Anda di halaman 1dari 25

1.

Sumber Informasi Primer


Sumber Informasi Primer, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adalah yang
berisi informasi asli atau yang baru dihasilkan. Mereka merupakan catatan pertama dan
seringkali satu-satunya yang diterbitkan dari penelitian asli atau deskripsi penerapan hasil
penelitian tersebut. "Sumber primer mencakup tidak hanya data mentah baru tetapi juga
interpretasi baru dari fakta atau gagasan yang sudah dikenal sebelumnya. Kontribusi-
kontribusi ini, yang biasanya tidak teratur dan tidak terkait, terutama ditemukan dalam
jurnal ilmiah, laporan penelitian/teknis individu, prosiding konferensi, standar, paten,
tesis dan disertasi, publikasi pemerintah, dan literatur perdagangan yang berisi informasi
khusus tentang produk atau proses tertentu. Karena sifatnya yang inheren, literatur primer
tersebar luas, sehingga sulit menemukan informasi yang belum diakomodasi ke dalam
basis pengetahuan ilmiah/teknologi”. Karakteristik utama dari sumber-sumber tersebut
meliputi1:

 Sumber informasi primer mencakup gagasan atau informasi baru terkait


penemuan baru, penelitian baru, eksperimen baru, atau interpretasi baru dari fakta
yang sudah dikenal.
 Sumber-sumber ini secara resmi menerbitkan informasi baru untuk pertama
kalinya.
 Mereka menyajikan informasi baru dalam bentuk aslinya, tanpa perluasan,
penyusutan, atau evaluasi kritis.
 Tipe sumber ini merilis informasi baru tersebut tidak lama setelah dihasilkan.
 Informasi yang terdapat dalam sumber-sumber ini otentik dan dapat diandalkan,
sehingga cocok untuk digunakan dalam penelitian.

Berikut adalah beberapa contoh sumber informasi primer:


1) Artikel Jurnal Ilmiah
 Menurut Komara (2017), artikel ilmiah merupakan suatu karangan faktual
atau nonfiksi yang membahas suatu permasalahan dan diterbitkan di jurnal,
majalah, atau buletin. Tujuannya adalah untuk menyampaikan gagasan, fakta,
serta menawarkan solusi terhadap suatu masalah dengan maksud meyakinkan,
mendidik, dan memberikan informasi yang relevan.
 Maryadi (2000) menyatakan bahwa artikel ilmiah adalah tulisan yang memuat
dan menganalisis suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah
keilmuan. Hal ini mencakup penggunaan metode ilmiah dalam pembahasan
permasalahan, penggunaan bahasa baku, tata tulis ilmiah, dan prinsip-prinsip
keilmuan lainnya seperti objektivitas, logika, empiris, kelugasan, kejelasan,
dan konsistensi.

1
Chatterjee, A. (2017). Chapter B - Information Sources. In A. Chatterjee (Ed.), Elements of Information
Organization and Dissemination (pp. 9–45). Chandos Publishing. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/B978-0-
08-102025-8.00002-8
 Menurut Brotowijoyo (2002), artikel ilmiah merupakan bagian dari karya
ilmiah yang menyajikan fakta umum dan ditulis dengan menggunakan
metodologi penulisan yang baik dan benar.
 Suyitno (2011) mendefinisikan artikel ilmiah sebagai karya tulis yang
dirancang untuk dimuat di jurnal atau buku kumpulan artikel. Artikel ini
ditulis dengan mengikuti tata cara ilmiah yang sesuai dengan konvensi ilmiah
yang berlaku.2

Karakteristik dari sebuah artikel ilmiah dapat diidentifikasi sebagai berikut:


1. Artikel ilmiah mengemukakan suatu permasalahan yang perlu diteliti dan dipecahkan.
Proses penulisan dimulai dengan latar belakang yang menjelaskan mengapa
permasalahan tersebut layak dan menarik untuk diteliti. Selanjutnya, penulis artikel
ilmiah bertanggung jawab untuk menemukan pemecahan atau solusi melalui
serangkaian penelitian berdasarkan metode tertentu.
2. Karena sifatnya yang saintifik, penulisan artikel ilmiah harus didukung oleh bukti-
bukti berupa data dan fakta. Keakuratan data dan fakta tersebut menjadi dasar untuk
melakukan penelitian lebih lanjut, dan hasil penelitian yang didukung oleh informasi
yang akurat dapat diterima secara lebih luas.
3. Penulisan dalam artikel ilmiah harus bersifat objektif. Seiring dengan proses
penelitian, output dari artikel harus merujuk pada hasil riset tersebut. Tidak
diperkenankan adanya opini pribadi tanpa didasarkan pada data atau bukti yang valid,
karena hal ini dapat mengurangi nilai saintifik dari artikel tersebut.
4. Penulisan artikel ilmiah tidak hanya mengandalkan data dan fakta, tetapi juga
memerlukan eksekusi yang sistematis. Struktur penyusunan artikel ilmiah harus
memperhatikan langkah-langkah yang jelas, seperti pendahuluan, metode penelitian,
pembahasan atau diskusi, hingga kesimpulan. Hal ini bertujuan agar pembaca dapat
dengan mudah memahami informasi yang disampaikan.
5. Penggunaan bahasa formal menjadi elemen kunci dalam penulisan artikel ilmiah.
Bahasa formal digunakan untuk menjaga objektivitas dan logika informasi di
dalamnya. Penggunaan bahasa yang padat, berisi, dan lugas juga menjadi penting
untuk menghindari ambiguitas atau multitafsir.3

2
Effendi, E., Alfina, S., Fahira Mutahar, L., Chaerona, A., Lubis, R., & Nanda, A. (2022). Stuktur Menulis Artikel
Ilmiah. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 3(2), 281–286. https://ummaspul.e-journal.id/JENFOL/article/view/4913
3
Ibid
Gambar 1. Contoh Artikel Jurnal Ilmiah

2) Skripsi atau Tesis


Skripsi adalah sebuah tulisan yang dihasilkan oleh mahasiswa sarjana pada tahap
akhir studinya, berdasarkan kaidah penelitian dan standar tertentu. Ini merupakan
paparan hasil penelitian dalam bidang ilmu tertentu, khususnya pada jenjang Strata 1
(S1). Skripsi membahas permasalahan atau fenomena ilmiah dengan menggunakan
metode penelitian yang berlaku. Di tingkat yang sama, mahasiswa diploma IV (D4)
juga menghasilkan tulisan ilmiah pada akhir studinya, yang secara esensial sama
dengan skripsi namun mengikuti kaidah penelitian yang sesuai dengan vokasi atau
berbeda dengan kaidah penelitian S1.
Tesis, di sisi lain, adalah suatu tulisan yang dihasilkan oleh mahasiswa
paskasarjana pada jenjang magister (Strata 2 (S2)) atau Spesialis 1 (Sp1). Tesis
merupakan paparan hasil penelitian pada tingkat S2/Sp1 yang mencerminkan
kemampuan mahasiswa tersebut dalam mengelola riset dan pengembangan. Tesis
bertujuan untuk memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi masyarakat dan dunia
keilmuan secara lebih mendalam. Dalam konteks ini, tesis lebih menitikberatkan pada
keterampilan pengelolaan riset dan pengembangan pengetahuan yang lebih tinggi.4
Karakteristik skripsi secara keseluruhan melibatkan ketidaksubjektifan, ketiadaan
terkaan, ketidakadaan kebohongan, ketidakbersifatan emosional, ketidakmengejar
keuntungan, ketidakargumentatif, ketidakpersuasif, dan ketidakmelebih-lebihkan
suatu hal tanpa adanya data pendukung.5
Tesis, mengikuti teori Moeliono dan pendekatan linguistik sistemik fungsional
(LSF), memiliki ciri-ciri sederhana dalam struktur kalimat, padat informasi dengan
pemanfaatan nominalisasi, bersifat objektif dengan menggunakan proses relasional
identifikatif dan atributif, serta logis melalui penggunaan kalimat pasif. Tesis juga
mencerminkan penerapan model pembelajaran penemuan dalam menulis teks

