Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANUSIA DALAM BUDAYA MODERN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama

Dosen pengampu: Khairi M.Pd

Disusun oleh: Kelompok 1

1.Sri susilanengsih. 231025378027

2. Muhammad Azmi aziz

3. Imellianti putri. 231025378013

4. Wafil fradinata. 231025378030

5.Muhammad Jefri 231025378019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

STKIP MUHAMMADIYAH

SUNGAI PENUH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "MANUSIA DALAM BUDAYA MODERN
".Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya ilmiah ini.Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ I

DAFTAR ISI......................................................................................................... II

BAB | PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG................................................................................ 1

I.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................... 2

I.3 TUJUAN................................................................................................. 3

BAB || PEMBAHASAN

II.1. KONSEP DAN BUDAYA MODERN..............................................4

II.2. SEJARAH AWAL DAN PERKEMBANGAN MODERN.................5

II.3. KONSEP MANUSIA DALAM AGAMA NASRANI........................6

II.4. IDEOLOGI KAPITALISME DAN SOSIALISME.............................7

II.5. KRISIS KEMANUSIAAN DALAM BUDAYA MODERN................8

BAB ||| PENUTUP

III.1. KESIMPULAN................................................................................... 9

III.2. DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 10

III.3. SARAN..............................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman modern masyarakat telah banyak mengalami perkembangan dalam
kehidupannya, kini masyarakat mulai memasuki era informasi, dimanasemua negara
berusaha agar seluruh pedesaan, lembaga pendidikan, lembagamasyarakat, lembaga
pemerintah dan lain-lain terhubung dalam satu jaringan,sehingga interaksi dalam berbagai
aspek di seluruh dunia dapat dilakukan secaramudah dan cepat melalui telematika.
Perkembangan globalisasi informasi yangdidukung oleh kemajuan teknologi kini telah
mengubah aspek-aspek tradisional masyarakat, sehingga adanya hal tersebut tentu akan
mempermudah masyarakatdalam menjalani kehidupannya. Hal ini terbukti dengan adanya
terobosan baruteknologi informasi yang telah lama melahirkan teknologi informasi
komputeryang canggih yaitu Internasional Networking (Internet). Internet atau International
Networking merupakan hasil dari hubungan teknologi informasi dankomunikasi yang begitu
memukau sehingga telah banyak digunakan oleh orangorang di dunia. Perkembangan
internet dirasa begitu cepat karena banyaknya variasi program di dalamnya sehingga
membuat semua orang terpukau. Program program yang dimiliki internet dinilai multi fungsi,
selain menyediakan informasiyang mendunia, internet juga menyediakan sarana untuk
berkomunikasi secara maya yang dapat dilakukan oleh banyak orang dan bahkan dapat
menciptakan suatu realitas kehidupan baru dalam masyarakat. Perubahan daya guna
internet.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.Apa pengertian dari kebudayaan?


2. Sebutkan sejarah awal perkembangan modern?

3. Apa saja konsep manusia dalam agama Nasrani?

4. Sebutkan pengertian dari beberapa ahli?

5. Sebutkan 2 macam krisis kemanusiaan dalam budaya modern?

1.3 TUJUAN

Untuk mengetahui pengertian konsep dan juga sejarah tentang


perkembangan awal modern.
BAB II

PEMBAHASAN

MANUSIA DALAM BUDAYA MODERN


II.1 KONSEP DAN BUDAYA MODERN

1. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan atau yang disebut peradapan adalah pemahaman yang meliputi


pengetahuan, kepercayaan , seni, moral, hukum, adat istiadat yang diperoleh dari anggota
masyarakat (Taylor 1997). Pendapat umum, kebudayaan adalah sesuatu yang baik dan
berharga dalam kehidupan masyarakat. (Bakker 1984).

Pola tingkah laku mantap yaitu pikiran, perasaan, dan reaksi yang diperoleh dan terutama
diwujudkan oleh simbol-simbol pada pencapaian tersendiri dari kelompok manusia yang
bersifat universal (Kroeber & Klukhon 1950).

Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “budayah / bodhi” yang berarti budi akal
atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal. Budaya dapat dipisahkan sebagai kata
majemuk Budi & Daya yang berupa : cipta , rasa, karsa, karya (Kuncoroningrat 1980)

2. Kebudayaan Modern

a. Kebudayaan Teknologi Modern

Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan
Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat.
Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud
Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin
banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang.Kebudayaan Tekonologis Modern
merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-
penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu
kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan
yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi,
sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta
persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan
teknologi modern dalam 2 pembuatannya.Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif.
Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak
mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal,
Budhis, Islam Modernis atau Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age
dan para normal dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau
kepercayaan mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok
bersifat instumental.

b. Kebudayaan Modern Tiruan


Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut
sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam
lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan,
tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya
kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan
kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).Di lapangan

terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia
buatan: tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng
dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat
terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan
batin.Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan
hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak
menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin
kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan
pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki
diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran.Anak
Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan
karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya
sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan
untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh.

Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu
lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya,
melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah
modern.
II.2. SEJARAH AWAL DAN PERKEMBANGAN MODERN
Zaman modern atau zaman kiwari di mulai pada abad ke 16 1500. Tahun tersebut
ditandai dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi Timur, penemuan Amerika oleh Christopher
Columbus, dimulainya Zeitgeist dan reformasi gereja oleh Martin Luther.

Masa modern ditandai dengan perkembangan pesat di bidang ilmu pengetahuan,


politik, dan teknologi. Dari akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, seni modern, politik, iptek,
dan budaya tak hanya mendominasi Eropa Barat dan Amerika Utara, tetapi juga hampir
setiap jengkal daerah di dunia. Termasuk berbagai macam pemikiran yang pro maupun yang
kontra terhadap dunia Barat. Peperangan brutal dan masalah lain dari masa ini, banyak
diakibatkan dari pertumbuhan yang cepat, dan hubungan antara hilangnya kekuatan norma
agama dan etika tradisional. Hal ini menimbulkan banyak reaksi terhadap perkembangan
modern. Optimisme dan kepercayaan dalam proses yang berjalan di tempat telah dikritik
oleh pascamodernisme sementara dominasi Eropa Barat dan Amerika Utara atas benua lain
telah dikritik oleh teori pascakolonial.

II.3. KOMSEP MANUSIA DALAM AGAMA NASRANI


• Manusia adalah ciptaan yang segambar/serupa

dengan Allah, berarti representasi atau menyerupai Allah.

• Seluruh dunia merupakan penyataan Allah, cermin dan nilai-nilai dan kesempurnaanNya;
dengan cara dan ukurannya masing-masing, setiap makhluk merupakan perwujudan pikiran
Allah. Tetapi diantara semuaciptaan, hanya manusia yang merupakan gambar Allah, sebagai
penyataan tertinggi dan terkaya, sekaligus merupakan kepala dan puncak penciptaan

•Dalam PL, afirmasi yang menonjol khususnya dalamkitab Kejadian adalah tentang gambar
dan rupa Allah yang melekat kepada manusia secara universal.

•Manusia adalah ciptaan tertinggi yang pernah Allah jadikan, penyandang gambar Allah,
yang sedikit lebihrendah dari Allah, dan yang di bawah kakinya semua ciptaan lain telah
ditempatkan.Manusia sebagai makhluk individu, adalah hakikat manusia sebagai makhluk
yang mempunyai keinginan, kebutuhan, dan perasaan yang berbeda dengan manusia
lain.Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain dalam menjalani kehidupannya.
a. Pengertian Manusia menurut Agama Kristen
Pandangan iman Kristen mengenai hakikat manusia berpijak kepada Alkitab,
khususnya dalam Kejadian 1:26-27, yaitu pernyataan Allah disekitar penciptaan alam
semesta dimana manusia termasuk didalamnya. Manusia diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah, dalam hal ini menunjuk pada unsur kesamaan. Dalam kitab Kejadian ada
beberapa prinsip mengenai hakikat manusia, yaitu:

