I. Pendahuluan
Evaluasi kinerja secara reguler yang dilakukan secara triwulanan merupakan sarana
untuk menilai unjuk kerja pendamping profesional dalam memenuhi tugas dan
tanggung jawabnya. Hasil evaluasi kinerja adalah simpul pendapat pemberi pekerjaan
tentang kelayakan terhadap kontrak kerja pendamping professional untuk
dipertahankan, atau sebagai masukan untuk mengambil langkah koreksi dan perbaikan
implementasi kebijakan.
II. Tujuan
1
3. Pemerintah Provinsi melalui BPMD Provinsi (atau sebutan lain) bersama KPW
Provinsi bertanggung jawab atas penilaian kinerja terhadap TA Kabupaten/Kota
dengan memperhatikan masukan dari SKPD Kabupaten/Kota terkait di masing-
masing wilayah;
4. Satker Pusat melalui KN-P3MD akan melakukan review terhadap rekapitulasi
laporan evaluasi kinerja dan rekomendasi yang disusun oleh pemerintah Provinsi.
Review ini dimaksudkan untuk menghimpun masukan dan pembelajaran (lesson
learned), dan akan menentukan tindak lanjut rekomendasi evaluasi kinerja yang
disampaikan Satker Provinsi.
a. Kinerja Pendampingan
1) Kewajiban Pendampingan
Yang dimaksud dengan kinerja pendampingan adalah unjuk kerja pendamping
profesional dalam bekerja sesuai Tupoksi. Untuk itu, pendampingprofesional
berkewajiban memenuhi pelaksanaan Tupoksi dengan mengacu pada:
Etika profesi sebagai pendamping profesional;
Norma kebijakan yang secara substansial terkandung dalam asas-asas Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni, rekognisi, subsidiaritas,
keberagaman, kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah,
demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan dan
keberlanjutan;
Uraian tugas, yakni paparan tugas teknis penjabaran Tupoksi pendamping
profesional.
2) Indikator Penilaian
Kinerja pendampingan oleh pendamping profesional dinilai berdasarkan
pencapaian output sesuai dengan Tupoksi setiap individu dengan rincian indikator
penilaian sebagai berikut:
Konsistensi dan ketegasan pendamping profesional menerapkan etika profesi;
Kemampuan pendamping profesional dalam memfasilitasi pelaksanaan
Undang-undang Nomor 6/2014 tentang Desa dan peraturan pelaksanaannya;
Kemampuan pendamping profesional untuk memfasilitasi penggunaan data
dalam pengambilan keputusan;
Kemampuan pendamping profesional untuk menganalisis situasi untuk
mengambil tindakan yang tepat dan memberikan solusi terhadap masalah yang
terjadi.
b. Kinerja Supervisi
1) Kewajiban Supervisi
Yang dimaksud dengan kinerja supervisi adalah unjuk kerja pendamping
profesional dalam bekerja sesuai Tupoksi sebagai Supervisor. Untuk itu,
Pendamping profesional berkewajiban memenuhi pelaksanaan Tupoksi dengan
mengacu pada:
2
Norma kebijakanyang secara sistematik terkandung dalam asas-asas Undang-
undang Nomor 6/2014 tentang Desa yakni: rekognisi, subsidiaritas,
keberagaman, kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah,
demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan dan
keberlanjutan;
Uraian tugas,yakni paparan tugas teknis penjabaran Tupoksi pendamping
profesional sebagai supervisor.
2) Indikator Penilaian
Kinerja supervisi oleh pendamping profesional dinilai berdasarkan pencapaian
output sesuai dengan Tupoksi sebagai supervisor untuk setiap individu dengan
rincian indikator penilaian sebagai berikut:
Kemampuan pendamping profesional dalam melakukan pelatihan dan
peningkatan kapasitas masyarakat;
Kemampuan pendamping profesional dalam memberikan bimbingan kerja dan
umpan balik;
Kemampuan pendamping profesional dalam memantau pelaksanaan kegiatan;
Jumlah kunjungan lapangan dalam rangka supervisi pendampingan.
c. Kinerja Koordinasi
1) Kewajiban Koordinasi
Pendamping profesional berkewajiban untuk berkoordinasi dan bekerja sama
dengan pihak lain seperti; birokrasi, supervisor, sesama pendamping, lembaga lain
dan tokoh masyarakat dalam setiap kegiatan seperti: pendampingan masyarakat,
supervisi, pelatihan, penanganan masalah dan lain-lain.
