Anda di halaman 1dari 37

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE: FEBRUARI – MEI 2017

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR MINTOHARDJO JAKARTA

LAPORAN KASUS

TOPIK : Diare

Penulis :
Mirad Aditya
030.10.179

Pembimbing :
dr. Rina Rahardiani, Sp.A

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan kasus dengan topik :

“DIARE PADA ANAK”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing sebagai syarat


untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak
di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Mintohardjo Jakarta
periode Februari – Mei 2017

Pada Hari ................, Tanggal ......................................... 20...

Jakarta, … … 2017
Pembimbing,

(dr. Rina Rahardiani, Sp.A)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena atas karunia-Nya laporan kasus dengan topik “Hiperpireksia Pada Anak”
dapat selesai dengan semestinya. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan dalam untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik departemen
Ilmu Kesehatan Anak periode Februari – Mei 2017.
Laporan kasus ini membahas ilustrasi kasus yang mencakup identitas
pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, resume,
tatalaksana, dan tindak lanjut (follow-up) pasien. Di Bab berikutnya akan dibahas
penyakit yang berkaitan dengan laporan kasus.
Seperti pepatah “tiada gading yang tak retak”, penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, bahkan jauh dari sempurna. Kritik
dan saran sangat diharapkan penulis guna menyempurnakan tulisan ini pada
kesempatan-kesempatan berikutnya. Penulis menaruh harapan besar agar tulisan
ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang membutuhkannya.

Jakarta, … …..2017
Penulis,

Mirad Aditya
030.10.179

iii
BAB I
ILUSTRASI KASUS

2.1 Identitas

2.1.1 Identitas Pasien


Nama : An. Gi
Usia : 3 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Jl Karet Pasar Baru Barat I No. 2B
Agama : Islam
Masuk RS : 4 Maret 2017 jam 00.42 WIB

2.1.2 Identitas orang tua pasien


Identitas Ayah Ibu
Nama Tn. A Ny. S
Usia 39 tahun 26 tahun
Agama Islam Islam
Alamat Jl Karet Pasar Baru Barat Jl Karet Pasar Baru Barat
VII No. 2B VII No. 2B
Pekerjaan Kontraktor Ibu rumah tangga
Penghasilan Rp 700.000 - 1.000.000 -
Hubungan dengan pasien Anak kandung Anak kandung

2.2 Anamnesis
Dilakukan secara alloanamnesis (dengan orang tua pasien) di pulau laut, 4 maret
2017 jam 13.00 WIB
Tanggal masuk : jumat , 4.. Maret 2017

2.2.1 Keluhan Utama


Buang-buang air sejak 4hari sebelum masuk rumah sakit.

1
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien An. Gi usia 3 tahun, masuk ke Bangsal pulau laut pada hari Jumat,04
Maret 2017 jam dengan keluhan buang-buang air sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Buang-buang air terjadi selama 4 hari terakhir, satu hari buang air
bisa mencapai 9 kali dengan konsistensi cair, tidak berampas, berwarna kuning,
tidak ada darah dan lendir. Buang-buang air disertai rasa mual dan muntah, pasien
satu hari dapat muntah sebanyak lebih dari 5 kali dengan jumlah kurang lebih
setengah aqua gelas dan yang dimuntahkan merupakan cairan dan makanan yang
dimakan. Pasien mengaku tidak ada demam dan buang air kecil seperti biasa.
Berdasarkan informasi dari orang tua pasien didapatkan bahwa pasien mengalami
gangguan ini setelah susu formula untuk pasien diberikan merek yang lain. Pasien
sudah berobat ke klinik namun keluhan tidak membaik.
.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur


Alergi (-) Difteri (-) Penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)
Demam berdarah (-) Kejang (-) Penyakit darah (-)
Demam tifoid (-) Kecelakaan, (-) Radang paru (-)
........................
` (-) Morbili (-) Tuberkulosis (-)
Parotitis (-) Operasi, (-) Lain, (-)
........................ ...........................

Kesimpulan Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak memiliki riwayat sakit sebelumnya.

