Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PENJAJAKAN DAN IMPLEMENTASI

PADA AGREGAT DEWASA DENGAN MASALAH KESEHATAN


HIPERTENSI DI KELURAHAN BALONGSARI
KECAMATAN RAWAMERTA KARAWANG

Disusun oleh:
ANNISA NABILAH
433131420120102

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS HORIZON INDONESIA
JL.PANGKAL PERJUANGAN KM 1 BYPASS KARAWANG 41316
2023
PEMBAHASAN PENJAJAKAN TAHAP 1

Kunjungan ke: 1 [Pertama]

Hari, Tanggal: [Senin, 11 Desember 2023]

A. Latar Belakang
1. Karakteristik Keluarga
Pengkajian keluarga merupakan suatu tahapan dimana perawat
mengambil informasi dari keluarga dengan pendekatan sistemaris
untuk mengumpulkan data dan menganalisa sehingga dapat
diketahui kebutuhan keluarga yang dibina. Adapun karakteristik
keluarga yang dikaji yaitu keluarga bapak S dengan tipe keluarga
Nuclear family yang mempunyai 2 orang anak dengan
perkembangan keluarga anak usia sekolah, kemudian koping
keluarga tersebut termasuk adaptif karena jika terjadi suatu
permasalahan dapat diselesaikan dengan baik-baik dan mengambil
keputusan keluarga secara bersama-sama. Adapun data kegiatan
perkumpulan keluarga dan interaksi dengan Masyarakat adaptif
dan system pendukung keluarga, suami, istri maupun anak saling
mendukung satu sama lain.

2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut


Pengkajian ini meliputi beberapa aspek yang perlu dikaji antara
lain: data umum yang meliputi nama kepala keluarga, usia kepala
keluarga, Alamat dan nomor telepon, Pendidikan keluarga,
pekerjaan kepala keluarga dan komposisi keluarga yang terdiri dari
data anggota keluarga seperti data istri dan anak-anaknya,
kemudian mengkaji genogram, tipe keluargga, agama, suku, status
sosial ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga, mengkaji
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga dan data penunjang
keluarga seperti lingkungan denah rumah, karakteristik sosial dan
struktur peran keluarga, data pengkajian individu yang sakit
(pemeriksaan fisik). Adapun yang perlu dikaji lebih lanjut yaitu
data pemeriksaan fisik pada anak-anak nya dari keluarga dari
bapak S dan Ny. C.

3. Masalah Keperawatan
Selain dilakukan pengkajian keperawatan keluarga dan melakukan
Analisa dara sampai dengan menegakkan diagnose keperawatan,
dari beberapa diagnose yang telah didapat maka pertemuan kali ini
mahasiswa mendapatkan data masalah Kesehatan keluarga tersebut
yaitu hipertensi, adapapun masalah keperawatan atau diagnose
keperawatan yang mungkin muncul yaitu: perfusi perifer tidak
efektif dengan hasil Tekanan darah pada bapak S yaitu 180/90
mmHg.

B. Tujuan Keperawatan
1. Tujuan Umum
a. Mengidentifikasi data subjektif maupun objektif pada
keluarga Bapak S yang berkaitan dengan masalah
Kesehatan hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui data keluarga dan data anggota keluarga
b. Mengetahui data pengkajian individu yang sakit
(pemeriksaan fisik)
c. Mengetahui data penunjang keluarga (Lingkungan, denah,
struktur peran, karakteristik keluarga di Masyarakat, dll)
C. Rancangan Kegiatan
1. Persiapan
a. Topik masalah: Pengkajian data umum dan pemeriksaan
fisik
b. Metode: Wawancara, observasi, inspeksi, palpasi, perkusi
dan aukultasi
c. Media: Format pengkajian keluarga, alat tulis, dan alat
pemeriksaan fisik (Tensi, Suhu, Timbangan dan meteran).
d. Waktu: 13.00
e. Tempat: Rumah keluarga Bapak S
f. Strategi Pelaksana:
2. Pelaksanaan