Manusia adalah hasil ciptaan Allah (Kejadian 1:26-27; 2:7) Manusia bukanlah “pletikan”
Allah, jelmaan dari sebagian diri Allah, bukan pula anak dalam arti biologis yang keluar dari
diri Allah. Manusia adalah mahluk yang riil ada, hasil karya dari tangan agung Sang Khalik.
Untuk ini harus dicamkan bahwa manusia bagaimanapun berbeda dengan Allah. Allah
adalah khalik dan manusia adalah hasil karyaNya.

Allah menciptakan manusia tidak seperti Allah menciptakan ciptaanNya yang lain (unik).
Manusia diciptakan dari tanganNya sendiri. Kemudian Allah menghembuskan nafas
kehidupan ke lubang hidung manusia.

Manusia diciptakan melalui sebuah musyawarah dalam diri Allah (Kejadian 1:26-27). Ini bisa
berarti konsekuensi dan risiko menciptakan manusia telah dipertimbangkan.

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Ini menunjuk bahwa manusia adalah
sebuah eksistensi sangat unik dan dahsyat. Dalam hal ini tersimpul hakekat manusia yang
menunjukkan perbedaan yang hakiki dan prinsipal antara ciptaan Allah yang lain. Hal ini juga
menunjukan adanya potensi hubungan intim yang terjalin antara manusia dengan Allah.

b. Pengertian Manusia menurut para Ahli


Filosuf Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia terletak pada budinya yang
memungkinkan untuk menentukan kebenaran dan kebaikan. Plato dan Aristoteles
menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya.Tokoh Dunia Barat melanjutkan
pendapat Plato & Aristoteles tentang hakekat kebaikan manusia yang selanjutnya bergeser
kepandangan humanistik yang menyatakan manusia merupakan kemenyuluruhan dari
segala dimensinya.

(1), Spinoza berpandangan pantheistik menyatakan hakekat manusia sama dengan Tuhan
dan sama pula dengan hakekat alam semesta.

(2), Voltaire mengatakan hakekat manusia sangat sulit untuk diketahui dan butuh waktu
yang sangat panjang untuk mengungkapkannya.

Notonagoro mengatakan manusia pada hakekatnya adalah mahluk mono-dualis yang


merupakan kesatuan dari jiwa dan raga yang tak terpisahkan.Para ahli biologi memandang
hakekat manusia titik beratnya pada segi jasad, jasmani, atau wadag dengan segala
perkembangannya. Pandangan ini dipelopori oleh Darwin dengan teori evolusinya.
II.4. IDEOLOGI KAPITALISME DAN SOSIALISME
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memberikan kebebasan penuh bagi tiap orang
untuk mengendalikan kegiatan ekonomi seperti perdagangan, industri, dan alat-alat
produksi dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Dalam pengertian lain, kapitalisme
merupakan sistem ekonomi di mana semua kegiatan ekonomi dilakukan oleh pihak swasta
dan bukan pemerintah. Di sini, tugas pemerintah hanya sebagai pengawas saja.

Berikut ini beberapa pengertian menurut ahli, Quipperian:

1. Karl Marx

Kapitalisme adalah suatu sistem di mana harga barang dan kebijakan pasar ditentukan oleh
pemilik modal supaya mencapai keuntungan yang maksimal.

2. Adam Smith

Kapitalisme merupakan suatu sistem yang bisa menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat
negara apabila pemerintah tidak mengintervensi kebijakan dan mekanisme pasar.

3. Max Weber

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berlaku pada suatu pasar dan dipacu untuk
menghasilkan keuntungan dengan kegiatan tukar menukar di pasar tersebut.

4. Ir. Soekarno

Kapitalsime ialah suatu sistem sosial dalam masyarakat yang muncul karena cara produksi
yang memisahkan kaum buruh dari alat-alat produksi.

