Anda di halaman 1dari 75

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Nganjuk

a. Kondisi Geografis

Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Jawa Timur yang terletak di bagian barat dari wilayah Provinsi

JawaTimur pada koordinat 111° 50’ – 112° 13’ Bujur Timur dan 7°

20’ – 7° 50’ Lintang Selatan dengan luas wilayah seluas 122.433,1

ha. Dari segi geografis, wilayah Kabupaten Nganjuk tersebar ke

dalam tiga wilayah dataran yaitu 91.144,5 ha (74,44%) terletak di

dataran rendah, 25.267,4 ha (20,64%) dataran sedang, dan 6.021,2 ha

(4,92%) termasuk dalam dataran tinggi. Batas-batas wilayah

administrasi Kabupaten Nganjuk adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro

2. Sebelah Timur : Kabupaten Jombang dan Kediri

3. Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri dan Tulungagung

4. Sebelah Barat : Kabupaten Ponorogo dan Madiun

61
62

Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Nganjuk

Sumber : Kabupaten Nganjuk dalam Angka 2015

Sebagian besar wilayah Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi

dan struktur tanah yang cukup produktif untuk mengembangkan

berbagai jenis tanaman. Selain kondisi tanah yang produktif, juga

didukung dengan keberadaan 43 kali/sungai yang melewati

Kabupaten Nganjuk dan mampu menunjang penyediaan pengairan

untuk lahan persawahan yang ada di Kabupaten ini. Sungai

terpanjang yang melewati Kabupaten Nganjuk yaitu sungai widas

sepanjang 69,332 km yang mampu men-supply kebutuhan pengairan

ada untuk wilayah pertanian seluas 430,150 km2dengan debit air

260,871 m2/detik. Kabupaten Nganjuk terletak pada 120 km arah


63

barat daya dari pusat pemerintahan Provinsi Jawa Timur yang

dihubungkan dengan jalan provinsi dengan didukungnya oleh sarana

transportasi dan komunikasi yang memadai, sehingga menjadikan

Kabuaten Nganjuk menjadi jalur lintas barang dan hasil produksi

pertanian antar provinsi maupun antar daerah dalam wilayah

Provinsi Jawa Timur.

b. Kondisi Pemerintahan Kabupaten Nganjuk

Kabupaten Nganjuk memiliki luas wilayah seluas 122.433,1 ha

terbagi menjadi 20 kecamatan dan 284 desa/kelurahan.Wilayah

masing-masing kecamatan terbagi atas tiga jenis tanah.Menurut jenis

tanah, wilayah Kecamatan Rejoso memiliki wilayah paling luas yaitu

seluas 15.166,3 ha, sedangkan wilayah paling kecil yaitu Kecamatan

Nganjuk dengan luas 2.258,6 ha.luas wilayah Kabupaten Nganjuk

per kecamatan lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3 berikut :


64

Tabel 3
Luas Wilayah menurut Jenis Tanah berdasarkan Podes 2008

Jenis Tanah
Kecamatan Sawah (Ha) Kering (Ha) Hutan (Ha) Jumlah (Ha)
1 Sawahan 1117.0 2554.9 7916.7 11588.6
2 Ngetos 1586.0 1822.8 2 612.4 6021.2
3 Berbek 2005.9 1173.6 1 650.2 4830.0
4 Loceret 2766.5 1968.9 2 134.1 6869.2
5 Pace 2794.7 1884..4 166.6 4845.7
6 Tanjunganom 4028.8 3055.4 0 7084.2
7 Prambon 2442.2 1673.6 0 4115.8
8 Ngronggot 1979.2 3319.3 0 5298.5
9 Kertosono 1194.6 1072.9 0 2 267.5
10 Patianrowo 1929.5 1629.8 0 3 559.3
11 Baron 2115.3 1564.9 0 3 680.2
12 Gondang 3544.4 2176.2 3 873.7 9 594.3
13 Sukomoro 2742.1 796.7 0 3 538.8
14 Nganjuk 1194.4 1064.2 0 2 258.6
15 Bagor 2355.4 1155.6 1 604.3 5 115.3
16 Wilangan 1132.5 598.5 3 332.9 5 063.9
17 Rejoso 4310.6 1489.2 9 366.5 15 166.3
18 Ngluyu 1036.5 929.1 6 649.3 8 614.9
19 Lengkong 1604.8 1156.2 5 956.3 8 717.3
20 Jatikalen 1106.0 1353.5 1 744.0 4 203.5
Jumlah 42 986.4 32 439.7 47 007.0 122 433.1
Sumber : Kabupaten Nganjuk Dalam Angka 2015
65

c. Kondisi Ekonomi Kabupaten Nganjuk

1) Pendapatan regional kabupaten Nganjuk

Kegiatan perekonomian di Kabupaten Nganjuk dalam

kondisi berkembang. Hal ini terlihat dari Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Nganjuk tahun 2010 hingga

tahun 2014, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar

harga konstan nilai nominalnya terus mengalami peningkatan

dari tahun-tahun sebelumnya. Sektor pertanian menjadi sektor

paling dominan dalam PDRB Kabupaten Nganjuk dibandingkan

dengan sektor-sektor yang lain. dari tahun 2010 hingga tahun

2014 persentase sektor pertanian terus mengalami penurunan

namun tetap menjadi sektor unggulan dalam PDRB Kabupaten

Nganjuk.

Pada tahun 2010 sektor pertanian sebesar 35,85 persen dan

berangsur-angsur turun hingga tersisa 32,91 persen pada tahun

2014, akan tetapi meskipun persentase sektor pertanian terus

mengalami penurunan, nilai nominal dari sektor pertanian ini

tetap terus meningkat. Pada tahun 2010 nominal dari sektor

pertanian pada PDRB Kabupaten Nganjuk sebesar 4.089.143,03

(dalam juta Rp) dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar

5.680.906,79 (dalam juta Rp). Berdasarkan penjelasan diatas

dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun, sektor pertanian

tetap menjadi sektor yang dominan sebagai penyumbang PDRB


66

terbesar, sehingga pada sektor ini perlu mendapatkan perhatian

khusus dari pemerintah agar terus dapat berkembang dan

menjadi sektor unggulan sebagai penyumbang terbesar pada

PDRB Kabupaten Nganjuk.

2) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nganjuk

Salah satu indikator yang dapat digunakan dalam menilai

seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam

suatu periode tertentu yaitu adalah pertubuhan

ekonomi.Perkembangan ekonomi merupakan perkembangan

ekonomi fiskal yang terjadi disuatu daerah, seperti pertambahan

sektor-sektor ekonomi, pertambahan jumlah industri,

pertambahan fasilitas infrastruktur (sekolah, jalan, rumah sakit

dan fasilitas-fasilitas umum), pertambahan produksi kegiatan-

kegiatan ekonomi yang sudah ada dan perkembangan-

perkembangan lainnya. Tingkat pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan yang dihitung dari PDRB merupakan rata-rata

tertimbang dari sektoralnya, artinya apabila salah satu sektor

yang mempunyai peranan dan mengalami pertumbuhan lambat,

maka akan akibatnya akan menghambat tingkat pertumbuhan

ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya, jika salah satu sektor

memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka sektor tersebut

sekaligus menjadi sektor pendorong yang menjadi unggulan


67

dalam pertumbuhan ekonomi daerah tersebut, yang secara

keseluruhan tingkat pertumbuhan ekonominya juga meningkat.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Nganjuk tahun

2014, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga

konstan nilainya mengalami peningkatan dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan bahwa aktivitas

perekonomian di Kabupaten Nganjuk berjalan dengan baik,

akan tetapi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nganjuk

tahun 2010-2014 mengalami mengalami kenaikan dan

penurunan. Kenaikan terjadi mulai tahun 2011 hingga tahun

2012 yaitu dari 5,75 persen menjadi 5,85 persen. Sedangkan

penurunan laju pertumbuhan ekonomi terjadi pada tahun 2013

sebesar 5,54 persen dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 5,10

persen. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa laju

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nganjuk hingga tahun

terakhir mengalami penurunan.

d. Kondisi Topografi dan Struktur Tanah Kabupten Nganjuk

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Nganjuk yaitu antara

lain aluvial, regosol, andosol, latosol dan gromosol. Penyebaran

tanah jenis aluvial dapat dijumpai di Kecamatan Nganjuk, Loceret,

Pace, Sukomoro, Tanjunganom, Prambon, Ngronggot, Kertosono,

Baron, Gondang, Patianrowo dan Jatikalen.Tanah jenis latosol

sebarannya banyak dijumpai di Kecamatan Sawahan, Ngetos,


68

Loceret, Wilangan, Rejoso, dan Ngluyu.Tanah jenis regosol dapat

dapat dijumpai di Kecamatan Patianrowo, Gondang, Sukomoro,

Nganjuk, Bagor, Wilangan, Rejoso, Ngluyu, Lengkong, dan

Jatikalen.Tanah jenis andosol terdapat di Kecamatan Sawahan

bagian selatan, Ngetos bagian selatan, dan Loceret bagian

selatan.Sedangkan tanah jenis gromosol terdapat di Kecamatan

Berbek, Loceret, Pace, tanjunganom, Nganjuk, Bagor, dan

Wilangan.

Tanah berdasarkan status dan peruntukannya dibedakan atas

lahan sawah, lahan kering, dan lahan hutan.Lahan sawah terdiri atas

sawah irigasi teknis yang memiliki luas 32.112,928 ha, sawah irigasi

setengah teknis seluas 3.665,600 ha, sawah irigasi sederhana PU

seluas 1.995,000 ha, sawah irigasi non PU seluas 271,086 ha dan

sawah tadah hujan seluas 4.151,066 ha.lahan kering terdiri atas lahan

pekarangan yang memiliki luas 19.131,287 ha, tegal seluas

11.628,319 ha, kebun seluas 49,000 ha, kolam/tebat seluas 9,090 ha,

dan lain-lain seluas 3.131,287. Sedangkan lahan hutan terdiri atas

hutan rakyat seluas 154,000 ha dan hutan negara 45.823,510 ha.

Kabupaten Nganjuk sebagai daerah yang memiliki potensi

pertanian yang tinggi, sumberdaya air merupakan suatu komponen

yang penting dalam proses produksi pertanian. Kabupaten Nganjuk

memiliki banyak ketersediaan dan potensi sumberdaya air dengan

banyak terdapatnya sungai tetap, banyaknya bendungan dan atau


69

dam, adnaya bangunan irigasi yang baik, sumber air tanah, sumur

dalam maupun sumur-sumur dangkal yang dapat dimanfaatkan oleh

para petani di Kabupaten Nganjuk.

e. Kondisi Sosial Masyarakat Kabupaten Nganjuk

Salah satu permasalahan sosial yang perlu diperhatikan dalam

proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup

antara lain jumlah, komposisi dan penyebaran penduduk, serta

masalah kualitas penduduk sebagai pendukung pembangunan. Hasil

registrasi akhir tahun 2012 penduduk Kabupaten Nganjuk sebesar

1.025.513 jiwa, meningkat 0,27 persen dibandingkan dengan tahun

2011, dengan perincian 529.408 jiwa penduduk laki-laki dan

539.891 jiwa penduduk perempuan.

1) Laju Pertumbuhan Penduduk

Dalam lima tahun terakhir, jumlah penduduk Kabupaten

Nganjuk terus bertambah, dari 1.017.030 jiwa pada tahun 2010

menjadi 1.022.752 pada tahun 2011 dan 1.025.513 jiwa pada

tahun 2012, yang berarti dimana pertumbuhan penduduk dari

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SESENAS) sebesar 0,56

persen pada tahun 2011 dan 0,27 persen pada tahun 2012. Dari

hasil survei tersebut, laju pertumbuhan penduduk terbesar

terdapat pada Kecamatan Tanjunganom yaitu sebanyak 109.538

jiwa, sedangkan kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk

terendah berada di Kecamatan Ngluyu yaitu dengan jumlah


70

penduduk sebesar 13.801 jiwa. Untuk mengetahui lebih

terperinci jumlah penduduk Kabupaten Nganjuk per kecamatan

dapat dilihat pada tabel di bahwah :

2) Pendidikan

Data pada tahun 2012 menunjukkan jumlah anak SD baik

negeri maupun swasta sebanyak 668 gedung. Jumlah SLTP

mengalami penurunan dari 67 gedung pada tahun 2011 menjadi

75 gedung pada tahun 2012. Jumlah SLTA mengalami kenaikan

yaitu sebesar 68 gedung pada tahun 2011 menjadi 72 gedung

pada tahun 2012. Sedangkan perguruan tinggi terdapat

penambahan 1 unit dibandingkan dengan tahun 2011. Angka

partisipasi sekolah di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2012 rata-

rata mengalami kenaikan angka kecuali pada kelompok umur 7-

12 tahun yang sedikit mengalami penurunan. Angka pertisipasi

sekolah pada kelompok usia 16-18 tahun naik dari 59,86 persen

menjadi 68,85 persen.

