Anda di halaman 1dari 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

EVALUASI KINERJA PENDAMPING PROFESIONAL

I. Pendahuluan

Pendampingan Desa yang dilaksanakan dalam rangka implementasi Undang-undang


Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa akan dinilai kinerjanya secara rutin. Evaluasi kinerja
pendamping Desa profesional merupakan bagian dari rangkaian manajemen
pengelolaan pendampingan Desa. Mengingat kondisi rentang manajemen (span of
management), Kementerian Desa, PDT dan Trans migrasi selaku pemberi kerja melalui
Satker Provinsi tidak dapat secara terus-menerus mengawasi kinerja pendamping
profesional dikarenakan lokasi tugas antara kedua pihak saling berjauhan.

Evaluasi kinerja secara reguler yang dilakukan secara triwulanan merupakan sarana
untuk menilai unjuk kerja pendamping profesional dalam memenuhi tugas dan
tanggung jawabnya. Hasil evaluasi kinerja adalah simpul pendapat pemberi pekerjaan
tentang kelayakan terhadap kontrak kerja pendamping professional untuk
dipertahankan, atau sebagai masukan untuk mengambil langkah koreksi dan perbaikan
implementasi kebijakan.

II. Tujuan

Evalusi kinerja pendamping profesional dilakukan dengan menggunakan data faktual


yang diperoleh dari beberapa sumber agar memberikan hasil penilaian yang objektif.

Evaluasi kinerja ditujukan untuk menilai tingkat pencapaian kinerja, menentukan


kemampuan dan kelayakan yang dicapai sebagai pendamping profesional. Hasil
penilaian kinerja ini diharapkan juga akan memberikan umpan balik (feed back) sebagai
masukan untuk pembimbingan dan peningkatan kapasitas pendamping profesional.

Tujuan penilaian kinerja pendamping profesional, adalah:


1. Menilai kinerja pendamping professional berdasarkan tugas pokok dan fungsinya
(Tupoksi);
2. Menjadi alat ukur peningkatan kinerja dan menjadi bagian dari analisis kebutuhan
pelatihan pendamping;
3. Menjadi alat menegakkan aturan pekerjaan;
4. Menjadi dasar yang objektif untuk mempromosikan pendamping tingkat Desa,
Kecamatan,dan Kabupaten ke jenjang yang lebih tinggi;
5. Menjadi dasar objektif untuk pemberian peringatan, prasyaratAN melanjutkan
kontrak, dan atau pemutusan hubungan kerja (PHK).

III. Mekanisme Evaluasi Kinerja


III.1. Mekanisme

Mekanis mengevaluasi kinerja pendamping professional disusun sebagai berikut:


1. Evaluasi penilaian kinerja dilakukan secara hirarkis dari jenjang pemerintahan
tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, hingga tingkat Pusat (Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi);
2. Pemerintah Kabupaten/Kota melalui BPMD Kabupaten/Kota (atau sebutan lain)
bersama TA Kabupaten bertanggung jawab atas penilaian kinerja terhadap PLD dan
PD dengan memperhatikan masukan dari Camat, Kepala Desa dan masyarakat;

1
3. Pemerintah Provinsi melalui BPMD Provinsi (atau sebutan lain) bersama KPW
Provinsi bertanggung jawab atas penilaian kinerja terhadap TA Kabupaten/Kota
dengan memperhatikan masukan dari SKPD Kabupaten/Kota terkait di masing-
masing wilayah;
4. Satker Pusat melalui KN-P3MD akan melakukan review terhadap rekapitulasi
laporan evaluasi kinerja dan rekomendasi yang disusun oleh pemerintah Provinsi.
Review ini dimaksudkan untuk menghimpun masukan dan pembelajaran (lesson
learned), dan akan menentukan tindak lanjut rekomendasi evaluasi kinerja yang
disampaikan Satker Provinsi.

III.2. Aspek Penilaian

Aspek penilaian dalam evaluasi kinerja pendamping profesional mencakup 4 (empat)


aspek utama yaitu: kinerja pendampingan, kinerja supervisi, kinerja koordinasi, dan
kinerja administrasi.

a. Kinerja Pendampingan
1) Kewajiban Pendampingan
Yang dimaksud dengan kinerja pendampingan adalah unjuk kerja pendamping
profesional dalam bekerja sesuai Tupoksi. Untuk itu, pendampingprofesional
berkewajiban memenuhi pelaksanaan Tupoksi dengan mengacu pada:
 Etika profesi sebagai pendamping profesional;
 Norma kebijakan yang secara substansial terkandung dalam asas-asas Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni, rekognisi, subsidiaritas,
keberagaman, kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah,
demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan dan
keberlanjutan;
 Uraian tugas, yakni paparan tugas teknis penjabaran Tupoksi pendamping
profesional.