5. J.M. Romein

Kapitalisme ialah sistem ekonomi yang memiliki tujuan untuk mengadakan kegiatan
produksi dengan tujuan menghasilkan keuntungan.

Tokoh Kapitalisme
Kapitalisme biasanya dikaitkan oleh Karl Marx. Namun, sayangnya hal ini tidak tepat,
Quipperian karena ternyata tokoh kapitalisme ialah Adam Smith. Adam Smith merupakan
tokoh ekonomi kapitalis klasik yang mengkritik sistem merkantilisme yang ia anggap kurang
mendukung ekonomi masyarakat pada kala itu.Ia berpendapat bahwa gerakan produksi
harus bergerak sesuai konsep MCM atau modal-comodity-money, yang akan jadi siklus non
stop karena uang berubah jadi modal lagi dan bisa berputar lagi apabila
diinvestasikan.Adam Smith memandang pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan
dari intervensi pemerintah, sehingga pemerintah hanya bertugas sebagai penagwas dari
semua pekerjaan yang dilakukan masyarakat.

II.5.KRISIS KEMANUSIAAN DALAM BUDAYA MODERN


Sesungguhnya istilah modern mengandung makna yang sepenuhnya positif. Substansi
modern adalah kemajuan. Karena itu kemodernan sejalan dengan ajaran Islam; dengan kata
lain, nilai-nilai kemodernan pada dasarnya merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai
Islam. Banyak ayat al-Qur`an dan hadis Nabi saw. yang mendorong agar mencapai kemajuan
dalam kehidupan. Namun dalam perkembangannya, istilah modern menjadi bias makna,
yaitu di satu sisi bermakna positif (kemajuan) dan di sisi lain bermakna negatif
(kemunduran). Bias makna itu terjadi, sebab era modern yang dibidani oleh kepesatan
kemajuan sains dan teknologi, pada kenyataannya, di samping mengkontrbusikan
kehidupan jasmaniah yang serba nyaman, ia pun mengkontribusikan kehidupan psikis yang
problematis. Era modern hanya sampai pada tingkat memproduk kesenangan hidup yang
semu dan jauh dari kesenangan hidup yang hakiki. Era modern yang hingar-bingar dengan
ketersediaan sarana dan prasarana kemudahan dan kenyamanan kehidupan, relatif hanya
mampu memberikan kesenangan dan kepuasan lahiriah, namun tidak sanggup memberikan
kesenangan dan kepuasan batiniah, kerena menceraikan manusia dari dunia moralitas.
Nurcholish Madjid (w. 2009) mengatakan, pada abad modern, nilai bergannti dengan cepat,
demikian pula cara hidup, dengan akibat timbulnya rasa tidak menentu dan kejutan-kejutan,
dan memisahkan manusia semakin jauh dari kepastian moral dan etis tradisonal mereka.

Dengan kata lain, era modern (yang menurut Islam), telah menciptakan krisis
kemanusiaan atau penyakit psikis yang akut, yaitu kehampaan spiritual (spiritual emptiness).
Krisis kemanusiaan itu adalah antara lain, individualistis, konsumeristis, materialistis,
hedonistis, kompetisi tidak sehat, permisif, kecemasan Wujud Krisis Kemanusiaan.

1. Individualistis
Salah satu produk buruk era modern ialah indidividualist (memenitingkan diri-sendiri).
Nurcholish Madjid mengatakan, Era modern yang dinakodai oleh sistem industrialisasi yang
zaklijk, fungsional dan tak kenal pribadi (impersonal)karena mengejar untung setinggi-
tingginya (profit making), menyebakan tumbuhkembangnya kepribadiaan ketidak-
manusiawian (dehumanization), yaitu alienasi seseorang dari diri dan kemanusiaannya
sendiri.2 Dari sini, lambat-laun menciptakan secara meluas akan individu yang hanya lebih
vokus dan berkonsentrasi memikirkan dan mengurus kepentingan diri sendiri, tanpa
berempati untuk mendistribusi pikiran dan aktivitasnya dalam mengakses kepentingan
orang lain. Era modern telah menimbulkan abrasi sosial yang amat parah, yaitu dengan
mengerdilkan semangat kebersamaan, kegotong-royongan dan tolong-menolong dalam
kehidupan masyarakat. Sekarang ini, sering terdengar jargon : Urus saja Diri Sendiri – Tidak
Usah Urus Orang Lain.