2
2.2.4 Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
KEHAMILAN Morbiditas Kehamilan Ibu pasien tidak memiliki penyulit atau
penyakit selama kehamilan pasien
Perawatan Antenatal Ibu pasien rutin memeriksakan
kehamilannya setiap bulan ke bidan
KELAHIRAN Tempat Kelahiran Rumah Sakit
Penolong Persalinan Dokter
Cara Persalinan Partus normal
Masa Gestasi Cukup Masa Kehamilan
Keadaan Bayi  Berat lahir : 2100 gr
 Panjang : 48 cm
 Lingkar kepala : tidak ingat
 Keadaan saat lahir: Langsung menangis,
tampak kemerahan
 Nilai Apgar : tidak tahu
 Kelainan Bawaan : tidak ada

Kesimpulan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :


Selama hamil, ibu pasien mengaku tidak memiliki penyulit atau penyakit
kehamilan dan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan di bidan.
Persalinan berlangsung spontan dengan keadaan pasien saat itu cukup masa
kehamilan. Keadaan pasien saat lahir : berat lahir: 2100 gr, langsung menangis,
tampak kemerahan, lingkar kepala dan nilai Apgar tidak ingat, dan tidak
ditemukan adanya kelainan bawaan.

2.2.5 Riwayat Tumbuh Kembang


 Pertumbuhan gigi : 6 bulan
 Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan  Berjalan : 13 bulan
Duduk : 6bulan  Bicara : 13 bulan
Berdiri : 12 bulan  Membaca & Menulis : -
 Gangguan Perkembangan Mental / Emosi : tidak ada

Kesimpulan Riwayat Tumbuh Kembang :


Riwayat tumbuh kembang pasien berjalan sesuai dengan usia

3
2.2.6 Riwayat Makanan
 Umur di bawah 1 tahun

Umur (bulan) ASI / PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0-2  − − −
2-4  − − −
4-6 PASI − − −
6-8 PASI  − −
8-10 PASI   −
10-12 PASI   

 Umur di atas 1 tahun


Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi / Pengganti 3 kali sehari
Sayur 3 kali sehari
Daging 3 kali seminggu
Telur 1 kali sehari
Ikan Jarang
Tahu 3 kali sehari
Tempe 3 kali sehari
Susu (merk/tambahan) Setiap hari ±10 botol (250cc)
Lain-lain -

Kesulitan makan : tidak ada

Kesimpulan Riwayat Makanan :


Tidak terdapat gangguan riwayat makan pada pasien, riwayat makan sesuai
dengan perkembangan usia.

2.2.7 Riwayat Imunisasi

Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)


BCG 1 bulan x x (-) (-) (-)
DPT/DT 2 bulan 4 bulan 6 bulan (-) (-) (-)
POLIO 0 bulan 1 bulan 2 bulan 6 tahun (-) (-)
CAMPAK 9 bulan x x (-) (-) (-)
HEPATITIS B Lahir 1 bulan 6 bulan (-) (-) (-)

Kesimpulan Riwayat Imunisasi :


Pasien belum melakukan imunisasi dasar dengan lengkap.

4
2.2.8 Riwayat Penyakit Keluarga

 Corak Reproduksi
No Tgl. Lahir Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan
(umur) Kelamin Mati (sebab) Kesehatan
1 3 minggu Laki-laki (-) (-) (-) Sakit Meninggal

2 6 tahun Perempuan ya (-) (-) (-) Sehat


3 3 tahun Laki-laki ya (-) (-) (-) Sehat

 Riwayat Pernikahan
Data Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. A Ny. S
Perkawinan ke - Kedua Kedua
Umur saat menikah 35 tahun 23 tahun
Pendidikan terakhir SMP SMP
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Sunda Sunda
Keadaan Kesehatan Tidak sakit Tidak sakit
Konsanguinitas Tidak ada Tidak ada
Penyakit (bila ada) Tidak ada Tidak ada

 Riwayat penyakit keluarga orang tua pasien :


Tidak ada riwayat hipertensi, kencing manis, asma, kelainan darah dan atopi

 Riwayat penyakit anggota keluarga lain yang serumah :


Tidak ada anggota keluarga lainnya yang mengalami hal serupa dengan
pasien.

