Anda di halaman 1dari 49

24

BAB 2

KANVAS MODEL BISNIS

2.1. PRODUK

Bisnis model yang ditawarkan oleh Vifari Furniture adalah penjualan

barang-barang furniture seperti tempat tidur, meja, kursi dan barang berkaitan

lainnya yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari ruang

lingkup pembahasan maka produk yang ditawarkan ialah produk furniture

yang dapat memberikan fungsi khusus yaitu multifungsi dan hemat luasan.

2.1.1. Furniture

2.1.1.1. Arti Kata

Kata Furniture dalam bahasa Inggris apabila diterjemahkan

menjadi Mebel. Istilah “mebel” digunakan karena sifat

bergeraknya atau mobilitasnya sebagai barang lepas di dalam

interior arsitektural. Kata mebel berasal dari bahasa Perancis yaitu

meubel, atau bahasa Jerman yaitu mobel.

Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Prancis

fourniture (1520-30 Masehi). Fourniture mempunyai asal kata

fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan.

Walaupun mebel dan furniture punya arti yang beda, tetapi yang

ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya.

Pengertian mebel secara umum adalah benda pakai yang


25

dapat dipindahkan, berguna bagi kegiatan hidup manusia, mulai

dari duduk, tidur, bekerja, makan, bermain dan sebagainya, yang

memberi kenyamanan dan keindahan bagi pemakainya (Baryl,

1977 dalam Marizar, 2005).

Mebel juga merupakan salah satu produk kayu olahan yang

pertumbuhannya amat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini

adalah produk mebel. Berawal dari pekerjaan rumah tangga,

produk mebel kini telah menjadi industri yang cukup besar dengan

tingkat penyerapan tenaga kerja terdidik yang tidak sedikit.

Produk jenis ini secara prinsip dibagi dalam dua kategori yaitu

mebel untuk taman (garden) dan interior dalam rumah

(Manullang,1991).

Dalam kata lain, mebel atau furniture adalah semua benda

yang ada di rumah dan digunakan oleh penghuninya untuk duduk,

berbaring, ataupun menyimpan benda kecil seperti pakaian atau

cangkir. Mebel terbuat dari kayu, papan, kulit, sekrup, dan

lainnya, Furniture adalah istilah yang biasa digunakan untuk

perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat menyimpan

barang, tempat tidur, tempat duduk,dll. Misalnya furniture sebagai

tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak,

contoh lemari pakaian, lemari buku.


26

2.1.1.2. Material bahan

Material bahan yang digunakan sebagai alat furniture juga

telah banyak macamnya, antara lain adalah :

a. Kayu

Gambar 11. Material Kayu


Sumber : Dokumentasi Pribadi

b. Bambu

Gambar 12. Material Bambu


Sumber : Dokumentasi Pribadi
27

c. Logam

Gambar 13. Material Logam


Sumber : furnishhome.us diakses pada 27 April 2013

d. Plastik
28

Gambar 14. Material Plastik


Sumber : furnishhome.us, diakses pada 27 April 2013

2.1.2. Multifungsi

2.1.2.1. Arti Kata

Manurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :

Mul·ti- bentuk terikat 1. banyak; lebih dr satu; lebih dr dua:

multivalen; multipora; multilateral ; 2 berlipat ganda: multimilioner

Fungsi 1 jabatan (pekerjaan) yang dilakukan: jika ketua tidak ada,

wakil ketua melakukan – ketua; 2 faal (kerja suatu bagian tubuh): --

jantung ialah memompa dan mengalirkan darah; 3 Mat besaran

yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang

lain juga berubah; 4 kegunaan suatu hal; 5 Ling peran sebuah

unsure bahasa di satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina

berfungsi sebagai subyek)


29

Dari dua arti gabungan yaitu multi dan fungsi apabila

digabungkan maka akan menjadi kata multifungsi yang berarti

mempunyai banyak manfaat ataupun guna.

2.1.2.2. Pendekatan Khusus Multifungsi

Arti Multifungsi yang sudah dijabarkan diatas yaitu

mempunyai banyak guna akan diaplikasikan ke dalam produk,

pemanfaatan fungsi yang banyak dalam satu alat akan membantu

masyarakat saat ini untuk berkehidupan. Pasalnya masyarakat saat ini

telah menuju ke kaum urban modern yang sangat sibuk dan tidak mau

direpotkan dengan berbagai macam tools yang menurut mereka tidak

praktis.

Adapun contoh produk yang menggambarkan furniture

multifungsi, yaitu :
30

Gambar 15. Furniture Multifungsi


Sumber : resourcefurniture.com, diakses pada 27 April 2013
Park View

2.1.3. Hemat Luasan (Space Saving)

2.1.3.1. Arti Kata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka :

Hemat

[a] berhati-hati dl membelanjakan uang, dsb; tidak boros; cermat:

kita harus -- dl penggunaan bahan bakar

[a] penuh minat dan perhatian; (dng) saksama; teliti: ia

mendengarkan pelajaran dng -- dan cermat

[n] pikiran; pendapat: menurut -- kami, dia sebaiknya pulang saja

Luas

1 lapang; lebar: kamarnya -- sekali; 2 umum (tt masyarakat dsb):

masyarakat --; 3 merata (terjangkau oleh orang banyak): berita itu


31

sudah tersebar -- di kalangan guru di kota itu; 4 ukuran panjang-

lebarnya bidang (lapangan, ruangan, dsb): -- kebun itu seratus

hektar 5 ki banyak dan beragam (tt pengetahuan); tidak picik:

orang yg -- pengetahuannya; 6 dapat melihat bebas dan lepas;

banglas (tt pemandangan): -- pemandangannya; 7 besar atau

banyak (tt usaha, pekerjaan, dsb): -- usahanya;

Apabila digabungkan menjadi dua kata yaitu hemat luasan,

maka arti kata yang dimaksud adalah sebuah cara dalam

mengiritkan suatu objek luas dalam satuan tertentu sehingga

didapatkan luasan yang diinginkan karena perbantuan sebuah

metode ataupun alat.

2.1.3.2. Pendekatan Khusus Hemat Luasan

Dalam gabungan kata hemat luasan (space saving) maka

furniture yang diinginkan adalah sebuah furniture yang dapat

memberikan manfaat kepada pelanggan karena didesain khusus

sehingga memungkinkan untuk dilakukan pelipatan ataupun dorongan

di alat furniture tersebut.