3) Kesehatan

Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Nganjuk

berdasarkan data tahun 2012 yaitu terdapat 6 unit rumah sakit,

20 unit puskesmas yang merata di seluruh kecamatan di

kabupaten Nganjuk, balai pengobatan 2 unit, rumah bersalin 1

unit, dan 9 unit klinik kesehatan. Jumlah balita yang mengalami

gizi buruk di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2012 mengalami


71

kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 758

balita.Demikian juga jumlah ibu hamil kekurangan energi kronis

mengalami kenaikan dari 2165 menjadi 2645 jiwa.

4) Tenaga Kerja

Masalah ketenagakerjaan menjadi perhatian khusus bagi

pemerintah Kabupaten Nganjuk sehubungan dengan jumlah

pencari tenaga kerja meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah

pencari kerja pada tahun 2012 turun 4,27 persen. Jumlah pencari

kerja tebersar adalah lulusan SMP sebanyak 563 jiwa,

sedangkan berdasarkan jenis kelamin pencari kerja terbesar

adalah perempuan lulusan SMP sebesar 446 jiwa. Dari

keseluruhan jumlah pencari kerja 1.924 jiwa, 46,85 persen (892)

telah ditempatkan.

2. Gambaran Umum Perkotaan Nganjuk

Perkotaan Nganjuk berada di jalur strategis Arteri Primer yang

menghubungkan Madiun – Surabaya. Perkotaan Nganjuk berada pada

jarak + 30 Km dari Kota Madiun dan + 120 Km dari Kota Surabaya.

Berdasarkan letak geografis, kedudukan Perkotaan Nganjuk berada

diantara : 111 o
54” Bujur Timur dan 7 o
35 “ Lintang Selatan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk No. 2 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, Perkotaan Nganjuk terdiri dari

Kel. Jatirejo, Ploso, Kramat, Payaman, Kartoharjo, Cangkringan, Bogo,


72

Kauman, Ganung Kidul, Mangundikaran, Warungotok, Begadung,

Ringinanom, Kedung Bowo, Balongpacul.

Tabel 4
Luas Wilayah Perkotaan Nganjuk

No Desa/Kelurahan Luas (Ha)

1 Jatirejo 198

2 Ploso 78

3 Kramat 242

4 Payaman 75

5 Kartoharjo 104

6 Cangkringan 91

7 Bogo 83

8 Kauman 113

9 Gunung Kidul 99

10 Mangundikaran 185

11 Warungotok 293

12 Begadung 217

13 Ringin Anom 81

14 Kedung Bowo 236

15 Balong Pacul 164

Sumber : Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Perkotaan Nganjuk

Berdasarkan data diatas, Kelurahan Warungotok mempunyai luas

wilayah yang besar dibandingkan kelurahan lainnya. Sedangkan


73

Kelurahan Payaman luas wilayahnya paling kecil. Jumlah total luas

wilayah administrasi Perkotaan Nganjuk adalah 2.259 Ha.

Kondisi Topografi Perkotaan Nganjuk cenderung bervariasi dari

daerah yang datar (0-2%), landai (2-15%). Sebagian besar wilayahnya

merupakan daerah datar. Kemiringan rata-rata ke arah Timur dengan

ketinggian 56 meter di atas permukaan air laut, dengan kemiringan

berkisar 0-8%. Berdasarkan pengelompokan struktur geologi di wilayah

Kabupaten Nganjuk, maka kawasan Perkotaan Nganjuk berada pada

wilayah tengah dari arah barat ke timur. Pada bagian ini, bagian atas

setebal 30 – 70 meter terdiri dari lempung abu-abu hitam dengan pasiran

coklat yang dipisahkan oleh lapisan tipis pasiran sebagai pengandung air.

Bagian bawah berupa lapisan batu pasir tufaan atau lempung tufaan

dengan sisipan pasir atau kerikil.

Sebagai salah satu perkotaan di Kabupaten Nganjuk, perkotaan

Nganjuk mempunyai masalah yang kompleks di berbagai bidang.

Sebagai wilayah perkotaan, perkotaan Nganjuk mempunyai daya tarik

yang tinggi mengingat segala fasilitas publik dapat dengan mudah

didapat seperti pendidikan, perdagangan, jasa, dsb. Berkaitan dengan hal

tersebut, mobilisasi penduduk desa ke kota akan semakin meningkat dan

menyebabkan berkurangnya fungsi lahan untuk ruang terbuka hijau

sebagai akibat bertambahnya kebutuhan masyarakat untuk tempat

tinggal. Perkotaan Nganjuk merupakan wilayah yang perkembangannya

diarahkan untuk mendukung perkembangan Kabupaten Nganjuk sebagai


74

pusat aktivitas kegiatan dan secara otomatis di wilayah perencanaan

mengalami pertumbuhan permukiman yang tinggi.

Wilayah perencanaan Perkotaan Nganjuk jika dilihat dari

perkembangan fisik lahan yang ada dapat dikategorikan sebagai kawasan

yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup pesat. Hal ini dapat

dilihat dari luasan kawasan terbangun dan lengkapnya fasilitas pelayanan

pada wilayah perencanaan. Pada Perkotaan Nganjuk terdapat fasilitas

dengan skala pelayanan tinggi seperti Puskesmas/Rumah Sakit,

Pendidikan Tinggi, Bank, SPBU dan sebagainya yang mencirikan

wilayah perkotaan. Selain itu, adanya rencana pengembangan jaringan

jalan tol, kereta api dan jalan lingkar Perkotaan Nganjuk yang melewati

wilayah perencanaan Perkotaan Nganjuk, akan mempengaruhi

perkembangan wilayah secara keseluruhan. Antisipasi perkembangan

tersebut harus dilakukan sejak dini agar pertumbuhan wilayah tidak

bergerak ke arah yang negatif seperti perubahan fungsi lahan, degradasi

lingkungan dan sebagainya.

3. Gambaran Umum Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kabupaten Nganjuk

a. Visi dan Misi BAPPEDA Kabupaten Nganjuk

Rencana Strategis Bappeda Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-

2018 berpedoman pada Rencana Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Tahun 2014-2018 Kabupaten Nganjuk yang ditetapkan

berdasarkan Perda Nomor : 9 Tahun 2013 dan Rencana Strategis


75

Bappeda Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014. Visi Kabupaten

Nganjuk yang tercantum dalam RPJMD yaitu “Terwujudnya

Kejayaan Nganjuk Berlandaskan Iman Dan Taqwa”, Dengan

Prioritas Sektor Utama Pembangunan Yang Bertumpu Pada

Pengembangan Perdagangan Dan Industri Berbasis Potensi Pertanian

Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan Masyarakat”. Misi yang

ditetapkan Pemerintah Kabupaten Nganjuk untuk mencapai Visi

adalah sebagai berikut :

1) Terus mengembangkan penyelenggaraan tata pemerintahan yang

baik dan pelayanan prima dengan nuansa kehidupan yang

religius ;

2) Meningkatnya pelayanan bidang kesehatan dan pendidikan bagi

seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Nganjuk untuk

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Masa

Depan ;

3) Memacu pertumbuhan ekonomi melalui pembinaan ekonomi

kerakyatan yang bertumpu pada perdagangan dan industri yang

berbasis potensi pertanian ;

4) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dengan tetap

mengedepankan aspek pelestarian lingkungan hidup ;

5) Meningkatkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu

penopang pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil

pembangunan ;
76

6) Mengembangkan pola kehidupan dan hubungan masyarakat

yang adil, bermartabat, tertib dan tentram.

Untuk mewujudkan rencana pembangunan Kabupaten Nganjuk

yang mengacu pada Visi dan Misinya serta serta dalam menghadapi

tuntutan masyarakat serta perubahan-perubahan yang disebabkan

oleh faktor internal dan eksternal, BAPPEDA Kabupaten Nganjuk

yang memiliki tugas pokok dan fungsi menyusun dokumen

perencanaan pembangunan baik jangka panjang, jangka menengah

maupun jangka pendek, maka dengan semangat itu BAPPEDA

Kabupaten Nganjuk untuk kurun waktu 2014-2018 akan

mewujudkan visi :“Terwujudnya Perencanaan Pembangunan yang

berkualitas, partisipatif, efektif dan efisien”. Berikut adalah

penjelasannya :

1) Mewujudkan adalah mewujudkan rencana yang telah ditetapkan

menjadi kenyataan sesuai dengan target ;

2) Perencanaan adalah proses secara terus menerus dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan

dan sasaran ;

3) Pembangunan adalah suatu proses yang berkaitan dengan

mekanisme atau kinerja suatu system ;

4) Berkualitas, adalah memiliki karakteristik yang baik, dapat

diukur dengan parameter ;


77

5) Partisipatif adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan

perencanaan oleh stakeholders ;

6) Efektif dan Efisien adalah dapat membawa hasil yang tepat atau

menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu,

tenaga dan biaya.

Agar Visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong

efektifitas dan efisien perencanaan pembangunan yang professional

maka rumusan misi BAPPEDA Nganjuk Tahun 2014-2018 perlu

memperhatikan relevansi dan keterkaitannya dengan upaya

pencapaian misi Kepala Daerah Kabupaten Nganjuk, sebagaimana

yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018, yang

terkait atau sejalan dan perlu diaktualisasikan oleh BAPPEDA

Kabupaten Nganjuk. Untuk itu, BAPPEDA Kabupaten Nganjuk

menetapkan misi 2014-2018 sebagai berikut :

1) Melaksanakan penyusunan perencanaan pembangunan daerah

yang berkualitas didukung dengan Penelitian dan

Pengembangan;

2) Penyediaan data dan informasi perencanaan pembangunan serta

pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

pembangunan daerah;

3) Meningkatkan Profesionalisme SDM dan Kapasitas Aparatur

Perencana serta Kelembagaan Perencana.


78

b. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kabupaten Nganjuk

Untuk dapat menjalankan perannya dalam upaya mencapai visi

dan misi tersebut, telah disusun struktur organisasi BAPPEDA

Kabupaten Nganjuk sebagai berikut:


79

Gambar 3. Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nganjuk

KEPALA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS

KEPALA SUB KEPALA SUB KEPALA SUB


BAGIAN PROGRAM BAGIAN KEUANGAN BAGIAN UMUM
DAN EVALUASI

KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG PU, KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG
PEMERINTAHAN SOSIAL EKONOMI PERHUBUNGAN DAN PENELITIAN DAN PENDATAAN DAN
LINGKUNGAN HIDUP PENGEMBANGAN PELAPORAN

KEPALA SUB KEPALA SUB KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB
BIDANG BIDANG BINA MARGA DAN LITBANG, BIDANG DATA
PEMERITAHAN PENDIDIKAN DAN KECIPTAKARYAAN PEREKONOMIAN, SOSIAL DOKUMENTASI
DAERAH KESEHATAN DAN KEMASYARAKATAN

KEPALA SUB KEPALA SUB KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG
KEPALA SUB
BIDANG BIDANG EKONOMI PERHUBUNGAN, LITBANG PEMERINTAHAN,
BIDANG
PEMERINTAHAN DAN KESRA LINGKUNGAN HIDUP PEMBANGUNAN DAN
PELAPORAN
UMUM DAN PENGAIRAN KEUANGAN DAERH
80

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk Nomor 09


Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Nganjuk serta Keputusan Bupati
Nganjuk Nomor 17 Tahun 2009 tentang Tugas, Pokok dan Fungsi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang perencanaan pembangunan dimana struktur BAPPEDA
terdiri dari :

1. Kepala Badan
2. Kelompok Jabatan Fungsional
3. Sekretaris, membawahi 3 sub bidang, yaitu :
a) Sub Bagian Program dan Evaluasi
b) Sub Bagian Keuangan
c) Sub Bagian Umum
4. Bidang Pemerintahan, membawahi 2 sub bidang, yaitu :
a) Sub Bidang Pemerintahan Daerah
b) Sub Bidang Pemerintahan Umum
5. Bidang Sosial Ekonomi
a) Sub Bidang Pendidikan dan Kesehatan
b) Sub Bidang Ekonomi dan Kesra
6. Bidang PU, Perhubungan, dan Lingkungan Hidup
a) Sub Bidang Bina Marga dan Keciptakaryaan
b) Sub Bidang Perhubungan, Lingkungan hidup, dan
Pengairan
7. Bidang Penelitian dan Pengembangan
a) Sub Bidang Litbang, Perekonomian, Sosial, dan
Kemasyarakatan
b) Sub Bidang Litbang Pemerintahan, Pembangunan dan
Keuangan Daerah
81

8. Bidang Pendataan dan Pelaporan


a) Sub Bidang Data Dokumentasi
b) Sub Bidang Pelaporan
c. Tugas dan Fungsi BAPPEDA Kabupaten Nganjuk

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk Nomor 09

Tahun 2008 serta Keputusan Bupati Nganjuk Nomor 17 Tahun 2009

seperti disebutkan diatas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan dengan tugas

pokok fungsi sebagaimana tersebut dibawah ini.