4
Nasution, M. (2017). Karya Ilmiah. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.21345.81769/1
5
Hamid, F. (2016). Motif Pemilihan Metode Penelitian Dalam Penyusunan Skripsi (Studi Pada Mahasiswa Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta). Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Sosial, Vol. 5(3), 280–289.
https://www.neliti.com/id/publications/237521/motif-pemilihan-metode-penelitian-dalam-penyusunan-skripsi-
studi-pada-mahasiswa
eksposisi, dengan hasil analisis data yang melibatkan teknik analisis statistik
deskriptif dan inferensial.6

Gambar 2. Contoh Skripsi

3) Laporan Penelitian
Sebuah tulisan yang mengikuti format tertentu, berperan sebagai laporan evaluasi
terhadap suatu kelompok literatur atau hasil kegiatan ilmiah, seperti seminar,
simposium, bengkel, konferensi, kongres, atau studi banding. Tulisan ini disusun
sesuai dengan panduan atau Standar Operasional Prosedur (SOP).7
Laporan penelitian memiliki ciri-ciri khas keilmuan. Dardjowidjojo (1988)
merinci ciri-ciri laras bahasa keilmuan sebagai berikut: (1) wujud bahasa yang harus
lengkap, dengan afiksasi yang menjadi wajib dalam bahasa ilmiah, (2) penggunaan
kosakata yang utuh, (3) penerapan tanda baca yang tepat, (4) kepadatan isi daripada
kepadatan kata-kata, (5) ketepatan ungkapan dan kejelasan arti, (6) penggunaan
bahasa yang bersifat abstrak, (7) prevalensi kalimat pasif untuk menekankan
peristiwa, dan (8) kelengkapan unsur kalimat seperti subjek dan predikat.
Brotowidjoyo (1985), sementara itu, mengidentifikasi ciri-ciri karangan ilmiah
sebagai (1) objektif, (2) cermat dan tepat, (3) sistematis, dan (4) tidak bersifat
emosional.8

6
Sohora. (2013). Analisis Ciri Keilmiahan Tesis Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs, UNM
2015 (Pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional). PROSIDING SEMNAS KBSP V, 2015.
http://hdl.handle.net/11617/9907
7
Nasution, M. (2017). Karya Ilmiah. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.21345.81769/1
8
Slameto. (2016). Penulisan Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 6(2), 46–57. https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2016.v6.i2.p46-57
Gambar 3. Contoh Laporan Penelitian

4) Wawancara
Wawancara merupakan suatu situasi langsung antara pewawancara dan
responden, bertujuan untuk menggali informasi yang diinginkan dengan maksimal
objektivitas dan efisiensi tinggi (Singh, 2002). Menurut Steward & Cash (1982),
wawancara adalah proses komunikasi dua arah yang memiliki tujuan spesifik, bersifat
serius, dan dirancang untuk menciptakan interaksi melalui pertanyaan dan jawaban.
Singh (2002) membedakan dua jenis wawancara, yaitu formal dan informal.
Wawancara formal, atau yang juga dikenal sebagai wawancara terstruktur, adalah
prosedur sistematis di mana sejumlah pertanyaan disusun dan diajukan secara
berurutan oleh pewawancara, dengan jawabannya direkam dalam format standar.
Sebaliknya, wawancara informal tidak melibatkan persiapan pertanyaan sebelumnya,
tidak ada urutan khusus pertanyaan, dan pewawancara memiliki kekuasaan penuh
untuk menentukan pertanyaan sesuai dengan poin-poin kunci. Wawancara formal
memiliki kelebihan dalam validitas yang tinggi, tetapi juga memiliki kelemahan
berupa biaya dan waktu yang besar, serta validitas yang cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan metode lain seperti analisis biodata atau tes psikologis
terstandardisasi (Guilford, dalam Singh, 2002). Di sisi lain, kelebihan wawancara
informal terletak pada fleksibilitasnya dalam pengumpulan data, memungkinkan
pewawancara untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Namun,
wawancara informal juga memiliki kelemahan, termasuk potensi pengaruh pribadi
dan bias yang lebih besar, serta kesulitan dalam mengkuantifikasi dan menganalisis
data yang diperoleh.9
Terdapat beberapa jenis wawancara yang umum digunakan dalam penelitian,
masing-masing dengan karakteristiknya sendiri10:
Wawancara Tidak Terstruktur (Narrative Interviews) memiliki pemahaman topik
penelitian yang tidak diketahui sebelumnya. Penelitian ini bersifat induktif, di mana
investigator belajar tentang fenomena selama wawancara. Pertanyaan tidak
9
Hakim, L. N. (2013). Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit. Aspirasi, 4(2), 166–172.
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/501
10
Bastian, I., Winardi, R., & Fatmawati, D. (2018). Metoda Wawancara.
direncanakan sebelumnya, dan respon cenderung panjang dengan sedikit interupsi.
Sampel dalam wawancara tidak terstruktur tidak selalu terdefinisi dengan jelas, dan
ukuran sampelnya bergantung pada ruang lingkup dan kompleksitas fenomena.
Analisis data dilakukan bersamaan dengan wawancara, dan formatnya dapat berupa
pertemuan tatap muka, panggilan video, telepon, atau email.
Wawancara Terpandu (Guided Interviews) memiliki pemahaman topik penelitian
yang sebagian diketahui sebelumnya. Seperti wawancara tidak terstruktur, penelitian
ini bersifat induktif. Pendekatan investigator melibatkan pemandu arah wawancara
melalui pertanyaan umum yang tidak terinci. Pertanyaan umum tersebut
dikembangkan selama proses. Respon lebih terstruktur, dengan pewawancara
membimbing 'tanggapan panjang'. Sampel dan ukuran sampel dapat teridentifikasi
dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Analisis data seringkali dilakukan
bersamaan dengan wawancara, dan formatnya dapat berupa pertemuan tatap muka,
panggilan video, telepon, atau email.
Wawancara Kelompok Fokus (Focus Group Interviews) menghasilkan
pemahaman sebagian tentang topik penelitian. Pendekatan induktif umumnya
digunakan, dengan diskusi antara peserta dan fasilitator untuk memandu berbagai
perspektif. Pertanyaan dan pertanyaan terusan direncanakan sebelumnya. Respon
bersifat diskusi kelompok. Sampel dan ukuran sampel dapat diidentifikasi sesuai
kebutuhan penelitian. Analisis data dilakukan pada akhir pengumpulan data, dan
formatnya dapat berupa pertemuan tatap muka atau panggilan video.
Wawancara Semiterstruktur (Semistructured Interviews) memiliki pemahaman
yang lebih jelas tentang topik penelitian. Arah penelitian bisa deduktif atau induktif.
Pendekatan investigator melibatkan pewawancara yang tahu pertanyaan yang perlu
ditanyakan sebelumnya. Pertanyaan dan pertanyaan terusan direncanakan
sebelumnya, tetapi respon bersifat lebih terbuka. Sampel dan ukuran sampel dapat
diidentifikasi sesuai kebutuhan penelitian. Analisis data dilakukan pada akhir
pengumpulan data, dan formatnya dapat berupa pertemuan tatap muka, panggilan
video, telepon, atau email.
Kuesioner Kuantitatif (Closed-Ended Quantitative Questionnaires) memiliki
pemahaman yang jelas tentang topik penelitian dan menggunakan pendekatan
deduktif. Pertanyaan dan pilihan jawaban dikembangkan sebelumnya. Respon terdiri
dari pemilihan jawaban yang sama. Sampel dipilih secara acak dari populasi yang
telah ditentukan, dengan ukuran sampel ditentukan oleh jumlah pertanyaan. Analisis
data dilakukan pada akhir pengumpulan data, dan formatnya bisa berupa kuesioner
online atau kertas.
Gambar 4. Contoh Wawancara