Tahap Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Keluarga Waktu


Orientasi - Memberikan salam - Menjawab salam 5 menit
- Memperkenalkan - Mendengarkan
diri - Memperkenalka
- Menjelaskan tujuan n nama sendiri
pertemuan dan - Menyetujui
kontrak waktu kontrak waktu
dan tempat
Kerja - Menanyakan data - Menjawab 55 menit
kepala keluarga pertanyaan
- Menanyakan data - Menjawab
anggota keluarga pertanyaan
- Melakukan - Menjawab
pengkajian individu pertanyaan dan
yang sehat maupun bersedia
sakit dengan dilakukan
pemeriksaan fisik pemeriksaan
head to toe fisik
Terminasi - Menyimpulkan - Ikut 5 menit
hasil pertemuan menyimpulkan
- Mengontrak waktu - ikut menyetujui
untuk pertemuan rencana tindak
selanjutnya lanjut
- Mengakhiri - menjawab salam
pertemuan

3. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Menyiapkan format pengkajian dan laporan
2) Kontrak waktu dan tempat pada keluarga binaan
3) Menyiapkan instrumern pengkajian dan alat tulis
b. Evaluasi Proses:
1) Situasi tempat mendukung, tidak ada gangguan ataupun
hambatan yang terjadi. Pengkajian berjalan lancer
2) Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan dengan
berpartisipasi aktif selama menjawab pertanyaan yang
diajukan, anggota keluarga sangat ramah
c. Evaluasi Hasil:
1) Keluarga mampu memberikan informasi data kepala keluarga
2) Keluarga mampu memberikan informai mengenai data data
anggota keluarga lain nya seperti data istri dan anak nya
3) Keluarga mampu memberikan informasi data penunjang
keluarga
4) Keluarga mampu memberikan informasi pengkajian individu
yang sakit (pemeriksaan fisik) dan bersedia dilakukan
pemeriksaan fisik.
PEMBAHASAN PENJAJAKAN TAHAP 2:

Kunjungan ke: 2 [kedua]

Hari, Tanggal: [Selasa, 12 Desember 2023]

Definisi:

Penjajakan tahap 2 merupakan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan


fungsi perawatan Kesehatan meliputi kemampuan keluarga dalam mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang
sakit, merawat anggota keluarga yang sakit,memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas Kesehatan.

Data yang dikaji lebih lanjut:

Dalam penjajakan tahap 2, penulis melalukan pengumpulan data yang berkaitan


dengan fungsi perawatan keluarga yang meliputi kemampuan keluarga dalam
menghadapi masalah kesehatan.