2.2.9 Riwayat lingkungan perumahan

 Keadaan rumah
Pasien tinggal bersama kedua orang tua. Rumah merupakan rumah orang lain,
beratap genteng, berlantai keramik dan berdinding tembok. Ventilasi dan
pencahayaan cukup, jendela dibuka tiap pagi agar udara dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah. Sumber air bersih menggunakan air PAM. Sumber air
minum dari air isi ulang. Tempat pembuangan sampah terletak di depan rumah
dan setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan.
2.3 Status Praesens

5
2.3.1 Survei Primer
 Airway (Jalan Napas) : Paten
 Breath (Pernapasan) : Bicara lancar, tidak ada retraksi otot napas
 Circulation (Sirkulasi) : Nadi kuat, akral hangat
 Disability (Kecacatan) : GCS 15 (E4 M6 V5), kooperatif

2.3.2 Survei Sekunder: Status Generalis


Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesan gizi : kurang
Sikap pasien : kurang kooperatif
Kelainan yang tampak : lemah (+), pucat (-), dehidrasi (+), sianotik (-)

Data Antropometri
BB : 7,6 Kg

TB : 86 cm

LK : 45 cm

LiLA : 9 cm

I. Status gizi

BB/U : z score < -3 SD : Kesan gizi buruk

TB/U : -3 SD < z score < -2 SD : Kesan pendek

BB/TB : z score < -3 : Kesan sangat kurus

LK/U : -2 SD < z score < +2 SD : Normocephali

LiLA : 9 cm : Gizi buruk (merah)

Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg

6
Denyut Nadi : Frekuensi: 112 kali / menit, teratur
Suhu : 36,8 oC
Pernapasan : 24 kali / menit, teratur, tipe abdominotorakal
Saturasi Oksigen (SpO2) : 98%

Kepala : normocephali, deformitas (-)


Wajah : simetris kanan & kiri, pucat (-), kemerahan (-), sianotik (-), ikterik (-)
Rambut : warna hitam, distribusi merata, tak mudah dicabut
Mata
Alis mata : distribusi rambut cukup
Kelopak mata : edema (-)/(-), ptosis (-)/(-), cekung (+)/(+)
Bola mata : eksoftalmus (-)/(-), enoftalmus (-)/(-), kedudukan bola
mata simetris, hambatan gerak bola mata (-)/(-)
Konjungtiva : anemis (-)/(-), hiperemis (-)/(-)
Sklera : ikterik (-)/(-), injeksi (-)/(-)
Kornea : jernih
Iris : COA dalam (+)/(+)
Pupil : reguler, isokor 3 mm / 3 mm, refleks cahaya langsung
(+)/(+), refleks cahaya tidak langsung (+)/(+)
Telinga
Preaurikuler : deformitas (-)/(-), nyeri tekan tragus (-)/(-)
Retroaurikuler : deformitas (-)/(-)
Daun telinga : deformitas (-)/(-), nyeri tarik aurikula (-)/(-)
Liang telinga : darah (-)/(-), cairan (-)/(-), serumen (-)/(-)
Membran timpani : tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung
Bentuk : deformitas (-)
Liang hidung : sekret (-)/(-), napas cuping hidung (-)
Mukosa : warna merah muda, hiperemis (-)/(-)
Bibir
Bentuk : deformitas (-)

7
Warna : warna merah muda, sianotik (-), pucat (-)
Gigi dan gusi
Oral hygiene : baik
Warna mukosa : merah muda
Jumlah gigi : lengkap
Lidah, mukosa mulut, dan palatum
Bentuk : normoglossia
Warna : merah muda
Kelainan : tremor (-), coated tongue (-), geographic tongue (-),
Koplik spot (-), petechiae palatum (-), stomatitis (-)
Uvula
Warna : merah muda
Letak : tengah
Faring
Warna : merah muda, hiperemis (-)
Kelainan : post nasal drip (-)
Tonsil
Ukuran : T1 / T1
Warna : tenang, hiperemis (-)/(-)
Kelainan : detritus (-)

Leher
Posisi : simetris,
Gerak : keterbatasan gerak leher (-)
Kelenjar limfe : tak teraba membesar kanan & kiri
Kelenjar tiroid : tak teraba membesar kanan & kiri
Arteri karotis : (+) / (+)
Vena jugularis eksterna : JVP 5 + 2 cmH2O
Kelenjar Getah Bening
Area Kepala : preaurikularis (-)/(-), retroaurikularis (-)/(-), oksipitalis
(-)/(-), submentalis (-)/(-), submandibularis (-)/(-)

8
Area Leher : cervical: anterior (-)/(-), media (-)/(-), posterior (-)/(-)
Area Dada : supraklavikularis (-)/(-), aksilaris (-)/(-)
Area Lengan : epitroklearis (-)/(-)
Area Tungkai : poplitea (-)/(-), KGB inguinal tdk dilakukan pemeriksaan