Gerakan lipatan dan dorongan tersebutlah yang membuat

fungsi dari sebuah alat itu menjadi ringkas dan praktis. Dengan kata

lain alat tersebut dapat memberikan luasan ekstra di sebuah ruangan

apabila sedang dilakukan aktivitas.


32

Gambar 16. Gerakan menghemat luasan


Sumber : Resourcefurniture.com, diakses pada 27 April 2013

2.2. CUSTOMER INSIGHT

Definisi menurut Amalia E. Maulana (2009), mengenai consumer

insight yaitu “Proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistik,

tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen

yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklannya”, maka proses

yang seharusnya dilakukan adalah mengenali kebutuhan nyata konsumen

sebelum sebuah produk dikembangkan dan dipasarkan.


33

2.2.1. Penerapan Customer Insight pada Vivari Furniture

Salah satu teknik atau alat yang dapat digunakan untuk mendesain

model bisnis yang lebih baik dan lebih inovatif adalah dengan mencari

customer insight. Customer insight ini digali melalui penyebaran

kuesioner kepada sejumlah responden. Jumlah responden 52 orang,

dengan 67% dari total responden adalah pria dan 33% wanita. Area

domisili yang dituju dalam penyebaran kuesioner cenderung mengarah ke

daerah Jakarta Selatan. Penyebaran kuesioner diarahkan pada 52

responden penghuni Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.

Pengambilan data di lokasi ini berdasarkan bahwa Kalibata City adalah

kawasan yang sangat padat untuk area apartemen dan termasuk pada

luasan hunian yang sempit.

Gambar 17. Prosentase Jenis kelamin responden


Sumber :Kuisoner
34

2.2.2. Pendapatan Penghuni Apartemen

Untuk mengetahui behavior penghuni serta customer insight

mereka, penulis mengadakan pengisian kuesioner terhadap 52 responden

penghuni apartemen di daerah Jakarta Selatan, khususnya apartemen

Kalibata City. Pada segmentasi ini, lebih besar tingkat penghasilan

responden 38% berada di antara Rp.1.500.000 – Rp.5.000.000 juta

Rupiah.

Gambar 18. Prosentase Pendapatan penghuni


Sumber : Kuisoner

2.2.3. Perilaku Penghuni Apartemen

Melalui hasil kuesioner dari 52 orang responden, diketahui bahwa

penghuni apartemen lebih cenderung memiliki kesulitan dalam pembelian

furniture dengan penyesuaian teerhadap luasan hunian. Hal ini dapat

menjadi pertimbangan dalam membuat furniture multifungsi dan yang

hemat tempat serta portable yang dilakukan oleh Vifari furniture.


35

Gambar 19. Prosentase kesulitan penghuni


Sumber : Kuisoner

Berdasarkan hasil kusioner, sebagian besar penghuni apartemen Kalibata

City tidak memiliki toko tertentu/langganan dalam membeli furniture,

ditunjukkan dari 63% responden menjawab tidak. Dan juga didapatkan

hasil untuk perkiraan responden akan harga untuk satu set furniture. Hal

ini dapat menjadi salah satu data acuan Vifari furniture dalam memasuki

industri furniture dan dalam menetapkan harga yang bersaing agar tidak

terlalu mahal dengan produk yang berkualitas.

Gambar 20. Prosentase penghuni memiliki toko langganan


Sumber : Kuisoner
36

Berdasarkan hasil kusioner, sebagian besar sebanyak 54%

responden pada awalnya cenderung memiliki pengalaman pembelian

furniture satu set lengkap dikarenakan agar lebih mudah memadu-

padankan antara furniture yang satu dengan furniture yang lainnya dalam

sebuah ruangan. Diketahui pula bahwa penghuni Kalibata City setelah itu

lebih memilih membeli furniture satuan disesuaikan dengan

kebutuhannya.

Gambar 21. Prosentase pembelian furniture satu set


Sumber : Kuisoner

Gambar 22. Prosentase kebiasaan penghuni membeli furniture


Sumber : Kuisoner
37

Dari data yang didapatkan dari hasil kuisoner, dijelaskan bahwa

terlihat penghuni lebih terbiasa membeli secara satuan, dikarenakan mereka

akan lebih leluasa dalam memilih dan memadupadankan perabot walaupun

belum tentu mereka dapat berhasil dalam mengatur, karena biasanya

tindakan tersebut hanya dilakukan secara intuisi saja.

Gambar 23. Prosentase pembelian berdasarkan merk


Sumber : Kuisoner

52% responden menjawab tidak jika mereka melakukan pembelian

furniture karena merk. Hal ini membuktikan bahwa penghuni apartemen

tidak terlalu mementingkan merk, tetapi mereka melakukan pembelian

furniture berdasarkan fungsi dengan furniture yang berkualitas dengan harga

yang terjangkau.
38

Gambar 24. Prosentase Dasar Prioritas pembelian


Sumber : Kuisoner

Berdasarkan hasil kuesioner terhadap responden penghuni apartemen

Kalibata City, dasar prioritas mereka sebanyak 60% responden penghuni

apartemen dalam membeli furniture adalah berdasarkan fungsi, hal ini

menandakan bahwa penghuni tetap mengedepankan fungsi sebagai acuan

pertama dalam pembelian.

Gambar 25. Prosentase customer Gambar 26. Prosentase


membandingkan kualitas customer membandingkan harga
Sumber : Kuisoner Sumber : Kuisoner
39

Seluruh responden merupakan penghuni Kalibata City yang pernah

membeli furniture. Dapat kita lihat, bahwa sebanyak 81% responden

penghuni Kalibata City melakukan perbandingan kualitas dengan produk

yang serupa. Dan juga sebesar 85% responden penghuni Kalibata City

melakukan perbandingan harga dengan produk yang serupa. Hal ini dapat

menjadi tolak ukur untuk Vifari furniture dalam membuat produk yang

berkualitas dengan harga terjangkau bagi penghuni apartemen Kalibata

City yang sebagian besar berada di kelas menengah.

2.2.4. Minat Pembeli

Berdasarkan hasil kuesioner, diketahui bahwa penghuni apartemen

terutama di Kalibata City sebanyak 62% responden menjawab memiliki

minat untuk melakukan pembelian satu set lengkap (multifungsi)

furniture jika ada yang menawarkan.Alasan yang dikemukakan mengapa

mereka berminat membeli satu set lengkap (multifungsi) dikarenakan

oleh luasan hunian yang mereka miliki sangat minim di Kalibata City.

