Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR MAGANG

KEGIATAN PERPAJAKAN

Nama : Erwin Yohanes Assah


NIM : 041404058
Mata Kuliah : PAJA3350
Pembimbing : Yance Bida, SE.,MM
Tempat Magang : Seksi Pemeriksaan, Penilaian, dan Penagihan, KPP
Pratama Manado

Kegiatan Minggu ke Keterangan


Perpajakan Hari/Tanggal
Tuweb VI
Pengawasan dan Senin-Selasa,
Konsultasi 20-21
November
a. bimbingan 2023 a. Ada Seksi Pengawasan yang bertanggung jawab untuk
kepada mengawasi ketaatan wajib pajak, membuat profil wajib pajak,
Wajib Pajak menganalisis kinerja wajib pajak, dan melakukan rekonsiliasi
dan data perpajakan. Ada juga Seksi Pelayanan yang bertanggung
konsultasi jawab untuk memberikan bimbingan dan konsultasi teknis
teknis perpajakan kepada wajib pajak. KPP Pratama Manado memiliki
perpajakan, enam seksi pengawasan, yaitu Seksi Pengawasan I sampai VI.
Sejak Mei 2021, terjadi reorganisasi instansi vertikal direktorat
jenderal pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/KMK.01/2020. Hal ini menyebabkan perubahan nama
Seksi Pengawasan dan Konsultasi menjadi Seksi Pengawasan I
sampai VI. Sebelumnya, AR dibagi menjadi dua jenis, yaitu AR
yang berada di Seksi Waskon I yang fokus pada pelayanan dan
konsultasi, dan AR yang berada di Seksi Waskon II, III, dan IV
yang fokus pada pengawasan dan penggalian potensi. Namun,
sekarang fungsi pelayanan dan konsultasi awal dialihkan ke
Seksi Pelayanan, khususnya kepada Fungsional Penyuluh yang
ada di KPP Pratama Jambi Pelayangan.
Dalam menjalankan tugasnya, AR menghadapi beberapa
kendala, antara lain:
• Wajib pajak yang masih kurang memahami perpajakan,
sehingga perlu diberikan penjelasan berulang-ulang
• Wajib pajak yang tidak mau datang ke KPP, sehingga
menghambat proses negosiasi antara wajib pajak dan AR
• Wajib pajak yang sulit memberikan data dan keterangan
yang diminta oleh AR, terutama untuk data yang sudah
lama
• Wajib pajak yang membutuhkan keputusan yang tepat
dari AR terkait profil dan proses bisnis wajib pajak

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, AR perlu meningkatkan


kompetensi dan keterampilan mereka dalam bidang perpajakan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh AR adalah:
• Mengikuti pelatihan dan bimbingan yang diselenggarakan oleh
direktorat jenderal pajak atau lembaga lain yang terkait dengan
perpajakan
• Membaca dan mempelajari peraturan perpajakan yang berlaku,
baik yang bersifat umum maupun khusus
• Membangun komunikasi yang baik dan profesional dengan
wajib pajak, baik secara langsung maupun melalui media online
• Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mempermudah proses pengawasan, penggalian, dan rekonsiliasi
data perpajakan
• Mencari dan membagikan informasi dan pengalaman yang
bermanfaat dengan AR lainnya, baik yang berada di KPP
Pratama Manado maupun di KPP Pratama lainnya

b. penyusunan b. Profil wajib pajak (WP) adalah rangkaian data dan informasi
profil Wajib yang mencerminkan identitas, proses bisnis, aspek perpajakan,
Pajak, critical point atau modus penghindaran pajak, dan metode atau
tektik gali potensi dari WP. Data dan informasi tersebut
meliputi:

• jenis usaha dan Klarifikasi Lapangan Usaha (KLU)


• gambaran Kegiatan Usaha WP
• pihak-pihak yang terkait dengan usaha WP, omzet, penghasilan
Kena Pajak, PPh 25/29 terutang
• jumlah karyawan dan PPh 21 terutang (jika ada)
• harta yang dimiliki (rumah, kendaraan dan lain-lain)
• daya listrik yang dipakai oleh WP yang bersangkutan, dan
• Rekening telepon dan PAM