Terdapat 5 (lima) bidang yang dibawahi oleh Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nganjuk, diantaranya

Bidang Pemerintahan, Bidang Sosial Ekonomi, Bidang PU,

Perhubungan, dan Lingkungan Hidup, Bidang Penelitian dan

Pengembangan, dan Bidang Pendataan dan Pelaporan. Adapun Yang

menjadi fokus penulis dalam melakukan penelitian adalah pada

Bidang PU, Perhubungan, dan Lingkungan Hidup. Terdapat 2 (dua)

sub bidang yang dibawahi Kepala Bidang PU, Perhubungan, dan

Lingkungan Hidup diantaranya Sub Bidang Bina Marga dan

Keciptakaryaan dan Sub Bidang Perhubungan, Lingkungan Hidup,

dan Pengairan.. Adapun tugas pokok dan fungsinya yaitu sebagai

berikut:

1) Perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan di

bidang pekerjaan umum bina marga, cipta karya dan tata ruang,
82

pengairan, perhubungan, komunikasi dan informatika,

lingkungan hidup dan kehutanan;

2) Pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan di

bidang pekerjaan umum bina marga, cipta karya dan tata ruang,

pengairan, perhubungan, komunikasi dan informatika,

lingkungan hidup dan kehutanan;

3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas perencanaan pembangunan di

bidang pekerjaan umum bina marga, cipta karya dan tata ruang,

pengairan, perhubungan, komunikasi dan informatika,

lingkungan hidup dan kehutanan;

4) Pengoordinasian penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD) di bidang pekerjaan umum bina marga, cipta karya dan

tata ruang, pengairan, perhubungan, komunikasi dan

informatika, lingkungan hidup dan kehutanan;

5) Pelaksanaan penyusunan Kebijakan Umum APBD dan Prioritas

dan Plafon Anggaran Sementara APBD (KUA-PPAS APBD)

dalam rangka persiapan penyusunan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) di bidang pekerjaan

umum bina marga, cipta karya dan tata ruang, pengairan,

perhubungan, komunikasi dan informatika, lingkungan hidup

dan kehutanan;

6) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pengendalian kegiatan

perencanaan pembangunan di bidang pekerjaan umum bina


83

marga, cipta karya dan tata ruang, pengairan, perhubungan,

komunikasi dan informatika, lingkungan hidup dan kehutanan;

7) Penyusunan laporan pelaksanaan perencanaan pembangunan di

bidang pekerjaan umum bina marga, cipta karya dan tata ruang,

pengairan, perhubungan, komunikasi dan informatika,

lingkungan hidup dan kehutanan;

8) Pelaksanaan koordinasi penyusunan Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Daerah di bidang pekerjaan umum bina

marga, cipta karya dan tata ruang, pengairan, perhubungan,

komunikasi dan informatika, lingkungan hidup dan kehutanan;

9) Pelaksanaan penyusunan Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati dalam pelaksanaan

tugasnya setiap akhir tahun anggaran dan akhir masa jabatan di

bidang pekerjaan umum bina marga, cipta karya dan tata ruang,

pengairan, perhubungan, komunikasi dan informatika,

lingkungan hidup dan kehutanan;

10) Pelaksanaan tugas–tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah sesuai dengan tugas dan

fungsinya.
84

4. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata

Ruang Kabupaten Nganjuk

a. Visi dan Misi Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Nganjuk

Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang

diinginkan pada akhir periode perencanaan, yang mencerminkan

harapan yang ingin dicapai dilandasi oleh kondisi dan potensi serta

prediksi tantangan dan peluang pada masa yang akan datang.

Berdasarkan makna tersebut dan sesuai dengan Visi Pemerintah

Kabupaten Nganjuk maka Visi pembangunan Kecipta Karyaan yang

menjadi acuan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang

Daerah Kabupaten Nganjuk adalah “Terwujudnya Pembangunan di

Bidang Kecipta Karyaan dan Penyusunan Tata Ruang Yang

Mendukung Terciptanya Masyarakat Kabupaten Nganjuk Yang

Jaya.”

Berdasakan Tugas Pokok dan Fungsi serta dilandasi oleh Visi,

maka Misi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang

Daerah Kabupaten Nganjuk adalah sebagai berikut :

1) Mewujudkan penyusunan tata ruang yang lengkap yang

dilandasi legalitas hukum.

2) Mewujudkan percepatan pembangunan infrastuktur dan

penyehatan lingkungan perumahan permukiman.


85

3) Mewujudkan pembangunan infrastruktur dan pelayanan umum

di bidang kebersihan dan pertamanan.

Sebagai Penjabaran dari Visi dan Misi tersebut diatas, tujuan

dalam bentuk sasaran yang mudah terukur dengan rumusan-rumusan

indikator dari Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang adalah :

1) Meningkatnya penataan kawasan daerah sesuai Rencana Umum

Tata Ruang Wilayah / RUTRW yang diukur dengan indikator

kinerja sebagai berikut :

a) Jumlah tersusunnya rencana detil tata ruang

perkotaan/pedesaan

b) Jumlah tercapainya pengelolaan dan pembangunan

bangunan gedung Negara

2) Meningkatnya penyediaan infrastruktur dan kualitas lingkungan

perumahan permukiman yang diukur dengan indikator kinerja

sebagai berikut :

a) Jumlah penduduk perkotaan dan pedesaan mendapatkan

pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan

b) Jumlah ketersediaan drainase lingkungan

c) Jumlah terpenuhinya kebutuhan jalan lingkungan

d) Jumlah tersedianya sistem air limbah skala

komunitas/kawasan/kota

e) Jumlah rumah layak huni


86

3) Meningkatnya pembangunan sarana dan prasarana kebersihan

dan pertamanan yang diukur dengan indikator kinerja sebagai

berikut

a) Jumlah luas cakupan permukiman perkotaan yang dilayani

pengangkutan sampah

b) Jumlah sampah perkotaan yang terangkut ke Tempat

Pembuangan Akhir / TPA

c) Jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH)

d) Jumlah Pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU)

e) Jumlah Pemeliharaan Penerangan Jalan Umum (PJU)

b. Struktur Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Nganjuk

Untuk dapat menjalankan perannya dalam upaya mencapai visi

dan misi tersebut, telah disusun struktur Dinas PU Cipta Karya dan

Tata Ruang Kabupaten Nganjuk sebagai berikut :


87

Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang


Daerah Kabupaten Nganjuk

Kepala Dinas

Kelompok Sekretariat
Jabatan Fungsional

Subbagian Subbagian Subbagian


Umum Keuangan Program & Evaluasi

Bidang Tata Bidang Bidang


Bangunan dan Tata Perumahan dan Kebersihan dan
Ruang Permukiman Pertamanan

Seksi Seksi Seksi


Tata Bangunan Perumahan Pertamanan

Seksi Seksi Seksi


Tata Ruang Permukiman Kebersihan

Unit Pelaksana Teknis Dinas :


- Pekerjaan Umum Cipta Karya Dan Tata Ruang (20)
- Pemadam Kebakaran (1)

Sumber : Renstra Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang

Berdasarkan Peraturan Bupati Nganjuk Nomor 16 tahun 2009

tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Daerah

Kabupaten Nganjuk, Dinas PU dan Cipta Karya mempunyai struktur

organisasi sebagai berikut :


88

1. Kepala Dinas

2. Kelompok Jabatan Fungsional

3. Sekretariat, membawahi 3 sub bagian, yakni :

a) Subbagian Umum

b) Subbagian Keuangan

c) Subbagian Program dan Evaluasi

4. Bidang Tata Bangunan dan Tata Ruang, membawahi 2 seksi,

yaitu :

a) Seksi Bangunan

b) Seksi Tata Ruang

5. Bidang Perumahan dan Permukiman, membawahi 2 seksi, yaitu:

a) Seksi Perumahan

b) Seksi Permukiman

6. Bidang Kebersihan dan Pertamanan, membawahi 2 seksi, yakni:

a) Seksi Kebersihan

b) Seksi Pertamanan

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas

c. Tugas dan Fungsi Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Nganjuk

Berdasarkan Peraturan Bupati Nganjuk Nomor 16 tahun 2009

tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Daerah

Kabupaten Nganjuk, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata

Ruang Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan


89

pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan di bidang pekerjaan umum cipta karya dan tata ruang

daerah. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Daerah

mempunyai fungsi yaitu :

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum cipta

karya dan tata ruang daerah;

2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang pekerjaan umum cipta karya dan tata ruang daerah;

3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum

cipta karya dan tata ruang daerah;

4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Daerah

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang mempunyai tugas

merumuskan kebijakan teknis, menyelenggarakan urusan

pemerintahan daerah, membina dan melaksanakan tugas di bidang

pekerjaan umum cipta karya dan tata ruang daerah. Adapun bidang

yang sesuai dengan penelitian penulis adalah Bidang Kebersihan dan

Pertamanan yang membawahi 2 seksi, yaitu Seksi Kebersihan dan

Seksi Pertamanan. Berikut tugas dan fungsinya :


90

d. Bidang Kebersihan dan Pertamanan

Bidang Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas

melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan di bidang kebersihan dan pertamanan

Bidang Kebersihan dan Pertamanan mempunyai fungsi :

1) perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan dan

pertamanan;

2) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang kebersihan dan pertamanan;

3) pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebersihan dan

pertamanan meliputi pengaturan, penertiban, pengelolaan :

persampahan, pertamanan dan pohon perindang, fasilitas

umum/sarana olah raga dan penerangan jalan umum dan lampu

hias;

4) pembangunan sarana prasarana persampahan, pertamanan,

fasilitas umum dan penerangan jalan umum dan lampu hias;

5) pemberian rekomendasi izin pemanfaatan taman;

6) pelaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruag Daerah sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

e. Seksi Kebersihan

Seksi Kebersihan mempunyai tugas :

1) merumuskan kebijakan teknis di bidang kebersihan;


91

2) menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

di bidang kebersihan;

3) membina dan melaksanakan tugas di bidang kebersihan meliputi

pemberian kapasitas manajemen pelayanan dan fasilitasi

kerjasama dunia usaha dan masyarakat dalam penyelenggaraan

pengembangan prasarana sarana persampahan;

4) memberikan bantuan teknis pada kecamatan, desa dan kelompok

masyarakat dalam pengelolaan persampahan, pengangkutan,

pemusnahan dan pemanfaatan sampah/air kotor;

5) melaksanakan pembangunan dan rehabilitasi serta pemeliharaan

prasarana sarana persampahan;

6) memberikan pelayanan perizinan dan pengelolaan persampahan

mulai sumber sampah, pengumpulan, pengangkutan dan

pemrosesan akhir;

7) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Kebersihan dan Pertamanan sesuai dengan tugasnya.

f. Seksi Pertamanan

Seksi Pertamanan mempunyai tugas :

1) merumuskan kebijaksan teknis di bidang pertamanan;

2) menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

di bidang pertamanan;

3) membina dan melaksanakan tugas di bidang pertamanan

meliputi penyusunan rencana dan kebijakan strategis,


92

pengembangan : pertamanan, pengadaan sarana prasarana

penerangan jalan umum dan lampu hias;

4) melaksanakan pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan

sarana prasarana pertamanan, penerangan jalan umum dan

lampu hias;

5) memberikan bantuan teknis kepada kecamatan, desa dan

kelompok masyarakat dalam pengelolaan pertamanan dan

pemasangan penerangan jalan umum dan lampu hias;

6) melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh Kepala Bidang

Kebersihan dan Pertamanan sesuai dengan tugasnya.