5) Observasi
Adler & Adler (1987: 389) menjelaskan bahwa observasi adalah salah satu
landasan pokok dari semua metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif,
terutama dalam ilmu sosial dan perilaku manusia. Observasi dianggap sebagai fondasi
utama dalam metode etnografi, dijuluki sebagai "andalan perusahaan etnografi"
(Werner & Schoepfle, 1987: 257). Artinya, observasi merupakan proses pengamatan
sistematis terhadap aktivitas manusia dan pengaturan fisik, yang terus-menerus
dilakukan dari lokus aktivitas yang bersifat alami untuk menghasilkan fakta. Oleh
karena itu, observasi menjadi bagian integral dari penelitian lapangan etnografi. Hadi
(1986: 32) mendefinisikan observasi sebagai proses kompleks yang melibatkan
berbagai proses biologis dan psikologis, termasuk pengamatan, persepsi, dan ingatan.
Morris (1973: 906) mengartikan observasi sebagai kegiatan mencatat gejala dengan
menggunakan instrumen dan merekamnya untuk tujuan ilmiah atau tujuan lain.
Observasi dijelaskan sebagai kumpulan impresi tentang dunia sekitar berdasarkan
kemampuan panca indera manusia. Menurut Weick (1976: 253), Selltiz, Wrightsman,
dan Cook (1976: 253), Kriyantono (2006: 110-111), dan Bungin (2011: 121),
observasi adalah suatu proses yang melibatkan pemilihan, pengubahan, pencatatan,
dan pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkaitan dengan organisme
in situ sesuai dengan tujuan empiris. Weick (1976: 253) lebih mendalam dengan
menyebutkan bahwa observasi tidak hanya melibatkan prinsip kerja sederhana, tetapi
memiliki karakteristik yang kompleks. Terdapat tujuh karakteristik dalam kegiatan
observasi, yang kemudian menjadi tahapan proses observasi, melibatkan pemilihan
(selection), pengubahan (provocation), pencatatan (recording), dan pengkodean
(encoding), serta rangkaian perilaku dan suasana (tests of behavior setting) di situ,
semuanya dilakukan untuk tujuan empiris.11
Jenis observasi sangat bervariasi, dan ahli memiliki pandangan berbeda tentang
klasifikasinya. Lull (1982: 401) menggolongkan observasi berdasarkan keterlibatan
peneliti menjadi participant observation dan non-participant observation. Williems
(1982: 137) dan Young (1975: 59) mengusulkan pengelompokan berdasarkan struktur
observasi, yaitu observasi terstruktur dan observasi tak terstruktur. Bungin (2011:
11
Hasanah, H. (2017). TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-
ilmu Sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21–46. https://doi.org/10.21580/at.v8i1.1163
120) membagi observasi menjadi tiga jenis: observasi partisipasi, observasi tidak
terstruktur, dan observasi kelompok. Babbie (1998: 230) membagi observasi
berdasarkan modelnya, mencakup eksperimen, penelitian survei, penelitian lapangan,
observasi yang tidak mengubah perilaku subjek (unobtrusive), dan penelitian
evaluatif. Setiap model memiliki karakteristik yang berbeda, dan peneliti perlu
mempertimbangkan topik, situasi, dan kondisi untuk memilih model observasi yang
sesuai. Baskoro (2009) mengidentifikasi beberapa bentuk observasi, termasuk
observasi sistematis, unsystematic, eksperimental, natural, partisipan, non-partisipan,
unobtrusive, obtrusive, formal, dan informal. Observasi sistematis, juga dikenal
sebagai observasi terstruktur, melibatkan pengamatan faktor-faktor khusus dengan
penekanan pada frekuensi dan interval waktu tertentu. Observasi unsystematic
dilakukan tanpa persiapan sistematis sebelumnya. Observasi eksperimental
melibatkan pengendalian unsur-unsur penting dalam situasi untuk mengevaluasi
pengaruhnya terhadap perilaku subjek. Observasi natural dilakukan dalam lingkungan
alamiah subjek tanpa upaya kontrol atau manipulasi terencana terhadap perilaku
subjek.
Observasi partisipan melibatkan peneliti yang turut serta dalam kehidupan subjek,
sementara observasi non-partisipan dilakukan tanpa keterlibatan langsung peneliti.
Observasi unobtrusive, juga dikenal sebagai unobtrusive measures atau metode non-
reactive, tidak mengubah perilaku alami subjek. Observasi formal memiliki struktur
yang tinggi, sementara observasi informal lebih longgar dalam kontrol dan
terstruktur, sering disebut sebagai naturalistic observation. Observasi dapat pula
dibagi berdasarkan peran observer menjadi partisipan dan non-partisipan, serta
berdasarkan situasi menjadi free situation, manipulated situation, dan partially
controlled situation. Berdasarkan sifatnya, observasi dapat sistematis atau non
sistematis.12

2. Sumber Informasi Sekunder


Sumber informasi sekunder berisi "bahan yang berasal dari atau merujuk pada
sumber primer, diorganisir dan disusun sesuai rencana tertentu. Sumber sekunder
berurusan dengan hasil dari pemrosesan analitis informasi yang terkandung dalam
sumber primer. Secara alamiah, sumber ini lebih sering tersedia secara luas daripada
sumber primer. Dengan menyusun ulang dan memproses ulang informasi dari literatur
primer, sumber sekunder bukan hanya penyimpanan data yang dicerna tetapi juga tanda
kunci bibliografi untuk sumber primer". Karakteristik utama dari sumber informasi
sekunder adalah13:
 Sumber informasi sekunder menggambarkan, menjelaskan, menganalisis, atau
mengevaluasi isi sumber informasi primer.

12
Ibid
13
Chatterjee, A. (2017). Chapter B - Information Sources. In A. Chatterjee (Ed.), Elements of Information
Organization and Dissemination (pp. 9–45). Chandos Publishing. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/B978-0-
08-102025-8.00002-8
 Sumber-sumber ini membahas atau mengkritik bukti, justifikasi, atau alasan yang
diberikan dalam sumber informasi primer.
 Sumber-sumber ini menyusun ulang atau memproses ulang isi sumber primer
sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Berikut adalah beberapa contoh sumber informasi sekunder beserta penjelasannya:


1) Artikel Surat Kabar
Surat kabar atau koran, secara leksikal, merujuk pada lembaran-lembaran kertas
yang berisikan berita dan informasi lainnya, terorganisir dalam kolom-kolom, dan
diterbitkan secara harian atau secara periodik. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 40 tahun 1999 tentang pers, surat kabar diakui sebagai instrumen
Pers Nasional, berfungsi sebagai lembaga sosial dan sarana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik. Kegiatan tersebut mencakup pencarian, perolehan,
kepemilikan, penyuntingan, pengolahan, dan penyampaian informasi dalam bentuk
tulisan menggunakan media cetak yang tersedia.
Surat kabar memiliki ciri-ciri penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, sering
kali dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran. Kontennya
mencakup berita-berita terkini dalam berbagai topik, termasuk politik, kriminalitas,
olahraga, dan tajuk rencana. Selain itu, surat kabar sering menyertakan kartun, teka-
teki silang, dan hiburan lainnya. Beberapa surat kabar dikembangkan untuk fokus
pada bidang-bidang tertentu. Jenis surat kabar umumnya diterbitkan setiap hari,
kecuali pada hari-hari libur. Terdapat pula surat kabar sore yang umum di beberapa
negara, serta surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan memiliki tingkat
prestise yang lebih rendah dibandingkan surat kabar harian, dengan kontennya
cenderung bersifat hiburan.14
Secara umum, karakteristik pers, baik dalam bentuk cetak maupun elektronik,
mencakup proses komunikasi yang bersifat satu arah, dengan komunikator yang
melembaga, pesan yang bersifat umum, dan media yang menciptakan keserempakan,
sementara audiensnya bersifat heterogen. Terdapat perbedaan khas antara media cetak
dan elektronik. Pertama, pesan media massa elektronik hanya diterima oleh audiens
secara sekilas, memerlukan audiens untuk selalu berada di depan pesawat, sedangkan
pesan media cetak dapat dikaji ulang dan disimpan untuk dibaca pada kesempatan
berikutnya. Kedua, pesan media elektronik harus mudah dicerna, sedangkan pesan
media cetak dapat memiliki tingkat ketelitian dan keilmuan yang lebih tinggi. Ketiga,
media cetak sering menampilkan polemik pemikiran yang panjang, sedangkan media
elektronik cenderung tidak memiliki hal tersebut. Keempat, media cetak memiliki
daya persuasi yang lebih tinggi karena lebih ditujukan kepada rasio atau pikiran,
sedangkan media elektronik lebih fokus pada perasaan. Khususnya untuk surat kabar,
14
Nasriah, S. T. (2013). Surat Kabar Sebagai Media Dakwah. Jurnal Dakwah Tabligh, 13(2), 161–176.
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/30
karakteristiknya dapat dilihat dari beberapa ciri. Pertama, surat kabar bersifat publik,
ditujukan untuk umum, sehingga berita, tajuk, dan artikel harus relevan dengan
kepentingan umum. Kedua, surat kabar bersifat universal, mencakup berbagai berita
dari seluruh dunia dan segala aspek kehidupan manusia. Ketiga, surat kabar harus
memiliki aktualitas, dengan kecepatan dalam menyampaikan laporan mengenai
kejadian di masyarakat kepada khalayak. Keempat, surat kabar harus terbit secara
periodik dan teratur. Selain karakteristik tersebut, surat kabar juga memiliki sifat-sifat
tertentu. Pertama, surat kabar dapat direkam, artinya berita-berita yang disiarkan
tersusun secara terstruktur, bisa dibaca setiap saat, dijadikan dokumentasi, dan
digunakan sebagai bukti. Kedua, surat kabar dapat membangkitkan perangkat mental
pembaca, karena berita-berita dikomunikasikan dengan huruf-huruf yang tercetak di
atas kertas. Pembaca perlu menggunakan perangkat mental secara aktif untuk
mengerti makna pesan. Ketiga, pesan surat kabar menyangkut kebutuhan komunikan,
dimana pesan dirancang untuk menarik perhatian pembaca dengan menggunakan
tanda-tanda yang terkait dengan pengalaman yang sama, membangkitkan kebutuhan
pribadi pembaca, dan memberikan jalan untuk membangkitkan respon. Keempat,
surat kabar memiliki efek sesuai dengan tujuan yang dirumuskan, memberikan
informasi agar pembaca tahu, mengubah sikap dan perilaku pembaca, serta
meningkatkan intelektualitas pembaca.15

Gambar 5. Contoh artikel surat kabar

2) Biografi
Biografi merupakan suatu gambaran mendalam mengenai kehidupan seseorang,
baik itu yang telah meninggal maupun yang masih hidup (Dukes, 2022). Filli (2022)
mendefinisikan biografi sebagai karya tulis yang menjelajahi kehidupan individu
melalui suatu narasi. Lebih dari sekadar menyajikan fakta dasar seperti tempat dan
tanggal lahir, latar budaya, pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, dan bahkan
kematian apabila subjek telah meninggal, biografi menciptakan gambaran mendalam
15
Nasriah, S. T. (2013). Surat Kabar Sebagai Media Dakwah. Jurnal Dakwah Tabligh, 13(2), 161–176.
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/302
mengenai pengalaman hidup seseorang, khususnya peristiwa-peristiwa yang memiliki
dampak relatif panjang atau bahkan mengubah fase kehidupan. Penting untuk dicatat
bahwa biografi tidak hanya sekadar profil atau curriculum vitae (CV) seseorang;
sebaliknya, biografi menawarkan narasi lengkap tentang kehidupan subjek, menyoroti
berbagai aspek, termasuk detail pengalaman yang sangat pribadi, dan mungkin
melibatkan analisis mendalam terhadap kepribadian subjek.16
Berdasarkan analisis atas beberapa penelitian mengenai ciri-ciri biografi tokoh,
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama, yaitu ciri berdasarkan tokoh dan
ciri berdasarkan bentuk biografi. Ciri berdasarkan tokoh melibatkan aspek karakter,
keagamaan, karya atau jasa, eksistensi, dan keahlian tokoh. Dalam konteks karakter,
tokoh dapat dicirikan oleh sifat-sifat seperti toleran, rendah hati, visioner, bersosial,
berwawasan luas, sederhana, adil, kerja keras, dan nasionalis. Eksistensi tokoh diukur
berdasarkan tingkat ketenaran, baik di tingkat dunia, masyarakat umum, maupun
kedekatan dengan berbagai lapisan masyarakat. Sementara itu, dalam konteks
keagamaan, ciri tokoh dapat tercermin melalui sikap tidak fanatik, penghargaan
terhadap keanekaragaman budaya dan agama. Aspek karya atau jasa mencakup peran
tokoh sebagai pejuang nasional, pejuang hak rakyat, pencipta inovasi, pejuang hak
wanita, pelindung budaya, dan perubahan masyarakat. Terakhir, keahlian tokoh
mencakup peran sebagai motivator, anggota dewan, pahlawan, tokoh agama, tokoh
budaya, atau ahli dalam bidang tertentu. Dalam kategori ciri berdasarkan bentuk
biografi, aspek ini melibatkan isi biografi, jenis biografi, bahasa, dan asal biografi. Isi
biografi mencakup elemen-elemen seperti penghargaan terhadap agama lain, serta
penulisan pandangan tokoh beserta aktivitasnya. Dalam hal bahasa, kriteria
keterbacaan yang baik menjadi pertimbangan penting. Jenis biografi dapat berupa
testimoni, biografi dalam bentuk buku, biografi faktual, atau otobiografi, yang bisa
diperoleh dari media cetak maupun elektronik. Asal biografi melibatkan tokoh dari
berbagai belahan dunia.17