Profil WP ini dibuat oleh Account Representative (AR) yang bertugas


melakukan pengawasan, penggalian potensi, dan pelayanan terhadap
WP yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP). AR
memuktahirkan data profil WP yang sudah ada sebelumnya pada
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) untuk diolah
menjadi Profil WP secara detail. AR juga mencari identitas WP
melalui MPN info atau Appportal, mengirimkan surat permintaan
penjelasan, atau melakukan visit atau kunjungan langsung kepada WP.
Profil WP ini sangat bermanfaat bagi AR, WP, dan negara. Manfaat
profil WP antara lain adalah:
• Meningkatkan penerimaan pajak, karena AR dapat menganalisa
dan menggali potensi pajak yang ada dalam kegiatan bisnis WP,
serta mengawasi kepatuhan WP dalam membayar pajak.
• Perbaikan sistem administrasi perpajakan, karena AR dapat
memberikan konsultasi dan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan WP, serta mengumpulkan dan mengolah data atau
informasi yang akurat dan terkini.
• Menghindari sanksi pidana, karena WP yang memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif tetapi tidak memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) terancam pidana penjara paling
singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun1.
• Mempermudah pengurusan berbagai dokumen, seperti kredit
bank, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), paspor, restitusi,
dan lamaran pekerjaan, karena NPWP menjadi salah satu syarat
yang dibutuhkan2.
• Menghindari tarif pajak tinggi, karena WP yang tidak punya
NPWP akan dikenakan tarif pajak yang lebih besar 20% untuk
PPh Pasal 21 dan dua kali lipat untuk PPh Pasal 232.
Namun, dalam penyusunan profil WP, AR juga menghadapi beberapa
kendala, antara lain:
• Ketersediaan data yang kurang update (untuk WP status NE)
Data WP pada sistem internal DJP tidak update seperti nomor
telepon dan email
• Banyak WP yang tidak mengisi data-data tersebut dengan
lengkap
• WP tidak ada di lokasi saat dilakukan visit secara langsung
• WP kurang kooperatif pada saat dimintai kelengkapan datanya
c. analisis c. Analisis kinerja wajib pajak (WP) adalah kegiatan yang
kinerja dilakukan oleh Account Representative (AR) untuk
Wajib Pajak, mengidentifikasi indikasi ketidakpatuhan dan/atau potensi
pajak yang masih harus dipenuhi oleh WP. Analisis kinerja ini
bermula dari data pemicu seperti data aset atau laporan
keuangan pada SPT Tahunan. Analisis kinerja ini bertujuan
untuk meninjau proses bisnis WP, mengecek aset WP serta
omset WP. Data-data tersebut akan dipakai dalam hal menggali
potensi pajak yang masih belum atau kurang dibayarkan oleh
WP.
Salah satu contoh kegiatan analisis kinerja WP adalah
Penelitian Kepatuhan Material WP. Penelitian Kepatuhan
Material di KPP dilaksanakan oleh AR terhadap WP dalam
Daftar Prioritas Pengawasan (DPP). Penelitian Kepatuhan
Material dilakukan terhadap WP dalam DPP pada tahun
berjalan, yang terdiri dari kegiatan Validasi dan Analisis atas
Data dan/atau Keterangan untuk kemudian menentukan
simpulan dan tindak lanjut.

Untuk melakukan analisis kinerja WP, AR perlu melakukan


langkah-langkah sebagai berikut:

• Mengumpulkan data dan informasi WP dari berbagai sumber,


seperti SIDJP, Appportal, MPN info, SAMSAT, PLN, PDAM,
dan lain-lain.
• Membandingkan data dan informasi WP dengan data pemicu,
seperti data aset atau laporan keuangan pada SPT Tahunan,
untuk menemukan adanya perbedaan atau ketidakkonsistenan.
• Melakukan visit atau kunjungan langsung ke WP untuk
meminta keterangan atau penjelasan atas perbedaan atau
ketidakkonsistenan yang ditemukan, serta untuk melihat
kondisi usaha WP secara langsung.
• Membuat kertas kerja analisis WP yang berisi identitas WP,
identitas penanggung pajak, pihak-pihak terafiliasi dengan WP,
kegiatan usaha WP, indikasi modus ketidapatuhan WP,
indikator kualitatif, perkiraan potensi ketertagihan, himbauan
dan konseling, serta kriteria penentuan WP2.
• Menyimpulkan hasil analisis kinerja WP dan menentukan
tindak lanjut yang sesuai, seperti pemeriksaan, penagihan,
penyidikan, atau pelayanan.
Dalam melakukan analisis kinerja WP, AR juga menghadapi
beberapa kendala, antara lain:
• Ketersediaan data yang kurang update (untuk WP status NE)
• Data WP pada sistem internal DJP tidak update seperti nomor
telepon dan email
• Banyak WP yang tidak mengisi data-data tersebut dengan
lengkap
• WP tidak ada di lokasi saat dilakukan visit secara langsung
• WP kurang kooperatif pada saat dimintai kelengkapan datanya
• Keadaan di lapangan yang berbeda dengan data di KPP saat
melakukan visit, seperti terkait penyampaian SP2DK
• Proses analisis masih dilakukan manual dengan cara
membandingkan data transaksi yang ada di SIDJP dan
Appportal

d. rekonsiliasi d. Rekonsiliasi data wajib pajak (WP) adalah proses


data Wajib menyelesaikan perbedaan antara data pemicu yang didapatkan
Pajak dalam dari Surat Pemberitahuan (SPT) atau data pihak ketiga, seperti
rangka alat keterangan dan lain-lain, dengan data yang didapat dari
melakukan analisis kinerja WP. Rekonsiliasi data WP ini bertujuan untuk
intensifikasi, mencari tahun pajak yang seharusnya dibayarkan oleh WP dan
mengkoreksi SPT yang telah dilaporkan WP.
Rekonsiliasi data WP ini dilakukan oleh Account
Representative (AR) yang bertugas melakukan pengawasan,
penggalian potensi, dan pelayanan terhadap WP yang terdaftar
di Kantor Pelayanan Pajak (KPP). AR melakukan rekonsiliasi
data WP dengan cara membandingkan data-data yang didapat
dari analisis kinerja WP dengan data pemicu yang didapatkan,
mengirimkan Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau
Keterangan (SP2DK) kepada WP, menghimbau WP untuk
datang ke KPP untuk menjelaskan data atau angka yang
ditemukan AR, dan menyimpulkan hasil rekonsiliasi data WP
serta menentukan tindak lanjut yang sesuai.
Rekonsiliasi data WP ini sangat penting untuk meningkatkan
kepatuhan WP dalam membayar dan melaporkan pajaknya.
Rekonsiliasi data WP juga dapat membantu AR dalam
mengidentifikasi potensi pajak yang masih belum atau kurang
dibayarkan oleh WP, serta menghindari kesalahan atau
manipulasi data yang dapat merugikan negara maupun WP.
Namun, dalam melakukan rekonsiliasi data WP, AR seringkali
mengalami kendala, seperti ketersediaan data yang kurang
update, perbedaan data antara sistem internal DJP dan berkas
WP, ketidakhadiran atau ketidakkooperatifan WP.

e. pembetulan e. Pembetulan ketetapan pajak, pengurangan PBB & BPHTB,


ketetapan serta evaluasi hasil banding adalah kegiatan yang berkaitan
pajak, dengan pengawasan, penggalian potensi, dan pelayanan
pengurangan
PBB terhadap wajib pajak (WP) yang dilakukan oleh Account
&BPHTB, Representative (AR). Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk
serta memperbaiki kesalahan, memberikan keringanan, dan
evaluasi menelaah putusan yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan
hasil banding WP.
Pembetulan ketetapan pajak adalah perbaikan atas surat-surat
yang diterbitkan oleh AR, seperti Surat Ketetapan Pajak (SKP),
Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Keputusan (SK), Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT), dan lain-lain.
Pembetulan ketetapan pajak dapat dilakukan apabila terjadi
kesalahan tulis, kesalahan hitung, atau kekeliruan dalam
penerapan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan. Pembetulan ketetapan pajak dapat dilakukan atas
permohonan WP atau karena jabatannya oleh Direktur Jenderal
Pajak. Permohonan pembetulan ketetapan pajak harus
memenuhi persyaratan tertentu dan disampaikan ke KPP tempat
WP terdaftar.
Pengurangan PBB & BPHTB adalah pemberian keringanan
atas pajak-pajak tersebut kepada WP yang mengalami kesulitan
ekonomi, bencana alam, atau keadaan lain yang menyebabkan
tidak mampu membayar pajak. Pengurangan PBB & BPHTB
dapat dilakukan oleh Kepala KPP atas permohonan WP.
Permohonan pengurangan PBB & BPHTB harus memenuhi
persyaratan tertentu dan disampaikan ke KPP tempat WP
terdaftar dan/atau tempat objek pajak berada. Pengurangan PBB
& BPHTB dapat diberikan sebesar 50% atau 100% dari jumlah
pajak yang terutang.
Evaluasi hasil banding adalah penelaahan atas putusan banding
yang dikeluarkan oleh Pengadilan Pajak terhadap keberatan
WP. Evaluasi hasil banding bertujuan untuk mengetahui apakah
putusan banding tersebut sesuai dengan fakta dan hukum yang
berlaku, serta untuk menentukan tindak lanjut yang perlu
dilakukan, seperti peninjauan kembali, pemeriksaan, penagihan,
atau pelayanan. Evaluasi hasil banding harus memenuhi
persyaratan tertentu dan disampaikan kepada Kepala KPP untuk
mendapatkan persetujuan dan ditindaklanjuti sesuai dengan
rekomendasi yang diberikan. Evaluasi hasil banding juga dapat
membantu AR dalam mengidentifikasi potensi pajak yang
masih belum atau kurang dibayarkan oleh WP, serta
menghindari kesalahan atau manipulasi data yang dapat
merugikan negara maupun WP.

Anda mungkin juga menyukai