2) Indikator Penilaian
Kinerja pendampingan oleh pendamping profesional dinilai berdasarkan
pencapaian output sesuai dengan Tupoksi setiap individu dengan rincian indikator
penilaian sebagai berikut:
 Konsistensi dan ketegasan pendamping profesional menerapkan etika profesi;
 Kemampuan pendamping profesional dalam memfasilitasi pelaksanaan
Undang-undang Nomor 6/2014 tentang Desa dan peraturan pelaksanaannya;
 Kemampuan pendamping profesional untuk memfasilitasi penggunaan data
dalam pengambilan keputusan;
 Kemampuan pendamping profesional untuk menganalisis situasi untuk
mengambil tindakan yang tepat dan memberikan solusi terhadap masalah yang
terjadi.

b. Kinerja Supervisi
1) Kewajiban Supervisi
Yang dimaksud dengan kinerja supervisi adalah unjuk kerja pendamping
profesional dalam bekerja sesuai Tupoksi sebagai Supervisor. Untuk itu,
Pendamping profesional berkewajiban memenuhi pelaksanaan Tupoksi dengan
mengacu pada:

2
 Norma kebijakanyang secara sistematik terkandung dalam asas-asas Undang-
undang Nomor 6/2014 tentang Desa yakni: rekognisi, subsidiaritas,
keberagaman, kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah,
demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan dan
keberlanjutan;
 Uraian tugas,yakni paparan tugas teknis penjabaran Tupoksi pendamping
profesional sebagai supervisor.

2) Indikator Penilaian
Kinerja supervisi oleh pendamping profesional dinilai berdasarkan pencapaian
output sesuai dengan Tupoksi sebagai supervisor untuk setiap individu dengan
rincian indikator penilaian sebagai berikut:
 Kemampuan pendamping profesional dalam melakukan pelatihan dan
peningkatan kapasitas masyarakat;
 Kemampuan pendamping profesional dalam memberikan bimbingan kerja dan
umpan balik;
 Kemampuan pendamping profesional dalam memantau pelaksanaan kegiatan;
 Jumlah kunjungan lapangan dalam rangka supervisi pendampingan.

c. Kinerja Koordinasi
1) Kewajiban Koordinasi
Pendamping profesional berkewajiban untuk berkoordinasi dan bekerja sama
dengan pihak lain seperti; birokrasi, supervisor, sesama pendamping, lembaga lain
dan tokoh masyarakat dalam setiap kegiatan seperti: pendampingan masyarakat,
supervisi, pelatihan, penanganan masalah dan lain-lain.

2) Indikator Penilaian
Pendamping profesional dinilai kinerjanya terkait kualitas koordinasi dan
kerjasama dengan pihak lain berdasarkan indikator penilaian sebagai berikut:
 Kemampuan pendamping profesional dalam kerjasama dengan SKPD
Kabupaten/Kota, Camat, Kepala Desa, pendamping profesional lainnya serta
pemangku kepentingan terkait;
 Kemampuan pendamping profesional memanfaatkan peluang kerjasama dan
koordinasi secara optimal;
 Kemampuan pendamping profesional untuk bekerja secara sistematis dan
terkontrol sesuai estándar pelayanan maupun prosedur kerja sehingga pihak-
pihak yang berkoordinasi dapat bekerja sama secara baik;
 Kemampuan pendamping profesional dalam memfasilitasi kerjasama Desa
dengan SKPD Kabupaten/Kota dan kerjasama Desa dengan pihak lain;
 Kepemimpinan pendamping profesional dalam pengelolaan pekerjaan secara
kolektif.

d. Kinerja Administrasi
1) Kewajiban Administrasi
Pendamping profesional berkewajiban memenuhi tanggung jawab administrasi
yang meliputi:
 Lembar Waktu Kerja (LWK) sebagai bukti kehadiran di lokasi tugas
 Laporan Individu (Rencana dan Realisasi Kegiatan Bulanan)
 Form Kunjungan Lapangan
 Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)
 SPPD dan laporan hasil kunjungan (jika ada kegiatan kunjungan lapangan)

3
 Laporan Kegiatan.

2) Indikator Penilaian
Indikator kinerja administrasi meliputi:
 Kepatuhan pendamping profesional pada standar pelayanan maupun prosedur
kerja;
 Ketaatan dan kedisiplinan dari pendamping profesional dalam menyusun dan
menyampaikan laporan, dokumen dan bukti-bukti administrasi kepada Satker
Provinsi melalui supervisor secara reguler;
 Kemampuan pendamping profesional untuk menyusun laporan, dokumen dan
bukti-bukti administrasi secara benar sesuai dengan format yang berlaku;
 Akurasi pendamping profesional dalam pembuatan laporan, dokumen
administrasi secara lengkap sesuai ketentuan yang ditetapkan;
 Kemampuan pendamping profesional untuk menyampaikan dokumen
administrasi secara cepat dan tepat waktu sesuai jadwal yang ditetapkan.