B. Penyajian Data

1. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Nganjuk

Kabupaten Nganjuk

a. Penyusunan Rencana

Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan Nganjuk belum

memiliki sebuah perencanaan yang matang, padahal perencanaan

merupakan hal terpenting untuk mengembangkan RTH. Perencanaan

yang dilakukan akan lebih dapat terkontrol dan terperinci sesuatu

yang menjadi sebuah dukungan dan hambatan. Oleh karena itu,

perencanaan sangat penting untuk pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

di Perkotaan Nganjuk supaya berkembang dengan tetap menjaga


93

prinsipnya. Untuk membuat sebuah perencanaan dapat menggunakan

perencanaan skenario.

Penyusunan perencanaan skenario untuk pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau dapat menggunakan sebuah metode yaitu TAIDA.

TAIDA itu sendiri merupakan singkatan dari Tracking (melacak),

Analysing (analisis), Imaging (membayangkan), Deciding

(memutuskan), dan Acting (bertindak). Metode TAIDA dapat

memberikan kemudahan untuk membuat perencanaan skenario

karena terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan. Berikut

adalah perencanaan skenario untuk pengembangan Ruang Terbuka

Hijau di Perkotaan Nganjuk menggunakan metode TAIDA :

1) Tracking (Melacak)

Tracking bertujuan untuk menjelaskan kondisi yang ada

mengenai Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan Nganjuk.

Penjelasan mengenai kondisi RTH di Perkotaan Nganjuk akan

memudahkan untuk memahami bagaimana perkembangan RTH

dari tahun ke tahun. Sehingga untuk mendapatkan informasi

tentang perkembangan harus langsung dari narasumber yang

memahami tentang kondisi RTH di Perkotaan Nganjuk. Hal ini

bertujuan agar informasi yang didapatkan benar-benar

terpercaya dan segar untuk diolah menjadi suatu perencanaan

skenario yang dapat bermanfaat bagi pengelolaan RTH di

Perkotaan Nganjuk kedepan.


94

Tabel 5
RTH di Perkotaan Nganjuk
No Lokasi Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
(m2) (m2) (m2)
1 Alun-alun Nganjuk 14.400 14.400 14.400
2 Gedung Juang 6.000 6.000 6.000
3 Stadion Anjuk 10.200 10.200 10.200
Ladang
4 Monumen Anjuk 5.000 5.000 5.000
Ladang
5 Taman PKK 620 620 620
6 Taman Ex Arca 140 140 140
7 Median A. Yani 1200 1200 1200
8 Taman Ring Road 2.284 2.645 2.645
9 Circle Gatot Subroto 250 250 250
10 Circle Mastrip Timur 30 30 30
11 Circle Jln. Veteran 100 100 100
12 Pot Bunga 1.500 1.954 1.954
13 Taman SKPD 1050 1050 1050
14 Taman BUMD, 360 360 360
BUMN
15 Taman Gapura 400 400 400
Warungotok
16 Taman Pehserut 250 250 250
17 Perempatan Barito 140 140 140
18 Taman Trunojoyo 200 200 200
19 Taman Jln. Gatot 550 550 550
Subroto
20 Jln. Anjuk Ladang 175 175 175
21 Taman Gang Aren 250 250 250
22 Taman Pintar 6300 6300 6300
23 Taman Bermain 1000 1000 1000
24 Taman Balai Budaya 80 80 80
25 Taman DPU Cipta 2500 2500 2500
Karya
26 Taman Jln Pangsud 60 60 60
Timur
27 Median Taman Jln - 230 230
Panglima
Sudirman dan Jln.
Gatot Subroto
28 Tepi Jl. A. Yani - 100 100
29 Taman Jln. Anjuk - - 155
Ladang
95

Sumber : Renstra Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Nganjuk
tahun 2013-2018

Berdasarkan data dari Dinas PU Cipta Karya dan Tata

Ruang Kabupaten Nganjuk tahun 2014-2016, di Perkotaan

Nganjuk terdapat 29 RTH Publik di berbagai lokasi. Terdapat

beberapa lokasi yang memiliki luasan lahan yang sama ditiap

tahunnya, namun ada beberapa juga yang penambahan luasan

lahan, dan terdapat juga RTH Publik yang baru.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Sri,

yang menjabat sebagai Kepala Bidang Pertamanan dan

kebersihan mengatakan, :

“Kondisi RTH di Perkotaan Nganjuk belum memenuhi


prosentase RTH yang ada dalam peraturan mas yang sebesar
30% itu lho. Untuk RTH privat mungkin sudah ya, tapi
untuk RTH publik masih belum mencapai 20%. Apalagi ini
juga banyak industri yang mulai berkembang pesat di
Nganjuk. Saya khawatir lingkungan Perkotaan Nganjuk juga
tercemar akibat pengaruh industri tadi mas.” (wawancara 2
Desember 2016 pukul 14.00 WIB)
Dari wawancara tersebut, penulis juga mengamati bahwa

memang di Perkotaan Nganjuk kualitas dan kuantitas RTH

belum memadai. Padahal manfaat dari RTH itu sendiri untuk

mengimbangi pembangunan industri yang semakin pesat. Di

khawatirkan dengan adanya pembangunan segala asepek tanpa

diimbangi perbaikan kualitas lingkungan akan mempengaruhi

kondisi lingkungan di Perkotaan Nganjuk.


96

2) Analysing (Analisis)

Pada tahapan ini akan menjelaskan permasalahan yang ada

pada RTH Perkotaan Nganjuk untuk dapat diidentifikasi apa

yang mendorong untuk disusun suatu perencanaan.

Pengembangan RTH di Perkotaan Nganjuk sangat bermanfaat

bagi semua pihak, namun pengembangan RTH ini mengalami

beberapa kendala yang dapat mempengaruhi proses

berkembangnya RTH. Kendala yang terjadi adalah masih

minimnya pengetahuan masyarakat Perkotaan Nganjuk

mengenai pentingnya melestarikan lingkungan dan fungsi dari

RTH itu sendiri.

Di Perkotaan Nganjuk masih sering ditemukan aksi-aksi

perusakan sarana-prasarana termasuk juga Ruang Terbuka

Hijau. Aksi perusakan tersebut bisa dilihat pada gambar berikut:


97

Gambar 5. Aksi Vandalisme (corat-coret) di Taman Pandan Wilis

3) Imaging (Membayangkan)

Tahapan imaging atau membayangkan ini merupakan

langkah dimana memikirkan apa yang akan terjadi di masa

depan menggunakan cara alternatif. Perencanaan pada tahapan

ini adalah salah satu langkah untuk memikirkan apa yang akan

terjadi sesuai visi yang ada. Perumusan visi tersebut harus

dilihat dari apa yang menjadi kekuatan yang ada dalam

organisasi terkait pengembangan RTH tersebut, yakni Bappeda,

Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, serta Kantor

Lingkungan Hidup Kabupaten Nganjuk, sehingga tujuan yang

ingin dicapai dapat terwujud.

Kepala Sub-bidang Perhubungan, Lingkungan Hidup, dan

Pengairan Badan Perencanaann Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kabupaten Nganjuk, Bapak Puji, menjelaskan:


98

“Strategi merupakan cara-cara terbaik yang dilakukan untuk


mencapai suatu keberhasilan. Dalam Perencanaan
Pembangunan, hal tersebut berkaitan dengan Rencana
Strategi yang memiliki jangka waktu 5 tahunan namun
dalam ruang lingkup SKPD atau rencana strategi
menyesuaikan antara dokumen perencanaan yang berlaku
dengan tupoksi SKPD.” (wawancara 2 Desember 2016,
pukul 09.30 WIB)

Dari permasalahan dan hasil telaah visi dan misi Bupati

Kabupaten Nganjuk, maka dapat disimpulkan bahwa isu

strategis yang terkait RTH yang dihadapi Perkotaan Nganjuk

adalah :

a) Masalah kurangnya SDM dalam pengelolaan RTH

perkotaan,

b) Masih kurangnya partisipasi masyarakat terhadap RTH.

4) Deciding (Memutuskan)

Tahapan deciding atau memutuskan ini merupakan tahapan

dimana harus memilih mana saja langkah yang akan diambil.

Untuk melakukan tahapan ini, tentunya dibutuhkan isu-isu yang

akurat, sehingga dapat diambil keputusan yang paling baik.

Proses pengambilan keputusan tersebut harus melibatkan pihak-

pihak yang berkaitan dengan keputusan yang akan diambil,

Karena setiap pihak dapat menyalurkan inspirasi atau ide-ide.

Setiap keputusan yang diambil harus sesuai dengan kebutuhan

dan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.


99

Langkah pengambilan keputusan dalam perencanaan

pembangunan RTH di Perkotaan Nganjuk terdapat 5 (lima)

aspek yang berpengaruh, yaitu :

a) Pendekatan Politik

Di Kabupaten Nganjuk dalam pengambilan keputusan

dalam pemngembangan RTH, didasarkan pada RPJMD

yang di dasarkan pada visi, misi dan program dari Bupati

terpilih. Dimana visi dari Bupati terpilih adalah

“Terwujudnya Kejayaan Nganjuk Berlandaskan Iman dan

Taqwa, Berbasis Sektor Utama Pembangunan untuk

Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat”

b) Pendekatan Tehnokratik

Pendekatan ini didasarkan pada SKPD yang terkait

dengan tehnis pembangunan RTH Perkotaan Nganjuk,

yakni Bappeda, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang serta

Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Nganjuk.

c) Pendekatan Partisipatif

Proses pelaksanaan pembangunan RTH di Perkotaan

Nganjuk melibatkan semua stakeholder terkait, yakni

pemerintah, swasta, dan juga masyarakat Perkotaan

Nganjuk itu sendiri. Hal ini tercermin pada proses

Musrenbang.
100

d) Pendekatan Top Down dan Bottom Up

Kedua pendekatan tersebut dilaksanakan secara sinergis

yaitu, penyusunan dimulai dari jenjang pemerintahan,

kemudian rencana pembangunan diselaraskan melalui

musyawarah perencanaan pembangunan yang dilaksanakan

di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten Nganjuk.

5) Acting (Bertindak)

Tahapan acting atau bertindak ini merupakan tahapan

terakhir dari perencanaan. Pengelola RTH di Perkotaan Nganjuk

sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan

RTH di Perkotaan Nganjuk.

Berdasarkan dari isu strategis pengembangan RTH di

Perkotaan Nganjuk, maka dibuatlah program pengelolaan RTH

yang meliputi beberapa kegiatan antara lain:

a) Kegiatan pemeliharaan lampu penerangan jalan umum,

b) Kegiatan pemeliharaan taman alun-alun,

c) Kegiatan pemeliharaan taman bantaran,

d) Kegiatan perawatan pohon lindung pada tepi jalan

e) Kegiatan penataan RTH (Memperbanyak taman)

f) Kegiatan pemeliharaan lampu taman,

g) Kegiatan program taman bersih,


101

h) Kegiatan peningkatan fasilitas taman kota, (Sumber: Renstra

Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Nganjuk

tahun 2013-2018).

b. Pelaksanaan Rencana

Dalam pelaksanaan rencana pengelolaan RTH, maka Pemerintah

mengadakan Musrenbang. Musrenbang merupakan upaya dari

pemrintah untuk menyerap aspirasi dari masyarakat terkait dengan

pengelolaan pembangunan perkotaan Nganjuk. Berdasarkan hasil

Musrenbang tahun 2014, terdapat permasalahan mengenai

pengelolaan Perkotaan Nganjuk, yakni peningkatan dan perawatan

infrastruktur dan utilitas perkotaan serta kualitas lingkungan hidup.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dalam perawatan

infrastruktur perkotaan, pemerintah memang belum optimal dalam

menangani permasalahan tersebut. Berkaitan dengan RTH taman,

fasilitas yang tersedia kurang memadai. Kurangnya tempat

pembuangan sampah, kondisi taman yang gersang, fasilitas bermain

yang kurang untuk anak-anak, dsb, merupakan catatan penulis saat

mengamati kondisi RTH publik di Perkotaan Nganjuk.