Gambar 6. Contoh Biografi

16
Sayono, J. (2022). BIOGRAFI DAN STUDI TOKOH SEJARAH. Sejarah Dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, Dan
Pengajarannya, 16(2), 415–426. https://doi.org/10.17977/um020v16i22022p415-426
17
Darliyah, Cahyani, I., & Idris, N. S. (2020). Kajian Teks Biografi Sebagai Bahan Biblioterapi. Seminar International
Riksa Bahasa XIII. http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
3) Tinjauan Literatur
Dalam upaya penyusunan proyek penelitian, penulis perlu merinci sebuah
literature review atau kajian literatur dalam bahasa Inggris. Kajian literatur
merupakan tahap awal dan krusial dalam perencanaan penelitian. Ini melibatkan
eksplorasi dan penelitian kepustakaan melalui membaca berbagai buku, jurnal, dan
publikasi lain yang terkait dengan topik penelitian, dengan tujuan menghasilkan
tulisan yang berkaitan dengan isu atau topik tertentu. Dalam melakukan kajian
literatur di perpustakaan, penulis akan menyelidiki kajian-kajian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh orang lain terkait dengan topik atau isu yang dihadapi. Dalam
konteks kajian literatur untuk tujuan penulisan ilmiah, seperti skripsi, tesis, dan
disertasi, penulis memeriksa literatur yang relevan dengan topik dan masalah
penelitian, melibatkan kajian literatur tentang masyarakat dan wilayah penelitian,
teori-teori yang telah digunakan oleh peneliti lain terkait dengan topik penelitian kita,
serta metode penelitian yang diterapkan dalam kajian tersebut, dan sebagainya
(Neuman 2011, Chapter 5). Setiap proyek penelitian, baik itu untuk menghasilkan
laporan untuk badan, kantor, atau perusahaan tertentu, untuk peningkatan
pengetahuan pribadi mengenai suatu subjek, untuk publikasi dalam sebuah jurnal,
atau untuk mencapai gelar (skripsi, tesis, dan disertasi), pasti akan menggunakan
literatur sebagai referensi atau rujukan. Mencari, memilih, menilai, dan membaca
literatur adalah langkah pertama dalam setiap proyek penelitian (Creswell 2003,
Chapter 2). Pentingnya melakukan kajian literatur didasarkan pada pemahaman
bahwa pengetahuan terus berkembang (berakumulasi), bahwa topik penelitian,
masyarakat, dan wilayah penelitian kita telah menjadi fokus penelitian orang lain
sebelumnya, dan kita dapat memanfaatkan pengalaman dan temuan mereka. Oleh
karena itu, kita tidak menjadi peneliti pertama yang menyelidiki topik, masyarakat,
dan wilayah tersebut (Neuman 2011, Chapter 5).18
Terdapat beberapa karakteristik yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
jenis-jenis literatur. Pertama, berdasarkan lokasi penempatan koleksinya, literatur
dapat dibedakan menjadi dua jenis utama: koleksi umum dan koleksi referensi.
Koleksi umum mencakup berbagai jenis buku yang ditujukan untuk pembaca dewasa
dan biasanya ditempatkan di rak terbuka untuk penggunaan umum. Sementara itu,
koleksi referensi berisi informasi yang secara khusus digunakan untuk menjawab
berbagai pertanyaan dan termasuk kamus, buku pedoman, dan ensiklopedia
(Suwandi, 2017). Kedua, dari segi tingkat kedalaman analisis, literatur dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis: literatur primer, literatur sekunder, dan literatur
tersier. Literatur primer merupakan hasil penelitian yang belum pernah diterbitkan
sebelumnya dan seringkali berisi gagasan dan teori baru dari berbagai disiplin ilmu.
Literatur sekunder merujuk pada karya yang mengutip atau merinci hasil penelitian
primer, sementara literatur tersier menyediakan petunjuk untuk menemukan literatur
sekunder (Suwandi, 2017). Ketiga, berdasarkan sifatnya, literatur dapat dibagi
18
Marzali, A.-. (2017). Menulis Kajian Literatur. ETNOSIA : Jurnal Etnografi Indonesia, 1(2), 27–36.
https://doi.org/10.31947/etnosia.v1i2.1613
menjadi tiga jenis: dokumen tekstual, non-tekstual, dan campuran. Literatur dokumen
tekstual mengandung teks tertulis yang dapat dibaca, sedangkan literatur dokumen
non-tekstual mencakup informasi yang disampaikan dalam bentuk selain teks, seperti
gambar, foto, atau suara. Literatur dokumen campuran adalah kombinasi dari literatur
dokumen tekstual dan non-tekstual, biasanya dibuat setelah kedua jenis literatur
tersebut telah diterbitkan (Suwandi, 2017).19

Gambar 7. Contoh Literature Review

4) Buku Teks
Abdulkarim (2007: 122) dan Tarigan (1993: 13) sepakat dalam membatasi
definisi buku teks sebagai suatu karya yang disusun berdasarkan bidang studi tertentu
yang mengandung ilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang studi terkait. Buku
tersebut dirancang untuk menjadi alat bantu dalam proses pembelajaran atau
pengajaran. Dalam konteks ini, buku teks berperan penting sebagai sarana pengajaran
untuk mentransfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Oleh karena itu,
penyusunan buku teks harus dilakukan dengan cermat dan oleh pakar atau ahli yang
memahami bidang studi tersebut. Menyusul pandangan tersebut, Muslich (2016: 50)
menambahkan dimensi bahwa buku teks adalah karya tulis yang menguraikan materi
dalam bidang studi tertentu secara sistematis. Proses seleksi dilakukan berdasarkan
tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan peserta didik untuk
memastikan kesesuaian dan kesesuaian buku teks dengan kebutuhan pengguna. Ini
mengindikasikan bahwa buku teks perlu melewati proses seleksi agar dapat
diakomodasi oleh guru dan peserta didik, serta memastikan kelayakan untuk
digunakan dan didistribusikan. Pengertian buku teks menurut Peraturan Menteri

19
Nadhifah, K., & Hasan, T. (2022). Tingkat Kemutakhiran Literatur Rujukan Dalam Artikel Ilmiah Pada Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Keperawatan Universitas Riau Publikasi Tahun 2019-2021. Jurnal Gema Pustakawan,
10(1), 20–32. https://doi.org/10.31258/jgp.10.1.20-32
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2016 tentang Buku yang Digunakan
oleh Satuan Pendidikan Pasal 1 ayat (1) juga mencakup ide bahwa buku teks adalah
sumber utama pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti.
Buku teks yang digunakan harus dinyatakan layak oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk digunakan oleh satuan pendidikan, memastikan kualitas dan
keberlanjutan penggunaannya dalam proses pembelajaran.20
Buku teks, sebagai suatu bentuk karya ilmiah, memiliki karakteristik yang
membedakannya dari jenis literatur lainnya. Secara umum, buku teks berfokus pada
konten yang mengandung ilmu pengetahuan, dan penjelasannya bersifat ilmiah.
Dalam penyajiannya, uraian materi didasarkan pada penalaran karya ilmiah, baik
melalui pendekatan induktif, deduktif, maupun kombinasi keduanya. Format buku
teks mengikuti struktur buku ilmiah, mencakup pola penulisan, pengutipan,
pembagian, dan pembahasan. Secara lebih spesifik, ciri-ciri buku teks terletak pada
cara penyusunannya, yang mengacu pada kurikulum pendidikan yang berlaku. Buku
teks menitikberatkan pada tujuan pembelajaran tertentu dan menyajikan materi
pelajaran khusus. Fokusnya adalah aktivitas belajar siswa, sehingga mampu
memberikan bimbingan bagi guru dalam mengajar di kelas. Penyajiannya disesuaikan
dengan perkembangan kognitif siswa dan memiliki kemampuan untuk memunculkan
kreativitas siswa selama proses pembelajaran. Dengan demikian, buku teks bukan
hanya sebagai sumber pengetahuan, tetapi juga sebagai panduan yang efektif dalam
upaya pendidikan.21