Hal ini akan memudahkan mereka untuk memilih dan membeli furniture

untuk mengisi apartemen yang tidak memakan banyak tempat. Sedangkan

38% penghuni apartemen Kalibata City menjawab tidak berminat, hal itu

disebabkan oleh kebiasaan mereka yang membeli furniture secara satuan.


40

Gambar 27. Prosentase minat penghuni terhadap


furniture multifungsi
Sumber : Kuisoner

Sebanyak 71% dari total responden penghuni apartemen Kalibata City

menjawab, bahwa mereka melakukan pembelian kembali untuk furniture yang

baru setelah periode 5-10 tahun. Sehingga hal ini dapat menjadi acuan terhadap

Vifari furniture untuk melakukan pengembangan-pengembangan pada produk

yang ada dan juga membuat desain baru dengan gimik yang menarik agar

konsumen tidak jenuh terhadap produk Vifari furniture

Gambar 28. Prosentase periode pembelian furniture


Sumber : Kuisoner
41

Dilihat juga dari data yang didapatkan hasil kuisoner, bisa dijelaskan

penghuni apartemen lebih condong untuk memperkirakan harga untuk furniture

multifungsi diangka 6 juta sampai dengan 9 juta rupiah. Hal ini mendasari saat

nanti penjualan harga yang ditawarkan tidak melebihi angka yang diinginkan.

Gambar 29. Prosentase perkiraan harga penjualan


Sumber : Kuisoner

2.3. MODEL BISNIS

Untuk memahami definisi model bisnis, kajian model bisnis ini

menggunakan terminologi model bisnis yang didefinisikan oleh beberapa

akademisi. Giorgetti (1998) mengatakan model bisnis adalah model referensi

yang merupakan sebuah dasar bagi sebuah sistem jenis (tipe) baru yang

mempunyai keunggulan/kelebihan dibandingkan pendekatan sebelumnya.

Sistem ini dapat menjelaskan kekurangan/ kelemahan dari sistem sebelumnya


42

dan menunjukkan cara untuk mengatasi kekurangan/kelemahan sistem yang

ada. Model menjadi kerangka kerja di mana sistem baru dapat dibandingkan

dan dan perancangan sistem baru.

Christensen (2001) mendefiniskan bahwa model bisnis sebagai sumber

segala keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh sebuah organisasi yang

membedakannya dengan positioning perusahaan dari produk di industri yang

sama

Chesborough dalam Zott dan Amit (2009) mendefinisikan model

bisnis sebagai struktur rantai nilai-value chain (an activity based concept),

menciptakan value dengan mendefinisikan serangkaian aktivitas mulai dari

bahan mentah sampai bahan mentah tersebut sampai ke customer akhir,

dimana value yang telah ditentukan ditambahkan dalam keseluruhan aktivitas

tersebut

Penggunaan elemen-elemen generik untuk mendefinisikan terminologi

model bisnis yang komprehensif dilakukan oleh Osterwalder dan Pigneur

(2009). Menurut Osterwalder dan Pigneur sebuah model bisnis

menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan

(create), menyampaikan (deliver), dan menangkap (capture) nilai-nilai (value)

yang dianut oleh organisasi yang dapat dijelaskan melalui 9 (sembilan)

elemen generik/pilar utama (9 building blocks of Business Model)


43

2.4. NINE BASIC BUILDING BLOCKS

Model bisnis akan sangat mudah apabila bisa digambarkan melalui

nine basic building blocks (Sembilan Dasar Blok Bangunan) yang

diperkenalkan oleh (Osterwalder dan Pigneur,2010), Pendekatan khusus yang

dilakukan melalui nine basic building blocks ialah bagaimana tahapan demi

tahapan dilakukan dalam pembuatan model bisnis. Hal ini dilakukan dengan

cara penyertaan kajian yang difokuskan pada beberapa poin yang tedapat di

dalam nine basic building blocks, yaitu : Customer Segment, Value

Proposition, Channels, Customer relationship Revenue Stream, Key

Resources, Key Activities, Key Partnership, dan Cost Structure. Tujuan utama

penggambaran adalah bagimana nantinya sebuah model bisnis mendapatkan

kerangka pikir dan alur yang jelas pada pengaplikasiannya, sehingga akan

terfokus pada sisi yang diinginkan yaitu profit semaksimalnya.

Gambar 30. 9 Basic Building Blocks


Sumber : Osterwalder dan Pigneur 2010
44

2.4.1. Customer Segment

Segmen pelanggan adalah kelompok-kelompok individu atau

organisasi yang memilik karakter serupa, yang dilayani oleh

perusahaan, yang mana kepada merekalah perusahaan menciptakan

nilai untuk menjawab permasalahan dan memenuhi kebutuhan.

(Osterwalder dan Pigneur, 2010). Adapula Jenis-jenis Customer

segment, misalnya:

a. Mass Market (konsumen massal), tidak ada segmen khusus yang

disasar oleh perusahaan. Kriteria produk/jasa disediakan untuk

semua dengan mempertimbangkan umumnya konsumen yang

disasar mempunyai keinginan yang umumnya sama, contohnya:

produk elektronik.

b. Niche Market: yaitu segmen konsumen yang mempunyai

kebutuhan/karakteristik khusus misalnya: supplier dengan

prinsipal automotive

c. Segmented: Segmen konsumen khusus yang mempunyai kriteria

lebih spesifik. misalnya berdasarkan jenis kelamin, usia,

pendapatan dan lain-lain, misalnya: jam tangan, dll

Menurut Kotller & Keller (2012), Segmen pasar merupakan

kumpulan konsumen yang mempunyai sekumpulan kebutuhan dan

keinginan yang mirip. Untuk mengenali perbedaan konsumen, variabel

yang umum digunakan untuk mengenali segmen dari pasar konsumen


45

adalah geografis, demografis, psikografis dan perilaku. Segmentasi

psikografis merupakan kombinasi antara penggunaan psikologi dan

demografis untuk mengerti konsumen lebih baik. Sedangkan

segmentasi perilaku membagi konsumen ke dalam kelompok yang

berdasarkan atas pengetahuan, sikap, penggunaan, atau tanggapan

terhadap suatu produk.

a. Geografis

Segmentasi ini difokuskan untuk membagi pasar dalam skala

variabel kewarganegaraan, negara, daerah, kabupaten, kota

ataupun lingkungan sekitar.

