. Kebutuhan zat gizi fase stabilisasi
b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak (cathup). Diberikan F-100, setiap 100 ml F-100 mengandung 100 kal dan
protein 2,9 gram.
26
Tabel 2. Kebutuhan zat gizi fase transisi
27
c. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak.
Diberikan setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada fase
rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB ≥ 7 kg diberi makanan
balita. Diberikan makanan formula 135 (F 135) dengan nilai gizi setiap 100 ml
F135 mengandung energi 135 kal dan protein 3,3 gram.
28
d. Fase Tindak Lanjut
Dilakukan di rumah setelah anak dinyatakan sembuh, bila BB/TB atau
BB/PB ≥ -2 SD, tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria selera makan sudah
baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan, ada perbaikan kondisi mental,
anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan sesuai
umurnya, suhu tubuh berkisarantara 36,5 – 37,7 oC, tidak muntah atau diare, tidak
ada edema, terdapat kenaikan BB sekitar 50g/kg BB/minggu selama 2 minggu
berturut-turut.
29
Mineral Mix dapat diberikan sebagai nutrisi gizi buruk yang terbuat dari
bahan yang terdiri dari KCl, tripotasium citrat, MgCl2.6H2O, Zn asetat 2H2O dan
CuSO4.5H2O, bahan ini dijadikan larutan. Mineral mix ini dikembangkan oleh
WHO dan telah diadaptasi menjadi pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk di
Indonesia. Mineral mix digunakan sebagai bahan tambahan untuk membuat
Rehydration Solution for Malnutrition (ReSoMal) dan Formula WHO.
Tabel 4. Komposisi Mineral Mix
30
Tabel 5. Nilai Gizi Formula
31
setelah 30 menit, jika masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi maka ulang
pemberian cairan gula tersebut.
2. Mencegah dan mengatasi hipotermi.
Hipotermi jika suhu tubuh anak < 35 oC , aksila 3 menit atau rectal 1 menit.
Pengelolaannya ruang penderita harus hangat, tidak ada lubang angin dan
bersih, sering diberi makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung tangan
dan kaos kaki, anak dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode kanguru),
cepat ganti popok basah, antibiotik. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2
jam sampai suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup kepala,
kaos kaki.
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Pengelolaannya diberikan cairan Resomal (Rehydration Solution for
Malnutrition) 70-100 ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB
setiap 30 menit secara oral dalam 2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB
untuk 4-10 jam berikutnya, jumlahnya disesuaikan seberapa banyak anak
mau, feses yang keluar dan muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam
4,6,8,10 dengan F75 jika rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu.
Monitoring tanda vital, diuresis, frekuensi berak dan muntah, pemberian
cairan dievaluasi jika RR dan nadi menjadi cepat, tekanan vena jugularis
meningkat, jika anak dengan edem, oedemnya bertambah.
4. Koreksi gangguan elektrolit.
Berikan ekstra Kalium 150-300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,4-0,6
mmol/kgBB/hari dan rehidrasi cairan rendah garam (Resomal)
5. Mencegah dan mengatasi infeksi.
Antibiotik (bila tidak komplikasi : kotrimoksazol 5 hari, bila ada komplikasi
amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam 5 hari. Monitoring komplikasi infeksi
(hipoglikemia atau hipotermi)
6. Mulai pemberian makan.
Segera setelah dirawat, untuk mencegah hipoglikemi, hipotermi dan
mencukupi kebutuhan energi dan protein. Prinsip pemberian makanan fase
stabilisasi yaitu porsi kecil, sering, secara oral atau sonde, energy 100
32
kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5 g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari untuk
penderita marasmus, marasmik kwashiorkor atau kwashiorkor dengan edem
derajat 1,2, jika derajat 3 berikan cairan 100 ml/kgBB/hari.
7. Koreksi kekurangan zat gizi mikro.
Berikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen multivitamin, asam folat
(5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper 0,3
mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu
perawatan, vitamin A hari 1 (<6 bulan 50.000 IU, 6-12 bulan 100.000 IU, >1
tahun 200.000 IU)
8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar.
Satu minggu perawatan fase rehabilitasi, berikan F100 yang mengandung 100
kkal dan 2,9 g protein/100ml, modifikasi makanan keluarga dengan energi
dan protein sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup minyak dan
protein.
9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang.
Mainan digunakan sebagai stimulasi, macamnya tergantung kondisi, umur
dan perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi
psikologis, baik mental, motorik dan kognitif.
10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah.
Setelah BB/PB mencapai -1SD dikatakan sembuh, tunjukkan kepada orang
tua frekuensi dan jumlah makanan, berikan terapi bermain anak, pastikan
pemberian imunisasi boster dan vitamin A tiap 6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Notoatmodjo, S. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta. 2003.
2. Pudjiadi, S. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru. 2005.
7. Krisnansari, Diah. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health. Vol.4 (1).
Purwokerto, Mandala of Health. 2010.
10. Solihin Pudjiadi. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi keempat. 2000. FKUI.
Jakarta.
12. Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru.
34