2) Indikator Penilaian
Pendamping profesional dinilai kinerjanya terkait kualitas koordinasi dan
kerjasama dengan pihak lain berdasarkan indikator penilaian sebagai berikut:
Kemampuan pendamping profesional dalam kerjasama dengan SKPD
Kabupaten/Kota, Camat, Kepala Desa, pendamping profesional lainnya serta
pemangku kepentingan terkait;
Kemampuan pendamping profesional memanfaatkan peluang kerjasama dan
koordinasi secara optimal;
Kemampuan pendamping profesional untuk bekerja secara sistematis dan
terkontrol sesuai estándar pelayanan maupun prosedur kerja sehingga pihak-
pihak yang berkoordinasi dapat bekerja sama secara baik;
Kemampuan pendamping profesional dalam memfasilitasi kerjasama Desa
dengan SKPD Kabupaten/Kota dan kerjasama Desa dengan pihak lain;
Kepemimpinan pendamping profesional dalam pengelolaan pekerjaan secara
kolektif.
d. Kinerja Administrasi
1) Kewajiban Administrasi
Pendamping profesional berkewajiban memenuhi tanggung jawab administrasi
yang meliputi:
Lembar Waktu Kerja (LWK) sebagai bukti kehadiran di lokasi tugas
Laporan Individu (Rencana dan Realisasi Kegiatan Bulanan)
Form Kunjungan Lapangan
Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)
SPPD dan laporan hasil kunjungan (jika ada kegiatan kunjungan lapangan)
3
Laporan Kegiatan.
2) Indikator Penilaian
Indikator kinerja administrasi meliputi:
Kepatuhan pendamping profesional pada standar pelayanan maupun prosedur
kerja;
Ketaatan dan kedisiplinan dari pendamping profesional dalam menyusun dan
menyampaikan laporan, dokumen dan bukti-bukti administrasi kepada Satker
Provinsi melalui supervisor secara reguler;
Kemampuan pendamping profesional untuk menyusun laporan, dokumen dan
bukti-bukti administrasi secara benar sesuai dengan format yang berlaku;
Akurasi pendamping profesional dalam pembuatan laporan, dokumen
administrasi secara lengkap sesuai ketentuan yang ditetapkan;
Kemampuan pendamping profesional untuk menyampaikan dokumen
administrasi secara cepat dan tepat waktu sesuai jadwal yang ditetapkan.
Semua tenaga pendamping profesional, baik tingkat desa maupun tingkat pusat akan
dievaluasi kinerjanya dalam periode setiap4 (empat) bulan sekali oleh supervisor yang
membawahinya. Supervisor berkewajiban mengirimkan hasil evaluasi kinerja (dalam
bentuk soft copy dengan format PDF yang sudah ditanda tangani) kepada supervisor
diatasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Camat dengan dibantu koordinator PD mengirimkan rekapitulasi hasil evaluasi
kinerja PLD kepada SKPD Kabupaten/Kota yang menangani pendampingan Desa
melalui Koordinator TA Kabupaten/Kota maksimal tanggal 5 bulan berikutnya dari
setiap periode evaluasi kinerja;
2. SKPD Kabupaten/Kota yang menangani pendampingan Desa dengan dibantu
Koordinator TA Kabupaten/Kota mengirimkan rekapitulasi hasil evaluasi kinerja
PLD dan PD kepada Satker Provinsi melalui TL Provinsi maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dari setiap periode evaluasi kinerja;
3. Satker Provinsi dengan dibantu TL Provinsi menyerahkan rekapitulasi hasil evaluasi
kinerja PLD, PD, TA Kabupaten/Kota kepada Satker Pusat melalui KPW Pusat
dengan tembusan kepada KN-PKMD, maksimal tanggal 15 bulan berikutnya dari
setiap periode evaluasi kinerja;
Untuk memastikan apakah kompetensi tersebut tercapai atau tidak, maka setiap
kompetensi dasar (yang masih bersifat umum) akan terdiri dari berbagai macam
indikator kinerja yang disusun untuk mengetahui apakah seorang pendamping
4
profesional memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan. Setiap
pendamping professional akan dinilai oleh supervisor (atasannya) dan oleh BPMD
Kabupaten/Kotamaupun BPMD Provinsi.