Gambar 8. Contoh Buku Teks

5) Majalah
20
Pangestika, D. N., Andayani, & Suhita, R. (2017). Kajian Buku Teks Bahasa Indonesia Tingkat Sekolah Menengah
Pertama. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarannya, 5(2), 31–48.
21
Ibid
Majalah, sebagai bentuk media cetak, menonjolkan ciri khas dengan memiliki
kedalaman isi yang secara substansial berbeda dengan surat kabar. Lebih terperinci
dan mendetail, majalah tidak hanya menyajikan cerita-cerita mengenai berbagai
kejadian, tetapi juga memberikan penekanan pada unsur menghibur dan mendidik.
Majalah memiliki ciri khas sebagai media cetak yang menonjolkan kedalaman isi,
berbeda secara substansial dengan surat kabar, karena menghadirkan informasi yang
lebih rinci dan mendalam dengan fokus pada unsur menghibur dan mendidik, seperti
yang diungkapkan oleh Andrian (1999:3). Ardianto dan Erdinaya (2005:13)
menyajikan beberapa karakteristik khas majalah, di antaranya adalah aspek penyajian
yang lebih mendalam. Karena frekuensi terbitnya yang lebih lambat, para penulis
majalah memiliki waktu yang cukup untuk menganalisis peristiwa, sehingga
informasi yang disajikan dapat dibahas secara lebih mendalam. Analisis beritanya
dapat diandalkan dan didasarkan pada referensi yang relevan dengan peristiwa
tersebut. Selanjutnya, nilai aktualisasi majalah cenderung lebih lama karena rentang
waktu terbitnya juga lebih panjang. Hal ini bertujuan agar pembaca tetap merasa
relevan dengan majalah tersebut. Selain itu, majalah juga dikenal dengan
keberlimpahan gambar atau foto. Dengan jumlah halaman yang lebih banyak, majalah
mampu menampilkan gambar atau foto secara lengkap, dengan ukuran besar, dan
terkadang berwarna. Kualitas kertas yang digunakan dalam majalah juga cenderung
lebih baik. Tidak hanya itu, daya tarik majalah tidak hanya terletak pada kontennya,
melainkan juga pada cover atau sampulnya. Sampul majalah dirancang menarik
dengan menggunakan kertas berkualitas dan warna yang mencolok. Sebagai elemen
pertama yang dilihat pembaca, cover majalah memiliki peran sebagai daya tarik
tersendiri.22

Gambar 9. Contoh Majalah


3. Sumber informasi Tersier
22
Suprihatin, C., & Wahyuningsih, D. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Berupa Majalah Untuk
Meningkatkan Minat Baca Siswa Smp Pada Materi Cahaya. Jurnal Pendidikan IPA, 5(1).
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosfis1/article/view/3776
Sumber-sumber ini "umumnya merupakan kumpulan yang diambil dari sumber-
sumber primer atau sekunder, diorganisir dan disusun sesuai rencana tertentu. Pada
dasarnya, sumber-sumber ini [dimaksudkan] untuk membantu pencari informasi dalam
menggunakan sumber-sumber primer dan sekunder. Salah satu fitur khas dari sumber-
sumber ini adalah bahwa mereka tidak membawa informasi subjek sama sekali".
Karakteristik utama dari sumber-sumber tersier adalah23:
 Sumber-sumber informasi tersier mencantumkan sumber-sumber informasi primer
dan/atau sumber-sumber informasi sekunder; atau
 Sumber-sumber ini menunjukkan bagaimana sumber-sumber informasi sekunder
dapat digunakan atau diakses secara efisien; atau
 Sumber-sumber ini menyusun kembali isi dari sumber-sumber informasi sekunder
secara mudah digunakan.

Berikut adalah beberapa contoh sumber informasi tersier24:


1) Almanak
Buku almanak merupakan referensi yang digunakan untuk memperoleh informasi
terkait daftar hadir, peristiwa, hari-hari penting, serta rangkuman mingguan dan
bulanan dalam suatu tahun atau beberapa tahun tertentu.25
ciri-ciri almanak mencakup kekhasan perhitungannya, informasi tabular yang
disesuaikan dengan kelompok pembacanya, serta penggunaannya untuk keperluan
khusus seperti navigasi atau penanggalan.26

Gambar 10. Almanak

2) Kronologi

23
Chatterjee, A. (2017). Chapter B - Information Sources. In A. Chatterjee (Ed.), Elements of Information
Organization and Dissemination (pp. 9–45). Chandos Publishing. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/B978-0-
08-102025-8.00002-8
24
Endarti, S. (2018). INFORMASI DAN SUMBER INFORMASI BAGI PEMUSTAKA.
https://api.semanticscholar.org/CorpusID:201258559
25
Afrizal. (2019). Mengenal Koleksi Perpustakaan. Jurnal Imam Bonjol : Kajian Ilmu Informasi Dan Perpustakaan,
3(2), 111–116. https://journal.pustakauinib.ac.id/index.php/jib/article/view/52/pdf
26
Soderi, R. K. (2018). Penanggalan Mesir Kuno. Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam Dan Ilmu-Ilmu Berkaitan, 4(2),
242–252. https://doi.org/10.30596/jam.v4i2.2142
Pemikiran kronologis, seperti yang dijelaskan oleh Drake dalam Wiriaatmadja
(2011: 113), merujuk pada kemampuan untuk memahami dan mengorganisir
informasi sejarah berdasarkan urutan waktu. Ini merupakan landasan esensial dalam
berpikir sejarah, memungkinkan identifikasi waktu pada masa lalu, masa sekarang,
dan masa depan. Dengan berpikir kronologis, seseorang dapat menyusun peristiwa-
peristiwa sejarah secara berurutan dan memahami struktur waktu dalam konteks
peristiwa sejarah. Selain itu, berpikir kronologis juga melibatkan kemampuan untuk
mengukur dan memperhitungkan waktu dalam suatu periodisasi sejarah, sehingga
memungkinkan konstruksi yang baik dari rangkaian peristiwa pada satu titik waktu
tertentu.27
Karakteristik kronologi dalam konteks sejarah dan pembelajaran sejarah
melibatkan beberapa aspek penting. Pertama, konsep ini berfokus pada urutan waktu,
menekankan pentingnya memahami peristiwa atau kejadian sesuai dengan waktu
terjadinya. Kedua, kronologi menjadi elemen kunci dalam pembelajaran sejarah
karena membantu siswa melatih keterampilan berpikir kronologis, memungkinkan
mereka untuk memahami dan menganalisis urutan waktu dari peristiwa sejarah.
Selanjutnya, penyajian kronologi dilakukan dengan menggunakan tanggal atau
rentang waktu spesifik, memberikan kerangka waktu yang jelas untuk peristiwa-
peristiwa tersebut. Tidak hanya itu, konsep kronologi juga membantu dalam merekam
dan memahami sejarah dengan menyusun peristiwa-peristiwa tersebut secara
terstruktur. Kemampuan ini menjadi penting dalam mengaitkan dan memahami
hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Selain itu, dalam konteks
penelitian ilmiah, kronologi memiliki peran penting dengan membantu para peneliti
menganalisis dan menginterpretasikan data berdasarkan urutan waktu. Dengan
demikian, karakteristik kronologi tidak hanya menjadi landasan untuk memahami
sejarah tetapi juga merupakan alat yang efektif dalam proses pembelajaran dan
penelitian ilmiah.28

27
Dara, M. C., & Setiawati, E. (2017). PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA TIMELINE TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRONOLOGIS PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMAN 2 METRO. HISTORIA, 5(1), 55–76.
https://doi.org/10.24127/hj.v5i1.733
28
Sukma, P. R., & Ofianto, O. (2023). Pengembangan E-book Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah SMA Untuk
Melatih Keterampilan Berpikir Kronologis. Jurnal Kronologi, 5(1), 267–278. https://doi.org/10.24036/jk.v5i1.638
Gambar 11. Contoh Laporan Kronologi

