Muhammad Taupik1, Intan Nusi2, Nurain Dj. Silaka3, Rahmatia Abdullah4, Fhigra
Marfiah5
1
Dosen Jurusan farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
2
mahasiswa Jurusan farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
3
mahasiswa Jurusan farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
4
mahasiswa Jurusan farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
5
mahasiswa Jurusan farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
*Email: alamat email corresponding author (11pt, italic) Alamat email untuk korespondensi diberi
tanda superskrip bintang sesuai tanda superskrip bintang di belakang nama penulis korespondensi.
INTISARI
Pemanis merupakan bahan kimia yang banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas rasa
dan aroma, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus nilai gizinya diperlukan oleh tubuh dan bahkan
digunakan sebagai pengganti bahan pemanis utama. Pemanis buatan yang banyak beredar di
masyarakat adalah siklamat. Tujuan dari riview artikel ini untuk mengetahui metode-metode yang
dapat digunakan untuk menentukan kadar natrium siklamat pada sampel uji minuman ringan yang
beredar di masyarakat. review ini menggunakan metode studi literature dalam bentuk referensi
primer berupa jurnal nasional dari tahun 2011-2023 dengan kata kunci yaitu Natrium siklamat,
minuman ringan, metode Spektrofotometri UV-Vis, metode Alkalimetri. Berdasarkan beberapa
literatur yang didapat penggunaan metode spektrofotometri Uv-Vis dan alkalimetri bisa digunakan
untuk mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif kandungan pemanis buatan natrium siklamat
pada beberapa minuman yang beredar di masyarakat. Terdapat beberapa minuman yang
mengandung pemanis buatan natrium siklamat yang melebihi batas kadar yang ditetapkan oleh SNI
01-6993-2004 yaitu 1000 mg/kg.
Kata kunci : Pemanis, Minuman, Na-Siklamat
ABSTRACT
Sweeteners are chemicals that are widely used to improve the quality of taste and aroma, improve
chemical properties as well as nutritional value needed by the body and are even used as a
substitute for the main sweetener ingredient. The artificial sweetener that is widely circulated in
society is cyclamate. The purpose of this review article is to find out methods that can be used to
determine sodium cyclamate levels in test samples of soft drinks circulating in the community. This
review uses a literature study method in the form of primary references in the form of national
journals from 2011-2023 with the keywords namely sodium cyclamate, soft drinks, UV-Vis
spectrophotometry method, alkalimetric method. Based on some of the literature obtained, the use
of UV-Vis spectrophotometry and alkalimetry methods can be used to determine qualitatively and
quantitatively the content of the artificial sweetener sodium cyclamate in several drinks circulating
in the community. There are several drinks that contain the artificial sweetener sodium cyclamate
which exceeds the level limit set by SNI 01-6993-2004, namely 1000 mg/kg.
Keywords : Sweeteners, Drinks, Na-Cyclamate
Journal homepage:http:/www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/ilmufarmasidanfarmasiklinik
03 ISSN: 1693-7899
PENDAHULUAN
Saat ini penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada minuman dan makanan sering
dijumpai. Hal ini untuk mendapatkan kualitas makanan dan minuman yang lebih baik sehingga
sering kali ditambahkan bahan tambahan makanan. Bahan tambahan yang merupakan zat adiktif
yang biasanya ditambahkan pada makanan dan minuman biasanya berupa penyedap rasa dan
aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, pemucat, pengental dan pemanis
(Wibowotomo, 2010).
Pemanis merupakan bahan kimia yang banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas rasa
dan aroma, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus nilai gizinya diperlukan oleh tubuh dan bahkan
digunakan sebagai pengganti bahan pemanis utama. Bahan pemanis dapat digolongkan menjadi
dua bagian yaitu pemanis alami dan pemanis sintesis atau buatan (Gede Agus Beni Widana, S.Si.,
M.Si., 2014).
Pemanis buatan yang banyak beredar di masyarakat adalah siklamat. Menurut (Rosdayani,
2018), Natrium Siklamat merupakan salah satu pemanis buatan yang sering digunakan,
yang biasa disebut biang gula. Siklamat mempunyai intensitas kemanisan 30-80 kali dari gula
murni. Siklamat sangat disukai karena rasanya yang murni tanpa cita rasa tambahan (tanpa rasa
pahit). Natrium Siklamat umumnya digunakan oleh industri makanan dan minuman karena
harganya relatif murah. Pemakaian siklamat yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan.