Gambar 31. Jumlah dan Kepadatan penduduk DKI Jakarta


Sumber : BPS DKI Jakarta
46

Gambar 32. Jumlah Perumahan dan Apartemen di Jabodetabek


Sumber : e-realestat.com , diakses pada 12 April 2013

Dengan data yang tersaji diatas maka bisa memperlihatkan

bagaimana di wilayah DKI Jakarta yang menjadi pusat dari persebaran

hunian paling tinggi di Indonesia. Untuk di segi hunian apartemen

maka bisa disimpulkan bahwa daerah Jakarta Pusat menjadi tempat

persebaran apartemen paling banyak dan hanya terpaut 1 poin

dibandingkan dengan Jakarta Selatan yang menempati posisi kedua.

Gambar 33. Indikator perumahan DKI Jakarta


Sumber : BPS DKI Jakarta
47

Dikutip dari (Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2012,

Badan Pusat Statistik, 2013) dijelaskan bahwa memang yang menjadi

kendala utama dari masalah perumahan adalah di luas lantai per-kapita

mencapai 41,99%. Hal ini didasari dengan meningkatnya jumlah

penduduk yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan penambahan luas

lahan ditambah lagi masalah tingginya harga tanah di Jakarta. Dengan

data tersebut akan dimungkinkan bahwa hunian apartemen akan

condong maju dibandingkan perumahan mendatar tanah.

Market yang dituju dari Vifari dengan produknya adalah

sebuah hunian berkonsep vertikal yaitu apartmen atau bisa jadi

rusunami kelas menengah. Pertanyaan yang mucul mengapa apartmen,

hal ini bisa dijelaskan dikarenakan sebuah apartmen lebih banyak

mencakup dari segi jumlah potensial yang terdapat dalam satu lokasi.

Pemahaman akan banyaknya target potensial akan berarti prediksi

dalam meraup keuntungan juga akan menjadi lebih besar.

Berbeda dengan target tujuan perumahan dikarenakan

perumahan biasanya bersifat horizontal di atas tanah. Mungkin dari

sektor jumlah bisa jadi seimbang dengan jumlah penghuni yang

terdapat di hunian apartmen, tetapi pada dasarnya bukan hanya jumlah

saja yang menjadi pertimbangan dari Vifari dalam melakukan tahapan

perancangan target market. Fungsi pengawasan dan jangkauan

terhadap market pastinya menjadi lebih mudah apabila dilakukan pada


48

dasaran tanah yang tidak luas. Operasional yang dituju juga dapat

dikatakan sebagai efek terpenting dalam penjagaan kualitas dalam

memanajemenkan sebuah produk.

Sepanjang tahun jumlah unit apartmen yang ada di kota-kota

besar semakin bertambah. Keterbatasan lahan menjadi pertimbangan

penting dari pembangunan hunian bagi masyarakat. Dengan

keberadaan hunian yang dipadatkan menjadi di dalam satu lokasi dan

semuanya disusun menjadi vertikal adalah sebuah jawaban yang

sekiranya pantas dalam menjawab tantangan dalam berhubi di kota

besar yang semakin langka dengan jumlah ketersediaan tanah.

Menurut John Mascai, dalam buku Housing, hal 225-226,

apartemen dikategorikan menjadi 3 berdasarkan ketinggian

bangunannya, yaitu :

Low rise apartment (bertingkat rendah) adalah tipe

bangunan bertingkat dengan ketinggian 2 sampai 4 lantai,

dan sistem yang digunakan untuk sirkulasi vertikal

menggunakan tangga (walk up) tanpa menggunakan lift.

Medium Rise Apartment (bertingkat sedang) adalah tipe

bangunan bertingkat dengan menggunakan lift hidrolik

yang konsekuensinya memiliki beban terbatas dan

ketinggian banguan antara 4 sampai 8 lantai.


49

High Rise Apartment (bertingkat tinggi) adalah tipe

bangunan bertingkat dengan menggunakan lift elektrik,

tinggi banguanan lebih dari 8 lantai dan jumlah lantainya

dibatasi dengan kemajuan teknologi. Secara umum bentuk

dasar bangunan high rise untuk hunian dapat

dikelompokkan atas interior type dan exterior type.

Menurut Joseph de ciara dan John Callender dalam buku Time

Server Standarts for Building Dilihat dari beragamnya jenis tipe

apartmen, kita bisa membagi beberapa tipe apartmen ditinjau dari daya

beli si pemilik dan juga harga yang ditawarkan unit pada pembelian

awal, tipe apartmen dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Rumah susun

Rumah susun biasanya digolongkan sebagai hunian

yang sifatnya diperuntukkan bagi masyarakat kelas

menengah ke bawah. Dari sisi bangunan rumah susun

biasanya hanya memiliki paling banyak 4 lantai dan tidak

memiliki transportasi vertikal berupa lift elektronik,

transportasi dalam gedung dimaksimalkan dengan

penggunaan tangga aktif yang terdapat di area rumah susun.

Daya beli yang diperlihatkan dari pemilik rumah

susun ialah daya beli yang rendah. Biasanya mereka

meninggali tempat tersebut berdasarkan dari jumlah


50

pendapatan yang mereka dapatkan di setiap bulannya.

Rumah susun lebih dikhususkan sebagai program

pemerintah dalam bantuan sosial menghadirkan hunian

berharga murah bagi masyarakat.

2. Middle Class Apartment

Sesuai dengan namanya Middle class apartment

(MCA) biasanya dihuni bagi masyarakat yang fokus

terhadap ketersedian fasilitas dan jangkauan geografis

menuju pusat kota. Apartmen ini seringkali diisi oleh

masyarakat kelas menengah sampai atas, tetapi lebih

banyak prosentasenya kepada segi daya beli masyarakat

kaum menengah. Apartmen tipe ini biasanya dijual dengan

harga mulai dari harga 100 sampai dengan 600 juta untuk

setiap unitnya.