3) Direktori
Direktori adalah buku yang mengandung informasi berupa petunjuk alamat.
Meskipun sering disebut sebagai buku alamat, direktori tidak hanya memuat daftar
alamat individu atau organisasi. Menurut Yusuf (2009: 419), direktori adalah suatu
senarai nama dan alamat orang, organisasi, prosedur, majalah, dan surat kabar.
Penggunaannya melibatkan penyusunan berdasarkan abjad dan nama objek,
mencakup keterangan mengenai orang, organisasi, alamat kantor, dan aspek
keorganisasian. Direktori dapat berbentuk cetakan fisik atau tersimpan dalam
pangkalan data yang dapat diakses secara daring. Menurut Sinaga (2005: 53),
direktori adalah buku petunjuk yang membantu menemukan informasi seperti nama
orang, alamat, nomor telepon, dan sebagainya. Sumber informasi ini memberikan
keterangan lengkap tentang individu atau organisasi, termasuk alamat, fungsi, afiliasi,
dan informasi penting lainnya. Lasa (2009: 56) mendeskripsikan direktori sebagai
buku yang mencantumkan daftar nama orang, lembaga, organisasi, atau perkumpulan
dengan penyusunan alfabetis atau sistematis. Data pendukung seperti pendidikan,
profesi, dan karir juga dimasukkan. Suwarno (2011: 65) melihat direktori sebagai
buku rujukan yang berisi daftar nama orang, lembaga, badan, atau organisasi dengan
informasi seperti alamat, kegiatan, kode, dan data lainnya, disusun secara alfabetis
atau berdasarkan urutan kode nomor. Prastowo (2012: 127) menjelaskan bahwa
direktori atau buku alamat adalah sumber informasi yang menyajikan cara mudah
menemukan alamat, nomor telepon, dan informasi lainnya tentang individu atau
badan tertentu, diatur berdasarkan urutan abjad nama orang atau badan. Syahyuman
(2012: 3) menyatakan bahwa direktori adalah buku yang berisi acuan atau petunjuk
praktis untuk menemukan alamat, nomor telepon, dan informasi lainnya tentang
individu atau instansi tertentu. Dengan demikian, berdasarkan pandangan para ahli,
dapat disimpulkan bahwa direktori adalah buku panduan yang berfungsi sebagai
sumber informasi, memudahkan pengguna dalam mencari dan menemukan informasi
yang diperlukan.29
Direktori, yang sering kali disebut sebagai buku alamat, memiliki karakteristik
yang melibatkan informasi lebih luas daripada sekadar daftar alamat. Yusuf (2009:
419) menegaskan bahwa walaupun disebut sebagai buku alamat, direktori juga
mencakup informasi beragam yang berkaitan dengan orang atau badan organisasi.
Menurut Sulistyo-Basuki (2004: 63), direktori adalah sebuah senarai nama dan alamat
yang mencakup berbagai entitas seperti orang, organisasi, prosedur, majalah, dan
surat kabar. Kegunaan direktori terbagi dalam berbagai aspek dan dapat disusun
berdasarkan abjad serta nama objek. Selain itu, direktori juga dapat berupa tercetak
atau tersimpan dalam pangkalan data yang dapat diakses secara daring.30

Gambar 12. Contoh Direktori Editorial Team MEV Journal LIPI

4) Buku Kejadian
Log Book adalah suatu buku catatan harian yang digunakan untuk
mendokumentasikan setiap aktivitas dalam proses pembelajaran. Buku ini mencakup
informasi seperti data diri, waktu, dan catatan terperinci tentang berbagai kegiatan.
Secara sederhana, log book dapat disebut sebagai buku catatan harian penelitian.31
Karakteristik log book dapat diuraikan dalam beberapa aspek. Pertama, log book
harus dapat dipercaya, objektif, berguna, dan dapat dimengerti. Kedua, log book
harus meliputi data diri, informasi kompetensi, dan keterangan kluster penelitian.

29
Sari, T. K., & Nurizzati. (2017). Pembuatan Direktori Objek Wisata Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat.
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan, 6(1), 371–380.
https://ejournal.unp.ac.id/index.php/iipk/article/view/8409
30
Sari, T. K., & Nurizzati. (2017). Pembuatan Direktori Objek Wisata Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat.
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan, 6(1), 371–380.
https://ejournal.unp.ac.id/index.php/iipk/article/view/8409
31
Fajar Ramadhan, S., Hardiansyah, B., Iqbal, M., & Priambodo, B. (2021). PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU LABORATORIUM UJI (STUDI KASUS: PT ECOSTAR
LABORATORIES). Jurnal Ilmu Teknik Dan Komputer, 5(2), 256–267.
https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/jitkom/article/view/12054
Selanjutnya, log book mencakup hari, tanggal pencatatan, nama kegiatan, tujuan
kegiatan, uraian kegiatan harian atau mingguan, hasil atau kemajuan, kendala atau
hambatan, kesimpulan, saran, rencana kegiatan selanjutnya, dokumentasi berupa
gambar atau foto, tanda tangan peneliti, dan tanda tangan pengesahan dari reviewer
dan pengelola lembaga penelitian. Materi log book harus mudah terbaca,
mencerminkan kemajuan yang terukur, dan mengontrol kendala lapangan dengan
baik. Pencatatan dapat dilakukan secara vertikal atau horizontal, dengan
menggunakan tulisan tangan untuk menunjukkan akurasi, objektivitas, dan
originalitas log book penelitian.32

Gambar 13. Contoh Logbook

5) Buku Panduan
Buku panduan, menurut Santoso dkk (DKV Adiwarna, 2015: 4), adalah suatu
jenis buku yang memberikan informasi dan petunjuk kepada pembaca dengan
memberikan tuntunan tentang bagaimana melakukan hal-hal yang dijelaskan di
dalamnya. Sementara itu, menurut Effendi (dalam Hidayat Digital Library, 2017),
buku panduan adalah buku yang berisi informasi, petunjuk, dan hal lainnya yang
menjadi panduan bagi pembaca untuk memahami suatu hal secara menyeluruh. Dari
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa buku panduan memiliki fungsi
memberikan informasi berupa petunjuk yang akan membimbing pembaca untuk
memahami suatu topik secara komprehensif.33
Karakteristik Buku Panduan. Beberapa karakteristik tersebut antara lain: (1) teks
dibaca secara linier, (2) memberikan komunikasi satu arah, (3) berbentuk visual statis,
(4) mempertimbangkan prinsip linguistik dan persepsi visual, (5) berpusat pada
peserta didik, dan (6) informasi dapat diorganisir dan restruktur oleh pengguna.34

32
Darmalaksana, W. (2018). Log Book Penelitian: Teknis Pencatatan Input, Proses dan Output. Media Informasi
Penelitian, 1(1).
33
Farisakta, B. T., Narulita, E. T., & Indira, W. (2022). PERANCANGAN BUKU PANDUAN MENGGAMBAR KARAKTER
“NAGA BONBON” SEBAGAI MASKOT STUDIO BONBIN. AMARASI: JURNAL DESAIN KOMUNIKASI VISUAL, 3(02), 143–
151. https://doi.org/10.59997/amarasi.v3i02.1691
34
Najikah, F., & Ismaniati, C. (2018). PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK
TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA. Edcomtech, 3(2), 75–86.
Gambar 14. Contoh buku panduan
6) Bibliografi
Sulistyo Basuki (2004:142) menguraikan bahwa bibliografi adalah daftar
dokumen yang disusun berdasarkan urutan tertentu tanpa membatasi lokasi
penyimpanan dokumen tersebut. Definisi serupa menyebutkan bahwa bibliografi
merupakan daftar artikel majalah, buku, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan
suatu subjek atau beberapa subjek. Penyusunan bibliografi dapat dilakukan
berdasarkan abjad pengarang, judul, subjek, kronologis, atau sistem klasifikasi
tertentu. Menurut Trimo (1997:151), ada tiga jenis bibliografi. Pertama, bibliografi
deskriptif-enumeratif, yang hanya memberikan karakteristik fisik buku dan uraian
singkat tentang isinya. Kedua, bibliografi deskriptif-analitis, yang selain
mencantumkan karakteristik fisik buku, memberikan uraian rinci tentang isi buku
dengan cara yang singkat dan komprehensif. Ketiga, bibliografi deskriptif-analitis,
yang formulasi anotasinya memberikan petunjuk tentang manfaat, jenis pembaca
yang dituju, dan mungkin informasi lainnya.35
Karakteristik bibliografi melibatkan beberapa aspek yang mencerminkan sifat dan
fungsi dari jenis tertentu. Menurut Trimo (1997:151), ada tiga jenis bibliografi.
Pertama, bibliografi deskriptif-enumeratif memberikan karakteristik fisik buku dan
uraian singkat tentang isinya. Kedua, bibliografi deskriptif-analitis, selain
mencantumkan karakteristik fisik buku, memberikan uraian rinci tentang isi buku
secara komprehensif. Ketiga, bibliografi deskriptif-analitis memberikan petunjuk
mengenai kegunaan atau manfaat, jenis atau tingkat pembaca yang dituju, dan
mungkin keterangan-keterangan lainnya.36