Secara umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan
mudah larut dalam air, dan etanol. Siklamat memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 30 kali
tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa bnilai kalori. Kombinasi penggunaannya dengan sakarin
atau asesulfam-K bersifat sinergis, dan kompatibel dengan pencita rasa dan bahan pengawet. Dalam
perdagangan siklamat memiliki nama dagang yang dikenal sebagai Assugrin, Sucaryl, dan Sugar
Twin dan Weight Watchers. Fungsinya sebagai penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita
rasa buah. Siklamat lebih banyak digunakan oleh produsen tingkat industri besar, disebabkan
sifatnya yang tidak menimbulkan after taste pahit serta sifatnya yang mudah larut dan tahan panas,
sehingga banyak digunakan terutama dalam produk-produk minuman ringan.
Tujuan dari riview artikel ini untuk mengetahui metode-metode yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar natrium siklamat pada sampel uji minuman ringan yang beredar di masyarakat.
METODE PENELITIAN
Dalam menyusun review ini menggunakan metode studi literature dalam bentuk referensi
primer berupa jurnal nasional dari tahun 2011-2023 dengan kata kunci yaitu Natrium siklamat,
minuman ringan, metode Spektrofotometri UV-Vis, metode Alkalimetri. Dalam menyusun review
ini dilakukan telaah dan membandingkan artikel satu dengan artikel lainnya menggunakan media
online yaitu Google Scholar. Terdapat kriteria inklusi dalam penelusuran artikel yaitu artikel yang
dipublikasikan dalam rentang tahun 12 tahun terakhir 2011-2023, berupa original artikel dan full
teks.
Berdasarkan hasil penelusuran setelah memasukkan kata kuci ditemukan sebanyak 50
artikel kemudian dilakukan seleksi artikel dengan kriteria yang diinginkan, namum banyak yang
tidak dapat digunakan karena artikel tidak cocok dengan pembahasan lalu tersisa 25 artikel yang
selanjutnya ditinjau dan dihasilkan 15 artikel yang tepat untuk dilakukan sesuai kriteria yang
diinginkan.
Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan instrumen yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut untuk menyerap radiasi cahaya
dengan panjang gelombang tertentu dalam rentang 200-400 nm, yang menghasilkan cahaya
monokromatik (DEWI, 2018). Panjang gelombang maksimum ditentukan untuk mengukur daerah
serapan maksimum larutan standar serta larutan sampel berupa nilai absorbansi maksimum
(Lidyawati et al., 2020). Metode ini digunakan karena memiliki beberapa kelebihan, seperti dapat
digunakan untuk menganalisis berbagai zat organik dan anorganik, memiliki spesifikasi tinggi dan
sensitivitas yang tinggi terhadap kadar siklamat yang sangat rendah. Selain itu, metode ini juga
memiliki proses analisis yang cepat dan akurat, dengan hasil yang langsung terbaca dan dapat
dicatat oleh detektor. Hasil analisis ini juga dapat dicetak dalam bentuk angka digital atau grafik
yang sudah dianalisis lebih lanjut (Puspitasari, 2017). Metode spektrofotometri ini juga memiliki
beberapa keterbatasan. Salah satunya adalah ketergantungan analisis sampel pada larutan pH. pH
larutan akan mempengaruhi panjang gelombang serapan maksimum dalam spektrum. pH yang
berbeda dalam larutan berair dapat mempengaruhi kromofor yang terionisasi dan non-terionisasi
karena perbedaan tingkat konjugasi di antara keduanya(Permatahati & Yanti, 2021).