Unit yang ditawarkan juga beragam mulai tipe

studio sampai 2 kamar tidur. Prosentase yang paling banyak

adalah ketersediaan jumlah tipe 2 kamar tidur lebih banyak

daripada tipe studio. Kecenderungan pasar yang menempati

hunian ini adalah keluarga berkembang yang baru memiliki

anak tidak lebih dari 2 orang yang berumur paling besar

ialah 12 tahun.
51

3. Penthouse

Penthouse adalah sebuah hunian apartmen kelas

mewah, biasanya apartment ini dihuni oleh kaum kelas

menengah ke atas yang sudah memiliki daya beli yang

cukup tinggi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.

Seoarang pemilik penthouse biasanya menjadikan

huniannya sebagai tempat investasi kedua, dikarenakan

sang pemilik telah mempunyai rumah pribadi sebelumnya.

Jumlah kamar tidur yang ditawarkan biasanya paling kecil

adalah 2 kamar tidur, yang membedakan penthouse dengan

MCA ialah fasilitas yang ditawarkan dan juga tingkat

privasi yang dijaga ketat oleh keamanan setempat.

Menurut Joseph de ciara dan John Callender dalam buku Time

Server Standarts for Building Types hal.76, dapat dibedakan

berdasarkan fasilitas-fasilitas penunjang yang terdapat di dalamnya,

antara lain ialah :


52

Letak Kriteria fasilitas penunjang


fasilitas Low Medium High
keamanan, intercom, Doorman dan telepon, balkon
Di Dalam door signal, balkon yang besar, AC sentral, Service
Keamanan
Apartmen dan unit AC (Air Entrance, pelayanan tempat
Condtioner) tinggal
Ruang pertemuan, parkir
fasilitas Ruang Laundry, tambahan, tempat perbelanjaan,
Di dalam laundry dan Ruang komersial, lift, doorman, sistem
bangunan minimum Community Room, keamanan, circuit TV,
lobby dan Central Storage pelayanan kamar, Health club,
kolam renang tertutup
Kolam renang,
lapangan
playground and
parkir Taman, area rekreasi, country
Tapak sitting area, ruang
terbuka dan club, kolam renang terbuka
parkir yang aman dan
ruang jemur
terlindungi.

Tabel 5 . Kriteria Fasilitas Penunjang Apartemen


Sumber :Joseph de ciara dan John Callender , Time Server
Standarts for Building Types hal.76

b. Demografis

Segmentasi ini difokuskan untuk membagi pasar dalam skala

variabel usia, jumlah keluarga, jenis kelamin, pendapatan,

pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan tingkat sosial


53

Gambar 34. Jumlah penduduk DKI Jakarta berdasarkan jenis kelamin


Sumber : BPS DKI Jakarta

Gambar 35. Pengeluaran rata-rata penduduk DKI Jakarta


Sumber : BPS DKI Jakarta

Dengan data yang ada bisa diartikan bahwa konsumsi

masyarakat di Jakarta atas alokasi non makanan masih cukup

tinggi. Seperti dari data yang dikutip dari (Statistik Daerah

Provinsi DKI Jakarta 2012, Badan Pusat Statistik, 2013)


54

menyatakan bahwa pada kelompok pengeluaran non-makanan,

dstribusi yang terbesar adalah digunakan untuk kebutuhan

perumahan. Dengan kajian ini menandakan masih akan adanya

harapan untuk pengeluaran yang digunakan sebagai kebutuhan

pembelian furniture

Gambar 36. Distribusi pendapatan penduduk


Sumber : BPS DKI Jakarta

Dikutip dari (Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2012,

Badan Pusat Statistik, 2013) Dari data distribusi pendapatan

penduduk dibagi menjadi 3 kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Dari data tersebut juga terlampir gini rasio yang menunjukkan

bahwa kesenjangan masih dalam taraf yang rendah karena berkisar

di 0.340 sampai dengan 0.385 yang artinya kesenjangan masih

dalam lingkup yang rendah. Tetapi perlu diwaspadai walaupun

selama 3 tahun berturut jumlah kemiskinan menurun, tetapi perlu

diwaspadai bahwa inflasi semakin meninggi dan kesenjangan juga


55

bertambah.

Menurut Untermann, Richard & Smal dalam bukunya Site

Planning for Cluster Housing Setiap hunian apartemen pasti

mempunyai fiungsi khusus dari target yang dikejar terutama dari

sisi kepemilikan lebih cenderung ke arah keluarga seperti apa atau

individu seperti apa, maka dari hal tersebut apartmen bisa

diklasifikasikan seperti tabel dibawah ini.

Type
Holder Bedroom
Row Town Flat Patio Maisonettes Terrace

Efeccient O
Young Single
One O
One O
Young Couple
Two O O O O O O
Young Couple, Two O O O O O
Young Children
Three O O O O O
Middle Age
Three O O O O O
Couple, Tennage
Children Four O O O O O
Middle Age
Two O O O O O O
Couple, Grown
Children Three O O O O O O
Efeccient O
Elderly Single
One O
Disabled O O

Tabel 6 . Klasifikasi Tipe Hunian Apartemen


Sumber :Site Planning for Cluster Housing, Untermann,
Richard & Smal
56

c. Psikografis

Penduduk Jakarta sangatah banyak tetapi memiliki keserupaan

dalam berkehidupan. Dalam masa saat ini masyarakat Jakarta

sudah bisa dikategorikan sebagai masyarakat Urban modern dan

memiliki tingkat aktiftas tinggi , Perbantuan dalam permasalahan

hidup Urban Modern adalah menghadirkan sebuah produk

furniture yang menjawab tentang kepraktisan hidup, karena

masyarakat dewasa ini akan sangat tergantung dan diperbantukan

oleh alat yang ada di sekitar mereka. berikut adalah segmentasi

psikografis yang bisa diperlihatkan:

Kelompok yang terdiri dari masyarakat pekerja yang

memiliki rutinitas pekerjaan sangat padat dan biasanya

hanya tinggal di dalam hunian dalam jangka pendek dan

menitikberatkan kehidupan untuk di tempat usaha maupun

kantor. Kelompok ini lebih membutuhkan suasana ruangan

yang pada dasarnya sempit tetapi memiliki fungsi huni

yang tinggi sehingga dari perabotan yang ditujukan adalah

praktis,

Kelompok yang terdiri dari ibu rumah tangga yang

memiliki anak 1. Kaum urban dengan statusan seperti ini

sudah seharusnya terbantu dengan permasalahan pekerjaan

rumah seperti membereskan rumah. Jawaban dari kesulitan


57

dalam pemberasan pekerjaan rumah bisa dihadirkan

melalui furniture yang memiliki beberapa fungsi

Mahasiswa saat ini juga sudah menetap pada apartemen

yang terdapat di kota besar yang tentunya mempunyai

ukuran mungil dikarenakan bertipe studio. Mahasiswa ini

mempunyai kesibukan yang fokus pada masalah edukasi

mereka. Proses edukasi tersebut seringkali mengharuskan

mereka menggelar kerja kelompok di hunian mereka,

sehingga membutuhkan extra space . Permasalahan ini bisa

diatasi dengan penggunaan furniture yang sangat praktis

dan movable.