1) Keluarga mampu mengenal masalah Kesehatan


Setelah dilakukan pengkajian, ditemukan data keluarga yaitu keluarga
bapak S didapatkan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
hipertensi, dan tidak tahu penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi
dan cara mencegah hipertensi
2) Keluarga mampu mengambil Keputusan
Keluarga Bapak S yaitu istri nya mengatakan bahwa Keputusan diambil
berdasarkan musyawarah Bersama-sama dengan suami namun lebih besar
Keputusan diambil oleh kepala keluarga
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga nya yang sakit
Keluarga bapak S termasuk istrinya mengatakan bahwa tidak tahu
bagaimana cara merawat suami nya yang mempunyai penyakit tekanan
darah tinggi
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga Bapak S mengatakan Ketika bapak s tidak memperhatikan
anaknya, anak bapak s yang berusia 8 tahun jatuh Ketika bermain di lantai
teras depan rumah, hal tersebut menandakan bahwa keluarga bapak s
belum mampu memodifikasi lingkungan terutama bagian lantai depan
rumah yang licin
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga bapak s mengatakan tidak mengetahui prosedur yang tepat dalam
pelayanan kesehatan sehingga bapak s tidak dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan secara maksimal, serta bapak s tidak mengetahui fungsi bpjs
sehingga tidak membuatnya dan enggan berobat ke puskesmas karena
merasa tidak perlu, bapak s hanya berobat ke klinik jika sakit kemudian
membeli obat di apotik terdekat.
PENJAJAKAN TAHAP 2
Diagnosa 1 : Ketidakpatuhan pada keluarga bapak S
TUK 1 : Keluarga mampu mengenal masalah Kesehatan
Apakah keluarga mengetahui proses penyakit yang diderita, apakah keluarga
mengetahui pentingnya menjalani pengobatan secara rutin terkait hipertensi
TUK 2 : Keluarga mampu mengambil keputusan
Keluarga ditanyakan apakah saat ini mampu menjalani pengobatan secara rutin.
Apakah keluarga yang mengalami hipertensi pernah mengalami keparahan
TUK 3 : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit.
Apakah keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi
130/90, pusing, sakit kepala, nyeri tengkuk. Apa yang keluarga lakukan untuk
mengatasi masalah tersebut, apakah keluarga mengetahui cara menurunkan
tekanan darah, apakah keluarga mengetahui tindakan diet hipertensi, Apakah saat
menjalani program pengobatan anggota keluarga patuh menjalani pengobatan.
Apakah anggota keluarga pernah tidak minum obat atau lupa minum obat
amlodipin
TUK 4 : Keluarga mampu memodifikasi lingkungan.
Apakah keluarga mampu memodifikasi lingkungan, seperti mengurangi minuman
kopi, makanan dengan asupan garam yang tinggi
TUK 5 : Keluarga mampu memanfaat kan fasilitas pelayanan Kesehatan
Apakah keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, apakah keluarga lebih
percaya pada dukun, apakah keluarga mempunyai JAMKESMAS (jaminan
kesehatan masyarakat). Apakah keluarga mampu rutin cek kesehatan ke pelayanan
kesehatan. Apakah saat ini keluarga yang mengalami hipertensi sedang menjalani
program pengoobatan
Diagnosa 2 : Perilaku keesehatan cenderung beresiko
TUK 1 : Keluarga mampu mengenal masalah Kesehatan
Apakah keluarga mengetahui faktor-faktor apa saja yang berisiko terhadap
masalah kesehatan.
TUK 2 : Keluarga mampu mengambil keputusan
Keluarga ditanyakan apakah saat ini mampu menjalani pengobatan secara rutin.
Apakah keluarga yang mengalami hipertensi pernah mengalami keparahan
TUK 3 : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit.
Apakah keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi
130/90, pusing, sakit kepala, nyeri tengkuk. Apa yang keluarga lakukan untuk
mengatasi masalah tersebut, apakah keluarga mengetahui cara menurunkan
tekanan darah, apakah keluarga mengetahui tindakan diet hipertensi, Apakah saat
menjalani program pengobatan anggota keluarga patuh menjalani pengobatan.
Apakah anggota keluarga pernah tidak minum obat atau lupa minum obat
amlodipin
TUK 4 : Keluarga mampu memodifikasi lingkungan.
Apakah keluarga mampu memodifikasi lingkungan, seperti mengurangi minuman
kopi, makanan dengan asupan garam yang tinggi
. TUK 5 : Keluarga mampu memanfaat kan fasilitas pelayanan Kesehatan
Apakah keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, apakah keluarga lebih
percaya pada dukun, apakah keluarga mempunyai BPJS. Apakah keluarga mampu
rutin cek kesehatan ke pelayanan kesehatan. Apakah saat ini keluarga yang
mengalami hipertensi sedang menjalani program pengoobatan. Apakah keluarga
pernah putus obat, apakah keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
melakukan pengobatan ulang.
Diagnosa 3 : Ketidakefektifan pemeliharaan Kesehatan pada keluarga bapak S
TUK 1 : Keluarga mampu mengenal masalah Kesehatan
Apakah keluarga mengetahui kondisi rumah dan lingkungan yan sehat dan yang
berisiko terhadap masalah kesehatan hipertensi
TUK 2 : Keluarga mampu mengambil keputusan
Keluarga ditanyakan apakah saat ini mampu menjalani pengobatan secara rutin.
Apakah keluarga yang mengalami hipertensi pernah mengalami keparahan
TUK 3 : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Apakah keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi
130/90, pusing, sakit kepala, nyeri tengkuk. Apa yang keluarga lakukan untuk
mengatasi masalah tersebut, apakah keluarga mengetahui cara menurunkan
tekanan darah, apakah keluarga mengetahui tindakan diet hipertensi, Apakah saat
menjalani program pengobatan anggota keluarga patuh menjalani pengobatan.
Apakah anggota keluarga pernah tidak minum obat atau lupa minum obat
amlodipin
TUK 4 : Keluarga mampu memodifikasi lingkungan.
Apakah keluarga mampu memodifikasi lingkungan, seperti mengurangi hipertensi
mulai dari diet . Apakah ventilasi rumah dengan pencahayaan yang memadai atau
tidak, berapa luas ventilasi apakah < luas lantai atau lebih dari luas lantai rumah.
TUK 5 : Keluarga mampu memanfaat kan fasilitas pelayanan Kesehatan
Apakah keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, apakah keluarga lebih
percaya pada dukun, apakah keluarga mempunyai jaminan kesehatan masyarakat.
Apakah keluarga mampu rutin cek kesehatan ke pelayanan kesehatan. Apakah saat
ini keluarga yang mengalami hipertensi menjalani program pengoobatan. Apakah
keluarga pernah putus obat, apakah keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk melakukan pengobatan ulang.
Diagnosa keperawatan
Menurut APD Salvari, (20013) Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respon manusia atas perubahan polainteraksi potensial atau
actual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun
intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim
lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan
kurangnya pelayanan kesehatan.
Dalam diagnosa keperawatan meliputi sebagai berikut :
a. Problem atau masalah
Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami
oleh keluargaa atau anggota keluarga.
b. Etiologi
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada
lima tugas keluarga yaitu
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis
keperawatan keluarga adalah :
a) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan
persepsi).
b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
c) Dan ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial,
fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik dan psikologis).
c. Symptom
Sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawatan dari
keluarga secara langsung atau tidak langsung.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Diagnosis actual adalah masalah keperwatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2) Diagnosis resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum
terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat
terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Contoh Diagnosis keperawatan keluarga
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3. Koping keluarga tidak efektif
4. Resiko ketegangan caregiver
5. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
6. Gangguan proses keluarga