Untuk menentukan sejauh mana tugas dilaksanakan, maka pihak penilai memberikan
skor dari angka 1 (satu) sampai angka 5 (lima) untuk setiap indikator yang dinilai.
Definisi skor dijelaskan sebagai berikut:
5 = kinerja sangat baik
4 = kinerja baik
3 = kinerja cukup baik
2 = kinerja kurang baik (dapat diterima walaupun ada kelemahan)
1 = kinerja buruk (harus diperbaiki secepatnya)
X = tidak relevan atau belum saatnya dievaluasi
Penilaian tingkat pencapaian kinerja akan dilakukan dengan system scoring yang akan
diuraikan penjelasannya pada dokumen Petunjuk Teknis Evaluasi Kinerja. Untuk
menghitung nilai rata-rata, nilai yang dipilih di angket dijumlahkan dan kemudian
dibagi oleh jumlah indikator yang dinilai (kecuali yang diberitanda X).
Mengingat kondisi lapangan yang bervariasi antar Provinsi, Kabupaten/Kota dan lokasi-
lokasi kegiatan, maka pelaksanaan sistem penilaian kinerja ini harus disesuaikan dengan
keadaan daerah masing-masing. Oleh karena itu, panduan ini hanya menguraikan dan
menjelaskan kewajiban dan prosedur dasar yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem
ini. Namun, dalam pelaksanaannya TL Provinsi, TA Provinsi dan para TA
Kabupaten/Kotaserta PD dapat mengatur metode dan jadwal sesuai situasi dan kondisi
di lokasi masing-masing.
Manajemen sistem penilaian ini, dari tingkat Kabupaten/Kota hingga disahkan oleh
Satker Provinsi, menjadi tanggung jawab penuh TA Pengelolaan SDM (HRD) tingkat
Provinsi di bawah pengendalian TL Provinsi. Pengarsipan angket dan rekapitulasi di
kantor TL Provinsi juga menjadi tanggung jawab TA Pengelolaan SDM (HRD) tingkat
Provinsi.
5
Sistem penilaian kinerja ini sangat tergantung pada angket-angket penilaian. Oleh
karena itu angket-angket harus dijaga dan diarsipkan secara rapi agar dapat dipakai
sebagai umpan balik, pembimbingan, analisis kebutuhan pelatihan, promosi
pendamping dan pemberian sanksi. Angket-angket juga akan secara berkala diperiksa
oleh Satker Provinsi dan Tim Audit Konsultan Nasional, Seknas P3MD danSatker
P3MD.
Sistem penilaian kinerja ini akan digunakan untuk menilai para pendamping di tingkat
Desa, Kecamatan, Tenaga Ahli di Kabupaten/Kotadan Provinsi oleh supervisor dan
Satker di masing-masing jenjang. Supervisor yang menjadi atasan langsung
bertanggung jawab atas penilaian pendamping di bawahnya setiap 4 (empat) bulan.
Secara singkat, pihak yang akan dilibatkan untuk menilai setiap pendamping
professional adalah:
a) Pendamping Lokal Desa akan dinilai oleh:
1. PendampingDesa;
2. Camat, dengan masukan dari perwakilan kelompok masyarakat di tingkat Desa.
VIII. Penutup