Toraks
Jantung
I : Ictus cordis terlihat pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
P : Ictus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
P :Batas kanan jantung pada linea parasternalis dextra setinggi ICS III, IV, V
Batas kiri jantung pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
Batas atas jantung pada linea parasternalis sinistra setinggi ICS II
A: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru
I : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada bagian yang tertinggal,
tidak ada retraksi
P : Vocal fremitus sama kuat di kedua lapang paru
P: Sonor di seluruh lapang paru
Batas paru kanan-hepar : Linea midclavikularis dextra setinggi ICS V
Batas paru kiri-gaster: Linea axilaris anterior sinistra setinggi ICS VII
A: Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-

Abdomen
Inspeksi
Bentuk : datar
Kulit dinding perut dan umbilikus : sawo matang, roseolla spots (-),
venektasi (-), smiling umbilicus (-)
Gerak dinding perut : Mengembang waktu inspirasi,
mengempis saat ekspirasi; pulsasi (-)
Gerak peristaltik usus : tak tampak

9
Auskultasi
Bising usus : (+), 3 kali per menit
Suara pembuluh darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi
Rigiditas dinding perut : supel, defans muskular (-)
Nyeri tekan / nyeri lepas : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-) di
seluruh kuadran abdomen
Asites : undulasi (-)
Tumor intra / ekstraabdominal : massa (-)
Hepar (hati) : tidak teraba
Vesica vellea (kantung empedu) : Murphy’s sign (-)
Lien / spleen (limpa) : lien tak teraba
Ren (ginjal) : Ballotement test (-)

Perkusi
Distribusi gas : timpani, batas paru – hepar ICS VI
linea midklavikularis dextra
Asites (minimal) : shifting dullness (-)

Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan

Anus dan rektum


Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi

10
Proporsi : sesuai dengan proporsi tubuh
Simetri : simetris kanan dan kiri
Kelainan : ptechiae (-)/(-), pucat (-), ikterik (-)
Palpasi
Kulit : akral dingin (-)/(-), kelembaban cukup, CRT < 3 detik
(+)/(+), oedem (-)/(-)
Otot : normotrofi
Ekstremitas bawah
Inspeksi
Proporsi : sesuai dengan proporsi tubuh
Simetri : simetris kanan dan kiri
Kelainan : ptechiae (-)/(-), pucat (-), ikterik (-)
Palpasi
Kulit : akral dingin (-)/(-), kelembaban cukup, CRT < 3 detik
(+)/(+), oedem (-)/(-)
Otot : normotrofi

2.4 Pemeriksaan Penunjang (data sekunder)


A. Pemeriksaan Laboratorium (IGD tanggal 4 Maret 2017)

11
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

12
Hematologi
Rutin
Hemoglobin 12,6 10,8 – 15,6 g/dL
Hematokrit 39% 33– 45 %
Trombosit 297000 150 – 450 ribu/L
Leukosit 9900 5 – 10 ribu/L
Eritrosit 5,02 4,2 – 5,4 juta/L
LED 35 <20 Mm/jam
Hitung jenis
Basofil 1 0-1 %
Eusinofil 1 0-5 %
Neutrofil Batang 0 2-6 %
Neutrofil Segmen 71 50-70 %
Limfosit 23 20-40 %
Monosit 4 2-8 %
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium 134 132-145 mmol/L
Kalium 3.27 3.1-5.1 mmol/L
Klorida 97 96-111 mmol/L

B. Pemeriksaan Radiologi
Tidak dilakukan

2.6 Resume
Seorang pasien berusia 2tahun berjenis kelamin laki-laki datang dengan keluhan
diare sebanyak kurang lebih 5x sehari selama 4hari SMRS.

2.7 Diagnosa Kerja


Diare akut ec gizi buruk

2.8 Diagnosa Banding


Demam berdarah
Viral infection

2.9 Rencana tatalaksana


A. Sikap / tindakan
 Rawat inap
 IVFD Kaen3B: 30 tpm

13
 Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan)
B. Medikamentosa / obat-obatan
 Inj. Ceftriakson 1x1gr
 Inj. PCT 3x400 mg
 Ambroxol 3 x 1/5 tab
 Lacto B 2x1 sachet
 Inj. Ranitidin 2x 1/3amp
 Vometa 3x 21/2ml
C. Diet
 Makan biasa
D. Anjuran pemeriksaan lanjutan
 Pemeriksaan hematologi rutin
 Cek AGD
 Cek elektrolit
E. Edukasi
 Menjelaskan pada orang tua bahwa pasien perlu dirawat inap untuk
dipantai keadaan umum dan tanda-tanda vital, mengobservasi serta
memberikan tatalaksana yang tepat, dan mencegah adanya komplikasi
penyakit.
F. Konsultasi
 Konsultasi ke dokter spesialis anak.