Hal ini juga dijelaskan oleh Bu Sri, Kepala Bidang Pertamanan

dan Kebersihan Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Nganjuk, beliau mengatakan :

“Ya memang dalam pelaksanaan pembangunan RTH di


Perkotaan Nganjuk memang masih banyak kendalanya mas.
Saya pribadi mengakui konsep RTH Publik, khususnya taman,
memang belum jelas. Ketidakjelasan tersebut mengakibatkan
102

banyak hal-hal yang luput dari perhatian kami. Masalah sepele


misalnya kurangnya tong sampah. Meskipun sepele tapi
ternyata itu penting sekali mas. Bayangkan kalau tempat
pembuangan sampah kurang atau bahkan tidak ada, pasti
masyarakat juga akan buang sampah seenaknya. Akibatnya
kondisi taman juga kotor mas. Ya kan???” (wawancara 2
Desember 2016 pukul 14.00 WIB)

c. Pengorganisasian Rencana

Pengorganisasian RTH di Perkotaan Nganjuk dilaksanakan

bersama-sama oleh berbagai stakeholder terkait pengelolaan RTH.

Semua stakeholder terkait saling bekerjasama dalam mengelola RTH

tersebut. Koordinasi antara pemerintah, masyarakat dan pihak swasta

selayaknya berjalan dengan solid.

Dalam mengembangkan RTH diperkotaan Nganjuk, dibutuhkan

data yang akurat dan akuntable agar pengelolaan sesuai dengan

tujuan yang diharapkan. Berikut adalah tabel mengenai program

pengembangan RTH di Perkotaan Nganjuk yang tercantum pada

Renstra Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Nganjuk

tahun 2013-2018:
103

Tabel 6
Rencana Pengembangan RTH Perkotaan Nganjuk

No Program Kegiatan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Program Pembanguna 7,049 Ha7,057 Ha7,065 Ha7,073 Ha7,081 Ha 7,089 Ha

Penanaman n RTH

&

Pemeliharaa

n Pohon

Lindung

Jalan,

Taman dan

Hutan Kota

Sumber : Renstra Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Nganjuk

tahun 2013-2018

Dalam tabel tersebut, data pencapaian awal yakni tahun 2013

dan diproyeksikan hingga tahun 2018. Pengembangan RTH di

Perkotaan Nganjuk melalui program penanaman dan pemeliharaan

pohon lindung jalan, taman dan hutan perkotaan. Setiap tahun,

perubahan prosentase RTH hanya kisaran 0,008 Ha. Dalam

perencanaan pembangunan RTH tersebut, pelaksananya meliputi 3

stakeholder terkait, yaitu Bappeda, Dinas PU Cipta Karya dan Tata

Ruang dan Kantor Lingkungan Hidup.


104

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan,

hutan kota termasuk ke dalam jenis RTH Kawasan Perkotaan.

Sehingga dalam pelaksanaannya hutan kota terhitung ke dalam RTH

kota. Seperti yang dipaparkan oleh Kepala Subbagian TU Kantor

Lingkungan Hidup (KLH), Bu Pangestin Rahayu :

“Hutan kota memang termasuk ke dalam jenis RTH, namun


dalam penyediaan dan pengelolaan hutan kota di kelola oleh
Dinas Perhutani. Jadi terkait hutan kota KLH tidak berwenang
untuk mengelola.” (Wawancara 1 Desember 2016 pukul 10.00
WIB)

Oleh karena itu, dalam pengelolaan RTH di perkotaan Nganjuk,

hutan kota termasuk dalam prioritas pengelolaan. Meskipun dalam

hal pelaksananya tidak dilaksanakan hanya satu stakeholder, namun

oleh stakeholder yang berbeda. Untuk hutan kota, pengelolanya

dilaksaksanakan oleh Dinas Perhutani, sedangkan untuk KLH

mengembangkan pohon tepi jalan dan sepadan sungai. Selain itu

Bappeda Kabupaten juga turut andil dalam membuat program dalam

pengelolaannya, sedangkan Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang

merupakan pelaksana dari program tersebut. misalnya dalam

renovasi alun-alun Kota, pengelolaannya dilakukan oleh Dinas PU.

d. Evaluasi Rencana Pembangunan RTH

Pengelolaan RTH di Perkotaan dilaksanakan dengan

mengidentifikasi masalah-masalah terkait RTH untuk mentukan isu-


105

isu strategis. Berdasarkan pengamatan penulis, permasalahan terkait

RTH di Perkotaan Nganjuk adalah:

1) Internal

a. Masih terbatasnya SDM (Sumber Daya Manusia) di bidang

kebersihan dan pertamanan,

b. Masih kurangnya ketersediaan sarana/prasarana bidang

kebersihan dan pertamanan,

c. Belum optimalnya peningkatan keindahan perkotaan,

d. Belum tersedianya regulasi tentang pengelolaan sampah dan

RTH yang memadai.

2) Eksternal

a. Kurang lengkapnya penyediaan fasilitas lahan pemakaman,

b. Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap keberadaan

taman,

c. Belum tercapainya pemenuhan 30% ruang kota yang

dimanfaatkan untuk RTH,

d. Belum adanya regulasi pengelolaan RTH,

Selain itu, peran masyarakat juga sangat kurang dalam menjaga

RTH yang ada. Masih banyak ditemukan aksi vandalisme (corat-

coret) pada taman, alun-alun, dan berbagai RTH publik yang

disediakan oleh pemerintah Kabupaten Nganjuk. Budaya buang

sampah tidak pada tempatnya juga masih sering ditemukan pada


106

tempat-tempat tersebut. Selayaknya jika masyarakat itu sendiri ikut

menjaga dan mengelola RTH yang ada.

2. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Pengelolaan RTH di

Perkotaan Nganjuk

Dalam pengelolaan RTH pasti ada faktor-faktor yang menghambat

dan yang mendukung tercapainya tujuan. Begitu juga dalam pengelolaan

ruang terbuka hijau (RTH) di Perkotaan Nganjuk. Kepala Sub-bidang

Perhubungan, Lingkungan Hidup, dan Pengairan Badan Perencanaann

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Nganjuk, Bapak Puji,

menyampaikan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung

perencanaan pembangunan RTH di Perkotaan Nganjuk:

“Dalam pengelolaan RTH di Perkotaan Nganjuk, Pemda masih


menemui beberapa kendala yang menjadi faktor penghambat yaitu,
kurangnya kesadaran warga Perkotaan Nganjuk akan pentingnya
RTH dan belum adanya peraturan khusus tentang RTH. Sedangkan
faktor pendukungnya adalah kondisi geografis Perkotaan Nganjuk
yang memiliki tanah relatif datar dan bisa ditanami berbagai jenis
pohon, dan anggaran yang dikeluarkan Pemda cukup untuk RTH.”
(wawancara 2 Desember 2016, pukul 09.30 WIB)

Selain itu Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Nganjuk

melalui Bu Sri yang menjabat Kepala Bidang Pertamanan, dan

Kebersihan juga memberikan tanggapan terkait faktor-faktor penghambat

dan pendukung pelaksanaan perencanaan pembangunan RTH di Perkotaan

Nganjuk:

“Dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan RTH di Perkotaan


Nganjuk pastinya akan menemui hambatan dan selain itu pasti juga
ada faktor pendukung. Hambatan yang ditemui antara lain: peran
serta masyarakat yang kurang dalam hal menjaga keindahan,
107

penghijauan dan keebersihan; lalu kesadaran masyarakat tentang


pentingnya penghijauan masih sangat kurang, hal tersebut bisa dilihat
dari masih banyak permintaan ijin penebangan pohon; terus
regulasinya untuk RTH sendiri belum ada. Terus kalau
pendukungnya adalah anggaran pemerintah dalam tiap tahun
mencukupi, program pemerintah terkait RTH.” (wawancara 2
Desember 2016, pukul 14.00 WIB)

Berdasarkan pernyataan bapak Puji dan Bu Sri diatas, bisa dikatakan

bahwa faktor-faktor penghambat dan pendukung yang terjadi dalam

perencanaan pembangunan RTH di Perkotaan Nganjuk terdiri dari faktor

internal (dalam lingkup Pemda Nganjuk) dan eksternal (di luar Pemda

Nganjuk).

1. Faktor Penghambat

Berikut adalah faktor-faktor penghambat dalam perencanaan

pembangunan RTH di Perkotaan Nganjuk, antara lain:

a. Belum adanya peraturan

Di Perkotaan Nganjuk peraturan terkait RTH secara khusus

masih belum ada. Pengembangan RTH saat ini di Perkotaan

Nganjuk berpedoman pada RTRW dan RPJMD yang diatur

kedalam Peraturan Daerah. Sedangkan RTRW sendiri mengatur

semua hal terkait penataan ruang yang dimana RTH menjadi

salah satu bagian dalam tata ruang, yang mana terdapat

penjabarannya yang dituangkan dalam Rencana Detail Tata

Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi. Begitu juga dengan

RPJMD yang mengatur tentang perencanaan pembangunan dan

RTH merupakan salah satu program yang ada dalam dokumen


108

perencanaan tersebut. Terkait hal tersebut Kepala Sub-bidang

Perhubungan, Lingkungan Hidup, dan Pengairan Badan

Perencanaann Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten

Nganjuk, Bapak Puji menyampaikan pentingnya regulasi dalam

pelaksanaan perencanaan pembangunan RTH:

“RTH merupakan salah satu hal yang penting bagi


kelangsungan hidup maupun lingkungan hidup. Saat ini
RTH dianggap sebagai suatu hal yang tidak produktif atau
berdampak pada perekonomian daerah. Sebenarnya kalau
dikelola secara baik RTH tersebut bias berdampak pada
perekonomian daerah. Dalam perencanaan pembangunan
RTH maupun pelaksanaanya seharusnya ada peraturan yang
mengatur seperti Perda, sehingga penyimpangan-
penyimpangan dalam perencanaan pembangunan RTH dapat
terminimalisir.” (wawancara 2 Desember 2016, pukul 09.30
WIB)

Menurut Bapak Puji bahwa dengan adanya peraturan

tersebut bisa meminimalisir segala bentuk penyimpangan yang

terjadi. Namun saat ini Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang

sudah menyusun rancangan peraturan terkait pengelolaan RTH,

seperti yang disampaikan Bu Sri yang menjabat Kepala Bidang

Pertamanan, dan Kebersihan:

“Saat ini kami masih membuat rancangan peraturan terkait


RTH. Jadi dalam rancangan tersebut saya mencantumkan
beberapa pasal terkait penyediaan RTH, baik RTH Publik
ataupun RTH Privat. Tapi ini masih belum selesai dan masih
lama prosesnya sampai bisa dijadikan perda.” (wawancara 2
Desember 2016, pukul 14.00 WIB)

Berdasarkan pernyataan tersebut bisa dikatakan bahwa

Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang sudah mengupayakan


109

untuk meningkatkan prosentasi RTH di Perkotaan Nganjuk

menjadi 30%.

b. Kurangnya kesadaran masyarakat

Di Perkotaan Nganjuk masih sering ditemukan aksi-aksi

perusakan sarana-prasarana termasuk juga Ruang Terbuka

Hijau. Aksi perusakan tersebut bisa dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6. Aksi Vandalisme (corat-coret) di Alun-alun Nganjuk

Dari gambar bisa dilihat bahwa aksi corat-coret terhadap

fasilitas umum masih dilakukan oleh masyarakat Perkotaan

Nganjuk. Tingkat kesadaran masayarakat tentang pentingnya

RTH masih sangat kurang, seperti yang disampaikan oleh Bpk.

