Anda di halaman 1dari 2

Semua pria memiliki sepuluh jari.

Mahen adalah seorang pria.

Maka dari itu, ”Mahen memiliki sepuluh jari” argumen ini logis dan valid. Namun,
premis “semua pria memiliki sepuluh jari” salah karena beberapa orang terlahir dengan
11 jari sehingga argumen ini tidak masuk akal.
Disimpulkan pernyataan akhir dengan menggabungkan hipotesis pernyataan pertama
dengan kesimpulan pernyataan kedua.
Contoh argumen deduktif:
Semua makhluk hidup pasti akan mati (premis mayor)
Manusia adalah makhluk hidup (premis minor)
Manusia pasti akan mati (kesimpulan)

 Peraturan: Undang-Undang PPN dan PPnBM mengatur tata cara pengenaan PPnBM
sebagai upaya untuk mengendalikan konsumsi barang mewah dan mendukung
kebijakan fiskal negara.
 Prinsip Deontologis: Hukum harus dijunjung tinggi, dan warga negara memiliki
kewajiban moral untuk mematuhi peraturan dan undang-undang yang berlaku,
termasuk kewajiban membayar pajak yang sesuai.
 Kesimpulan (berdasarkan prinsip deontologis): Oleh karena itu, setiap warga negara
memiliki kewajiban etis untuk mematuhi ketentuan PPnBM dan membayar pajak yang
seharusnya sesuai dengan hukum.

 Kasus Dialektis: Dalam diskusi tentang kenaikan tarif PPnBM untuk mobil listrik, satu
pihak berpendapat bahwa kenaikan tersebut akan menghambat adopsi mobil ramah
lingkungan, sementara pihak lain berpendapat bahwa kenaikan tersebut diperlukan
untuk meningkatkan pendapatan negara.
 Dialektika: Kedua pihak dapat berdebat tentang argumen masing-masing, dengan satu
pihak menekankan aspek kebijakan lingkungan dan yang lainnya menekankan kebijakan
fiskal. Dalam proses dialektis ini, para pemangku kepentingan dapat mencari
pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana mengatur PPnBM untuk mencapai
keseimbangan antara kepentingan lingkungan dan fiskal di Indonesia.
1. Logika Deontologis
Logika deontologis atau disebuk juga logika deontik adalah logika yang berurusan
dengan konsep-konsep seperti; kewajiban, permisibilitas dan non-permisibilitas,
keharusan, kepatutan, kelayakan, ke dalam suatu sistem koheren. Logika deontologis
(dari bahasa Yunani "deon" yang berarti "kewajiban") adalah pendekatan etis yang
menilai tindakan berdasarkan prinsip-prinsip moral yang mutlak atau kewajiban etis
yang ada, tanpa memperhatikan konsekuensi yang mungkin terjadi. Dalam logika
deontologis, suatu tindakan dianggap baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan
tersebut sesuai dengan aturan moral yang berlaku, terlepas dari hasilnya.Beberapa
prinsip dasarnya:

“Jika suatu bersifat wajib, sesuatu itu dapat dilakukan”.


“Jika sesuatu dibolehkan,maka itu tidak wajib”.
“Jika sesuatu dibuat karena ia bersifat wajib,maka ia sendiri adalah sesuatu yang bersifat
wajib agar hendaknya dilakukan”.
“Tidak benar bahwa apa yang bersifat wajib, dilakukan dengan niscaya”.
“Tidak benar bahwa apa yang bersifat wajib,hendaknya dilakukan”.
“Adalah hal yang sebenarnya bahw agar suatu hal yang menjadi bersifat wajib, ia harus
menjadi mungkin agar dilakukan”.

Di dalam hukum, kewajiban, keharusan, dan kelayakan melelat melalui undang-


undang. Hal ini ditandai dengan adanya kewajiban legis untuk “melakukan” atau “tidak
melakukan” berdasarkan perintah imperatif undang-undang.

CONTOH:
Dalam konteks peraturan perundang-undangan, hal ini dapat dilihat misalnya dalam
Pasal 80 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administarsi
Pemerintahan. Ketentuan ini menyebutkan bahwa:
“Pejabat Pemerintahan yang menyalahgunakan wewenang berupa, melampauin
wewenang, mencampuradukan wewenang dan bertindak sewenang-wenang, serta
Pemerintahan yang berpotensi memiliki konflik kepentingan dilarang dan/atau
melakukan keputusan dan/atau tindakan. Maka apabila mereka melanggar larangan
tersebut dikenai sanksi administratif berat”.
Jenis dari sanksi administratif berat dapat berupa: pemberhentian tetap dengan
memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya,pemberhentian tetap tanpa
memperolehhak-hak keuangan dan fasilitas lainnya,pemberhentian tetap dengan
memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya serta dipublikasikan di media
masa,pemberhentian tetap tanpa memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya
serta dipublikasikan di media masa. Logika yang diterapkan dari peraturan perundang-
undangan ini merupakan praktik dari logika deontologis.

Anda mungkin juga menyukai