Metode spektrofotometri UV-Vis dipilih karena dilihat dari strukturnya siklamat ini
memiliki gugus kromofor, yaitu gugus yang dapat mengabsorbsi atau menyerap sinar ultraviolet
dan sinar tampak sehingga metode ini dapat digunakan dalam penentuan kadar siklamat
(Puspitasari, 2017). Metode analisis diawali dengan pembuatan larutan standar yaitu larutan
siklamat yang telah diketahui konsentrasinya (Permatahati & Yanti, 2021). Dalam penelitian yang
dilakukan oleh (Ramadhani et al., 2018), (Rochanah et al., 2022), dan (Manoppo et al., 2019),
pembuatan larutan baku dilakukan dengan cara mengolah larutan baku menggunakan natrium
hidroksida dan sikloheksana. Natrium hidroksida digunakan untuk menciptakan suasana basa,
sementara sikloheksana digunakan sebagai bahan penyerap untuk mengekstraksi siklamat. Setelah
itu, siklamat direaksikan kembali dengan asam sulfat, sikloheksana, dan Na-hipoklorit untuk
membentuk dua lapisan dalam larutan. Lapisan sikloheksana kemudian diambil dan dicuci
menggunakan natrium hidroksida hingga larutan sikloheksana menjadi tidak berwarna. Larutan
sikloheksana yang telah mengandung siklamat kemudian diukur panjang gelombangnya dan
absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV-Vis (Permatahati & Yanti, 2021).
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Lidyawati et al., 2020), Sampel yang digunakan yaitu
sampel minuman air tebu yang dijual di Darussalam dan dilakukan pemeriksaan di Laboratorium
Kimia UIN Ar-raniry dan FKIP Kimia Unsyiah Banda Aceh. Metode analisis yang digunakan yaitu
analisis kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri UV-vis untuk mengetahui kadar natrium
siklamat pada rentang panjang gelombang 300-400 nm. Hasil penelitian menunjukkan Nilai
absorbansi tertinggi diperoleh pada panjang gelombang 400 nm dengan nilai absorbansi 0,289.
Selanjutnya penentuan deret larutan standar natrium siklamat untuk menentukan kurva kalibrasi.
Dalam penelitian ini kurva standar diperoleh dengan cara membuat seri konsentrasi 750, 800, 850,
dan 900 ppm dari larutan standar natrium siklamat. Selanjutnya persamaan kurva kalibrasi yaitu
hubungan antara sumbu x dan sumbu y. Sumbu x dinyatakan dengan konsentrasi sedangkan sumbu
y merupakan absorbansi atau serapan yang diperoleh dari hasil pengukuran sehingga persamaan
regresi linear dari kurva kalibrasi yang diperoleh adalah y = 0,0012x + 0,8287 dengan koefesien
korelasi R =0,9715. Dapat disimpulkan bahwa 4 sampel yang digunakan negatif mengandung
natrium siklamat dengan kadar Sampel I=-449,8 Sampel 2=-426,4 Sampel 3=-520,6 Sampel 4=-
444,8.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Jayadi & Hernaningsih, 2021), Sampel penelitian
yang digunakan adalah sirup yang dijual di pasar besar Kota Malang. Metode yang digunakan
untuk penentuan kadar natrium siklamat dilakukan secara Spektrofotometri UV yang serapannya
diukur pada panjang gelombang maksimum 314 nm. Hasil penelitian dari analisa kuantitatif
terdapat sampel positif mengandung natrium siklamat yaitu sampel 1, 2 dan 3. Hasil penetapan
kadar pada sampel 1 sebesar 238,78 mg/kg, sampel 2 sebesar 239,65 mg/kg dan sampel 3 sebesar
241,39 mg/kg. Dari ketiga sampel yang di uji kadar siklamat dalam sirup yang dijual di pasar besar
Kota Malang, masih memenuhi syarat yang ditetapkan kepala badan pengawas obat dan makanan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Andalia et al., 2023), Sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah minuman serbuk instan yang pada kemasan tertulis mengandung natruim
siklamat, dan sampel dianalisis menggunakan metode Spektrofotometri UV-Visible pada panjang
gelombang 314 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan natrium siklamat pada sampel
A,B, dan C masing-masing sebesar 488,31 mg/kg, 536,81 mg/kg dan 665,57 mg/kg. Kadar natrium
siklamat dalam ketiga sampel melebihi batas standar persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM No.