2.4.2. Value Proposition

Adalah poin yang mendefinisikan target mana yang kita tuju

untuk membangun sebuah bisnis, Poin ini utamanya adalah pasar

mana yang kita tuju dalam pengembangan nantinya, hal ini pada

akhirnya akan mengerucutkan segmen pasar mana yang akan dilayani

dan mana yang akan dihiraukan untuk ditindaklanjuti. Fokus pada

sebuah segmen akan sangat berguna untuk menetapkan target yang

diinginkan sehingga acuan tidak akan berbelok pada arah yang salah.

Menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010) Value Proposition

merupakan sekumpulan produk dan jasa yang diciptakan dengan nilai

tertentu untuk menjawab sebuah kebutuhan dan masalah bagi segmen


58

pelanggannya. Nilai yang diciptakan dapat berupa peningkatan

performa, efesiensi biaya, dan aksesbilitas.

Ada pula 6 pilar utama dari Value Proposition sebagia acuan

utama dari masyarakat sebagai calon pembeli untuk memilih

perusahaan yang akan menjadi fasilitator dalam pemenuhan kebutuhan

dan pemecah masalah yang mereka hadapi. Keenam pilar tersebut

antara lain adalah : Price (harga), Quality (kualitas), Support

(dukungan), Availability (Ketersediaan), dan Reputation (reputasi)

berdasarkan (Finkelstein, Harvey, dan Lawton, 2007, p.183).

Keenam pilar ini yang nantinya akan menjadi pembeda antara

perusahaan dengan lainnya dalam penyediaan produk maupun jasa.

Keenam pilar ini pula yang nantinya juga akan memberikan gambaran

jelas pada customer dari segala aspek yang dihadikan oleh perusahaan

dalam produk dan jasanya.

Gambar 37. Enam Pilar Utama dari Value Proposition


Sumber : Finkelstein, dkk. 2007
59

2.4.3. Channels

Channels menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan bisa

berkomunikasi dan mencapai segmen pelanggan yang dituju untuk

menyampaikan value proposition yang dimiliki (Osterwalder dan

Pigneur, 2010).

Strategi mengoptimalkan komunikasi (8 major modes of

communication) dan partnership. Menurut Kottler Keller (Marketing

Management, 2006) ini yaitu :

a. Iklan - Setiap presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang,

atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi melalui media cetak

(surat kabar dan majalah), penyiaran media (radio dan televisi),

jaringan media (telepon, kabel, satelit, wireless), elektronik

Media (rekaman suara, rekaman video, videodisk, CD-ROM,

halaman Web), dan media display (billboard, tanda-tanda,

poster).

b. Promosi penjualan - Berbagai insentif jangka pendek untuk

mendorong percobaan atau pembelian produk atau jasa

termasuk promosi konsumen (seperti sampel, kupon, dan

premi), promosi perdagangan (seperti iklan dan tunjangan

display), dan bisnis dan tenaga penjualan promosi (kontes untuk

tenaga penjualan).

c. Event dan Experience - Perusahaan yang ikut dalam sponsori-

atau kegiatan dan program yang dirancang untuk menciptakan


60

interaksi merk terkait harian atau khusus dengan konsumen

(Expo), termasuk olahraga, seni, hiburan, dan acara serta

kegiatan yang kurang formal lainnya yang bisa dijadikan

medium penyampaian produk.

d. Hubungan masyarakat dan publisitas - Berbagai program yang

diarahkan secara internal untuk karyawan perusahaan atau

eksternal untuk konsumen, perusahaan lain, pemerintah, dan

media untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan

atau produk komunikasi individu.

e. Direct marketing - Penggunaan mail, telepon, faks, e-mail, atau

Internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau

dialog dari pelanggan tertentu dan prospek.

f. Kegiatan pemasaran-online interaktif dan program yang

dirancang untuk melibatkan pelanggan atau prospek dan

langsung atau tidak langsung meningkatkan kesadaran,

meningkatkan citra, atau menimbulkan penjualan produk dan

jasa.

g. Komunikasi word-of-mouth marketing - People-to-people lisan,

tertulis, atau elektronik yang berhubungan dengan manfaat atau

pengalaman membeli atau menggunakan produk atau jasa.

h. Personal selling-Face-to-face interaksi dengan satu atau lebih

calon pembeli untuk tujuan membuat presentasi, menjawab

pertanyaan, dan pengadaan pesanan.


61

Osterwalder dan Pigneur (2010) menyebutkan ada 5 fase

tahapan Channel, yaitu Awareness, Evaluation, Purchase, Delivery,

dan After Sales.

a. Awareness

Awareness adalah salah satu poin yang sangat diperhatikan oleh

seluruh perusahaan dalam memasarkan produknya, dimana

penyampaian komunikasi disampaikan melalui produk yang

ditawarkan itu sendiri. Vifari furniture akan lebih terfokus pada

barang berupa multifungsi dan hemat luasan. Penyampaian

awareness ini akan disampaikan melalui brosur, leaflet, sampai ke

web online. Diharapkan awareness atas nama Vifari adalah

memang dikhususkan pada barang furniture yang multifungsi dan

hemat luasan.

b. Evaluation

Adalah cara yang ditujukan untuk membantu konsumen agar

mereka dapat memberi masukan dan saran yang bertujuan

konstruktif dari barang yang mereka beli dari Vifari. Evaluation

channel yang akan dimaksimalkan ialah penggunaan customer

service, kotak saran, serta hubungan melalui web online.

c. Purchase (pembayaran)

Pembayaran dari pembelian produk akan difokuskan dengan

pembayaran secara tunai oleh pihak konsumen. Tunai yang


62

dimaksudkan adalah pembayaran dengan beberapa termin yang

telah disepakati, Apabila saat nantinya akan bertumbuh besar

pembayaran akan juga bisa dilakukan secara kredit dengan

bekerjasama dengan bank maupun pengeluar kartu kredit yang

akan sangat membantu konsumen.

d. Delivery Channel

Adalah sebuah channel yang digunakan perusahaan untuk

mengantarkan value proposition kepada pihak konsumen. Layanan

jasa antar ke lokasi hunian konsumen pastinya akan dilakukan dan

bekerjasama dengan mitra tertunjuk.

e. After Sales

Adalah sebuah channel yang akan membantu konsumen dalam

menyediakan bantuan dan support setelah melakuakan pembelian.