Puji, Kepala Sub-bidang Perhubungan, Lingkungan Hidup, dan


110

Pengairan Badan Perencanaann Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kabupaten Nganjuk :

“Masyarakat Perkotaan Nganjuk masih belum mengerti


seberapa pentingya RTH bagi kelangsungan hidup. Jadi
kebanyakan dari mereka menyepelekan hal-hal tersebut.
Selain itu, banyak juga yang masih buang sampah
sembarangan di mana-mana, yang paling parah di alun-alun
mas. Kalau malem coba sampean lihat sendiri, banyak
sampah yang dibuang begitu saja.” (wawancara 2 Desember
2016, pukul 09.30 WIB)

Kurangnya kesadaran masyarakat Perkotaan akan

pentingnya RTH memang masih kurang. Seperti yang telah

disebutkan diatas misalnya. Hal tersebut selayaknya menjadi

perhatian Pemda setempat mengingat pentingnya RTH bagi

masyarakat itu sendiri.

c. Alokasi anggaran yang kurang relevan

Anggaran RTH Perkotaan Nganjuk sudah diatur dalam

APBD Kabupaten Nganjuk. Namun pada kenyataannya, proses

alokasi dana tidak relevan dengan dana yang diterapkan. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh Bu Sri yang menjabat Kepala

Bidang Pertamanan, dan Kebersihan :

“Dalam APBD, program pengembangan RTH sudah diatur


mas, namun dalam kenyataannya alokasi anggaransering
kali tidak relevan. Tahun 2016 yang lalu misalnya, ketika
pihak kami mau membuat taman yang baru, dalam
pencairan dana pun kami sering kesulitan. Bahkan yang
paling parah, dalam membuat Taman Pandan Wilis
misalnya, dana yang kami dapatkan untuk membangun
taman tersebut kami dapat dari tiga tempat. Yakni dari
Kabupaten, Jawa Timur, dan Nasional. Padahal ini hanya
skala taman Kota.” (wawancara 2 Desember 2016, pukul
14.00 WIB)
111

Hal tersebut memang menjadi kendala utama di Perkotaan

Nganjuk. Ketika menjalankan sebuah program dalam

pengembangan RTH seringkali berbenturan dengan anggaran

dari APBD. Oleh karena itu, dalam hal pengembangan RTH

pihak pelaksana banyak yang meminta APBD dari Jawa Timur

maupun APBN dari Pusat.

2. Faktor Pendukung

a. Dukungan program pemerintah

Program Pemerintah Kabupaten Nganjuk dalam

meningkatkan jumlah prosentase RTH di Perkotaan Nganjuk

dinilai oleh bapak Puji selaku Kepala Sub-bidang Perhubungan,

Lingkungan Hidup, dan Pengairan Badan Perencanaann

Pembangunan Daerah Kabupaten Nganjuk mengatakan program

Pemerintah sudah mendukung :

“Program pengembangan RTH pada RTRW Kabupaten


Nganjuk saya kira sudah mendukung dalam upaya
peningkatan RTH di Perkotaan Nganjuk mas. Sekarang mas
juga sudah lihat sendiri banyak taman-taman yang dibangun
oleh Pemerintah. Misalnya Taman Pandan Wilis, Taman
Pintar, dsb. Selain itu, peran masyarakat dalam mendukung
RTH privat juga sudah terlihat nyata. Banyak masyarakat
yang membuat taman-taman kecil di sekitar rumahnya
masing-masing.” (wawancara 2 Desember 2016, pukul
09.30 WIB)

Integrasi antara program pemerintah dan peran masyarakat

sudah terjalin dengan baik. Program pemerintah yang

dituangkan dalam RTRW yang dijabarkan dalam RDTR dan


112

RPJMD Kabupaten Nganjuk merupakan kewajiban Pemerintah

Kabupaten Nganjuk dalam melaksanakan pengembangan RTH

di Kabupaten Nganjuk. Sehingga pelaksanaan program-program

tersebut dapat meningkatkan proporsi RTH yang sudah termuat

dalam undang-undang, yakni sebesar 30%.

b. Faktor geografis dan sumberdaya alam yang kondusif

Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan

Peraturan Zonasi Perkotaan Nganjuk, kondisi Topografi

cenderung bervariasi dari daerah yang datar (0-2%), landai (2-

15%). Sebagian besar wilayahnya merupakan daerah datar.

Kemiringan rata-rata ke arah Timur dengan ketinggian 56 meter

di atas permukaan air laut, dengan kemiringan berkisar 0-8%.

Berdasarkan pengelompokan struktur geologi di wilayah

Kabupaten Nganjuk, maka kawasan Perkotaan Nganjuk berada

pada wilayah tengah dari arah barat ke timur.

Pada bagian ini, bagian atas setebal 30 – 70 meter terdiri

dari lempung abu-abu hitam dengan pasiran coklat yang

dipisahkan oleh lapisan tipis pasiran sebagai pengandung air.

Bagian bawah berupa lapisan batu pasir tufaan atau lempung

tufaan dengan sisipan pasir atau kerikil. Secara keseluruhan

jenis tanah di wilayah Kawasan Perkotaan Nganjuk sebagian

besar merupakan tanah yang subur. Jenis Tanah di wilayah

perencanaan adalah Gromosol, Alluvial dan Regosol.


113

Berdasarkan data tersebut, perkotaan Nganjuk mempunyai

lahan yang relative datar. Sehingga mempermudah dalam

membuat taman, hutan kota, lapangan bermain, db. Ditambah

tanah yang berjenis Gromosol, Alluvial dan Regosol yang subur

untuk tanaman.

3. Ketersediaan lahan yang luas

Penggunaan lahan yang difungsikan sebagai kawasan

lindung tersebar di Kabupaten Nganjuk, khususnya Perkotaan

Nganjuk. Penggunaan lahan untuk kawasan lindung berupa

kawasan lindung setempat untuk areal di sepanjang sempadan

sungai. Namun penggunaan lahan di sepanjang sungai ini tidak

sepenuhnya merupakan kawasan lindung, karena masih terdapat

kawasan terbangun yang posisinya berada dalam radius kawasan

lindung setempat.

Selain itu, makam merupakan kawasan yang diberikan

tempat tersendiri bagi penataan ruang. Luas makam di Perkotaan

Nganjuk sebesar 440.774 m2, sedangkan area taman seluas

200.094 m2. Sedangkan lapangan dimasukkan juga ke dalam

kategori open space/ruang terbuka/ruang terbuka hijau.

Lapangan umum seluas 76.284 m2, sedangkan lapangan

olahraga 622.673 m2.

Berdasarkan data tersebut, seperti yang dikemukakan oleh

Bapak Puji selaku Kepala Sub-bidang Perhubungan,


114

Lingkungan Hidup, dan Pengairan Badan Perencanaann

Pembangunan Daerah Kabupaten Nganjuk :

“Dalam hal ketersediaan lahan untuk RTH, Perkotaan


Nganjuk masih memiliki lahan yang masih luas mas.
Namun dalam hal mencari lahan yang strategis memang
perlu pertimbangan dari berbagai pihak. Karena pada
dasarnya RTH di tempatkan pada daerah yang mempunyai
populasi penduduk yang padat.” (wawancara 2 Desember
2016, pukul 09.30 WIB)

Dalam ketersediaan lahan, Perkotaan Nganjuk memang

masih memiliki lahan yang luas. Namun dalam memilih lahan

yang strategis memerlukan pertimbangan dari berbagai pihak.

Khususnya pemilihan lahan tersebut didasarkan oleh tempat

yang mempunyai populasi penduduk yang padat dan tentunya

membutuhkan lahan untuk bermain, bersosialisasi, dsb.

C. Pembahasan

1. Pengelolaan RTH di Perkotaan Nganjuk

a. Penyusunan Rencana

Menurut Conyers dan Hills dalam Tarigan (2012:5),

perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang

mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai

alternatif pengguna sumberdaya untuk mencapai tujuan tertentu pada

masa yang akan datang. Dalam membuat suatu perencanaan, dapat

menggunakan perencanaan skenario. Menurut Trisnantoro (2008)

menjelaskan perencanaan skenario sebagai berikut :


115

“Perencanaan skenario adalah alat bantu untuk melihat kedepan


yang penuh ketidakpastian. Inti perencanaan skenario adalah
pengembangan gambaran mengenai kemungkinan-kemungkinan
kondisi dimasa mendatang dan mengidentifikasi perubahan-
perubahan, serta implikasinya yang muncul sebagai akibat dari
kondisi tersebut. Perencanaan skenario dilakukan untuk menilai
skenario yang memungkinkan untuk suatu kegiatan,
kemungkinan terbaik, kemungkinan terburuk, dan berbagai
kemungkinan diantaranya.”

Penyusunan perencanaan skenario untuk pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau dapat menggunakan sebuah metode yaitu TAIDA.

TAIDA itu sendiri merupakan singkatan dari Tracking (melacak),

Analysing (analisis), Imaging (membayangkan), Deciding

(memutuskan), dan Acting (bertindak). Metode TAIDA dapat

memberikan kemudahan untuk membuat perencanaan skenario

karena terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan. Berikut

adalah perencanaan skenario untuk pengembangan Ruang Terbuka

Hijau di Perkotaan Nganjuk menggunakan metode TAIDA :

1) Tracking (Melacak)

Pengelolaan RTH di Perkotaan Nganjuk merupakan salah

satu fokus pembangunan yang tercantum pada RDTR Perkotaan

Nganjuk. RDTR itu sendiri merupakan penjabaran dari

Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk Nomor 2 tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Nganjuk tahun 2010-2030. Dalam mencapai keberhasilan

pelaksanaan RTRW tersebut, diperlukan beberapa pendekatan,

yaitu :
116

a) Pendekatan keterpaduan perencanaan (Top Down dan

Bottom Up)

Pendekatan ini menggunakan dua sisi, yaitu penyerapan

aspirasi masyarakat dan kebutuhan masyarakat luas dan

penyesuaian dengan kemampuan pembiayaan pemerintah

sebagai pengayom masyarakat.

b) Pendekatan intersectoral holistic

Pendekatan intersectoral holistic atau disebut

perencanaan komprehensif yaitu pendekatan yang dimulai

dengan diagnosis secara umum diwilayah perencanaan

melalui pengamatan potensi dan masalah masing-masing

kawasan untuk pengembangan ekonomi masyarakat dan

lingkup wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana,

kemampuan pemerintah dan pengadaan program-program

pembangunan.

c) Pendekatan perencanaan yang berkelanjutan

Pendekatan ini mempunyai prinsip agar di dalam

perencanaan dan pengembangan program menjadi lebih

terpadu dan berkesinambungan.

d) Pendekatan masyarakat

Pendekatan terhadap masyarakat tersebut dimulai

dengan menggunakan bahasa dialog maupun dengan

penyebaran kuisoner antara perencana dengan pelaku


117

pembangunan guna menyelaraskan persepsi dalam

pemanfaatan tata ruang.

Dari beberapa pendekatan seperti yang disebutkan diatas,

masyarakat menjadi objek pendekatan utama. Faktor partisipasi

masyarakat dalam pengembangan RTH tentu sangat penting

dalam menjaga RTH. Namun minimnya pengetahuan

masyarakat dan kesadaran dalam menjaga RTH ini menjadi

kendala yang serius. Sebagian masyarakat Perkotaan Nganjuk

masih belum memahami pentingnya RTH dalam pengembangan

daerah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya aksi vandalisme

(corat-coret) di berbagai RTH Publik yang disediakan

Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Oleh karena itu, setidaknya

dibutuhkan penyuluhan untuk memberikan wawasan kepada

masyarakat akan pentingnya menjaga RTH (publik maupun

privat).

Selain dari masyarakat, Pemerintah juga harus memberikan

fasilitas yang layak dalam pengembangan RTH di Perkotaan

Nganjuk. Kurangnya fasilitas dari pemerintah juga membuat

masyarakat kurang nyaman ketika sedang melakukan aktifitas di

taman-taman ataupun RTH publik yang lain. Berdasarkan

pengamatan penulis, masih banyak taman-taman publik yang

belum mempunyai fasilitas-fasilitas yang memadai. Padahal,

RTH Publik disediakan oleh pemerintah untuk tempat


118

berkumpul, bersosialisasi, bermain, dan lain-lain oleh

masyarakat, namun dengan kurangnya fasilitas, sarana dan

prasana akan membuat masyarakat kurang tertarik dengan RTH

tersebut dan dampaknya masyarakat akan enggan dalam ikut

menjaga RTH tersebut.