4 Tahun 2014 dalam minuman ringan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Islam et al., 2022), sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah minuman kemasan dan olahan. Sampel di analisis menggunakan metode
Spektrofotometri UV-Vis Pada panjang gelombang (λ) : 289 nm untuk pengujian kuantitatif dibuat
larutan sampel dan blanko. larutan sampel dan blanko dibuat dengan menambahkan asam sulfatke
dalamnya. Tujuan penambahan asam sulfat ini adalah untuk mengubah siklamat menjadi asam
siklamat. Selanjutnya larutan tersebut diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat yang mampu
membentuk asam siklamat dalam fase organik. Asam siklamat selanjutnya diekstraksi dengan
menggunakan aquades sebagai pelarutnya dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan agar dapat
mengikat senyawa siklamat yang terdalam pada sampel secara keseluruhan. Larutan sampel dan
blanko kemudian diberi perlakuan yang sama dengan larutan standar seperti penambahan natrium
hidroksida dan sikloheksana dan dilakukan pengukuran sampel dengan blanko sebagai pembanding
pada panjang gelombang yang sebelumnya sudah didapatkan dari larutan standar. Panjang
gelombang maksimum siklamat yang diperoleh digunakan untuk membuat kurva kalibrasi dan
penetapan kadar siklamat pada sampel.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Puspitasari, 2017), sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah Suplemen Makanan. Pengambilan tiga sampel suplemen anak dilakukan
secara acak pada beberapa toko obat di daerah Jakarta. Metode penelitian yang digunakan untuk
penetapan kadar siklamat menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 210
nm.. Hasil Analisis Penetapan Kadar Siklamat dengan Spektrofotometri UV-VIS diperoleh regresi
linier hubungan antara absorbansi dan konsentrasi larutan standar siklamat adalah y =0,0019x +
0,051. Larutan seri kurva baku dianalisis menggunakan panjang gelombang maksimum yang telah
diperoleh. Hasil kurva kalibrasi didapat nilai r2 =0,9976. Berdasarkan hasil percobaan penetapan
kadar siklamat dalam suplemen anak yaitu diperoleh kadar pada sampel (1084) = 763,34 mg/kg,
sampel (1085) = 1279,87 mg/kg, dan dan sampel (1114) = 436,07 mg/kg. Dua sampel memenuhi
syarat, sedangkan satu sampel tidak memenuhi syarat karena melebihi batas maksimum
penggunaan siklamat yaitu 1250 mg/kg.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Manoppo et al., 2019), sampel yang digunakan
adalah minuman jajanan yang dijual di daerah kampus Universitas Sam Ratulangi Manado.
Identifikasi natrium siklamat dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis
dengan paanjang gelombang 200 – 400 nm.. Validasi metode dilakukan dengan menggunakan
parameter-parameter seperti linearitas, batas deteksi dan batas kuantitasi, akurasi, dan presisi.
Hubungan linier antara konsentrasi dengan absorbansi ditunjukkan dengan persamaan y = 0,0029x
– 1,9155 dengan nilai r = 0,9989 sehingga dapat dikatakan korelasi antara absorbansi dan
konsentrasi standar siklamat sangat kuat. Batas deteksi yang didapat 3,724 ppm dan batas kuantitas
adalah 12,414 ppm. Uji akurasi dinyatakan dengan persen perolehan kembali sebesar 102,659%.
Nilai presisi dinyatakan dengan RSD sebesar 1,1% dan 2% yang berarti presisi baik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada analisis kualitatif kandungan natrium siklamat pada sampel
tidak terdeteksi sedangkan pada analisis kuantitatif sampel terdeteksi mengandung natrium
siklamat tetapi dibawah kadar maksimum penggunaannya yaitu 1 g/Kg bahan makanan dan
minuman sehingga aman untuk dikonsumsi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Ramadhani, et al 2018), Sampel yang digunakan
yaitu sampel minuman kemasan yang telah tertulis di kemasan mengandung natrium siklamat,
selanjutnya diperiksa di Laboratorium Kimia Farmasi Akademi Farmasi Al-Fathah Bengkulu.