2.10 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINDAK LANJUT (FOLLOW UP)

14
3.1 Jumat, 03/03/2017
Pukul 15.00 WIB
A. Subjective (S)
Demam (+) hari ke 2, mual (+), muntah (+), nyeri menelan (+), batuk pilek

B. Objective (O)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran kompos mentis, tampak sakit sedang, tampak lemah (+)

Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110 / 60 mmHg
Denyut Nadi : 112 kali / menit, isi cukup, teratur
Suhu : 36,7oC
Pernapasan : 24 kali / menit, teratur, tipe abdominotorakal

Kepala : normocephali
Wajah : pucat (-), ikterik (-)
Mata
Kelopak mata : edema (-)/(-)
Konjungtiva : anemis (-)/(-), hiperemis (-)/(-)
Sklera : ikterik (-)/(-)

Leher
Kelenjar limfe : tak teraba membesar kanan & kiri

Toraks
Jantung
Bunyi jantung I dan II (S1 & S2) : reguler
Bunyi jantung tambahan : S3 (-), S4 (-)

15
Bising jantung (murmur) : (-)
Paru
Suara napas : vesikuler (+)/(+) simetris
Suara napas tambahan : ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)

Abdomen
supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-) area epigastrium
hepatomegali (-) splenomegaly (-),shifting dullness(-)
Bising usus : (+), 4 kali per menit
Ekstremitas atas dan bawah
Akral dingin (-)/(-), CRT <2 detik, petechiae (-)/(-), oedem (-)/(-)

Pemeriksaan laboratorium

Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium (04 / 03 / 2017)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Rutin
Hemoglobin 12,6 10,8 – 15,6 g/dL
Hematokrit 39% 33– 45 %
Trombosit 297000 150 – 450 ribu/L
Leukosit 9900 5 – 10 ribu/L
Eritrosit 5,02 4,2 – 5,4 juta/L
LED 35 <20 Mm/jam
Hitung jenis
Basofil 1 0-1 %
Eusinofil 1 0-5 %
Neutrofil Batang 0 2-6 %
Neutrofil Segmen 71 50-70 %
Limfosit 23 20-40 %
Monosit 4 2-8 %
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium 134 132-145 mmol/L
Kalium 3.27 3.1-5.1 mmol/L
Klorida 97 96-111 mmol/L

C. Assessment (A)
 Diare ec gizi buruk
 Viral infection

16
D. Planning (P)
 Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
 IVFD : Ringer Laktat 24tpm
 Inj. Ceftriakson 1x1gr
 Inj. PCT 3x400 mg
 Ambroxol 3 x 1/5 tab
 Lacto B 2x1 sachet
 Inj. Ranitidin 2x 1/3amp
 Vometa 3x 21/2ml

3.3 Senin, 06 Maret 2017


Pukul 07.30
A. Subjective (S)

17
Orang tua pasien mengatakan keluhan sudah berkurang, bab sudah mulai keras.
Makan dan minum sudah mau.

B. Objective (O) :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran kompos mentis, tampak sakit sedang, tampak lemah (-)

Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 100/ 70 mmHg
Denyut Nadi : Frekuensi: 100 kali / menit
Suhu : 37,2 oC
Pernapasan : 28 kali / menit

Mata
Konjungtiva : anemis (-)/(-), hiperemis (-)/(-)
Sklera : ikterik (-)/(-)

Toraks
Jantung
Bunyi jantung I dan II (S1 & S2) : reguler
Bunyi jantung tambahan : S3 (-), S4 (-)
Bising jantung (murmur) : (-)
Paru
Suara napas : vesikuler (+)/(+) simetris
Suara napas tambahan : ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)

Abdomen
Supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-) area epigastrium
Bising usus : (+), 5 kali per menit
Undulasi : (-)

Ekstremitas atas dan bawah


Akral hangat (+)/(+), CRT > 3 detik, oedem -/-

18
Pemeriksaan laboratorium :
Tabel 3. Pemeriksaan laboratorium (04 / 03 / 2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Kimia klinik
Analisa Gas Darah
pH 7.411 7.35-7.45
PCO2 31.4 32-48
PO2 19.0 83-108
HCO3 act 19.6 21-28
HCO3 std 19.7
BE (ecf) -5.1 -2 -3
SBE -4.2 -3 -3
Ct CO2 20.6 23 - 27
AnGap 27.7
02 SAT 32.2 95 - 98
02 Ct 5.7
Elektrolit
Natrium 137 132 - 145
Kalium 2.84 3.1 - 5.1
Clorida 93 96 - 111
C. Assessment (A)
 Diare ec gizi buruk
 Viral infection