Servis dan reparasi tetap dibuka apabila terjadi kerusakan dan

apabila juga konsumen berkeinginan melakuakan perawatan dari

barang yang mereka telah beli sebelumnya. After sales tetap

dilayani dengan pengaduan customer service ke pihak kantor.

2.4.4. Customer Relationship

Hubungan pelanggan (Customer Relationship) digambarkan

sebagai jenis hubungan yang terjadi antara perusahaan dan segmen

pelanggan tertentu (Osterwalder dan Pigneur,2010). Bisa dikatakan

bagaimana sebuah perusahaan dapat menggaet customer sehingga


63

terciptanya relationship dengan seorang customer dapat terus terjaga.

Customer relationship juga sangat menjelaskan dengan cara apa para

customer dapat bisa berhubungan dengan kita. Hal ini diperlukan

untuk memperhatikan bagian relationship yang akan dikembangkan,

ada 6 macam tipe dari Customer Relationship yang sering digunakan

pada perusahaan menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), antara lain

a. Personal Assistance

Hubungan yang terjadi terfokus pada hubungan antar manusia.

Sama seperti bank hubungan ini bisa disampaikan lewat Customer

representative untuk membantu para customer mendapatkan

layanan selama masa proses penjualan ataupun setelah

pembayaran kepada perusahaan berlangsung. Hubungan ini bisa

dilakukan dengan berbagai cara yaitu pertemuan langsung di

tempat, telepon, email, atau bahkan media internet seperti web.

b. Dedicated Personal Assistance

Hubungan ini menyangkut adanya customer representative

dengan tujuan berdedikasi khusus kepada pelanggan secara

individual. Tipe ini sering terjadi untuk waktu yang sangat

panjang sehingga memiliki porsi kedekatan yang tinggi kepada

pelanggannya.
64

c. Self-Service

Perbantuan hanya dilakukan dengan tidak berhubungan langsung

kepada pelanggan. Perusahaan hanya menyediakan alat ataupun

fasilitas diawal setelah itu pelangganlah yang melakuakan

perbantuan atas keperluan mereka.

d. Automated Services

Bentuk lanjutan dari Self-service yang sudah dikombinasikan

dengan keberadaan teknologi yang terotomatisasi.

Keunggulannya adalah teknogi dapat memberikan layanan

ataupun deteksi kepada pelanggan secara utuh. Perbantuan

melayani mulai dari pemesanan sampai penyampain barang ke

tangan pelanggan.

e. Communities

Adalah cara khusus dari perusahaan untuk melakuakan transaksi

model bisnis. Perusahaan dewasa ini sering menggaet komunitas

untuk memfasilitasi mereka dengan tujuan akan memperbesar

jangkauan mereka dalam penjualan

f. Co-Creation

Banyak perusahaan yang bergerak melampaui hubungan

tradisional dalam teknik pemasaran. Hubungan antara pelanggan

dan vendor dimaksimalkan sehingga secara bersama-sama dapat

menciptakan nilai tertentu yang bermanfaat bagi para pelanggan.


65

2.4.5. Revenue Stream

Revenue Stream didefiniskan sebagai kas atau pemasukan yang

diperoleh perusahaan dari tiap-tiap segmen pelanggannya sebagai

pembayaran dari nilai yang telah dibayarkan (Osterwalder dan Pigneur,

2010). Dalam revenue stream terdapat dua aliran dana pemasukan

perusahaan, yaitu :

a. Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari pembayaran di

tempat

b. Recurring revenues (pendapatan tetap) yang dihasilkan dari

pembayaran berkesinambungan untuk menghantarkan Value

proposition kepada pelanggan atau menyediakan bantuan

konsumen pasca-pembelian.

Banyak cara yang dilakukan dalam mendapatkan penghasilan,

antara lain adalah melalui penjualan aset, biaya pemakaian (suatu jasa

tertentu), biaya berlangganan, penyewaan/peminjaman, lisensi, biaya

perantara, dan iklan.

Diluar aliran dana, ada dua jenis mekanisme yang mekanisme

harga, yaitu :

a. Fixed menu pricing, yaitu penentuan harga berdasarkan

variabel statis
66

b. Dynamic Pricing yaittu penentuan harga berdasarkan ketentuan

kondisi pasar.

Kottler dan Keller (2012) juga menambahkan ada beberapa variabel

dalam menentukan penetapan harga, yakni :

Mark-up pricing yaitu menaikkan harga dari harga dasar

berdasarkan biaya pembuatan produk

Target-return pricing, yaitu penentuan harga yang dapat

mencapai pengembalian investasi

Perceived value pricing, yakni penentuan harga berdasarkan

nilai yang dirasakan oleh pelanggan produk

Value pricing, yakni menentukan harga dengan lebih murah

dengan memperbaikki operasional perushaan sehingga

kualiatas bertambah tetapi biaya produk rendah

Going-rate pricing, yaitu harga berdasarkan dari ketentuan

yang dibuat oleh competitor

Auction-type pricing, yakni penentuan harga dengan cara

lelang.

2.4.6. Key Resources

Menggambarkan aset terpenting yang dibutuhkan perusahaan untuk

membuat suatu model bisinis tetap berjalan.Sumber daya ini dapat berupa
67

benda fisik, keuangan, intelektual, maupun manusia. (Osterwalder dan

Pigneur, 2010).

a. Fisik

Berupa asat-aset fisik yang dimiliki sebuah perusahaan, seperti :

pabrik, gudang, kantor, show-unit, kendaraan, sistem penjualan

dan juga distribusi

b. Intelektual

Sumber daya intelektual lebih menggarah kepada pengetahuan,

merek dagang, hak paten, kemitraan, data basis penjualan,

Sumber Intelektual ini memberikan dampak penting kepada

perusahaan sehingga menghasilkan badan organisasi yang kuat

karena ditopang dari pengetahuan yang baik,

c. Manusia

Yaitu sumber daya dimana ada manusia yang dipekerjakan

disana, dimana akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Pada

umumnya perusahaan bisa kuat apabila karyawan pekerjannya

mempunyai kualitas yang baik pula.

d. Keuangan

Sumber keuangan juga menjadi modal yang penting bagi

perusahaan dimana perusahaan apakah mempunyai lajur arus

kas yang baik, sehingga memperkuat kinerja perusahaan.


