Anda di halaman 1dari 4

Diskusi.

Setelah Anda mempelajari materi 1, silakan Anda diskusi tentang tantangan yang dihadapi
oleh sistem manajemen kinerja dan bagaimana tantangan tsb dapat diatasi oleh seluruh pihak
yang terlibat dalam organisasi khususnya dalam kondisi pasca pandemi Covid-19?

System manajemen kinerja sendiri adalah sebuah tantangan. Hal tersebut disebabkan para
manajer dan karyawan sendiri pun tidak terlalu menyukai proses tersebut, karyawan sendiri
bahkan sering kali takut melakukannya. Tantangan itu sendiri adalah tentang bagaimana
menemukan cara untuk dapat melakukan system manajemen kinerja yang masuk akal, baik
bagi manajer maupun karyawan, menyiapkan segala sesuatu untuk melakukan pekerjaan
tersebut, dan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Terdapat beberapa alasan mengapa para manajer dan karyawan cenderung menghindari
melaksanakan system manajemen kinerja.
Bagi Manajer:
a. Formulir dan prosedur yang digunakan perusahaan tidak masuk akal, hanya sekedar
tumpukan pekerjaan administrasi yang tidak ada tujuannya.
b. Susah bagi mereka untuk memberikan umpan balik terhadap kinerja karyawan
c. Merasa tidak mungkin mengawasai karyawan setiap waktu
Bagi karyawan:
a. Mempunyai pengalaman buruk dengan system manajemen kinerja
b. Mempunyai pengalaman buruk dengan manajernya
c. Tidak tahu untuk apa system manajemen kinerja dilaksanakan
d. Tidak tahu apa yang diharapkan dari pelaksanaan system manajemen kinerja

Sebagai sebuah system, manajemen kinerja harus berhubungan dengan fungsi-fungsi penting
lain seperti kesuksesan kerja, peningkatan kinerja, pengembangan diri karyawan, dan sasaran
organisasi, hal ini agar setiap orang dalam organisasi atau perusahaan dapat memahami
makna dari dibentuknya sebuah system manajemen kinerja. Semakin baik kita merangkaikan
sebuah system manajemen kinerja dengan hal-hal lain yang harus dilakukan oleh organisasi,
semakin besar kemungkinan orang memahami bahwa hal ini mempunyai manfaat yang
penting.
Keterbatasan system manajemen kinerja seperti yang dikatakan Irham Fahmi 2010, yaitu:
a. Kurangnya pemahaman secara mendalam dan komprehensif tentang system
manajemen kinerja
b. Belum memadainya sarana dan prasarana untuk mengakses sumber data yang
diperlukan
c. Kurangnya penelitian dan hasil penelitian (jurnal)
d. Kurangnya buku-buku referensi dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
kompetensi system manajemen kinerja
e. Masih lemahnya fungsi control sosial dari pihak pemerintah dan pihak-pihak terkait
terhadap pelaksanaan system manajemen kinerja yang belum berjalan dengan baik di
suatu perusahaan.
Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan system manajemen kinerja tersebut perlu
diketahui bagaimana cara mengefektifkan system manajemen kinerja tersebut yaitu sebagai
berikut:
a. Relevance:hal-hal atau factor-faktor yang diukur adalah yang relevan (terkait) dengan
pekerjaannya, apakah itu inputnya, prosesnya, atau outputnya.
b. Sensitivity: system yang digunakan harus cukup peka untuk membedakan antara
karyawan yang berprestasi dengan yang tidak
c. Reliability: sistem yang digunakan harus dapat diandalkan, dapat dipercaya bahwa
menggunakan tolok ukur yang objektif, sahih, akurat, konsisten, dan stabil.
d. Acceptability: system yang digunakan harus dapat dimengerti dan diterima oleh
karyawan yang menjadi penilai dan yang dinilai serta memfasilitasi komunikasi aktif
dan konstruktif antara keduanya.
e. Practicality: semua instrument, misalnya formulir yang digunakan oleh kedua pihak,
tidak rumit, atau berbelit-belit (Casio, 2003).
Menurut penelitian Fletcher (1992) menyimpulkan bahwa ada 4 prinsip yang mendasari
system manajemen kinerja efektif, yaitu:
a. System manajemen kinerja dimiliki dan dimotori oleh manajemen line dan bukan oleh
bagian sumber daya manusia
b. Penekanan terhadap nilai dan target organisasi
c. Manajemen kinerja bukanlah merupakan sekumpulan penyelesaian masalah tetapi
sesuatu yang harus dikembangkan secara khusus untuk suatu organisasi tertentu
d. Manajemen kinerja harus berlaku bagi semua staff, bukan hanya sebagian dari
kelompok manajerial saja
Dari keempat prinsip diatas, dapat ditambahkan satu prinsip lagi, yaitu perusahaan
memanfaatkan dan menggunakan berbagai proses untuk berbagai bagian dalam organisasi.
Proses-proses itu beroperasi di dalam suatu kerangka kerja keseluruhan yang sama dan
dihubungkan oleh nilai, sasaran yang eksplisit serta dipahami dan dimiliki bersama.
Pada intinya system manajamen kinerja ini merupakan suatu hal yang penting dalam proses
kerja di dalam suatu organisasi atau perusahaan. Hal tersebut terlebih dahulu harus dipahami
oleh seluruh anggota organisasi. Setiap anggota harus tahu tanggung jawab dan batasan-
batasan mereka dalam organisasi sesuai dengan jabatan yang mereka tempati agar system
manajemen kinerja dapat berjalan dengan baik.