35
Mardyisa, E., & Desriyeni, D. (2017). Pembuatan Bibliografi Beranotasi Koleksi Bahan Ajar di Perpustakaan
Politeknik Akademi Teknologi Industri Padang. Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan, 6(1), 270–277.
https://ejournal.unp.ac.id/index.php/iipk/article/view/8399
36
Ibid
Gambar 15. Contoh Bibliografi

DAFTAR PUSTAKA
Chatterjee, A. (2017). Chapter B - Information Sources. In A. Chatterjee (Ed.), Elements of
Information Organization and Dissemination (pp. 9–45). Chandos Publishing.
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102025-8.00002-8
Endarti, S. (2018). INFORMASI DAN SUMBER INFORMASI BAGI PEMUSTAKA.
https://api.semanticscholar.org/CorpusID:201258559
Kusnandar, CMS, S., & Rukmana, E. N. (2023). Inventarisasi Sumber Informasi Dokumenter
dan Non-Dokumenter untuk Dokumentasi Budaya. KABUYUTAN, 1(3).
https://doi.org/10.61296/kabuyutan.v1i3.74
Tucunan, A. A. T., Maitimo, B. I., & Tulungen, I. F. (2022). Hubungan Sumber Informasi
dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Di Provinsi Sulawesi Utara.
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan, 15(4), 373–379.
https://doi.org/10.33860/jik.v15i4.474
Afrizal. (2019). Mengenal Koleksi Perpustakaan. Jurnal Imam Bonjol : Kajian Ilmu Informasi
Dan Perpustakaan, 3(2), 111–116.
Bastian, I., Winardi, R., & Fatmawati, D. (2018). Metoda Wawancara.
Dara, M. C., & Setiawati, E. (2017). PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA TIMELINE
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRONOLOGIS PEMBELAJARAN
SEJARAH DI SMAN 2 METRO. HISTORIA, 5(1), 55–76.
https://doi.org/10.24127/hj.v5i1.733
Darliyah, Cahyani, I., & Idris, N. S. (2020). Kajian Teks Biografi Sebagai Bahan Biblioterapi.
Seminar International Riksa Bahasa XIII.
http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
Darmalaksana, W. (2018). Log Book Penelitian: Teknis Pencatatan Input, Proses dan Output.
Media Informasi Penelitian, 1(1).
Effendi, E., Alfina, S., Fahira Mutahar, L., Chaerona, A., Lubis, R., & Nanda, A. (2022). Stuktur
Menulis Artikel Ilmiah. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 3(2), 281–286.
Fajar Ramadhan, S., Hardiansyah, B., Iqbal, M., & Priambodo, B. (2021). PERANCANGAN
DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN
BAHAN BAKU LABORATORIUM UJI (STUDI KASUS: PT ECOSTAR
LABORATORIES). Jurnal Ilmu Teknik Dan Komputer, 5(2), 256–267.
Farisakta, B. T., Narulita, E. T., & Indira, W. (2022). PERANCANGAN BUKU PANDUAN
MENGGAMBAR KARAKTER “NAGA BONBON” SEBAGAI MASKOT STUDIO
BONBIN. AMARASI: JURNAL DESAIN KOMUNIKASI VISUAL, 3(02), 143–151.
https://doi.org/10.59997/amarasi.v3i02.1691
Hakim, L. N. (2013). Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit. Aspirasi, 4(2),
166–172.
Hamid, F. (2016). Motif Pemilihan Metode Penelitian Dalam Penyusunan Skripsi (Studi Pada
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta). Jurnal Ilmu
Ekonomi Dan Sosial, Vol. 5(3), 280–289.
Hasanah, H. (2017). TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan
Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21–46.
https://doi.org/10.21580/at.v8i1.1163
Mardyisa, E., & Desriyeni, D. (2017). Pembuatan Bibliografi Beranotasi Koleksi Bahan Ajar di
Perpustakaan Politeknik Akademi Teknologi Industri Padang. Ilmu Informasi
Perpustakaan Dan Kearsipan, 6(1), 270–277.
Marzali, A.-. (2017). Menulis Kajian Literatur. ETNOSIA : Jurnal Etnografi Indonesia, 1(2), 27–
36. https://doi.org/10.31947/etnosia.v1i2.1613
Nadhifah, K., & Hasan, T. (2022). Tingkat Kemutakhiran Literatur Rujukan Dalam Artikel
Ilmiah Pada Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keperawatan Universitas Riau
Publikasi Tahun 2019-2021. Jurnal Gema Pustakawan, 10(1), 20–32.
https://doi.org/10.31258/jgp.10.1.20-32
Najikah, F., & Ismaniati, C. (2018). PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN SEBAGAI
SUMBER BELAJAR UNTUK TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA.
Edcomtech, 3(2), 75–86.
Nasriah, S. T. (2013). Surat Kabar Sebagai Media Dakwah. Jurnal Dakwah Tabligh, 13(2), 161–
176.
Nasution, M. (2017). Karya Ilmiah. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.21345.81769/1
Nurdin, N., Musyawarah, I., Nurfitriani, N., & Jalil, A. (2020). Pengaruh Pelayanan Mobile
Banking Terhadap Kepuasan Nasabah (Studi Pada Mahasiswa Perbankan Syariah IAIN
Palu). Jurnal Ilmu Perbankan Dan Keuangan Syariah, 2(1), 87–104.
https://doi.org/10.24239/jipsya.v2i1.24.87-104
Pangestika, D. N., Andayani, & Suhita, R. (2017). Kajian Buku Teks Bahasa Indonesia Tingkat
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan
Pengajarannya, 5(2), 31–48.
Sari, T. K. & Nurizzati. (2017). Pembuatan Direktori Objek Wisata Kabupaten Solok Provinsi
Sumatera Barat. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan, 6(1), 371–380.
Sayono, J. (2022). BIOGRAFI DAN STUDI TOKOH SEJARAH. Sejarah Dan Budaya: Jurnal
Sejarah, Budaya, Dan Pengajarannya, 16(2), 415–426.
https://doi.org/10.17977/um020v16i22022p415-426
Slameto. (2016). Penulisan Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Scholaria : Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(2), 46–57.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2016.v6.i2.p46-57
Soderi, R. K. (2018). Penanggalan Mesir Kuno. Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam Dan Ilmu-
Ilmu Berkaitan, 4(2), 242–252. https://doi.org/10.30596/jam.v4i2.2142
Sohora. (2013). Analisis Ciri Keilmiahan Tesis Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia PPs, UNM 2015 (Pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional). PROSIDING
SEMNAS KBSP V, 2015. http://hdl.handle.net/11617/9907
Sukma, P. R., & Ofianto, O. (2023). Pengembangan E-book Sebagai Sumber Pembelajaran
Sejarah SMA Untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kronologis. Jurnal Kronologi, 5(1),
267–278. https://doi.org/10.24036/jk.v5i1.638
Suprihatin, C., & Wahyuningsih, D. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Berupa
Majalah Untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa Smp Pada Materi Cahaya. Jurnal
Pendidikan IPA, 5(1). https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosfis1/article/view/3776

Anda mungkin juga menyukai