2) Analysing (Analisis)

Tahapan ini bertujuan membicarakan mengenai

konsekuensi yang terjadi pada masa depan dari perubahan pada

saat sekarang dan mencari pengaruh yang ada. Analisis dapat

mendapatkan sebuah pemahaman yang lebih mendalam dari

perubahan-perubahan yang ada. Perencanaan skenario harus

memahamai bagaimana konsekuensi yang harus dihadapi saat

skenario yang dibuat dilaksanakan, sehingga semua yang ada

dan kemungkinan yang akan terjadi sudah diperhitungkan

dengan memahami kondisi dan permasalahan yang dihadapi

dalam pelaksanaan Perencanaan pembangunan RTH Perkotaan

Nganjuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Ringland (2012:16)

yang mengemukakan :

“Konsep skenario bertujuan membuat gambaran kehidupan


nyata masa depan sehingga dapat menjawab dua hal
mendasar. Pertama, untuk mengantisipasi kemungkinan
kejadian pada masa depan yang sebelumnya tidak
diperkirakan, dengan menggali berbagai hambatan
perubahan lingkungan eksternal atau hubungan antar
berbagai faktor terkait. Kedua, untuk membuat sebuah
model yang memungkinkan untuk mengetahui bukti-bukti
yang terlihat jelas maupun tidak sejak awal.”
119

Konsep skenario diatas terlihat bahwa skenario memberikan

gambaran untuk masa depan dengan membayangkan apa yang

akan terjadi. Untuk membayangkan apa yang terjadi di masa

depan, perlu dilakukan analisi tentang faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perencanaan skenario yang dilakukan. Kendala

yang ada dalam mengembangkan RTH di Perkotaan Nganjuk

telah dianalisis pada tahap sebelumnya yang akan dilihat dari

aspek mana yang mempengaruhinya. Kendala yang terjadi

adalah masih minimnya pengetahuan masyarakat Perkotaan

Nganjuk mengenai pentingnya melestarikan lingkungan dan

fungsi dari RTH itu sendiri dan juga minimnya sarana dan

prasarana yang disediakan pemerintah pada RTH Publik

tersebut.

Mengingat pentingnya RTH bagi kelangsungan hidup

masyarakat Perkotaan Nganjuk, maka selayaknya masyarakat

ikut menjaga dan melestarikan. Bukan dengan merusak sarana

dan prasarana yang sudah dibuat oleh pemerintah. Tidak

dibayangkan jika hal tersebut dilakukan secara terus menerus,

maka masyarakat Perkotaan Nganjuk akan kesulitan untuk

menemukan RTH publik yang nyaman dan aman sebagai tempat

berkumpul, sosialisasi, bermain, dan sebagainya.

Selain masyarakat, pemerintah juga seharusnya

,memberikan sarana dan prasana yang memadai dalam upaya


120

memberikan kesan menarik pada RTH Publik tersebut. RTH

publik harus dirancang agar masyarakat secara sadar ikut

menjaga dan melestarikan RTH tersebut. Pengelolaan RTH

dapat dilakukan dengan menambahkan fasilitas bermain, tempat

yang sejuk, dan berbagai upaya yang lain.

Pengelolaan RTH di masa mendatang di Perkotaan Nganjuk

bukan berarti tanpa adanya resiko, oleh karena itu dengan

adanya perencanaan yang matang dapat memberikan suatu

gambaran yang terjadi dengan melihat apa yang mempengaruhi

dari perencanaan skenario pada masa yang akan datang.

Berbagai skenario yang telah ada tersebut, pengelola RTH

mampu meminimalisir kendala-kendala yang akan terjadi.

Namun, tidak hanya pengelola RTH Perkotaan Nganjuk saja

yang berperan penting, melainkan kerjasama antar berbagai

pihak terkait juga dibutuhkan untuk menjalankan skenario yang

telah dibuat.

3) Imaging (Membayangkan)

Pada tahapan ini dapat membayangkan yang terjadi jika

mengambil cara alternatif untuk masa depan. Melihat kondisi

RTH di Perkotaan Nganjuk yang mungkin mengalami kendala

dalam perencanaan, maka harus ada upaya antisipasi

berdasarkan isu-isu strategis yang ada. Dari permasalahan dan

hasil telaah visi dan misi Bupati Kabupaten Nganjuk, maka


121

dapat disimpulkan bahwa isu strategis yang terkait RTH yang

dihadapi Perkotaan Nganjuk adalah :

a) Masalah kurangnya SDM dalam pengelolaan RTH

perkotaan,

b) Masih kurangnya partisipasi masyarakat terhadap RTH.

Penyusunan perencanaan skenario dapat membayangkan

apa saja yang ada mengenai suatu permasalahan yang dihadapi,

karena dengan ini melatih untuk selalu tanggap yang sudah

diperhitungkan secara matang dalam perencanaan yang

dilakukan. Selain itu dapat menskenariokan sebuah visi sebagai

berikut :

a) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat

Pengetahuan dan wawasan merupakan modal untuk

melestarikan dan mengelola RTH di Perkotaan Nganjuk.

Tabpa adanya pengetahuan dan wawasan mengenai

pentingnya menjaga lingkungan, maka RTH yang ada akan

rusak dengan tidak sengaja, karena masyarakat belum

mengetahui manfaat dan juga fungsi RTH bagi

kelangsungan hidup mereka. Sehingga perlu adanya

sosialisasi mengenai pentingnya RTH dari pemerintah

kepada masyarakat.

b) Meningkatkan dan memperbaiki sarana dan prasarana RTH

Perkotaan Nganjuk
122

Sarana dan prasarana ini penting untuk RTH publik,

guna memberikan suatu kepuasan pada pengunjung agar

betah saat berada di taman atau RTH bentuk lain, yaitu

fasilitas bermain, tempat yang sejuk, dan sebagainya.

Diatas merupakan suatu visi dalam pelaksanaan

pembangunan RTH di Perkotaan Nganjuk yang dibayangkan

dengan melihat dan melihat hal-hal yang mempengaruhi.

Adanya visi tersebut akan membuat pelaksanaan pembangunan

RTH Perkotaan Nganjuk lebih terarah dan perencanaan yang

dibuat akan terlaksana dengan baik dan sesuai.

4) Deciding (Memutuskan)

Langkah selanjutnya dalam metode TAIDA adalah deciding

(memutuskan). Fungsi dari langkah ini adalah untuk

memutuskan atau memilih berbagai macam alternatif yang telah

dibuat sebelunya. Proses memutuskan ini dibutuhkan pemikiran

yang matang. Hal apa yang dapat dilakukan untuk mencapai

visi, serta mengambil keuntungan dan meminimalisir ancaman

di masa yang akan datang.

Tahapan ini merupakan segala tindakan yang berhubungan

dengan perencanaan skenario akan diputuskan untuk selanjutnya

di tindaklanjuti. Jadi tindakan apa saja yang diperlukan akan

diputuskan bersama-sama, dan juga untuk melihat peluang dan

menghindari ancaman (Lingren dan Bandhold, 2003:39).


123

Terdapat tujuh kriteria yang disampaikan oleh Lingren dan

Bandhold (2003:31) untuk skenario yang baik, yakni :

a) Pengambilan keputusan. Masing-masing skenario


disusun secara keseluruhan dan harus memberikan
wawasan yang berguna sebagai pertimbangan.
b) Masuk akal. Skenario harus berada dalam batas-batas
peristiwa yang sedang terjadi tanpa harus melebih-
lebihkan.
c) Alternatif. Dalam membuat skenario harus mempunyai
lebih dari satu skenario, untuk menghadapi suatu
ketidakpastian yang mungkin tidak sesuai dengan
skenario yang digunakan. Sehingga dapat
menggunakan skenario yang lainnya
d) Konsistensi. Setiap skenario harus konsisten dalam
mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.
e) Diferensiasi. Dalam membuat skenario harus memiliki
kualitas yang baik, karena skenario membutuhkan suatu
pemikiran yang harus kreatuf untuk menciptakan
skenario yang berbeda dan bervariasi.
f) Mudah diingat. Skenario yang dibuat harus mudah
diingat untuk membedakan antara skenario satu dengan
skenario yang lainnya.
g) Menantang. Kriteria terakhir adalah skenario benar-
benar menantang, karena skenario mampu memberikan
suatu gambaran masa depan yang tidak pasti.

Langkah pengambilan keputusan dalam pelaksanaan

perencanaan pembangunan RTH di Perkotaan Nganjuk terdapat

5 (lima) aspek yang berpengaruh, yaitu :

a) Pendekatan Politik

Di Kabupaten Nganjuk dalam pengambilan keputusan

dalam pemngembangan RTH, didasarkan pada RPJMD

yang di dasarkan pada visi, misi dan program dari

Bupati terpilih. Dimana visi dari Bupati terpilih adalah

“Terwujudnya Kejayaan Nganjuk Berlandaskan Iman


124

dan Taqwa, Berbasis Sektor Utama Pembangunan

untuk Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat”

b) Pendekatan Tehnokratik

Pendekatan ini didasarkan pada SKPD yang terkait

dengan tehnis pembangunan RTH Perkotaan Nganjuk,

yakni Bappeda, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang

serta Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten

Nganjuk.

c) Pendekatan Partisipatif

Proses pelaksanaan pembangunan RTH di Perkotaan

Nganjuk melibatkan semua stakeholder terkait, yakni

pemerintah, swasta, dan juga masyarakat Perkotaan

Nganjuk itu sendiri. Hal ini tercermin pada proses

Musrenbang.

d) Pendekatan Top Down dan Bottom Up

Kedua pendekatan tersebut dilaksanakan secara sinergis

yaitu, penyusunan dimulai dari jenjang pemerintahan,

kemudian rencana pembangunan diselaraskan melalui

musyawarah perencanaan pembangunan yang

dilaksanakan di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten

Nganjuk.

Berdasarkan penjelasan diatas, dalam melaksanakan

pembangunan RTH di Perkotaan Nganjuk, menggunakan lima


125

pendekatan agar perencanaan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta

harus berjalan dengan baik agar pembangunan RTH di

Perkotaan Nganjuk sesuai dengan yang diharapkan.

5) Acting (Bertindak)

Pelaksanaan pembangunan RTH di Perkotaan Nganjuk

membutuhkan banyak campur tangan yaitu pemerintah,

masyarakat, dan pihak swasta. Dengan adanya kerjasama yang

terjalin antar tiga pihak tersebut, pelaksanaan pembangunan

RTH akan mampu berjalan dengan baik dan mencapai tujuan

yang diharapkan. Adapun beberapa tindakan yang harus

dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta, yaitu:

a) Pemerintah harus melakukan sosialisasi jika akan

melakukan suatu tindakan dalam melaksanakan program

baru, sehingga masyarakat benar-benar memahami.

b) Kepedulian masyarakat harus lebih ditingkatkan dalam

menjaga dan melestarikan RTH di Perkotaan Nganjuk.

Adapun pihak pengelola harus memberikan tindakan tegas

kepada masyarakat supaya aksi corat-coret dan buang

sampah sembarangan dapat diminimalisir.

c) Pemerintah memberikan fasilitas yang lebih lengkap

terhadap RTH di Perkotaan Nganjuk, misalnya dengan

membangun fasilitas bermain dan tempat outbound.


126

Pemberian fasilitas ini dapat membantu untuk menarik

masyarakat supaya berkunjung ke RTH yang telah

disiapkan oleh pemerintah.

Tindakan-tindakan diatas akan mampu memberikan dampak

yang baik dalam pelaksananaan pembangunan RTH di

Perkotaan Nganjuk, karena berbagai pihak dapat bekerjasama

dengan baik. Suatu kerjasama sangat dibutuhkan dalam

melakukan suatu proses perencanaan. Tanpa adanya kerjasama

yang baik maka perencanaan tidak akan berjalan dengan baik.

b. Pelaksanaan Rencana

Penyusunan Rencana Kerja Pembangungan Daerah (RKPD)

Kabupaten Nganjuk diawali dengan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) tingkat desa. Musrenbang desa

menampung usulan kegiatan dari tiap RT (rukun tetangga). Usulan

tersebut kemudian dibahas pada Musrenbang kecamatan.