Sumber Referensi:
BMP EKMA 4263 MODUL 1
Re: Diskusi.1
oleh Wa Ode Suriani 03003452 - Selasa, 11 April 2023, 18:48

Ini adalah balasan pribadi. Ini hanya dapat dilihat oleh Anda dan siapa saja yang memiliki
kemampuan untuk melihat balasan pribadi, seperti pengajar atau manajer.

penjelasan sudah sangat baik, perlu ditambahkan penjelasan terkait dengan bagaimana
tantangan sistem menajemen kinerja dapat diatasi oleh seluruh pihak yang terlibat dalam
organisasi khususnya dalam kondisi pasca pandemi Covid-19. disertai dengan contoh.
jawaban yang anda berikan selanjutnya menentukan perubahan skor anda pada diskusi ini
sesuai dengan penjelasan jawaban anada. Terimakasih

Di era pasca pandemic saat ini terdapat banyak perubahan pada system kerja suatu
perusahaan yang disebabkan oleh kebijakan perusahaan dalam beraktivitas sehari-hari pada
saat masa pandemic masih berlangsung.

Salah satu contohnya adalah pemberlakuan system kerja Work From Home (WFH) yang
muncul akibat kebijakan pemerintah sekitar untuk mengurangi mobilitas orang demi
mencegah penyebaran virus yang massif pada saat masa pandemi. Pada saat WFH karyawan
terbiasa bekerja dari rumah tanpa pergi ke kantor atau ke ntempat kerjanya. Hal tersebut
menyebabkan karyawan sering bekerja tanpa control langsung dari atasannya. Seperti
misalnya para manajer tidak bisa melihat secara langsung bagaimana proses karyawan
menyelesaikan pekerjaannya, sikap karyawan saat menerima tugas, dsb. Praktis penilaian
kinerja hanya dapat dilakukan melalui tingkat presensi atau kehadiran karyawan yang
terekam dalam system presensi digital yang di buat perusahaan.

Hal tersebut menyebabkan pada saat masa pasca pandemic seperti sekarang ini, ketika proses
kerja sudah mulai kembali normal dan karyawan sudah mulai pergi ke tempat kerjanya lagi,
maka perusahaan perlu untuk membuat atau mendesain ulang system manajemen kinerjanya.

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa salah satu tantangan dalam manajemen kinerja
adalah kurangnya pemahaman secara mendalam dan komprehensif oleh manajer dan
karyawan tentang dibuatnya system manajemen kinerja. Maka dari itu pihak perusahaan
lewat manajemen perlu terlebih dahulu untuk mensosialisasikan kepada seluruh karyawan
tentang pentingnya manajemen kinerja tersebut. Sosialisasi tersebut dapat dilakukan melalui
pelatihan-pelatihan atau dapat juga melalui seminar terprogram yang dibentuk oleh
perusahaan lewat manajemen. Selain itu, meminta karyawan berpartisipasi dalam proses
penetapan tujuan dan berpotensi berkontribusi pada peninjauan dengan cara lain dapat
membantu mereka lebih memahami peran penting mereka dalam system manajemen kinerja
perusahaan yang dibuat untuk membantu perusahaan mencapai tujuannya.

Setelah sosialisasi tentang pentingnya system manajemen kinerja tersebut dilaksanakan maka
perusahaan perlu mengetahui bagaimana cara mengefektifkan system manajemen kinerja
tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Relevance:hal-hal atau factor-faktor yang diukur adalah yang relevan (terkait) dengan
pekerjaannya, apakah itu inputnya, prosesnya, atau outputnya. Seperti misalnya,
kesediaan karyawan untuk memberikan kontribusi lebih dalam kemajuan perusahaan
dengan memenuhi perintah kerja lembur, kemampuan karyawan untuk menyelesaikan
masalah dalam tugas-tugasnya, bagaimana cara karyawan beradaptasi dengan system
baru atau lingkungan kerja baru, dsb.

b. Sensitivity: system yang digunakan harus cukup peka untuk membedakan antara
karyawan yang berprestasi dengan yang tidak. Contohnya penggunaan teknologi
presensi berbasis finger print sensor yang dapat meminimalisir terjadinya error di
system kehadiran karyawan.

c. Reliability: sistem yang digunakan harus dapat diandalkan, dapat dipercaya bahwa
menggunakan tolok ukur yang objektif, sahih, akurat, konsisten, dan stabil.
Contohnya penggunaan teknologi yang terbarukan pada setiap system penilaian untuk
mengurangi praktik manipulative

d. Acceptability: system yang digunakan harus dapat dimengerti dan diterima oleh
karyawan yang menjadi penilai dan yang dinilai serta memfasilitasi komunikasi aktif
dan konstruktif antara keduanya. Dalam setiap system yang dibentuk harus
diusahakan terdapat akses untuk memberikan umpan balik atau feed back bagi setiap
karyawan.

e. Practicality: semua instrument, misalnya formulir yang digunakan oleh kedua pihak,
tidak rumit, atau berbelit-belit (Casio, 2003). Artinya semua alat atau perantara yang
digunakan dalam setiap proses manajemen kinerja dapat digunakan atau diakses
dengan mudah oleh seluruh karyawan dari seluruh golongan (muda atau tua).

Anda mungkin juga menyukai