2. Konsumeristis
Penyakit lain era modern ialah konsumeristis (menempatkan harta satusatunya sarana
kebahagiaan). Jean P Baudillard mengatakan, saat in di sekitar kita terjadi kenyataan yang
luar biasa tentang konsumsi dan kelimpah-ruahan yang dibentuk oleh melimpahnya obyek
jasa dan barang-barang material yang kemudian membentuk satu jenis mutasi fundamental
dalam ekologi kemanusiaan.3 Dalam zaman ini, tema-tema pengeluaran, kesenangan dan
tanpa perhitungan seperti beli sekarang bayar kemudian, telah menggantikan tema-tema
orang-orang puritan tentang kerja, penghematan dan warisan (patrimone).4Dewasa ini
telah terjadi kepemilikan barang-barang konsumsi dalam bentuk individualisasi dan
penguraian yang mengarah bukan kepada solidaritas sosial. Di tengah-tengah masyarakat
modern dewasa ini, telah terkondisi egoisme, disfungsional, kemubaziran dan penurutan
hawa nafsu terhadap barang-barang.

3. Materialistis

Penyakit Era modern yang senyawa dengan penyakit konsumeristis ialah materialistis
(hamba materi). Suparlan Suhartono mengatakan, akibat era modern yang dengan kekuatan
sistem ekonomi liberalis-kapitalistiknya yang telah bergeliat dalam rentang sekian lama, kini
hampir sebagian besar manusia di dunia ini terjebak di dalam suatu krisis moral yang parah
dan sulit diatasi, yaitu materialisme (pandangan over cinta terhadap harta duniawi).5
Machasin mengatakan, kini, untuk memperoleh materi, orang tidak jarang mengabaikan
penghormatan atas martabat.6Akibat tuntutan era modern, kini sejumlah besar individu
tidak merasa malu dan berdosa dengan menghalalkan segala cara dalam memperoleh harta
untuk menggapai sebuah kehidupan yang mewah. Karena itu, kini perilaku seperti
manipulasi dalam bisnis berkelas modern, rentenir dalam kehidupan masyarakat akar
rumput, korupsi dalam menjalankan jabatan dan lain-lain, menjadi perilaku dan peristiwa
sehar-sehari yang amat biasa.
4. Hedonistis

Penyakit lain pula era modern ialah hedonistis (mencari kenikmatan jasmaniah belaka).
Afzalur-Rahman mengatakan, kini terjadi perubahan obyek dan perubahan kebutuhan hidup
masyarakat. Masyarakat tidak lagi berorientasi pada hanya obyek yang berfungsi atau
bersifat pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan kenyamanan, tetapi sekaligus
berorientasi pada obyek yang berfungsi atau bersifat pemenuhan kebutuhan kemewahan.
Masyarakat sudah amat mengutamakan pola hidup nikmat di atas perilaku konsumtif
(kemewahan). Jean P Baudrillard mengatakan, zaman sekarang, masyarakat memaknai
perilaku konsumtif sebagai wahana kenikmatan jasmaniah yang eksklusif (hedonistis).
Masyarakat menganggap dirinya sebuah sisi-depan kenikmatan, ibarat sebuah proyek
kenikmatan dan kepuasan yang mengekspresikan rasa bahagia, penuh cinta, terpuji,
menawan hati, euforis dan dinamis seraya menjadi prinsip maksimalisasi eksistensi melalui
penggunaan secara intensif tanda-tanda dengan obyek melalui eksploitasi secara sistematis
semua potensi kenikmatan.