D. Planning (P)
 Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
 Infus ringer laktat 24 tpm
 Inj. Ceftriakson 1x1gr
 Inj. PCT 3x400 mg
 Ambroxol 3 x 1/5 tab
 Lacto B 2x1 sachet
 Inj. Ranitidin 2x 1/3amp
 Vometa 3x 21/2ml

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi Buruk

19
Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di bawah rata-rata. 10
Hal ini merupakan suatu bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun.2 Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur
(BB/U) < -3 SD.11

2.2 Pengukuran Gizi Buruk


Gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran antara lain:
a. Pengukuran klinis: metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita
tersebut gizi buruk atau tidak. Metode ini pada dasarnya didasari oleh
perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, rambut, atau
mata. Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput
sedangkan pada balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak-bercak putih
atau merah muda (crazy pavement dermatosis).12
b. Pengukuran antropometrik: pada metode ini dilakukan beberapa macam
pengukuran antara lain pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar
lengan atas. Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam
survei gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan
mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi
juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi dari
ketiganya.13

2.3 Klasifikasi Gizi Buruk


Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3 :

2.3.1 Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi
buruk. Gejala marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang,
kulit keriput yang disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang, muka

20
seperti orang tua (berkerut), balita cengeng dan rewel meskipun setelah makan,
bokong baggy pant, dan iga gambang.14,15

Gambar 1. Gejala klinis gizi buruk tipe marasmus

Pada patologi marasmus awalnya pertumbuhan yang kurang dan atrofi otot
serta menghilangnya lemak di bawah kulit merupakan proses fisiologis. Tubuh
membutuhkan energi yang dapat dipenuhi oleh asupan makanan untuk
kelangsungan hidup jaringan. Untuk memenuhi kebutuhan energi cadangan
protein juga digunakan. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi juga untuk sistesis glukosa.16

2.3.2 Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan
oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang

21
inadekuat. Hal ini seperti marasmus, kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari
tingkat keparahan gizi buruk.14 Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan
terganggu, perubahan mental, pada sebagian besar penderita ditemukan oedema
baik ringan maupun berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala mudah dicabut,
kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar, sering ditemukan hiperpigmentasi dan persikan kulit,
pembesaran hati, anemia ringan, pada biopsi hati ditemukan perlemakan.13

Gambar 2. Gejala klinis gizi buruk tipe kwashiorkor

Gangguan metabolik dan perubahan sel dapat menyebabkan perlemakan


hati dan oedema. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi proses
katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat
dipenuhi dengan jumlah kalori yang cukup dalam asupan makanan. Kekurangan

22
protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan asam amino esensial yang
dibutuhkan untuk sintesis. Asupan makanan yang terdapat cukup karbohidrat
menyebabkan produksi insulin meningkat dan sebagian asam amino dari dalam
serum yang jumlahnya sudah kurang akan disalurkan ke otot. Kurangnya
pembentukan albumin oleh hepar disebabkan oleh berkurangnya asam amino
dalam serum yang kemudian menimbulkan oedema.16

2.3.3 Marasmik-Kwashiorkor
Marasmik-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari
beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan Berat Badan
(BB) menurut umur (U) < 60% baku median WHO-NCHS yang disertai oedema
yang tidak mencolok.14

Gambar 3. Gejala klinis gizi buruk tipe marasmik-kwashiorkor

23
2.4. Kriteria anak gizi buruk9

1. Gizi buruk tanpa komplikasi:


a. BB/TB : < -3 SD dan atau;
b. Terlihat sangat kurus dan atau;
c. Adanya edema dan atau;
d. LiLA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
2. Gizi buruk dengan komplikasi
Gizi buruk dengan tanda-tanda tersebut di atas disertai salah satu atau
lebih dari tanda komplikasi medis berikut:
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Dehidrasi berat
e. Demam sangat tinggi
f. Penurunan kesadaran

2.5. Tatalaksana gizi buruk


Masalah Gizi buruk tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan.
Gizi buruk merupakan dampak dari berbagai macam penyebab, seperti rendahnya
tingkat pendidikan, kemiskinan, ketersediaan pangan, transportasi, adat istiadat
(sosial budaya), dan sebagainya. Oleh karena itu, pemecahannyapun harus secara
komprehensip. Perawatan balita gizi buruk dilaksanakan di Puskesmas Perawatan
atau Rumah Sakit setempat dengan Tim Asuhan Gizi yang terdiri dari dokter,
nutrisionis/dietisien dan perawat, melakukan perawatan balita gizi buruk dengan
menerapkan 10 langkah tata laksana anak gizi buruk meliputi fase stabilisas untuk
mencegah/ mengatasi hipoglikemia, hipotermi dan dehidrasi, fase transisi, fase
rehabilitasi untuk tumbuh kejar dan tindak lanjut.4

24
Gambar 4. Tatalaksana anak gizi buruk (10 langkah)

Nutrisi berperan penting dalam penyembuhan penyakit. Kesalahan


pengaturan diet dapat memperlambat penyembuhan penyakit. Dengan nutrisi akan
memberikan makanan-makanan tinggi kalori, protein dan cukup vitamin-mineral
untuk mencapai status gizi optimal. Nutrisi gizi buruk diawali dengan pemberian
makanan secara teratur, bertahap, porsi kecil, sering dan mudah diserap. Frekuensi
pemberian dapat dimulai setiap 2 jam kemudian ditingkatkan 3 jam atau 4 jam.
Penting diperhatikan aneka ragam makanan, pemberian ASI, makanan,
mengandung minyak, santan, lemak dan buah-buahan. Selain itu faktor
lingkungan juga penting dengan mengupayakan pekarangan rumah menjadi taman
gizi. Perilaku harus diubah menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS)
dengan memperhatikan makanan gizi seimbang, minum tablet besi selama hamil,
pemberian ASI eksklusif, mengkonsumsi garam beryodium dan memberi bayi dan
balita kapsul vitamin A.
Pengaturan diet pada anak gizi buruk adalah sebagai berikut:
a. Fase Stabilisasi
Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap
dengan tujuan memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi stabil.
Formula hendaknya hipoosmolar rendah laktosa, porsi kecil dan sering. Setiap
100 ml mengandung 75 kal dan protein 0,9 gram. Diberikan makanan formula 75
(F 75). ReSoMal dapat diberikan apabila anak diare/ muntah/ dehidrasi, 2 jam
pertama setiap . jam, selanjutnua 10 jam berikutnya diselang seling dengan F75.

25
Tabel 1. Kebutuhan zat gizi fase stabilisasi

b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak (cathup). Diberikan F-100, setiap 100 ml F-100 mengandung 100 kal dan
protein 2,9 gram.

26
Tabel 2. Kebutuhan zat gizi fase transisi

27
c. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak.
Diberikan setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada fase
rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB ≥ 7 kg diberi makanan
balita. Diberikan makanan formula 135 (F 135) dengan nilai gizi setiap 100 ml
F135 mengandung energi 135 kal dan protein 3,3 gram.

Tabel 3. Kebutuhan zat gizi fase rehabilitasi

28
d. Fase Tindak Lanjut
Dilakukan di rumah setelah anak dinyatakan sembuh, bila BB/TB atau
BB/PB ≥ -2 SD, tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria selera makan sudah
baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan, ada perbaikan kondisi mental,
anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan sesuai
umurnya, suhu tubuh berkisarantara 36,5 – 37,7 oC, tidak muntah atau diare, tidak
ada edema, terdapat kenaikan BB sekitar 50g/kg BB/minggu selama 2 minggu
berturut-turut.

29
Mineral Mix dapat diberikan sebagai nutrisi gizi buruk yang terbuat dari
bahan yang terdiri dari KCl, tripotasium citrat, MgCl2.6H2O, Zn asetat 2H2O dan
CuSO4.5H2O, bahan ini dijadikan larutan. Mineral mix ini dikembangkan oleh
WHO dan telah diadaptasi menjadi pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk di
Indonesia. Mineral mix digunakan sebagai bahan tambahan untuk membuat
Rehydration Solution for Malnutrition (ReSoMal) dan Formula WHO.
Tabel 4. Komposisi Mineral Mix

Tiap kemasan dimaksudkan untuk membuat 20 ml larutan.