Metode analisa yang digunakan yaitu analisa kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri Uv
untuk mengetahui kadar natrium siklamat pada panjang gelombang 293 nm. Larutan seri kurva
baku dianalisis menggunakan panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh. Hasil
absorbansi yang diperoleh nilai a : 0,1160070773, b : 3,203963415 nilai r : 0,950972672. Nilai a
dan b dimasukkan ke dalam persamaan regresi linear yang kemudian persamaan tersebut digunakan
untuk menghitung konsentrasi sampel. Nilai r menunjukkan kelinearitasan nilai kurva baku, karena
semakin nilai r mendekati angka 1 maka semakin linear. Persamaan regresi linear yang telah
diperoleh dihitung untuk mencari nilai konsentrasi dari 3 sampel yang digunakan, nilai b dan nilai a
dimasukkan ke persamaan regresi linear. Didapatkan Konsentrasi sampel yang didapat, sampel A :
0,4585 g/kg , sampel B : 0,8065 g/kg dan sampel C : 0,3136 g/kg. Dari 3 sampel yang diperiksa
kadar natrium siklamat yang diperiksa masih dibawah batas maksimum penggunaan yang telah
ditetapkan yaitu 3 g/kg menurut Permenkes No 722 tahun 1988.
Pada penelitian yang dilakukan oleh(Azizah, N., Vesara A.G., 2022), Sampel penelitian
yang digunakan adalah minuman serbuk di Teluk Jambe Timur. Metode yang digunakan untuk
penentuan kadar natrium siklamat dilakukan secara kuantitatif menggunakan Spektrofotometri UV-
Vis dengan Panjang gelombang 200-400 nm. pada pengujiannya menggunakan 4 sampel minuman
serbuk. Hasil penelitian yang diperoleh dari analisa kuantitatif terdapat sampel positif mengandung
natrium siklamat yaitu sampel 1, 3 dan 4. Hasil dari penetapan kadar siklamat diperoleh hasil pada
sampel 1 yaitu 205,55 mg/kg, sampel 3 yaitu 236,19 mg/kg dan sampel 4 yaitu 197,99 mg/kg. Dari
keempat sampel yang diuji kadar siklamat 3 diantaranya positif mengandung sklamat. Dari ketiga
sampel yang diuji kadar siklamat dalam minuman serbuk yang dijual oleh franchise minuman yang
dijual di Telukjambe Timur, masih memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh BPOM RI No. 4
Tahun 2014 yaitu 350 mg/kg.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Jamilatun et al., 2022), Sampel penelitian yang
digunakan adalah es dawet yang dijual di kecamatan wedi. Metode yang digunakan untuk
penentuan kadar natrium siklamat dilakukan secara kuantitatif menggunakan Spektrofotometri UV-
Vis dengan Panjang gelombang 200-400 nm. pada pengujiannya menggunakan sampel es dawet
yang diperoleh dari Kecamatan Wedi, dengn menggunakan 5 sampel yaitu sampel A, sampel B,
sampel C, sampel D, dan sampel E. Hasil penelitian dari analisa kuantitatif, yaitu nilai absorbansi
yang diperoleh dari masing-masing sampel kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi
linier (y = 0,0006x – 0,3602) sehingga diperoleh konsentrasi sampel (x). Rata-rata kadar natrium
siklamat pada sampel A sebesar 58,683 mg/L, sampel B sebesar 79,466 mg/L, sampel C sebesar
95,066 mg/L, sampel D sebesar 94,116 mg/L dan sampel E adalah 79,5 mg/L. Data tersebut
menunjukkan bahwa kadar sampel es dawet yang diuji belum melebihi batas maksimal pemakaian
yang ditetapkan Peraturan BPOM Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang, Batas
Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis, yaitu 250 mg/ kg.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Rasyid et al., 2011), Sampel penelitian yang
digunakan adalah Teh Kemasan yang diambil di beberapa tempat seperti di swalayan, pasar dan
sekolah dasar di kota Padang. Metode yang digunakan untuk penentuan kadar natrium siklamat
dilakukan secara kuantitatif menggunakan Spektrofotometri UV-Vis panjang gelombang 510 nm.