68

2.4.7. Key Activities

Sebuah komponen yang sangat penting untuk dilakukan agar model

bisnis bisa tetap berjalan dengan baik, menurut (Osterwalder dan Pigneur,

2010) disebutkan ada 3 tipe utama di dalamnya yaitu: production,

problem solving, dan platform/network, dengan penjelasan sebagai

berikut :

a. Production

Kegiatan ini berhubungan dengan merancang, membuat, dan

memberikan produk dalam jumlah besar dan kualitas yang unggul.

b. problem solving

Kegiatan ini berhubungan dengan datang memberikan solusi baru

untuk menyelesaikan masalah pelanggan. operasi konsultan, rumah

sakit, dan organisasi jasa lainnya biasanya didominasi dari

aktivitas memecahkan masalahnya

c. platform/network

Business model yang dirancang dengan platform sebagai kunci

sumber daya didominasi oleh platform atau jaringan terkait key

activities. Jaringan, penyocokan platform, software, dan bahkan

brand dapat berfungsi sebagai platform. model bisnis eBay

mengharuskan perusahaan terus mengembangkan dan

mempertahankan platform: situs web di eBay.com. Visa business

model membutuhkan kegiatan yang berkaitan dengan transaksi

platform untuk pedagang, pelanggan, dan bank bagi kartu kredit


69

Visa. Microsoft business model memerlukan pengelolaan

interface antara vendor software lain dan platform window

operating system itu sendiri. key activities dalam kategori ini

berkaitan dengan platform manajement, service provisioning, dan

platform promotion.

Dalam bisnis model Vifari Furniture maka aktivitas yang dikerjakan

adalah mendesain, menciptakan, dan mengantarkan barang kepada

pelanggan, namun untuk menjaga rampingnya dan berkaitan dengan cost

of goods sold-nya juga sesuai dengan tipe cost driven oleh akrena itu bisa

disebutkan Vifari furniture menjalankan kunci aktivitasnya adalah

optimalisasi platform/ network di pemasaran.

2.4.8. Key Partnership

Menggambarkan jaringan pemasok dan partner yang akan membuat

model bisnis ini tetap berjalan. (Osterwalder dan Pigneur, 2010). Ada

empat kategori yang terdapat di dalamnya, yaitu :

a. Aliansi strategis antar non-kompetitor

b. Coopetition (kemitraan strategis dengan competitor)

c. Joint venture untuk membangun bisnis baru

d. Hubungan pembeli-penyuplai untuk menjamin ketersediaan

material yang dapat diandalkan.

Menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010) disebutkan bahwa ada

tiga komponen penting dalam menciptakan kemitraan, yang pertama


70

adalah menciptakan optimalisasi alokasi dari sumber daya dan aktivitas

yang terjadi. Hubungan ini nantinya berkaitan pada penurunan harga atas

keberadaan kerjasama antara beberapa mitra kerja yang mempunyai satu

infrastruktur bersama. Hal kedua yang dapat diambil sebagai celah adalah

dengan kemitraan bisa mengurangi prediksi ketidakpastian terhadap lajur

kompetisi yang sering terjadi, dan hal yang terakhir yaitu adalah

bertujuan mengakuisisi sumber daya tertentu.

2.4.9. Cost Structure

Menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010) Cost Structure adalah

segala biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaminkan

keberlangsungan berjalannya bisnis model. Di dalam Cost Structure ada 2

macam kelas umum yaitu Cost driven (meminimalkan biaya ketika

memungkinkan) dan value driven ( fokus kepada value creation).

Dalam bisnis model seperti Vifari Furniture akan diaplikasan cara

pertama yaitu Cost-driven dimana akan ada banyak celah bisa

dimanfaatkan untuk penekanan biaya yang dimaksud seperti kerjasama

dengan mitra kontraktor ataupun dengan harga sewa show-unit nantinya.

Lebih lanjut lagi (Osterwalder dan Pigneur, 2010) menyebutkan

adanya karateristik keberlanjutan yang dimiliki oleh cost structure, yaitu :

a. Fixed Cost

Adalah biaya yang tidak akan berubah atau tidak bergantung

pada tingkat penjualan ataupun output (produk atau jasa) yang


71

dihasilkan, baik biaya tunai maupun depresiasi (Titman,dkk,

2011). Contoh dari biaya tetap adalah : gaji, sewa menyewa,

fasilitas penunjang.

b. Variable cost

Adalah biaya tidak tetap diartikan sebagai biaya yang dapat

berubah-ubah sesuai dengan tingkat penjualan atau hasil akhir,

baik produk maupun jasa (Titman, dkk, 2011)

c. Economics of scale

Hasil yang dinikmati oleh sebuah perusahaan dimana ketika

sebuah perusahaan menikmati peningkatan output yang

signifikan. Hal ini sangat dekat dengan kaitannya apabila

sebuah produsen sebuah produk memproduksi jumlah skala

produknya secara besar (mass product) dengan kata lain biaya

akan jauh turun dikarenakan adanya keuntungan dengan

pembuatan partai banyak.

d. Economics of scope

Keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan apabila memiliki

jaringan jangkauan pemasaran yang luas. Dimana sebuah

perusahaan memiliki jumlah gerai di beberapa kota, mereka bisa

memainkan harga disesuaikan dengan kota domisili dari gerai

tersebut.
72

2.5. KANVAS MODEL BISNIS

Sembilan blok bangunan (Nine Building Blocks) nantinya akan

digambarkan melalui sketsa, sehingga satu sama lain dapat bersinergi

menghasilkan alat yang mempertajam fokus terhadapa bisnis model. Menurut

(Osterwalder dan Pigneur, 2010) Kanvas model bisnis adalah bahasa bersama

untuk menggambarkan, membayangkan, menilai, dan mengubah model bisnis

baru.

Gambar 38. Template kanvas Model Bisnis


Sumber : Osterwalder dan Pigneur. 2010

Anda mungkin juga menyukai