30
Tabel 5. Nilai Gizi Formula

Penting untuk menjalankan 10 langkah tatalaksana gizi buruk berikut ini:


1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemi.
Hipoglikemi jika kadar gula darah < 54 mg/dl atau ditandai suhu tubuh sangat
rendah, kesadaran menurun, lemah, kejang, keluar keringat dingin, pucat.
Pengelolaan berikan segera cairan gula: 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1
sendok teh dicampurkan ke air 3,5 sendok makan, penderita diberi makan tiap
2 jam, antibotik, jika penderita tidak sadar, lewat sonde. Dilakukan evaluasi

31
setelah 30 menit, jika masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi maka ulang
pemberian cairan gula tersebut.
2. Mencegah dan mengatasi hipotermi.
Hipotermi jika suhu tubuh anak < 35 oC , aksila 3 menit atau rectal 1 menit.
Pengelolaannya ruang penderita harus hangat, tidak ada lubang angin dan
bersih, sering diberi makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung tangan
dan kaos kaki, anak dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode kanguru),
cepat ganti popok basah, antibiotik. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2
jam sampai suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup kepala,
kaos kaki.
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Pengelolaannya diberikan cairan Resomal (Rehydration Solution for
Malnutrition) 70-100 ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB
setiap 30 menit secara oral dalam 2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB
untuk 4-10 jam berikutnya, jumlahnya disesuaikan seberapa banyak anak
mau, feses yang keluar dan muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam
4,6,8,10 dengan F75 jika rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu.
Monitoring tanda vital, diuresis, frekuensi berak dan muntah, pemberian
cairan dievaluasi jika RR dan nadi menjadi cepat, tekanan vena jugularis
meningkat, jika anak dengan edem, oedemnya bertambah.
4. Koreksi gangguan elektrolit.
Berikan ekstra Kalium 150-300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,4-0,6
mmol/kgBB/hari dan rehidrasi cairan rendah garam (Resomal)
5. Mencegah dan mengatasi infeksi.
Antibiotik (bila tidak komplikasi : kotrimoksazol 5 hari, bila ada komplikasi
amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam 5 hari. Monitoring komplikasi infeksi
(hipoglikemia atau hipotermi)
6. Mulai pemberian makan.
Segera setelah dirawat, untuk mencegah hipoglikemi, hipotermi dan
mencukupi kebutuhan energi dan protein. Prinsip pemberian makanan fase
stabilisasi yaitu porsi kecil, sering, secara oral atau sonde, energy 100

32
kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5 g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari untuk
penderita marasmus, marasmik kwashiorkor atau kwashiorkor dengan edem
derajat 1,2, jika derajat 3 berikan cairan 100 ml/kgBB/hari.
7. Koreksi kekurangan zat gizi mikro.
Berikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen multivitamin, asam folat
(5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper 0,3
mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu
perawatan, vitamin A hari 1 (<6 bulan 50.000 IU, 6-12 bulan 100.000 IU, >1
tahun 200.000 IU)
8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar.
Satu minggu perawatan fase rehabilitasi, berikan F100 yang mengandung 100
kkal dan 2,9 g protein/100ml, modifikasi makanan keluarga dengan energi
dan protein sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup minyak dan
protein.
9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang.
Mainan digunakan sebagai stimulasi, macamnya tergantung kondisi, umur
dan perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi
psikologis, baik mental, motorik dan kognitif.
10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah.
Setelah BB/PB mencapai -1SD dikatakan sembuh, tunjukkan kepada orang
tua frekuensi dan jumlah makanan, berikan terapi bermain anak, pastikan
pemberian imunisasi boster dan vitamin A tiap 6 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

33
1. Notoatmodjo, S. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta. 2003.

2. Pudjiadi, S. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru. 2005.

3. Muller, Michael Krawinkel. Malnutrition and Health in Developing


Countries. CMAJ • AUG. 2; 173 (3) 279. CMA Media Inc. or its licensors.
2005.

4. World Health Organisation.Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.


Jakarta: WHO Indonesia ; 2009.

5. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina KesehatanMasyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Respon Cepat
Penanggulanngan Gizi Buruk , 2008.

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. 2010.

7. Krisnansari, Diah. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health. Vol.4 (1).
Purwokerto, Mandala of Health. 2010.

8. Hartono A. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit.Jakarta: EGC; 1997.

9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelayanan Anak


Gizi Buruk. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.

10. Solihin Pudjiadi. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi keempat. 2000. FKUI.
Jakarta.

11. Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan


Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta.

12. Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru.

34

Anda mungkin juga menyukai