IV. Siklus Penilaian

Semua tenaga pendamping profesional, baik tingkat desa maupun tingkat pusat akan
dievaluasi kinerjanya dalam periode setiap4 (empat) bulan sekali oleh supervisor yang
membawahinya. Supervisor berkewajiban mengirimkan hasil evaluasi kinerja (dalam
bentuk soft copy dengan format PDF yang sudah ditanda tangani) kepada supervisor
diatasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Camat dengan dibantu koordinator PD mengirimkan rekapitulasi hasil evaluasi
kinerja PLD kepada SKPD Kabupaten/Kota yang menangani pendampingan Desa
melalui Koordinator TA Kabupaten/Kota maksimal tanggal 5 bulan berikutnya dari
setiap periode evaluasi kinerja;
2. SKPD Kabupaten/Kota yang menangani pendampingan Desa dengan dibantu
Koordinator TA Kabupaten/Kota mengirimkan rekapitulasi hasil evaluasi kinerja
PLD dan PD kepada Satker Provinsi melalui TL Provinsi maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dari setiap periode evaluasi kinerja;
3. Satker Provinsi dengan dibantu TL Provinsi menyerahkan rekapitulasi hasil evaluasi
kinerja PLD, PD, TA Kabupaten/Kota kepada Satker Pusat melalui KPW Pusat
dengan tembusan kepada KN-PKMD, maksimal tanggal 15 bulan berikutnya dari
setiap periode evaluasi kinerja;

V. Sistem Evaluasi Kinerja

Cara penilaian kinerja pendamping professional dilakukan dengan menggunakan angket


yang harus diisioleh supervisor dan pejabat yang membidangi pendampingan Desa
sesuai jenjang penugasan para pendamping professional. Angket penilaian kinerja
tersebut mengacu pada indikator penilaian kinerja yang dirumuskan. Angket evaluasi
kinerja menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang hasilnya untuk mengukur capaian
kinerja sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan. Penilai diminta memberikan
angka (kuantitatif) untuk selanjutnya dikonversi dalam nilai kualitatif, sejauh mana
seorang pendamping professional telah melaksanakan tugasnya.

Untuk memastikan apakah kompetensi tersebut tercapai atau tidak, maka setiap
kompetensi dasar (yang masih bersifat umum) akan terdiri dari berbagai macam
indikator kinerja yang disusun untuk mengetahui apakah seorang pendamping

4
profesional memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan. Setiap
pendamping professional akan dinilai oleh supervisor (atasannya) dan oleh BPMD
Kabupaten/Kotamaupun BPMD Provinsi.

Untuk menentukan sejauh mana tugas dilaksanakan, maka pihak penilai memberikan
skor dari angka 1 (satu) sampai angka 5 (lima) untuk setiap indikator yang dinilai.
Definisi skor dijelaskan sebagai berikut:
 5 = kinerja sangat baik
 4 = kinerja baik
 3 = kinerja cukup baik
 2 = kinerja kurang baik (dapat diterima walaupun ada kelemahan)
 1 = kinerja buruk (harus diperbaiki secepatnya)
 X = tidak relevan atau belum saatnya dievaluasi

Dalam memberikan penilaian, supervisor (PD, TA Kabupaten/Kota, TA Provinsidan TL


Provinsi) kemudian menggabungkan nilai-nilai dari semua penilai baik dari unsur
pendamping maupun pihak BPMD Kabupaten/Kotadan BPMD Provinsi dalam satu
tabel (Rekapitulasi Evaluasi Kinerja Kecamatan, Kabupaten/Kota maupun Provinsi).
Hasil penilaian akhir rata-rata akan digunakan untuk menentukan kelayakan
pendamping; misalnya layak untuk dilanjutkan, layak untuk dipromosikan, atau kurang
layak untuk dilanjutkan. Hasil ‘Penilaian Akhir Rata-Rata’ akan berupa nilai “A”
sampai “D”.