5. Kompetisi Tidak Sehat


Kehidupan modern tidak dapat dipungkiri membawa implikasi psikis yang besar terhadap
pola kehidupan manusia. Ketatnya persaingan dari pelbagai segi kehidupan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup, merupakan karakteristik yang paling menonjol dalam
masyarakat modern. Ketatnya persaingan pada gilirannnya membawa dampak pada pola
hidup yang materialistik, individualistik.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Budaya merupakan salah satu aspek yang senantiasa melekat erat dalam
kehidupanmanusia dan menjadi kekhasan manusia. Kekhasan tersebut menjadi suatu
identitas bagimasyarakat pemeluknya. Identititas menunjukkan bahwa kebudayaan bukan
sesuatu yangbersifat eksternal dari eksistensi manusia. Di luar manusia tidak ada sesuatu
yang dapatmengklaim diri sebagai pemilik dan ahli waris budaya. Kebudayaan menyatu
dalam seluruh karya cipta dan keseluruhan aktivitas manusia untuk memberi makna bagi
diri dan hidupnya. Disatu sisi, cara hidup yang ditunjukkan oleh setiap manusia mesti
menerangkan identitas budayadaerahnya. Negara Indonesia yang sedemikian luas ini
merupakan negara yang kaya akan suku,agama, bahasa, budaya dan adat-istiadat. Setiap
daerah mempunyai keunikannya masing-masingdan keunikan tersebut menjadi kekhasan
masyarakat pemiliknya.Menjaga, merawat, dan mencintai budaya merupakan salah satu
bentuk penghormatandan penghargaan terhadap para leluhur yang telah menanamkan
berbagai macam ritual adat,norma, dan nilai dalam kehidupan sosial. Eksistensi nilai-nilai
tersebut senantiasa terjaga olehsetiap manusia dan diwariskan secara turun-temurun. Pada
dasarnya, lahirnya sebuah kebudayaan bermula dari kebiasaan-kebiasaan yang diterima
secara umum oleh masyarakatsetempat sehingga dijadikan pegangan dalam menata
kehidupan bersama. Melalui kebiasaankebiasaan tersebut masyarakat merasakan
kenyamanan sehingga corak ragam kebiasaan tersebutmendapat penghargaannya tersendiri
sehingga terbentuk menjadi sebuah budaya. Dalamperjalanan waktu, budaya tersebut
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam realitaskehidupan manusia.Di era globalisasi
sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawapengaruh terhadap
berbagai sektor kehidupan masyarakat. Salah satu bidang tersebut diantaranya adalah
kebudayaan. Kebudayaan merupakan salah satu aspek yang melekat padamanusia, sebab di
mana pun manusia tinggal dia bernaung dalam kebudayaan. Kebudayaanmenjadi identitas
bagi masyarakat. Dengan demikian manusia mudah teridentifikasi ketika keluar dari
lingkungan budayanya. Oleh karena itu, kebudayaan tidak bisa dengan mudahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Badudu,S. J. dan Sutan M. Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
SinarHarapan,2001.Dagun, M. Save. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Goloriwu,
2006.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. edisi II


Jakarta:Balai Pustaka, 1995.

Echols, John M dan Hasaan Shadily. Kamus Inggris Indonesia dan Indonesia Inggris.
Jakarta:Gramedia, 1990.

Kuper,A. dan J. Kuper. Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Penerj. Haris Munandar, et.al, Jakarta:
P.TRaja Grafindo Persada, 2000.

Poerwadarminta, J. S. W. Kamus Umum Bahasa Indonesia. cet. Ke-9 Jakarta: Balai


Pustaka,1986.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: BalaiPustaka, 1990.Syukur,Abdul. Ensiklopedi Umum Untuk Pelajar. Jakarta: Raja
Geravindo Persada, 2000.Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pusataka, 1990.

III.2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka terdapat


beberaparekomendasi yang menjadi sumbangsih penulis terhadap beberapa pihak untuk
menjagakelestarian nilai budaya penting.

Anda mungkin juga menyukai