pada pengujian ini menggunakan empat teh kemasan siap minum, yaitu sampel A dan B (produk
industri), sampel C dan D (produk industri rumahan). Hasil penelitian diperoleh dari empat sampel
minuman teh dalam kemasan yang diperiksa ditemukan tiga sampel yang mengandung natrium
siklamat (sampel B, C, dan D) sedangkan satu sampel lainnya (sampel A) tidak ditemukan
kandungan natrium siklamat ataupun natrium sakarin. Kadar rata-rata natrium siklamat dalam
sampel ditentukan dengan persamaan regresi kurva kalibrasi. Pada sampel B diperoleh kadar
natrium siklamat yaitu 0,0748% ± 0,000624, KV 0,8349%, sampel C yaitu 0,0844% ± 0,000360,
KV 0,4265%. Dan sampel D yaitu 0,0787% ± 0,000616, KV 0,7827%. Dari hasil perhitungan
didapat kadar natrium siklamat dibawah batas maksimum penggunaan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Repoblik Indonesia, yaitu 3g/kg bahan atau 0,3% untuk minuman ringan
dengan nilai ADI sebesar 11mg/kg berat badan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Rochanah et al., 2022), Sampel penelitian yang
digunakan adalah minuman kemasan yang beredar dipasar wilayah Kecamatan Bumiayu. Metode
yang digunakan untuk penentuan kadar natrium siklamat dilakukan secara kuantitatif menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis dengan Panjang gelombang 200-400 nm. Sampel yang digunakan
sebanyak 1 sampel minuman kemasan dengan kode C yang mengandung siklamat. Penentuan kadar
siklamat pada sampel dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan tujuan untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat. Hasil penelitian dari analisa kuantitatif, yaitu menunjukan bahwa sampel
minuman kemasan dengan kode C mengandung siklamat dengan kadar 0,411 g/kg. Sedangkan
untuk kadar dalam tiap minuman kemasan kode C yaitu 2,466 g/kg per kemasam.Hasil yang
diperoleh menunjukan bahwa kadar yang terdapat dalam sampel minuman kemasan dengan kode C
belum melebihi batas penggunaan siklamat yang ditentukan sehingga masih aman untuk
dikonsumsi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.033/Menkes/2012 batas maksimum
penggunaan siklamat adalah 3 g/kg.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Islam et al., 2022), Sampel penelitian yang digunakan
adalah minuman kontemporer yang beredar di Kawasan Perkotaan Kabupaten Mamuju sebanyak
30 merek. Metode yang digunakan untuk penentuan kadar natrium siklamat dilakukan secara
kuantitatif menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian dari analisa kuantitatif, yaitu
diperoleh seluruh sampel yang diperiksa mengandung siklamat dengan kandungan terendah yaitu
pada sampel a17 sebesar 1,19 gr/L dan tertinggi pada sampel a26 sebesar 237,9 gr/L, serta 24
merek minuman kekinian mengandung siklamat di atas 3gr/L. sehingga dapat disimpulkan 80%
minuman kekinian yang beredar di Perkotaan Kabupaten Mamuju mengandung siklamat melebihi
ambang batas.
Hasil dari ke 12 jurnal yang menggunakan metode Spektrofotometri UV-VIS rata-rata
panjang gelombang maksimum Natrium Siklamat adalah berkisar antara 200-400 nm. Dan kadar
tertinggi Natrium Siklamat yaitu berdasarkan penelitain Fahrul Islam et al (2022), sebesar 237,9
g/L. 80% minuman kontemporer yang beredar di kawasan perkotaan Kabupaten Mamuju
mengandung siklamat melebihi ambang batas. Menurut Permenkes No 722 tahun 1988. Batas
penggunaan Natrium Siklamat sebagai bahan pemanis pada minuman yaitu tidak melebihi 3 g/kg.
Apabila Natrium siklamat dikonsumsi melebihi ambang batas penggunaan maka dapat
menyebabkan berbagai penyakit yang membahayakan tubuh. Menurut Nurlailah dkk. (2017),
Penggunaan siklamat yang melebihi dosis menyebabkan kanker kandung kemih, dapat juga
menyebabkan tumor pada paru – paru, hati dan kelenjar getah bening. Lebih banyak produsen
sering menggunakan pemanis buatan karena harganya yang relatif murah dan rasanya yang manis,
produk yang dihasilkan 30 kali lebih manis dibandingkan sukrosa (gula putih).