NilaiA, B, C, atau Dditentukan dengan skala skor sebagai berikut:


o A = 3,50 s.d. 5,00
o B = 2,50 s.d. 3,49
o C = 1,50 s.d. 2,49
o D = 0,00 s.d. 1,49
o X = tidak relevan atau belum saatnya dievaluasi

Penilaian tingkat pencapaian kinerja akan dilakukan dengan system scoring yang akan
diuraikan penjelasannya pada dokumen Petunjuk Teknis Evaluasi Kinerja. Untuk
menghitung nilai rata-rata, nilai yang dipilih di angket dijumlahkan dan kemudian
dibagi oleh jumlah indikator yang dinilai (kecuali yang diberitanda X).

Mengingat kondisi lapangan yang bervariasi antar Provinsi, Kabupaten/Kota dan lokasi-
lokasi kegiatan, maka pelaksanaan sistem penilaian kinerja ini harus disesuaikan dengan
keadaan daerah masing-masing. Oleh karena itu, panduan ini hanya menguraikan dan
menjelaskan kewajiban dan prosedur dasar yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem
ini. Namun, dalam pelaksanaannya TL Provinsi, TA Provinsi dan para TA
Kabupaten/Kotaserta PD dapat mengatur metode dan jadwal sesuai situasi dan kondisi
di lokasi masing-masing.

VI. Manajemen dan Administrasi Evaluasi Kinerja

Manajemen sistem penilaian ini, dari tingkat Kabupaten/Kota hingga disahkan oleh
Satker Provinsi, menjadi tanggung jawab penuh TA Pengelolaan SDM (HRD) tingkat
Provinsi di bawah pengendalian TL Provinsi. Pengarsipan angket dan rekapitulasi di
kantor TL Provinsi juga menjadi tanggung jawab TA Pengelolaan SDM (HRD) tingkat
Provinsi.

5
Sistem penilaian kinerja ini sangat tergantung pada angket-angket penilaian. Oleh
karena itu angket-angket harus dijaga dan diarsipkan secara rapi agar dapat dipakai
sebagai umpan balik, pembimbingan, analisis kebutuhan pelatihan, promosi
pendamping dan pemberian sanksi. Angket-angket juga akan secara berkala diperiksa
oleh Satker Provinsi dan Tim Audit Konsultan Nasional, Seknas P3MD danSatker
P3MD.

VII. Pihak yang Dinilai

Sistem penilaian kinerja ini akan digunakan untuk menilai para pendamping di tingkat
Desa, Kecamatan, Tenaga Ahli di Kabupaten/Kotadan Provinsi oleh supervisor dan
Satker di masing-masing jenjang. Supervisor yang menjadi atasan langsung
bertanggung jawab atas penilaian pendamping di bawahnya setiap 4 (empat) bulan.

Secara singkat, pihak yang akan dilibatkan untuk menilai setiap pendamping
professional adalah:
a) Pendamping Lokal Desa akan dinilai oleh:
1. PendampingDesa;
2. Camat, dengan masukan dari perwakilan kelompok masyarakat di tingkat Desa.

b) Pendamping Desa akan dinilai oleh:


1. Tenaga Ahli di Kabupaten/Kota (secara kolektif);
2. Camat;
3. SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi pembangunan Desa, dengan
masukan dari perwakilan kelompok masyarakat di tingkat Kecamatan.

c) Tenaga Ahli di Kabupaten/Kota akan dinilai oleh:


1. TL Provinsi;
2. SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi pembangunan Desa;
3. Satker Provinsi yang membidangi pembangunan Desa.

d) Tenaga Ahli di Provinsi akan dinilai oleh:


1. Konsultan Pendamping Wilayah (KPW) Pusat;
2. Satker Provinsi yang membidangi pembangunan Desa;
3. Satker Direktorat PMD Kemendes, PDT dan Transmigrasi.

e) Tenaga Ahli yang berkedudukan di pusat dan semua jajaran di Seknas/Konsultan


Nasional akan dinilai oleh Satker P3MD sesuai dengan tupoksinya masing-masing.

VIII. Penutup

Standar Operasional Prosedur (SOP) evaluasi kinerja pendamping professional ini


merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
sebagai dokumen Pemerintah Republik Indonesia. Dan SOP ini merupakan salah satu
tolak ukur keberhasilan dari pengelolaan program secara umum, oleh karenanya semua
pihak yang berkepentingan harus menggunakan SOP ini dalam melakukan evaluasi
kinerja terhadap pendamping profesional.

Anda mungkin juga menyukai