Selanjutnya dalam usulan dari hasil Musrenbang kecamatan dibahas

bersama rancangan awal Rencana Kerja (renja) SKPD yang sudah

disusun oleh forum gabungan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD). Forum gabungan SKPD Kabupaten Nganjuk dibagi ke

dalam 3 bidang yaitu: bidang pelayanan umum pemerintahan, bidang

ekonomi dan sosial budaya serta bidang pekerjaan umum dan

lingkungan hidup. Dari forum SKPD tersebut menghasilkan

Rancangan Renja SKPD. Rancangan Renja SPD tersebut nantinya


127

dijadikan bahan penyusunan Rancangan RKPD. Rancangan RKPD

disusun dengan berperdoman pada RPJMD. Kemudian Rancangan

RKPD yang dibuat BAPPEDA tersebut dibahas dalam musrenbang

kabupaten dan hasil dari musrenbang dijadikan sebagai

penyempurnaan rancangan RKPD. Selanjutnya setelah

disempurnakan Rancangan RKPD tersebut ditetapkan sebagai RKPD

dan diatur ke dalam Peraturan Bupati setelah disetujui oleh bupati.

Berdasarkan hasil Musrenbang Kabupaten Nganjuk tahun 2014

terdapat permasalahan yang terkait dengan program perencanaan

pembangunan RTH adalah masalah peningkatan dan perawatan

infrastruktur dan utilitas Perkotaan Nganjuk serta kualitas

lingkungan hidup. RTH merupakan infrastruktur yang dibangun

untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

c. Pengorganisasian Rencana

Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan

Nganjuk ditetapkan ke dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun

2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Nganjuk Tahun 2010-2030 dan Renstra Dinas PU Cipta Karya dan

Tata Ruang Kabupaten Nganjuk yang dijabarkan dalam Rencana

Detail Tata Ruang (RDTR) Perkotaan Nganjuk 2013-2033. Dalam

RTRW Kabupaten Nganjuk tahun 2010-2030, pengembangan RTH

dilakukan dengan menambah RTH publik, melalui penambahan

taman lingkungan dan taman kota, hutan kota, makam, jalur hijau
128

jalan, lapangan olahraga terbuka, RTH sempadan sungai, sempadan

mata air, sempadan rel kerera api, sempadan SUTT (Saluran udara

tegangan tinggi) serta kawasan penyangga. Sedangkan untuk RTH

privat, proporsi 10% di kawasan perkotaan Nganjuk sudah terpenuhi,

namun masih dapat diperbanyak melalui penambahan RTH lahan

pekarangan, lingkungan kantor, lingkungan gedung komersil,

lingkungan fasilitas umum dan RTH lingkungan industri.

Penorganisasian pengelolaan RTH diperkotaan Nganjuk, harus

ada sinergitas antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta.

Peran pemerintah melalui SKPD terkait harus dioptimalkan.

Bappeda Kabupaten Nganjuk sebagai badan perencana harus

memberikan program yang relevan dengan kenyataan yang ada.

Selain itu, SKPD yang lain sebagai pelaksana pembangunan RTH di

Perkotaan Nganjuk juga wajib malaksanakan sesuai prosedur yang

telah ditetapkan. Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, Kantor

Lingkungan Hidup, Dinas Perhutani kabupaten Nganjuk, masyarakat

serta pihak swasta selaku pengembang RTH harus saling mengawasi

pengembangan RTH tersebut. Meskipun sebagai pihak pasif,

masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan

RTH dengan tidak melakukan perusakan pada fasilitas yang telah

disediakan oleh pemerintah.


129

d. Evaluasi Rencana Pembangunan RTH

Di dalam naskah kesepakatan Musrenbang RPJMD kemudian

dijadikan untuk penyempurnaan rancangan akhir RPJMD yang

disusun BAPPEDA Kabupaten Nganjuk. Setelah disempurnakan,

BAPPEDA bersama Bupati Nganjuk menyusun Naskah Akademi

Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Nganjuk. Raperda RPJMD

Kabupaten Nganjuk tersebut dibahas bersama Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Nganjuk. Setelah disetujui

DPRD, Raperda RPJMD Kabupaten Nganjuk ditetapkan menjadi

Peraturan Daerah.

Dalam tahap evaluasi rencana pembangunan RTH, DPRD dan

masyarakat ikut memantau keberhasilan suatu rencana.

Pengembangan RTH di Perkotaan dilaksanakan dengan

mengidentifikasi masalah-masalah terkait RTH untuk mentukan isu-

isu strategis. permasalahan terkait RTH di Perkotaan Nganjuk

adalah:

1) Internal

a) Masih terbatasnya SDM (Sumber Daya Manusia) di bidang

kebersihan dan pertamanan,

b) Masih kurangnya ketersediaan sarana/prasarana bidang

kebersihan dan pertamanan,

c) Belum optimalnya kegiatan peningkatan keindahan kota,


130

d) Belum tersedianya regulasi tentang pengelolaan sampah dan

RTH yang memadai.

2) Eksternal

a) Kurang lengkapnya penyediaan fasilitas lahan taman,

b) Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap keberadaan

taman,

c) Belum tercapainya pemenuhan 30% ruang perkotaaan yang

dimanfaatkan untuk RTH,

d) Belum adanya regulasi pengelolaan RTH,

Selain itu, peran masyarakat juga sangat kurang dalam menjaga

RTH yang ada. Masih banyak ditemukan aksi vandalisme (corat-

coret) pada taman, alun-alun, dan berbagai RTH publik yang

disediakan oleh pemerintah Kabupaten Nganjuk. Budaya buang

sampah tidak pada tempatnya juga masih sering ditemukan pada

tempat-tempat tersebut. Selayaknya jika masyarakat itu sendiri ikut

menjaga dan mengelola RTH yang ada. Sebagai bahan evaluasi,

DPRD dan masyarakat seharusnya ikut memberikan sikap positif

dalam menjaga dan melestarikan RTH di Perkotaan Nganjuk

mengingat pentingnya RTH bagi mereka.

2. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Pengelolaan RTH di

Perkotaan Nganjuk

Menurut Fattah (2008:22) ada beberapa masalah yang dihadapi

pemerintah daerah dalam pembangunan RTH, antara lain:


131

a) Dalam pembangunan kota, pengurangan RTH tidak dianggap

mengubah tata ruang kota.

b) Persepsi dan pemahaman tentang RTH sebagai unsur

pelengkap/penyempurna seharusnya diubah, mengingat fungsi RT

ini sangat penting dan kompleks.

c) Pembangunan RTH umumnya bersifat sporadis akibat tidak ada

konsep yang jelas yang mencakup fungsi sosial, fisik, dan estetika,

sehingga menyebabkan mudahnya perubahan RTH kota menjadi

penggunaan lain.

d) Keberadaan RTH melibatkan keterkaitan antar beberapa dinas atau

sektor dan diperlukan koordinasi dalam menentukan model

pengelolaan yang sesuai dengan kebutuhan kota.

e) Lemahnya kelembagaan dan kepastian hukum atas area RTH

sehingga lahan yang dimiliki pemerintah saja yang dianggap sebagai

RTH.

f) Peran masyarakat masih belum optimal akibat kurangnya pola

penyertaan masyarakat dalam pembangunan RTH.

Selain permasalahan tersebut ada beberapa faktor yang

mempengaruhi ketersediaan RTH (Fattah, 2008:25), yaitu a)

Ketersediaan lahan, b) Nilai lahan, c) Pelaksanaan program RTH, d)

Keuangan.

Berdasarkan hasil penelitian, Faktor pendukung dan penghambat

terdiri dari faktor internal dan eksternal, dimana faktor internal


132

merupakan faktor yang ada di dalam lingkup Pemerintah Kabupaten

Nganjuk, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor dari luar

Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Faktor penghambat dan pendukungdari

sistem perencanaan pembangunan RTH di Perkotaan Nganjuk adalah

sebagai berikut:

1) Faktor Penghambat

a. Belum adanya peraturan

Secara umum, peraturan adalah suatu perjanjian yang telah

dibuat untuk kepentingan umum, tentang apa saja yang boleh

dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Menurut Soejanto,

(2005:108) peraturan adalah peraturan tata tertib di sekolah

selalu dilengkapi dengan sanksi-sanksi tertentu, yang berpuncak

kepada pemberian hukuman. Adanya peraturan itu untuk

menjamin kehidupan yang tertib dan tenang, sehingga

kelangsungan hidup sosial itu dapat dicapai. Menurut Fattah

(2008:22) masalah yang dihadapi dalam pengembangan RTH di

daerah adalah RTH sering dianggap kurang penting sehingga

tidak perlu diatur ke dalam peraturan perundang-undangan.

b. Kurangnya kesadaran masyarakat

Menurut Santoso (2011) peran serta masyarakat merupakan

unsur utama dalam perencanaan RTH serta menjaga kualitasnya.

Jika masyarakat tidak peduli akan lingkungan hidup

perencanaan pembangunan RTH yang sudah disusun tidak akan


133

berjalan sesuai target. Hal tersebutlah yang menjadi hambatan

dalam perencanaan pembangunan RTH, Masyarakat kurang

peduli dalam menjaga dan melestarikan RTH yang ada.

c. Alokasi anggaran yang kurang relevan

Anggaran merupakan faktor yang penting dalam

perencanaan pembangunan. Tanpa adanya anggaran

pembangunan tidak akan berjalan. Menurut Fattah (2008:25)

masalah yang dihadapi dalam penambahan RTH adalah persepsi

bahwa RTH hanya sebagai pelengkap dalam pembangunan kota,

sehingga pemerintah tidak ingin mengeluarkan dana untuk

pembangunan RTH yang dinilai tidak penting. Namun dari hasil

penelitian, Pemerintah Kabupaten Nganjuk menganggap bahwa

RTH merupakan salah satu hal yang penting dalam

pembangunan perkotaaan. Namun pada aplikasinya, seringkali

pengembangan RTH seringkali berbenturan dengan anggaran

dari APBD KAbupaten Nganjuk.

2) Faktor Pendukung

a. Dukungan program pemerintah

Program yang dimaksud disini adalah program kerja

Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Program kerja merupakan

suatu rencana kegiatan yang sudah disusun dan berfungsi

sebagai arahan agar tujuan yang diharapkan sesuai perencanaan.

Menurut Fattah (2008:25) pelaksanaan program RTH di tingkat


134

daerah adalah urusan pemerintah daerah dengan menunjuk

badan khusus yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam

penghijauan kota. Di Kabupaten Nganjuk, khususnya Perkotaan

Nganjuk yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

program pengembangan RTH adalah Dinas PU Cipta Karya dan

Tata Ruang dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) serta sebagai

perencanaan adalah BAPPEDA Kabupaten Nganjuk.

Program-program pengembangan RTH di Perkotaan

Nganjuk sudah tercantum pada RTRW Kabupaten Nganjuk

yang mana dijabarkan dalam RDTR dan Peraturan Zonasi

Perkotaan Nganjuk dan RPJMD Kabupaten Nganjuk, sehingga

hal tersebut mempermudah dalam mencapai tujuan proporsi

RTH sebesar 30 persen (%).

b. Faktor geografis dan sumber daya alam yang kondusif

Faktor kondisi alam dan SDA yang dimiliki suatu daerah

juga mempengaruhi. Jika kondisi alamnya kering akan sangat

sulit untuk ditanami pohon dan tanaman peneduh lainnya.

Kondisi geografis dan Sumber Daya Alam (SDA) di Perkotaan

Nganjuk sangat mendukung yaitu, kontur tanah yang datar dan

jenis tanah yang subur dan bisa ditanami beberapa jenis pohon

peneduh.
135

c. Ketersediaan Lahan yang luas

Menurut Fattah (2008:25) salah satu faktor yang

mempengaruhi keberadaan RTH adalah faktor ketersediaan

lahan. Dimana McCall (dalam Riyadi dan Bratakusumah,

2004:178) mengungkapkan bahwa seluruh aktifitas manusia

dalam mencukupi kebutuhan hidup membutuhkan ruang,

sehingga ketersediaan lahan berpengaruh besar terhadap

aktivitas manusia.

Dalam ketersediaan lahan, Perkotaan Nganjuk memang

masih memiliki lahan yang luas. Namun dalam memilih lahan

yang strategis memerlukan pertimbangan dari berbagai pihak.

Khususnya pemilihan lahan tersebut didasarkan oleh tempat

yang mempunyai populasi penduduk yang padat dan tentunya

membutuhkan lahan untuk bermain, bersosialisasi, dsb.

Anda mungkin juga menyukai