Alkalimetri
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Handayani & Agustina, 2015), Sampel yang
digunakan adalah 8 minuman serbuk instan. Sampel diambil dari pedagang Pasar Srago yang
menjual minuman serbuk instan sesuai kriteria analisis yang dilakukan secara kualitatif yang
bertujuan untuk melihat kandungan Na-Siklamat dalam sampel dengan menggunakan uji warna
dengan BaCl2. Sampel yang positif mengandung Na-Siklamat dilakukan penetapan kadar secara
Alkalimetri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 8 sampel minuman serbuk instan yang
diambil dari pedagang pasar Srago, 7 sampel positif mengandung Na-Siklamat dengan kadar: A
(4029 ppm), B (3425 ppm), C (514 ppm), D (2529 ppm), E (3492 ppm), F (4096 ppm) dan G (3268
ppm). Kesimpulan 87,50% sampel mengandung pemanis buatan Na-Siklamat yang diantaranya
merupakan minuman serbuk instan dengan merk terkenal. Ditemukan 7 sampel yang mengandung
Na-Siklamat dan 5 diantaranya melebihi batas maksimal penggunaan yang ditetapkan Pemerintah
yaitu 3 g/kg atau setara dengan 3.000 ppm.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Parhan, 2018), Sampel penelitian yang digunakan
adalah Minuman Serbuk Instan Dan Minuman Kemasan Kaleng Yang Di Perdagangkan Di Delitua.
Metode yang digunakan untuk penentuan kadar natrium siklamat dilakukan dengan menggunakan
Alkalimetri. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, kadar Na-siklamat pada sampel A (402,2629
mg/kg), B (395,9280 mg/kg), C (405,4303 mg/kg), D (272,3985 mg/kg), E (269,2311 mg/kg), dan
F (392,7606). Dari data yang diperoleh diketahui bahwa sampel A,B,C,D,E dan F aman untuk
dikonsumsi, karena kadar Na-Siklamat pada sampel tidak melebihi batas kadar yang di tetapkan
oleh SNI 01-6993-2004 yaitu 1000 mg/kg.
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian literatur metode spektrofotometri Uv-Vis dan alkalimetri bisa
digunakan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif kandungan natrium siklamat dalam
beberapa jenis minuman yang beredar di masyarakat. Berdasarkan hasil yang ada terdapat beberapa
minuman yang mengandung pemanis buatan natrium siklamat yang melebihi batas kadar yang
ditetapkan oleh SNI 01-6993-2004 yaitu 1000 mg/kg.
DAFTAR PUSTAKA
Andalia, R., Luciana, L., Adriani, A., & Rahmatina, R. (2023). Penentuan Kadar Natrium Siklamat Dalam
Minuman Serbuk Instan Secara Spektrofotometri Uv-Vis. Serambi Journal of Agricultural Technology,
5(1), 17–24. https://doi.org/10.32672/sjat.v5i1.6126
Azizah, N., Vesara A.G., and D. R. (2022). Analisis Kadar Siklamat Dengan Metode Spektrofotometri UV-
Vis Pada Minuman Serbuk di Telukjambe Timur. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(6), 1707–1715.
DEWI, D. K. (2018). EFEK PEMBERIAN NATRIUM SIKLAMAT SECARA ORAL TERHADAP JUMLAH
SEL MAKROFAG PERITONEAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.). 1, 430–439.
Gede Agus Beni Widana, S.Si., M.Si., A. (2014). Analisis Obat, Kosmetik, dan Makanan.
Handayani, T., & Agustina, A. (2015). Penetapan Kadar Pemanis Buatan (Na-Siklamat) Pada Minuman
Serbuk Instan Dengan Metode Alkalimetri. Jurnal Farmasis Sains Dan Praktis, I(1), 1–7.
https://journal.unimma.ac.id/index.php/pharmacy/article/view/49
Islam, F., Ahmad, H., & Saddania, S. (2022). Identification of Cyclamate Among Contemporary Drinks in
Urban Area of Mamuju Regency. Indonesian Journal of Global Health Research, 4(4), 975-982.
https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/IJGHR/article/view/1605
Jamilatun, M., Lukito, P. I., & Astuti, I. D. (2022). Sodium Cyclamate Identification and Determination of
Dawet Ice Sold in Wedi District Indonesia. Food ScienTech Journal, 4(1), 69.
https://doi.org/10.33512/fsj.v4i1.14206
Jayadi, L., & Hernaningsih, M. (2021). Analisis Kandungan Pemanis Buatan Siklamat Pada Sirup Yang
Beredar Dipasar Besar Malang Secara Kuantitatif Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis.
Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 3(3), 199–210. https://doi.org/10.33759/jrki.v3i3.184
Lidyawati, L., Mardiana, R., Rejeki, D. P., & Jauhari, J. (2020). Analisis Natrium Siklamat Dalam Minuman
Tebu(Saccharum Officinarum, L) Secara Spektrofotometri. Journal of Pharmaceutical and Health
Research, 1(3), 62–66. https://doi.org/10.47065/jharma.v1i3.592
Manoppo, T., Sudewi, S., & Wewengkang, D. S. (2019). Analisis Pemanis Natrium Siklamat Pada Minuman
Jajanan Yang Dijual Di Daerah Sekitar Kampus Universitas Sam Ratulangi Manado. Pharmacon, 8(2),
488. https://doi.org/10.35799/pha.8.2019.29318
Novitasari, M., Rahma, N., & Puspitasary, K. (2019). PENETAPAN KADAR PEMANIS BUATAN (Na-
SIKLAMAT) PADA BEBERAPA MINUMAN SERBUK INSTAN DI KOTA SURAKARTA.
Avicenna : Journal of Health Research, 2(2), 135–141. https://doi.org/10.36419/avicenna.v2i2.309
Nurlailah, N., Alma, N. A., & Oktiyani, N. (2017). Analisis Kadar Siklamat pada Es Krim di Kota
Banjarbaru. Medical Laboratory Technology Journal, 3(1), 1. https://doi.org/10.31964/mltj.v3i1.148
Parhan. (2018). Penetapan Kadar Na-Siklamat Pada Minuman Serbuk Instan Dan Minuman Kemasan Kaleng
Yang Diperdagangkan Di Delitua Dengan Metode Alkalimetri. Jurnal Farmasimed (JFM), 1(1), 11–
15.
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JFM==========================================
==================================================
Permatahati, D. M., & Yanti, L. P. D. (2021). Metode Identifikasi Rhodamine B pada Makanan dan
Kosmetik. Bima Nursing Journal, 2(1), 62. https://doi.org/10.32807/bnj.v2i1.712
Puspitasari, L. (2017). Analisis Kadar Pemanis Buatan pada Suplemen Anak dengan Metode Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi ( KCKT ). 16(2), 52–58.
Ramadhani, N., Herlina, H., & Utama, A. J. F. (2018). Penetapan Kadar Natrium Siklamat Pada Minuman
Ringan Kemasan Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV. Jurnal Mandala Pharmacon
Indonesia, 4(1), 7–12. https://doi.org/10.35311/jmpi.v4i1.17
Rasyid, R., Yohana, M., & Mahyuddin. (2011). Analisis pemanis sintesis natrium sakarin dan natrium
siklamat dalam teh kemasan. Jurnal Farmasi Higea, 3(1), 52–57.
http://jurnalfarmasihigea.org/index.php/higea/article/view/45
Rochanah, S., Serahli, U. F., Farmasi, P. S., & Peradaban, U. (2022). Identifikasi Senyawa Siklamat pada
Minuman Kemasan dan Olahan yang Beredar di Pasar Wilayah Kecamatan Bumiayu. Pharmacy
Peradaban Journal, 2(2), 54–55. http://journal.peradaban.ac.id/index.php/ppj/article/view/789/771
Rosdayani. (2018). Identifikasi Pemanis Buatan Natrium Siklamat pada Es Teler yang di Jual Di Kecamatan
Kambu Kota Kendari Suawesi Tenggara. Karya Tulis Ilmiah.
Wibowotomo, B. (2010). Pengembangan Metode Penetapan Kadar Siklamat Berbasis Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi Guna Diimplementasikan dalam Kajian Paparan. Teknologi Dan Kejuruan: Jurnal
Teknologi, Kejuruan Dan Pengajarannya, 33(1), 81–92. http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-
kejuruan/article/view/3090