Prioritas Diagnosa Keperawatan


Proses scoring menggunakanskala yang telah dirumuskan oleh Bailondan
Maglaya, 1978. Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnose
keperawatan:
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.
2) Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan
bobot
3) Jumlah skor untuk semua kriteria (skor tertinngi sama dengan jumlah
KONSEP DASAR HIPERTENSI

1) Definisi Hipertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui
oleh tubuh kita sendiri. Satu- satunya cara untuk mengetahui hipertensi
adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah. diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.

2) Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umurstres
psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjalgangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.

Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan


darah di dalam
arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya
b. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat
usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka
tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Berdasarkan faktor pemicu

- Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti


umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus
Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua
orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar.
Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita
Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik
mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
- Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas,
stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan
garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf
simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,
saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
tidak beraktivitas.

- Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan


tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila
stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi
angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota.
- Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas
dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini
mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal.

3) Manifestasi Klinis Hipertensi


Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain
pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-
tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan
oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening
(retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.

4) Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


a. Hemoglobin / hematokrit: mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat meng indikas ik an
hipokoagulabilitas, anemia. faktor-faktor resiko seperti
b. BUN/kreatinin memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid: hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasikonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum: untuk menguji aldosteronisme
primer (penyebab).
i. Urinalisa darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes. j. VMA urin (metabolit katekolamin):
kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab).
j. VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma
bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
resiko terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing's; kadar
renin dapat juga meningkat.
m. IVP: dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan: mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

5) Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah


morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
a. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga
yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik atau 72-87% dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
g. Edukasi Psikologis: Pemberian edukasi psikologis untuk penderita
hipertensi meliputi :
Tehnik Biofeedback:
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda- tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
Tehnik relaksasi:
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan ) Tujuan
pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.

6) Komplikasi, Efek pada organ:


a. Otak: Pemekaran pembuluh darah, Perdarahan, Kematian sel otak:
stroke
b. Ginjal: Malam banyak kencing, Kerusakan sel ginjal, Gagal ginjal
c. Jantung Membesar, Sesak nafas (dyspnoe), Cepat lelah, Gagal jantung

7) Cara Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb. Dilarang
merokok atau menghentikan merokok. Merubah kebiasaan makan
sehari-hari dengan konsumsi rendah garam. Melakukan exercise untuk
mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa: Pengelolaan secara menyeluruh bagi
penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti
pada pencegahan primer. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap
dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin. Faktor-faktor
resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol. Batasi
aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai